Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

KEBUDAYAAN SUKU BALI DI BANYUWANGI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia

Disusun Oleh :

Risa Nurhidayah Novera (168720100111)

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI

2019
KEBUDAYAAN SUKU BALI DI BANYUWANGI

1. Tari Genjek
Genjek merupakan kesenian yang mengandalkan keharmonisan dan kekompakan warna
vocal. Tarian ini berkembang di masyarakat petani di sela – sela musi hiburan musim
tanam dan musim panen. Pada mulanya genjek dimainkan oleh kaum lelaki, disaat
senggang-senggang tersebut mereke bertemu, bercerita dan bergurau. Sambil bergurau
secara spontanitas mereka dipadukan dengancipak. Cipak sendiri adalah senior vokal
yang tidak tertandingi dengan ritme yang baik menghasilkan senior vokal yang harmonis
tanpa iringan alat musik. Saat ini selain vokal, genjek mulai dilengkapi dengan alat musik
seperti gerantang, kendang, ceng-ceng, kecapi, dan suling.

Gambar 1. Tari Genjek


Sumber: Google.com

2. Tari Penyembrama
Tarian Penyembrama adalah tarian tradisional yang dipentaskan oleh penari-penari
wanita secara berkelompok. Tarian sebagai sambutan di kampung bali banyuwangi, tepat
di Desa Patoman. Selain digunakan sebagai tari penyambutan, tari ini juga sering
dipentaskan dalam upacara agama hindu di pura sebagai tari pelengkap persembahan
sebelum tari sanghyang atau rejang. Tarian ini dirancang sedemikian rupa baik lirik mata,
senyum, keceriaan dari setiap gadis yang membawakan tarian ini sehingga seirama
sengan musik, atau gamelan.

Gambar 2. Tari Penyembrama (Bali Fevtisal, 18 Maret 2018)

3. Tari Legong

Gambar 3. Tari Legong


Sumber: Dokumen Pribadi

Tari legong merupakan tarian tradisional. Memiliki gerakan yang sangat kompleks
dengan menyatukan antara gerakan dengan iringan musik melalui alat msuik tradisional yaitu
gamelan. Kata Legong diambil dari kata “leg” yang artinya gerakan tari yang lues, dan kata
“gong” diambil dari kata alat musik tradisional yang mengiringi tarian yaitu gamelan. Maka tari
Legong dapat diartikan dengan tarian yang gerakannya terikat dengan musik pengiringnya yaitu
gamelan. Tari Legong pada umumnya dimainkan oleh kelompok penari, biasanya terdiri dari 2
orang penari.

UPACARA ADAT SUKU BALI DI BANYUWANGI

1. Upacara Ngaben

Gambar 4. Upacara Ngaben


Sumber: Dokumen pribadi

Upacara Ngaben sendiri sebenarnya adalah prosesi pembakaran mayat atau kremasi bagi
penganut agama Hindu. Ritual pembakaran mayat tersebut diajukan sebagai symbol untuk
menyucikan roh orang yang telah meninggal. Upacara Ngaben terdiri dari berbagai tahap, yaitu :

