Anda di halaman 1dari 13

Kebudayaan Banten

Banten
Kebudayaan Provinsi Banten Sangatlah unik, karena
terdapat beragam suku bangsa yang mendiami daerah
Banten ini, sehingga kebudayaan Provinsi Banten semakin
beragam.

Secara kultural wilayah Provinsi Banten terbagi atas tiga


wilayah, yaitu:
 Wilayah Banten Utara (Kabupaten Serang dan Cilegon)
 Wilayah Banten Selatan (Kabupaten Lebak dan
Pandeglang)
 Wilayah Banten Timur (Kabupaten/ Kota Tangerang).

Suku-suku bangsa pendatang tersebut membawa


kebudayaannya masing-masing dan mengembangkannya
di wilayah Banten, sehingga terjadinya akulturasi budaya
pada tataran kehidupan masyarakat di Banten.
Kebudayaan Pencak Silat
 Pencak silat Banten mulai dikenal pada abad 15 masehi seiring dengan
berdirinya kerajaan Islam Banten dengan raja pertamanya, yaitu Sultan
Hasanudin.
 Pencak silat berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat,
menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah.
Pada saat ini Banten dikenal dan diakui secara luas dengan pendekar dan
jawaranya.
 Pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama. Sehingga
budaya sholat dan silat menjadi satu keterikatan erat dalam penyebaran
pencak silat.
 Pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.
Kebudayaan Debus
Kesenian ini diciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan
Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat
besi dengan ujung runcing berhulu bundar.
Kesenian debus yang sering dipertontonkan di antaranya:
 Menusuk atau mengiris perut dengan benda tajam
 Memakan api
 Menyiram tubuh dengan air keras
 Membakar tubuh dengan api
 Menaiki atau menduduki susunan golok yang tajam
 Berguling diatas serpihan kaca atau beling
Kebudayaan Tari Cokek Banten
Cokek adalah sebuah tarian tradisional dari daerah Tangerang yang dimainkan
kali pertama sekitar abad ke-19. Ketika itu, tarian ini diperkenalkan oleh Tan
Sio Kek, seorang tuan rumah. Salah satu alat musik yang mereka bawa yakni
Rebab Dua Dawai. Atas permintaan. Tan Sio Kek, musisi itu kemudian
memainkan alat musik yang mereka bawa dari daratan Cina. Pada saat yang
bersamaan, grup musik milik Tan Sio Kek juga memainkan beberapa alat
musik tradisional dari daerah Tangerang, seperti seruling, gong serta
kendang.Jika awalnya, tari Cokek hanya dimainkan oleh tiga orang penari
wanita. Kini, pertunjukan Cokek seringkali dimainkan oleh 5 hingga 7 orang
penari wanita dan beberapa orang lelaki sebagai pemain musik.
Kebudayaan Dog dog Lojor Banten
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat
Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat
Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun
(berbatasan dengan Sukabumi, Bogor, dan Lebak).
Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama
salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga
digunakan angklung karena kaitannya dengan acara
ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh
masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren
Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat
sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya
selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib. Tradisi
penghormatan padi pada masyarakat ini masih
dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang
masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi
mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan
prajurit keraton Pajajaran dalam baresan Pangawinan
(prajurit bertombak).
Kebudayaan Golok Banten
Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun sekaligus
senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara. Hingga saat ini kita juga bisa melihat
golok digunakan sebagai senjata dalam silat. Ukuran, berat, dan bentuknya bervariasi
tergantung dari pandai besi yang membuatnya. Golok memiliki bentuk yang hampir
serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan
sering digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon. Golok biasanya dibuat
dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada pisau besar lainnya di dunia. Ini
membuatnya mudah untuk diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering.
Kebudayaan Rumah Adat Baduy
Rumah adatnya adalah rumah
panggung yang beratapkan daun atap
dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu
bambu yang dibelah-belah. Sedangkan
dindingnya terbuat dari bilik (gedek).
Untuk penyangga rumah panggung
adalah batu yang sudah dibuat
sedemikian rupa berbentuk balok yang
ujungnya makin mengecil seperti batu
yang digunakan untuk alas menumbuk
beras. Rumah adat ini masih banyak
ditemukan di daerah yang dihuni oleh
orangKanekes atau disebut juga orang
Baduy.
Kebudayaan Suku Baduy

Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten
Lebak, Banten.
Kepercayaan Suku Baduy atau masyarakat kanekes sendiri sering disebut dengan Sunda Wiwitan yang
berdasarkan pada pemujaan nenek moyang (animisme) Objek kepercayaan terpenting bagi
masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral.
Mata pencaharian masyarakat Baduy adalah bertani dan menjual buah-buahan yang mereka
dapatkan dari hutan. Selain itu Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat
Kanekes secara rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan setahun sekali dengan
mengantarkan hasil bumi kepada penguasa setempat yaitu Gubernur Banten. Dari hal tersebut
terciptanya interaksi yang erat antara masyarakat Baduy dan penduduk luar
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai