Anda di halaman 1dari 10

Diterima Pada Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

1 Mei 2021

Disetujui Pada
3 Mei 2021

E-ISSN : TARI BARIS KATEKOK JAGO DALAM PERSPEKTIF NILAI


2808-7798
PENDIDIKAN KARAKTER DI SANGGAR SANKHARA ART
DESA DARMASABA KABUPATEN BADUNG
I Gede Ari Widanta1, I Wayan Budiarsa2, I Gede Gunadi Putra3
1
Institut Seni Indonesia Denpasar
2
Institut Seni Indonesia Denpasar
3
Institut Seni Indonesia Denpasar
wedantaari@gmail.com

Abstrak

Tari Baris Ketekok Jago merupakan kesenian sakral yang berasal dari Desa Darmasaba, Kabupaten Badung. Kini
hampir sebagian besar Masyarakat Bali belum melihat dan menganalisis lebih dalam bahwa tarian ini sejatinya
memiliki nilai-nilai yang berhubungan dengan pendidikan karakter. Perumusan masalah dalam penelitian ini
ialah mengkaji tentang karakteristik, fungsi dan nilai-nilai pendidikan karakter pada Tari Baris Katekok Jago
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode kualitatif dengan pengumpulan data diperoleh
melalui hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Tari Baris Ketekok Jago yang dibina oleh I Nyoman Anom Adnya Arimbawa yang merupakan pimpinan
Sanggar Sankhara Art yang berlokasi di Desa Darmasaba ini, tetap terjaga eksistensinya hingga saat ini.
Karakteristik tarian ini tiada lain merupakan suatu tarian yang hampir seluruh gerakannya sangat mudah untuk
di peragakan dan sangat sederhana. Tarian ini disajikan secara berkelompok yakni sekitar kurang lebih 20 orang
penari pria dengan membawa properti tombak. Penyajian tari Baris Katekok Jago dibina oleh Sanggar Sankhara
Art ialah berfungsi sebagai tarian wali dalam upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya khususnya di Desa
Darmasaba. Dalam bentuk penyajiannya, dapat dipahami bahwa dalam tarian ini mengandung beberapa nilai
pendidikan karakter, di antaranya seperti nilai religius, nilai kedisiplinan, nilai kejujuran, nilai tanggung jawab,
nilai cinta tanah air, nilai peduli sosial, nilai persahabatan, nilai kerja keras, nilai cinta damai, nilai perjuangan,
nilai semangat kebangsaan, nilai karakter mandiri.

Kata Kunci: Tari Baris Ketekok Jago, Nilai Pendidikan Karakter, Sankhara Art.

PENDAHULUAN Dalam konteks kebudayaan, kesenian


memiliki hubungan yang berkaitan dengan
Pendidikan seni merupakan suatu kebudayaan sebagai suatu produk dan proses
pengetahuan untuk mengasah kepekaan jiwa dalam kehidupan masyarakat. Menurut
estetis dan kreativitas dalam berkesenian, (Soedarso, 2006: 66) kesenian juga di artikan
mengembangkan etika, dan kesadaran kultural sebagai pencipta dari segala macam bentuk dari
peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat kesenian itu tersendiri dapat di lihat, di dengar,
(Yulianto, 2020:19). Hal ini berarti bahwa maupun di rasakan oleh seseorang. Seni
pendidikan seni merupakan sesuatu yang sangat- pertunjukan adalah suatu seni yang diwujudkan
sangat bernilai untuk kehidupan bermasyarakat, melalui persembahan dan dilaksanakan untuk
khususnya di Bali. Perlu diketahui bahawa kepentingan tertentu. Salah satu seni pertunjukan
hampir keseluruhan kesenian yang ada di Bali, dapat dipersembahkan melalui seni tari.
pada umumnya berkaitan erat dengan aktivitas Sebagaimana farnell mengutip pendapat
kehidupan sosial agama masyarakatnya kaeppler dalam (Sumaryono, 2016: 8-9) yang
(masyarakat asli Bali) yang sebagian besar menjelaskan bahwa tari adalah bentuk
memeluk agama Hindu. kebudayaan sebagai hasil suatu proses kreatif
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

