ABSTRAK
Dian Triastuti Azis, 2021. Makna Gerak Tari Alusu’ Sebagai Tari Penyambutan Tamu Dalam
Upacara Adat Di Kabupaten Bone .Skripsi.Program Sendratasik, Jurusan Seni Pertunjukan, Fakultas
Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar.Penelitian ini bertujuan (1)Untuk mengetahui
bagaimana ragam gerak Tari Alusu’ sebagai tari penyambutan tamu dalam upacara adat di
Kabupaten Bone(2)Untuk mengetahui bagaimana makna gerak Tari Alusu’ sebagai tari penyambutan
tamu dalam upacara adat di Kabupaten Bone . Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yaitu riset bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.Data penelitian ini
diperoleh dari studi pustaka, observasi, wawancara, dan mengumpulkan dokumentasi. Hasil
penelitian ini berupa (1) Ragam gerak tari Alusu’ sebagai tari penyambutan tamu dalam upacara
adat di Kabupaten Bone, terdiri dari 8 ragam yaitu ragam Mappakaraja, Sere Alusu’, Sere Bibbi’,
Sere Mangko’ , Massampeang, Sere Mattampu’, Sere Maloku, Mappabbitte.(2)Makna ragam gerak
tari Alusu’ adalah sebagai permohonan keselamatan, melukiskan persatuan dan kesatuan, saling
memperingatkan demi kebaikan, keluwesan dan budi pekerti yang tinggi ,semangat kepahlawan dan
cinta tanah air. Dengan makna disetiap ragamnya yakni Mappakaraja sebagai penghormatan, Sere
Alusu’ sebagai kehalusan Ana’ Dara Bone, Sere Bibbi’ sebagai Perkalian kehidupan bangsawan
turun temurun, Sere Mangko’ sebagai Gerakan persatuan, Massampeang sebagai Tolak bala, Sere
Mattampu’ sebagai penghargaan kodrat wanita, Sere Maloku sebagai Penghormatan, dan
Mappabbitte sebagai tanda penerimaan tamu.
ABSTRACT
Dian Triastuti Azis, 2021. The Meaning Of The Alusu’ Dance As A Guest Welcome Dance
In A Traditional Ceremony In Bone District. Description of the Sendratasik Program, Department of
Performing Arts, Faculty of Art and Design, Makassar State University. welcoming guests in
traditional ceremonies in Bone Regency (2) This is to find out how the meaning of the Alusu Dance
movement as a welcoming dance for guests in traditional ceremonies in Bone Regency. This research
uses qualitative research methods, namely descriptive research and tends to use analysis. The data of
this study were obtained from literature studies, observations, interviews, and collecting
documentation. The results of this study are (1) the variety of movements of the Alusu 'dance as a
guest welcome dance in traditional ceremonies in Bone Regency, consisting of 8 types, namely the
Mappakaraja, Sere Alusu', Sere Bibbi ', Sere Mangko', Massampeang, Sere Mattampu ', Sere Maloku,
Mappabbitte. (2) The meaning of the various movements of the Alusu dance 'is a request for salvation,
depicting unity and oneness, warning each other for goodness, flexibility and high character, spirit of
heroism and love for the country. With the meaning in each of its varieties, namely Mappakaraja as a
tribute, Sere Alusu 'as the refinement of Ana' Dara Bone, Sere Bibbi 'as a multiplication of the life of
the nobility from generation to generation, Sere Mangko' as a movement of unity, Massampeang as
avoiding distress, Sere Mattampu 'as a tribute to the nature of women, Sere Maloku as Tribute, and
Mappabbitte as a sign of reception.
1
JURNAL SENDRATASIK
2
JURNAL SENDRATASIK
3
JURNAL SENDRATASIK
Bahri Puang Matoa Angel selaku Ketua Bissu di Teknik analisis data kualitatif (analisis
Kabupaten Bone. non statistik) dilakukan dengan langkah-langkah
3. Wawancara sebagai berikut:
Wawancara dilakukan dengan cara tanya 1. Pengumpulan Data
jawab secara langsung dengan beberapa orang Pengumpulan data adalah aktivitas
responden yang dianggap memahami masalah mencari data yang dibutuhkan dalam rangka
yang diteliti, dengan tujuan memperoleh mencapai tujuan penelitian berupa bahan
keterangan tentang makna gerak Tari Alusu’ keterangan seperti himpunan fakta, angka, huruf,
sebagai Penyambutan Tamu dalam Upacara grafik, tabel, lambang, objek, kondisi, dan situasi
Adat di Kabupaten Bone. Wawancara dilakukan yang dapat memperkuat informasi yang akan
dengan cara tanya jawab secara langsung dengan diteliti.
Bapak Samsul Bahri Puang Matoa Angle selaku 2. Reduksi
ketua Bissu Sulawesi Selatan dan juga Andi Reduksi adalah dimana peneliti mencari
Yoshand selaku budayawan di Kabupaten Bone, data di lapangan secara langsung dengan tujuan
yang dianggap memahami dan mengerti masalah untuk memilih data-data mana yang sesuai
yang akan diteliti secara terstruktur dengan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
panduan alat bantu berupa daftar pertanyaan Penulis kemudian menarik kesimpulan sendiri
yang akan diajukan, dengan bantuan Andi dari hasil laporan yang telah terkumpul di
Muhammad Yunus selaku Ketua Lembaga Seni lapangan, kemudian diklasifikasi untuk disusun
Budaya Arung Palakka, dan Tri Suharti secara jelas dan rapi sebagai hasil dari
Ramadhani selaku penari tari Alusu’ yang pernah pembahasan.
dipentaskan pada Hari Tari Sedunia tahun 2017. 3. Penyajian Data
dengan tujuan memperoleh keterangan tentang Penyajian data yaitu dengan mencari
makna gerak Tari Alusu’ dalam penyambutan sekumpulan informasi yang tersususun dan
tamu di Kabupaten Bone. memberikan sebuah kemungkinan adanya
4. Dokumentasi penarikan kesimpulan yang berhungan dengan
Dokumentasi digunakan untuk latar belakang masalah penelitian, sedangkan
mengumpulkan data-data kongkrit berupa sumber informasi diperoleh dari berbagai
pengambilan gambar/foto gerak tari, kostum, sumber yang telah dipilih. Peneliti selanjutnya
serta alat-alat musik yang digunakan dengan akan menyajikan data sesuai dengan apa yang
menggunakan alat berupa kamera/tustel pada telah diteliti.
bagian yang dianggap penting sebagai data 4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
pendukung dalam penelitian ini. Selain itu juga Tahap penarikan kesimpulan ini seorang
dilakukan perekaman suara dari setiap peneliti harus melampirkan foto-foto, gambar-
wawancan yang dilakukan menggunakan alat gambar dan konfigurasi-konfigurasi yang semua
perekam seluler, dan rekaman audio visual dari itu merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
gerakan tarian yang diteliti. ada kaitannya dengan alur, sebab akibat dan
proporsi masalah yang sedang dikaji.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan teknik kualitatif, sehingga teknik A. HASIL PENELITIAN
analisis data yang digunakan adalah teknik Gambaran Umum Lokasi Penelitian
analisis non statistik. Analisis data dalam
Berdasarkan data dari Badan Statistik
penelitian ini dimulai dengan cara
Kabupaten Bone tahun 2017, Kabupaten Bone
mengklasifikasikan data baik yang diperoleh dari
terletak di bagian Timur Provinsi Sulawesi
observasi, wawancara, maupun hasil
Selatan dan bagian Barat Teluk Bone dengan
dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis
potensi sumberdaya alam yang cukup
berdasarkan kriteria dari permasalahan yang ada.
menjanjikan untuk dikembangkan, disamping
Dari hasil tersebut kemudian dilakukan
memiliki luas wilayah 4.559,00 Km2 atau 9,78
penafsiran data yang disajikan secara deskriptif.
persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan.
4
JURNAL SENDRATASIK
Kabupaten Bone secara astronomis terletak Tari Alusu’ digunakan sebagai tari penyambutan
04O13’ sampai 05O06’ Lintang Selatan (LS) tamu penting di Kabupaten Bone yang diadaptasi
dan 119O42’ sampai 120O40’ Bujur Timur dari pertunjukkan besar Sere’Bissu yang
(BT), yang berada di pantai Timur Provinsi dilakukan oleh kaum Bissu (waria sakti
Sulawesi Selatan, dengan ibukota Kabupaten pemangku adat) pada pemerintahan Raja Bone
bone yaitu Kota Watampone yang terletak 174 ke XXIII La Tenri Tappu, para Bissu melakukan
Km arah timur dari Kota Makassar (Ibukota ritual penjemputan tamu penting atau Bali
Provinsi Sulawesi Selatan). Bocco, pelantikan raja, upacara kelahiran,
Salah satu kekuatan masyarakat di Kabupaten kematian, ritual Maccera dan beberapa ritual
Bone adalah pembauran nilai religius keagamaan dari dalam istana kerajaan Bone, dan
dalam suatu kebudayaan yang masih melekat mempersembahkan pertunjukan Sere’Bissu
hingga kini. Faktor lain yang mempengaruhi dengan menggunakan properti anyaman dari
adalah komunitas masyarakat di Kabupaten daun lontar yang dinamakan Alusu’ . Pada
Bone sebagian besar masih dalam satu ikatan Pemerintahan Raja Bone, La Tenri Rua Matinroe
rumpun keluarga, sehingga konflik sosial tidak Ribantaeng, masuknya ajaran Islam di kerajaan
menjadi pemisah, tetapi dapat terselesaikan Bone, mengakibatkan hilangnya pernanan kaum
secara kebersamaan dan kekeluargaan. Bissu dalam hal ritual keagamaan sehingga
Kultur budaya masyarakat di Kabupaten Bissu meninggalkan kehidupan istana dan hidup
Bone masih dipengaruhi oleh etnis budaya membaur bersama masyarakat. Kemudian pada
Bugis. Keragaman kultur sosial budaya yang masa pemerintahan Raja Bone ke XXVIII We
terdapat di Kabupaten Bone, merupakan Fatimah Banri Gau Sultanul Fatimah,
pembentukan etnis dan budaya lokal, secara mengangkat kembali Sere bissu dengan
umum masih tergolong dalam Suku Bugis. mengumpulkan gadis-gadis bangsawan di
Perbedaan dalam hal budaya umunya terletak Kerjaaan Bone kemudian dilatih oleh para Bissu
pada dialek, dan sistem upacara adat dan ritual sehingga terciptalah beberapa ragam gerak
keagamaan, dan bentuk bangunan. Kultur sosial menjadi Sere Alusu’ yang dibawakan oleh
dan budaya diungkapkan dan diwariskan melalui perempuan sebagai bentuk pertunjukkan untuk
pemikiran, kebiasaan, kepercayaan, keseniaan, tamu kerajaan.
tarian dari generasi ke generasi. Seperti halnya Berdasarkan sejarah Bugis Bone, gerakan
seni tari di Kabupaten Bone yang DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)
mengapresiasikan kebudayaan secara umum dan oleh Kahar Muzakar di tahun 60-an, tarian Bissu
mengikuti norma-norma yang digariskan oleh mengalami peralihan dan segala bentuk kegiatan
adat istiadat, sehingga tercipta berbagai gerak Bissu termasuk tari - tariannya dihilangkan. Pada
yang mencerminkan kehalusan budi dan karakter tahun 1990-an Andi Nurhani Sapada dan
masyarakatnya. Beberapa tarian di Kabupaten Munasiah Najamuddin selaku tokoh tari di
Bone merupakan bagian dari ritual adat yang Sulawesi Selatan menggarap ulang Sere Alusu’
khusus dilakukan dengan tujuan dan pemaknaan Makkundrai untuk dipentaskan dalam
tertentu diantaranya sebagai doa, pensucian pertunjukan Fragmen To Manurung yang
benda pusaka, hiburan atau pementasan, dan dilaksanakan di hari jadi Bone yang pertama,
penyambutan tamu. namun komposisi gerakan pada saat itu belum
selesai (Wawancara Syamsul Bahri Puang Matoa
Tari Penyambutan Tamu Di Kabupaten Bone Angel, 23 September 2020) seperti yang
dikemukakan juga oleh Fitrya Ali Imran, Agus
Menurut Syamsul Bahri Puang Matoa Angel,
Cahyono, dan Tjetjep Rohendi Rohidi dalam
Beberapa tarian di Kabupaten Bone merupakan
Jurnal of Arts Education, Prodi Pendidikan Seni
warisan yang dipentaskan pada zaman kerajaan,
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang,
ada yang masih mempertahankan sarat dan
tahun 2017.
maknanya, adapula yang bergeser fungsinya
Memasuki tahun 2000-an, Sere Alusu’
mengikuti perkembangan zaman sekarang.
Makkundrai diusulkan menjadi tari penyambutan
Tarian di Kabupaten Bone biasanya
sebagai ciri khas daerah Bugis Bone oleh Andi
dirangkaikan dengan ritual adat. Seperti halnya
Mappasissi yang merupakan Petta Arungpone
5
JURNAL SENDRATASIK
atau keturunan Raja Bone ke XXIX dan Andi awam serta diperankan oleh anak remaja zaman
Youshand, kemudian diserahkan kepada Abdul zekarang (wawancara Andi Yoshand, 5 Oktober
Muin selaku koreografer di Kabupaten Bone. 2020).
