Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS BENTUK FUNGSI DAN MAKANA DARI TARI BARIS

BUG-BUG DI BANJAR TENGKULAK KAJA, DESA KEMENUH,


KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

OLEH
I MADE PANDI WINATA
NIM: 2019.II4.0006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DRAMA, TARI, DAN MUSIK


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MAHADEWAINDONESIA
DENPASAR 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan diuraikan secara berturut –turut mengenai; (1.1)
latar belakang; (1.2) identifikasi masalah; (1.3) pembatasan masalah; (1.4)
rumusan masalah; (1.5) tujuan penelitian dan (1.6) manfaat penelitian dan (1.7)
asumsi.

1.1 Latar Belakang

Bali adalah salah satu pulau yang di dalamnya terkandung banyak


Tradisi, Budaya dan Upacara yang sakral, sehingga dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Bali terdapat banyak kesenian yang bisa
kita jumpai seperti seni tari, seni karawitan, seni patung, seni sastra dan seni
rupa. Tari Bali terkenal akan gerakannya yang lincah, enerjik dan yang paling
menonjol adalah ekspresi yang dibawakan oleh penari sehingga, mempunyai
daya tarik tersendiri. Tujun utama penari Bali adalah untuk menarikan setiap
tahap dan rangkaian gerakan dengan ekspresi tubuh. Tari Bali juga menjadi
bagian penting bagi kehidupan masyarakat Bali karena tari Bali sudah diwarisi
secara turun temurun sejak zaman lampau. Dijaman sekarang ini untungnya tari
Bali masih dapat kita jumpai (Bandem, 1983:1).
Tari Bali secara garis besar mempunyai dasar-dasar tari yang terdiri dari
tiga faktor yaitu agem, tandang, dan tangkep. Agem adalah sikap pokok yang
mengandung maksud tertentu, yaitu sikap pokok yang tidak dapat berubah dari
satu sikap pokok ke sikap pokok lainya. Faktor ke dua yaitu tandang, tandang
merupakan cara untuk memindahkan sikap pokok satu ke sikap pokok lainnya,
sehinga menjadi satu rangkaian gerak yang saling berhubungan. Faktor terakhir
yaitu tangkep merupakan mimik muka yang memancarkan penjiwaan tari, yaitu
suatu ekspresi yang timbul melalui cahaya muka. Tangkep sangat penting bagi
tarian di Bali karena tanpa adanya tangkep atau penjiwaan tari Bali tidak
nampak hidup (Djayus: 1980: 11).
Di Bali tarian juga di bagi menjadi tiga jenis tarian tradisional yang
diantaranya adalah tari wali, tari bebali dan tari balih-balihan. Tari wali
merupakan tarian yang bersifat sakral yang hanya biasa ditarikan saat acara
tertentu, seperti upacara keagamaan. Tarian tersebut ditarikan di jeroan
/utamaning mandala (halaman yang paling suci di area pura). Selanjutnya tari
bebali, tarian bebali paling sering dipentaskan di jaba tengah/madyaning
mandala (areal tengah halaman pura) taraian ini dipentaskan sebagai pengiring
upacara keagamaan, selain memberikan pencerahan melalui lakon, tari bebali
juga berfungsi sebagai sarana hiburan untuk pemedek yang tangkil. Terakhir
yaitu tari balih-balihan, tarian ini merupakan seni pertunjukan warisan
masyarakat Hindu yang menetap di Bali, tarian ini sangat mudah dijumpai
karena dipentaskan sebagai sarana hiburan (Bandem, 193: 23-36). Dari ketiga
tari tradisional di atas, ketigannya biasa dipentaskan saat ada upcara keagaaman
namun, memiliki sifat-sifat yang berbeda dan tempat pementasan yang tidak
sama.
Terdapat berbagai jenis tari wali yang merupakan warisan yang diwarisi
oleh leluhur kita dan memiliki ciri khasnya bahkan dapat dibilang sangat unik.
Contohnya tari rejang dewa dan tari Sang Hyang dedari. Namun saat ini tarian
tersebut sangat jarang untuk ditemui bahkan ada beberapa yang hampir punah.
Dari beberapa tari wali yang ada di Bali, tari baris sangat sering kita jumpai saat
ada upacara keagamaan dan memiliki keunikannya tersendiri. Tari baris
merupakan tarian yang gerak-geraknya sangat berkarisma mulai dari pundak
penari yang hampir melekat ke telinga, kedua tangan yang nyaris pada posisi
horizontal dengan gerakan yang tegas, selain itu tari baris juga memakai gerakan
yang sama dengan tarian lainya yang sama-sama menggunakan gerakan sledet
dan delik mata penari senantiasa berubah-ubah. Tari baris umumnya ditarikan
oleh seorang laki-laki karena, membutuhkan kelicahan, ketegasan dan stamina
yang kuat. Tari baris gede mempunyai perwatakan yang sangat unik yaitu
menekankan keseimbangan dan kestabilan langkah-langkah saat posisi berbaris
dan juga mengutamakan cara memainkan senjata (Bandem: 24). Tari baris pada
umunya adalah tari baris tunggal, yang menjadi dasar dari tari putra keras.
Tarian baris sakral adalah tari yang dipentaskan hanya saat
berlangsungnya prosesi upacara, dan bagian dari upacara itu tesendiri contoh
tari baris sakral beserta fungsinya ada puluhaan bahkan ratusaan tari Baris sakral
yang ada di setiap Desa atau daerah setempat kebanyakan tari baris sakral
tersebut tidak diketahui keberadaannya oleh masyarakat luar, namun ada juga
yang sudah diketahui dan di ekspos keberadaannya contohnya sebagai berikut:
tari baris keraras yang di pentaskan saat ada upacara di Pura Taman Ayun yang
jatuh pada selasa kliwon wuku medangsia yaitu setaiap (enam bulan). Tari baris
ketekok jago yang ditarikan saat upacara Yadnya tingkat madya dan utama
sebagai symbol kesatria yang mengawal para Dewa yang turun ke bumi saat ada
upacara Dewa Yadnya, Tari baris tamyang yang ditarikan saat ada upacara
Yadnya di Desa Tmpaksiring, tari baris cina yang berasal daerah Sanur dan
Renon menyimbulkan kesigapan dari seorang prajurit yang siap untuk
berperang, tari baris memedi dipentaskan saat ada upacara atiwa-tiwa (ngaben)
yang dipercayai untuk mengantarkan roh-roh untuk menuju surga, tari baris
panah tarian ini ditarikan pada saat upacara dewa yadnya yang terdapat di desa
Bangli. Masih banyak jenis baris sakral yang ada di Bali seperti baris poleng,
baris midergita, baris wayang, baris demeng, baris ireng, baris nawa sanga,
baris tengklong. Dari semua jenis baris di atas semua berfungsi untuk upacara
Dewa yadnya, dan masih banyak lagi nama-nama tari baris sakral yang ada di
Bali yang tidak diketahui keberadaannya oleh masyarakat luar namun, sudah
menjadi tradisi yang cukup lama di daerah setempat. Tari baris sakral sangat
dikeramatkan karena dilihat dari bentuk dan fungsinya sebagai pengiring
upacara Yadnya contohnya, tari Baris Bug-Bug yang keberadaannya di Banjar
Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Tari Baris Bug-Bug adalah tari penyelaras atau penyeimbang antara energi
negatif alam, dikarenakan konteks tarian dalam tutur durga kelangon sebagai
media penyomya energi negatif.
Tari Baris Bug-Bug juga salah satu tarian yang sangat unik, dan tarian
ini memakai gerak-gerak yang baru, dikarenakan pada tahun 90 –an sudah biasa
dibilang mulai masuknya unsur- unsur perkembangan, maka gerak gerak dari
tari Baris Bug-Bug ini sangat berbeda dari tari Baris yang lain, kareana pada
umumnya tarian Baris Tradisi mengguanakan gerak-gerak yang kuno dan klasik
namun tari Baris Bug-Bug ini memakai gerak yang sudah dikembangkan. Tarian
ini menggambarkan pasukan (prajurit) yang siap berperang dengan membawa
property tombak yang panjang dan runcing untuk menegaskan wibawa dari
seorang prajurit perang, karena tarian ini digunakan dalam sarana upacara dan
bersifat sakral maka penduduk desa mengaitkan tarian ini sebagai pasukan yang
sedang menjaga proses berjalannnya upacara yadnya supaya berjalan dengan
lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan (labda karya). Awalnaya
tari Baris Bug-Bug ini diciptakan pada saat upacara Panca Wali Krama di banjar
Tengkulak kaja, Desa Kemenuh ,Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar
pada tahun 90-an untuk mengiringi proses berjalannya upacara dan bisa
melindungi prosesi upacara dari gangguan dan hal-hal negatif. Tari Baris Bug-
Bug dominan memiliki berbagai gerakan dasar seperti, ngagem, miles, malpal,
dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan I Made Dana
selaku penari pertama tari Baris Bug-Bug, gerakan khusus dalam tari Baris Bug-
Bug ini seperti gerak menusuk mengunakan tombak yang menggambarkan
seoarang prajurit yang sedang melangsungkan peperangan.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti bermaksud meneliti objek
tersebut dengan memberi judul “Analisis Bentuk Fungsi dan Makna Yang
Terkandung Dalam Tari Baris Bug-Bug Banjar Tengkulak Kaja, Desa
Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar”.

