Anda di halaman 1dari 20

PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT MELALUI USAHA

BATIK BANJARWANGI DI DESA BANJAR KECAMATAN LICIN


KABUPATEN BANYUWANGI

Hanaul Vera Fatehah


Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Banyuwangi
Email : Hanaulverafatehah151098@gmail.com

ABSTRAK
Desa Banjar merupakan salah satu daerah penghasil batik. Di desa ini
terdapat salah satu pelopor batik yang bernama Bapak Syamsudin, beliau
merupakan pemilik usaha batik banjarwangi di Desa Banjar. Dari pengalaman
yang diperoleh dari menimba ilmu dan pengalaman kerja batik. Beliau kemudian
membangun dan mengembangkan usaha batiknya sendiri. Usaha ini kemudian
menjadi lapangan kerja tambahan bagi warga desa Banjar untuk dapat
meningkatkan Perekonomia Masyarakat Setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan
ekonomi masyarakat melalui usaha batik Banjarwangi di desa Banjar Kec Licin
Kab Banyuwangi dan mendeskripsikan dampak usaha batik Banjarwangi di Desa
Banjar Kec Licin Kab Banyuwangi.
Metode penelitian ini bersifat Kualitatif, pengumpulan data dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Pendekatan yang digunakan melalui
analisis Peningkatan Perekonomian dan dampak adanya usaha batik Banjarwangi
Terhadap Masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan ekonomi
masyarakat melalui usaha batik Banjarwangi yang meliputi keterampilan
Karyawan, upaya meningkatkan SDM, penyediaan ruang produksi, menyediakan
alat dan Bahan produksi batik, dan pemasaran. Dampak usaha batik Banjarwangi
yakni meliputi meningkatnya perekonomian masyarakat desa Banjar dan
bertambahnya peluang lapangan kerja bagi masyarakat desa Banjar, Terutama
pemuda generasi penerus yang wajib melestarikan batik. Selain itu Batik
Banjarwangi mempunyai Motif Khas tersendiri yakni dinamakan dengan “Motif
Daun Aren”.

Kata Kunci: Peningkatan Perekonomian, Usaha Batik Banjarwangi.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia menimbulkan
permasalahan yang kompleks. Krisis ekonomi telah menyebabkan perekonomian
Indonesia yang pada awalnya bertumbuh pesat tiba-tiba bergejolak. Sehingga
menimbulkan terjadinya tingkat inflasi yang tinggi. Krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1998 telah membuat beberapa bank konvensional dilikuidasi
karena tidak mampu melaksanakan kewajiban terhadap nasabahnya akibat dari
kebijakan suku bunga yang tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah selama krisis
berlangsung.
Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia menimbulkan
permasalahan yang kompleks. Krisis ekonomi telah menyebabkan perekonomian
Indonesia yang pada awalnya bertumbuh pesat tiba-tiba ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1998 telah membuat beberapa bank konvensional dilikuidasi
karena tidak mampu melaksanakan kewajiban terhadap nasabahnya akibat dari
kebijakan suku bunga yang tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah selama krisis
berlangsung (Y. Sri susilo, 2008: hlm 8).
Banyuwangi termasuk dalam deretan kota yang menjadi salah satu sentral
kerajinan batik terbesar di Indonesia. Setidaknya terdapat 22 motif batik yang
tercatat di museum kota yang berjuluk Sunrise Of java. Motif –motif itu antara
lain motif gajah oling, sisikan, paras Gempal, Jenon, Pecah Kopi, Blarak
Sempleh, Sembrung Cacing, kangkung setingkes, Sekar jagad blambangan.
Dinatara motif tersebut. Gajah oling merupakat motif batik tertua. (Basri, Surya
Co.Id, 2018).
Seiring dengan perkembangan waktu, terdapat beberapa desa
dibanyuwangi yang ikut memperkaya keragaman motif batik banyuwangi. Salah
satunya ialah desa banjar yang merupakan pemilik rumah batik Banjarwangi itu
telah menciptakan motif baru yang mulai dikenal secara luas, yaitu Motif Daun
Aren. Industri batik Banjarwangi didirikan oleh Bapak Syamsudin, pada tahun
2014. (Basri, Surya Co.Id, 2018).

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Upaya Peningkatan Perekonomian Usaha Batik
Banjarwangi Di Desa Banjar Kecamatan Licin Kabupaten
Banyuwangi?
2. Bagaimana Dampak Usaha Batik Banjarwangi dalam Meningkatkan
perekonomian Masyarakat Melalui Usaha Batik Banjarwangi Di Desa
Banjar Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut, Tujuan Peneliti tersebut adalah :
1. Untuk Mendeskripsikan Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Lokal Melalui Usaha Batik Banjarwangi Di Desa Banjar
Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi.
2. Untuk Mendeskripsikan Dampak Usaha Batik Banjarwangi dalam
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat lokal Melalui Usaha Batik
Banjarwangi Di Desa Banjar Kecamatan Licin Kabupaten
Banyuwangi.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan disiplin ilmu
Pendidikan Sejarah khususnya berkaitan dengan peningkatan
ekonomi masyarakat melalui usaha batik Banjarwangi.
2. Secara Praktis
Adanya penelitian ini adalah masyarakat desa Banjar mampu
mengelola usaha batik Banjarwangi dengan baik serta mampu
mengevaluasi dampak yang terjadi, sehingga pelaksanaan usaha
batik mampu berjalan dengan baik.

3
1.5 PENELITIAN TERDAHULU
Untuk mengetahui keaslian yang akan dihasilkan melalui penelitian ini,
maka perlu disajikan beberpa hasil kajian penelitian yang sudah pernah diteliti dan
berhasil dalam peningkatan ekonomi. Beberapa penelitian itu adalah sebagai
berikut :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Amelia Probosari (2017)
Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta . yang
berjudul : “Peningkatan ekonomi masyarakat melalui usaha batik Ismoyo di Desa
Gendongan Plupuh Sragen”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
upaya peningkatan ekonomi masyarakat melalui usaha batik ismoyo di desa
gendongan plupuh sragen dan mendeskripsikan dampak usaha batik ismoyo. Hasil
penelitian ini adalah adanya peningkatan ekonomi masyarakat melalui usaha batik
ismoyo meliputi keterampilan, keterampilan karyawan, penyediaan ruang
produksi, menyediakan alat dan bahan produksi batik dan pemasaran serta
dampak usaha batik ismoyo yakni meliputi meningkatnya perekonomia
masyarakat desa gendongan dan bertambahnya lapangan kerja bagi masyarakat
desa Gendongan.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Khalila ( 2014) Mahasiswa Jurusan
pengembangan masyarakat islam, fakultas dakwah dan komunikasi, Universitas
islam negeri sunan kalijaga, Yogyakarta. Yang berjudul: “ Upaya peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat oleh kelompok Tani “suka maju” di dusun
Gerincang kec. Batangbatang, Kab. Sumenep Madura. Hasil yang dicapai adalah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan berbagai
bentuk upaya, yaitu pertanian padi dan peternakan kambing etawa. Dalam
menjalankan pertanian padi dan peternakan kambing etawa dilalui dengan
melakukan pengembangan sumber daya alam, pendampingan para petani dan
peternak. Dari beberapa upaya-upaya yang dilakukan membawa dampak positif
terhadap perekonomian para petani, seperti meningkatnya hasil pertanian padi,
meningkatnya penghasilan buruh tani pertanian ternak, pemenuhan ekonomi
keluarga dan terbentuknya lapangan kerja.
Ketiga, Penelitian yang dilakukan Oleh Santi Safitri Putri (2018)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk

4
mendeskripsikan proses strategi komunikasi pemasaran batik kayu berbasis
pemberdayaan di Dusun Krebet dengan mengambil subyek penelitian seperti
Sanggar Peni, Sanggar Punokawan, Sanggar YuanArt. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang terdiri dari observasi serta
hasil wawancara. Dan dimana narasumber terdiri dari pemilik sanggar kemudian
pengrajin batik kayu yang bekerja di masing-masing sanggar atau tempat yang
penulis lakukan penelitian. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa strategi
pemasaran batik kayu dengan berbasis pemberdayaan masyarakat ini : adanya
pengembangan keterampilan/skill, bentuk pemasaran produk dengan
menggunakan media sosial, proses peningkatan taraf ekonomi.
Keempat, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Warkonah ( 2011),
Jurusan pengembangan masyarakat islam (UIN SUKA), dengan judul Upaya
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui usaha pertanian bawang
merah di desa tegalgandu wanasari Brebes. Dalam hasil penelitiannya warkonah
memaparkan, sebelum adanya upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat yang berupa : penyediaan modal, diadakan penyuluhan pertanian,
manajemen usaha dan pemasaran hasil usaha pertaniaan. Masyarakat desa
Tegalgandu sering mengalami kerugian dalam usaha pertaniaanya karena dalam
merawat tanaman bawang merah mereka tidak mendapat bimbingan. Setelah
petani masyarakat tegalgandu mengikuti program-program yang ada di Gapoktan
dan Besm, kemudian menerapkan ilmu yang didapat dalam penyuluhan pertanian
akhirnya petani dapat merasakan manfaatnya. Diantaranya yaitu hasil panen
mengalami peningkatan, dari yang biasanya hanya panen 5-6 ton menjadi 8-9 ton.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat


Desa
Peningkatan ekonomi menurut KBBI adalah ilmu yang mengenai asas-
asas produksi dan distribusi pemakaian barang-barang serta kekayaan hal
keuangan dan perindustrian usaha dan pemanfaatn uang dalam tenaga kerja,
waktu, sebagainya berharga kehidupan suatu perekonomian. Masyarakat desa
(rural community) bagian atau kelompok yang kecil yang terdapat di wilayah
hukum kebiasaan atau adat masyarakat setempat, yang aktivitasnya sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang ada di wilayah hukum tertentu.
Masyarakat Desa menurut ahli seperti, Hasan Sadily . “mendefiniskan masyarakat
adalah golongan besar atau kecil beberapa manusia, yang dengan pengaruh
bertalian secara golongan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”. (Ar
Royyan Ramly, 2018 hlm 1).
Ciri-ciri masyarakat perdesaan yang sangat menonjol ialah memiliki pergaulan
yang sangat dekat, saling kenal mengenal diantara penduduk desanya. Menurut ahli yang
dikatakan desa ialah yang jumlah penduduknya kurang dari 2500 jiwa, hal ini pula diatur
dalam undang undang desa tahun 2014. Oleh karenanya masyarakat desa sangat mudah
bergaul dan mengenal satu sama lain. Kemudian ciri lain yang melekat ialah cara
masyarakat dalam mengurus perekonomiannya, kebanyakan masyarakat kita memiliki
mata pencaharian sebagai petani karena wilayah yang sangat agraris yang di pengaruhi
oleh alam. Selain itu aspek yang erat dimasyarakat perdesaan ialah gotong royong yang
memang sudah lama tertanam dalam jiwa masyarakat untuk saling memikul dan
bekerjasama dalam segala hal yang ada dilingkungannya, seperti membersihkan parit
jalan, menjaga keamanan desa (ronda) dan sebagainya. Sedangkan mengenai kerja bakti
ada dua
macam yaitu:
a) kerjasama yang timbul atas inisiatif warga itu sendiri.
b) dan kerjasama yang tidak timbul dari inisiatif masyarakat itu sendiri, yang biasanya dari
luar desa.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial, konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered, participatory, empowering, and

6
sustainable" (Chambers dalam Kartasamita, 1997: 6). Upaya memberdayakan
masyarakat, Kartasamita (1997: 13) mengemukakan pemikirannya bahwa dalam
kerangka memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi, yakni:
1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena kalau demikian akan punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya
menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin
berdaya.
3) Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang sangat pokok adalah peningkatan
taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber
kemajuan ekonomi, seperti; modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana
dasar, baik fisik seperti; irigasi, jalan, dan listrik, ataupun sosial seperti; sekolah dan
fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan
paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan
pemasaran di perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya
cukup minim.Untuk itu perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang
berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu
dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
Ciri-ciri masyarakat sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian
masyarakat, maka ciri-ciri masyarakat itu sendiri adalah : (Soerjono Soekanto,
2006: 22).
a. Kesatuan antar individu (gabungan dari beberapa individu).
b.Menempati suatu wilayah tertentu.
c.Terdapat sistem yang berlaku dan telah disepakati bersama.
d.Terdapat interaksi antar sesamanya.
Masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan pelbagai
kepentingan untuk dapat bertahan. Masyarakat sendiri juga mempunyai Berbagai

7
kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat itu dapat hidup terus, adaptasi
kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat adalah: 1) adanya populasi, 2) informasi, 3)
energy, 4) materi, 5) sistem komunikasi, 6) sistem produksi, 7) sistem distribusi,
8) sistem organisasi sosial, 9) sistem pengendalian sosial, 10) perlindungan warga
masyarakat terhadap ancaman-ancaman yang tertuju pada jiwa dan harta benda.
(Soerjono Soekanto, 2006: 23-24).
Pemberdayaan masyarakat desa merupakan hal yang harus menjadi
perhatian penting pemerintah desa. Pemberdayaan masayarakat desa dianggap
penting karena hal tersebut sejalan dengan tingkat kualitas hidup masyarakat desa
dan juga tingkat kualitas desa itu sendiri, apabila pemberdayaan masyarakat
dilakukan dengan sungguh-sungguh maka hal tersebut akan mempengaruhi
tingkat kualitas masyarakat desa, tingkat ekonomi masyarakat desa dan
memungkinkan masyarakat desa terlepas dari belenggu kemiskinan dan
kebodohan. Karena hal-hal tersebut diatas maka pemberdayaan masyarakat desa
dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumber daya, baik sumber daya alam
maupun manusia yang terkandung di dalam suatu desa (Londa, Volume 1 Nomor
1 Tahun 2014)
Kualitas sumber daya manusia dapat diciptakan dengan pemberdayaan
masyarakat desa dengan cara membuat sebuah usaha yang berbasis pemberdayaan
sumber daya alam yang terdapat di desa. Usaha yang berbasis pemberdayaan
sumber daya alam yang terdapat di desa tersebut maksudnya adalah usaha yang
dilakukan oleh masyarakat desa dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di
desa setempat serta dalam penggunaan tenaga kerja juga memanfaatkan tenaga
kerja yang berasal dari desa setempat (Dewantari Putri, 2017).
Industri kecil memiliki berbagai macam karakteristik yang dapai diuraikan
dalam beberapa teori. Menurut Holle dan Retno (2014) mengemukakan tentang
karakter industri kecil antara lain :
a. Memiliki modal kecil, usaha dimiliki pribadi, menggunakan teknologi
sederhana, serta tenaga kerja relatif sedikit, karena itu industri kecil sangat cocok
dikembangkan di pedesaan.
b. Industri digolongkan dalam beberapa macam yaitu industri rumah, industri
kecil, industri sedang, dan industri besar. Menurut Holle dan Retno (2014),
industri kecil memiliki beberapa faktor-faktor dalam pengembangannya
diantaranya:

