Anda di halaman 1dari 15

Banten

Kebudayaan Provinsi Banten Sangatlah unik. Beragam suku bangsa yang mendiami
daerah Banten ini menjadikan kebudayaan Provinsi Banten semakin Beragam. Secara
kultural wilayah Provinsi Banten terbagi atas tiga wilayah. Wilayah Banten Utara
(Kabupaten Serang dan Cilegon) didominasi oleh orang-orang dari suku Jawa dan
Cirebon. Wilayah Banten Selatan (Kabupaten Lebak dan Pandeglang) didominasi suku
Sunda. Wilayah Banten Timur (Kabupaten/ Kota Tangerang) masyarakat heterogen. Ada
beberapa suku bangsa pendatang yang bermukim di wilayah tersebut. Banten berada di
sebelah barat pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara,
wilayah DKI Jakarta di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan dan selat sunda
du sebelah barat

Tiap-tiap suku bangsa ini mempunyai kebudayaan sendiri. Suku bangsa pendatang
membawa kebudayaan aslinya dan mengembangkannya di wilayah Banten. Terjadilah
akulturasi budaya pada tataran kehidupan masyarakatnya. Percampuran multi etnik
inilah yang membuat adat tradisi budaya Banten menjadi khas, unik, dan menarik.

A. Bahasa Daerah Banten

Bahasa Sunda adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Banten,
terutama wilayah Banten Selatan yang mayoritas didominasi oleh masyarakat dari suku
Sunda. Namun, ada perbedaan dialek dari bahasa Sunda aslinya di Priangan. Bahasa
banten memiliki dialek bahasa Sunda yang terdengar kasar. Hal ini sesuai dengan
karakter orang Banten yang tegas dan keras selaras kondisi alamnya di sekitar pesisir
pantai.

Suku Jawa yang beanyak bermukim di Banten Utara menggunakan bahasa Jawa dialek
Banten dalam pergaulan sehari-harinya. Begitupula mayarakat yang berasal dari
Lampung menggunakan bahasa Lampung dialek Sunda-Banten sebagai bahasa sehari-
harinya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional lebih banyak digunakan oleh
masyarakat perkotaan, terutama masyarakat Banten Timur (Kota Tangerang).

Pembahasan lengkapnya Silahkan klik Bahasa Daerah Banten Lengkap Penjelasannya


B. Rumah Adat Tradisional Daerah Banten

Seni Arsitektur Sunda terlihat pada bantuk rumah dan perkampungan suku Badui dan
Adat Kasepuhan Banten Kidul (Cisungsang). Rumah tradisionalnya berbentuk panggung
yang dinamakan imah. Dari segi bentuk tidak terlihat berbeda antara rumah adat Baduy
dengan rumah Adat Kasepuhan. Namun, dari segi bahan yang digunakan untuk
pembuatannya terdapat perbedaan. Masyarakat Baduy masih memegang teguh adat
istiadat sehingga kesederhanaan pada bentuk rumahnya masih sangat terlihat.
Sebaliknya, rumah adat kasepuhan terlihat lebih modern karena sudah menggunakan
unsur-unsur kebudayaan modern.

Pembahasan lengkapnya silahkan klik Rumah Adat Daerah Banten Lengkap, Gambar dan
Penjelasannya

gambar rumah adat banten

C. Pakaian Adat Tradisional Daerah Banten

Masyarakat Banten mengenal tiga jenis pakaian adat yang digunakan untuk upacara
pengantin. Pakaian adat tersebut, antara lain pakaian pengantin Banten Kebesaran,
Banten Lestari, dan Banten Gaya Tangerang. Setiap jenis pakaian adat ini memiliki ciri
khas dan tujuan pemakaian tersendiri.

Pada pakaian adat Banten Kebesaran, kedua mempelai mengenakan kain berbahan
beludru dengan warna hijau atau hitam. Terdapat berbagai macam hiasan pada pakaian
dengan menggunakan benang emas. Penutup kepala mempelai pria disebut
makutaraja. Mempelai wanita juga mengenakan penutup kepala yang disebut makuta.
Mempelai pria memakai selop serta tombak pendek sebagai pelengkap pakaiannya.
Sebagai pelengkap pakaian, mempelai wanita mengenakan kalung , giwang, gelang, dan
selop.

D. Kesenian Tradisional Daerah Banten


1. Seni Pertunjukan Daerah Banten

Salah satu kesenian tradisional asli Banten adalah Debus. Kesenia debus adalah
kombinasi dari seni tari, seni suara, dan seni kabatinan yang bernuansa magis.
Pertunjukan debus dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama-tama debus diawali
dengan pembukaan (gembung), yaitu pembacaan salawat nabi dan dzikir kepada Allah
swt. Selanjutnya beluk, yaitu lantunan zikir dengan suara keras, nyaring dan saling
bersahutan diiringi tetabuhan. Bersamaan dengan itu dipertunjukkan atraksi-atraksi
kekebalan tubuh seperti menyayat bagian tubuh, memakan kaca, tidur diatas papan
berpaku, atau memasak dengan tungku diatas kepala yang diperagakan para
pemainnya. Atraksi ini diakhiri dengan gemrung, yaitu permainan alat musik tetabuhan.

Debus hanyalah salah satu seni pertunjukan di Banten. Masih banyak jenis pertunjukan
yang lain, seperti jipeng, rudat, pencak silat, pantun buhun, rampak gendang, reog,
wayang golek, dan wayang garing.

2. Tari Tradisional Daerah Banten

Banten memiliki beragam tarian tradisional yang biasanya dipentaskan dalam berbagai
upacara adat, penyambutan tamu, atau pentas budaya. Salah satu kesenian tari
tradisional Banten yang cukup terkenal adalah tari Cokek yang berasal dari Tangerang.
Tarian ini dibawakan oleh sepuluh penari wanita dan diiringi alat musik gambang
kromong yang dimainkan oleh tujuh pemusik pria. Dahulu tarian yang berkesan erotis
ini digunakan untuk hiburan orang-orang Belanda pada masa penjajahan. Pada masa
sekarang tarian ini hanya dipertunjukkan pada acara-acara tertentu. Tari cokek
merupakan kolaborasi budaya Sunda dan Cina dengan iringan musik Betawi.

Selain itu, ada juga tari Cukin yang merupakan pengembangan dari tari Cokek jyang
dipandang tabu. Tari Cukin menggambarkan kegembiraan muda-mudi yang sedang
bersendau gurau pada malam hari. Tarian ini dibawakan oleh lima penari wanita dan
satu penari pria dengan diiringi sepuluh pemain musik. Selain kedua jenis tarian
tersebut masih ada lagi tarian Banten yang lainnya, diantaranya seperti tari Saman, tari
Katuran, tari Topeng, tari Dala'il Wajun, dan tari Ketuk Tilu.
3. Alat Musik Tradisional Daerah Banten

Alat Musik tradisional banten digunakan untuk mengiringi berbagai kesenian tradisional
dan upacara adat Banten. Alat-alat musik tersebut meliputi alat musik pukul, tiup, petik,
gesek, dan tabuh. Ada yang dimainkan secara tunggal, dan ada pula yang dimainkan
secara kelompok dengan membentuk sebuah gabungan irama musik tradisional Banten
yang terdengar merdu.

Masyarakat Baduy memiliki alat musik yang bernama angklung buhun atau yang lebih
dikenal dengan angklung Baduy atau angklung kanekes. Angklung buhun hanya boleh
dimainkan pada saat upacara adat ngaseuk pere huma dibulan kapitu hingga kasalapan.
Masyarakat banten yang mendalami kesenian silat tidak lepas dari alat musik petitung.
Alat musik pengiring silat ini terdiri atas kendang, gong kempul, kenong, kecrek, gong
panggang, dan terompet petitung. Kesenian rudat Banten juga menggunakan alat musik
rabana (terbang) dalam setiap pementasannya. Alat ini terdiri atas dua buah gedong
bibit, mapat, telu, kemcang, kempul kembar, dan nganak.

Ibu-ibu di wilayah Adat Kasepuhan Cisungsang saat menumbuk padi menghasilkan


musik yang disebut gondang. Hantaman antan pada badan lesung menghasilkan
harmonisasi irama yang indah. Irama pukulan ini berpadu dengan nyanyian dan jogetan
(ibing) ibu-ibu yang bersemangat. Terbentuklah sebuah pertunjukan seni musik
tradisional yang mengesankan.

