Seni Tari, Jurusan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar
Email :
ilmiatisyaramadani@gmail.com
ABSTRAK
Ilmiati Syaramadani, 2021. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) Untuk mengetahui
bagaimana bentuk penyajian Tari Rejang Renteng pada Upacara Melasti Jelang Hari Raya Nyepi
Masyarakat Hindu Bali di Kota Baubau (2) Untuk mengetahui penjelasan keterkaitan Tari
Rejang Renteng dengan Upacara Melasti Jelang Hari Raya Nyepi Masyarakat Hindu Bali di Kota
Baubau. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif metode analisis data deskriptif.
Data penelitian ini diperoleh dari studi pustaka, observasi, wawancara, dan mengumpulkan
dokumentasi. Hasil penelitian ini berupa (1) Bentuk penyajian Tari Rejang Renteng pada
Upacara Melasti Jelang Hari Raya Nyepi Masyarakat Hindu Bali di Kota Baubau (a) Geraknya
terdiri dari ragam gerak yaitu pepeson, pengawa’, pengecet, dan pekaad (b) Pola lantainya
berbentuk 3 baris memanjang kebelakang yang terkadang berubah arah hadap serta berbentuk
lingkaran (c) Diiringi oleh alunan musik sederhana, bertempo dinamis musik khas tradisional
Bali yakni alunan musik gong kebyar yang terdiri dari kendang, reong, ugal, pemade, kantilan,
calung, gong besar, kampur,jegog, jeng-jeng ricek, tau-tau, kenong,seruling (d) Rias cantik
sederhana menggunakan sanggul Bali serta busana yang dikenakan adalah kebaya putih, kamben
atau sarung Bali, serta selendang berwarna kuning (e) Dipentaskan di Balai Agung Pura Desa
bagian madya mandala pura di Kelurahan Ngkaring-karing pada malam hari. (2) Tari Rejang
Renteng dengan rangkaian upacara melasti jelang hari raya nyepi sangat terkait satu sama lain
karena Tari Rejang Renteng merupakan salah satu tari wali yang bersifat persembahan kepada
Ida Sang Hyang Widi Wase dalam rangakaian upacara melasti yang dimana upacara melasti
merupakan upacara keagamaan umat Hindu Jelang Hari Raya Nyepi yang berarti pensuciaan diri
sebelum menyambut tahun baru saka (tahun baru dalam kalender umat Hindu). Jadi setelah
melakukan pensucian mereka melakukan persembahan berupa Tari Rejang Renteng pada malam
hari di Pura Desa Balai Agung bagian madya mandala Pura di Kelurahan Ngkaring-karing,
Kecamatan Bungi Kota Baubau.
ABSTRACT
Ilmiati Syaramadani, 2021. This study aims to describe: (1) To find out how the form of the
Rejang Renteng dance presentation in the Melasti Ceremony ahead of Nyepi Day, the Balinese
Hindu Community in Baubau Town (2) Nyepi Balinese Hindu Community in Baubau Town. This
study uses a qualitative research method of descriptive data analysis. The research data were
obtained from literature study, observation, interviews, and collecting documentation. The
results of this study are (1) The form of the presentation of Rejang Renteng Dance at the Melasti
Ceremony ahead of Nyepi Day of the Balinese Hindu Community in Baubau Town (a) The
movements consist of a variety of movements, namely pepeson, pengawa ', pencet, and sensitive
(b) The floor pattern is in the form of 3 lines extending backwards which sometimes changes
direction and is circular (c) Accompanied by simple music, with a dynamic musical tempo
Balinese traditional music, namely the gong kebyar music consisting of drums, reong, ugal,
pemade, kantilan, calung, large gong, kampur, jegog, jeng-jeng ricek, tau-tau, kenong, flute (d)
Simple pretty makeup using a bun Bali and the clothes worn are white kebaya, Balinese kamben
or sarong, and yellow shawl (e) Staged at the Great Hall of Pura Desa, the middle part of the
mandala pura in Ngkaring-karing Village at night. (2) The Rejang Renteng Dance with a series
of melasti ceremonies ahead of the Nyepi holiday is closely related to one another because
Rejang Renteng Dance is one of the guardian dances that is offered to Ida Sang Hyang Widi
Wase in a series of melasti ceremonies, where the melasti ceremony is a religious ceremony for
Hindus. Ahead of Nyepi, which means self-sanctification before welcoming the Saka New Year
(new year in the Hindu calendar). So after doing the purification they made an offering in the
form of the Rejang Renteng Dance at night at the Balai Agung Village Temple, the middle part of
the Mandala Pura in Ngkaring-karing Village, Bungi District, Baubau Town.
karing dan Kelurahan Wanajati. Kelurahan Tarian hasil rekonstruksi oleh Dinas
Ngkaring-karing merupakan daerah Kebudayaan Provinsi Bali pada tahun 1999
transmigrasi, sehingga mayoritas dengan Ni Wayan Sulastriani, SST, M.Si
penduduknya beragama Hindu. Dahulu kala, bersama I Nyoman Budi Artha, S.Sn, M.Si,
penduduk Kelurahan Ngkaring-karing berlokasi di Pura Dalem Ped dan di
merupakan imgran yang berasal dari Pulau sosioalisasikan kembali oleh Ida Ayu Made
Bali dan Kendari. Mereka mengadakan Diastini, SST, M.Si. Tari Rejang Renteng di
transmigrasi pada tahun 1978. Jadi, dengan adalah sebuah tarian yang bersifat
adanya masyarakat Hindu Bali yang tumbuh keagamaan bagi masyarakat Hindu. Menurut
dan berkembang di Kota Baubau, tumbuh website resmi Pemerintah Kabupaten
dan berkembang pula adat dan kesenian Buleleng (2019), Tari Rejang Renteng
umat agama Hindu di Kota Baubau. berasal dari kata rente atau sudah
Masyarakat Hindu Bali yang ada di berkeluarga atau tua. Karena sifatnya
Kota Baubau memiliki berbagai ritual dan keagamaan maka tari ini boleh di tarikan di
upacara yang diselenggarakan setiap adanya upacara manapun yang bersifat keagamaan,
perayaan atau hari-hari suci umat agama seperti upacara odalan, melasti atau
hindu. Salah satunya upacara melasti upacara-upacara keagamaan yang lainya
menjelang hari raya Nyepi. Upacara melasti seperti yang terjadi di Kelurahan Ngkaring-
merupakan upacara pensucian diri umat karing.
agama Agama yang dimana mereka Untuk Kelurahan Ngkaring-karing
membuang segala jenis kekotoran yang ada Tari Rejang Renteng ditarikan oleh Ibu-ibu
di dalam diri manusia. Upacara ini biasa wanita Hindu dharma Indonesia Kota
dilaksanakan di Pantai Laumbora. Upacara Baubau. Sedangkan dibeberapa tempat yang
melasti menjelang hari raya Nyepi biasa lain tari ini ditarikan oleh anak-anak yang
dilaksanakan setahun sekali berdasarkan belum akhil balig. Adapula tarian ini
kalender umat agama Hindu dan tahun ini ditarikan oleh nenek-nenek atau Ibu-ibu
jatuh pada tanggal 25 maret 2020. Tujuan yang telah menopause. Bahkan di
diadakannya upacara melasti jelang hari dibeberapa tempat tarian ini ditarikan pula
raya Nyepi yaitu untuk membersihkan diri oleh anak laki-laki yang belum akhil balig.
dan mengawali tahun baru dengan keadaan Dahulu tarian Tari Rejang Renteng ini
suci. Dalam rangkaian upacara melasti yang ditarikan nenek-nenek atau Ibu-ibu yang
dilaksanakan pada pagi hari, menjelang hari telah menopuase. Yaitu sudah tidak lagi
raya Nyepi biasa ditarikan Tari Rejang mengalami siklus haid atau datang bulan
Renteng pada malam hari di Pura desa balai Karena telah dianggap telah suci. Karena
agung bagian madya mandala Pura, tarian ini adalah tari yang bersifat
biasanya 3 hari menjelang Nyepi. Sebagai keagamaan maka yang membawakan tarian
salah satu wujud persembahan dan rasa ini haruslah orang-orang yang telah suci
syukur kepada Tuhan umat agama Hindu. seperti nenek-nenek atau Ibu-ibu yang telah
Tari Rejang Renteng yang ada di menopause. Sebelum melakukan
Kelurahan Ngkaring-karing merupakan persembahan atau ngaturan ngayah berupa
Tari Rejang Renteng | 3
JURNAL SENI TARI
Tari Rejang Renteng, para penari melakukan Indonesia yang kaya dan merupakan salah
upacara khusus yang disebut upacara satu pesona warisan berharga dari leluhur
pensucian untuk para penari, pemusik, juga kita.
alat musiknya yakni gong kebyar juga ikut
disucikan. Setelah itu baru boleh melakukan B. Rumusan Masalah
persembahan yakni Tari Rejang Renteng di Berdasarkan latar belakang
Pura desa Balai Agung bagian Madya permasalahan yang dihadapi oleh penulis,
Mandala. sebagai berikut:
Penelitian tentang Tari Rejang 1. Bagaimana bentuk penyajian Tari
Renteng pada Upacara Melasti Jelang Hari Rejang Renteng pada Upacara Melasti
Raya Nyepi Masyarakat Hindu Bali di Kota Jelang Hari Raya Nyepi Masyarakat
Baubau ini bisa nanti menjadi salah satu Hindu Bali di Kota Baubau?
