100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
103 tayangan2 halaman
Konsep Tari dalam Hinduisme tidak hanya berkiblat pada Tari Sakral dan Tari Profan saja. Namun, terdapat titik tengah diantara Tari Sakral dan Tari Profan yang disebut dengan nama Tari Bebali. Ke tiga tarian yang dipentaskan di tiga tempat ini (Utama, Madya, Nista) melambangkan alam bawah, tengah, dan atas. Inilah yang disebut dengan Tri Loka; yaitu Bhur, Bvah, Svah.
Konsep Tari dalam Hinduisme tidak hanya berkiblat pada Tari Sakral dan Tari Profan saja. Namun, terdapat titik tengah diantara Tari Sakral dan Tari Profan yang disebut dengan nama Tari Bebali. Ke tiga tarian yang dipentaskan di tiga tempat ini (Utama, Madya, Nista) melambangkan alam bawah, tengah, dan atas. Inilah yang disebut dengan Tri Loka; yaitu Bhur, Bvah, Svah.
Konsep Tari dalam Hinduisme tidak hanya berkiblat pada Tari Sakral dan Tari Profan saja. Namun, terdapat titik tengah diantara Tari Sakral dan Tari Profan yang disebut dengan nama Tari Bebali. Ke tiga tarian yang dipentaskan di tiga tempat ini (Utama, Madya, Nista) melambangkan alam bawah, tengah, dan atas. Inilah yang disebut dengan Tri Loka; yaitu Bhur, Bvah, Svah.
OLEH I MADE DWI SUSILA ADNYANA Email : Ringofdevilbali@gmail.com
Implementasi upacara agama Hindu di Bali memang banyak dipengaruhi
oleh keanekaragaman seni, budaya, dan tradisi. Dalam pelaksanaanya, banyak dijumpai ritual sakral; seperti contoh pada pelaksanaan upacara Yadnya. Terdapat adanya ritual sakral baik berbentuk tarian, gamelan, dan lain sebagainya. Namun, ada beberapa kelompok yang masih ambigu dengan bentuk ritual Yadnya tersebut; terlebih-lebih pada bidang seni Tari. Beberpa kelompok masih sulit membedakan mana tarian sakral dan mana tarian profan. Seakan-akan, pemaknaan antara sakral dan profan hampir tidak dipahami secara mendalam. Persoalan seperti ini tentu harus dibenahi agar tercipta suatu pemahaman yang benar terhadap pengertian tarian sakral dan tarian profan. Membahas tentang tarian sakral dan tarian profan, dalam konsep Hinduisme dibedakan atas tiga jenis, yaitu; Tari Wali, Tari Bebali, dan Tari Bali Balihan. Tari Wali merupakan tarian yang tergolong jenis tarian sakral; sebab, tarian ini khusus dipersembahkan kepada Tuhan beserta seluruh manifestasi-Nya. Pementasan tarian ini dilakukan di Utama Mandala (zona paling utama pada tempat suci umat Hindu). Beberapa contoh tarian yang tergolong Tari Wali ini adalah Tari Rejang Dewa, Rejang Renteng, dan Tari Pendet. Tari yang tergolong profan adalah Tari Bali Balihan. Tarian ini dipentaskan di Nista Mandala (zona paling luar pada tempat suci umat Hindu). Beberapa contoh tarian yang tergolong Tari Bali Balihan ini adalah Tari Bondres dan Tari Arja. Tari Bali Balihan ini khusus dipersembahkan untuk menghibur Pamedek Pura (umat yang hendak melaksanakan persembahyangan). Selain Tari Wali dan Tari Bali Balihan, ada juga jenis Tari Bebali. Tari Bebali ini merupakan jenis tarian yang tergolong setengah sakral dan setengah profan. Tarian ini dipentaskan di Madya Mandala (zona tengah pada tempat suci umat Hindu). Contoh Tari Bebali adalah Tari Topeng Sidakarya. Tarian ini dipersembahkan kepada Pamedek Pura dengan tujuan agar para Pamedek Pura mengetahui esensi Yadnya sebagai persembahan suci kepada Tuhan. Oleh sebab itu, tarian ini tergololong tarian setengah sakral dan setengah profan. Konsep Tari dalam Hinduisme tidak hanya berkiblat pada Tari Sakral dan Tari Profan saja. Namun, terdapat titik tengah diantara Tari Sakral dan Tari Profan yang disebut dengan nama Tari Bebali. Ke tiga tarian yang dipentaskan di tiga tempat ini (Utama, Madya, Nista) melambangkan alam bawah, tengah, dan atas. Inilah yang disebut dengan Tri Loka; yaitu Bhur, Bvah, Svah.