Sebagai bagian dari masyarakat Sunda, masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul juga
mengenal alat musik yang lain seperti angklung buhun, dog-dog lojor, rengkong, toleat,
calung renteng, karinding, celempung, dan ketimpring. Berbagai alat musik ini dapat
dinikmati pada saat acara perayaan serentaun.

4. Seni Kerajinan Rakyat Banten

Salah satu kerajina rakyat Banten yang saat ini sukup fenomenal adalah batik Banten.
Batik Banten memiliki motif yang berbeda dari batik-batik daerah lainnya. Meskipun
belum lama diperkenalkan, tetapi pesona batik Banten mampu menarik khalayak umum.

Salah satu tokoh yang mempopulerkan batik banten yaitu Bapak Uke Kurniawan.
Bersama seorang arkeolog yang banyak meneliti Banten Lama, yaitu (alm.) Hasan M.
Ambary, beliau memperkanalkan ragam hias Banten lama dalam bentuk kain batik pada
tahun 2002. Hingga saat ini sudah ada 50 ragam hias yang berhasil dituangkan dalam
kain batik dari 70 ragam hias yang ditemukan. Dua belas diantaranya sudah dipatenkan
sebagai Motif kain batik banten pada tahun 2003. Motif-motif tersebut antara lain
Datulaya, Pamaranggen, Pasulaman, Kapurban, Pancaniti, Mandalikan, Pasepen,
Surosowan, Kawangsan, Srimanganti, Sabakingking, dan Pejantren.

Seni kerajinan juga tidak lepas dari masyarakat Baduy. Ibu-ibu diperkampungan Baduy
menghasilkan tenunan berupa kain, selendang, baju, celana, ikat kepala, dan sarung.
Hasil kerajinan masyarakat Baduy lainnya yaitu koja, jarog (tas dari kulit teureup), golok,
parang, dan berbagai anyaman dari bambu. Selain itu di beberapa wilayah juga
ditemukan seni kerajinan yang khas. Kerajinan kayu dapat dijumpai di Desa Taman Jaya.
kerajinan gerabah terdapat di Bumi Jaya. Daerah Rangkas Bitung terkenal sebagai sentra
kerajinan batu kalimaya atau onix.

gambar kesenian tradisional banten

E. Upacara Tradisional Daerah Banten

Berbagai upacara adat tradisional masih ada dan dilaksanakan oleh masyarakat Banten
hingga saat ini. Upacara adat tersebut antara lain upacara adat yang berhubungan
dengan daur hidup serta upacara adat yang berhubungan dengan aktifitas manusia dan
lingkungannya. Jenis upacara yang berhubungan dengan daur hidup diantaranya seperti
upacara pada masa kehamilan, kelahiran, kanak-kanak, masa dewasa, masa perkawinan,
dan masa kematian.

masyarakat Baduy juga mengenal tiga upacara adat yang berkaitan dengan kegiatan
perladangan, yaitu ngawalu, ngalaksa, dan seba. Sebagai bagian dari Adat Kasepuhan
Banten Kidul, masyarakat Baduy juga mengikuti upacara Seren Taun. Inilah upacara
terbesar dalam tradisi Adat Kasepuhan Banten Kidul sebagai bentuk rasa syukur
masyarakat banten Kidul atas hasil panen yang berlimpah. Seren Taun menjadi puncak
dari rangkaian panjang ritual berladang yaitu ngaseuk, sapang jadian pare, salametan
pare nyiram (mapag pare beukah), sawenan, mipit pare, nganjaran (ngabukti), dan
panggokan.

Pembahasan lengkapnya silahkan klik Upacara Adat Banten Lengkap Penjelasannya

F. Senjata Tradisional Banten

Golok adalah senjata khas Banten. Jenis senjata ini sangat lekat dengan pendekar dan
jawara Banten. Dahulu golok berfungsi sebagai senjata pertahanan diri, tetapi sekarang
hanya sebagai alat seni bela diri. Salah satu golok khas banten yang terkenal yaitu golok
ciomas. Golok yang hanya dibuat di daerah Ciomas ini terkenal karena ketajaman dan
nilai mistisnya. Menurut cerita golok ciomas hanya dibuat pada bulan Maulud dan
melalui tahapan ritual yang panjang.

Golok juga tidak lepas dari masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul dan suku Baduy.
Orang baduy selalu menyelipkan golok kemana pun mereka pergi. Golok menjadi alat
utama saat mereka berladang dan berburu di hutan. Selain itu, dalam tradisi masyarakat
Banten juga dikenal senjata-senjata tradisional lainnya seperti keris, tombak, kujang,
godam, parang, pedang, dan panah.
DKI Jakarta

Profil singkat tentang Setu babakan sebagai cagar budaya Betawi

( selaku tempat pengambilan video )

Kampung Setu Babakan, cagar budaya Betawi yang terletak di Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang diresmikan pada 20 januari 2001 oleh mantan Gubernur
DKI Jakarta Sutiyoso.

setiap pekan di Setu Babakan ada beberapa kegiatan kesenian betawi seperti qasidah,
marawis, gambang kromong, hadrah, silat dan semua kesenian Betawi. Selain itu, di sini
juga ada beberapa bangunan ada masyarakat Betawi yang masih dipertahankan hingga
saat ini.

Di tempat ini kamu juga bisa menemukan ampiteater dan rumah adat yang menjadi
tempat pagelaran seni dan kebudayaan Betawi. Tak hanya itu, ada beberapa area
workshop untuk memperkenalkan sejarah Betawi.

Berikut ada juga beberapa kebudayaan betawi yang telah disingkat kedalam 1
( satu ) video

1. Ondel-ondel

Ondel-ondel bukan lagi barang asing bagi penduduk Jakarta, terutama masyarakat
Betawi. Boneka setinggi 2,5 sampai 3 meter dengan lingkar tubuh 80-90 cm itu
sudah menjadi bagian dari budaya, bahkan ikon bagi Jakarta itu sendiri.

2. Roti buaya

SEBAGIAN besar masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan roti buaya.
Ya, roti buaya merupakan sebuah tradisi masyarakat betawi yang kerap digunakan pada
saat upacara pernikahan. Alhasil roti buaya menjadi sebuah simbol yang sangat identik
dengan Jakarta. Sebagaimana diketahui Jakarta memiliki 13 sungai yang menyebar di
sepanjang ibukota. Dikatakan awalnya banyak bermunculan buaya di sungai-sungai
tersebut. Sehingga interaksi paling intens masyarakat betawi adalah dengan buaya.
Asal mula diterapkannya tradisi roti buaya adalah perilaku reptil yang satu ini. Buaya
diketahui hanya kawin sekali sepanjang hidupnya, dan sikap positif itulah yang telah
menjadi keyakinan masyarakat betawi secara turun temurun.
3. Yang ketiga ada bir pletok
Ya, bir pletok mungkin beberapa orang jarang mendengar nama ini, setau saya bir
pletok ini ada ketika jaman belanda masih berdiri dinusantara, pada awal kisahnya
rakyat pribumi ingin meminum bir seperti orang belanda, dikarenakan bir yang diminum
oleh orang belanda mahal pada saat itu dan juga tidak sesuai dengan syarikat islam
yang kita tau kebanyakan orang pribumi beragamakan muslim, maka dari itu para
perempuan/ibu ibu pribumi berinisiatif membuatkan bir yang halal diminum dan
tentunya menyehatkan dan halal. Sayangnya mungkin minuman ini tidak banyak yang
tau
Jawa Barat

Kebudayaan di Jawa barat didominasi oleh kebudayaan Sunda dan Cirebon.


Kebudayaan Sunda berkembang di Tataran Sunda, Tanah Pasundan, dan Tanah
Priangan. Sementara kebudayaan Cirebon berkembang di daerah bekas karesidenan
Cirebon kawasan bagian utara.

