Anda di halaman 1dari 14

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KAMPUNG UNGGULAN DI KOTA

SURABAYA (STUDI KASUS KAMPUNG KUE DI RUNGKUT LOR GANG II, KELURAHAN
KALI RUNGKUT, KECAMATAN RUNGKUT, KOTA SURABAYA)

Sanyen Pasaribu
S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
sanyenpasaribu16040674005@mhs.unesa.ac.id

Galih Wahyu Pradana, S.AP., M.Si


S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
galihpradana@unesa.ac.id

Abstrak
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya yang dilakukan pemerintah untuk melepaskan
masyarakat dari jeratan kemiskinan dan keterbelakangan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Upaya pemberdayaan dapat ditempuh melalui berbagai macam cara salah satunya dengan pembinaan
kampung yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Kampung Kue yang berlokasi di Rungkut Lor
Gang II Kelurahan Kali Rungkut merupakan kampung yang dipilih oleh Disperdagain Surabaya untuk
diberi pembinaan. Hal ini dikarenakan kampung kue memiliki potensi untuk dikembangkan yang dapat
dilihat dari karakteristik masyarakatnya yang kebanyakan menggantungkan kehidupannya dengan
berjualan kue. Mereka sudah memiliki usaha kue turun-temurun dari orang tuanya. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengolahan kue di
Kampung Kue pada program Kampung Unggulan binaan Disperdagin Surabaya. Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus pada penelitian ini adalah proses
pemberdayaan masyarakat menurut (Suharto, 2010) yang meliputi pemungkinan, penguatan, perlindungan,
penyokongan dan pemeliharaan. Dalam menentukan subyek penelitian menggunakan teknik purposive
sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
triangulasi data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan pengrajin
kue di Kampung Kue Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya
apabila dilihat dari aspek proses pemungkinan menunjukkan adanya pemberian bantuan alat-alat dalam
proses pembuatan kue, proses penguatan yakni diberikan pelatihan keterampilan dan manajemen
pembukuan namun partisipasi dari para pengrajin kue masih cukup minim, proses perlindungan berupa
pemberian legalitas usaha, HAKI dan pemberian label halal, namun masih sedikit para pengrajin kue yang
memilikinya dikarenakan para pengrajin kue ada yang berpandangan bahwa legalitas usaha, HAKI dan
pemberian label halal tidak dibutuhkan dan alasan kesibukan, proses penyokongan yakni diadakannya
pameran di sejumlah Mall Surabaya, proses pemeliharaan adalah membantu mencarikan pasar penjualan
bagi para pengrajin kue. Sehingga peneliti memberikan saran yaitu perlu diberikan sosialisasi terus
menerus untuk masyarakat terkait pentingnya memiliki legalitas usaha, HAKI dan pemberian label halal,
membuat terobosan baru guna meningkatkan partisipasi para pengrajin kue dalam pelatihan maupun
keterampilan dalam pembuatan kue, mengatasi permasalahan bahan pokok pembuatan kue yang cenderung
tidak stabil yang berdampak pada meruginya para pengrajin kue dan perlu diciptakannya inovasi
pemasaran kue secara online yang dapat diakses masyarakat luas.
Kata Kunci: Proses, Pemberdayaan Masyarakat, Kampung Kue

Abstract
Community empowerment is the government’s way to throw off people from poverty and backwardness in
order to improve people’s prosperity. Empowerment can be pursued in many ways, one of them by
building a village that has potential to be developed. Kampung Kue located in Rungkut Lor Gang II, Kali
Rungkut village is a village chosen by Disperdagin Surabaya to be given empowerment. This is because
Kampung Kue has potential to be developed that can be seen from the characteristics of the community
that mostly depend their lives by selling cakes. They already have cake business hereditary from their
parents. The purpose of this research is to describe the process of community empowerment through cake
processing activities in Kampung Kue on the featured village program by Disperdagin Surabaya. This
research used descriptive research with a qualitative approach. The focus on this research is the process of
community empowerment according to (Suharto, 2010) which includes the possibility, strengthening,
protection, advocacy and maintenance. In determining the subject of research using purposive sampling
and snowball sampling technique. Data collection techniques through interviews, observations, and
documentation. Data analysis techniques are conducted with data collection, data reduction, data
presentation, data triangulation and conclusion drawing. The results showed that the empowerment of cake
craftsmen in Kampung Kue Rungkut Lor Gang II, Kali Rungkut village, Rungkut Sub District, Surabaya
City when viewed from the possible process, government provides for making cake tools. The
strengthening process is carried out by providing skills and bookkeeping management training but the cake
craftsmen participation is still minimal. The protection process is carried out by giving business legality,
HAKI and halal labeling but still few cake craftsmen who have it because the craftsmen sighted that
business legality, HAKI and halal labeling are not needed and busy reason. The advocacy process is carried
out by exhibition in Surabaya mall. And the maintenance process is carried out by finding for a sales
market for cake craftsmen. So that researchers provide advice, namely that they need to be given
continuous socialization to the community regarding the importance of having business legality, HAKI and
halal labeling, create new innovations to improve the participation of cake craftsmen in training and skills
in baking, determine the price of pastry making materials that tend to be unstable, to avoid harm to the
cake craftsmen and need to create online cake marketing innovations that are accessible to the wider
community.
Keywords: Process, Community Empowerment, Kampung Kue

diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan


PENDAHULUAN bagian dari proses dalam mewujudkan kesejahteraan
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan
upaya strategis dalam menciptakan perubahan sosial masyarakat tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai.
secara terencana dalam proses pembangunan yang Seperti yang disebutkan oleh (Eger, Miller, & Scarles,
bertujuan untuk mengatasi permasalahan dan memenuhi 2018) bahwa “pemberdayaan bertujuan menciptakan
kebutuhan masyarakat. Dalam proses pelaksanaannya, masyarakat yang berdaya mandiri, mampu dan kuat agar
pemberdayaan diharapkan mampu memberikan dapat bertanggungjawab atas kehidupan mereka masing-
pembelajaran terhadap masyarakat agar mampu secara masing”. (Tukiman, Rosida, & Andarini, 2018) juga
mandiri melaksanakan tugas-tugas kehidupan demi menjelaskan “pemberdayaan bertujuan menghilangkan
tercapainya kualitas hidup yang lebih baik. Dengan ketidakberdayaan, menumbuhkan kekuatan dan
demikian, proses tersebut harus melibatkan peran aktif memandirikan masyarakat”.
dari masyarakat itu sendiri secara bertahap, terus-menerus Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk
dan berkelanjutan. Mengingat era saat ini, sudah terbanyak di dunia sekaligus sebagai negara kategori
sepantasnya menjadikan masyarakat sebagai bagian dari berkembang, Indonesia sangat rentan terhadap masalah
aktor pembangunan. Aktor pembangunan berarti adanya kemiskinan. Untuk memerangi masalah kemiskinan
partisipasi aktif dari masyarakat untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat dianggap mampu mengangkat
keberhasilan suatu pembangunan yang bermuara pada derajat hidup orang banyak menuju kesejahteraan.
tercapainya kesejahteraan masyarakat. Hal ini Sehingga mulai dari pemerintahan-pemerintahan
dikarenakan, salah satu prasyarat utama untuk mencapai sebelumnya mengeluarkan terobosan-terobosan
kesuksesan keberlanjutan pembangunan adalah adanya pengentasan masalah kemiskinan yang berorientasi
partisipasi masyarakat luas dalam pengambilan keputusan khusus menggunakan strategi pemberdayaan masyarakat,
(Kolbasov, 1992). diantaranya pada era pemerintahan Suharto (1967-1998)
(Aziz, 2005) menerangkan bahwa pemberdayaan terdapat program pengembangan kecamatan, program
masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat, dalam rangka menanggulangi dampak krisis ekonomi,
khususnya yang kurang memiliki akses ke sumber daya program pengembangan sarana desa tertinggal dan
pembangunan, didorong untuk meningkatkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Pada
kemandiriannya dengan cara bekerjasama dalam era Habibie (1998-1999) terdapat program padat karya.
kelompok formal maupun informal untuk berbagi Kemudian pada era Abdurahman Wahid (2000-2001),
pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan pemerintah menyediakan program pengembangan budaya
prikehidupan mereka. Dari pernyataan tersebut dapat usaha masyarakat miskin. Lebih lanjut di era Megawati
(2001-2004) terdapat program subsidi bunga untuk obyek dalam upaya pengentasan masalah kemiskinan
program kredit usaha mikro. Akan tetapi, program- (Utomo, Priyo & Prihatin, 2018)
program tersebut belum cukup mampu menjadi jawaban Dari hasil pelaksanaan program PNPM Mandiri dalam
terhadap solusi pengentasan masalah kemiskinan pada pengentasan masalah kemiskinan di Indonesia, angka
saat itu. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan program- kemiskinan berangsur-angsur menurun setiap tahunnya.
