Anda di halaman 1dari 16

STUDI ETNOGRAFI MAKNA TRADISI SENI PATROL PADA

MASYARAKAT JAWA DI DESA BANDULAN KECAMATAN SUKUN


KOTA MALANG

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN


ANTROPOLOGI
yang dibina oleh Bapak Ifan Andriado, S.Pd.

Oleh:

Ketua Kelompok:
1. Nara Amelia Ayusonya

Anggota Kelompok:
1. Muhammad Rakha Ivansyah
2. Nova Indriana Fitri
3. Nurdian Nasywa Aulia

SMA NEGERI 2 MALANG


September 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Musik Patrol adalah kesenian musik tradisional yang menggunakan alat
musik sederhana yaitu kentongan. Kentongan yang digunakan bermacam –
macam dengan berbagai ukuran dan dibunyikan secara teratur sehingga
menghasilkan suara yang indah dan enak untuk didengar. Musik Patrol ini
merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat terkenal dan tersebar di
berbagai tempat di Jawa Timur.
Sejarah tentang asal usul Musik Patrol ini masih belum pasti. Namun
beberapa sumber sejarah yang berkembang di masyarakat, Musik Patrol ini
berawal dari kentongan yang digunakan oleh masyarakat pada jaman dahulu
untuk ronda dan membangunkan warga apa bila terjadi bahaya seperti
pencurian maupun bencana alam. Setelah berkembangnya Agama Islam di
Jawa Timur, kentongan ini kemudian digunakan padasaat bulan Ramadhan
untuk membangunkan warga untuk Sahur.
Karena suaranya yang monotone kemudian mereka membuat kentongan
dengan berbagai ukuran sehingga menghasilkan suara yang berbeda. Dari
situlah, dengan berbagai kreasi mereka membuat memadukan suara yang
berbeda tersebut menjadi suara yang indah dan enak untuk didengar.
Kesenian tersebut kemudian menjadi tradisi dan menyebar ke berbagai daerah
di Jawa Timur.
Dalam pertunjukan Musik Patrol, biasanya dimainkan secara berkelompok
dengan kentongan yang berbeda – beda ukurannya. Setiap kentongan ini
memiliki suara yang berbeda dan setiap kentongan hanya memiliki satu suara
saja, sehingga penataan suara sangat diperlukan dalam Musik Patrol ini. Alat
musik kentongan yang digunakan biasanya terbuat dari bambu dan kayu.
Untuk kentongan yang terbuat dari bambu biasanya memiliki ukuran dan
suara yang lebih kecil, namun terdengar nyaring. Sedangakan kentongan yang
terbuat dari kayu memiliki ukuran dan suara yang besar. Kentongan jenis

2
bambu dan kayu ini dibagi lagi menjadi beberapa kentongan dengan ukuran
yang berbeda, sehingga lebih kaya akan suara.
Dalam pertunjukan Musik Patrol ini semua jenis kentongan
dikolaborasikan menjadi satu sajian suara yang indah dan enak untuk
didengar. Dalam setiap pertunjukan biasanya mereka membawakan beberapa
lagu yang dikemas dengan gaya khas Musik Patrol. Lagu yang dibawakan
biasanya adalah lagu daerah, lagu dolanan dan bahkan juga ada yang
membawakan lagu modern seperti dangdut atau campursari. Semua lagu yang
ditampilkan tersebut dikemas dalam gaya Musik Patrol.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, peneliti menentukan dua rumusan masalah,
sebagai berikut:
1. Bagaimana makna tradisi “seni patrol” pada masyarakat Jawa di Desa
Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, peneliti merumuskan dua
tujuan penelitian, sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan makna tradisi “seni patrol” pada masyarakat Jawa
di Desa Bandulan Kecamatan Sukun Kota malang

D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas, maka peneliti berharap penelitian ini bisa
memberi manfaat bagi:
1. Bagi Pemerintah Daerah
Harapan yang sebenarnya dari hasil penelitian ini bagi pemerintah daerah
Bandulan untuk lebih menjaga keanekaragaman budaya khususnya dalam
hal tradisi seni patrol yang ada pada masyarakat Jawa, khususnya di desa
Bandulan.
2. Bagi Masyarakat Terteliti

3
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan refleksi akan keunikan adat
bagi masyarakat terteliti, sekaligus guna mempererat solidaritas
kelompok adat Jawa, khususnya di desa Bandulan dalam menjaga budaya
yang dimilikinya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini digunakan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu dan teori
yang didapatkan melalui proses pendidikan sehingga bermanfaat bagi
masyarakat luas.
4. Bagi Masyarakat Umum
Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai alat penyampaian
informasi khusunya makna tradisi seni patrol pada masyarakat desa
Bandulan.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Terdahulu
Berikut adalah kajian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 2.1 Kajian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Dan Tahun
1. Annise Sri Tradisi Seni Patrol dan Proses globalisasi patrol
Maftuchin, Identitas Budaya lewat "invented tradition"
2017. Kampung Bandulan di mengarahkan patrol pada
Kota Malang wujud baru.
Wujud baru ini sebenarnya
digunakan
untuk memperkuat identitas
tradisi yang diawali dari
tradisi kentongan bangun
sahur. Akan tetapi,
modernisasi dan mobilitas
manusia yang terjadi di
Malang, justru memberi
warna baru dalam tradisi
kentongan bangun sahur.
Pada tahun 2005 model patrol
sendiri masih berkiblat pada
tradisi yang ditinggalkan oleh
nenek moyang orang
Bandulan. Tradisi tersebut
tidak lain adalah penggunaan
kentongan sebagai alat
komunikasi atau yang dapat
dikatakan sebagai identity as
being.

2. Annise Sri Nasionalisme Seni Perkembangan patrol dari


Maftuchin, Tradisi Patrol Bandulan ranah lokal ke ranah global
2016. Dalam Arus Global dipengaruhi oleh tindakan
Struggle budaya dari
masyarakat Bandulan.
Tindakan tersebut
diwujudkan lewat pewadahan

5
Festival Patrol yang dimulai
ada 2004. Penggagasnya
adalah Khoirul Anwar (38th)
yang prihatin melihat
semakin melunturnya tradisi
bangun sahur di Bandulan
dengan Seni Patrol.
Pewadahan dalam bentuk
Festival memunculkan ragam
kreasi dari masyarakat
Bandulan terutama kaum
muda.
Awalnya Patrol disajikan
dengan inovasi kostum
namun tetap beresensi
kentongan. Kreasi lain
cenderung muncul lebih
beragam didasari oleh latar
belakang masyarakat
bandulan yang multietnis.
Masyarakat bandulan
memiliki latarbelakang
keturunan campuran Madura
dan Jawa serta sebagian juga
merupakan masyarakat
Madura. Diperkenalkannya
bentuk Patrol khasMadura
atau yang biasa disebut Ul-
daul. Dua tradisi ini
kemudian dileburkan menjadi
satu dengan dominasi suara
kentongan yang memang
lebih ditonjolkan sebagai
syarat identitas dari
Bandulan.
3. Eti Juliana, Terciptanya Nilai-nilai Hasil dari penelitian ini
2017 Solidaritas Dalam menunjukkan tradisi Musik
Tradisi Musik Patrol Patrol ini memberikan
pengaruh pada adanya ikatan
sosial yang terjalin antar
warga desa di Kabupaten
Mojokerto. Solidaritas
tersebut mempunyai kekuatan
sangat besar dalam
membangun kehidupan
harmonis antara sesama.
Mereka membutuhkan satu
sama lain karena terdapat

6
perbedaan peran yang
menyebabkan mereka harus
menjalin kerjasama atau
berhubungan dengan anggota
yang lain.
Sumber: Diolah Peneliti, 2021.

B. Kajian Teori dan Konsep


(DIKOSONGI SAJA)

7
C. Kerangka Berpikir

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

STUDI ETNOGRAFI MAKNA PERKAWINAN ENDOGAMI PADA


MASYARAKAT BALI AGA DI DESA ADAT TENGANAN
PERINGSINGAN KABUPATEN KARANGASEM

Rumusan Masalah:
1. Bagaimana makna tradisi “seni patrol” pada masyarakat Jawa di Desa
Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang?

Pendekatan Kualitatif
Jenis Penelitian Etnografi

Metode Pengumpulan Data: Metode Pengolahan Data:


1. Observasi 1. Pengumpulan Data
2. Wawancara 2. Reduksi Data
3. Dokumentasi 3. Penyajian Data
4. Penarikan Kesimpulan

Hasil Penelitian

Sumber: Diolah Peneliti, 2021.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota
Malang. Durasi penelitian ini selama satu bulan yaitu pada Bulan September
2021.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Etnografi. Menurut Moleong (2016:25),
penelitian etnografi adalah penelitian yang memfokuskan pada studi keseluruhan
budaya. Awalnya, budaya yang dimaksud adalah persoalan etnis dan lokasi
geografis (misalnya: budaya dari kepulauan X), tetapi sekarang anggapan tersebut
sudah diperluas dengan memasukkan setiap kelompok dalam sebuah organisasi
(misalnya: budaya pada kelompok organisasi tertentu).

C. Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu data
primer dan data sekunder. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
sumber pertama. Data ini biasanya didapat dari informan secara langsung
melalui wawancara.
2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti melalui sumber kedua/ketiga (di luar sumber pertama). Data ini
digunakan untuk mendukung data primer, biasanya berupa bahan pustaka,
literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

9
Berikut adalah data yang peneliti gunakan:

Tabel 3.1 Sumber Data Penelitian

No. Jenis Data Keterangan


1. Primer  Catatan hasil wawancara
 Hasil observasi lapangan
 Data-data mengenai informan
2. Sekunder  Jurnal, Skripsi, Tesis, dan Disertasi terdahulu yang
memiliki kesamaan topik permasalahan.
 Buku atau literasi penunjang penelitian lainnya.
Sumber: Diolah Peneliti, 2021.

D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek penelitian ditentukan menggunakan teknik
purposive sampling dan snowball sampling. Menurut Sugiyono dalam Prastowo
(2011:197) menyatakan bahwa sampel bertujuan (purposive sampling) merupakan
teknik yang dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu, yaitu orang
yang dianggap paling tahu tentang topik yang akan diteliti. Sedangkan, menurut
Moleong (2016:224), sampel bola salju (snowball sampling) merupakan teknik
pengambilan sampel yang ditujukan untuk memperoleh variasi informasi
sebanyak-banyaknya dengan cara informan yang berperan sebagai subjek
penelitian memberikan informasi atau saran untuk menggali data lebih lanjut
kepada salah seorang informan lain, begitu pun seterusnya.
Berikut adalah daftar informan sebagai subjek penelitian:

Tabel 3.2 Daftar Informan


No. Nama Informan Status Usia
1. Indah Masyarakat Desa 17 Tahun

2.

3.

Sumber: Diolah Peneliti, 2021.

10
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Creswell (2012:266), prosedur pengumpulan data yang dilakukan
meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi
dan wawancara, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang
protokol untuk merekam atau mencatat informasi. Dalam penelitian ini, peneliti
telah menggunakan tiga metode pengumpulan data, antara lain:
1. Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
untuk memperoleh gambaran sikap atau kondisi subjek penelitian yang telah
ditentukan. Dalam konteks penelitian ini, observasi dilakukan dari awal hingga
penelitian berakhir. Observasi pada penelitian ini ditujukan pada kondisi
kehidupan masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2016:186), menyatakan bahwa wawancara merupakan
sebuah percakapan yang memiliki maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee).
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah metode yang digunakan peneliti untuk
memperkaya pengetahuan mengenai berbagai konsep yang telah digunakan
sebagai dasar atau pedoman dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dokumen pendukung antara lain jurnal penelitian dan buku yang
berkaitan dengan topik penelitian.

F. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analis data interaktif oleh Miles dan
Huberman, yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction), merupakan proses pemilahan, pemusatan
perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang
muncul dari catatan tertulis lapangan.
2. Penyajian Data (Display Data), merupakan proses di mana peneliti
menjabarkan dalam sebuah deskripsi informasi untuk menarik kesimpulan

11
dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif
biasanya dalam bentuk naratif.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion/Verifying), merupakan proses di mana
peneliti menarik simpulan dan melakukan verifikasi dari data yang telah
diperoleh.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

12
A. Makna Tradisi “Seni Patrol” pada Masyarakat Jawa di desa Bandulan
Kota Malang.

Tradisi seni patrol merupakan pengembangan dari tradisi patrol sahur lokal.
Tradisi lokal tidak selalu mengalami pelemahan budaya di ranah global. Tradisi
seni patrol di Bandulan Malang adalah salah satunya, seni ini tumbuh dalam
proses invented tradition yang diwadahi lewat aktivitas festival. Invented tradition
dari konsep Hobsbawn (2000), menjelaskan bahwa pemunculan tradisi
difungsikan agar tradisi tidak dipandang sebagai sesuatu yang tua atau identik
dengan kuno.

Pada umumnya kebudayaan bangun sahur dengan menggunakan kentongan dapat


ditemui di daerah pulau Jawa. Menabuh kentongan disaat jam makan sahur
merupakan sebuah kegiatan yang ada dan begitu saja dipraktekan oleh masyarakat
di Pulau Jawa sejak dulu. Namun, dalam prakteknya musik kentongan pembangun
sahur tidak hanya di temui di Pulau Jawa saja. Persebaran musik kentongan telah
ada sejak peradaban Islam belum berkembang di Indonesia, terutama Pulau Jawa.
Penggunaan kentongan pada eranya difungsikan sebagai alat komunikasi
sederhana. Sebagian besar masyarakat Jawa menamai musik ini sebagai musik
patrol. Akan tetapi, sebutan tersebut hanya berlaku saat tradisi patroli malam
dilakukan sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kentongan tetap dimaknai
sebagai kentongan. Peran dan fungsi kentongan dalam kegiatan sehari-hari yaitu
sebagai adanya pengumuman, penanda waktu,dan alat komunikasi baik saat ronda
maupun adanya suatu insiden yang terjadi.

Keberadaan tradisi patrol sahur di Bandulan sebenarnya ditandai lewat konsistensi


keberadaan praktek patrol tradisi dari masa ke masa. Sejak masih berstatus
administrasi desa yang dinaungi oleh Kecamatan Wagir, masyarakat Bandulan
masih konsisten mempraktekan teknik patrol dan komunikasi kentongan sebagai
pusat penanda informasi desa. Sebelum instalasi listrik masuk patrol digunakan

13
sebagai sistem keamanan patroli desa di malam hari. Patroli desa biasa dilakukan
oleh lima atau enam laki-laki dewasa.

"Oh iya betul, tapi sekarang sudah jarang masyarakat patroli desa buat jaga
malam, karena sudah ada satpam yang keliling. Tapi tradisi patrol sendiri masih
ada disini buat bangunin sahur. Bahkan anak-anak kecil juga ikut patroli desa di
bulan Ramadhan buat bangunin umat muslim yang sahur" ucap Indah, salah satu
kaum muda di Desa Bandulan dalam wawancara kami.

Menurut sumber yang kita dapatkan di google, patrol sesungguhnya untuk jaga
malam, dulu ketika masyarakat sedang jaga malam menggunakan patrol untuk
membangunkan masyarakat tidak ketiduran agar yang pintunya belum dikunci
segera dikunci agar tidak memalingkan.

Keberadaan instalasi listrik perlahan juga mulai menggeser kebiasaan-kebiasan


masyarakat di daerah Bandulan. Hal ini dibuktikan dengan mulai tidak dipakainya
kentongan sebagai penanda shalat. Kehadiran kentongan mulai digantikan dengan
jidor dan beduk sedangkan adzan masjid dan penguman di balai desa mulai di
ganti dengan pengeras suara atau yang disebut dengan toa. Pada praktek patroli
malam saat itu juga telah tergantikan fungsinya akibat terbentuknya sistem
keamanan desa atau disebut Hansip. Sedangkan, praktek patrol sahur masih
berlangsung dalam bentuk yang sederhana yakni menggunakan kentongan.

Perubahan drastis wujud patrol sahur dapat dilihat setelah pemekaran wilayah
tahun 1993. Kepadatan penduduk pasca adanya instalasi listrik cenderung
bertambah, struktur pembagian administrasi terkecil yang didasarkan atas Rukun
Kampung memberi penegasan tersendiri dalam istilah penyebutan pedukuhan di
wilayah Sumbersari saat itu. Masyarakat lebih trampil menyebutnya menjadi
kampung dari pada dusun. Sebutan tersebut tetap bertahan hingga tingkat
kepadatan penduduk perlahan bertambah dari tahun ke tahun. Secara umum
kampung di Sumbersari berdasarkan struktur RK lama adalah Bandulan tengah,
Kocek dan Bandulan. Perubahan tersebut juga berdampak pada penggantian nama
Sumbersari menjadi Bandulan. Selain itu, perubahan wujud patrol baru dimulai

14
ketika mobilitas masyarakat urban yang cukup tinggi dan masuknya modernisasi
di Bandulan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada penggunaan musik elekton
sebagai elemen patrol sahur.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelituan ini dapat disimpulkan tradisi seni patrol merupakan
tradisi kebudayaan bangun sahur dengan menggunakan kentongan
yang dapat ditemui di daerah pulau Jawa. Pada awalnya patrol juga

15
digunakan masyarakat untuk jaga malam, namun seiring
berkembangnya teknologi masyarakat sudah jarang menggunakan
patrol untuk jaga malam. Untuk bangun sahur beberapa masyarakat di
desa daerah pulau jawa juga sudah jarang digunakan, namun tidak
untuk masyarakat di desa Bandulan, Kota Malang. Mereka
memunculkan ragam kreasi patrol dalam bentuk festival. Dengan
adanya festival tersebut, tradisi seni patrol tidak luntur di desa
Bandulan dan masih sering dilaksanakan setiap bulan Ramadhan untuk
membangunkan umat muslim yang akan melaksanakan ibadah puasa.
B. Saran
Saran yang membangun sangat dibutuhkan bagi peneliti dalam
menciptakan sebuah artikel yang lebih baik kedepannya. Saran peneliti
ditunjukan pada masyarakat adat desa Bandulan untuk terus menjaga
warisan leluhur, karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai identitas
adat. Saran peneliti bagi pengembangan ilmu, yaitu: dibutuhkan kajian
ilmiah berkelanjutan terutama yang berkaitan dengan tradisi seni patrol
pada desa Bandulan, Kota Malang.

16

Anda mungkin juga menyukai