8
a. Bahan Baku Bahan baku sangat mendukung dalam segala aspek. Dalam industri
baik itu industri kimia, industri tekstil, industri makanan dan minuman dan
sebagainya, bahan baku merupakan faktor penting dalam proses produksinya b.
Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan segala kegiatan jasmani maupun rohani
atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi.
c. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha
yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang
dan jasa (Afiffuddin 2010).
d. Teknologi Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia
yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi berkaitan
erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering).
Permasalahan dalam perkembangan industri kecil disebabkan oleh
permasalahan internal yang dihadapi oleh industri kecil seperti dari segi modal
kerja, pemasaran produk, tenaga kerja, jiwa kewirausahaan, dan pengelolaan uang
(Rosfizani:2009). Sedangkan menurut Wijayanti (2003: 2), mengemukakan terkait
kendala yang dihadapi oleh industri kecil antara lain masih terbatasnya orientasi
pasar, kurangnya jiwa kewirausahaan pengusaha industri kecil, serta sulitnya
industri kecil dalam memperbesar modal usahanya.

2.2 Dampak Usaha Batik Banjarwangi


Dampak merupakan perbuahan lingkungan yang disebabkan oleh suatu
kegiatan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia dampak adalah pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat baik atau buruk.
Usaha batik memberikan konstribusi bagi perekonomian dan bagi
pendapatan masyarakat sehingga memberikan dampak perekonomian yang
positif. Usaha batik sebagian besar memberikan dampak positif yang naik
sehingga dapat memberikan perkembangan ekonomi bagi masyarakat.
Pemilik usaha dan para karyawan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat sekitar (Probosari, 2017: hlm 16)
Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam
pendapatan pendapatan perkapita dan lajunya pembangunan ekonomi
ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB untuk
tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah. Definisi pembangunan
tidak dapat dipisahkan dengan pengertian pembangunan ekonomi, karena
pada dasarnya baik tujuan pembangunan maupun pembangunan ekonomi

9
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bedanya
pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan
masyarakat, sedangkan pembangunan itu dalam pengertian yang paling
mendasar harus mencakup masalah materi dan finasial dalam kehidupan
masyarakat (Arsiyah 2002 dalam Balahmar, 2014).
Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan
nasional. Tujuan pembangunan nasional dalam pembukaan UUD 1945
alinea keempat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejehteraan umum, mencerdasakan
kehidupan bangsa, ikut dan aktif menjaga ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan
pembangunan ekonomi Indonesia adalah meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Dalam buku Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia tahun 2004 sampai 2009 yang
dituangkan dengan Peraturan Presiden RI No.7 Tahun 2005 ditetapkan tiga
agenda pembangunan nasional tahun 2004-2009, yaitu menciptakan
Indonesia yang aman damai, mewujudkan Indonesia yang adil dan
demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (Arsiyah
2002 dalam Balahmar, 2014 : hlm 58).
Menurut (Probosari, 2017: hlm 17) Adapun dampak positif
peningkatan Ekonomi adalah membantu masyarakat dalam beberapa hal
berikut seperti:
1. Memberikan keterampilan atau kemampuan kepada individu
dan masyarakat dalam mengembangkan dirinya.
2. Membentuk individu dan masyarakat yang mandiri secara
ekonomi
3. Memberikan peningkatan penghasilan kepada individu dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

BAB III

10
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Kualitatif


Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan suatu
prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau
lisan dari orang- orang berprilaku yang dapat diamati dan pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Sementara Kirk dan Miller mendefenisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Menurut Willams peenelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar ilmiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan
dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Sedangkan
Denzim dan Lincon berpendapat pula bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada. Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya
untuk menyajikan dunia sosial, dan persfektifnya di dalam dunia, dari segi
konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
(Moleong, 2013: hlm 5-6)

3.2 Prosedur Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif


Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
sumber dan cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan
metode eksperimen, di sekolah dengan tenag pendidikan dan
kependidikan, di rumah dengan berbagai reponden, pada suatu
seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer
dan sumber sekumder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data

11
sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tehnik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),
interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan
gabungan kempatnya (Moleong, 2013)
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala-
gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian, observasi
dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara
dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap sujek,
perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan
peneliti hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat
memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang
terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari
perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati
tersebut. Hasil observasi menjadi data penting karena beberapa
hal, antara lain:
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang
konteks dalam hal yang diteliti.
2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersifat terbuak,
berorientasi pada penemuan dari pada pembuktian dan
mempertahankan pilihan untuk mendelati masalah secara
induktif.
3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh
subjek penelitian sendiri kurang sadari.
4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang
hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh
subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
5. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan
bersikap introsfektif terhadap penelitian yang dilakukan.
Kesan dan pesan pengamatan akan menjadi bagian dari data

12
pada gilirannya dapat dimanfaaatkan untuk memahami
fenomena yang diteliti (Achmadi, 2013).
Observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi
partisispan, observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan
serta sebagi anggota serta dalam kehidupan bermasyarakat topik
penelitian. Observasi non-partisipan adalah observasi yang
menjadikn peneliti sebagai penonton atu penyaksi terhadap gejala
atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Dalam observasi
jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi sosial
tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya (Achmadi, 2013).
Suharsimi Arikunto juga berpendapat observasi dapat
dilkukan dengan dua cara, yaitu:
1. Observasi non- sistematis, observasi yang dilakukan oleh
pengamat dengan tidak menggunakan instrument
pengamatan.
2. Observasi sistematis, observasi yang dilakukanoleh
pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai
instrument pengamatan (Arikunto, 2010: hlm 200)
b. Wawancara

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi


atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawncara dengan informan dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara. Wawancara harus difokuskan
pada kandungan isi yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

1. Jenis Wawancara

Peneliti harus memutuskan besarnya struktur dan


wawancara. Penelitian kualitatif umumnya menggunakan
wawncara tidak berstruktur atau semi berstruktur. Berikut ada
tiga bentuk wawancara, yaitu:

Pertama, wawncara tida terstruktur, tidak berstandard,


informal, atau berfokus dimulai dari pertanyaan umum dalam
area yang luas pada penelitian. Wawancara ini biasanya diikuti

13
oleh suatu kata kunci, agenda atu daftar topic yang akan
dicakup dalam wawancara.

Kedua, wawancar semi berstruktur. Wawancara ini


dimulai dari isu yang dicakup dalam pedoman wawancara.
Pedoman wawancara bukanlah jadwal seperti dalam penelitian
kuantitatif. Sekuensi pertanyaan tidaklah sama pada tiap
partisipan bergantung pada proses wawancara dan jawaban tiap
individu.

Ketiga, wawancara berstruktur atau berstandard.


Peneliti kualitatif jarang sekali menggunakan jenis wawancara
ini. Beberapa keterbatasan pada wawancara jenis membuat
data yang diperoleh tidak kaya.

2. Lama dan Pemilihan Waktu Wawancara

Field dan Morse menyarankan bahwa wawancara harus


selesai dalam satu jam. Sebenrnya waktu wawancara
bergantung pada partisipan. Penaliti harus melakukan kontrak
waktu dengan partisipan, sehingga mereka dapat
merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa terganggu oleh
wawancara, umumnya partisipan memang menginginkan
waktunya cukup satu jam. Pada pertisipan lanjut usia,
menderita kelemahan fisik, atau sakit mungkin perlu istirahat
setelah dua puluh atau tiga puluh menit.