acuan untuk bilamana kedepannya terjadi 2. Bagaimana penjelasan keterkaitan Tari
perkembangan pada Tari Rejang Renteng di Rejang Renteng dengan Upacara
Kelurahan Ngkaring-karing Kecamatan Melasti Jelang Hari Raya Nyepi
Bungi Kota Baubau, khususnya pada Masyarakat Hindu Bali di Kota
upacara-upacara sakral seperti upacara Baubau?
melasti, odalan, dan upacara yang bersifat
keagamaan lainnya. Berhubung penulis C. Tujuan Penelitian
merupakan orang pertama yang meneliti Tujuan penulisan penelitian tentang
tentang Tari Rejang Renteng di Kelurahan Tari Rejang Renteng kali ini, sebagai
Ngkaring-karing, penulis mengambil berikut:
langkah ini untuk berkontribusi secara 1. Untuk mengetahui bentuk penyajian
tulisan. Tari Rejang Renteng pada Upacara
Penelitian ini berjudul “Tari Rejang Melasti Jelang Hari Raya Nyepi
Renteng pada Upacara Melasti Jelang Hari Masyarakat Hindu Bali di Kota
Raya Nyepi Masyarakat Hindu Bali di Kota Baubau.
Baubau.”, penelitian ini menyajikan 2. Untuk mengetahui penjelasan
pengetahuan tentang Tari Rejang Renteng keterkaitan Tari Rejang Renteng
yang berada di Kelurahan Ngkaring-karing dengan Upacara Melasti Jelang Hari
kepada pembaca tentang bentuk penyajian Raya Nyepi Masyarakat Hindu Bali di
serta keterkaitannya dalam sebuah upacara, Kota Baubau.
serta beberapa aspek pendukung lain sebagai
tambahan sehingga bisa menjadi referensi D. Manfaat Penelitian
apabila tarian ini menjadi rujukan Manfaat yang diperoleh pada
kedepannya atau terjadi perkembangan, penelitian kali ini sebagai berikut:
penelitian ini bisa menjadi salah satu acuan. 1. Dapat memperkaya tulisan mengenai
Serta sebagai salah satu upaya melestarikan tari-tarian yang berasal dari
seni tari yang ada, dan menyalurkan masyarakat Hindu Bali yang berada di
kekaguman saya terhadap seni tari di
Tari Rejang Renteng | 4
JURNAL SENI TARI
objek yang akan diteliti agar tehindar dari untuk membantu memahami perspektif
penjiplakan, (2) memperdalam partisipan, tetapi sebaliknya tetap
pengetahuan tentang masalah yang mempertimbangkan bagaimana partisipan
diteliti, (3) menegaskan kerangka teoritis merangkai dan menyusun jawaban
yang dijadikan landasan jalan pikiran (Rohidi, 2011:209). Terknik wawancara
peneliti, (4) mempertajam konsep yang yang penulis gunakan pada penelitian kali
digunakan, dan (5) terhindar dari ini adalah wawancara mendalam penulis
pengulangan atas persoalan yang telah mengeksplorasi Tari Rejang Renteng di
dipaparkan dalam sebuah penelitian. Kelurahan Ngkaring-karing, untuk
Studi pustaka bisa diperoleh dari buku- memahami sudut pandang informan juga
buku, jurnal-jurnal, artikel, majalah mempertimbangkan bagaimana
ataupun tulisan yang mendukung judul menyusun jawaban.
penelitian kali ini. Studi pustaka yang
dilakukan untuk mendukung penelitian 4. Dokumentasi
kali ini yaitu mengkaji beberapa buku, Dokumen adalah kumpulan data
jurnal, artikel dan berbagai tulisan yang yang berbentuk nyata dan diperoleh
relevan dan membantu penulisan skripsi berdasarkan sistem pengelolaan data
kali ini yaitu Tari Rejang Renteng pada yang disebut dengan proses dokumentasi.
Upacara Melasti Jelang Hari Raya Nyepi Tanpa adanya dokumentasi, data tersebut
Masyarakat Hindu Bali Kota di Baubau. tidak akan menjadi sebuah dokumen yang
real (www.duniapelajar.com, 2014).
2. Observasi Dokumentasi yang penulis gunakan
Observasi mengungkapkan dalam penelitian yang berjudul Tari
gambaran sistematis gambaran sistematis Rejang Renteng pada Upacara Jelang
mengenai peristiwa, tingkah laku, benda Hari Raya Nyepi Masyarakat Hindu Bali
atau karya yang dihasilkan dan peralatan Kota Baubau berupa foto-foto, video,
yang digunakan (Rohidi, 2011:181). Cara serta rekaman wawancara. Penelitian ini
ini dilakukan agar peneliti dapat menggunakan recorder, kamera,
memperoleh gambaran yang jelas tentang handphone serta alat tulis untuk
objek penelitian yaitu Tari Rejang menyimpan data-data mengenai Tari
Renteng pada masyarakat Hindu Bali di Rejang Renteng pada Upacara Melasti
Kelurahan Ngkaring-karing Kecamatan Jelang Hari Raya Nyepi Masyarakat
Bungi di Kota Baubau. Hindu Bali di Kota Baubau.
lebih terperinci. Analisis data yang perkebunan 959,435 ha/m2, luas kuburan
penulis lakukan adalah melakukan 1,3786 ha/m2, luas pekarangan 9,2
penganalisaan atau pemeriksaan terhadap ha/m2, luas taman 2,5 ha/m2,
data yang berkaitan dengan Tari Rejang perkantoran 2,5 ha/m2, sehingga total
Renteng pada Upacara Melasti Jelang luas secara keseluruhan 1.545 ha/m2.
Hari Raya Nyepi Masyarakat Hindu Bali
Kota di Baubau, lalu mengelompokkan b. Adat Istiadat di Kelurahan Ngkaring-
data-data tersebut berdasarkan kriteria karing
mana yang relevan mana yang tidak Kelurahan Ngkaring-karing
relevan dan mendukung penelitian mempunyai 2 organisasi besar, yang
kemudian di interpertasi keterkaitannya pertama ada Parisada dan yang kedua
dengan teori yang digunakan. adalah Klianadat. Parisada mewakili
semua warga di bidang keagamaan,
HASIL PENELITIAN DAN sedangkan klianadat menyangkut adat
PEMBAHASAN dan budaya. Parisada mempunyai
kumpulan yang bernama PHDI (Parisada
A. Hasil Penelitian Hindu Dharma Indonesia). Di Kelurahan
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ngkaring-karing Ketua adat disebut
a. Lokasi Kelurahan Ngkaring-karing dengan nama Klianadat, klihan berarti
dituakan, di Ngkaring-karing disebut
Klianadat yang berarti ketua adat, jadi
klianadat ini memang meorganisir
organisasi semua kegiatan keagamaan
yang menyangkut adat dan budaya, kalau
aspek filosofinya tentang agama dan
mengatur aspek sosial formalnya itu
PHDI. PHDI adalah lembaga majelis
Gambar 3. Peta Lokasi Kelurahan Ngkaring- keagamaan (Parisada Hindu Dharma
karing di Kota Baubau Indonesia). Jadi mereka berdua
(Sumber: www.nusatrip, 2021) berkolaborasi.
tiba di pulau Buton ini mereka sudah 1999 yang mereka pelajari melalui
mengenal adanya orang Bali, padahal youtube resmi bernama MY BALI
media belum seperti sekarang ini. bersama Ibu Dayu Diastini. Hal tersebut
Ternyata aktivitas Hindu di Pulau Buton di karenakan, timbulnya keinginan Ibu-
tidak asing bagi masyarakat Buton, bukan Ibu PKK WHDI (Wanita Hindu Dharma
sesuatu yang baru kata masyarakat Indonesia) Kota Baubau yang berada di
Buton. Bahkan sebelum itu, walaupun Kelurahan Ngkaring-karing tergerak
tidak persisi sepert itu, tapi minimal hatinya untuk mempersembahkan sesuatu
mendekati di Buton juga ada gong asli kepada Tuhan. Jadi mulailah mereka
walaupun tidak persis seperti yang di menarikan Tari Rejang Renteng pada
Ngakring-Karing, tapi minimal tahun 2017, yang diajarkan oleh Ibu Ni
mendekati walaupun tidak sejumlah gong Kadek Ari Widiastuti yang baru datang
di Ngakaring-Karing. Nah, dengan dari Bali setelah menyelesaikan studi S1
masuknya orang Bali beserta dengan alat Seni Tarinya di ISI Denpasar. Dibantu
musik tersebut, yang senang dan yang juga oleh Ibu Ni Kadek Muliati sebagai
punya hobi tidak hanya orang Bali tetapi penggiat seni tari Bali di Kota Baubau.
beserta masyarakat Buton juga. Jadi Mereka berdua mengupas bagian teknik
masyarakat Bali di Buton memang tidak geraknya. Pada awalnya mereka
merasa asing di Buton, karena orang mempelajari tarian ini melalui youtube
Buton juga sering menghibur untuk bisa bernama MY BALI, yang merupakan
betah, menghibur kesabaran, toleransi, sumber terpercaya dari Ibu Ida Ayu
bahkan soal keamanan, ketimbang tran- Made Diastini, SST., M.Si., yang biasa
tran di luar sana, kita merasa tergolong dipanggil Ibu Dayu. Mereka berdua
paling aman. Harapan Pak Wayan dipercayakan untuk mengajarkan Ibu-ibu
Redana mudah-mudahan ini berlansung yang lainnya dalam hal gerakan dan
sampai genarasi kita juga. tekniknya, terlebih lagi Ibu Kadek Ari
Widiastuti karna dia adalah lulusan S1
3. Sekilas Tentang Tari Rejang Renteng Seni Tari ISI Denpasar. Sedangkan Pak I
di Kelurahan Ngkaring-karing Putu Gede Adyana, dipercayakan untuk
Menurut penuturan Ibu Kadek menggarap musik tradisionalnya. Sama
Ari Widiastuti, S.Sn, Tari Rejang seperti Ibu Kadek Ari, Pak Putu Juga
Renteng, mulai ada di Ngkaring-karing menggarap musik tradisional lewat
pada tahun 2017. Pada tahun 2017 pada youtube yang sama, secara otodidak.
upacara odalan. Kemudian diadakan lagi Adapun rangkaian upacara atau urutan
pada upacara-upacara yang bersifat upacara Jelang pelaksanaan perayaan
keagaman yang lainnya. Tari Rejang Nyepi yang berlangsung 3 hari sebelum
Renteng yang ada di Kelurahan Nyepi adalah :
Ngkaring-karing merupakan Tari Rejang (1) Pagi hari pelaksanaan upacara
Renteng hasil rekronstruksi Dinas melasti di pantai laumbora, yakni
Kebudayaan Provinsi Bali pada tahun membuang segala bentuk kekotoran
Tari Rejang Renteng | 10
JURNAL SENI TARI
kanan, berputar dengan posisi agem tradisional Bali. Sementara pada saat
kanan 180 derajat, berputar dengan pementasan tari dan musiknya diringi
posisi agem kiri 180 derajat, agem oleh gong kebyar yang terdiri dari
kanan terkahir. Kesemua gerakan ini beberapa alat musik tradsional Bali. Alat
diulang 5 kali. musik yang digunakan pada Tari Rejang
(3) Pengecet (bagian penutup) Renteng pada Upacara Jelang Hari Raya
Agem kanan ambil selendang Nyepi Masyarakat Hindu Bali Kelurahan
diayunkan 2 kali, nyeleog 3 kali, Ngkaring-karing, Kecamatan Bungi Kota
ngumbang, lalu membentuk pola
Baubau adalah sebagai berikut :
lantai lingkaran sambil melakukan
kendang, reong, ugal, Pemade,Kantilan,
gerakan tadi arah dalam lingkaran,
Calung, gong besar, kampur,jegog, jeng-
lalu ngumbang, masih pola lantai
yang tadi balik ke arah luar ambil jeng ricek, tau-tau, kenong,seruling.
selendang, kemudian nyeleog 3 kali,
lalu ngumbang 2 kali, ambil d. Tata Rias dan Busana Tari Rejang
selendang di ayunkan ke samiping Renteng
kiri sebanyak 5 kali, lalu ngumbang (1) Tata rias
2 kali. Tata rias para penari yang
(4) Pekaad (bagian akhir) digunakan dalam Tari Rejang
Kemudian agem kanan ambil Renteng di Kelurahan Ngkaring-
selendang dengan tangan kiri karing adalah rias cantik tidak
ayunkan 3 kali atas bawah, lalu mencolok yang menggambarkan
memberikannya kepada teman yang kesederhanaan wanita Hindu Bali.
dibelakang, lalu berjalan memegang (2 )Busana
selendang denga pola lantai Busana yang digunakan untuk
bundaran dengan posisi tangan kiri pementasan Tari Rejang Renteng
agem sebanyak 4x8 hitungan. Lalu pada Upacara Melasti Jelang Hari
seorang penari melepas lalu keluar Raya Nyepi Masyarakat Hindu
Bali di Kelurahan Ngkaring-
meninggalkan Pura dengan posisi
karing Kecamatan Bungi Kota
yang tadi.
Baubau berupa Kebaya Putih,
Selendang berwarna kuning, serta
b. Pola Lantai sarung Bali (kamben) berwarna
Pola lantainya berbentuk 3 baris kuning.
memanjang kebelakang yang terkadang (2) Aksesoris Kepala
berubah arah hadap serta berbentuk Aksesoris yang digunakan untuk
lingkaran. pementasan Tari Rejang Renteng
pada Upacara Melasti Jelang Hari
c. Iringan Tari Raya Nyepi Masyarakat Hindu
Semua gerakan Tari Rejang Bali di Kelurahan Ngkaring-karing
Renteng diiringi oleh alunan musik yang Kecamatan Bungi Kota Baubau
sederhana, bertempo dinamis, musik khas
berupa bunga sandat yang berwana Rejang Renteng kepada Tuhan oleh para
emas berbahan dasar perunggu. tokoh-tokoh agama Hindu di Kelurahan
Ngkaring-karing. Menurut Ni Kadek
e. Tempat Pementasan Muliati, S.Ag jika Tari Rejang Renteng
Tempat pementasan Tari Rejang dilaksanakan di Pantai bukan di Pura Desa,
Renteng pada Upacara Melasti Jelang para penari tidak boleh membelakangi
Hari Raya Nyepi Masyarakat Hindu pantai.
Bali di Kelurahan Ngkaring-karing Menurut I Wayan Suweta, S.Ag dan
Kecamatan Bungi Kota Baubau di Balai Ni Kadek Muliati, S.Ag Tari Rejang
Agung Pura desa Kelurahan Ngkaring- Renteng merupakan tari wali yakni tari
karing, bagian madya mandala Pura. pengiring upacara karna arti kata wali
sendiri ialah upacara. Tidak boleh ditarikan
5. Keterkaitan Tari Rejang Renteng dengan Tarian ini jika tidak dalam suatu rangkaian
Upacara Jelang Hari Raya Nyepi upacara yang bersifat keagamaan seperti
upacara melasti jelang Hari Raya Nyepi,
Menurut I Wayan Suweta, S.Ag dan odalan, dan upacara yang bersifat
Ni Kadek Muliati, S.Ag Tari Rejang keagamaan yang lainnya. Kalau tidak ada
Renteng sangat terkait dengan Upacara upacara dia justru menjadi propan tidak
Melasti Jelang Hari Raya Nyepi sebab sakral lagi, dan tidak diperbolehkan. Maka
merupakan tarian yang bersifat keagamaan dari itu, Tari Rejang Renteng pada Upacara
yakni suatu sarana persembahan kepada Melasti Jelang Hari Raya Nyepi Masyarakat
Tuhan umat agama Hindu yaitu Ida Sang Hindu Bali kota Baubau merupakan tari
Hyang Widhi Wase. Tarian ini dilaksanakan pengiring upacara keagamaan yang bersifat
setelah melakukan upacara melasti yakni sakral sebagai sebuah sarana persembahan
pensucian diri dari segala bentuk kekotoran, kepada Tuhan. Adapun penari atau pelaku
dilaksanakan di pantai Laumbora. Upacara Tari Rejang Renteng pada Upacara Melasti
melasti bertujuan untuk membuang segala Jelang Hari Raya Nyepi Masyarakat Hindu
jenis bentuk kekotoran dari manusia untuk Bali Kota Baubau :
mengawali tahun baru saka (tahun baru Penari / Pelaku
dalam kalender umat Hindu) dengan diri Tari Rejang Renteng pada
yang bersih. Karena telah melaksanakan masyarakat Hindu Bali di Kelurahan
upacara melasti yang berarti membuang Ngakring-Karing, dibawakan oleh Ibu-
segala kekotoran barulah para masyarakat ibu WHDI (Wanita Hindu Dharma
melakukan suatu persembahan di Pura Desa Indonesia) Kota Baubau yang berada di
pada malam harinya. Bahkan untuk penari, Kelurahan Ngkaring-karing, berusia 25-
pemusik, dan alat musik Tari Rejang 50 tahun, berjumlah 18 orang diantaranya
Renteng yang merupakan pelaku untuk Ni Kadek Ari Widiastuti, S.Sn dan Ni
pertunjukan Tari Rejang Renteng di Pura, Kadek Muliati, S.Ag . Menurut I wayan
harus melaksanakan upacara pensucian Suweta, S.Ag seharusnya tarian ini
sebelum melaksanakan persembahan Tari dibawakan oleh Ibu-ibu yang sudah
Tari Rejang Renteng | 13
JURNAL SENI TARI
menopause, yang sudah tidak mengalami Adapun Nyepi merupakan hari raya
haid atau datang bulan lagi. Karena Ibu- suci umat agama Hindu yang dirayakan
ibu atapun nenenk-nenek yang telah setiap tahun baru saka, yang mempunyai
menopause karena telah dianggap suci arti sebagai berikut:
tidak mengalami siklus haid atau datang (1) amati karya yang berarti tidak boleh
bulan lagi. Karena tarian ini merupakan bekerja;
tarian yang bersifat keagaaman dan setiap (2) amati geni yang berarti tidak boleh
upacara keagamaan sifatnya suci. Tetapi menyalakan api;
karena terjadi degradasi nilai pada (3) amati lelungan yang berarti tidak
masyarakat Hindu Bali, maka terjadi boleh berpergian; serta
suatu perubahan. Maka Ibu-ibu WHDI (4) amati lelanguan tidak boleh mencari
yang berada di Kelurahan Ngkaring- hiburan.
karing mengikuti perubahan yang terjadi
di Bali. Menurut I Wayan Suweta, S.Ag dan
Prosesi Ni Kadek Muliati, S.Ag setiap aktivitas
Adapun rangkaian upacara atau agama Hindu merupakan persembahan
urutan upacara Melasti Jelang kepada Tuhan. Olehnya itu jika para penari
pelaksanaan perayaan Nyepi yang Tari Rejang Renteng itu benar-benar
berlangsung 3 hari sebelum Nyepi adalah menghayati tarinya, bukan asal gerak saja
: tapi memang niatnya untuk
(4) Pagi hari pelaksanaan upacara mempersembahkan. Istilah dalam bahasa
melasti di pantai laumbora, yakni Balinya itu ngayah, terbentuk dari kata kerja
membuang segala bentuk kekotoran ayah yang berarti “kerja” dan ngaturan yang
mensucikan diri dan dewanya, berarti “mempersembahkan” jadi secara
malam harinya pelasanakan keseluruhan berarti mempersembahkan kerja
persembahan Tari Rejang Renteng di dan kerja yang dimaksudkan yaitu tarian.
Pura Desa Kelurahan Ngkaring- Jadi penarinya semua melakukan dengan
karing, Kecamatan Bungi, Kota cinta kepada Tuhan. Tidak ingin pamer,
Baubau. dengan menonjolkan unsur
(5) Dua hari sebelumnya adalah kesederhanaanya, tulus dan ikhlas. Jika para
menstanakan dewanya artinya penari betul-betul menghayati pada saat
dewanya didiamkan dulu di Pura. membawakan tarian ini maka akan ada rasa
(6) Satu Hari sebelum Nyepi adalah bahagia, berbeda rasanya dengan menari
upacara tawur kesange pada pagi seperti biasa, ada feedback dan sugesti.
hari mengadakan upacara di tengah Sehingga munculah yang disebut dengan
desa di catus patah atau perempatan taksu, yang berarti kharisma dalam menari.
besar di tengah desa yang bernama Bisa juga penari yang telah mendapatkan
perempatan agung, sore hari adalah taksu ini jika dipandang sangat sedap
pelakasanaan ogoh-ogoh. rasanya bila orang-orang meilhatnya apabila
ia mendapatkan taksu itu sendiri. Tari
Tari Rejang Renteng | 14
JURNAL SENI TARI
prosesnya itu sama dengan Tari Rejang. Tari Rejang Renteng ataupun tari Bali yang
Ketiga Tari Balih-balihan yang bersrti tari lainnya.
tontonan, tari hiburan. Tarian ini boleh Pola lantai Tari Rejang Renteng pada
dilaksanakan dimana saja dan tidak dalam penelitian ini banyak yang diulang-ulang,
rangkaian upacara yang bersifat sakral. begitu pula arah hadap dan gerakannya. Pola
Ada 6 bentuk penyajian tari yang lantai yang paling menarik perhatian penulis
dimaksud oleh Hermin sedangkan pada Tari terletak pada ragam terakhir. Ragam pekaad
Rejang Renteng hanya 5 bentuk penyajian yang para penari membentuk lingkaran lalu
yang terdapat dalam Tari Rejang Renteng mereka memegang selendang satu sama
yang berada di Kelurahan Ngkaring-karing, lainnya lalu berputar sehingga tampak
yaitu gerak, pola lantai, iringan tari, tata rias seperti lingkaran penari yang sedang
dan busana, serta tempat pementasan. berputar. Iringan musik Tari Rejang Renteng
Karena Tari Rejang Renteng tidak memakai bertempo dinamis, naik-turun, lambat-
properti apapun. sedang, terdengar lembut dan menenangkan
Tarian ini pembawaannya tenang ditelinga. Tidak memerlukan riasan yang
menggambarkan kelembutan seorang wanita tebal pada pementasan tarian ini, yang
Bali menenangkan jika dilihat secara penting penari bersih dari datang bulan dan
langsung. Apalagi dipadukan dengan musik telah mandi sebelum melakukan
gong kebyar Serta menggambarkan pementasan. Lalu menggunakan kostum
keselarasan yang satu rasa antara para tarian Rejang Renteng.
penari. Terdiri dari 4 ragam yaitu pepeson Sebelum melakukan tarian ini para
yaitu bagian pembuka, pengawa’ bagian inti penari Tari Rejang Renteng, pemusik, serta
gerak, pada bagian inti gerak ini gerakan alat musiknya harus di upacarai dulu dengan
Tari Rejang Renteng lebih lembut dan upacara khusus yang disebut pembersihan
lambat dari ragam yang lainnya. Pengecet diri sebelum mempersembahkan sesuatu
(bagian akhir), dan pekaad (bagian kepada Tuhan umat agama Hindu. Bagi
penutup). Ciri khas gerak yang membedakan penari Tari Rejang Renteng yang haid atau
Tari Rejang Renteng dengan tari Bali datang bulan tidak diperbolehkan menarikan
lainnya terletak di gerak agem kanannya tarian ini bahkan tidak diperbolehkan untuk
yang tangan kiri lurus tidak bengkok seperti menginjakkan kaki di Pura manapun, begitu
gerak dasar agem tari Bali yang seharusnya juga bagi pemusik. Penari dan pemusik Tari
posisi tangan kanan dan kiri diangkat serta Rejang Renteng tidak diperbolehkan pula ke
dibengkokan. Berdasarkan penuturan Ni Pura pabila sedang ada keluarga yang
kadek Ari Widiastuti, S.Sn, ini sengaja meninggal untuk sementara waktu.
diciptakan untuk menandai bahwa tarian ini Ritual merupakan suatu bentuk
adalah Tari Rejang Renteng karena setiap upacara yang berhubungan dengan beberapa
tarian yang berasal dari Bali memiliki ciri kepercayaan atau agama dengan ditandai
khas masing-masing, jadi dengan melihat oleh sifat khusus yang menimbulkan rasa
saja kita bisa tau bahwa ini adalah gerak hormat yang luhur dalam arti merupakan
suatu pengalaman suci atau sakral,
Tari Rejang Renteng | 16
JURNAL SENI TARI
pengalaman itu mencangkup segala sesuatu dibungkus oleh budaya. Jadi sektor-sektor
yang dibuat atau atau dipergunakan oleh yang dilihat dari luar seakan budaya yang
manusia untuk menyatakan hubungannya dilihat. Sehingga semua budaya yang
dengan sesuatu “yang tinggi” atau “luar bersifat keagamaan yang ada di Kelurahan
biasa”, dan hubungan atau komunikasi itu Ngkaring-karing khususnya budaya Bali itu
bukan sesuatu yang sifatnya biasa atau merupakan faktor pendukung agama
umum, tetapi sesuatu yang bersifat khusus termaksud Tari Rejang Renteng. Jadi Tari
atau istimewa sehingga manusia membuat Rejang Renteng merupakan faktor
suatu cara yang pantas guna melaksanakan pendukung agama Hindu yang ada di
perjumpaan itu, maka muncullah beberapa Kelurahan Ngkaring-karing.
bentuk ritual. Dalam ritual itu dipandang
dari bentuknya secara lahiriah merupakan SIMPULAN DAN SARAN
hiasan atau semacam alat saja, tetapi pada
intinya yang lebih hakiki adalah emosi Pada bab ini terdiri dari dua bagian
kepercayaan atau sistem keyakinan yang pertama simpulan dari hasil penelitian dan
ada. Oleh karena itu biasanya pembahasan serta kedua beberapa saran.
diselenggarakan pada tempat dan waktu A. Simpulan
yang khusus, dan berbagai sarana atau 1. Bentuk Penyajian Tari Rejang Renteng
peralatan yang khusus pula (Hadi, 2007:98). pada rangkaian Upacara Melasti Jelang
Keterkaitan Tari Rejang Renteng Hari Raya Nyepi di Kota Baubau
pada Upacara Melasti Jelang Hari Raya meliputi gerak Tari Rejang Renteng
Nyepi juga merupakan suatu sarana sebuah menggambarkan kesederhanaan,
persembahan kepada “yang tinggi”. “Yang kelembutan, serta keanggunan wanita
tinggi” yang dimaksud disini adalah Ida Bali. Geraknya lembut, dan indah. Ciri
Sang Hyang Widhi Wase. Tari Rejang khas gerak Tari Rejang Renteng terletak
Renteng merupakan tari wali yang pada gerak agem nya yang posisi tangan
merupakan tari pengiring sebuah upacara kirinya lurus. Pola lantainya berbentuk
keagamaan ada sifat sakral didalamnya. 3 baris memanjang kebelakang yang
Tidak boleh ditarikan Tarian ini jika tidak terkadang berubah arah hadap serta
dalam satu rangkaian dengan upacara berbentuk lingkaran. Iringan musiknya
keagamaan umat Hindu. Kalau tidak ada ialah alunan musik sederhana yang
upacara dia justru menjadi propan tidak bertempo dinamis dengan menggunakan
sakral lagi, dan tidak diperbolehkan. alat musik khas tradisional Bali yaitu
Menurut I wayan Suweta, S.Ag dan gong kebyar yang terdiri dari kendang,
Ni Kadek Muliati, S.Ag kalau orang orang reong, ugal, pemade, kantilan, calung,
luar melihat aktifitas agama Hindu hanya gong besar, kampur, jegog, jeng-jeng
merupakan budaya, tapi sesungguhnya bagi ricek, tau-tau, kenong, dan seruling.
umat hindu itu sendiri hal tersebut Tata rias penari pada pementasan Tari
merupakan aktivitas keagamaan artinya Rejang Renteng adalah rias cantik yang
setiap hal keagamaan yang dilakukan sederhana, tidak mencolok, serta
Tari Rejang Renteng | 17
JURNAL SENI TARI
DAFTAR PUSTAKA