yang memanipulasi badan manusia di dalam Baris kekupu, Baris bedil, Baris cina, Baris panah,
waktu dan ruang, sebagai suatu cara untuk Baris jangkang, Baris cendekan, Baris gayung,
memformalisasikan gerak-gerak yang diartikan Baris cerekuak, Baris tengklong, Baris wayang
dan tari sebagai ‘karya seni’ masih dibutuhkan dan salah satunya adalah tari Baris Ketekok Jago.
keindahan-keindahan tertentu yang berhubungan Tari Baris Katekok Jago yang dijadikan sebagai
dengan nilai-nilai keindahan atau estetika. obyek penelitian ini terdapat di Desa Darmasaba
Kesenian di Bali, khususnya dalam aspek Kabupaten Badung. Istilah Baris yang berarti
seni pertunjukan sebagaimana kita ketahui ialah “deret, leret, jajaran, banjar” yang berarti pula
terdiri dari seni karawitan, drama, pedalangan, pasukan (prajurit) merupakan kesatuan tentara
dan seni tari. Sebagaimana yang telah disinggung yang siap untuk bertempur (Poerwadaminta,
sebelumnya di atas, yakni hampir berbagai 1987:93). Dari hal tersebut, taris Baris merupakan
aktivitas kegiatan sosial beragama masyarakat tari keprajuritan dan Tarian ini diiringi
Hindu di Bali ialah memerlukan serta seperangkat gamelan Gong kebyar.
menghadirkan keterlibatan penyajian Tari Baris Katekok Jago Desa Darmasaba
sebuah/suatu kesenian sebagai suatu wujud ini terlihat sangat menarik bagi peneliti sebab
persembahan rasa sujud syukur kehadapan sang dilihat dari asal usulnya yang biasanya Tari Baris
pencipta. Sehingga tidak jarang segala macam dibawakan dalam upacara Dewa Yadnya, namun
jenis kesenian, khususnya seni pertunjukan yang Tari Baris Ketekok Jago ini justru dipentaskan
dihadirkan pada saat kegiatan sosial keagaaman pada saat upacara Pitra Yadnya yang lebih
tersebut dilakukan dengan konsep ngayah. bagi dominan.
masyarakat Bali sendiri, konsep ngayah itu Berdasarkan realitas di lapangan hampir
sendiri mengandung pengertian bahwa segala sebagian besar masyarakat tidak mengetahui
sesuatu yang dihaturkan harus berdasarkan rasa nilai-nilai pendidikan dan bentuk penyajian yang
suka cita dan ketulusikhlasan dan tanpa pamrih. terdapat pada tari Baris Ketekok jago tersebut.
Selama ini, secara tidak langsung maupun Peneliti tertarik untuk mengadakan riset lebih
langsung konsep ngayah tersebut nampaknya lanjut terhadap tarian ini dari aspek yang belum
mampu menjaga eksistensi kesenian Bali, pernah di kaji. Dari hasil penjajakan yang
khususnya seni pertunjukan yang diperuntukkan dilakukan, sudah ada beberapa penelitian yang
sebagai sebuah sajian ritual upacara keagamaan. membahas atau mengkaji tentang Tari Baris
Terkait dengan itu, Diana Putra (2013:56) Ketekok Jago seperti yang ada di daerah
menyatakan bahwa kesenian tidak lepas dari Kerobokan yang dimana tari Baris Ketekok Jago
aktivitas upacara keagamaan, yang memiliki ini selain digunakan untuk upacara pitra yadnya
makna sebagai suatu persembahan kepada Tuhan juga dipakai pada saat upacara mendak tirta atau
yang Maha Esa, yang disebut dengan yadnya. memohon hujan, terutama pada saat sasih katiga
Pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu, tidak kangkang. Maka dari itu perlu diapresiasi bahwa
hanya dalam bentuk upacara saja, akan tetapi ada salah satu sanggar, yakni sanggar sankhara
melalui karya seni (seni sakral) dapat digunakan art yang secara konsisten membina anak-anak
sebagai sarana persembahan kepada Tuhan. atau generasi muda (khususnya pria) di daerah
Dari dulu hingga sekarang keberadaan Darmasaba untuk belajar tari Baris Katekok Jago.
ritual keagamaan di Bali banyak mempergunakan Sanggar Seni Sankhara Art merupakan
kesenian yaitu seni tari. Tarian tersebut biasanya sanggar sekaligus komunitas seni khususnya tari
disakralkan oleh masyarakat setempat dan tradisional Bali. Sanggar ini sudah berdiri sejak
dipentaskan pada saat- saat tertentu saja. Adapun tahun 2011 dan fokus dalam pengajaran seni tari
salah satu tarian yang biasanya digunakan yaitu, dan sudah banyak mencetak bibit-bibit unggul
Baris tumbak, Baris poleng, Baris dadap, Baris guna melestarikasn adat tradisi Bali. Di samping
presi, Baris pendet, Baris bajra, Baris tamiang, seni tari, kami juga berusaha untuk berbagi
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