program tersebut berjalan sendiri-sendiri menurut Berdasarkan catatan BPS, pada bulan maret tahun 2019
kebijakan departemen yang bersangkutan, tidak jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25.14 juta
terintegrasi, parsial dan sektoral. (Kementerian jiwa (9.14%). Angka ini menurun 0.53 juta jiwa
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2020). dibandingkan bulan september tahun 2018. (Badan Pusat
Padahal seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Statistik, Maret, 2019). Data ini merupakan catatan
keberhasilan pemberdayaan sangat tergantung dari peran kemiskinan terendah selama kurun waktu 21 tahun
aktif dari masyarakat itu sendiri. Senada dengan pendapat terakhir. Akan tetapi, meskipun angka kemiskinan
(Fitri, 2019) dalam penelitiannya bahwa “peran aktif dari menunjukkan penurunan, upaya-upaya dari berbagai
masyarakat menjadi elemen penting dalam strategi pihak dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat masih
pemberdayaan dan pembangunan dalam mewujudkan diperlukan.
kesejahteraan masyarakat, dengan alasan partisipasi Masalah kemiskinan juga menyebar diberbagai
masyarakat membantu memobilisasi sumber daya lokal, wilayah Indonesia, salah satunya di Provinsi Jawa Timur.
mengorganisir dan membuka tenaga, kearifan, dan Pada bulan september tahun 2019, jumlah penduduk
kreativitas masyarakat serta sebagai upaya identifikasi miskin di Jawa Timur tercatat sebesar 4.056.000 jiwa atau
dini terhadap kebutuhan masyarakat. Maka tidak heran, sekitar 10.20%. Angka tersebut mengalami penurunan
dari hasil program yang dijalankan oleh pemerintah- sebesar 56.000 jiwa dibandingkan bulan maret tahun 2019
pemerintah sebelumnya tidak menunjukkan respon positif (Badan pusat statistik, 2019). Maka tidak dapat
terhadap penurunan angka kemiskinan pada saat itu. dipungkiri, kota-kota besar di Provinsi Jawa Timur juga
Berdasarkan catatan BPS, pada tahun 1998 tepatnya pada tak luput dari masalah kemiskinan. Salah satunya adalah
pemerintahan terakhir presiden Suharto angka kemiskinan kota Surabaya yang merupakan kota metropolitan kedua
di Indonesia mencapai 49, 50 juta jiwa, bahkan hingga era di Indonesia. Berdasarkan catatan BPS pada tahun 2019,
kepemimpinan presiden Megawati angka kemiskinan di jumlah penduduk miskin di Surabaya tercatat sebesar
Indonesia masih bertengger diangka 38, 39 juta jiwa. 130.550 jiwa atau sekitar 4,51%. (Badan Pusat Statistik,
(Badan Pusat Statistik, Maret, 2019) 2019). Tingginya angka kemiskinan di kota Surabaya
Berkaca dari kegagalan-kegagalan program mengharuskan Pemerintah Kota Surabaya mencarikan
pengentasan masalah kemiskinan dari pemerintahan- solusi pengentasan masalah kemiskinan yang lebih
pemerintahan sebelumnya, memasuki era Susilo Bambang progresif. Belum lagi perpindahan penduduk yang cukup
Yudhoyono akhirnya diluncurkan program pengentasan tinggi dari desa ke kota Surabaya menambah
masalah kemiskinan yang lebih komprehensif yakni permasalahan yang sudah ada. Strategi dari Pemerintah
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Kota Surabaya dengan penyediaan lapangan kerja atau
Mandiri yang dipertahankan hingga era Jokowi Widodo bantuan keluarga miskin belum cukup mampu untuk
saat ini, yang dikukuhkan pada 30 April 2007 Silam di membebaskan masyarakat dari jeratan kemiskinan atau
Kota Palu, Sulawesi Tengah berupa fasilitas mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
pemberdayaan masyarakat, pendampingan dan pelatihan. Seperti yang dijelaskan (Sulistiyani, 2004) “masalah
Program PNPM Mandiri sendiri merupakan kemiskinan menyangkut persoalan ketidakberdayaan
pengembangan program-program pengentasan masalah (powerless) dan kerentanan (Vulnerability) dalam
kemiskinan dari pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. mewujudkan kesejahteraan yang berakibat pada
PNPM Mandiri digagas menjadi payung koordinasi dari ketidakmampuan mengakses peluang kerja, akses
program-program penanggulangan kemiskinan dari terhadap pasar dan ketergantungan hidup yang akhirnya
berbagai departemen yang ada pada saat itu, yang terefleksi dalam budaya kemiskinan”. Penjabaran tersebut
bertujuan menciptakan pola pengaturan yang sistematis. menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa permasalahan
Selain itu, melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali kemiskinan berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan
mekanisme usaha pengentasan masalah kemiskinan masyarakat yang diukur melalui keberdayaan masyarakat
dengan melibatkan unsur masyarakat yang meliputi tahap itu sendiri. Hal ini senada dengan pendapat (Solano Lara,
perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan Fernández Crispín, & López Téllez, 2018) yang
evaluasi. Dengan pembangunan yang partisipatif, menyebutkan “kesejahteraan masyarakat bergantung pada
kemandirian masyarakat dan kesadaran kritis dapat tingkat keberdayaan masyarakat itu sendiri, jika hal
ditumbuhkan sehingga mereka menjadi subjek bukan
tersebut tidak terpenuhi ini cukup membuktikan salah satu Center Surabaya untuk membantu para pengrajin kue.
indikator permasalahan kemisinan sedang terjadi. Program ini nantinya memberdayakan masyarakat
Program pemberdayaan masyarakat yang telah khususnya para pengrajin kue untuk menambah
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia melalui PNPM keterampilan dan meningkatkan kualitas SDM masyarakat
Mandiri guna mengatasi masalah kemiskinan juga Kampung Kue melalui pelatihan dan bantuan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Namun disediakan pemerintah, supaya para pengrajin kue lebih
program pemberdayaan yang diusung sedikit berbeda memiliki penghasilan yang cukup dari hasil penjualan kue
dengan program PNPM gagasan Pemerintah Indonesia. guna memenuhi kebutuhan hidup mereka
Pemerintah Kota Surabaya memberdayakan masyarakat Kampung Kue yang berlokasi di Rungkut Lor Gang
miskin melalui pembinaan kampung yang memiliki II, Kelurahan Kali Rungkut ini merupakan kampung yang
potensi untuk dikembangkan. Pemerintah Kota Surabaya kebanyakan masyarakatnya menggantungkan
melalui Dinas Perdagangan Kota Surabaya dalam proses kehidupannya dengan cara berjualan kue. Mereka sudah
pemberdayaan di kota Surabaya diwujudkan melalui memiliki usaha kue secara turun-temurun dari orang
program kampung unggulan. Program kampung unggulan tuanya. Sebelum dibentuk secara sah pada tahun 2005
sendiri dibentuk pada tahun 2010, yang pada awal oleh Choirul Mahpuduah yang merupakan pendiri
terbentuknya hanya terdiri atas 10 kampung unggulan Kampung Kue, Kampung Kue hanyalah kumpulan
yakni kampung jahit di Pucangan, Kecamatan Gubeng, pengrajin kue tanpa koordinasi dan dilakukan secara
kampung bordir di Kedung Baru, Kecamatan Rungkut, sendiri-sendiri, sehingga tidak menunjukkan kemajuan
kampung keripik tempe di Sukomanunggal, Kecamatan dan bersifat konstan bagi kehidupan para pengrajin kue.
Sukomanunggal, kampung handycraft di Wonorejo, Kehadiran Ibu Choirul dengan mengajak para pengrajin
Kecamatan Tegal Sari, kampung paving di Pakal, kue bekerja sama akhirnya menjadikan kampung tersebut
Kecamatan Pakal, kampung sepatu di Tambak terkoordinasi dengan cukup baik, mulai dari modal usaha,
Osowilangun, Kecamatan Benowo, kampung kue di produksi kue hingga pemasaran, meskipun secara
Penjaringan Sari, Kecamatan Rungkut, kampung tas di keseluruhan hal tersebut dilakukan dengan cara tradisional
Gadukan, Kecamatan Krembangan, kampung tempe di dan otodidak.