1.2 Identifikasi Masalah


Tari Baris Bug-Bug Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar. Merupakan salah satu jenis tari Baris upacara
atau yang sering disebut tari wali. Lain halnya Baris upacara pada umumnya
karena, tari Baris Bug-Bug menggunakan gerak-gerakan yang modern dan
lincah. Tari Baris Bug-Bug diciptakan tahun 90-an oleh seniman I Gusti Ngurah
Kompiyang dan dibantu oleh seniman lokal, Banjar Tengkulak Kaja yaitu I
Made Dana. Tari Baris Bug-Bug ini awal mula diciptakan karena permintaan
dari masyarakat setempat menjelang adanya upacara panca wali krama di
Banjar Tengkulak Kaja. Tari Baris Bug-Bug menggambarkan seorang prajurit
yang siap untuk berperang dan membasmi hal-hal negatif, disaat upacara sedang
berlangsung. Ide terinspirasi dari filosofi pasukan prajurit yang siap
mengorbankan nyawanya untuk membela kerajaan dari serangan musuh, hal
itulah yang bisa dikaitkan bahwa tari Baris Bug-Bug juga biasa menjaga dan
melindungi proses upacara yadnya dari hal-hal negatif, karena kata Bug-Bug
berasal dari kata rubug dalam teks “Dharma Caruban” mengandung arti
pemersatu penyelaras dan penyeimbang, maka dari itu berdasarkan hasil
wawancara dengan I Made Dana selaku penari pertama tari Baris Bug-Bug,
dalam pementasan tari Baris Bug-Bug dapat dimaknai sebagai tari penyelaras
atau penyeimbang antara energi negatif alam karena, masyarakat mempercayai
pentasnya tari Baris Bug-Bug berguna untuk penyomya energi-energi negarif.

1.3 Pembatasan Masalah


Karena banyaknya masalah yang ditemukan yang berhubungan
langsung dengan tari Baris Bug-Bug, maka penulis melakukan pembatasan
sangat perlu dibatasi karena, agar penelitian ini dapat mengarah ke inti masalah
yang akan diteliti dan hasilnya akan menjadi lebih fokus, akurat dan tajam.
Dalam penelitian kali ini dilihat dari waktu yang terbatas dan
kemampuan penulis belum sempurna, peneliti ingin melampirkan ruang lingkup
penelitian dan pembatasan masalah agar penelitian ini mempunyai bayangan
yang jelas terhadap yang akan diteliti. Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak
melebar dapat dilihat dari judul objek penelitian, penulis ingin fokus terhadap
seni pertujukan tari Baris Bug-Bug yang berada di Banjar Tengkulak Kaja, Desa
Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah ditemukan dalam latar belakang maka
yang menjadi permasalahan penelitian adalah:
1. Bagaimanakah sejarah munculnya tari Baris Bug-Bug di Banjar
Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar.
2. Bagaimanakah bentuk, fungsi dan makna dari tari Baris Bug-Bug di
Banjar Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar,

1.5 Tujuan Penelitian


Selaras dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini merupakan
kunci pokok dalam menentukan arah kegiatan penelitian. Tujuan penelitian
yang jelas akan memberikan pedoman yang harus dikerjakan, dan dapat
menuntut cara kerja menjadi lebih teratur sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu (a) tujuan umum
(b) tujuan khusus.
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yaitu agar masyarakat khususnya
masyarakat Banjar Tengkulak Kaja mengetahui Bentuk, Fungsi, Dan Makna
dari Tari Baris Bug- Bug atau sejarah munculnya tari Baris Bug-Bug. Penelitian
ini diharapkan bisa mengembangkan dan membuka mata masyarakat luar
bahwa di Banjar kecil ini memiliki Tradisi yang patut dijaga dan dilestarikan.

1.5.2 Tujuan Khusus


Sesuai yang telah tertera pada rumusan masalah di atas tujuan khusus
penelitian ini dapat di rumusakan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dari munculnya tari Baris Bug-


Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar.
2. Untuk mengetahui bagaimana, bentuk, fungsi dan makna tari Baris Bug-
Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar.

