Anda di halaman 1dari 11

STUDI KEBANTENAN

SEJARAH RUNTUHNYA
KERAJAAN BANTEN
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Banten merupakan salah satu tempat berdirinya suatu kerajaan

K E S U LTA N A N besar Islam di Nusantara. Munculnya Kesultanan Banten ini


diawali dari datangnya Syarif Hidayatullah ke Banten untuk
melakukan penyebaran Islam, hingga kemudian dia
melakukan pernikahan pada 1457 M dengan adik dari bupati
BANTEN Banten yaitu Nyai Kawanganten yang menghasilkan dua anak
bernama Ratu Winaon dan Pangeran Hassanudin.
1552 - 1813
Pangeran Hassanudin inilah yang kemudian mendirikan
kerajaan Islam Banten dan menjadi Sultan pertama Banten
yang memerintah mulai tahun 1552-1570.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2021


SILSILAH RAJA BANTEN HINGGA MASA

S U LTA N M A U L A N A
K E H
HASANNUDIN
A N C U R A N
1552-1570

MAULANA YUSUF
1570-1585

MAULANA MUHAMMAD
1585-1596

S U LTA N A B U L M U FA K I
1596-1647

S U LTA N A G E N G T I RTAYA S A
1651-1682

S U LTA N H A J I
1682-1687

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2021


L ATA R B E L A K A N G K E H A N C U R A N
K E S U LTA N A N B A N T E N

Setiap kemajuan pasti akan mengalami kemunduran dan


kelemahan, hal ini seperti kesultanan Banten yang mengalami
kemunduran akibat konflik politik didalam kesultanannya yaitu
perang kekuasaan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan anaknya
yaitu Sultan Haji, dimana dalam konfliknya tidak luput dari
campur tangan VOC yang mengadu domba antara Sultan Haji
dengan Sultan Ageng Tirtayasa.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2021


AWA L M U L A P R O S E S
KEHANCURAN
K E S U LTA N A N B A N T E N

Pada masa berkuasa, Sultan Ageng Tirtayasa sudah memberikan


kemajuan dan kejayaan yang sangat besar bagi Kerajaan Islam Banten.
Selama berkuasa situasi kesultanan Banten baik-baik saja, dan kondisi
politik didalam Istana berjalan dengan sangat baik. Akan tetapi semua
itu mulai berubah saat Sultan Haji menjadi raja muda dari Kesultanan
Banten. Disini mulailah titik kemunduran dan berakhirnya kekuasaan
dari Sultan Ageng Tirtayasa. Dimana kemudian pada tahun 1680
muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten yang memicu Konflik
didalam istana mulai terjadi antara ayah dan anak.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2021
POLITIK DEVIDE ET EMPIRE
Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai orang yang sangat menentang segala
penjajahan dan sangat anti pada VOC Belanda, sehingga semasa kekuasaannya
ia kerap berusaha menyerang VOC. Namun tindakannya ini ternyata kurang
disetujui oleh Sultan Haji sebagai Raja muda Banten saat itu.
VOC yang mengetahui adanya keretakan didalam istana tentu memanfaatkan
kesempatan ini untuk balas dendam dengan melakukan politik Devide Et
Empire, yaitu politik memecah belah dan menaklukan yang kerap diterapkan
penjajah Belanda. VOC mulai melakukan strateginya dengan membantu Sultan
Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtyasa , dimana bantuan ini
didapatkan sultan haji setelah menyetujui beberapa persyaratan yang dibuat VOC.
Tentunya bantuan dari pihak VOC ini kemudian membuat perang saudara semakin
tidak dapat dihentikan.
PERSYARATAN YANG DISETUJUI
SULTAN HAJI DEMI MENDAPAT
DUKUNGAN VOC

• Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC.


• Monopoli lada di Banten di pegang oleh VOC dan harus
menyingkirkan Persia, Cina, India karena mereka saingannya
Belanda.
• Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji.
• Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman
priyangan segera ditarik kembali.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


M U N D U R N YA S U LTA N A G E N G T I R TAYA S A
Selain mendapatkan bantuan dari VOC, untuk memperkuat posisinya tahun 1682 Sultan
Haji pun sempat mengirimkan utusannya ke Inggris untuk menemui Raja Inggris agar
mendapatkan dukungan dan bantuan persenjataan. Hal inilah yang kemudian membuat
Sultan Ageng Tirtayasa terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang
disebut dengan Tirtayasa atau pedalaman. Di pedalaman ini Sultan Ageng Tirtayasa
bersama pengikut dan kedua anaknya yang lain untuk bersembunyi dan mengatur strategi
guna melawan Sultan Haji dan para antek Belanda nya.

Akan tetapi pada tahun 1862, kediaman Sultan Ageng Tirtayasa di ketahui oleh Sultan
Haji, hingga ia kemudian mengutus 52 orang keluarganya untuk membujuk Sultan Ageng
Tirtayasa agar kembali ke Istana dan mulai menerapkan tipuan muslihat untuk mengepung
iringan Sultan Ageng Tirtayasa yang masih bersembunyi untuk menuju istana dan
menangkapnya. Setelah tertangkanya Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1862, Belanda
mulai berperilaku seenaknya terhadap kesultanan Banten.
M A S A K E K U A S A A N S U LTA N
H Pada
A J Itahun 1684 Sultan Haji yang naik tahta dan berkuasa selalu di
bayang-bayangi oleh Belanda. Belanda mulai menguasai kesultanan
Banten secara perlahan melalui perjanjian atau persyaratan yang sudah
tertera antara Belanda dengan Sultan Haji.
Perjanjian tersebut nyatanya sangat memberatkan dan merugikan
kerajaan Banten, hingga membuat Banten kehilangan kendali atas
perdagangan bebasnya akibat Belanda yang sudah memonopoli
perdagangan di Banten.
Hingga pada akhir masanya, kesultanan banten kian semakin terpuruk
dan saat masa-masa pemerintahan setelah Sultan Haji pun kesultanan
Banten tetap sulit untuk berkembang akibat VOC/Belanda mengatur dan
mengendalikan kekuasaan raja Banten layaknya sebagai boneka yang
membuat kesultanan Banten semakin hancur dan menghilang pada tahun
1813.
KESIMPULAN
Kesultanan Banten Menuju di ambang keruntuhan dan mulai lenyap dari
kejayaannya akibat dari monopoli dan penjajahan yang dilakukan oleh pihak
Belanda. Kehidupan sosial masyarakat Banten pun yang awalnya baik-baik
saja mulai berubah seiring melemahnya kesultanan Banten dan mulai
mengalami penderitaan yang sangat kuat.
Sultan haji harus membayar perang yang ditimbulkannya, rakyat dipaksa
untuk menjual hasil pertaniannya terutama lada dan cengkeh ke pihak VOC
dengan harga sangat murah, dan selama kekuasaan Sultan Haji seolah-olah
hanya sebagai pegawai VOC dan boneka pihak Belanda. Hal ini tentunya
menjadi penyesalan tersendiri dari sultan haji yang sudah berkompromi
dengan Belanda dan menggulingkan ayahnya sendiri dari tahta kerajaan.
Setelah kematian Sultan Haji, VOC inilah yang berperan penuh terhadap
pemilihan kesultanan Banten, hingga secara perlahan kesultanan Banten
menjadi hilang pada tahun 1813 akibat peran VOC yang berkuasa penuh di
Banten.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai