Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bella Gayatri

NIm : 2011011018
No Absen : 05
Jurusan : Pendidikan Agama Hindu
Fakultas : Dharma Acarya
Semester : IV
Mata kuliah : Seni Sakral
Dosen pengampu : Prof. Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si

TUGAS RESUME SENI SAKRAL


Seni Sakral merupakan Kebudayaan dan Kesenian Agama Hindu yang telah ada pada jaman
dahulu yang merupakan peninggalan dari para leluhur yang memiliki arti dan makna yang
berbeda serta tidak lepas dari tingkat kesakralannya masing-masing tarian, gong, dan lagu
yang bernafaskan keagamaan atau Dharma Gita, sehingga diharapakan dalam mementaskan
karya seni tetap menghormati, menjaga kesakralannya masing-masing. Masing-masing
cabang seni ini terdiri dari seni rupa, seni gerak atau seni tari, seni suara dan seni kriya atau
kerajinan.
Cabang seni :
1. Seni rupa
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap
mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis,
bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Pengertian Seni Rupa Menurut Para Ahli :
 Soedarso
Seni berasal dari bahasa Sanskerta sani yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi,
permintaan atau mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Namun dalam versi yang lain
seni disebut cilpa yang berarti berwarna (kata sifat) atau pewarna (kata benda) kemudian
berkembang menjadi cilpasastra yang berarti segala macam kekriyaan hasil keterampilan
tangan yang artistik (Soedarso, 1988, hlm. 16).

 Pekerti, dkk
Seni adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran
artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indera dan rasa, kemampuan
intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki
fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media (Pekerti, 2008, hlm.8).
2. Gerak (tari )
Menuruti KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni tari adalah aliran seni mengenai
gerakan badan (tangan dan lainnya) yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian
(musik, gamelan, dan sebagainya).
Tari adalah seni meski substansi dasarnya adalah gerak. Akan tetapi gerak yang dimaksud
bukan gerakan realistis atau keseharian, melainkan gerakan-gerakan dalam wujud gerak
ekspresif.
Pengertian Tari Oleh Para Ahli
Seorang ahli sejarah tari dan musik dari Jerman bernama Curt Sachs dalam World History of
The Dance (1933) menjelaskan bahwa tari adalah gerak yang ritmis. Sehingga elemen dari
suatu tarian adalah gerak dan ritme atau irama.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hendrina Cornelia Hartong (Corrie Hartong) seorang ahli
dari Belanda yang menerangkan bahwa tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis
dari badan di dalam ruang. Sedangkan penulis Amerika bernama Walter Sorell
mendefinisikan tari sebagai gerakan-gerakan tubuh dan anggota-anggotanya tersusun
seemikian rupa sehingga berirama. Contoh seni tari Di Bali ada 3 macam seni tari yaitu, seni
tari sakral, seni tari bebali dan seni tari balih-balihan.
a. Tarian Wali atau seni tari sakral merupakan salah satu jenis tari bali yang hanya
ditampilkan dalam rangkaian upacara adat di dalam kawasan pura. Yang termasuk dalam
jenis tari Wali antara lain;
 Tari Sang Hyang
Tari Sang Hyang merupakan tarian tradisional bali berupa tarian sakral yang
ditampilkan dalam upacara adat suci. Sampai saat ini, Tari Sang Hyang tidak diadakan
sekedar sebagai sebuah tontonan. Tari Sang Hyang merupakan tari kerauhan (trance)
karena setiap menampilkan tari ini penari harus kemasukan roh bidadari dan binatang
yang mempunyai kekuatan gaib. Tarian tradisional ini adalah warisan budaya Pra-Hindu
yang dimaksudkan sebagai penolak bahaya. Karena dengan tarian ini bisa membuka
komunikasi spiritual dari warga masyarakat dengan alam gaib. Tarian ini dibawakan oleh
penari putri maupun putra dengan iringan paduan suara pria dan wanita yang
menyanyikan tembang-tembang pemujaan. Di daerah Sukawati-Gianyar, tari ini juga
diiringi dengan Gamelan Palegongan. Di dalam Tarian ini pasti selalu ada tiga unsur
penting yang terkandung di dalamnya, yaitu asap atau api, Gending Sang Hyang, dan
medium baik berbentuk orang atau boneka. Begitu juga dalam penyelenggaraannya, tari
ini melalui tiga tahap penting, yaitu Nusdus, Masolah dan Ngalinggihang. Nusdus adalah
upacara penyucian medium dengan asap/ api. Masolah adalah penari yang sudah
kemasukan roh muIai menari. Ngalinggihang adalah mengembalikan kesadaran medium
dan melepas roh yang memasuki dirinya untuk kembali ke asalnya. Tari Sang Hyang
juga mempunyai banyak jenisnya. Beberapa jenis Tari Sang Hyang yang hingga kini
masih ada di Bali, di antaranya Sang Hyang Dedari, Sang Hyang Deling, Sang Hyang
Bojog, Sang Hyang Sampat, Sang Hyang Jaran, Sang Hyang Celeng.
 Tari Rejang
Yang termasuk tarian wali adalah Tari Rejang. Tari Rejang yaitu tarian
tradisional Bali yang memiliki gerakan sederhana dan lemah gemulai. Tarian ini
dilakukan secara kelompok atau massal dihalaman pura saat berlangsungnya upacara.
Bisa diiringi dengan gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede. Terdapat beberapa macam
tari Rejang yang dibagi berdasarkan status sosial penarinya, antara lain:
• Rejang Deha (untuk Tari Rejang deha ini, ditarikan oleh remaja putri)
• Rejang Renteng (tari ini ditarikan dengan saling memegang selendang )
• Rejang Oyopadi
• Rejang Galuh
• Rejang Dewa
b. Seni Tari Bebali, merupakan tari yang pementasannya menunjang jalannya upacara
yakni sebagai sarana pengiring. Tarian ini dipentaskan bersamaan dengan upacara
berlangsung dan tarian ini mengungkap suatu ceritra, yang disesuikan dengan upacara
yang diselenggarakan saat itu. Sesuai dengan penggolongan tari Bali yang termuat dalam
Keputusan Seminar Seni Sakral dan Profan dalam Bidang Tari, Topeng Pajegan
digolongkan dalam Tari Bebali. Menurut keputusan seminar tersebut di atas, yang
dimaksud dengan tari Bebali adalah tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara dan
upakara di Pura-Pura ataupun di luar Pura-Pura serta memakai lakon. Pementasan
Topeng Pajegan biasanya untuk melengkapi “upakaranya” suatu upacara keagamaan.
Tanpa kehadiran dari Topeng Pajegan itu suatu upacara dianggap belum sempurna. Pada
umumnya Topeng Pajegan disajikan di halaman “dalam” sebuah tempat
persembahyangan atau pada tempat-tempat suci lainnya. Pementasannya dilaksanakan
bersamaan dengan berlangsungnya suatu upacara, ketika seorang atau lebih “Padanda”
(pendeta) melakukan”muput” upacara itu. Pementasan Topeng Pajegan biasanya tidak
memerlukan dekorasi dan pelakunya beraksi di muka barungan gamelan yang
mengiringinya. Topeng Pajegan biasanya mengambil lakon dari Babad atau Sejarah.
Akan tetapi lakon apapun yang dipentaskan kehadiran seorang tokoh yang disebut
“Sidhakarya” mutlak ada. Adapun arti yang terkandung dalam Sidhakarya itu ialah
selesainya suatu upacara yang diadakan. Sedangkan sarana lain yang menyertai
pementasan Topeng Sidhakarya adalah dengan membawa “sekar ura, bija kuning, uang
kepeng”, sebagai sesajen, lambang pemberkahan. Wujud Topeng Sidhakarya itu sangat
menakjubkan berbentuk denawa bertaring, serupa dengan Topeng Wayang Wong atau
Barong Kedingkling. Tokoh Sidhakarya berfungsi pula untuk menetralisir Bhutakala
(bhuta masiha), memupuk keharmonisan hubungan manusia (manusa sidhya masiha) dan
persembahan kepada dewa-dewa (dewa mantara masiha).

c. Tari Balih-Balihan, adalah tari yang tidak termasuk sakral, hanya berfungsi hiburan dan
tontonan yang mempunyai unsur dasar seni tari yang luhur, seperti tari legong, tari
janger, joged dan lain-lainnya
3. Seni suara
Dalam Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak
daerah lainnya di indonesia. Untuk seni suara terdapat dua jenis yaitu kidung dan seni
tembang.
 Kidung, merupakan nyanyian yang selalu dilantunkan oleh perseorangan atau
kelompok dalam setiap upacara yadnya di pura yang sekarang lebih dikenal dengan
Kidung Dewa Yadnya. Kidung ini merupakan puja dan puji tentang kebesaran Tuhan
dan segala manifestasinya yang dinyanyikan sesuai dengan rangkaian upacara yadnya.
 Seni Tembang. Dharma Githa merupakan salah satu seni tembang bali. Seni tembang
sendiri memiliki 4 jenis yaitu sekar rare, sekar alit, sekar madya dan sekar agung. Sekar
rare biasanya berbentuk pendek, bebas dan dinyanyikan pada saat anak-anak bermain
yang di sebut dengan madolanan. Berbeda dengan sekar rare, sekar rare/alit sudah
terikat dengan aturan yang disebut dengan padalingsa, sekar alit diantaranya pupuh
sinom, ginanti, durma, maskumambang, ginada, dandang gula, pucung, semarandana,
pucung, gambuh, megatruh. Sekar Madya sifatnya lebih dekat dengan lagu pemujaan
pada saat upacara adat maupun agama, dalam sekar madya juga sudah terikat dengan
aturan. Sekar Agung merupakan nyanyian yang menggunakan bahasa kawi dan
biasanya digunakan pada saat upacara keagamaan dan adat. Contoh dari suara sakral
yakni, suara Tri sandhya, suara Genta, suara Kidung.

4. Seni kriya
Seni kriya merupakan seni yang dihasilkan dari keterampilan tangan. Bahan-bahan dari
kerajinan ini adalah batu, logam, besi, kuningan dan contoh dari kerajinan seni kriya yakni
genta. Ada beberapa fungsi dari seni kriya, diantaranya sebagai berikut ini:
 Hiasan (Dekorasi)
Ada beberapa contoh karya seni jenis ini yang dipakai sebagai hiasan atau dekorasi,
yaitu:Patung, Hiasan dinding, Seni ukir, Benda cinderamata, Tembikar.
 Sebagai mainan
Jenis kriya seperti ini bentuknya sederhana dengan bahan yang cukup mudah
didapatkan dan dikerjakan dan harganya terjangkau. Berikut, ada beberapa contoh dari
karya seni jenis ini yang dipakai sebagai alat permainan, diantaranya yaitu Boneka,
Congklak, Kipas kertas.
 Sebagai terapan
Seni kriya sebagai benda terapan ini bisa dipakai dengan nyaman tanpa menghilangkan
unsur estetikanya. Dibawah ini, ada beberapa contoh dari karya seni jenis ini yang
dipakai sebagai benda terapan, yaitu: Kursi kayu dan Keramik.

Anda mungkin juga menyukai