1.6 Manfaat Penelitian


Dalam melakukan penelitian pasti selalu menginginkan hasil yang
terbaik sehingga nantinya penelitian ini berguna bagi diri sendiri maupun orang
lain khususnya dalam dunia pendidikan yang berhubungan dalam seni
pertunjukan maka dalam penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu (a)
manfaat secara teoritis, (b) manfaat secara praktis sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Secara Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman atau refrensi jika
ada mahasiswa yang akan melakukan penelitian mengenai tari Baris
Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar.
2. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan pembaca tentang
Bentuk, fungsi dan Makna dari tari baris Bug-Bug di Banjar tengkulak
Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
3. Penelitian ini diharapkan juga menarik minat dan bakat para generasi
muda di Desa Tengkulak Kaja untuk melestaraikan tradisi tari Baris
Bug-Bug dengan mengikuti kegiatan pesraman yang didalamnya isi
pembelajaran tentang tari Baris Bug-Bug.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan pengetahuan tentang fungsi,
bentuk dan makna dari tari Baris Bug-Bug yang ada di Banjar Tengkulak
Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
2. Bagi masyarakat luar agar bisa membuka matanya untuk melihat di desa
Tengkulak Kaja ada tradisi unik yang harus dilestarikan dan dipandang.
3. Untuk tenaga pengajar (pesraman) untuk pedoman guna mencetak
penerus tari baris Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa kemenuh,
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

1.7 Asumsi
Sebelum menemukan masalah ataupun mengenai masalah yang diteliti
perlu menguraikan asumsi tersebut. Asumsi adalah suatu anggapan dasar yang
sebenarnya diterima tanpa diselidiki lebih lanjut untuk menjadi dasar awal
dalam suatu penelitian (Ridjin 1980:18) asumsi biasa disampaikan bahwa
pernyataan yang umum tidak diragukan lagi keberadaannya berdasarkan uraian
di atas dapat mengajukan asumsi sebagai berikut:

1. Wawancara dengan I Made Dana, salah satu seniman yang menjadi


penari pertama berdirinya tari Baris Bug- Bug yang berada di Banjar
Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar.
2. Wawancara dengan I Made Selamat yang saat ini mejabat menjadi
Bendesa di Banjar Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar
3. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan dalam penelitian cukup
lengkap.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Dalam BAB ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai: (2.1)


kajian pustaka, (2.2) landasan teori.
Sumber tertulis sangat diperlukan dalam proses penulisan karya ilmiah
karena, dapat mendukung suatu pernyataan, melalui studi kepustakan sangat
membantu yaitu menambah pengetahuan dan informasi tentang penelitian
Analisis Bentuk, Fungsi dan Makna Tari Baris Bug-Bug di Banjar Tengkulak
Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Melalui
kegiatan ini diperoleh kajian pustaka sebagai bahan perbandingan sebagai
berikut:

2.1 Kajian Pustaka


Kajian pusataka adalah salah satu bentuk alternatif untuk mencegah
terjadinya plagiatisme dalam pembuatan suatu karya ilmiah dalam lingkungan
perguruan tinggi. Dalam kajian pustaka biasanya mencantumkan tentang teori,
konsep dan penelitian yang relevan. Dengan tindakan penelitian yang berkaitan
dalam penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. (Pertama), Penelitian I Gede Darma Sadnyana (2021) “menilai tentang


bentuk, fungsi dan makna dari tari Baris Kekupu di Banjar Lebah Desa
Sumerta Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar”. I Gede Darma
Sadnyana menggunakan beberapa ladasan teori sebagai pijakan.
Landasan teori yang digunakan adalah teori koreografi, teori estetika,
teori nilai- nilai pendidikan dan teori pendidikan. Untuk mendapatakan
suatau data yang diharapkan I Gede Darma Sadnyana meggunakan
metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi.
Penelitian I Gede Darma Sadnyana memiliki kesamaan dengan
penelitian saat ini yaitu sama-sama mengangkat tentang bentuk, fungsi
dan makna dari sebuah tarian baris. Namun perbedaannya adalah
penelitian saat ini yaitu, mengkaji bentuk, fungsi dan makna dari tari
Baris Bug- Bug sedangkan penelitian I Gede Darma Sadnyana mengkaji
tentang bentuk, fungsi dan makna dalam Tari Baris Kekupu.
2. (Kedua) Penelitian I Made Darpito (2018) yang meneliti tentang
“Pembelajaran tari Baris Tunggal I Wayan Budiarsa sebagai Penerus
Gaya I Nyoman Kakul pada Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Negeri 1
Semarapura Kangin Kabupaten Klungkung” penelitian yang dilakukan
I Made Darpito ingin mengungkap kemampuan dari siswa dalam
menarikan tari Baris Gaya I Nyoman Kakul. Penelitian I Made Darpito
mengguanakan metode yang sediki berbeda yaitu menggunakan metode
teori tari Bali, teori estetika, teori behaviorisme, tinjauan tentang
pembelajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.
Penelitian I Made Darpito juga memiliki kesamaan dengan penelitian
saat ini yaitu sama-sama membahas tentang tari Baris, namun penelitian
I Made Darpito lebih memperdalam tari Baris gaya I Nyoman Kakul.
Dan penelitian saat ini juga membahas tari baris, namun penelitian saat
ini membahas bentuk, fungsi dan makna tari Baris Bug-Bug di Banjar
Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar.
3. (Ketiga) Penelitian Prayoga Wibawa (2022) yang meneliti tentang dasar
dasar tari putra (Baris tunggal) di Sangar Kerta art, Banjar Ubud Kelod,
Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Penelitan Prayoga Wibawa Ingin
menyadarkan kepada Seniman yang ingin belajar tari Bali putra, harus
melewati dasar dasar tari yaitu Tari Baris Tunggal. Kebanyakan seniman
tari sekarang langsung belajar tari yang diinginkan tanpa belajar dasar
tari terlebih dahulu. Penelitian Prayoga Wibawa mengguanakan metode
obsevasi/wawancara dengan pemilik sanggar Kerta Art Ubud. Penelitian
Prayoga Wibawa memiiki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang tari baris namun penelitian
Prayoga Wibawa lebih memperdalam pentingnya belajar dasar tari putra
sedangakan penelitian saat ini membahas tentang bentuk, fungsai, dan
makna dari tari Baris Bug-Bug.
Dari ketiga penelitian di atas dapat disimpulkan memberi kemudahan
untuk proses penelitian dikarenakan ketiga kajian pustaka di atas sama-sama
membahas tari Baris secara umum. Sehingga proses penelitian bentuk, fungsi
dan makna yang terkandung dalam tari Baris Bug-Bug menjadi lebih
meyakinkan.

2.2 Landasan teori


Dalan melakukan penelitian ilmiah lebih cenderung dalam
mengguanakan teori-teori sebagai landasan untuk memperbedakan suatu
permasalahan yang akan dibahas. Kegunaan teori pada suatu penelitian bukan
hanya untuk menguji kebenaran pada suatu teori. Pengunaan teori tepatnya
sebagai penguat suatu proses penyelesaian Pada sebuah permasalahan. (Mertha
jaya, 2020:38). Teori-teori yang digunakan meliputi: Pengertian tari, pengertian
analisis, Pengertian Bentuk, Fungsi dan Makna Tari Baris Bug-Bug.

2.2.1 Pengertian analisis


Anlisis merupakan sebuah aktivitas yang terdiri dari serangkaian
kegiatan seperti membedakan, mengurai, memilah sesuatu untuk menyatukan
kembali menurut krekteria tertentu lalu ditafsirkan maknanya dan di cari
kaitannya. Analisis juga dapat diartikan sebagai upaya data yang tersedia, lalu
diolah mengguanakan statistik serta dipergunakan untuk menjawab sebuah
rumusan masalah dan penelitian ( Merta Jaya, 2020:92).

2.2.2 Pengertian Bentuk Fungsi dan Makna


Bentuk merupakan salah satu yang mencirikan objektif atau unsur seni
dari suatu karya seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bentuk
dapat diartikan sebagai suatu wujud yang ditampilkan (tampak).

Dalam penelitian ini mengakaji tentang bentuk, yaitu bentuk yang


terkandung didalam tari Baris Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa
kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Bentuk yang dimaksud
adalah bentuk yang biasa ditampilkan dan bagaimana wujudnya yang biasa
dilihat dengan Indra pengelihatan beserata susunan elemen- elemen yang
membentuknya (gerak tari, penari, iringan musik, tata rias dan busana, sesajen,
dan tempat pelaksanan).

Ada juga pengertian fungsi secara umum serta pengertian makna secara
umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian fungsi
merupakan kegunaan suatu hal, daya, guna serta pekerjaan yang dilakukan.
Fungsi adalah sebagai aspek khusus dari satu tugas tertentu (Moekijat,
2008:22).

Dalam penelitian ini mengkaji fungsi yang salah satunya untuk


mengetahui fungsi dari tari Baris Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa
Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Fungsi yang dimaksud
dalam penelitian ini untuk mengetahui fungsi dari Baris Bug-Bug di Banjar
Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar
khususnya dalam ranah religious.

Sedangkan pengertian makna menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI) adalah suatu ungkapan atau maksud dari inti pembicaran atau
penciptaan suatu karya cipta maupun karya seni kepada penikmatnya dalam
bentuk kebahasaan. Ada berbagai karya cipta manusia yang memiliki makna
yang berbeda-beda makna tersebutlah yang mejadi jembatan seorang pencipta
untuk menyampaikan maksud dari karyanya untuk semua orang yang
menikmati karyanya (KBBI).

Dalam penelitian ini mengkaji makna yaitu untuk mengetahuai makna


dari tari Baris Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar. Makna yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu mengetahui makna di setiap gerak-gerk serta penggambaran Baris
(prajurit) dalam tari Baris Bug-Bug.

2.2.3 Pengertian Tari Bali


Tari merupakan salah satu kesenian yang dalam bentuk pertunjukan
yang disuguhkan kepada penonton atau penikamat seni dengan bentuk
visualnya lebih menekan ke artisanya dan estetis. Tari adalah seni pertunjukan
yang dimana semua yang terkandung di dalamnya adalah gerak tubuh yang
bergerak sesuai karakter dan makna tarianya. Selain olah tubuh tari juga
memerlukan teknik, tenaga dan olah rasa, supaya gerak ataupun ekspresi yang
dibawakan penari dapat dirasakan atau sampai ke semua orang yang
menikmatinya. Tari yang biasa kita tangkap secara visual atara lain gerak, tata
rias, busana dan property.
Tari Bali adalah bagian yang sangat penting untuk kehidupan
masyarakat Bali karena masyarakat Bali sudah diwarisi tarian oleh leluhur-
leluhur yang dahulu. Tari Bali adalah konsepsi ciptaan manusia dalam
menciptakan atau mewujudkan suatu gerakan yang bersangkutan dalam
tugasnya sebagai seorang koreografer (Arini, 2011:10).
Dari pendapat diatas, dapat disimpulakan bahwa tari merupakan
warisan budaya yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali,
dan masyarakat Bali wajib untuk melestarikan dan menjaga tarian yang ada di
Bali supaya tetap lesatari. Tari Bali merupan suatu tarian yang di dalammya
banyak mengandung nilai- nilai kesakralan yang berhubungan dengan upacara
Keagamaan namun Tidak semua tarin di Bali mengandung nilai-nilai
kesakralan, banyak jenis tarian di Bali yang di pakai untuk sarana hiburan di
saat ada upacara keagamaan dan acara lainnya.
2.2.3.1 Jenis-jenis Tarian Bali
Menurut (Bandem, 1983: 23-36), dalam tari Bali dapat di bagi menjadi
tiga jenis kategori tari tradisonal yaitu:
1. Seni Tari Wali
Seni tari Wali atau Sakral umumnya tarian ini sebagai pelengkap
pelaksanaan upacara keagamaan yang dilakuakan di Pura-pura dan tempat
yang sedang mengadakan upacara keagamaan. Tarian ini sebagai pelaksana
upacara dan upakara (sesajen) lebih jelasnya tarian ini ditariakn untuk
mengantar prosesi upacara keagamaan, dan tarian ini tidak memakai lakon
contohnya seperti: Tari baris gede, tari rejang, tari topeng sidakarya dan
tari pendet. Tari Baris Bug-Bug juga termasuk didalam tarian Wali karena
tari Baris Bug-Bug ditariakan saat ada upacara keagamaan di Banjar
Tengkulak Kaja, Desa kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
2. Seni Tari Bebali
Seni tari Bebali merupakan salah satu seni tari yang dipentaskan untuk
pengisi acara upacara keagamaan. Seni tari bebali biasanya dipentaskan di
area luar Pura untuk menghibur pemedek (warga yang ada di pura).
Umumnya tarian ini memakai lakon contohnya: Drama gong, Drama tari,
Tari topeng, arja.
3. Seni Tari Balih-Balihan

Seni tari Balih-balihan adalah segala bentuk tarian yang terlepas dari unsur
kesakralan. Tari balih-balihan digunakan sebagai sarana hiburan disaat ada
acara di pura maupun luar pura dan tarian ini biasa dipentaskan dimana saja
dan acara apa saja, boleh mementaskan tarian ini, karena tarian ini bersifat
hiburan makanya disebut dengan seni tari balih–balihan (tontonan) tarian
ini tidak tergolong tari wali ataupun bebali serta mempunyai fungsi sebagai
seni serius dan seni hiburan contohnya: tari jogged, tari janger.

Dari ketiga jenis tarian di atas tari bebali dan balih-baliahan hampir
sama namun dilihat lebih dalam pebedaannya jelas ada, tari balih-balihan biasa
dipentaskan dimana saja karena bersifat tontonan dan hiburan, namun seni tari
bebali itu hanya biasa dipentaskan saat ada upacara keagaaman untuk
menghibur pemedek yang tangkil dan dipentaskan di luar area pura. Dari ketiga
jenis tarian di atas tari wali paling jelas perbedaanyan karena tidak boleh
sembarangan dipentaskan terkecuali ada upacara keagamaan karena memiliki
nilai kesakralan contohnya seperti tari Baris Bug-Bug yang tidak sembarangaan
boleh dipentasakan kecuali ada upacara di Banjar Tengkulak Kaja, Desa
kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar yang saat ini sedang
diteliti.

2.2.4 Tari Baris


Tari Baris merupakan salah satu dari berbagai macam tari upacara yang
sangat penting bagi masyarakat Bali. Baris memiliki arti deret, leret, jajaran dan
banjar, Baris juga memiliki arti pasukan (prajurit) yang merupakan kesatuan
dari pasukan besar yang siap berperang. Tari baris diperkirakan ada pada
pertengahan abad ke-16, perkiraan ini didasari oleh informasi yang terdapat
dalam kidung sunda, di perkirakan berasal dari tahun 1550 masehi. Tari baris
biasanya di bawakan secara berkelompok mulai dari 4 (empat) orang sampai 64
(enam puluh empat) atau lebih tergantung dari kebutuhanya tersendiri
(Bandem, 1983: 24). Ada puluhan tari baris wali namun tidak semua tari baris
wali diketahui keberadaannya karena tidak terekspos namun ada tari baris wali
yang bisa dibilang sudah dikenal dan diketahui oleh masyarakat luar daerah
keberadaanya. Berikut nama-nama Baris upacara di Bali contohnya:

1) Tari Baris tamyang.


2) Tari Baris keraras.
3) Tari Baris gede.
4) Tari Baris jago.
5) Tari Baris ketekok jago.
6) Tari Baris klemat.
7) Tari Baris Kekupu.
8) Tari Baris panah.
9) Tari Baris bedil.
10) Tari baris cendekan
11) Tari baris goak.
12) Baris juntal.
13) Tari Baris memedi.
14) Tari Baris bajara.
15) Tari Baris punia.
16) Tari Baris bug-bug.

Beragam tari baris yang di sebutkan di atas merupakan tari baris yang
kegunaannya untuk mengiringi upacara oleh masyarakat Bali. Banyak tari baris
sakral yang dimiliki daerah-daerah setempat contohnya tari Baris Bug-Bug
yang menjadi objek dalam penelitian saat ini.
2.2.4.1 Tari Baris Bug-Bug

Berdasarkan wawancara dengan penari pertama I Made Dana, pada hari


jumat 27 januari 2023 bahwa tari Baris Bug-Bug berasal dari dua kata yaitu
baris, yang artinya pasukan prajurit perang dan Bug-Bug asal kata dari rubug
dalam teks Dharma Caruban mengandung arti pemersatu atau penyatuan. Bug-
Bug dalam buku astakosala kosali, sastra bumi dan darma laksana
mengandung arti penyelaras atau penyeimbang. Jadi tari Baris Bug-Bug adalah
tari penyelaras atau penyeimbang antara energi negatif alam, dikarenakan
konteks tarian dalam tutur durga kelangon sebagai media penyomya energi
negatif. Tari Baris Bug-Bug juga salah satu tarian yang sangat unik, dan tarian
ini memakai gerak-gerak yang baru dikarenakan pada tahun 90-an sudah biasa
dibilang mulai masuknya unsur-unsur perkembangan, maka gerak-gerak dari
tari Baris Bug-Bug ini sangat berbeda dari tari Baris yang lain, karena pada
umumnya tarian Baris Tradisi mengguanakan gerak-gerak yang kuno dan
klasik namun tari Baris Bug-Bug ini memakai gerak yang sudah dikembangkan.
Tarian ini menggambarkan pasukan (prajurit) yang siap berperang dengan
membawa property tombak yang panjang dan runcing untuk menegaskan
wibawa dari seorang prajurit perang, karena tarian ini digunakan dalam sarana
upacara dan bersifat sakral maka penduduk desa mengaitkan tarian ini sebagai
pasukan yang sedang menjaga proses berjalannnya upacara yadnya supaya
berjalan dengan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (labda
karya).

Tari Baris Bug-Bug ini diciptakan pada saat upacara Panca Wali Krama
di banjar Tengkulak kaja, Desa Kemenuh ,Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar pada tahun 90-an untuk mengiringi proses berjalannya upacara dan
bisa melindungi prosesi upacara dari gangguan dan hal-hal negatif. Tari Baris
Bug-Bug dominan memiliki berbagai gerakan dasar seperti, ngagem, miles,
malpal, dan lain-lain. Gerak khusus dalam tari ini seperti gerak menusuk
mengunakan tombak yang menggambarkan seoarang prajurit yang sedang
melangsungkan peperangan.
2.2.4.2 Gerak Dasar Tari Baris Bug-Bug

1) Nayog : Merupakan suatu gerak kaki yang bisa di sebut gerak


berjalan seorang penari laki-laki.
2) Ngagem : Merupakan gerak pokok yang dilakukan penari selama
menarikan sebuah tarian dan agem bisa menjadi 3 bagian
yaitu, agem tengah, agem kanan, agem kiri.
3) Mekipekan : Merupakan gerakan kepala yang dilakuakan mualai dari
pandangan ke depan lalu memindahkan pandangan ke
samping.
4) Ngaed : Merupakan gerak kaki yang dilakuakan oleh seorang
penari yang dimana proses gerakannya yaitu kaki di di
bukak selebar bahu dan di berikan tekanan seperi gerak
setengah jongkok.
5) Miles : Merupakan gerak kaki yang fokus gerakannya di telapak
kaki dimana tumit kaki dibawa ke depan dengan posisi
telapak kaki jinjit.
6) Angakat kaki: Salah satu kaki di angakat setinggi lutut dan jeriji kaki
dinaikan.
7) Ngenjet : Ngenjet dalam tari Baris Bug-Bug dilakuan dengan proses
gerakan salah satu kaki di angakat dan tangan ngagem lalu
digerakan naik turun.
8) Putar : Merupakan gearakan memutar badan denagan proses
gerakan yang dilakuakan dengan cara salah satu kaki
diangkat dan tumpuan kaki lagi satu menjadi tumpuan saat
memutar badan.
9) Malpal : Merupakan gerakan kaki yang proses gerakannya
dilakuakn dengan berjalan cepat mengikuti tempo dari
iringan yang mengiringi tarian, posisi kaki di buakak
selebar bahu dan diberi tekanan ke bawah sehingga posisi
kaki setengah jongkok.
10) Ngoyod : Merupakan gerakannya dilakuakn dari gerak pokok yaitu
ngagem dan mendorong seluruh badan ke kanan dan ke
kiri dengan tumpuan pada kaki.
11) Geleng : Merupakan gerakan kepala yang proses gerakannya
menggerakan kepala kesamping kanan dan samping kiri.
12) Nangkis : Merupakan gerakan dari tari baris Bug-Bug yang
dilakuakan saat adegan perang yang proses gerakannya
dilakuan dengan memegang tombak dan ke dua tangan
memegang tombak dengan posisi tombak ditidurkan.
13) Menusuk : Merupakan gerak menyerang dalam adegan perang
dengan menggunakan peoperti tombak dan menusukan
tombak ke lawan.
14) Nanjek : Merupakan gerak kaki yang proses gerakanya salah satu
telapak kaki jinjit lalu kaki satunya lagi menjadi tumpuan
berat badan dan jeriji kaki diangakat.
15) Ngangsel : Merupakan gerakan yang proses gerakannya dilakuakan
dengan dari pisisi agem jiaka dimulai dari agem kanan
maka gerakannya dilakuakan deengan kaki kiri di angat
terlebih dahulu, lalu kaki kanan dan kembali ke kaki kiri,
kembali kea gem kanan, begitu juga sebaliknya.
16) Ngangguk : Merupakan gerak kepala yang proses gerakannya
dilakuakan dengan pandangan kepala ke depan lalu
dipindahkan pandanga kepala ke bawah lalu kembali ke
pandangan depan.
17) Ngeliyer : Merupakan gerakan kepalaya yang proses gerakannya
dilakuakan dengan salahsatu mata dikicirkan dan kepala
diputar setengah lingakaran ke samping.
18) Ngupek lantang : Merupakan gerakan yang dimana proses gerakannya
dialakuan deangan kedua tangan memegang property
tombak yang dimulai dari agaem kanan kaki kiri diangakat
terlebih dahulu lalu kaki kanan, lalu kaki kirai, lalu kaki
kanan dan kembali ke kaki kiri. Begitu juga sebaliknya
dengan tempo yang sedang.
2.2.4.3 Setruktur Tari Baris Bug-Bug
Tari Baris Bug-Bug memiliki ragam gerak seperti tari wirayudha yang
diciptakan oleh I Wayan Dibia pada tahun 1979, adapun struktur tari Baris Bug-
Bug yang terdiri empat bagian yaitu:
1) Pepeson : Pepeson menggambarkan awalan yang ditampilkan penari yang
dilakuakn dengan masuknya penari ke tempat pertunjukan dan mulainya
gerak yang ditarikan.
2) Pengawak : Pengawak mengambarakan ragam gerak pokok tarian yang
sudah menunjukan tema dari tari yang ditarikan.
3) Pengecet : Pengecet merupakan lanjutan dari ragam gerak pengawak
dengan melakuakn pengulangan dari ragam gerak sebelumnya.
4) Pekaad : Pekaad merupakan bagaian akhir dari rangkian gerakan atau
penutup dari sebuah tarian.

Dalam pepeson tari Baris Bug-Bug diawali gerak serentak dan


beriringan yang mengambarkan seorang prajurit yang siap untuk melakukan
peperangan, selanjutnya pada bagian pengawak menggambarkan kewibawaan
dari seorang prajurit yang gagah dan berani. Dilanjutkan bagian pengecet yang
mengambarakan seorang prajurit yang akan menuju ke medan peperanagan dan
terakhir dilanjutkan ke bagian pekaad yang mengambarkan seorang prajurit
yang sudah selesai melakukan tugasnya dan kembali ke istana.

2.2.4.4 Tata Rias


Secara umum tata rias adalah segala upaya yang merubah wajah
dengan menggunakan alat-alat kosmetik (make-up) untuk merubah karakter
pribadi tokoh yang diperankan, untuk memperkuat ekspresi atau mempertegas
tokoh dan untuk menambah daya Tarik penampilan serta mempercantik wajah
(Suatiwati, dkk 2011:19). Tari Baris Bug-Bug tidak memakai alat-alat kosmetik
seperti tari pada umumnya, namun tarian baris Bug-Bug hanya menggunakan
riasan berupa polesan putih di wajah penari yang sering disebut pamor. Pamor
bagi masyarakat Bali memiliki arti sebagai tanda spirit siwa dimana pamor itu
sendiri memiliki vibrasi sebagai pelindung dan juga memiliki energi penarik
atau pengarad taksu. Pamor memiliki warna putih yang melambangkan
kesucian dengan, arah mata angin bertempat di timur dengan Dewanya yaitu
Dewa Iswara sebagai Dewa kesenian. Berikut alat yang di pakai untuk merias
tari baris Bug-Bug:

Gambar 2.1 alat rias tari Bris Bug-Bug.

Gambar 2.1

(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12 Februari 2023)

2.2.4.5 Tata Busana


Tata busana adalah perlengkapan yang dikenakan penari saat penari
memperagakan peran tertentu di atas pentas. Busana merupakan faktor
pendukung dalam tari Bali, karena melalui busana penonton bisa membedakan
setiap tokoh yang tampil (Bandem, 1983:39). Dalam setiap penari atau penata
busana sangat penting memperhatikan kenyamanan penari untuk memakai
busana, karena busana biasa membuat penari lebih mendalami peran dan
busana juga bisa membuat penari tidak nyaman dalam memerankan perannya
jika busana yang dipakai penari kurang pas dari segi ukuran dan kecocokan
dengan peran yang dibawakan.
Dalam tari baris Bug-Bug busana yang di pakai sama seperti busana tari
baris gede pada umumnya karena, tetap dalam patokan menjaga pakem tari
baris yang sudah diwarisi oleh nenek moyang atau leluhur dahulu. Tari Baris
Bug-Bug juga menggunakan property untuk menegasakan karakter prajurit
yang siap untuk berperang. Dan mengunakan riasan telinga yaitu bunga pucuk
yang disertai daun girang untuk menambah kewibawaan dan keperkasan dari
karakter prajurit. Adapun tata busana dari tari Baris Bug-Bug sebagai berikut:
Gambar 2.2 busana tari Baris Bug-Bug.
a

b c c

d e e
g
f i
h

j k

Gambar 2.2
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12 Februari 2023)

Keterangan:

a. Gelungan baris
b. Sumpang
c. Simping
d. Selendang kain grinsing
e. Selendang
f. Lamak
g. keris
h. Semayut
i. Awiran
j. Celana panjang putih
k. Properti tombak
l. Kamen putih
2.2.4.6 Iringan Tari Baris Bug-Bug
Iringan tari baris Bug-Bug menggunakan gamelan tradisi Bali salah
satunya gamelan gong kebyar adalah salah satu sebutan yang sangat populer di
Bali. Gong kebyar terdiri dari dua kata yaitu gong dan kebyar. Gong yang
berarti gamelan dan kebyar berarti sinar atau petir. Gong kebyar dapat diartikan
tabuh seperti petir. (Djyus, 1979:56). Gong kebyar juga biasa disebut gamelan
yang berlaraskan pelog lima nada maka dari itu, gong kebyar banyak digunakan
untuk mengiringi sebuah tarian karena, gong kebyar adalah media yang paling
banyak orang yang bisa menabuhkanya. Pada tahun 90-an gong kebyar sedang
popular-populernya dikalangan masyarakat Bali maka dari itu, tari Baris Bug-
Bug diiringi dengan gamelan gong kebyar, yang terdiri dari:

Tabel 2.1 alat-alat iringan tari Baris Bug-Bug

NO GAMBAR JUMLAH
1.

2 tungguh

Gambar 2.1
Ugal
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)

2.

4 tungguh

Gambar 2.2
Gangsa
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
3.

4 tungguh

Gambar 2.3
Kantil
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
4.

2 tungguh

Gambar 2.4
Jublag
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
5.

2 tungguh

Gambar 2.5
Jegog
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
6.

2 tungguh

Gambar 2.6
Penyacah
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
7.

1 pasang
(lanang dan wadon)

Gambar 2.7
Kendang
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
8.

1 buah
Gambar 2.8
Kecek
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)

9.

1 buah
Gambar 2.9
Kajar
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
10.

Gong 1 pasang
(lanang wadon)
Gambar 2.10
Gong
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
11.

1buah

Gambar 2.11
Kempur
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)

12.

1 tungguh

Gambar 2.12
Reyong
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
13.

3 buah

Gambar 2.13
Suling
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
14.

5 cakup
Gambar 2.14
Ceng-Ceng Kopyak
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
15.

1 buah

Gambar 2.15
Klentong
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)
16.