Wayang golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang yang terbuat dari
bahan kayu yang merupakan hasil perkembangan wayang kulit dari keterbatasan waktu
supaya dapat ditampilkan pada siang atau malam hari. Pertama kali diperkenalkan oleh
Sunan kudus di daerah Kudus (dikenal wayang menak), Cirebon (dikenal Wayang cepak)
lalu Parahyangan

Tari Jaipong lahir dari kreatifitas seorang seniman Bandung bernama Gugum Gumbira
yang menaruh perhatian besar pada kesenian rakyat seperti tari pergaulan Ketuk Tilu.
Gugum Gumbira memang sangat mengenal pola-pola gerak tari tradisional Ketuk Tilu,
seperti gerak bukaan, pencugan, nibakeun, dan gerakan-gerakan lainnya.
JAWA TENGAH

adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Ibu
kotanya adalah Semarang. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah
barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur
di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.800,69 km², atau
sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau
Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta
Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Penduduk Jawa Tengah berdasarkan Badan Pusat
Statistik tahun 2020 berjumlah 34.718.204 jiwa dengan kepadatan 1.058,46 jiwa/km².[1]

Kebudayaan di jawa Tengah

1. Rumah Adat Jawa Tengah


Bagian pendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai
ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan
untuk acara besar bagi penghuninya. Seperti acara pagelaran wayang kulit, tari,
gamelan dan yang lain. Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai
tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek, dan
tumpang sari. Bagian Pringgitan adalah bagian penghubung antara pendopo
dan rumah dalem. Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan
seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok. Fungsi bagian pringgitan
biasanya sebagai ruang tamu.

2. Pakaian Adat Jawa Tengah

Adat jawa sangat melekat di Indonesia,khususnya suku jawa. Pada


acara tertetu suku jawa tak luput dari adat mereka. Begitu juga dengan pakaian
adatnya.Saat acara-acara tertentu adat istiadat jawa harus memenuhi
persyaratan adat yang akan di laksanakan.

3. Tari Serimpi

Tari serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah.
Tari klasik sendiri mempunyai arti sebuah tarian yang telah mencapaikristalisasi
keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir
dan tumbuh di kalangan istana. Kebudayaan tari yang sudah banyak
dipentaskan ini memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan,
kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang
pelan serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan. Tari serimpi Jawa ini
dinilai mempunyai kemiripan dengan tari Pakarena dari Makasar, yakni dilihat
dari segi kelembutan gerak para penari.

4. Gamelan
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan
Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam
Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang.
JAWA TIMUR

sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya.
Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 39.698.631 jiwa (per 2019). Jawa
Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah
penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan
dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi
Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean,
Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa (Kepulauan Masalembu),
dan Samudera Hindia (Pulau Sempu, dan Nusa Barung).

Kebudayaan di Jawa Timur

1. Festival Bandeng
Festival ini biasa digelar setiap tahunnya sebelum Hari Raya Idul Fitri atau
dalam rangka menyambut / memperingati hari besar Islam lainnya. Hal itu karena
merupakan sebuah budaya tradisional tahunan dari masyarakat serta upaya dari
Pemerintah Sidoarjo untuk melestarikan ikan bandeng, karena Sidoarjo terkenal
sebagai penghasil ikan jenis ini, itu terbukti dari logo Kabupaten Sidoarjo. Dahulu,
sebelum lumpur lapindo melanda, festival ini nggak cuma memamerkan ikan
bandeng ukuran jumbo milik petani tambak, tapi juga ada kegiatan lelang
bandeng kawak (Bahasa Indonesia: Besar).
2. Ganjuran
serangkaian acara yang ada / untuk sebuah pernikahan. Umumnya, di
kebanyakan wilayah Indonesia, pihak pria yang akan melamar, tetapi sebuah
budaya / tradisi ganjuran, si pihak wanitalah yang melamar pria. Tradisi ini biasa
dilakukan di Jawa Timur di daerah Bojonegoro, Gresik, Lamongan dan Tuban.
3. Karapan Sapi
Pulau Madura yang secara administratif masuk dalam Provinsi Jawa Timur,
memiliki sebuah acara dan tradisi unik bernama Karapan Sapi. Yaitu, sapi untuk
beradu kecepatan yang dipasangkan untuk menarik kereta dari kayu sebagai
tempat joki berdiri serta mengendalikan sapi. Acara ini biasa diselenggarakan
pada bulan Agustus-Oktober, dengan bulan terakhir untuk acara final. Dahulu ini
bukanlah sebuah acara perlombaan yang memperebutkan sebuah piala bergilir
yang dulu bernama Piala Presiden dan berubah menjadi Piala Gubernur sejak
tahun 2013. Melainkan, sebuah cara untuk mencari sapi yang kuat untuk
membajak sawah.
4. Ritual Tumpeng Sewu
Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat Suku Osing, suku asli Banyuwangi
yang digelar setiap tahunnya seminggu sebelum Hari Raya Idul Adha sebagai
rasa syukur mereka kepada Yang Maha Kuasa. Sebelum makan tumpeng sewu,
warga melakukan mepe kasur (menjemur kasur) secara masal di halaman rumah
pada pagi hari, kemudian pembacaan doa dan ritual. Sekarang, nggak cuman
mepe kasur, doa dan ritual, tapi ada pertunjukan seninya juga.
5. Upacara Kasada
Upacara Kasada / Sukasada adalah hari raya adat suku Tengger yang
diadakan setiap hari ke-14 pada bulan Kasada dalam kalender Jawa. Upacara ini
dimaksudkan sebagai persembahan untuk Sang Hyang Widhi dan leluhur. Dalam
pelaksanaannya, suku Tengger melempar berbagai sesajen berupa buah-buahan,
produk ternak, sayuran bahkan uang ke kawah Gunung Bromo.
Orang Tengger sendiri adalah pemeluk Hindu lama yang beribadah di
danyang, poten dan punden. Nah, poten inilah yang digunakan sebagai tempat
di mana Upacara Kasada dilangsungkan. Poten adalah sebidang tanah di lautan
pasir di kaki Gunung Bromo dan terdiri dari beberapa bangunan yang disusun
sedemikian rupa.
Upacara Kasada juga membawa banyak manfaat bagi masyarakat suku
Tengger itu sendiri. Selain sebagai peringatan pengorbanan Raden Kesuma (anak
Jaka Seger-Lara Anteng) dan juga sarana untuk meminta keselamatan, Upacara
Kasada telah mampu menarik perhatian wisatawan untuk datang menontonnya,
sehingga ada pemasukan lebih untuk kawasan wisata Gunung Bromo.

Agama di Jawa Timur


Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam yang umumnya
dikategorikan ke dalam dua golongan, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum
santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum
abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh
Kejawen yang kuat.

Agama lain yang dianut adalah Kristen (Protestan dan Katolik), Hindu, Buddha,
Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan. Provinsi Jawa Tengah merupakan pusat
penyebaran Kristen dan Katolik di Pulau Jawa. Seperti di kota Semarang,
Magelang, Surakarta dan Salatiga yang memiliki populasi umat Kristen sekitar
15% hingga 25%.
Yogyakarta

Ditengah-tengah budaya baru yang bermunculan bahkan merembahnya budaya barat


di Indonesia ada satu kota yang menurut saya menjadi kota yang paling istimewa dalam
melestarikan budayanya khususnya budaya jawa kota itu adalah “Yogyakarta”

Kota Yogyakarta adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Kota Yogyakarta adalah kediaman bagi Sultan
Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam. Kota Yogyakarta juga pernah menjadi ibu
kota RI pada tahun 1946. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota terbesar di
Indonesia dan kota terbesar keempat di wilayah Pulau Jawa bagian selatan menurut
jumlah penduduk.

Kota Yogyakrta juga memiliki 10 candi, kekayaan alam yang melimpah dan banyak
tempat bersejarah di dalamnya

Terlepas dari asal, etnis, suku, budaya, dan unsur nama ketika saya datang ke kota ini,
saya pun adalah bagian yang tidak terpisahkan oleh kultur serta ragam budaya di
dalamnya. Terkesan “memaksa” barangkali, namun nyatanya tidak ada yang memaksa.
Paham atau tidak, kultur di kota ini akan melekat di keseharian kita dalam
berkomunikasi dan bersosialisasi. Apalagi teman-teman semua datang ke kota yang
punya kultur dan keberagaman budaya sangat kental, juga nilai estetika seni yang tidak
ada duanya. Selamat datang di kota Yogyakarta!

Anda mungkin juga menyukai