Proses kreasi ini tetap mempertahankan gerak 2. Ragam Gerak
Tari Alusu’ yang halus dan lemah gemulai sesuai Ragam gerak merupakan unsur utama
dengan gambaran kehalusan budi pekerti pada tarian yang dilakukan melalui peralihan
segenap rakyat Bone dalam menerima tamu atau perubahan posisi/tempat dan sikap badan
agung, dengan diiringi Alusu’ dan bunyi penari. Tari Alusu’ memiliki 8 ragam ragam
Genrang Bali Sumange. gerak diantaranya Mappakaraja, Sere Alusu’,
Setelah proses kreasi telah rampung, Tari Sere Bibbi’, Sere Mangko’, Massampeang, Sere
Alusu’ dipentaskan pertama kalinya sebagai Mattampu’, Sere Maloku, dan Mappabbitte
bagian dari prosesi penjemputan adat tepatnya 3. Pola Lantai
pada peringatan hari jadi KODAM pada tanggal Tari Alusu’ adalah tarian yang terdiri
28 Mei 2005, bersama dengan dijemputnya dari 10 pola lantai dengan 8 ragam gerak dan
Bapak Wakil Presiden RI (Drs. H. Muhammad desain yang bervariasi, namun pola lantai ini
Yusuf Kalla) beserta rombongannya di masih dapat berubah disesuaikan dengan waktu
Makassar. Sejak saat itu Tari Alusu’ menjadi tari dan acara
penyambutan di setiap tamu-tamu istimewa yang 4. Kostum, aksesoris, tata rias, dan properti
berkunjung di Bumi Arung Palakka Kabupaten Adapun kostum yang digunakan dalam tari
Bone. Selain itu Tari Alusu’ disajikan pada Alusu’ yaitu Baju Ponco atau Baju Bodo dengan
rangkaian prosesi Hari Jadi Bone, dan Tari rok dua susun yang dilengkapi dengan celana
Alusu’ juga digunakan oleh kaum bangsawan panjang, dan perhiasan berupa Potto (gelang),
(Arung) dalam prosesi penjemputaan acara Geno (kalung), Bangkara’ (anting), Patteppo
pernikahan hingga saat ini. (Wawancara Andi Jakka (semacam bando), Simatayya (digunakan
Youshand, 5 Oktober 2020). di lengan), Bunga Simpolong (bunga sanggul),
Bunga Padidi’ (pinang goyang), Tali Bennang
(ikat pinggang dibuat dari kain), Keris dan
Passapu (sejenis selendang berbentuk segitiga).
Sedang tata rias menggunakan sanggul sunggar
dan simpolong tettong disertai dengan tata rias
makeup panggung dilengkapi dengan dadasa’
(paes bugis) dan tambahan aksen kutu-kutu.
Properti yang digunakan dalam Tari Alusu’ yaitu
Alusu’ yang terbuat dari anyaman bambu yang
terdiri atas kepala, badan dan ekor dan
Penyambutan Tari Alusu’ Pada Hari Jadi Bone didalamnya ada semacam kerikil atau bunyi-
( Dokumentasi : Suaraturatea.com, 5 September 2019 )
bunyian.
5. Musik Iringan
a) Proses Penyambutan Tamu
Musik pengiring tari Alusu’ teri dari 6
Tari Alusu’ dilaksanakan secara adat dengan
rangkaian beberapa prosesi, yang dikenal instrumen alat musik yaitu gendang, kecapi,
dengan istilah penyambutan dengan payung suling, gong, ana’ baccing, kancing dengan
Kerajaan Bone menuju ke Lellu’ Te’dung Iringan lagu yang digunakan yaitu Ongkona
Dewata Rilangi. (wawancara Syamsul Bahri Bone. Adapun komposisi lagunya yaitu Rall
Puang Matoa 30 Agustus 2020) untuk siap dan Mappatabe, Onkona Bone
b) Elemen-elemen Tari Alusu’ pada saat Sere Alusu’, Gemuruh dilakukan
1. Penari pada saat gerak Mappabbitte , Gendang Bali
Penari tari Alusu’ tidak memiliki batasan Sumange untuk gerak Sere Bibbi , Lagu
jumlah minimal 4 orang penari perempuan dan Ongkona Bone untuk gerak Sere Mangko’
berjumlah genap selain itu tari Alusu’ dapat dan Massampeang, Renjang-renjang untuk
dilakukan oleh kaum bangsawan maupun orang
Sere Mattampu’ dan Sere Maloku, dan pada
6
JURNAL SENDRATASIK
7
JURNAL SENDRATASIK
Alusu’ sebagai kehalusan Ana’ Dara Bone, Sere sebagai Penghormatan, dan Mappabbitte
Bibbi’ sebagai Perkalian kehidupan bangsawan sebagai tanda penerimaan tamu.
turun temurun, Sere Mangko’ sebagai Gerakan
persatuan, Massampeang sebagai Tolak bala,
Sere Mattampu’ sebagai penghargaan kodrat DAFTAR PUSTAKA
wanita, Sere Maloku sebagai Penghormatan, dan Sumber tercetak
Mappabbitte sebagai tanda penerimaan tamu. Ali Imran Fitrya, 2013. Komparasi Tari
Merujuk pada hasil penelitian di atas, Penyambutan Marellau Pammase
perkembangan tari Alusu’ beberapa kali Dewata Ciptaan Aninda dengan
mengalami pergeseran fungsi dari mulai tari Tari Penyambutan Alusu Ciptaan
ritual hingga sebagai tari penjemputan tamu Abdul Muin. Skripsi. Universitas
penting. Pada zaman sekarang pementasan tari Negeri Makassar.
Alusu’ disesuaikan dengan acara yang Arini, Sry Hermawati Dwi, dkk. Seni
diselenggarakan seperti pada acara Pembukaan Budaya Jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
Hari Jadi Bone, Perlombaan Tari Daerah Direktorat Pembinaan Sekolah
Kabupaten Bone, dan penjemputan tamu pada Menengah Kejuruan, Direktorat
acara hajatan pernikahan kaum bangsawan Jenderal Manajemen Pendidikan
(Arung) di Kabupaten Bone Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
KESIMPULAN Chaer, Abdul. 2007 Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta
Berdasarkan hasil penelitian dan Hadi, Sumandiyo. Sosiologi Tari. Yogyakarta:
pembahasan, penelitian ini dapat menarik Pustaka, 2005.
kesimpulan bahwa Tari Alusu’ adalah tari ______________. 2012. Seni Pertunjukan
penyambutan tamu penting yang sampai saat ini dan Masyarakat Penonton.
masih dipentaskan dan dihargai oleh masyarakat Yogyakarta: Perpustakaan Nasional
Kabupaten Bone sebagai tarian ciri khas dalam Katalog dalam Terbitan (KDT)
penyambutan sebelum menjamu tamu-tamu
penting yang datang dan berkunjung ke Hidajat, Robby. Seni Tari. Malang: Jurusan
Kabupaten Bone. Seni dan Desain Fakultas Sastra
1. Ragam gerak tari Alusu’ sebagai tari Universitas Negeri Malang,2008.
penyambutan tamu dalam upacara adat di Jayanti Ika, 2015. Fungsi Tari Alusu Dalam
Kabupaten Bone, terdiri dari 8 ragam yaitu Upacara Penyambutan Tamu Resmi
ragam Mappakaraja, Sere Alusu’, Sere Pemerintah Di Kabupaten
Bibbi’, Sere Mangko’ , Massampeang, Sere Bone.Skripsi. Universitas Negeri
Mattampu’, Sere Maloku, Mappabbitte. Makassar.
2. Makna ragam gerak tari Alusu’ adalah Kussudiardjo, Bagong. Tentang Tari.
sebagai permohonan keselamatan, Yogyakarta: CV Nur Cahaya, 1922.
melukiskan persatuan dan kesatuan, saling Latief, Halilintar. 2009 Tari Bissu di Sulawesi
memperingatkan demi kebaikan, keluwesan Selatan Tari Ekstase Bugis. Makassar :
dan budi pekerti yang tinggi ,semangat Padat Jaya
kepahlawan dan cinta tanah air. Dengan Maizarti. 2013. Ketika Tari Adat ditantang
makna disetiap ragamnya yakni Revitalisasi. Yogyakarta: Media
Mappakaraja sebagai penghormatan, Sere Kreativa.
Alusu’ sebagai kehalusan Ana’ Dara Bone, Masindan, dkk. 1985. Kamus Melayu
Sere Bibbi’ sebagai Perkalian kehidupan Langkat Indonesia. Jakarta :
bangsawan turun temurun, Sere Mangko’ Departemen Pendidikan dan
sebagai Gerakan persatuan, Massampeang Kebudayaan RI.
sebagai Tolak bala, Sere Mattampu’ sebagai Monoharto, Gunawan. Seni Tradisional
penghargaan kodrat wanita, Sere Maloku Sulawesi Selatan. Makassar:
Lamacca Press, 2003.
8
JURNAL SENDRATASIK