Tenggilis Mejoyo, kampung kerupuk di Gunung Anyar, Dinas Perdagangan Kota Surabaya melakukan
Kecamatan Gunung Anyar (Disperdagin Surabaya, 2019). pemberdayaan di Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali
Pada Tahun 2012, Dinas Perdagangan Kota Surabaya Rungkut tepatnya di Kampung Kue dalam upaya
memilih kembali kampung yang memiliki potensi untuk memberdayakan pengrajin kue. Hal ini dikarenakan,
dikembangkan melalui program kampung unggulan untuk pengrajin kue masih menghadapi berbagai permasalahan
diberi pemberdayaan. Salah satunya adalah Kampung dalam memproduksi kue. Berdasarkan hasil observasi dan
Kue di Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali Rungkut, wawancara peneliti, pengrajin kue di Rungkut Lor Gang
Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. Seperti yang II, Kelurahan Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut Kota
diketahui, Kampung Kue merupakan kampung yang Surabaya perlu untuk diberikan bantuan oleh pemerintah
terletak di Kelurahan Kali Rungkut dengan kepadatan untuk memudahkan proses produksi kue karena masih
penduduk yang cukup tinggi. Kelurahan Kali Rungkut kurang memadainya sarana dan prasarana seperti mesin
sendiri merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan penggilingan kue dan oven. Karena apabila proses
Rungkut yang terdiri atas 6 kelurahan yakni Kelurahan menghaluskan kue dikerjakan secara manual tentu
Kedung Baruk, Rungkut Kidul, Wonorejo, Medokan Ayu, memperlambat proses produksi dan sama halnya dengan
Penjaringan Sari, dan Kali Rungkut. Berdasarkan data pemanggangan kue yang juga dilakukan secara manual.
BPS pada tahun 2018, Kelurahan Kali Rungkut Selain itu, masih perlunya diberikan pelatihan dalam
merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak memproduksi kue yang lebih berkualitas baik dari segi
kedua di Kecamatan Rungkut dengan jumlah total varian rasa, bentuk, jenis dan daya tahan kue. Hal
penduduk sebesar 23.659 jiwa. Sementara untuk posisi tersebut diungkapkan oleh Bu Fitrotul Chosniah selaku
teratas dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan sekretaris Kampung Kue :
Rungkut adalah Kelurahan Medokan Ayu dengan total “sebagian besar masalah yang dihadapi
jumlah penduduk sebesar 26.802 jiwa. (Badan Pusat pengrajin kue disini terkait ketersediaan
Statistik, 2019) alat-alat produksi kue mbak, seperti mesin
Program Pemerintah Kota Surabaya dalam penggilingan kue dan oven. Alat ini sangat
memberdayakan masyarakat melalui Dinas Perdagangan berpengaruh bagi kami dalam
menggagas program kampung unggulan, salah satunya memproduksi jumlah kue, kalau dilakukan
dilaksanakan melalui kerjasama dengan PT. Telkom, secara manual ya jumlah produksi kuenya
Universitas-universitas, PGN, dan PT. Bogasari Baking juga terbatas. Kalau menggunakan mesin
kami pasti sangat terbantu. Selain itu, (wawancara pada tanggal 18 Januari 2020,
masalah yang kami hadapi adalah masih pukul 15.00 WIB)
kurang pengetahuan dalam memproduksi Dengan adanya permasalahan pengrajin kue yang ada,
kue yang lebih berkualitas baik itu dari pemerintah memberikan bantuan kepada para pengrajin
segi varian rasa, bentuk dan jenis kue serta kue seperti penggilingan kue dan oven. Selain itu
ketahanannya. Makanya kue-kue yang memberikan pelatihan bagi para pengrajin kue. Dan juga
kami jual hanya kue kering dan kue basah membantu perijinan legalitas usaha bagi para pengrajin
yang ketahanannya rata-rata satu hari.” kue.
(wawancara pada tanggal 18 Januari 2020, Sebagai wujud keseriusan Pemerintah Kota Surabaya
pukul 11.00 WIB) dalam menyukseskan program kampung unggulan,
Selanjutnya mengenai legalitas usaha pengrajin kue. Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Perdagangan
Dari total 65 pengrajin kue, hanya terdapat 19 pengrajin menyiapkan tenaga pendamping sebagai motivator,
kue yang memiliki legalitas usaha (SIUP dan PIRT), fasilitator dan penghubung antara kampung unggulan
HAKI, dan label. Kesibukan dalam memproduksi kue dan dengan Dinas Perdagangan Kota Surabaya. Selain iyu,
merasa tidak memerlukan legalitas usaha menjadi alasan Disperdagin juga mengikutsertakan masing-masing
tidak diurusnya legalitas usaha yang disediakan oleh kampung unggulan yang memenuhi syarat dalam pameran
Disperdagin Kota Surabaya secara gratis. Dalam hasil dagang dan akses promosi gratis di berbagai tempat
wawancara dengan Bu Choirul Mahpuduah selaku Ketua seperti sentra mall, sentra siola, bandara, dan pelabuhan.
Kampung Kue menuturkan: Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka
“Sejauh ini yang sudah memiliki legalitas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
usaha sebanyak 19 dari 65 pengrajin kue. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Legalitas usaha ini memang sangat Kampung Unggulan di Kota Surabaya (Studi Kasus
penting untuk mempertahankan eksistensi Kampung Kue di Rungkut Lor Gang II, Kelurahan
usaha para pengrajin kue mbak. Tapi Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya)”.
karena banyak masyarakat yang tidak
tanggap terhadap instruksi dari METODE
Disperdagin untuk memenuhi dokumen Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
persyaratan legalitas akhirnya usaha penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
mereka begitu, tanpa legalitas. Alasan Sedangkan fokus dalam penelitian ini adalah proses
kesibukan dan ada juga sebagian pemberdayaan masyarakat menurut (Suharto, 2010) yaitu
masyarakat yang merasa legalitas itu tidak pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan dan
penting bagi usahanya karena hanya pemeliharaan. Sementara untuk penentuan sumber data
menjual olahan kue basah dan kering yang dilakukan menggunakan teknik purposive sampling yang
biasa dijual di pasar-pasar, di sekolah, di diikuti dengan teknik snowball sampling dalam
warung. Jadi banyak pengrajin kue malas menentukan responden. Adapun teknik dalam
mengurusnya” (wawancara pada tanggal pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
18 Januari 2020, pukul 13.00 WIB) pemberdayaan masyarakat melalui program kampung
Selanjutnya masalah yang dihadapi adalah masalah unggulan di Kota Surabaya (studi kasus kampung kue di
kelangkaan bahan baku dan harga bahan baku dasar Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali Rungkut,
pembuatan kue seperti gula dan telor yang cenderung Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya) dengan wawancara,
tidak stabil sehingga para pengrajin kue kerap kali merugi observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis
dan mengalami penurunan pendapatan. Hal ini dituturkan data menggunakan model interaktif menurut (Miles dan
dalam wawancara dengan Ibu Latifah selaku pengrajin Huberman, 2015) yang terdiri dari pengumpulan data,
kue, yaitu: reduksi data, penyajian data, triangulasi data dan
“Hambatan yang paling sering kita hadapi penarikan kesimpulan/verifikasi.
itu harga bahan pokok pembuatan kue
yang sering naik mbak. Kalau bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
pokoknya mahal kayak gula sama telur Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari
pasti kami merugi, karena harga jual kue lapangan, maka dapat dilakukan deskripsi Proses
kami tetap sama meskipun bahan pokok Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kampung
naik atau tidak. Ya akhirnya kami rugi Unggulan di Kota Surabaya (Studi Kasus Kampung Kue
sendiri dan gak ada pendapatan” di Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali Rungkut,
Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya) dengan
menggunakan teori (Suharto, 2010) yang terdiri atas Selain itu, Dinas Perdagangan Kota Surabaya juga
pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan dan menyediakan fasilitas berupa alat-alat dalam
pemeliharaan. Berikut merupakan uraian proses tersebut: menunjang pembuatan kue seperti bantuan gas elpiji,
1. Pemungkinan oven, mixer dan mesin penggilingan kue. Pemberian
Proses Pemungkinan merupakan upaya bantuan fasilitas tersebut dilakukan Disperdagin
menciptakan suasana lingkungan usaha yang nyaman, melalui mitra dengan pihak-pihak tertentu sebagai
kondusif dan strategis yang memungkinkan potensi penyedia fasilitas yang dimaksud. Hal ini sejalan
masyarakat berkembang lebih optimal. Pemberdayaan dengan pendapat (Ismail, F., Akhmad N, S., & A.
harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat- Rachim, 2016) yang menyebutkan “sejatinya prinsip
sekat kultural dan struktural yang menghambat pemberdayaan haruslah dengan cara kerjasama dan
berkembangnya potensi masyarakat. Seperti yang koordinasi seluruh unsur struktur stakeholders
dijelaskan (Constantino, 2017) bahwa “pemberdayaan berdasarkan kemitraan. Adapun pihak-pihak tersebut
adalah suatu proses pembangunan yang partisipatif, adalah Perusahaan Gas Negara (PGN), PT. Bogasari
dimana individu dan kelompok yang terpinggirkan Baking Center Surabaya, dan Institut Teknologi
atau tertindas mendapatkan kontrol yang lebih besar Sepuluh November (ITS).
atas kehidupan dan lingkungan mereka, memperoleh Dalam pemenuhan bantuan gas elpiji, Disperdagin
sumber daya dan memenuhi hak dasar, dan mencapai bekerjasama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN)
tujuan hidup yang berkualitas”. agar pengrajin kue di Kampung Kue dapat mengakses
Dari hasil wawancara peneliti, proses gas elpiji dengan harga yang relatif murah dan
pemungkinan yang dilakukan Dinas Perdagangan Kota terjangkau. Seperti yang diketahui ketersediaan gas
Surabaya terhadap pengrajin kue adalah dengan elpiji merupakan salah satu hal krusial dalam
memberikan bantuan gula dan telor karena harga gula menunjang proses pembuatan kue. Sementara itu,
dan telor cenderung mahal dan tidak stabil bahkan untuk penyediaan alat-alat produksi kue, Disperdagin
seringkali terjadi kelangkaan. Hal ini diupayakan menggaet PT. Bogasari Baking Center Surabaya yang
untuk menjamin para pengrajin kue tetap produktif memberikan bantuan berupa oven, mixer dan mesin
memproduksi kue dan menghindari kerugian dan penggilingan untuk menunjang aktifitas produksi kue
turunnya pendapatan para pengrajin kue. Akan tetapi, di Kampung Kue. Untuk menjamin alat-alat produksi
berdasarkan temuan peneliti di lapangan, para tersebut tetap bisa beroperasi dengan baik,
pengrajin kue masih sering mengalami lonjakan harga Disperdagin juga menggaet Institut Teknologi Sepuluh
bahan baku gula dan telor yang cenderung mahal. November (ITS) sebagai tempat perbaikan alat-alat
Lagipula, bantuan yang disediakan Disperdagin produksi tersebut jika terjadi kerusakan secara gratis.
rata-rata diberikan hanya pada saat menjelang hari Upaya pemeliharaan lainnya yang dilakukan Dinas
raya besar saja. Sementara para pengrajin kue Perdagangan Kota Surabaya dalam menciptakan
membutuhkan bahan baku gula dan telor setiap lingkungan yang nyaman bagi para pengrajin kue dan
harinya. Tentu saja hal ini mengakibatkan turunnya konsumen, Disperdagin juga meminta PT. Bogasari
pendapatan para pengrajin kue, bahkan kerap kali Baking Center Surabaya melakukan renovasi pada
merugi. Disamping itu, para pengrajin kue tidak Gapura Kampung Kue yang telah usang. Lalu
memiliki kapasitas untuk menaikkan harga jual produk menghias tembok-tembok dan sepanjang jalan di
kue mereka ditengah kenaikan harga bahan baku. Jika Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali Rungkut dengan
hal tersebut dilakukan akibatnya adalah turunnya daya dicat warna-warni bergambar. Tidak berhenti sampai
beli pelanggan secara signifikan. Sehingga yang disitu saja, PT. Bogasari Baking Center Surabaya juga
terjadi adalah, para pengrajin kue hanya bisa pasrah membantu menyumbangkan buku variasi resep
dengan hasil penjualan produk mereka baik itu untung pembuatan kue untuk perpustakaan kampung yang
atau rugi. Mereka akhirnya berpandangan bahwa hal dinamai Taman Belajar Masyarakat bentukan
tersebut bagian dari resiko selama Disperdagin tidak pengrajin kue setempat. Taman Belajar Masyarakat ini
mengambil langkah progresif yang pro terhadap para terbuka untuk khalayak ramai. Sehingga Kampung
pengrajin kue. Dari temuan ini, dapat disimpulkan Kue menjadi tempat strategis dalam kegiatan kuliner
bahwa bantuan gula dan telor setiap menjelang hari sambil belajar. Hal ini senada dengan pendapat
raya besar dari Disperdagin belum mampu (Mardikanto & Soebito, 2013) yang menyebutkan
menyelesaikan masalah harga bahan baku gula dan tujuan pemberdayaan adalah adanya perbaikan
telor yang cenderung mahal dan langka untuk diakses kehidupan setiap keluarga dan masyarakat yang
para pengrajin kue. diimbangi dengan pendapatan dan keadaan lingkungan
yang membaik.
Berdasarkan temuan peneliti dilapangan, bantuan- oleh seluruh pengrajin kue secara gratis. Para
bantuan yang disediakan oleh pemerintah dengan pengrajin kue hanya diperlukan berpartisipasi dan
menggaet PGN, PT. Bogasari Baking Center Kota menyiapkan diri dalam menerima pengetahuan baru
Surabaya dan ITS sangat membantu bagi pengrajin dalam memproduksi kue.
kue dalam memproduksi kue. Selain itu, pengrajin kue Selain itu, fasilitas pelatihan yang disediakan
juga sangat bersyukur tempat mereka tidak hanya Dinas Perdagangan bagi para pengrajin kue adalah
menjadi tempat jual beli kue melainkan juga tempat dengan pemberian pelatihan manajemen pembukuan
wisata edukasi kue. Bahkan para konsumen Kampung langsung dari Dinas Perdagangan Kota Surabaya.
Kue merasa termanjakan dengan adanya perpustakaan Manajemen pembukuan ini diberikan supaya para
kampung kue, para konsumen dapat belajar tentang pengrajin kue dapat memperhitungkan pemasukan dan
kampung kue dan juga dapat belajar proses pembuatan pengeluaran dalam produksi kue yang dilakukan oleh
kue. Akan tetapi dalam proses pemungkinan yang masing-masing pengrajin kue. Sebagaimana penelitian
dilakukan Disperdagin Surabaya tidak sepenuhnya yang dilakukan oleh (Ismail, F., Akhmad N, S., & A.
mengcover secara keseluruhan kebutuhan para Rachim, 2016) menjelaskan bahwa “pelatihan
pengrajin kue, khususnya terkait akses Gas Elpiji yang manajemen pembukuan bertujuan untuk memberikan
disediakan PGN dan alat-alat pembuatan kue seperti informasi dan materi model pencatatan keuangan
oven, mixer dan mesin penggilingan kue. Fasilitas untuk mengelola antara modal usaha dan kebutuhan
tersebut hanya terbatas untuk pengrajin kue yang sehari-hari serta mengetahui detail keuntungan atau
memiliki minimal legalitas usaha saja. Sehingga kerugian selama menjalankan usahanya”.
banyak diantara pengrajin kue yang merasa dianak Akan tetapi, dari hasil observasi dan wawancara
tirikan oleh Disperdagin. Bahkan hingga saat ini, peneliti, fasilitas pelatihan yang disediakan oleh Dinas
terkait fasilitas yang disediakan Disperdagin Surabaya Perdagangan Kota Surabaya bagi pengrajin kue, masih
masih menuai polemik dari pengrajin kue dengan terdapat kendala berupa kurangnya partisipasi
alasan ketidakadilan dalam penyediaan fasilitas. pengrajin kue dalam kegiatan pelatihan tersebut. Hal
ini dikarenakan kebanyakan pengrajin kue disibukkan
2. Penguatan dengan pesanan kue yang tidak berhenti setiap
Proses penguatan diartikan sebagai memperkuat harinya. Alasan lainnya dikarenakan, beberapa
pengetahuan dan kemampuan para pengrajin kue pengrajin kue sudah merasa cukup dengan kue-kue
dalam memecahkan masalah guna memenuhi yang diproduksi selama ini yakni, kue basah dan kue
kebutuhan mereka. Proses penguatan yang dilakukan kering, sehingga pelatihan tersebut dirasa tidak perlu.
Dinas Perdagangan adalah dengan pemberian Kemudian, alasan yang paling menonjol adalah malas
pelatihan pembuatan kue bagi para pengrajin kue. untuk berpartisipasi karena para pengrajin kue sudah
Pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan kapasitas memiliki pelanggan tetap atas hasil produksi kue-kue
para pengrajin kue dalam menghasilkan produk kue mereka. Jadi fasilitas pelatihan dirasa pengrajin kue
yang memiliki kualitas rasa, bentuk, jenis dan nilai tidak terlalu signifikan untuk saat ini. Sehingga ketika
jual yang lebih tinggi serta mampu menyentuh pasar ada pelatihan dari Dinas Perdagangan Kota Surabaya
mulai dari masyarakat golongan bawah, menengah yang mengikuti pelatihan hanya orang-orang tertentu
hingga golongan atas. Seperti yang dijelaskan (Wesa saja dan tetap orang yang sama. Padahal pelatihan ini
& Suryono, 2014) “dengan adanya pelatihan dapat sangat penting dalam menciptakan kue yang lebih
meningkatkan SDM, membangkitkan semangat untuk berkualitas. Tentu saja ini mencederai upaya dalam
berwirausaha sehingga membantu meningkatkan proses pemberdayaan. Seperti yang dikemukakan
ekonomi keluarga. Diperkuat pendapat (Nawangsari, (Zuliyah, 2010) meski berbagai upaya pemberdayaan
2017) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat dilakukan tanpa didukung kemampuan dan
“pelatihan mampu meningkatkan keahlian masyarakat kemauan untuk maju menjadi masyarakat yang
dalam pengelolaan suatu usaha”. mandiri akan kurang bermanfaat, sehingga bantuan
Adapun upaya yang ditempuh Dinas Perdagangan ekonomis saja tidak cukup. Jika bantuan tersebut
adalah dengan cara mempertemukan para pengrajin habis, maka kegiatan tersebut akan terhenti.
kue dengan pengusaha-pengusaha supermarket seperti Tidak bisa dipungkiri, bagi pengrajin kue yang
Bogasari, Sakinah, Bonet, dan Papaya sebagai aktor tekun mengikuti pelatihan yang disediakan Dinas
yang memberikan pelatihan dan keterampilan. Segala Perdagangan Kota Surabaya memampukan mereka
bentuk alat dan bahan pembuatan kue juga difasilitasi memproduksi kue dengan cita rasa, bentuk, dan varian
langsung dari pengusaha-pengusaha supermarket yang lebih berkualitas. Seperti Fried Peanut, Almond
tersebut. Fasilitas pelatihan tersebut dapat dinikmati Crispy, Sagu Keju Apricot, Crislov, Kacang Tree-G,
Diah Cookies, dan masih banyak lagi. Produk-produk dengan memberikan legalitas usaha (SIUP dan PIRT),
kue tersebut sudah terdaftar dalam icon oleh-oleh khas HAKI, dan label halal. Bentuk perlindungan berupa
Surabaya. Disamping itu, produk kue tersebut juga legalitas usaha (SIUP dan PIRT) dan HAKI bertujuan
terdaftar dalam menu oleh-oleh di Pesawat Citilink untuk menjaga eksistensi usaha pengrajin kue dan
Indonesia. Bahkan produk kue tersebut telah diekspor melindungi dari kemungkinan plagiat oleh orang lain.
ke luar negeri seperti Singapura. Lebih lanjut, Sementara itu, bentuk perlindungan dengan
beberapa kue tersebut juga mendapat Voucher dari memberikan label halal dalam kemasan produk para
Facebook senilai USD 1000 untuk mengiklankan pengrajin kue bertujuan untuk memberikan
produk para pengrajin kue dilaman Facebook. Bahkan kepercayaan kepada masyarakat luas atas produk kue
dari hasil pelatihan tersebut menghantarkan pengrajin yang mereka hasilkan.
kue sebagai salah satu penerima penghargaan Best of Dari hasil observasi dan wawancara peneliti,
the Best kategori Home Industry dalam Awarding pengrajin kue sangat senang dan merasa terlindungi.
Pahlawan Ekonomi pada 01 Desember 2019 yang Karena dengan adanya Legalitas usaha (SIUP dan
dimenangkan oleh Ibu Choirul dengan merk dagang PIRT), HAKI dan label halal yang disediakan oleh
UD. Pawon Kue. Tentu saja dengan pencapaian- Dinas Perdagangan Kota Surabaya, pengrajin kue bisa
pencapaian tersebut berdampak positif bagi para bersaing dengan pengusaha-pengusaha kue yang ada
pengrajin kue. Hal ini sejalan dengan tujuan di Surabaya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
pemberdayaan yang dikemukakan (Mardikanto & dijadikannya beberapa kue dari Kampung Kue sebagai
Soebito, 2013) yaitu dengan adanya pemberdayaan oleh-oleh khas kota Surabaya. Bahkan, Perlindungan
akan terjadi perbaikan bisnis yang dapat meningkatkan yang disediakan Dinas Perdagangan juga menambah
pendapatan, selain itu mampu memperbaiki kepercayaan publik atas hasil produk kue mereka. Hal
pendapatan dalam keluarga dan masyarakat tersebut didasarkan temuan peneliti dilapangan, bahwa
Upaya penguatan lain yang dilakukan Disperdagin para konsumen Kampung Kue Rungkut Lor Gang II
Surabaya adalah dengan mempromosikan produk kue lebih menyarankan untuk membeli kue dari Kampung
dari Kampung Kue kepada masyarakat domestik Kue. Hal tersebut didasarkan pada kualitas rasa dan
maupun mancanegara. Hal ini ditempuh Dinas harga yang lebih terjangkau dibandingkan kampung
Perdagangan dengan cara, menggunakan konsumsi kue lainnya yang ada di Kota Surabaya.
kegiatan seluruh kantor dinas yang ada di Surabaya Akan tetapi, Kampung Kue masih memiliki
dari Kampung Kue. Selain itu, setiap kegiatan permasalahan terkait kepemilikan legalitas usaha
kunjungan pemerintah Kota Surabaya dihimbau diantara para pengrajin kue. Berdasarkan hasil
membawa produk-produk kue dari Kampung Kue observasi dan wawancara peneliti, dari total 65
untuk diperkenalkan ke kota ataupun daerah yang akan pengrajin kue hanya terdapat 19 pengrajin kue saja
dikunjungi. Kemudian, setiap mahasiswa asing yang yang memiliki legalitas usaha (SIUP dan PIRT),
melakukan student exchange di Kota Surabaya juga HAKI dan label halal di Kampung Kue Rungkut Lor
diwajibkan untuk mengunjungi dan belajar terkait Gang II, Kelurahan Kali Rungkut. Hal ini dikarenakan
proses produksi kue di Kampung Kue. Ini merupakan banyak masyarakat yang tidak tanggap terhadap
upaya terus-menerus yang dilakukan Dinas instruksi Dinas Perdagangan dalam memenuhi
Perdagangan untuk memperkenalkan Kampung Kue dokumen persyaratan guna mendapatkan legalitas
kepada khalayak ramai. usaha (SIUP dan PIRT), HAKI dan label halal.
Disamping itu, alasan kesibukan dalam menyelesaikan
3. Perlindungan pesanan kue mengakibatkan tidak punya cukup waktu
Proses perlindungan dapat diartikan sebagai upaya untuk mendatangi kantor dinas perdagangan. Selain
melindungi kelompok lemah dari kelompok kuat itu, tidak semua pengrajin kue merasa membutuhkan
untuk menghindari persaingan usaha yang tidak sehat legalitas usaha (SIUP dan PIRT), HAKI dan label
sekaligus sebagai upaya untuk menghindarkan halal. Hal ini dikarenakan, kebanyakan pengrajin kue
kelompok lemah dari ketertindasan kelompok- memiliki segmen pasar menengah ke bawah, dan rata-
kelompok yang kuat guna menghapus segala bentuk rata pelangggan mereka adalah orang-orang yang
diskriminasi. Bentuk perlindungan yang diberikan berjualan kue di pasar, di sekolah dan di warung
Dinas Perdagangan bertujuan agar para pengrajin kue sehingga legalitas usaha (SIUP dan PIRT), HAKI dan
lebih diakui dan terlindungi dalam menjalankan tugas- label halal tidak diperlukan. Dari sini dapat dilihat
tugas kehidupan mereka. bahwa kesadaran pengrajin kue tentang pentingnya
Adapun upaya perlindungan yang ditempuh legalitas usaha masih sangat minim.
Disperdagin Surabaya kepada pengrajin kue yakni
Permasalahan tersebut tentunya mempengaruhi Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti di
tingkat keberhasilan pemberdayaan yang dilakukan lapangan, keberadaan tenaga pendamping sangat
oleh Disperdagin, sehingga perlu dilakukan sosialisasi membantu bagi para pengrajin kue. Hal ini
terkait pentingnya program pemberdayaan yang dikarenakan tenaga pendamping sangat berperan
meliputi persyaratan maupun kegiatan yang dalam penyediaan alat-alat produksi kue, mencarikan
didalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat aktor yang dapat memberikan pelatihan pembuatan
(Hadiyanti, 2011) bahwa sosialisasi terkait program kue dan membuka akses pasar penjualan ke berbagai
pemberdayaan pada masyarakat diperlukan untuk pihak, sekaligus membantu dalam pengurusan
memberikan pemahaman kepada masyarakat, dokumen legalitas usaha (SIUP dan PIRT), HAKI
pentingnya mengikuti kegiatan-kegiatan maupun serta label halal. Akan tetapi dalam pengurusan
persyaratan yang dimuat dalam program dokumen ini hanya terbatas pada pengumpulan
pemberdayaan sangat menentukan dampak program persyaratan dokumen legalitas usaha (SIUP dan
bagi masyarakat dan keberhasilan dari program PIRT), HAKI serta label halal yang telah lengkap lalu
pemberdayaan yang dilaksanakan. diserahkan ke kantor Dinas Perdagangan Kota
Surabaya. Peran tenaga pendamping tersebut selaras
4. Penyokongan dengan pendapat (Saugi, 2015) yang menyebutkan
Proses penyokongan diartikan sebagai pemberian dalam proses pendampingan diperlukan tenaga
bimbingan dan dukungan kepada masyarakat supaya pendamping yang mampu berperan sebagai fasilitator,
lebih mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan komunikator, dinamisator dan membimbing
mereka. Pada aspek penyokongan, Dinas Perdagangan masyarakat dilapangan bukan menggurui kegiatan
Kota Surabaya memberikan dukungan kepada yang ada dilapangan. (Ife, J. & Tesoriero, 2008) juga
pengrajin kue dengan cara menyediakan tempat menambahkan bahwa tenaga pendamping bertujuan
pemasaran secara gratis bagi para pengrajin kue untuk membantu masyarakat menemukan potensi
seperti di sentra mall, sentra siola, pelabuhan dan juga mereka untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih
bandara. Selain itu, Dinas Perdagangan juga membuka baik.
akses promosi gratis bagi para pengrajin kue Akan tetapi, dalam akses pameran gratis, akses
disejumlah Mall Surabaya seperti Tunjungan Plaza, promosi gratis dan akses pinjaman modal usaha
Pusat Grosir Surabaya, City of Tomorrow dan terdapat pembatasan oleh Dinas Perdagangan Kota
Jembatan Merah Plaza. Kegiatan pameran ini Surabaya. Akses pameran gratis, promosi gratis dan
dilakukan agar produk kue dari Kampung Kue lebih aksek modal usaha dari PT. Telkom tersebut hanyalah
dikenal dan diminati oleh masyarakat Indonesia. pengrajin kue yang memenuhi kualifikasi produk kue
Disamping itu, Dinas Perdagangan juga yang ditetapkan oleh Dinas Perdagangan Kota
mencarikan tempat pemasaran pada kantin-kantin Surabaya. Kualifikasi produk kue tersebut dinilai
yang ada di rumah sakit seperti RS. DR. Sutomo dan berdasarkan rasa, bentuk, kemasan dan legalitas (SIUP
RS. Muhammadiyah Pucang Surabaya. Selain itu, juga dan PIRT), HAKI serta label halal. Untuk sistem
bekerjasama dengan hotel-hotel yang ada di Kota penilaian kualifikasi produk kue ini sendiri, pihak
Surabaya. Dukungan lain yang disediakan Dinas Dinas Perdagangan Kota Surabaya mendatangkan
Perdagangan untuk menjamin keberlangsungan usaha langsung pihak-pihak yang ahli dibidang ini.
para pengrajin kue adalah dengan menyediakan Selama penelitian dilapangan terkait proses
pinjaman modal usaha melalui kerjasama dengan PT. penyokongan yang dilakukan Disperdagin Surabaya,
Telkom. Pinjaman modal usaha yang disediakan PT. peneliti menemukan suatu hal yang menarik. Dimana
Telkom terhadap para pengrajin kue ramah cicilan pengrajin kue menganggap akses pameran dan
sehingga tidak memberatkan para pengrajin kue. promosi gratis tidak terlalu berpengaruh signifikan
Selaras dengan pendapat (Wahyuni, 2018) yang terhadap penjualan produk kue mereka. Hal ini
menyebutkan “pemberian kredit modal usaha kepada dikarenakan para pengrajin kue di Kampung Kue telah
masyarakat merupakan pemberian daya kepada memiliki pelanggan tetap, sehingga kue yang
mereka untuk bisa berkembang mencapai kemandirian diproduksi setiap harinya tidak perlu dicemaskan tidak
yaitu mampu membangun dirinya dalam laku. Karena kue-kue tersebut akan habis diborong
meningkatkan kualitas kehidupannya melalui potensi para konsumen. Selain itu, daya tarik serta branding
yang dimiliki. Kampung Kue yang sudah sangat melekat bagi para
Selain itu, Disperdagin juga memberikan tenaga konsumen khususnya masyarakat Surabaya
pendamping untuk membantu para pengrajin kue menjadikan produk-produk kue mereka selalu habis
dalam memenuhi segala kebutuhan para pengrajin kue. terjual. Ditambah kepercayaan konsumen yang begitu
tinggi terhadap produk kue dari Kampung Kue telah yang sangat penting dilaksanakan untuk mengukur
menarik konsumen dari berbagai kalangan untuk keberhasilan program pemberdayaan masyarakat,
berbelanja kue disana. karena dengan adanya evaluasi, dapat diketahui
Memang tidak dapat dipungkiri, proses sejauhmana efektivitas dan efisiensi program
penyokongan dengan pembatasan akses kredit modal pemberdayaan terhadap proses, pencapaian dan
yang disediakan Disperdagin Surabaya hasil kerjasama dampak dari pelaksanaan program pemberdayaan.
dengan PT. Telkom cukup menghambat bagi para Adapun aspek-aspek yang dimonitoring dan dievaluasi
pengrajin kue yang ingin menambah produk olahan oleh Disperdagin dalam program kampung unggulan
kue, akibat terhalang keterbatasan modal. Sehingga mencakup komponen konteks, input, proses dan
para pengrajin kue berharap untuk kedepan, output.
Disperdagin Surabaya juga membukakan akses kredit
modal bagi para pengrajin kue yang tidak memenuhi PENUTUP
kualifikasi akses kredit modal sebagai bentuk keadilan KESIMPULAN
dalam proses pemberdayaan. Dari hasil analisis mengenai pemberdayaan pengrajin
kue di Kampung Kue Rungkut Lor Gang II, Kelurahan
5. Pemeliharaan Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya oleh
Aspek pemeliharaan dalam proses pemberdayaan Disperdagin Surabaya yang telah dipaparkan sebelumnya,
dapat diartikan sebagai suatu upaya dalam menjamin Dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pemberdayaan
keseimbangan dan keselarasan yang memungkinkan yang dilakukan Disperdagin Surabaya dilihat dari lima
setiap orang memperoleh kesempatan untuk berusaha. pendekatan pemberdayaan masyarakat yakni
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti, pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan,
upaya pemeliharaan yang dilakukan Dinas dan pemeliharaan.
Perdagangan adalah dengan mempromosikan semua Pada proses pemungkinan, upaya yang ditempuh oleh
produk pengrajin kue dari Kampung Kue di Aplikasi Disperdagin Surabaya adalah dengan memberikan
e-local market inovasi dari Dinas Perdagangan. Lewat bantuan bahan dasar pembuatan kue yakni gula dan telor
aplikasi ini, produk kue dari Kampung Kue dapat lebih pada saat menjelang hari raya besar nasional. Selain itu,
dikenal oleh masyarakat luas. Akan tetapi, terdapat Disperdagin juga memberikan fasilitas alat-alat produksi
kelemahan dari aplikasi e-local market tersebut. Proses kue. Sementara untuk meciptakan lingkungan yang
transaksi kue pada aplikasi tersebut hanya dapat nyaman dan strategis juga dilakukan dengan menghias
digunakan oleh kantor-kantor dinas yang ada di Kota tembok-tembok dan jalanan dengan cat warna-warni
Surabaya. Artinya, seluruh masyarakat Indonesia bisa bergambar di sepanjang jalan Rungkut Lor Gang II. Selain
masuk ke aplikasi tersebut, akan tetapi yang memiliki itu, Kampung Kue juga dimaksimalkan sebagai kampung
akses untuk bertransaksi hanya terbatas pada kantor- wisata kue berbasis edukasi yang terbuka untuk khalayak
kantor dinas yang ada di Kota Surabaya. ramai dan ramah pembeli. Akan tetapi bantuan yang
Selain itu, upaya pemeliharaan yang dilakukan disediakan Disperdagin berupa gula dan telor pada saat
Dinas Perdagangan Kota Surabaya adalah dengan menjelang hari raya besar nasional tidak cukup mampu
melakukan pembagian pasar bagi pengrajin kue untuk menekan kerugian dan penurunan pendapatan para
memberikan kesempatan berusaha yang lebih pengrajin kue yang kerap kali terjadi akibat masalah harga
menyeluruh. Adapun pasar yang dimaksud seperti yang belum terselesaikan hingga saat ini. Mengingat para
rumah sakit, hotel-hotel, sentra-sentra dan juga pusat pengrajin kue memproduksi kue setiap hari, sehingga
perbelanjaan.. mereka sangat membutuhkan produk dasar pembuatan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan program kue setiap hari bukan hanya pada hari raya besar nasional
pemberdayaan yang dilaksanakan Disperdagin dan saja.
menjaga keberlangsungan pengembangan Kampung Sementara pada proses penguatan, upaya yang
Kue lebih maju, Dinas Perdagangan Kota Surabaya dilakukan Disperdagin Surabaya adalah memberikan
melakukan monitoring dan evaluasi dengan para pelatihan keterampilan pembuatan kue dan manajemen
pengrajin kue. Monitoring dan evaluasi ini diadakan pembukuan. Upaya penguatan lainnya ditempuh dengan
setiap 2 minggu sekali. Pertemuan ini ditujukan untuk mempromosikan produk kue dari Kampung Kue terhadap
menjamin keselarasan dan keadilan terkait kebutuhan masyarakat domestik maupun mancanegara. Maka tidak
bagi setiap pengrajin kue yang ada di Rungkut Lor heran melalui proses penguatan ini memampukan
Gang II, Kelurahan Kali Rungkut. Menurut seperti pengrajin kue memproduksi kue dengan cita rasa, bentuk,
yang dijelaskan (Hadiyanti, 2011) monitoring dan dan varian yang lebih berkualitas. Seperti Fried Peanut,
evaluasi program pemberdayaan merupakan kegiatan Almond Crispy, Sagu Keju Apricot, Crislov, Kacang
Tree-G, Diah Cookies yang tidak kalah saing dengan Selain itu, upaya penyokongan lain yang dilakukan
produk-produk kue terkenal lainnya. Bahkan produk- Dinas Perdagangan adalah dengan bekerjasama dengan
produk kue tersebut sudah terdaftar dalam icon oleh-oleh kantin-kantin pada rumah sakit seperti RS. DR. Sutomo
khas Surabaya. Disamping itu, produk kue tersebut juga dan RS. Muhammadiyah Pucang Surabaya, juga
terdaftar dalam menu oleh-oleh di Pesawat Citilink bekerjasama dengan hotel-hotel yang ada di Kota
Indonesia. Selain itu, produk kue tersebut telah diekspor Surabaya. Akan tetapi, dalam akses pameran gratis dan
ke luar negeri seperti Singapura. Lebih lanjut, beberapa akses promosi gratis ini hanya diberikan kepada pengrajin
kue tersebut juga mendapat Voucher dari Facebook kue yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh
senilai USD 1000 untuk mengiklankan produk para Dinas Perdagangan Kota Surabaya. Kualifikasi tersebut
pengrajin kue dilaman Facebook. Bahkan dari hasil dinilai berdasarkan rasa, bentuk, kemasan dan legalitas
pelatihan tersebut menghantarkan pengrajin kue sebagai usaha (SIUP dan PIRT), HAKI serta label halal dari
salah satu penerima penghargaan Best of the Best kategori produk kue yang dinilai secara langsung oleh ahli
Home Industry dalam Awarding Pahlawan Ekonomi. dibidang ini.
Akan tetapi, pada proses penguatan ini masih terdapat Proses pemeliharaan yang dilakukan Dinas
kendala dari pihak pengrajin kue berupa peran aktif yang Perdagangan Kota Surabaya yaitu mempromosikan semua
cukup minim ketika diadakan kegiatan pelatihan dan produk pengrajin kue dari Kampung Kue di Aplikasi e-
manajemen pembukuan oleh Disperdagin. local market inovasi dari Dinas Perdagangan. Disamping
Pada proses perlindungan, Disperdagin Surabaya itu, Dinas Perdagangan juga memberikan pembagian
memberikan legalitas usaha (SIUP dan PIRT), HAKI, dan pasar kepada pengrajin kue untuk memberikan
label halal. Akan tetapi dari total 65 pengrajin kue, hanya kesempatan berusaha yang sama bagi tiap-tiap pengrajin
terdapat 19 pengrajin kue saja yang memiliki legalitas kue. Selain itu, Dinas Perdagangan melalui tenaga
(SIUP dan PIRT), HAKI, dan label halal. Hal ini pendamping juga melakukan monitoring dan evaluasi
dikarenakan alasan-alasan kesibukan dalam memenuhi dengan para pengrajin kue. Monitoring dan evaluasi ini
pesanan kue sehingga mereka tidak punya cukup waktu diadakan setiap 2 (dua) minggu sekali. Pertemuan ini
untuk memenuhi dokumen persyaratan yang diminta ditujukan untuk menjamin keselarasan dan keadilan
Disperdagin melalui tenaga pendamping dan tidak semua terkait kebutuhan bagi setiap pengrajin kue yang ada di
pengrajin kue merasa membutuhkan legalitas usaha (SIUP Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali Rungkut,
dan PIRT), HAKI dan label halal mengingat segmen pasar Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.
mereka kebanyakan golongan menengah ke bawah Jadi, secara keseluruhan proses pemberdayaan yang
Pada proses penyokongan, Dinas Perdagangan Kota dilaksanakan Disperdagin belum sepenuhnya berjalan
Surabaya memberikan dukungan melalui kegiatan secara optimal. Kendala-kendala baik itu dari pihak
pameran yang dilakukan di sentra mall, sentra siola, Disperdagin maupun pengrajin kue itu sendiri
pelabuhan dan bandara. Dinas Perdagangan juga mengakibatkan pemberdayaan yang dilaksanakan
menyediakan tenaga pendamping untuk membantu para Disperdagin tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini
pengrajin kue. Tenaga pendamping berperan dalam dapat dilihat dari proses pemungkinan dan penyokongan
penyediaan alat-alat produksi kue, mencarikan aktor yang yang memuat pembatasan-pembatasan terhadap akses
dapat memberikan pelatihan pembuatan kue dan fasilitas promosi, akses pameran, akses fasiltas alat-alat
membuka akses pasar penjualan ke berbagai pihak, pembuatan kue, dan akses modal menunjukkan bahwa
sekaligus membantu dalam pengurusan dokumen legalitas pemberdayaan yang dilakukan Disperdagin kurang
usaha (SIUP dan PIRT), HAKI serta label halal. Akan menyeluruh dan tidak mencerminkan keadilan terhadap
tetapi dalam pengurusan dokumen ini hanya terbatas pada para pengrajin kue. Hal ini dikarenakan fasilitas yang
pengumpulan persyaratan dokumen legalitas usaha (SIUP disediakan hanya diperuntukkan bagi pengrajin kue yang
dan PIRT), HAKI serta label halal yang telah lengkap lalu memenuhi persyaratan minimal memiliki legalitas usaha.
diserahkan ke kantor Dinas Perdagangan Kota Surabaya. Sedangkan bagi pengrajin kue yang tidak memenuhi
Artinya, ketika pengrajin kue tidak memenuhi persyaratan hanya mendapatkan pelatihan gratis dari
kelengkapan dokumen persyaratan yang diminta Disperdagin. Akibatnya pengrajin kue yang tidak
Disperdagin melalui tenaga pendamping, maka tenaga memiliki legalitas merasa ada yang dianak emaskan dan
pendamping tidak bisa melakukan apapun terkait dianak tirikan, padahal kepemilikan legalitas usaha,
kepemilikan legalitas para pengrajin kue itu sendiri. HAKI, dan label halal sangat tergantung pada pasar
Sebagai akibatnya, proses pemberdayaan yang penjualan para pengrajin kue itu sendiri. Disamping itu,
dilaksanakan oleh Disperdagin tidak dapat berjalan solusi Disperdagin dengan memberikan bantuan bahan
maksimal. dasar pembuatan kue seperti gula dan telor pada saat
menjelang hari raya nasional yang cenderung mahal dan
terjadi kelangkaan tidak cukup mampu menekan kerugian meningkatkan partisipasi para pengrajin kue dalam
para pengrajin kue yang berakibat pada turunnya pelatihan maupun keterampilan dalam pembuatan kue,
pendapatan pengrajin kue. 3. Mengatasi permasalahan bahan pokok dasar
Sementara pada aspek penguatan, perlindungan dan pembuatan kue seperti gula dan telor yang cenderung
pemeliharaan apabila dilihat dari upaya Disperdagin mahal dan tidak stabil serta kerap kali melangka yang
sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari berdampak pada meruginya para pengrajin kue,
tersedianya fasilitas pelatihan dan manajemen pembukuan dengan cara pemberian harga tetap dari distributor
secara gratis, penyediaan legalitas usaha (SIUP dan atau bulog terhadap pengrajin kue.
PIRT), HAKI, dan label halal serta mempromosikan 4. Perlu dilakukannya perbaikan pada aplikasi e-local
seluruh produk kue di aplikasi e-local market untuk market dalam pemasaran kue secara online yang dapat
membantu pengrajin kue memiliki SDM yang lebih diakses masyarakat luas.
berkualitas dalam kegiatan memproduksi kue.
Pencapaian-pencapaian para pengrajin kue yang patuh UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap seluruh instruksi Disperdagin dalam proses Dalam penyusunan Artikel Ilmiah ini, penulis banyak
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan membuktikan bahwa menghadapi tantangan dan hambatan. Dengan bantuan
aspek penguatan, perlindungan dan pemeliharaan sudah dan motivasi dari berbagai pihak, tantangan dan hambatan
sesuai dengan tujuan pemberdayaan. Hanya saja perlu tersebut dapat teratasi. Oleh Karena itu, penulis
dilakukan optimalisasi untuk menggerakkan masyarakat mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
untuk turut berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan- pihak-pihak tersebut, diantaranya:
kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh a. Kedua Orang Tuaku, Mommy and Daddy. Terima
Disperdagin. Mengingat peran aktif dari pengrajin kue kasih untuk segala cinta dan kasih sayang yang tiada
masih cukup minim. Harapannya dengan peran aktif serta tandingnya. Everytime i wanna give up, you always
kemauan mampu memenuhi hak dan kewajiban dari beside. You give me a real life. I’m so lucky to have
masing-masing pihak dapat mewujudkan pemberdayaan you both as my parents. Maafkan aku yang pernah
yang adil dan menyeluruh. Selain itu, peran aktif dari menghancurkan hati kalian. Itu bukan kemauanku,
pengrajin kue juga akan sangat menentukan terpenuhinya semua terjadi atas kehendak Tuhan. Terima kasih
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, karena melalui Tuhan Yesus telah mengijinkan aku terlahir sebagai
kegiatan pemberdayaan tentunya akan terbangun pola anak Mommy and Daddy. I really appreciate your
komunikasi yang lebih baik antara Disperdagin dengan effort and love in bringing me up to be a better person.
pengrajin kue. Sehingga Disperdagin juga mampu b. Bapak Galih Wahyu Pradana S.AP., M.Si. selaku
mengarahkan pemberdayaan yang lebih menyeluruh atas dosen pembimbing dalam menyusun Artikel Ilmiah
pertimbangan klasifikasi kebutuhan tiap-tiap pengrajin peneliti.
kue agar tidak terkesan ada anak emas dan anak tiri dalam c. Bapak Muhammad Farid Ma’ruf S.Sos., M.AP. dan
memperoleh fasilitas yang disediakan Disperdagin Ibu Hj. Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP. selaku dosen
Surabaya dalam proses pemberdayaan melalui program penguji peneliti.
kampung unggulan. d. Para Dosen S1 Ilmu Administrasi Negara FISH
UNESA.
SARAN e. Bapak Eko Prasetyo selaku staf sekretariat Dinas
Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas, peneliti Perdagangan Kota Surabaya, yang sudah bersedia
menemukan beberapa saran yang dapat berguna dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.
pemberdayaan pengrajin kue di Kampung Kue Rungkut f. Ibu Dwi Sriana Dwiastuti bidang distribusi Dinas
Lor Gang II, kelurahan Kali Rungkut yang dilakukan oleh Perdagangan Kota Surabaya sekaligus sebagai tenaga
Dinas Perdagangan Kota Surabaya kedepannya agar pendamping toko kelontong dan modern Kota
menjadi lebih baik, yaitu: Surabaya yang selalu siap sedia peneliti hubungi.
1. Perlu diberikan sosialisasi yang terus-menerus bagi g. Bapak Bambang Linmas Disperdagin Kota Surabaya,
pengrajin kue terkait pentingnya memiliki legalitas yang selalu membantu peneliti selama di Kantor Dinas
usaha (SIUP dan PIRT), HAKI dan pemberian label Perdagangan Kota Surabaya.
halal h. Ibu Choirul Mahpuduah, Ibu Fitrotul Chosniah, Ibu
2. Membuat terobosan baru seperti metodologi TREE Latifah, dan semua Ibu pengrajin kue Rungkut Lor
(Training for Rural Economic Empowerment) oleh Gang II yang sudah sangat baik, terbuka dan selalu
Departemen Skills and Employability ILO yang bersedia peneliti repotkan.
memastikan bahwa pelatihan dikaitkan dengan i. Para Konsumen Kampung Kue, khususnya Ibu Iin.
peluang ekonomi dan lapangan kerja guna
j. Dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat peneliti Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
sebut satu persatu yang memberi dukungan moral (2020). Program Nasional Pemberdayaan
maupun material kepada peneliti sehingga penulisan Masyarakat Mandiri.
artikel ilmiah ini dapat terselesaikan. Kolbasov, O. S. (1992). UN Conference on Environment
and Development. Izvestiya - Akademiya Nauk,
DAFTAR PUSTAKA Seriya Geograficheskaya, 6(June), 47–54.
https://doi.org/10.4135/9781412971867.n128
Aziz, M. A. dkk. (2005). Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat : Paradigma Aksi Metodologi. Mardikanto & Soebito. (2013). Pemberdayaan
Yogyakarta: PT. LKIS Nusantara. Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik.
Bandung: Alfabeta.
Badan Pusat Statistik, Maret, I. (2019). STATISTIK
Profil Kemiskinan di Indonesia, (56), 1–12. Miles dan Huberman. (2015). Analisis Data Kualitatif,
dalam: Metode Penelitian Kualitatif, Sugiyono.
Badan pusat statistik. (2019). Persentase Penduduk Bandung: Alfabeta.
Miskin Menurut Provinsi 2007 - 2019.
Nawangsari, E. R. (2017). ANALISIS PROGRAM
Badan Pusat Statistik. (2019). Berita Resmi Statistik. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA
Bps.Go.Id, (27), 1–16. USAHA MENENGAH KECIL DAN MIKRO
Constantino. (2017). Empowering Local People Through (UMKM) (Studi di UMKM Pengrajin Batik
Kampoeng Jetis dan Pengrajin Koperasi Intako
Community-based Resource Monitoring: A
Comparison between Brazil and Namibia, dalam: Tanggulangin Sidoarjo). JPSI (Journal of Public
Proses Pemberdayaan Masyarakat Desa Sitimulyo Sector Innovations), 1(1), 12.
Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Dalam https://doi.org/10.26740/jpsi.v1n1.p12-16
Pembentukan Kelompok Pengelola Sampah Saugi, W. & S. (2015). Pemberdayaan perempuan
Mandiri (KPS. Jurnal Pengabdian Kepada melalui pelatihan pengolahan bahan pangan lokal.
Masyarakat (Indonesian Journal of Community Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan
Engagement), 2(2), 146–162. Masyarakat, 2(2), 226.
https://doi.org/10.22146/jpkm.27024 https://doi.org/10.21831/jppm.v2i2.6361
Disperdagin Surabaya. (2019). Kampung Binaan Dinas Solano Lara, C., Fernández Crispín, A., & López Téllez,
Perdagangan Kota Surabaya. Retrieved from M. C. (2018). Participatory rural appraisal as an
www.surabaya.go.id educational tool to empower sustainable
community processes. Journal of Cleaner
Eger, C., Miller, G., & Scarles, C. (2018). Gender and
capacity building: A multi-layered study of Production, 172, 4254–4262.
empowerment. World Development, 106, 207–219. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.08.072
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2018.01.024 Suharto, E. (2010). Membangun masyarakat
Fitri, F. (2019). PENINGKATAN EKONOMI RUMAH memberdayakan rakyat. Bandung: Alfabeta.
TANGGA MELALUI PROGRAM TBM Sulistiyani, T. A. (2004). Kemitraan dan Model-Model
(TAMAN BELAJAR MASYARAKAT) DALAM Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.
RANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI
KAMPUNG KUE SURABAYA. Jurnal Tukiman, T., Rosida, R., & Andarini, S. (2018).
Pendidikan Untuk Semua, 5. Retrieved from Pemberdayaan Perempuan Nelayan Dalam
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpls/index Pengembangan Usaha Nugget Kerang Desa Bluru
Kidul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
Hadiyanti, P. (2011). Penerapan Strategi Pemberdayaan JPSI (Journal of Public Sector Innovations), 2(2),
Masyarakat Melalui Program Keterampilan 51. https://doi.org/10.26740/jpsi.v2n2.p51-55
Produktif Di Pkbm Rawasari. Jiv, 6(2), 126–135.
https://doi.org/10.21009/jiv.0602.3 Utomo, Priyo & Prihatin, A. P. (2018). PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN
Ife, J. & Tesoriero, F. (2008). Community development: MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI
alternatif pengembangan masyarakat di era PERDESAAN (Studi Tentang Program Simpan
globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pinjam Perempuan di Desa Cagak Agung
Ismail, F., Akhmad N, S., & A. Rachim, H. (2016). Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik). Jurnal
COMMUNITY EMPOWERMENT OF A SMALL Mitra Manajemen, 2(4), 273–285. Retrieved from
BUSINESS GROUP (Case Study : Emping Melinjo http://e-
Artisans By PT. Telekomunication, tbk In Desa jurnalmitramanajemen.com/index.php/jmm/article/
Narimbang Kecamatan Conggeang Kabupaten view/125/69
Sumedang). AdBispreneur, 1(2), 165–183. Wahyuni, D. (2018). Strategi pemberdayaan masyarakat
https://doi.org/10.24198/adbispreneur.v1i2.10239 dalam pengembangan Desa Wisata Nglanggeran.
Aspirasi, 9(1), 83–100.
https://doi.org/https://doi.org/10.22212/aspirasi.v7i
1.1084
Wesa, A., & Suryono, Y. (2014). Kesejahteraan Ekonomi
Masyarakat Peserta Pelatihan Kelompok
Prakoperasi Di Kecamatan Namlea Kabupaten
Buru. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan
Masyarakat, 1(2), 149.
https://doi.org/10.21831/jppm.v1i2.2685
Zuliyah, S. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Desa dalam Menunjang Pembangunan Daerah.
Journal of Rural and Development, I(2), 151–160.

Anda mungkin juga menyukai