3. Jenis Pertanyaan dan Hal Yang Terkait

Menurut Devers dan Frankel beberapa faktor yang


mempengaruhi derajat struktur atau jenis instrumentasi yang
digunakan dalam penelitian kualitatif. Faktor pertama adalah
tujuan penelitian. Bila penelitian lebih bersifat eksplorasi atau
pengujian untuk menemukan dan atu menghaluskan teori dan
konsep, yang tepat untuk dipertimbangkan adalah protocol
yang sangat berakhiran terbuka (open ended). Faktor kedua
adalah luasnya pengetahuan sebelumnya yang sudah ada
tentang suatu subyek, misalnya suatu konsep yang telah ada

14
dan digunakan secara luas di dunia, sejauh man penerapannya
di Indonesia. Ketiga, sumber yang tersedia, terutama waktu
subyek dan jumlah serta kompleksitas kasus.

4. Prosedur Wawancara

Adapun prosedur wawancara meliputi:

1. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling


yang dipilih sebelumnya.
2. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan
informasi yang bermanfaat apa yang relevan dalam
menjawab pertanyaan penelitian.
3. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara, jika
mungkin mungkin mungkin ruangan cukup tenang dan
nyaman bagi pertisipan.
4. Selama wawancara, cocokkan dengan pertanyaan, lengkapi
pada waktu tersebut (jika memungkinkan), hargai partisipan
dan selau bersikap sopan santun (Moleong, 2013).
5. Dokumen
Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbantuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya cacatan harian, sejarah kehidupan, biografi,
pereaturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif (Moleong, 2013).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Banjar merupakan salah satu daerah penghasil batik. Di desa ini
terdapat salah satu pelopor batik yang bernama Bapak Syamsudin, beliau
merupakan pemilik usaha batik banjarwangi di Desa Banjar. Dari pengalaman
yang diperoleh dari menimba ilmu dan pengalaman kerja batik. Beliau kemudian
membangun dan mengembangkan usaha batiknya sendiri. Usaha ini kemudian

15
menjadi lapangan kerja tambahan bagi warga desa Banjar untuk dapat
meningkatkan ekonomi lokal.
Semakin tingginya kebutuhan masyarakat dalam hal perekonomian, Bapak
Syamsudin berinisiatif membuka usaha salah satunya usaha batik Banjarwangi
untuk meningkatkan perekonomian dengan taraf hidup yang lebih baik. Salah
satunya upaya membangun ekonomi masyarakat lokal untuk bisa membangun
kemakmuran untuk masyarakat Desa Banjar dengan memperkenalkan produk
unggulannya melalui usaha batik ( Wawancara, 2019).
Pada tahun 2014 tenaga yang diserap menjadi 10 Orang, sebagian besar
tenaga masyarakat desa Banjar. Pengelolaan suatu usaha tak terlepas dari
pemasaran dan desain suatu produk untuk batik Banjarwangi yang selalu mencari
bahan dan motif yang baru dan banyak disukai oleh konsumen. pengelolaan
bagian pengecapan dan pewarnaan tidak terlepas dari tenaga pembatik, setiap saat
pemilik batik Banjarwangi selalu koordinasi dengan para pekerja, baik mengenai
kendala yang dihadapi dalam pola, pengecapan dan pewarnaan sampai kontrol
kualitas batik. Batik banjarwangi saat ini mempekerjakan sebanyak 10 pegawai
(Wawancara, 2019).
Dengan adanya usaha batik Banjarwangi sangat membantu perekonomian
masyarakat Desa untuk kesejahteraan masyarakat di Desa Banjar. Selain
memberikan peluang kerja bagi masyarakat yang masih menganggur. Upaya
peningkatan bisa dilakukan dalam berbagai usaha salah satunya dengan usaha
batik. Keberadaan usaha batik ini sebagai motor penggerak yang penting bagi
pertumbuhan ekonomi yang awalnya usaha kecil dan menjadi usaha besar
setidaknya terdapat peningkatan perekonomian dalam masyarakat. Seiring dengan
berkembangnya jaman kini batik dapat dikonsumsi semua golongan, baik
golongan masyarakat tradisional maupu moderen yang berada diperkotaan.
Sehingga memiliki daya tarik tersendiri apabila banyuwangi salah satunya di desa
Banjar yang dapat memproduksi batik sendiri bagi wisatawan asing lainnya.
Selain itu juga dapat di manfaatkan sebagai edukasi Batik Tradisonal maupun
Moderen.

16
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut :

17
1. Upaya yang dilakukan usaha batik Banjarwangi dalam meningkatkan
Perekonomian Masyarakat adalah
- Keterampilan karyawan dalam pembuatan batik
- Memiliki sarana dan prasarana usaha untuk melakukan produksi batik
- Menyediakan alat dan bahan untuk produksi membatik
2. Usaha Batik Banjarwangi memiliki pengaruh terhadap peningkatan
perekonomian masyarakat di Desa Banjar yakni
- Memberikan keterampilan atau kemampuan kepada individu dan
masyarakat dalam mengembangkan dirinya.
- Membentuk individu dan masyarakat yang mandiri secara ekonomi
- Memberikan peningkatan penghasilan kepada individu dan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

4.2 Saran
Lebih mengenalkan batik secara keseluruhan, agar batik dapat diletarikan
oleh masyarakat. Serta memberikan pelatihan terhadap generasi penerus terutama
kepada pelajar sebagai edukasi atau pengenalan batik. Sehingga batik dapat
diletarikan dengan menyatukan motif batik dengan potensi alam sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, C. N. (2013). Metodologi Penelitian . Jakarta : Bumi Aksara .


Ar Royyan Ramly, W. J. (2018). Ekonomi Desa:Analisa Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Desa. Aceh: Natural Aceh.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.

18
Balahmar, A. E. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan
Ekonomi Desa. Jurnal JKMP (ISSN. 2338-445X), Vol. 2, No. 1.
Basri, H. (Rabu, 22 Agustus 2018). Retrieved from Surya Co.Id:
https://surabaya.tribunnews.com/2018/08/22/motif-batik-ini-dari-daun-
aren. Diakses Pada Tanggal 10 November 2019 pukul 13.00 WIB
Dewantari Putri, E. S. (2017). Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa
Melalui Corporate Social Responsibility. Diponegoro Law Journal.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis data . Jakarta: Rajawali
Pers.
Holle, Fajrur Rakhaman dan Retno MD. (2014). “Pengembangan Industri Kecil
Tahu Pada Sentral Industri Tahu dan Tempe Desa Sepande Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo,” dalam Jurnal Ilmiah. Program Studi
Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

KBBI (Kamus besar Bahasa Indonesia) Online/kkbi.web.id/ilmu.

Khalila, (2014). “Upaya Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Oleh


Kelompok Tani “Suka Maju” Di Dusun Gerincang Kec Batangbatang Kab.
Sumenep Madura. Skripsi

Londa, F. M. (Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014). Peningkatan Pendapatan


Masyarakat Melalui Program Pemberdayaan Di Desa Lolah Ii
Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Jurnal LPPM Bidang
EkoSosBudKum.
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja
Rosdakrya .
Probosari, A. (2017). Peningkatan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha Batik
Ismoyo Di desa Gendongan Pluouh Sragen. Skripsi, hlm 16.
Rosfiyani, Dezsi. 2009. Industri Kecil Prospektif Untuk Pengembangan Wilayah
Kabupaten Blora. Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Putri, Safitri S. (2018). “Strategi Komunikasi Pemasaran Batik Kayu Berbasis


Pemberdayaan Masyarakat Di Dusun Krebet”. Skripsi. Program Studi
Ilmu Komunikasi,Yogyakarta: APMD

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984)

Warkonah, (2011). Upaya Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat


Melalui Usaha Pertanian Bawang Merah Di Desa Tegalgandu Wanasari
Brebes. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Wawancara dengan Bapak Syamsudin Selaku Pemilik Usaha Batik Banjarwangi,


Pada Tanggal 07 November 2019 Pukul 10.00 WIB.

19
Y. Sri susilo (2008). Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kinerja Sektoral .
Yogyakarta: Universitas Atma jaya Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai