Anda di halaman 1dari 9

JURNAL SENDRATASIK

MAKNA GERAK TARI ALUSU SEBAGAI TARI PENYAMBUTAN TAMU DALAM


UPACARA ADAT DI KABUPATEN BONE

THE MEANING OF THE ALUSU DANCE AS A GUEST WELCOME DANCE IN A


TRADITIONAL CEREMONY IN BONE DISTRICT

Dian Triastuti Azis, Andi Jamilah, Heriyati Yatim


Sendratasik, JurusanSeniPertunjukan, FakultasSeni dan DesainUniversitas Negeri Makassar
Email : diantriastutiazis@gmail.com

ABSTRAK

Dian Triastuti Azis, 2021. Makna Gerak Tari Alusu’ Sebagai Tari Penyambutan Tamu Dalam
Upacara Adat Di Kabupaten Bone .Skripsi.Program Sendratasik, Jurusan Seni Pertunjukan, Fakultas
Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar.Penelitian ini bertujuan (1)Untuk mengetahui
bagaimana ragam gerak Tari Alusu’ sebagai tari penyambutan tamu dalam upacara adat di
Kabupaten Bone(2)Untuk mengetahui bagaimana makna gerak Tari Alusu’ sebagai tari penyambutan
tamu dalam upacara adat di Kabupaten Bone . Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yaitu riset bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.Data penelitian ini
diperoleh dari studi pustaka, observasi, wawancara, dan mengumpulkan dokumentasi. Hasil
penelitian ini berupa (1) Ragam gerak tari Alusu’ sebagai tari penyambutan tamu dalam upacara
adat di Kabupaten Bone, terdiri dari 8 ragam yaitu ragam Mappakaraja, Sere Alusu’, Sere Bibbi’,
Sere Mangko’ , Massampeang, Sere Mattampu’, Sere Maloku, Mappabbitte.(2)Makna ragam gerak
tari Alusu’ adalah sebagai permohonan keselamatan, melukiskan persatuan dan kesatuan, saling
memperingatkan demi kebaikan, keluwesan dan budi pekerti yang tinggi ,semangat kepahlawan dan
cinta tanah air. Dengan makna disetiap ragamnya yakni Mappakaraja sebagai penghormatan, Sere
Alusu’ sebagai kehalusan Ana’ Dara Bone, Sere Bibbi’ sebagai Perkalian kehidupan bangsawan
turun temurun, Sere Mangko’ sebagai Gerakan persatuan, Massampeang sebagai Tolak bala, Sere
Mattampu’ sebagai penghargaan kodrat wanita, Sere Maloku sebagai Penghormatan, dan
Mappabbitte sebagai tanda penerimaan tamu.

ABSTRACT

Dian Triastuti Azis, 2021. The Meaning Of The Alusu’ Dance As A Guest Welcome Dance
In A Traditional Ceremony In Bone District. Description of the Sendratasik Program, Department of
Performing Arts, Faculty of Art and Design, Makassar State University. welcoming guests in
traditional ceremonies in Bone Regency (2) This is to find out how the meaning of the Alusu Dance
movement as a welcoming dance for guests in traditional ceremonies in Bone Regency. This research
uses qualitative research methods, namely descriptive research and tends to use analysis. The data of
this study were obtained from literature studies, observations, interviews, and collecting
documentation. The results of this study are (1) the variety of movements of the Alusu 'dance as a
guest welcome dance in traditional ceremonies in Bone Regency, consisting of 8 types, namely the
Mappakaraja, Sere Alusu', Sere Bibbi ', Sere Mangko', Massampeang, Sere Mattampu ', Sere Maloku,
Mappabbitte. (2) The meaning of the various movements of the Alusu dance 'is a request for salvation,
depicting unity and oneness, warning each other for goodness, flexibility and high character, spirit of
heroism and love for the country. With the meaning in each of its varieties, namely Mappakaraja as a
tribute, Sere Alusu 'as the refinement of Ana' Dara Bone, Sere Bibbi 'as a multiplication of the life of
the nobility from generation to generation, Sere Mangko' as a movement of unity, Massampeang as
avoiding distress, Sere Mattampu 'as a tribute to the nature of women, Sere Maloku as Tribute, and
Mappabbitte as a sign of reception.

1
JURNAL SENDRATASIK

PENDAHULUAN tahun 2005 yang digarap oleh Abdul Muin, dan


dibantu oleh Andi Yoshand selaku budayawan
Kesenian terdiri atas banyak cabang serta dan Andi Mappasissi selaku pemangku adat,
macamnya, salah satu cabang dari kesenian sehingga terbentuk menjadi 8 ragam gerak dan
tersebut adalah tari. Suatu alat ekspresi dan pola garapan sesuai dengan pola masyarakat
komunikasi berupa bahasa gerak yang secara yang melambangkan sifat-sifat tradisi yang
universal dapat dilakukan dan dinikmati oleh terjadi di Kabupaten Bone (Wawancara Andi
siapa saja, kapan saja dan dimana saja Yunus S.Sos, 1 oktober 2020). Tarian ini kaya
(Soedarsono, 1978 : 5). akan nilai-nilai keindahan yang merupakan
Hasil seni budaya suatu daerah misalnya cerminan kehidupan masyarakat setempat.
tari memiliki hubungan dan peranan penting di Dalam arti estetik murni, keindahan merupakan
lingkungan masyarakat. Segala bentuk dan pengalaman estetik seseorang yang tercipta
fungsinya selalu berkaitan erat dengan karena hubungan dirinya dengan sesuatu yang
kehidupan masyarakat tempat tari itu tumbuh pernah dialaminya (Widagdho, 2008 : 62)
dan berkembang (Maizarti, 2013 : 3) Seiring berjalannya waktu dan pergeseran
Kesenian di Kabupaten Bone tak lepas fungsi, pada zaman sekarang Tari Alusu
dari unsur estetik dalam jenis rupa, musik, teater, dihadirkan dalam setiap penyambutan tamu
sastra, dan tari. Salah satu jenis kesenian yang penting dalam upacara adat yang dirangkaikan
masih diwariskan sampai sekarang adalah seni dengan pensucian benda-benda pusaka kerajaan
tari. Ada beberapa tarian yang tumbuh dan yaitu Mattompang Arajang yang dilaksanakan
berkembang dengan baik di lingkungan satu kali tiap tahunnya bertepatan dengan Hari
masyarakatnya. Tarian tersebut antara lain tari Jadi Kabupaten Bone. Selain itu Tari Alusu juga
Pajoge, tari Sere Wara, tari Kondo Buleng, tari mulai dihadirkan pada prosesi penyambutan
Alusu dan lain-lain. Dari beberapa tari yang tamu dalam acara pernikahan oleh keluarga
masih hidup dan berkembang tersebut, tari Alusu Arung / Andi (Kaum bangsawan yang terpelajar).
sebagai tari penyambutan merupakan tarian yang ’Tari ini menjadi salah satu ciri khas
menjadi identitas masyarakat di Kabupaten keramahtamahan dan keterbukaan masyarakat
Bone. Tari Alusu atau Sere Alusu’ sudah ada Kabupaten Bone dalam menyambut tamu.
sejak Raja Tomanurung ( Raja Bone I) yang Hal ini sejalan dengan hasil observasi
berkuasa pada abad ke-14 Masehi. Pada awal yang telah dilakukan peneliti tentang Tari
dasarnya, Tari Alusu adalah tarian yang Alusu yang masih dipentaskan hingga saat ini
diadaptasi dari pertunjukan Sere’ Bissu yang dan merupakan tari khas Kabupaten Bone yang
dibawakan oleh Bissu ( Pemangku Adat ) dan sarat akan makna dalam setiap ragam geraknya.
merupakan bagian dari upacara ritual keagamaan Makna inilah yang akan diteliti sebagai nilai-
di pusat pusaka (Arajang). nilai yang harus dilestarikan pada generasi
(https://www.telukbone.id/2018/12/16/sejarah- muda, sehingga penulis ingin melakukan
tari-alusu/) penelitian lebih jauh tentang Tari Alusu’ dengan
Sebelum masuknya Islam di Bone Tari mengakat judul, “ Makna Gerak Tari Alusu
Alusu hanya dilakukan di pusat pusaka (Arajang) sebagai Penyambutan Tamu dalam Upacara
saat upacara tahunan saja, kemudian Sere Alusu’ Adat di Kabupaten Bone.” untuk mengkaji lebih
mengalami perubahan di tahun 60-an yang dalam tentang Makna Gerak tari Alusu dalam
disebabkan oleh perubahan politik di Indonesia prosesi upacara adat dan penyambutan tamu di
khususnya di Sulawesi Selatan adanya gerakan Kabupaten Bone.
DI/TII (Darul Islam / Tentara Islam Indonesia)
oleh Kahar Muzakkar menjadi sebuah tari Alusu METODE PENELITIAN
yang dibawakan perempuan dan dipentaskan A. Variabel Penelitian dan Desain Penelitian
perdana pada tahun 1990-an 1. Variabel Penelitian
Setelah mengalami perubahan bentuk dan Sesuai dengan tujuan penelitian
fungsi Sere Alusu’ dikembangkan menjadi Tari yang akan dicapai, maka dikemukakan
Alusu yang digunakan dalam prosesi beberapa variabel tentang Makna Gerak
penjemputan adat melalui proses kreasi pada

2
JURNAL SENDRATASIK

Tari Alusu’ sebagai Penyambutan Tamu di C. Sasaran Dan Sumber Data


Kabupaten Bone, yaitu: 1. Sasaran
a. Ragam Gerak Tari Alusu’ Sebagai Dalam penelitian ini yang menjadi
Penyambutan Tamu dalam Upacara sasaran adalah Tari Alusu’ yang terdapat di
Adat di Kabupaten Bone. Kabupaten Bone. Penelitian ini diarahkan
b. Makna Ragam Gerak Tari Alusu’ kepada penelusuran dan pengungkapan berbagai
Sebagai Penyambutan Tamu dalam hal yang berhubungan dengan ragam gerak dan
Upacara Adat di Kabupaten Bone. makna gerak Tari Alusu’ .
2. Desain Penelitian 2. Sumber Data
Pelaksanaan penelitian tentang Adapun yang menjadi sumber data atau
Makna Gerak Tari Alusu’ Sebagai responden adalah pendukung Tari Alusu, dalam
Penyambutan Tamu dalam Upacara Adat di hal ini adalah penari dari Tari Alusu’, dan tokoh
Kabupaten Bone, diperlukan suatu desain masyarakat yang dianggap mengetahui
penelitian yang akan digunakan sebagai keberadaan Tari Alusu’.
pedoman dalam pelaksanaan di lapangan.
Maka, gambaran desain penelitian seperti D. Teknik Pengumpulan Data
berikut: Pengumpulan data untuk merampungkan
penelitian tentang makna gerak Tari Alusu’
B. Defenisi Operasional Variabel sebagai Penyambutan Tamu dalam Upacara
Adat di Kabupaten Bone ini dilakukan dengan
Ragam Gerak Tari Alusu’ Makna Ragam Gerak Tari menggunakan teknik penelitian:
Sebagai Penyambutan Tamu Alusu’ Sebagai Penyambutan Tamu
dalam Upacara Adat di Kabupaten dalam Upacara Adat di Kabupaten 1. Studi Pustaka
Bone Bone Studi pustaka dilakukan dengan cara
mencari dan membaca buku referensi yang
relevan tentang permasalahan yang diteliti dan
Pengumpulan juga mencari teori tentang tari. Studi pustaka
Data merupakan teknik yang penting digunakan
sebagai upaya untuk memperoleh landasan teori
Pengolahan yang dapat digunakan dalam pembahasan
Data penelitian.
2. Observasi
Observasi dimulai dengan melakukan
Kesimpulan
pengamatan data secara langsung maupun tidak
Dalam pembahasan sebelumnya telah langsung terhadap objek yang akan diteliti
dikemukakan mengenai variabel yang telah dengan cara mengamati dan mencatat secara
diteliti, oleh sebab itu untuk mempermudah sistematik gejala-gejala yang akan diselidiki
tercapainya tujuan yang diharapkan pada untuk memperoleh informasi tentang tari Alusu’
penelitian ini maka perlu dijelaskan variabel- Observasi yang telah penulis lakukan
variabel tersebut sebagai berikut: pada bulan Agustus tahun 2020 adalah pertama
a) Ragam Gerak Tari Alusu’ sebagai penulis melakukan pengamatan dan peninjauan
Penyambutan Tamu dalam Upacara Adat di terhadap tari Alusu’ di Lembaga Seni Budaya
Kabupaten Bone, yaitu unsur utama pada Arung Palakka, guna mendapatkan gambaran
tarian yang dilakukan melalui peralihan atau secara jelas tentang tari Alusu’ , kemudian
perubahan posisi/tempat dan sikap badan penulis mewawancarai pengurus Lembaga Seni
penari. Budaya Arung Palakka yang bernama Andi
b) Makna Ragam Gerak Tari Alusu’ sebagai Yunus S.Sos dan salah satu staf Dinas
Penyambutan Tamu dalam Upacara Adat di Kebudayaan Kabupaten Bone yang bernama
Kabupaten Bone yaitu pengertian atau Irsapril Try Satrya untuk memperoleh informasi
konsep yang dimiliki atau terdapat pada tentang responden yang tepat dalam penelitian
sebuah tanda-linguistik (Saussure dalam ini. Kemudian penulis di arahkan ke Syamsul
Chaer 2007 : 287)

3
JURNAL SENDRATASIK

Bahri Puang Matoa Angel selaku Ketua Bissu di Teknik analisis data kualitatif (analisis
Kabupaten Bone. non statistik) dilakukan dengan langkah-langkah
3. Wawancara sebagai berikut:
Wawancara dilakukan dengan cara tanya 1. Pengumpulan Data
jawab secara langsung dengan beberapa orang Pengumpulan data adalah aktivitas
responden yang dianggap memahami masalah mencari data yang dibutuhkan dalam rangka
yang diteliti, dengan tujuan memperoleh mencapai tujuan penelitian berupa bahan
keterangan tentang makna gerak Tari Alusu’ keterangan seperti himpunan fakta, angka, huruf,
sebagai Penyambutan Tamu dalam Upacara grafik, tabel, lambang, objek, kondisi, dan situasi
Adat di Kabupaten Bone. Wawancara dilakukan yang dapat memperkuat informasi yang akan
dengan cara tanya jawab secara langsung dengan diteliti.
Bapak Samsul Bahri Puang Matoa Angle selaku 2. Reduksi
ketua Bissu Sulawesi Selatan dan juga Andi Reduksi adalah dimana peneliti mencari
Yoshand selaku budayawan di Kabupaten Bone, data di lapangan secara langsung dengan tujuan
yang dianggap memahami dan mengerti masalah untuk memilih data-data mana yang sesuai
yang akan diteliti secara terstruktur dengan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
panduan alat bantu berupa daftar pertanyaan Penulis kemudian menarik kesimpulan sendiri
yang akan diajukan, dengan bantuan Andi dari hasil laporan yang telah terkumpul di
Muhammad Yunus selaku Ketua Lembaga Seni lapangan, kemudian diklasifikasi untuk disusun
Budaya Arung Palakka, dan Tri Suharti secara jelas dan rapi sebagai hasil dari
Ramadhani selaku penari tari Alusu’ yang pernah pembahasan.
dipentaskan pada Hari Tari Sedunia tahun 2017. 3. Penyajian Data
dengan tujuan memperoleh keterangan tentang Penyajian data yaitu dengan mencari
makna gerak Tari Alusu’ dalam penyambutan sekumpulan informasi yang tersususun dan
tamu di Kabupaten Bone. memberikan sebuah kemungkinan adanya
4. Dokumentasi penarikan kesimpulan yang berhungan dengan
Dokumentasi digunakan untuk latar belakang masalah penelitian, sedangkan
mengumpulkan data-data kongkrit berupa sumber informasi diperoleh dari berbagai
pengambilan gambar/foto gerak tari, kostum, sumber yang telah dipilih. Peneliti selanjutnya
serta alat-alat musik yang digunakan dengan akan menyajikan data sesuai dengan apa yang
menggunakan alat berupa kamera/tustel pada telah diteliti.
bagian yang dianggap penting sebagai data 4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
pendukung dalam penelitian ini. Selain itu juga Tahap penarikan kesimpulan ini seorang
dilakukan perekaman suara dari setiap peneliti harus melampirkan foto-foto, gambar-
wawancan yang dilakukan menggunakan alat gambar dan konfigurasi-konfigurasi yang semua
perekam seluler, dan rekaman audio visual dari itu merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
gerakan tarian yang diteliti. ada kaitannya dengan alur, sebab akibat dan
proporsi masalah yang sedang dikaji.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan teknik kualitatif, sehingga teknik A. HASIL PENELITIAN
analisis data yang digunakan adalah teknik Gambaran Umum Lokasi Penelitian
analisis non statistik. Analisis data dalam
Berdasarkan data dari Badan Statistik
penelitian ini dimulai dengan cara
Kabupaten Bone tahun 2017, Kabupaten Bone
mengklasifikasikan data baik yang diperoleh dari
terletak di bagian Timur Provinsi Sulawesi
observasi, wawancara, maupun hasil
Selatan dan bagian Barat Teluk Bone dengan
dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis
potensi sumberdaya alam yang cukup
berdasarkan kriteria dari permasalahan yang ada.
menjanjikan untuk dikembangkan, disamping
Dari hasil tersebut kemudian dilakukan
memiliki luas wilayah 4.559,00 Km2 atau 9,78
penafsiran data yang disajikan secara deskriptif.
persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan.

4
JURNAL SENDRATASIK

Kabupaten Bone secara astronomis terletak Tari Alusu’ digunakan sebagai tari penyambutan
04O13’ sampai 05O06’ Lintang Selatan (LS) tamu penting di Kabupaten Bone yang diadaptasi
dan 119O42’ sampai 120O40’ Bujur Timur dari pertunjukkan besar Sere’Bissu yang
(BT), yang berada di pantai Timur Provinsi dilakukan oleh kaum Bissu (waria sakti
Sulawesi Selatan, dengan ibukota Kabupaten pemangku adat) pada pemerintahan Raja Bone
bone yaitu Kota Watampone yang terletak 174 ke XXIII La Tenri Tappu, para Bissu melakukan
Km arah timur dari Kota Makassar (Ibukota ritual penjemputan tamu penting atau Bali
Provinsi Sulawesi Selatan). Bocco, pelantikan raja, upacara kelahiran,
Salah satu kekuatan masyarakat di Kabupaten kematian, ritual Maccera dan beberapa ritual
Bone adalah pembauran nilai religius keagamaan dari dalam istana kerajaan Bone, dan
dalam suatu kebudayaan yang masih melekat mempersembahkan pertunjukan Sere’Bissu
hingga kini. Faktor lain yang mempengaruhi dengan menggunakan properti anyaman dari
adalah komunitas masyarakat di Kabupaten daun lontar yang dinamakan Alusu’ . Pada
Bone sebagian besar masih dalam satu ikatan Pemerintahan Raja Bone, La Tenri Rua Matinroe
rumpun keluarga, sehingga konflik sosial tidak Ribantaeng, masuknya ajaran Islam di kerajaan
menjadi pemisah, tetapi dapat terselesaikan Bone, mengakibatkan hilangnya pernanan kaum
secara kebersamaan dan kekeluargaan. Bissu dalam hal ritual keagamaan sehingga
Kultur budaya masyarakat di Kabupaten Bissu meninggalkan kehidupan istana dan hidup
Bone masih dipengaruhi oleh etnis budaya membaur bersama masyarakat. Kemudian pada
Bugis. Keragaman kultur sosial budaya yang masa pemerintahan Raja Bone ke XXVIII We
terdapat di Kabupaten Bone, merupakan Fatimah Banri Gau Sultanul Fatimah,
pembentukan etnis dan budaya lokal, secara mengangkat kembali Sere bissu dengan
umum masih tergolong dalam Suku Bugis. mengumpulkan gadis-gadis bangsawan di
Perbedaan dalam hal budaya umunya terletak Kerjaaan Bone kemudian dilatih oleh para Bissu
pada dialek, dan sistem upacara adat dan ritual sehingga terciptalah beberapa ragam gerak
keagamaan, dan bentuk bangunan. Kultur sosial menjadi Sere Alusu’ yang dibawakan oleh
dan budaya diungkapkan dan diwariskan melalui perempuan sebagai bentuk pertunjukkan untuk
pemikiran, kebiasaan, kepercayaan, keseniaan, tamu kerajaan.
tarian dari generasi ke generasi. Seperti halnya Berdasarkan sejarah Bugis Bone, gerakan
seni tari di Kabupaten Bone yang DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)
mengapresiasikan kebudayaan secara umum dan oleh Kahar Muzakar di tahun 60-an, tarian Bissu
mengikuti norma-norma yang digariskan oleh mengalami peralihan dan segala bentuk kegiatan
adat istiadat, sehingga tercipta berbagai gerak Bissu termasuk tari - tariannya dihilangkan. Pada
yang mencerminkan kehalusan budi dan karakter tahun 1990-an Andi Nurhani Sapada dan
masyarakatnya. Beberapa tarian di Kabupaten Munasiah Najamuddin selaku tokoh tari di
Bone merupakan bagian dari ritual adat yang Sulawesi Selatan menggarap ulang Sere Alusu’
khusus dilakukan dengan tujuan dan pemaknaan Makkundrai untuk dipentaskan dalam
tertentu diantaranya sebagai doa, pensucian pertunjukan Fragmen To Manurung yang
benda pusaka, hiburan atau pementasan, dan dilaksanakan di hari jadi Bone yang pertama,
penyambutan tamu. namun komposisi gerakan pada saat itu belum
selesai (Wawancara Syamsul Bahri Puang Matoa
Tari Penyambutan Tamu Di Kabupaten Bone Angel, 23 September 2020) seperti yang
dikemukakan juga oleh Fitrya Ali Imran, Agus
Menurut Syamsul Bahri Puang Matoa Angel,
Cahyono, dan Tjetjep Rohendi Rohidi dalam
Beberapa tarian di Kabupaten Bone merupakan
Jurnal of Arts Education, Prodi Pendidikan Seni
warisan yang dipentaskan pada zaman kerajaan,
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang,
ada yang masih mempertahankan sarat dan
tahun 2017.
maknanya, adapula yang bergeser fungsinya
Memasuki tahun 2000-an, Sere Alusu’
mengikuti perkembangan zaman sekarang.
Makkundrai diusulkan menjadi tari penyambutan
Tarian di Kabupaten Bone biasanya
sebagai ciri khas daerah Bugis Bone oleh Andi
dirangkaikan dengan ritual adat. Seperti halnya
Mappasissi yang merupakan Petta Arungpone

5
JURNAL SENDRATASIK

atau keturunan Raja Bone ke XXIX dan Andi awam serta diperankan oleh anak remaja zaman
Youshand, kemudian diserahkan kepada Abdul zekarang (wawancara Andi Yoshand, 5 Oktober
Muin selaku koreografer di Kabupaten Bone. 2020).
Proses kreasi ini tetap mempertahankan gerak 2. Ragam Gerak
Tari Alusu’ yang halus dan lemah gemulai sesuai Ragam gerak merupakan unsur utama
dengan gambaran kehalusan budi pekerti pada tarian yang dilakukan melalui peralihan
segenap rakyat Bone dalam menerima tamu atau perubahan posisi/tempat dan sikap badan
agung, dengan diiringi Alusu’ dan bunyi penari. Tari Alusu’ memiliki 8 ragam ragam
Genrang Bali Sumange. gerak diantaranya Mappakaraja, Sere Alusu’,
Setelah proses kreasi telah rampung, Tari Sere Bibbi’, Sere Mangko’, Massampeang, Sere
Alusu’ dipentaskan pertama kalinya sebagai Mattampu’, Sere Maloku, dan Mappabbitte
bagian dari prosesi penjemputan adat tepatnya 3. Pola Lantai
pada peringatan hari jadi KODAM pada tanggal Tari Alusu’ adalah tarian yang terdiri
28 Mei 2005, bersama dengan dijemputnya dari 10 pola lantai dengan 8 ragam gerak dan
Bapak Wakil Presiden RI (Drs. H. Muhammad desain yang bervariasi, namun pola lantai ini
Yusuf Kalla) beserta rombongannya di masih dapat berubah disesuaikan dengan waktu
Makassar. Sejak saat itu Tari Alusu’ menjadi tari dan acara
penyambutan di setiap tamu-tamu istimewa yang 4. Kostum, aksesoris, tata rias, dan properti
berkunjung di Bumi Arung Palakka Kabupaten Adapun kostum yang digunakan dalam tari
Bone. Selain itu Tari Alusu’ disajikan pada Alusu’ yaitu Baju Ponco atau Baju Bodo dengan
rangkaian prosesi Hari Jadi Bone, dan Tari rok dua susun yang dilengkapi dengan celana
Alusu’ juga digunakan oleh kaum bangsawan panjang, dan perhiasan berupa Potto (gelang),
(Arung) dalam prosesi penjemputaan acara Geno (kalung), Bangkara’ (anting), Patteppo
pernikahan hingga saat ini. (Wawancara Andi Jakka (semacam bando), Simatayya (digunakan
Youshand, 5 Oktober 2020). di lengan), Bunga Simpolong (bunga sanggul),
Bunga Padidi’ (pinang goyang), Tali Bennang
(ikat pinggang dibuat dari kain), Keris dan
Passapu (sejenis selendang berbentuk segitiga).
Sedang tata rias menggunakan sanggul sunggar
dan simpolong tettong disertai dengan tata rias
makeup panggung dilengkapi dengan dadasa’
(paes bugis) dan tambahan aksen kutu-kutu.
Properti yang digunakan dalam Tari Alusu’ yaitu
Alusu’ yang terbuat dari anyaman bambu yang
terdiri atas kepala, badan dan ekor dan
Penyambutan Tari Alusu’ Pada Hari Jadi Bone didalamnya ada semacam kerikil atau bunyi-
( Dokumentasi : Suaraturatea.com, 5 September 2019 )
bunyian.
5. Musik Iringan
a) Proses Penyambutan Tamu
Musik pengiring tari Alusu’ teri dari 6
Tari Alusu’ dilaksanakan secara adat dengan
rangkaian beberapa prosesi, yang dikenal instrumen alat musik yaitu gendang, kecapi,
dengan istilah penyambutan dengan payung suling, gong, ana’ baccing, kancing dengan
Kerajaan Bone menuju ke Lellu’ Te’dung Iringan lagu yang digunakan yaitu Ongkona
Dewata Rilangi. (wawancara Syamsul Bahri Bone. Adapun komposisi lagunya yaitu Rall
Puang Matoa 30 Agustus 2020) untuk siap dan Mappatabe, Onkona Bone
b) Elemen-elemen Tari Alusu’ pada saat Sere Alusu’, Gemuruh dilakukan
1. Penari pada saat gerak Mappabbitte , Gendang Bali
Penari tari Alusu’ tidak memiliki batasan Sumange untuk gerak Sere Bibbi , Lagu
jumlah minimal 4 orang penari perempuan dan Ongkona Bone untuk gerak Sere Mangko’
berjumlah genap selain itu tari Alusu’ dapat dan Massampeang, Renjang-renjang untuk
dilakukan oleh kaum bangsawan maupun orang
Sere Mattampu’ dan Sere Maloku, dan pada

6
JURNAL SENDRATASIK

saat penari mempersilahkan dan mengantar melambangkan perisai untuk


tamu masuk, diiringi dengan Lagu Ongkona perlindungan diri atau menolak hal-hal
Bone dan Masaallah. negatif. Serta sebagai penghargaan
kepada kaum wanita bugis dalam
Makna ragam gerak tari Alusu’ sebagai tari melakukan kewajibannya sebagai
penyambutan tamu dalam upacara adat di seorang ibu kelak.
Kabupaten Bone 7. Sere Maloku sebagai penghormatan
Adapun ragam gerak tari Alusu’ kepada tamu istimewa sekaligus simbol
memiliki 8 ragam dan masing-masing ragam kegembiraan dari penyelenggara hajatan
memiliki makna yaitu:
(mappunnai gau’) dalam menyambut
1. Mappakaraja maknanya yaitu melakukan
tamu yang akan datang.
suatu kegiatan harus dimulai dengan
8. Mappabbitte mencerminkan bahwa
penghormatan kepada leluhur atau hal
masyarakat bugis Bone menerima
hal yang tidak nampak pada indra
dengan suka cita tamu istimewa yang
manusia namun dapat dirasakan
datang berkunjung dan dengan senang
kehadirannya (Alusu’na), atau dapat juga
hati menyambut serta menjamu tamu
diartikan dengan meminta izin kepada
istimewa tersebut.
zat/ roh yang menjaga daerah
2. Sere Alusu’ maknanya yaitu gadis bugis B. PEMBAHASAN
Bone memiliki ciri khas tersendiri dalam
budi pekerti, bertutur sapa , tingkah laku Tari Alusu’ adalah tarian yang sudah
yang lemah lembut dan menjunjung ditetapkan sebagai ciri khas masyarakat Bone
dalam menyambutan tamu-tamu agung (penting)
tinggi kewibawaannya sebagai cerminan yang berkunjung ke Kabupaten Bone, tari ini
dari gerakan sere alusu’ yang mengalun dilaksanakan secara adat dengan rangkaian
halus, lemah dan lembut. beberapa prosesi, yang dikenal dengan istilah
3. Sere Bibbi merupakan cerminan dari penyambutan dengan payung Kerajaan Bone
tingkah laku kehidupan bangsawan yang menuju ke Lellu’ Te’dung Dewata Rilangi
selalu berhati-hati dalam perbuatan, dengan penari berjumlah genap minimal 4 orang
jujur, berpegangan teguh terhadap penari/ lebih dan diperankan oleh gadis dari
pendirian serta menjaga kehormatan diri kaum bangsawan ataupun remaja zaman
dan keluarga sekarang sebagai tari penyambutan tamu dalam
4. Sere Mangko’ maknanya yaitu cerminan upacara adat di Kabupaten Bone, yang terdiri
dari persatuan masyarakat bugis Bone dari 8 ragam yaitu ragam Mappakaraja, Sere
Alusu’, Sere Bibbi’, Sere Mangko’ ,
dalam perlakuan, adab, gotong-royong Massampeang, Sere Mattampu’, Sere Maloku,
dan tak terpecah antara satu dengan yang dan Mappabbitte, dengan perpaduan elemen
lain penunjang seperti kostum, aksesoris, tata rias,
5. Massampeang mencerminkan masyarakat property, dan musik iringan tari.
bugis Bone jika ingin pergi ke suatu Makna ragam gerak tari Alusu’ adalah
daerah atau melakukan suatu hajatan, sebagai permohonan keselamatan, melukiskan
mereka meminta doa menolak bahaya persatuan dan kesatuan, saling memperingatkan
atau tolak bala kepada tuhan (Dewata demi kebaikan, keluwesan dan budi pekerti yang
sewae) agar semua hal-hal buruk pergi tinggi ,semangat kepahlawan dan cinta tanah air,
menjauh. sesuai dengan acuan dalam penelitian ini yaitu
6. Sere Mattampu’ mencerminkan Harga diri makna merupakan pengertian atau konsep yang
dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-
seorang perempuan di masa lalu sebagai
linguistik menurut (Saussure dalam Chaer 2007 :
ajimat untuk kewibawaannya dimana 287) dengan makna disetiap ragamnya yakni
gerakan memegang keris Mappakaraja sebagai penghormatan, Sere

7
JURNAL SENDRATASIK

Alusu’ sebagai kehalusan Ana’ Dara Bone, Sere sebagai Penghormatan, dan Mappabbitte
Bibbi’ sebagai Perkalian kehidupan bangsawan sebagai tanda penerimaan tamu.
turun temurun, Sere Mangko’ sebagai Gerakan
persatuan, Massampeang sebagai Tolak bala,
Sere Mattampu’ sebagai penghargaan kodrat DAFTAR PUSTAKA
wanita, Sere Maloku sebagai Penghormatan, dan Sumber tercetak
Mappabbitte sebagai tanda penerimaan tamu. Ali Imran Fitrya, 2013. Komparasi Tari
Merujuk pada hasil penelitian di atas, Penyambutan Marellau Pammase
perkembangan tari Alusu’ beberapa kali Dewata Ciptaan Aninda dengan
mengalami pergeseran fungsi dari mulai tari Tari Penyambutan Alusu Ciptaan
ritual hingga sebagai tari penjemputan tamu Abdul Muin. Skripsi. Universitas
penting. Pada zaman sekarang pementasan tari Negeri Makassar.
Alusu’ disesuaikan dengan acara yang Arini, Sry Hermawati Dwi, dkk. Seni
diselenggarakan seperti pada acara Pembukaan Budaya Jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
Hari Jadi Bone, Perlombaan Tari Daerah Direktorat Pembinaan Sekolah
Kabupaten Bone, dan penjemputan tamu pada Menengah Kejuruan, Direktorat
acara hajatan pernikahan kaum bangsawan Jenderal Manajemen Pendidikan
(Arung) di Kabupaten Bone Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
KESIMPULAN Chaer, Abdul. 2007 Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta
Berdasarkan hasil penelitian dan Hadi, Sumandiyo. Sosiologi Tari. Yogyakarta:
pembahasan, penelitian ini dapat menarik Pustaka, 2005.
kesimpulan bahwa Tari Alusu’ adalah tari ______________. 2012. Seni Pertunjukan
penyambutan tamu penting yang sampai saat ini dan Masyarakat Penonton.
masih dipentaskan dan dihargai oleh masyarakat Yogyakarta: Perpustakaan Nasional
Kabupaten Bone sebagai tarian ciri khas dalam Katalog dalam Terbitan (KDT)
penyambutan sebelum menjamu tamu-tamu
penting yang datang dan berkunjung ke Hidajat, Robby. Seni Tari. Malang: Jurusan
Kabupaten Bone. Seni dan Desain Fakultas Sastra
1. Ragam gerak tari Alusu’ sebagai tari Universitas Negeri Malang,2008.
penyambutan tamu dalam upacara adat di Jayanti Ika, 2015. Fungsi Tari Alusu Dalam
Kabupaten Bone, terdiri dari 8 ragam yaitu Upacara Penyambutan Tamu Resmi
ragam Mappakaraja, Sere Alusu’, Sere Pemerintah Di Kabupaten
Bibbi’, Sere Mangko’ , Massampeang, Sere Bone.Skripsi. Universitas Negeri
Mattampu’, Sere Maloku, Mappabbitte. Makassar.
2. Makna ragam gerak tari Alusu’ adalah Kussudiardjo, Bagong. Tentang Tari.
sebagai permohonan keselamatan, Yogyakarta: CV Nur Cahaya, 1922.
melukiskan persatuan dan kesatuan, saling Latief, Halilintar. 2009 Tari Bissu di Sulawesi
memperingatkan demi kebaikan, keluwesan Selatan Tari Ekstase Bugis. Makassar :
dan budi pekerti yang tinggi ,semangat Padat Jaya
kepahlawan dan cinta tanah air. Dengan Maizarti. 2013. Ketika Tari Adat ditantang
makna disetiap ragamnya yakni Revitalisasi. Yogyakarta: Media
Mappakaraja sebagai penghormatan, Sere Kreativa.
Alusu’ sebagai kehalusan Ana’ Dara Bone, Masindan, dkk. 1985. Kamus Melayu
Sere Bibbi’ sebagai Perkalian kehidupan Langkat Indonesia. Jakarta :
bangsawan turun temurun, Sere Mangko’ Departemen Pendidikan dan
sebagai Gerakan persatuan, Massampeang Kebudayaan RI.
sebagai Tolak bala, Sere Mattampu’ sebagai Monoharto, Gunawan. Seni Tradisional
penghargaan kodrat wanita, Sere Maloku Sulawesi Selatan. Makassar:
Lamacca Press, 2003.

8
JURNAL SENDRATASIK

M.Jazuli. Telaah Teoretis Seni Tari. Semarang:


IKIP Semarang Press, 1994.
Nadjamuddin, Munasiah. Tari Tradisional
Sulawesi Selatan. Ujung Pandang:
Bhakti Baru,1983.
Pateda, Mansoer. 2001 Semantik Leksikal,
Jakarta : Rineka Cipta
Rosjaya. “Tari Sere Api di Desa Gattareng
Kecamatan Pujananting Kabupaten
Barru”. Makassar, 2008.
Soedarsono. 1978. Pengantar Pengetahuan
dan Komposisi Tari. Yogyakarta:
Akademi Seni Tari Indonesia
_________. 1985. Keadaan dan
Perkembangan Bahasa, Sastra, Etika,
TataKrama, dan Seni Pertunjukan Jawa,
Bali, dan Sunda.
Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Sumaryono & Endo Suanda. Tari Tontonan.
Jakarta: Pendidikan Seni
Nusantara,2006.
Suharto, Ben. 1987. Pengamatan Tari
Gambyong Melalui Pendekatan
Berlapis Ganda. Medan: Kertas Kerja
dalam Temu Wicara Etnomusikologi
III
Sutton, R Anderson 2013 Pakkuru Sumange’:
Musik, Tari, dan Politik Kebudayaan
Sulawesi Selatan. Makassar : Ininnawa
Syahrir, Nurlina. 2003. Bissu dalam
Masyarakat Pangkep Kedudukan
Upacara dan Sejarahnya. Makassar:
Badan Pengembang Bahasa dan Seni
FBS UNM.
Widagdho, Djoko. 2008. Ilmu Budaya Dasar.
Semarang: PT Bumi Aksara
Wahyudiyanto. 2008. Pengetahuan Tari.
Surakarta: Isi Press Solo
W.J.S Poerwadarminta. 1976 Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka

Sumber tak tercetak


(https://telukbone.id/2018/12/16/sejarah-tari-
alusu/).
(https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/cathars
is/) .

Anda mungkin juga menyukai