pengetahuan mengenai seni dan budaya yang ada keagamaan masyarakat Hindu di Bali, seperti
di Bali. Sanggar Seni Tari Sankhara Art yang upacara ngaben. Ngaben atau pengabenan
berlokasi di jl. Kecubung no.6, Darmasaba, merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan
Kecamatan. Abiansemal, Kabupaten Badung. upacara Pitra Yadnya yang diyakini sebagai salah
Sanggar ini juga sering melatih Tari Baris Katekok satu sarana untuk mengemballikan unsur-unsur
Jago pada anak-anak didik mereka. Hal ini Panca Mahabhuta kepada asalnya (Singgin, 2010:
merupakan salah satu wujud dari pelestarian aset 07). Di beberapa wilayah di Bali, tari Baris
kesenian di Desa Darmasaba untuk menunjang Katekok Jago ditarikan oleh kaum laki-laki yang
generasi penerus penari yang nantinya dapat sudah remaja atau menginjak dewasa. Di daerah
berkontribusi secara berkelanjutan untuk Desa. Desa Darmasaba, Abiansemal, Kabupaten
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, Badung. Tarian ini dapat ditampilkan dengan
dapat dipahami bahwa penelitian terhadap nilai- ideal penari sebanyak 20 orang ataupun lebih,
nilai pendidikan yang terkandung dalam tari dalam bentuk berkelompok, dan juga bisa
Baris Katekok Jago ini memang sangat perlu ditarikan dalam bentuk tarian masal. Tarian ini
untuk dilakukan, karena mengingat bahwa dilakukan pada waktu acara pengabenan, yang
hampir sebagian besar Masyarakat di daerah dilaksanakan di halaman setra/ kuburan.
Darmasaba tidak atau belum mengetahui Berdasarkan hasil observasi yang
mengenai bagaimana bentuk, fungsi dan nilai dilakukan pada tanggal 28 November 2023, secara
pendidikan karakter yang terkandung dalam umum hubungan tari Baris Katekok Jago dengan
penyajiannya estetika terletak pada bagian-bagian tari, seperti
gerak, musik iringan, tata rias, tata busana, desain
METODE atau pola lantai, properti, dinamika, dan tata
panggung pada tari Baris Katekok Jago. Sehingga
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bagian ini merupakan bagian yang suatu
adalah metode kualitatif dengan pendekatan ketertarikan oleh si penikmat saat melihat
deskriptif. Pemilihan sampel dalam penelitian ini penampilan tari Baris Katekok Jago, sehingga
menggunakan purposive sampling dan teknik menjadi suatu bagian keindahan pada tari Baris
pengumpulan data berupa wawancara, observasi, Katekok Jago. Berdasarkan hasil pengamatan
studi kepustakaan dan suti dokumentasi. Teknik secara langsung di lapangan dengan tetap
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada Teori Estetika dari Djelantik,
adalah analisis wacana lisan yang disampaikan maka kajian terkait dengan karakteristik tari Baris
langsung oleh beberapa narasumber dengan Katekok Jago yang dibina di Sanggar Sankhara
menggunakan alat rekam suara dan catatan Art Desa Darmasaba dapat dipaparkan secara
sebagai penyimpan hasil wawancara. Kemudian merunut.
data disajikan dengan penyajian secara visual dan Ciri khas tari Baris Katekok Jago tersebut
verbal. terlihat dari perpaduan dari tari baris katekok
jago di desa adat kesiman yang digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai dasar dan kemudian dikembangkan,
pengembangan ini ada pada struktur gerak dan
Karakteristik Tari Baris Katekok Jago Di Desa juga kostum yang digunakan. Dari segi gerak
Darmasaba Yang Dibina Oleh Sanggar Sankhara yakni gerakan goak maling taluh yang dijadikan
Art. ciri khas tari baris katekok jago di sanggar
Tari Baris Katekok Jago merupakan Sankhara Art, kemudian dari segi kostum
sebuah tari sakral (Wali) masyarakat suku Bali. menggunakan baju dan celana poleng bermotif
Pada umumnya, tarian ini dijadikan sebagai garis-garis, sedangkan saput yang digunakan
pelengkap saat berlangsungnya upacara bermotif kotak-kotak. Kemudian gerak pokok
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

lainnya yakni gerak tariannya seperti ayam jantan layaknya saling berpasangan ketika menarikan
yang berebutan mencari ayam betina dan gerakan tarian ini.
tersebut membuat orang yang menonton tarian 2. Vokal: Ketika menari penari dan beberapa
Baris Katekok Jago menjadi terhibur dan tanpa di prnabuh berkolaborasi melantunkan beberapa
sadari di dalam tarian tersebut ada pesan nilai bait vokal, yang berfungsi sebagai simbol
yang tertuang yaitu tidak bolehnya kita sesama pengantar upacara pitra yadnya. Lagu atau vokal
manusia saling berebutan (I Nyoman Adnya, tersebut diantaranya; (1) Lagu Omang, (2) Lagu
2022). Barong, (3) Lagu Kale, (4) Lagu Pengeset Jauh
Sekaa Baris Katekok Jago di Sanggar Luh.
Sankhara Art memang sangat erat hubungannya 3. Gerakan Goak Maling Taluh: Gerakan penari
dengan upacara keagamaan, bahkan tari Baris dilakukan bada bagian pengawak (isi) dengan
Katekok Jago yang ada disini diperlukan juga mengisyaratkan selah-olah penari tersebut
oleh desa – desa lainnya dan beliau berpendapat menjadi sosok ayam jantan yang mengerami
bahwa adanya tarian Baris Katekok Jago ini yang telornya.
menjadi warisan dari penglingsir Desa Dalam struktur tarinya terdapat 4 bagian
Darmasaba khususnya harus tetap dipertahankan diantaranya.
dan dilestarikan agar tari Baris Katekok Jago terus 1. Pepeson (Awal)
ada di jaman yang maju ini dan beliau juga Tari Baris Katekok Jago yang menari berbaris
menyatakan perlunya generasi penari remana menghadap bade sangat sederhana, namun
yang berasal dari masyarakat banjar khususnya di mereka mengungkapkannya dengan penuh
desa Darmasaba, untuk belajar dan memahami semangat dan rasa pengabdian yang dalam.
gerakan-gerakan yang tertuang dalam tarian Baris Setiap dipergantian gending merekang
Katekok Jago agar gerakan demi gerakan yang di meneriakan kuuuk. Seseorang penari terdepan
tarikan supaya lebih dikuasai oleh penari sebagai pemimpin melakukan gerakan ngindang
sehingga makna yang disampaikan dari tarian ini dengan sikap kedua tangan memegang kain
sampai kepada penikmatnya ( Indah Yuniari , rembang sebagai sayap, kemudian mendekati
2022 ). Dengan demikian, berdasarkan kedua penari lainnya melakukan gerakan ngaras sambil
pendapat dari dua informan tersebut dapat jongkok.
diungkapkan bahwa keberadaan tari Baris 2. Pengawak (Isi)
Katekok Jago di Desa Darmasaba, Sanggar Para penari dengan posisi berderet tiga
Sankhara Art sudah menjadi warisan budaya memanjang. Dalam bagian ini penari Baris
lokal yang tercermin dari gerakan yang tertuang Katekok Jago melakukan beberapa gerak symbol
dalam tari Baris Katekok Jago. ketegasan seperti gandang arep, tanjek dua,
Pakem tari baris katekok jago di sanggar nengkleng, gelatik nuut papah. Gerakan-gerakan
ini yakni Gerakan yang sudah menjadi ciri khas tersebut dilakukan pengulangan 2x secara alternit
ini telah dipengaruhi oleh keberadan lingkungan dengan transisi ngangsel dan diakhiri kembali
di Desa Adat Darmasaba dan telah menyatu dengan agem kanan dan kiri (Made Ebuh, 1990:
dengan kekuatan religius sehingga tarian Baris 19).
Katekok Jago ini dijadikan tarian Sakral di Desa 3. Pengecet
Adat Darmasaba, Abiansemal Kabupaten Pada Bagian Pengecet penari melakukan beberapa
Badung. gerakan simbolis dan ciri khas dari gerakan tari
Gerakan tersebut diantaranya: Baris Katekok Jago berdasarkan pakem sanggar
1. Gerakan “mearas-arasan”: Gerakan spontanitas tari Sankhara Art. Yang mana penari mengambil
para penari yang melakukan gerakan saling properti tombak dan diletakkan di bawah,
mendekati antara penari satu dengan yang lain dilanjutkan dengan penari mengambil selendang
(sebagai symbol sayap) lalu mengibas-ibaskannya
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

dalam posisi “ngitir” mengelilingi para penari warisan budaya Bali. Keterkaitannya dengan
lainnya yang masih dalam posisi jongkok. Pada ritual dan keagamaan menjadikan setiap gerakan,
bagian ini gerakan tersebut dilakukan dilakukan musik, dan prosesi tari ini sebagai bagian tak
berulang-ulang diselingi gerakan mearas-arasan terpisahkan dari kehidupan budaya masyarakat
secara bergantian (Made Ebuh, 1990: 19). Bali, memperkaya dan menjaga warisan budaya
4. Pekaad (Akhir) yang begitu kaya di Bali, sesuai dengan yang
Gerakan terakhir adalah berperang sesuai dengan disampaikan oleh Kardji Wayan (2010: 21).
tema cerita Rwa Bhineda adalah kejahatan Tari Baris Katekok Jago, sebuah warisan
melawan kebaikan yang dapat diuraikan sebagai budaya Bali yang berakar kuat di Desa Tegal
barikut, dua ekor angsa yang sedang mengeram Darmasaba, mengemban dua peran penting
telor, tiba-tiba di datangi sekelompok burung dalam tradisi lokalnya. Awalnya, pementasan
gagak yang bermaksud mencuri telor angsa perdana oleh Sanggar Sankhara Art diadakan
tersebut. Kedua angsa menghalangi niat jahat dalam upacara Dewa Yadnya, tepatnya saat
kelompok burung gagak tersebut sehingga ngenteg linggih di Pura Dalem Gegelang.
terjadinya sebuah perkelahian yang berakhir Pementasan ini, yang merupakan debut para
dengan kekalahan burung gagak tersebut. Setelah penari dari sanggar tersebut, menandai langkah
tarian berakhir, penari Baris Katekok Jago awal dalam mempersembahkan Tari Baris
berjalan ke arah bade seolah menjemput jenazah Katekok Jago.
yang diturunkan. Selanjutnya tugas Baris Katekok Seiring berjalannya waktu, pertunjukan ini
Jago adalah mengawal jenazah menuju lembu berkembang, menemukan panggungnya dalam
sebagai tempat pembakaran jenazah dengan mendampingi jalannya upacara Pitra Yadnya.
berputar tiga kali. Perbedaan utamanya terletak pada seleksi penari
yang dilakukan untuk mementaskan tari ini. Saat
Fungsi Tari Baris Katekok Jago Sanggar mengiringi jalannya upacara Pitra Yadnya,
Sankhara Art, Desa Darmasaba, Kabupaten Sanggar Sankhara Art melakukan seleksi ketat
Badung. terhadap penari terpilih, yang telah melalui
Tari Baris Katekok Jago dari Desa Tegal proses pawintenan, untuk menyajikan Tari Baris
Darmasaba, Bali, telah mengemban fungsi utama Katekok Jago.
yang tak tergantikan dalam tradisi lokalnya. Saat ini, kehadiran Tari Baris Katekok Jago
Awalnya, sebagai bagian dari upacara Dewa tidak hanya terbatas pada momen upacara. Tarian
Yadnya, pertunjukan ini memulai debutnya oleh ini sering dipertunjukkan saat api pembakaran
Sanggar Sankhara Art di Pura Dalem Gegelang, jenazah telah menyala. Gerakan dalam tari ini
menandai langkah awal dalam penyajian Tari memiliki kedalaman makna yang kuat,
Baris Katekok Jago oleh para penari. khususnya dalam melambangkan perjalanan roh
Seiring berjalannya waktu, peran penting menuju peristirahatan terakhir, merujuk pada
tarian ini berkembang, ditemukan dalam simbol mapag atma.
mendampingi upacara Pitra Yadnya dengan Beberapa contoh gerakan tari Baris
penari terpilih yang telah menjalani proses Katekok Jago di Sanggar Sankhara Art dengan
pawintenan. Kini, tidak hanya terbatas pada pembagian Tri Angga sebagai metode
momen upacara, tarian ini juga dipertunjukkan mempermudah dalam pembelajaran adalah
pada saat api pembakaran jenazah telah menyala, sebagai berikut : 1. Utamaning Angga, yaitu
membawa kedalaman makna yang bagian utama dalam tubuh yang dalam Estetika
mencerminkan perjalanan roh menuju Hindu dikaitkan dengan bagian yang paling
peristirahatan terakhir. Lebih dari sekadar disucikan adalah bagian kepala. Dalam belajar
pertunjukan, Tari Baris Katekok Jago Teknik Tari Bali ada berbagai jenis gerak yang
memancarkan simbolisme mendalam dari bersumber pada bagian kepala, diantaranya
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

Kipekan, Ulu Wangsul, Seledet, Cegut dan digunakan yaitu Banten Pengayab, Prasista
gerakan yang termasuk Tangkep atau Mimik. 2. Byukawon, Banten Pengulapan, Santun baris
Madyaning Angga, merupakan bagian kedua Katekok Jago, Biukaonan Gede, Santun Gede Suci
dalam pembagian Tubuh diantaranya bagian Soroh, Pengengkab gong, Segehan Agung.
Torso atau badan, dari bahu hingga pinggul.
Dalam bagian ini terdapat banyak Nilai-nilai pendidikan Tari Baris Katekok Jago
perbendaharaan gerak yang ada, beberapa Nilai-nilai pendidikan merupakan suatu
contohnya adalah gerakan Agem, 3. Nistaning yang diyakini kebenarannya dan mendorong
Angga, merupakan bagian terakhir dari orang untuk positif di dalam kehidupannya
pembagian ini yang terdapat pada bagian bawah sendiri atau bermasyarakat. Nilai berasal dari
pinggil dan kaki contohnya gerakan Malpal, bahasa latin vale’re yang artinya berguna,
Tanjek, Ngeed, Miles, Nayog, Oyod. Dalam Tari mampu, akan, berdaya, berlaku, sehinga nilai
Baris Katekok Jago terdapat beberapa diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik,
perbendaharaan gerak yang paling utama yang bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
menekankan pada kaki sebagai pondasi atau seseorang atau sekelompok orang lain. Nilai
dasar berdiri menari. Bagian ini sangatlah adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
penting, karena untuk mendapatkan gerak tari disukai dan diinginkan, dikejar, dihargai, berguna
yang bagus haruslah memiliki pondasi yang kuat, dan dapat membuat orang yang menghayatinya
dimana kaki sebagai pijakan tubuh dalam menari. menjadi bermanfaat (Adisusilo, 2012:56).
Hal yang paling mendasar dalam menjaga Pendidikan merupakan sarana yang
keseimbangan tubuh dalam menari adalah posisi menumbuh-kembangkan potensi-potensi
kaki yang dalam prakteknya memiliki pakem atau kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi
aturan yang tidak dapat dirubah. manusia yang sempurna. Berdasarkan uraian di
Dalam suatu pementasan, tempat atas dapat dirangkum bahwa nilai-nilai
merupakan point yang sangat penting dalam pendidikan merupakan suatu yang baik maupun
suatu pertunjukan baik itu seni tari atau seni buruk yang berguna bagi kehidupan manusia
musik. Tari Baris Katekok Jago dipentaskan pada yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap
upacara Pitra Yadnya yang berlangsung di setra dan tingah laku dalam proses pendewasaan
atau tempat pembakaran jenazah tepatnya melalui pembelajaran.
didepan bade setelah itu memutari tempat Dalam penelitian ini nilai-nilai pendidikan
pembakaran jenazah dibuat secara abstrak yang dikaji dalam tari Baris Katekok Jago di Desa
mengikuti situasi dan kondisi di tempat Darmasaba, Kecamatan Abiansemal Kabupaten
pertunjukan, dibuat tanpa “langse” atau dekorasi Badung yang akan diuraikan sebagai berikut:
khusus lainya (Made Ebuh, 1990 : 19). nilai religius, nilai kreatif, nilai semangat
Banten atau sesajen merupakan sarana kebangsaan, nilai estetika, nilai kejujuran, nilai
wujud bakti kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. toleransi, nilai mandiri, nilai tanggung jawab,
Sebagaimana halnya dengan tradisi pada kegiatan nilai cinta tanah air, dan nilai peduli sosial. Dalam
tari Baris Katekok Jago lainnya, maka begitu pula rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan
halnyaq dengan tradisi Baris Katekok Jago di karakter pemerintah mengidentifikasi 18 nilai
Desa Darmasaba yang selalu membuatkan karakter yang bersumber dari agama, budaya dan
upacara dengan sarana sesajen pada waktu akan falsafah bangsa, meliputi religius, jujur, toleransi,
melakukan pementasan (Made Ebuh, 1990: 19). disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
Pada umumnya upacara tersebut rasa ingin tahu, semangat, kebangsaan, cinta
dilakukan pada waktu menjelang pentas, tanah air, menghargai prestasi,
krmudian pada waktu pentas dan terakhir ketika bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
sudah selesai pentas. Seluruh jenis sesajen yang
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, diberikan baik secara langsung maupun tidak
tangung jawab. langsung dengan semangat yang tinggi, guna
1. Nilai Religius terwujudnya sebuah acara menjadi lancar.
Nilai religius yang dapat dilihat di dalam 3. Nilai Cinta Tanah Air
tarian tari Baris Katekok Jago yaitu menentukan Nilai Pendidikan cinta tanah air yang
hari baik menurut kalender tradisional bali, dalam konteks ini cinta tanah air berdasarkan
sesajen banten yang digunakan didalam budaya atau kebudayaan yang ada pada tari Baris
pertunjukkan tari dan adanya spirit yang sangat Katekok Jago bisa dilihat dari rasa solidaritas
kuat dalam pertunjukkan tersebut sehingga yang tinggi serta kecintaan terhadap budaya atau
masyarakat yang menonton dalam upacara warisan leluhur, kecintaan ini merupakan
pengabenan turut serta merasakan nilai magis pembuktian kecintaan akan warisan leluhur, adat,
didalam rangkaian prosesi pembakaran tradisi dan budaya secara turun temurun, oleh
jenazahnya. Dalam petunjukan tari Baris Katekok sebab itu mereka antusias mempersembahkan
Jago di Darmasaba ditemukan unsur pendidikan dan melestarikan tari Baris Katekok Jago.
yang bersifat religius dilihat dari sejarah 4. Nilai Disiplin
munculnya tari Baris Katekok Jago prosesi Dalam hal ini nilai disiplin pada tari Baris
pertunjukan hingga fungsi pertunjukan sebagai Katekok Jago, Masyarakat sangat menghormati
tari wali. Tari Baris Katekok Jago dipentaskan pimpinanya, dan sebagai anggota masyarakat,
pada pujawali Upacara Pitra Yadnya di desa baik penari ataupun masyarakat laiinya
Darmasaba. Para penari sebelum menari mengikuti aturan- aturan (awig-awig) yang telah
dilakukan ritual khusus yaitu pembersihan menjadi kesepakatan bersama di Desa
(melukat dengan prayascita durmengala) yang Darmasaba. Dengan segala ketulusan dan
mana bertujuan untuk menghilangkan leteh keikhlasan bersama melaksanakan kegiatan ini
(kotor), dan pasupati yang dilakukan oleh para dan tidak lepas dari kesadaran.
jro dulu atau pemangku adat ( Singgin 5. Nilai Kejujuran
Wikarman, 2010 :07 ). Para penari juga harus Nilai kejujuran yang didasarkan pada
dalam keadaan suci secara lahir dan batin. upaya mempersiapkan dirinya menjadi orang
Kandungan sepiritual dalam tari Baris Katekok yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
Jago akan mendidik masyarakat untuk menjadi tindakan dan pekerjaan. Nilai pendidikan
lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu karakter kejujuran terdapat pada tari Baris
ingat dengan kepada Tuhan. Katekok Jago tepatnya pada anggota organisasi
2. Nilai Tanggung Jawab pendukung pelaksanaan upacara Pitra Yadnya
Nilai pendidikan tanggung jawab dapat yang dalam hal ini organisasi tersebut bergerak
dilihat dari sebelum menari, para penari diberi sebagai pemandu disetiap tempekan ketika tari
tangung jawab mempersiapkan diri untuk Baris Katekok Jago ditampilkan dalam upacara
menari, mempersiapkan sarana dan prasarana Pitra Yadnya ( Singgin Wikarman, 2010 :07 ).
dalam pementasan tari Baris Katekok Jago, pada Beberapa tugas organisasi tersebut diantaranya,
saat pementasan berlangsung penari diberikan yakni pada masalah pembagian keuangan,
tangung jawab untuk melakukan gerak secara pengambilan mala (hidangan berupa nasI
serius, sungguh-sungguh, dan penuh semangat rongan) yang diberi oleh krama desa. Selain itu
juang yang tinggi. Sesudah pementasan tari Baris nilai kejujuran juga terdapat pada penari yakni
Katekok Jago penari bertangung jawab atas penari harus jujur dalam melakukan gerakan
perlengkapan yang dikenakan pada saat tanpa ada yang perlu di besar-besarkan. Jujur
pementasan berlangsung. Kesigapan para penari merupakan prilaku yang didasari dari ketulusan ,
sangat diperlukan yakni mempunyai rasa perkataan, tindakan, pekerjaan dan para penari
tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