1 buah

Gambar 2.16
Rebab
(Dokumentasi: I Made Pandi Winata, Minggu 12
Februari 2023)

2.2.4.7 Notasi Iringan


Dalam Kamus Musik (2003:299), secara bahasa “notasi” adalah
tulisan musik, lambang tulisan musik, sedangkan menurut Badudu (2003: 244),
notasi itu memiliki beberapa arti yaitu sistem lambang (nada) yang
menggambarkan bilangan Nada atu ujaran dan proses perlambangan bilangan
nada ujaran dengan nada. Berikut adalah notasi gamelan dari tari Baris Bug-
Bug:
Kawitan : + - + (5) 5 5 1 (5) 3 5 3
Pepeson : + - + (5) 1 5 1 (5) 3 5 3 + - + (5) 1 5 1 (5) 3 5 3 + - + (5) 1 5 1
(5) 3 5 3
Pengawak : + - + (5)1 7 4 5 1 7 3 (1) 7 5 1 7 5 4 7 + - + (5)1 7 4 5 1 7 3 1 7
5 1 7 5 4 7 + - + (5)7 5 1 7 4 5 3 4 1 7 5 4 7 5 1 + - + (7)4 5 1 7
45314517547
Pengecet : + - + || (5) 1 5 1 (5) 3 5 3|| 3X + - + || (5) 5 5 5 (5) 5 5 5|| 3X
Pekaad : + - + (5) 1 7 5 (4) 1 3 4
2.2.4.8 Tempat Pelaksnan
Dalam sebuah pertunjukan yang dilakukan siang maupun malam,
tempat merupakan point penting dalam suatu pertunjukan baik itu seni tari
ataupun seni musik. Karena tanpa adanya tempat, pertunjukan tidak bisa
dilakukan. Tari Baris Bug-Bug ini tidak bisa kita jumpai di daerah lain, tarian
ini hanya dapat dijumpai saat ada upacara Yadnya di Banjar Tengkulak Kaja.
Tarian ini tidak sembarangan bisa ditarikan karena, tarian ini sangat disakralkan
oleh masyarakat Banjar Tengkukak Kaja (Wawancara dengan I Made Dana).

2.2.4.9 Sesajen Tari Baris Bug-Bug


Sesajen atau banten merupakan sarana wujud bakti kita terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dari hasil wawancara bersama I
Made Dana, sesajen yang digunakan saat mau menarikan tari Baris Bug-Bug
menggunakan sesajen pejati karena tidak ada sesajen atau banten khusus yang
dipakai saat tarian berlangsung.
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam BAB ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai: (3.1)


pendekatan dan jenis penelitian: (3.2) lokasi penelitian: (3.3) sumbaer data (3.4)
metode pengumpulan data: (3.5) metode dan teknik analisis data dan (3.6)
keabsahan data.
Metode penelitian adalah segala hal yang ditempuh dari awal sampai
akhir proses penelitian. Menurut (Juliansyah, 2012:22) metode penelitian adalah
suatu ilmu mengenai petunjuk atau kerangka kerja yang praktis untuk
melaksanakan penelitian demi mencapai suatu tujuan. Metode penelitian yang
dilakukan di dalam bentuk, fungsi dan makna yang terkandung dalam tari Baris
Bug-Bug Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar ini bertujuan untuk membantu dalam proses dari rancangan
sampai pada analisis data secara struktur. Diantaranya sebagai berikut:

3.1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini mengunakan model penelitian kualitatif. Menurut
(Mertha Jaya, 2020: 110) pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian yang
memusatkan perhatianya pada prisip-prisip yang mendasar perwujudan satuan-
satuan manusia yang ada dalam kehidupan sosial manusia. Penelitian kualitatif
dilakukan dengan cara memberikan pemaparan berupa penggambaran tentang
fenomena atau gejala sosial tersebut. Kemudian dirangakai dengan bentuk kata
yang akhirnya akan menghasikan sebuah teori.
Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian deskripsi kualitatif, yang
artinya data yang dianalisis berasal dari suatu gejala sat proses pengamatan tidak
harus berupa angka atau koefisien antara variable. Jadi penelitian deskriptif
adalah penelitian yang menafsirkan menguraikan dan menafsirkan data yang
ada bersama dengan situasi yang terjadi. Sehinga deskriptif kualitatif
menampilkan hasil data apa adanya tanpa proses manipulasi atau perlakuan
khusus terhadap peristiwa tersebut. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai bentuk, fungsi dan
makna dari tari Baris Bug-Bug secara mendalam dan komprensif.

3.2. Objek penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah tari Baris Bug-Bug. Untuk
memperoleh semua data atau informasi mengenai Baris Bug-Bug, penelitian ini
dilakukan di Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar. Penentuan lokasi penelitian ini untuk memudahkan peneliti
mengumpulakan semua data yang lebih banyak tepat dan akurat, selain itu
karena tari Baris Bug-Bug diciptakan dan di buat di Banjar Tengkulak Kaja,
Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

3.3. Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu, sumber
data sekunder dan sumber data primer.
3.3.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung,
tetapi diproleh dari penelitian lain atau dari media lain untuk mendukung
sumber data primer. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui buku-
buku baris dan jurnal penelitian yang membahas tari Baris.
Untuk sumber data pada penelitian ini, peneliti akan menyebutkan
informan pendukung dan informan kunci yang akan diwawancarai agar
mendapatkan informasi untuk pendukung penelitian ini, baik berupa dokumen
pribadi maupun kata-kata.
3.3.2 Data Primer
Data primer merupakan data-data yang didapati langsung di dalam
objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung melalui
proses wawancara dengan informan kunci dan informan pendukung, selain itu
penelitian ini juga menggunakan metode observasi dan dokumentasi dengan
mengambil gambar pertunjukan tari Baris Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja,
Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data merupakan teknik awal untuk melakukan
sebuah penelitian. Peneliti harus memperoleh data-data yang diperlukan dan
memilih teknik yang tepat dalam mengumpulkan data tersebut. Pengumpulan
data merupakan teknik yang sangat penting dalam proses penelitian karena
pengumpulan data adalah setrategi untuk memproleh bahan-bahan kenyataan,
keterangan serta informasi yang dapat dipercaya. Dalam penelitian tari Baris
Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar, menggunakan empat metode dalam pengumpulan data
yaitu metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi dan analisis.
3.4.1 Metode Obsevasi
Observasi merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek. Metode ini sangat
penting dan sangat diperlukan, baik untuk memperoleh data khusus maupun
data umum. Dalam melakukam metode observasi peneliti langsung turun ke
lapangan untuk mengamati tari Baris Bug-Bug di Banjar Tengkulak Kaja, Desa
Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
3.4.2 Metode Wawancara
Metode wawancara adalah proses untuk memperoleh informasi dengan
Tanya jawab secara tatap muka anatara penulis dan narasumber (sebagai
pewawancara dengan atau tidak menggunakan pedoman wawancara).
Wawancara dapat dilakuakan dengan banyak cara namun dalam penelitian ini
menggunakan wawancara informal, yaitu wwancara yang di dalam situasi alami
tetap berlatar belakang ilmiah. Pewawancara dengan informan harus pada
wawancara umum yang diadakan hari ini dan tetap berpatokan pada petunjuk
umum jawaban dari informan. Metode wawancara juga dapat diartikan sebagai
salah satu teknik kumpul data primer yang digunakan dalam penelitian untuk
memperoleh keterangan lisan dari para informan. Wawancara dalam dilakukan
terhadap tokoh seniman yang tinggal di Banjar Tengkualak Kaja, Desa
Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar yaitu, I Made Dana selaku
seniman tari dan penari Pertama dari tari Baris Bug-Bug.
3.4.3 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan
dengan mengumpulkan segala macam dokumen yang terkait dengan subyek dan
objek penelitian serta mengumpulkan catatan yang sistematis. Dengan data yang
diperoleh peneliti peneliti menerima langsung dari tempat penelitian, memuat
buku-buku yang relevan dan video atau foto tari Baris Bug-Bug.
3.4.4 Analisis Data
Analisis adalah proses mencari data yang disusun secara sistematis,
data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
untuk membuktikan kuat atau tidaknya data. Analisis data berdasarkan fakta-
fakta yang ditemukan di lapangan, kemudian mengolah data untuk menjawab
dari rumusan masalah yang diteliti (Merta Jaya: 2020: 92).
Data-data yang diperoleh melalui obsrvasi, wawancara, dan dokumentasi, serta
dari buku-buku yang membahas tentang tari Baris, kemudian dianalisis dan
disusun secara sistematis serta dikaji kembali agar data-data tesebut lengkap dan
dapat dibaca sesuai yang ingin dicari. Tahap analisis kapan waktu yang dapat
berubah karena disesuaikan dengan data yang baru diperoleh di lapangan.
Dalam hal ini menulis hal-hal yang terkait dengan tari baris Bug-Bug di Banjar
Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

