Anda di halaman 1dari 2

DISTINGSI TARI WALI, BEBALI, DAN BALI BALIHAN

OLEH
I MADE DWI SUSILA ADNYANA
Email : Ringofdevilbali@gmail.com

Implementasi upacara agama Hindu di Bali memang banyak dipengaruhi


oleh keanekaragaman seni, budaya, dan tradisi. Dalam pelaksanaanya, banyak
dijumpai ritual sakral; seperti contoh pada pelaksanaan upacara Yadnya. Terdapat
adanya ritual sakral baik berbentuk tarian, gamelan, dan lain sebagainya. Namun,
ada beberapa kelompok yang masih ambigu dengan bentuk ritual Yadnya tersebut;
terlebih-lebih pada bidang seni Tari.
Beberpa kelompok masih sulit membedakan mana tarian sakral dan mana
tarian profan. Seakan-akan, pemaknaan antara sakral dan profan hampir tidak
dipahami secara mendalam. Persoalan seperti ini tentu harus dibenahi agar tercipta
suatu pemahaman yang benar terhadap pengertian tarian sakral dan tarian profan.
Membahas tentang tarian sakral dan tarian profan, dalam konsep Hinduisme
dibedakan atas tiga jenis, yaitu; Tari Wali, Tari Bebali, dan Tari Bali Balihan. Tari
Wali merupakan tarian yang tergolong jenis tarian sakral; sebab, tarian ini khusus
dipersembahkan kepada Tuhan beserta seluruh manifestasi-Nya. Pementasan
tarian ini dilakukan di Utama Mandala (zona paling utama pada tempat suci umat
Hindu). Beberapa contoh tarian yang tergolong Tari Wali ini adalah Tari Rejang
Dewa, Rejang Renteng, dan Tari Pendet.
Tari yang tergolong profan adalah Tari Bali Balihan. Tarian ini dipentaskan
di Nista Mandala (zona paling luar pada tempat suci umat Hindu). Beberapa
contoh tarian yang tergolong Tari Bali Balihan ini adalah Tari Bondres dan Tari
Arja. Tari Bali Balihan ini khusus dipersembahkan untuk menghibur Pamedek
Pura (umat yang hendak melaksanakan persembahyangan). Selain Tari Wali dan
Tari Bali Balihan, ada juga jenis Tari Bebali.
Tari Bebali ini merupakan jenis tarian yang tergolong setengah sakral dan
setengah profan. Tarian ini dipentaskan di Madya Mandala (zona tengah pada
tempat suci umat Hindu). Contoh Tari Bebali adalah Tari Topeng Sidakarya.
Tarian ini dipersembahkan kepada Pamedek Pura dengan tujuan agar para
Pamedek Pura mengetahui esensi Yadnya sebagai persembahan suci kepada
Tuhan. Oleh sebab itu, tarian ini tergololong tarian setengah sakral dan setengah
profan.
Konsep Tari dalam Hinduisme tidak hanya berkiblat pada Tari Sakral dan
Tari Profan saja. Namun, terdapat titik tengah diantara Tari Sakral dan Tari Profan
yang disebut dengan nama Tari Bebali. Ke tiga tarian yang dipentaskan di tiga
tempat ini (Utama, Madya, Nista) melambangkan alam bawah, tengah, dan atas.
Inilah yang disebut dengan Tri Loka; yaitu Bhur, Bvah, Svah.

Anda mungkin juga menyukai