tari Baris ketekok jago dapat menjadi panutan makna spiritual yang menjadi kepercayaan
dan cermin dari sifat kejujuran. seluruh masyarakat di Desa Darmasaba.
6. Nilai Kerja Keras 9. Nilai Perjuangan
Perwujudan sikap kerja keras pada tari Nilai perjuangan merupakan sebuah
Baris Katekok Jago yakni membangkitkan upaya dan usaha serta pengorbanan yang besar
kepercayaan diri melalui proses kebersamaan untuk tercapainya tujuan tanpa rasa, pamrih,
dengan penuh kerja keras dalam pertunjukan, tanpa rasa iri hati dan yang paling penting adalah
serta memberikan yang terbaik kepada tidak saling menjatuhkan. Dalam tari Baris
masyarakat. Bagaimana para penari yang telah Katekok Jago yang notabene merupakan tarian
dipilih harus memiliki keyakinan yang besar pendukung sarana upacara keagamaan, setiap
terhadap rasa tanggung jawab yang timbul guna komponen yang terlibat didalamnya, seperti
memberikan yang terbaik untuk menarikan tarian penari, masyarakat pendukung daerah setempat
ini serta berlatih secara sungguh-sungguh agar khususnya di desa Darmasaba, sesajen
pertunjukan tari sakral ini dapat berjalan dengan kelengkapan prosesi penari dan sebagainya,
lancar atau sukses dan memberikan persembahan masing-masing perlu adanya perjuangan
yang terbaik baik kepada masyarakat dan rasa individualistic guna tercapainya pertunjukan
bakti kepada Tuhan. yang lancar dan upacara pengabenan dapat
7. Nilai Peduli Sosial berlangsung efektif dan kondusif.
Nilai Pendidikan Peduli Sosial dalam 10. Nilai Kreatif
mengembangkan kehidupan bersama, seperti Nilai kreatif yaitu berpikir dan melakukan
kasih sayang, kerja sama, gotong royong, sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru
penghargaan, dan sifat-sifat lainnya yang dari sutu yang telah dimiliki. Dimana dari sebuah
ditunjukan untuk kepentingan manusia yang kekreatifan masyarakat setempat bisa
merupakan kebiasaan secara turun menurun. meregenerasikan dan membangkitkan kembali
Adapun nilai Pendidikan peduli sosial yang kesenian tari Baris Katekok Jago melalui ciri khas
terkandung dalam tari Baris Katekok Jago dapat gerakan tari Baris Katekok Jago di Desa
di lihat dari sifat yang koleratif/bersama, yaitu Darmasaba, Sanggar Sankhara Art ini yakni
aktivitasnya di tengah–tengah masyarakat yang memiliki 4 ciri khas ragam gerak agar
melaksanakan suatu kegiatan upacara adat. memberikan wujud identitas tersendiri dari baris
Bahwa, keberadaan tari Baris Katekok Jago sangat katekok jago yang berada di Desa Darmasaba.
erat kaitannya nilai kebersamaan karena saling 11. Nilai Semangat Kebangsaan
membutuhkan satu sama lainnya misalnya, seka Nilai semangat kebangsaan dapat dilihat
penekang gong, seka gong, seka igel, jro melalui simbolisme tari Baris Katekok Jago yang
peduluan, dan jro mangku adat, dan angota merupakan tari wali yang digunakan pada acara
masyarakat lainya yang terlibat dalam Pitra Yadnya sebagai wadah dalam mengatur dan
mempersiapkan sarana dan prasarana upacara menjaga keseimbangan alam semesta. Dalam
dan upakara yang dilakukan. adegan ini terlihat suasana keceriaan, ketulusan
8. Nilai Bersahabat dan komunikatif. dan kesucian yang diperkuat dengan suara magis
Nilai pendidikan bersifat bersahabat dan gamelan Gong Kebyar menyatu padu dengan
komunikatif dilihat dari para tetua adat selalu gerakan tari secara serasi dan harmonis serta
menyadarkan dan saling mengisi atau memberi penuh keindahan.
motivasi kepada masyarakat dan para penari, 12. Nilai Karakter Mandiri
bahwa untuk menyukseskan suatu upacara yang Nilai pendidikan karakter mandiri
paling penting itu adalah sikap rendah hati, tidak terdapat pada penari Baris Katekok Jago yakni
sombong dan selalu berlaku baik menjadi sebuah pada kesanggupan penari harus mampu
keharusan, mengingat acara ini mengandung menguasai tarian Baris Katekok Jago secara utuh
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

dan benar sesuai dengan pakem-pakem tari Baris UMM.


Katekok Jago di Sanggar Sankhara Art, Desa
Bandem, I. M. (1983). Ensiklopedi Tari Bali.
Darmasaba. Menempa diri menjadi penari
Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia
profesional bukan hanya menjadi penari yang
Denpasar.
hanya sekedar menari karena suatu ikatan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil Bandem, I. M. (2983). Ensiklopedia Tari Bali.
hikmah dimana dalam menjalankan suatu Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia
pekerjaan ataupun melakukan sesuatu tidak Denpasar.
harus terikat atau tergantung terhadap orang lain
Dibia, I. W. (2013). Puspasari Seni Tari Bali.
yang mana kita harus mampu menyelesaikannya
Denpasar: ISI Denpasar.
sendiri.
Dibia, I. W., & DeBoer, F. E. (2004). Kaja dan Kelod
PENUTUP Tarian Bali dalam Transisi. Yogyakarta: Badan
Penerbit Institut Seni Indonesia.
Tari Baris Ketekok Jago, sebagai kesenian
sakral dari Desa Darmasaba, Kabupaten Badung, Djelantik, A. M. (1991). Estetika Sebuah Pengantar.
Bali, memiliki makna yang jauh lebih dalam Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan
daripada sekadar pertunjukan budaya. Penelitian Indonesia.
ini sangat penting dalam menjelajahi nilai-nilai Djelantik, M. A. (1990). Pengantar Dasar Ilmu
yang terkandung di dalamnya, terutama terkait Estetika. Denpasar: STSI.
pendidikan karakter. Dalam penelitian ini,
pendekatan kualitatif melalui observasi, Hidajat, R. (2019). Tari Pendidikan. Yogyakarta:
wawancara, studi dokumentasi, dan kepustakaan Media Kreativa.
mengungkapkan nilai-nilai yang tercermin dalam Koesoema, A. D. (2010). Pendidikan Karakter:
Tari Baris Ketekok Jago. Asal dan Kontinuitas: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Tari Baris Ketekok Jago berasal dari Desa Jakarta: Grasindo.
Darmasaba dan menunjukkan keteguhan tradisi
dengan minimnya perubahan signifikan seiring Poerwadarminta. (1987). Kamus Umum Bahasa
waktu. Estetika dan Karakteristik: Keindahan tata Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
rias, busana, gerakan, serta musik pengiring
Singgin, W. I. N. (2010). Hari Raya Hindu Bali
menjadi ciri khas yang dominan dalam tarian ini.
India. Surabaya: Paramita.
Fungsi dan Sanggar Pendukung: Fungsi utama
terkait dengan upacara Dewa Yadnya dan Pitra Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif,
Yadnya, sementara Sanggar Sankhara Art Kualitatig, dan R&D,. Bandung: Alfabeta.
bertanggung jawab dalam pembinaan Tari Baris
Supartama, I. G. M. B. (2015). Baris Wayang.
Ketekok Jago. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter:
Denpasar.
Penelitian mengungkapkan 12 nilai pendidikan
karakter dalam tarian ini, seperti religiusitas, Syarbini, A. (2012). Buku Pintar Pendidikan
kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, cinta Karakter. Jakarta: Prima Pustaka.
tanah air, peduli sosial, persahabatan, kerja keras,
Wardhana, W. (1990). Pendidikan seni tari buku
cinta damai, perjuangan, semangat kebangsaan,
guru sekolah menengah pertama. Jakarta:
dan karakter mandiri.
Depdikbud.
DAFTAR RUJUKAN
Narasumber
Alwison. (2006). Psikologi Kepribadian. Malang: I Wayan Sugeng Raharjo, 48 tahun, Seniman Multi
Nama Penulis Pertama, Penulis Kedua & Penulis Ketiga,

Talent, Jalan Diponegoro Barat Nomor 120 X,


Gang. Merak Kesimpir Denpasar Barat.
I Made Pasek Adnyana, umur, pekerjaan, alamat
Nyoman Karda, umur, pekerjaan, alamat
I Gede Adi Sumitra, umur, pekerjaan, alamat
I Wayan Putra Kariasa, umur, pekerjaan, alamat

Anda mungkin juga menyukai