3.5 Metode Dan Teknik Analisis Data


Penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif kualitatif, yang
dimana bersifat lebih banyak menggunakan uraian kata-kata dari hasil proses
wawancara dan dokumentasi dalam teknik analisis yang digunakan pada
penulisan ini, penulis menggunakan teknik kualitatif seperti yamg ditemukan
oleh (Merta Jaya, 2020: 162-168) yang terdiri dari pengumpulan data, redukasi
data, penyajian data dan tahap yang terakhir yaitu menarik kesimpulan.
Langkah-langkah tersebut dapat dijabarkan sebai berikut:
3.5.1 Redukasi Data
Redukasi data merupakan proses pertama dalam analisis data kualitatif.
Pengertian dari data adalah suatu tindakan yang menyederhanakan,
memusatkan, memilih dan memfokuskan data yang didapat berdasarkan hasil
pada proses observasi, wawancara dan dokumentasi dengan sumber data
(informan) serta membuang data saat tidak diperlukan sehingga, data tersebut
menjadi lebih mudah dalam menarik kesimpulan.
3.5.2 Penyajian data
Setelah melakukan proses redukasi data, tahap selanjutya yaitu
penyajian data. Penyajian data adalah tindakan menyajikan data setelah
melakukan proses wawancara. Data yang disajikan dapat berbentuk tabel,
diagram grafik dan lainnya sehingga data yang telah dikumpulkan menjadi
sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan mudah dipahami.
3.5.3 Kesimpulan
Tahap terakhir dalam proses analisis data yaitu menarik sebuah
kesimpulan. Kesimpulan yang disebut oleh peneliti guna agar dapat mengetahui
hasil sementara di dalam proses penelitian ini, namun peneliti boleh mengambil
saran dari sumber lain. Dalam proses penelitian kesimpulan yang telah dibuat
dapat berubah jika peneliti mendapatkan bukti-bukti baru sat meneliti, sehingga
peneliti memperoleh kesimpulan yang pasti dan lebih meyakinkan.

3.6 Keabsahan Data


(Merta Jaya, 2020: 173) mengungkapkan bahwa keabsahan data sangat
diperlukan, karena disetiap penelitian tentu memerlukan kebenaran yang
objektif, maka dari itu keabsahan data pada penelitian kualitatif sangat penting
dan diperlukan sebagai alat menguji sebagai mana besar tingkat kepercayaan
dalam penelitian ini.
3.6.1 Triangulasi Data
Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengubungkan teknik pengumpulan data, yaitu: observasi, wawancara
dan dokumentasi dari berbagi sumber yang telah ada.
Tujuan dilakuakn triangulasi bukan semata-mata untuk mengungkap
kebenaran terhadap suatu fenomena yang terjadi, namun triangulasi dilakukan
guna mengingatkan dan mengembangkan pemahaman peneliti terhadap data
yang diperoleh serta menguji kredibilitas dari data tersebut (Merta Jaya, 2020:
159).
DAFTAR PUSTAKA

Dharma sadnyana, I Gede. 2021. Analisis Bentuk Fungsi dan Makna yang
terkandung di dalam tari baris Kekupu Di Banjar Lebah, Desa Adat
Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Skripsi untuk
memperoleh gelar S-1 Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.
Arini, Ni Ketut. 2012. Teknik tari Bali. Denpasar. Yayasan tari Bali Warini.
Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar Bali: Akademi Seni
Tari Indonesia.
Djayus Ba, Nyoman. 1980. Teori Tari Bali. Bali CV. Sumber Mas.
Juliasyah, Noor. 2012. Metodologi Penelitian .Jakarta. Kencana Perenada
Media Grup.
Prayoga Wibawa, I Gusti Ngurah. 2022. Penguasaan gerak tari baris tunggal di
Sangar Kerta Art, di Banjar Ubud Kelod, Kecamatan Ubud, Kabupaten
Gianyar. Skripsi untuk memperoleh gelar S-1 Jurusan Pendidikan
Sendratasik, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI
Mahadewa Indinesia.
Karma Jelantik, I Made. 2017. Tari Baris Pendet Di Desa Tanjung Bungkak,
Denpasar. Kajian Struktur dan Nilai-Nilai Pendidikan. Skripsi untuk
memperoleh gelar S-1 jurusan Sendratasik, Fakultas seni pertunjukan,
Institut Seni Indonesia Denpasar.
Mertha Jaya, I Made Laut. 2020. Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif
Yogyakarta: QUADRANT.
Meokijat. 2008. Manajemen Personila dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BFFE.
Suliyanto. 2017. Pelatihan Metodologi Penelitian Universitas peradaban Bumi
ayu. Jurnal.
Sutiawati, Ni Luh, dkk. 2017. Pengetahuan seni Tari Bali. Denpasar: PT. Empat
Warna Komunikasi
Dibia, I Wayan. 1979. Sinopsis Tari Bali. Denpasar: Sanggar Tari Bali
“Waturenggong”.
Cerita, I Nyoman, 2020. Teks dalam konteks di balik seni pertunjukan Bali.
Denpasar. PT Rineka Cipta.
Dibia, I Wayan. 2020. Ngunda Bayu. Singapadu, Gianyar: Geria Olah
Kreaktivitas Seni (GEOKS).
Provinsi Bali, Dinas Kebudayaan. 1990. kajian Lontar Asta Kosala Kosali, Asta
Bumi, Dharma laksana, Denpasar.

Suandra, I Made. 1996. Dharma Caruban Tuntunan Ngebat Upacara Yadnya.


Kayu Mas Agung, Denpasar

Anda mungkin juga menyukai