a. Ngulapin
Upacara ini dilakukan apabila seseorang meninggal diluar rumahnya, semisal di rumah
sakit atau sebagainya. Upacara ini dpaat berbeda-beda disetiap daerah tergantung tradisi
setempat.
b. Nyiramin atau Ngemandusin
Upacara ini biasanya dilakukan di rumah. Pada saat proses ini biasanya disertai dengan
penambahan symbol-simbol seperti bunga melati dilubang hidung atau daun intaran di
alis serta perlengkapan lainnya.
c. Ngajum Kajang
Selembar kertas putih akan ditulisi oleh ketua adat yang kemudian akan ditekan sebanyak
tiga kali oleh keluarga, dengan maksud agar memantapkan hati keluarga yang ditinggal.
Sehingga roh dapat segera menuju ke tempat seharusnya.
d. Ngaskara
Upacara ini memiliki makna menyucikan roh yang telah meninggal, dengan tujuan agar
roh tersebut dapat bersatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa dan menjadi pembimbing
bagi mereka yang masih di dunia.
e. Mameras
Upacara ini dilakukan apabila yang meninggal sudah memiliki cucu, hal ini dikarenakan
sang cucu lah yang akan menuntun mendiang melallui doa-doa.
f. Papegatan
Upacara ini dimaksudkan untuk memutuskan hubungan duniawi dan keluarga agar
perjalanan roh tidak terhambat menuju ke tempatnya. Dengan ini pihak keluarga berarti
telah ikhlas melepas kepergian mendiang.
g. Pakiriman Ngutang
Upacara ini adalah membawa jenazah menuju pekuburan stempat dengan menggunakan
bade atau menara pengusung jenazah. Prosesi ini diiringi dengan suara angklung. Pada
saat perjalanan, jenazah akan diputar tiga kali melawan jarum jam dengan maksud
mengembalikan Panca Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing.
h. Ngeseng
Upaca pembakaran jenazah yang telah dibaringkan di tempat yang disediakan disertai
sesaji. Kemudian diperciki oleh pendeta dengan Tirta Pangentas yang bertindak sebagai
api abstrak diiringi dengan Puja Mantra. Barulah selanjutnya jenazah dibakar hingga
hangus. Tulang-tulang hasil pembakaran tadi digilas dan dirangkai dalam buah kelapa
gading yang telah dikeluarkan airnya.
i. Ngayud
Proses ini adalah menghanyutkan abu di sungai atau laut yang memiliki makna sebagai
penghanyut segala kekotoran yang masih tertinggal pa roh emndiang.
j. Makelud
Upacara ini dilakukan 12 hari prosesi pembakaran jenazah. Makelud adalah
membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang
dialami keluarga setelah ditinggalkan.

2. Upacara Melasti

Gambar 5. Upacar Melasti


Sumber: Dokumen pribadi

Upacara melasti dilaksanakan setiap 1 tahun sekali , yang meruapakan rangkaian dari
Hari raya Nyepi. Upacara melasti dimaksud untuk melebur segala macam kekotoran pikiran,
perkuatan dan perilaku, serta mendapatkan air suci untuk kehidupan yang dilakukan di laut,
danau, dan pada sumber/mata air yang disucikan. Upacara Melasti di Banyuwangi ini biasanya
dilakukan di pantai Pulau Merah. Pada pelaksanaanya, masyarakat Hindu akan dating
berbondong-bondong ke lokasi upacar Melasti. Setiap rombongan kemudian akan menyertai diri
dengan berbagai perangkat keramat yang digunakan untuk sembahyang. Beberapa di antaranya
adalah arca, pralingga. Sebagai tambahan, pada pelaksanaan upacara melasti umat Hindu juga
akan membawa beragam sesajian. Sesajian tersebut merupakan symbol dari Trimurti yang
menjadi kepercayaan umat Hindu.
3. Nyepi dan Pawai Ogoh-Ogoh
Nyepi sudah dirayakan berabad – abad lamanya, dan merupakan hari raya tahun Batu
Caka bagi umat Hindu yang dirayakan dengan tanpa membatasi keinginanPanca Indera,
dengan keheningan dan kesunyian. Selain tradisi dan pelaksanaan unik di Hari Raya
Nyepi tersebut, sebelum Catur Bratha penyepian dilaksanakan disebut hari Raya
Ngerupuk. Pawai ogoh – ogoh diiringi beleganjur (gamelan Bali) dan obor. Ogoh-ogoh
berbentuk seperti boneka besar atau bisa disebut patung dengan bentuk yang
menyeramkan yang identic dengan kekuatan jahat dari Bhuta kala, kekuatan jahat ini
bukan hanya terlihat dari fisik yang menyeramkan, tapi juga sufat buruk yang dimiliki
dan kejahatan. Pawai ogoh-ogoh memberikan tontonan menarik bagi warga masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai