Anda di halaman 1dari 22

WARISAN BERSAMA

BUDAYA TAK BENDA

Aksara dan Naskah Ka Ga Nga,


Dalam perspektif sejarah, secara umum kita
mengenal aksara daerah di Indonesia pada
dasarnya berasal dari India, termasuk
diantaranya aksara Ka Ga Nga. Penyebaran
aksara Ka Ga Nga banyak terdapat di daerah
Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan
Lampung.
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Tabot atau Tabuik, awalnya digunakan oleh


untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali bin
Abi Thalib, namun belakangan, sejak satu
dekade terakhir, selain melaksanakan wasiat
leluhur, upacara ini juga dimaksudkan sebagai
wujud partisipasi masyarakat dalam
pembinaan dan pengembangan budaya daerah
setempat.
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Calung Banyumas dan Jawa Barat, Pada


masa awal penyebaran Islam, seni calung
sering dipadu dengan lengger (le = thole =
sebutan untuk anak laki-laki, dan ngger =
angger = sebutan untuk anak perempuan).
Seni calung digunakan sebagai alat untuk
memanggil atau m
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Rumah Panjang Dayak, Rumah tradisional


masyarakat Dayak. Lamin merupakan
bangunan yang berdiri di atas tiang-tiang
penyangga berupa kayu bulat atau balok.
Konstruksi tiang penyangga ini membentuk
kolong dan merupakan penyangga atau
pendukung lantai dan atap. Bentuk dasar
bangunan empat persegi panjang, bentuk
dasar atap berupa prisma dengan konstruksi
atap pelana
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Karungut, Puisi tradisional suku Dayak Ngaju.


Karungut berasal dari kata karunya yang diambil
dari bahasa Sangiang dan bahasa Sangen/Ngaju
Kuno. Karunya berarti tembang. Puisi tradisional
atau puisi rakyat yang dikenal di Kalimantan
Tengah ini diwariskan oleh nenek moyang
mereka dalam bentuk lagu dan syair yang
disusun sendiri oleh penciptanya, sepanjang tidak
menyimpang dari kaidah yang telah dianggap
baku
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Barappen, Bakar batu merupakan aktifitas


memasak yang dilakukan oleh masayarakat
suku Dani di Papua, dengan menggunakan
media batu yang dipanaskan di api hingga
menjadi berwarna merah kemudian akan
diselipkan bahan-bahan yang akan dimasak
untuk dikonsumsi secara bersama-sama. Bahan
utama yang digunakan adalah daging babi, saat
ini dikembangkan selain babi (ikan, kelinci,
ayam, kambing, dsb.
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Tifa, Alat musik perkusi khas Papua simbol


perdamaian bagi masyarakat Papua tempo
dulu. Bila terjadi perang, para tua adat
membunyikan tifa untuk memanggil wakil dari
kedua pihak berdamai. Kini, tifa lebih
digunakan dalam rituil adat, seperti pesta adat,
perkawinan, menyambut tamu-tamu penting
dan lain-lain. Daerah sebarannya umumnya
dapat ditemui pada provinsi Papua, Papua
Barat, Maluku, dan NTT
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Batik Indonesia, Batik ditetapkan oleh


UNESCO sebagai keseluruhan teknik,
teknologi, serta pengembangan motif dan
budaya terkait. Batik dietapkan sebagai
Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan
yang memiliki nilai-nilai budaya takbenda
terkai ritual yang disimbolkan dalam pola
dan motif sebagai identitas budaya lokal
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Wayang, Wayang ditetapkan sebagai salah


satu Warisan Dunia oleh UNESCO sebagai
Masterpiece of Oral and Intangible Heritage
of Humanity. Wayang berasal dari kata
bayang yang berasal dari zaman prasejarah
sebagai ritual untuk memanggil roh orang
yang meninggal. Ada beberapa jenis Wayang
menurut bahan pembuatannya antara lain
Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang Orang,
dan Wayang Rumput.
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Sekaten,
Adalah suatu upacara ritual yang terkenal di
Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta yang
diselenggarakan setiap tahun sekali, yaitu pada
saat menjelang peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Sekaten dilakukan selama
satu minggu, yaitu sejak 5 Rabiulawal. Tujuan
sekaten adalah untuk memperingati hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW
WARISAN BERSAMA
BUDAYA TAK BENDA

Pawukon, merupakan horoskop atau sistem


kalender yang mempunyai waktu terukur dan asli
budaya Nusantara yang dikenal hampir diseluruh
wilayah Nusantara. Rotasi perubahan pawukon
terjadi dalam waktu 7 hari (satu minggu, dari
redite/minggu sampai tumpak/sabtu). Pawukon
bersandar pada konsep Astronomi dan
membaginya menjadi 30 wuku. Tiap wuku
bergeser tiap 7 hari sehingga dalam satu rotasi
wuku terdiri dari 210 hari (7 hari x 30 wuku).

Anda mungkin juga menyukai