ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji makna sosiokultural paribasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong di Bali,
lakon Kalung Berlian. Masalah yang dibahas meliputi jenis paribasa Bali dan makna sosiokultural
paribasa Bali bertujuan untuk mendeskripsikan jenis paribasa Bali dan makna sosiokultural. Teori
yang digunakan, yaitu teori sosiolinguistik. Dalam pengumpulan data digunakan metode pengamatan
dan metode wawancara, dibantu dengan teknik catat, teknik rekam, teknik transkripsi, dan terjemahan.
Dalam analisis data digunakan metode deskriptif sinkronis. Untuk penyajian hasil analisis data
digunakan metode formal dan informal, dibantu dengan teknik induktif dan deduktif. Berdasarkan hasil
pembahasan, seni pertunjukan drama gong lakon Kalung Berlian terdapat dua belas jenis paribasa
Bali, yaitu sesonggan, sesenggakan, wewangsalan, sesawangan, bebladbadan, seloka, raos ngempelin,
pepindan, sesimbing, cecangkitan, peparikan, dan sesemon. Jenis-jenis paribasa Bali yang disampaikan
dalam dialog antarpemainnya menyiratkan makna sosiokultural, seperti: perbandingan, perumpamaan,
sindiran, ejekan, pujian, pengharapan, ajakan, merajuk, nasihat, mengecoh lawan bicara, mengolok-
olok lawan bicara, tidak peduli, senda gurau, gundah gulana, rayuan, ketidakpastian, imbauan, dan
pernyataan.
Kata kunci: makna sosiokultural, paribasa Bali, seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian
ABSTRACT
This paper assess the socio-cultural meaning of balinese proverb in the art peformance of drama
musical Diamond Necklace.The problems discussed include what types of balinese proverb found and
the socio-cultural meaning of balinese proverb the aims of this research, namely to describe the types
of balinse proverb and to describe the sociocultural meaning of balinese proverb found in the drama
musical Diamond Necklace.The teory used in in this study is socio-linguistic teory. The observation and
interview method used as the method data collection, supported by notetaking, recording, transcription,
and translation technique. The method of descriptive sinchronized is used in the data analysis. The
formal and informal method is used in presenting the data analysis, supported by inductive and deductive
technique. Based on the result of the discussion, in the art of drama musical peformance Diamond
Necklace found twelve types of balinese proverb namely sesonggan, sesenggakan, wewangsalan,
sesawangan, bebladbadan, seloka, raos ngempelin, pepindan, sesimbing, cecangkitan, peparikan, dan
sesemon.The types of balinese proverb conveyed in the dialog among the character implies a certain
socio-cultural meaning, such as: Comparation, imagery, satire, ridicule, praisal, expectation, invitation,
sulk, counsel, outwit interlocutors, mocks interlocutors, does not matter, joke, despondent, advances,
uncertainity, appeal, and statement.
Keywords: sociocultural meaning, Balinese Proverb, art peformance of drama musical Diamond
Necklace
167
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
168
(Ida Ayu Putu Aridawati) Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong...
pemakainya, tetapi ditentukan oleh unsur-unsur bahan bacaan paribasa Bali. Mendorong niat
alamiah dan faktor-faktor kultural. para peneliti berikutnya dan memudahkan
Drama gong termasuk salah satu jenis seni mereka untuk mendapatkan bahan bacaan
pertunjukan di Bali yang paling muda usianya sebagai pembanding. Dalam usaha untuk
dibandingkan dengan seni pertunjukan yang memperoleh data yang lengkap, digunakan
lain. Namun demikian, kemunculannya sempat dua sumber data, yaitu sumber data lisan dan
menggebrak dan mengagetkan kehidupan seni sumber data tulis. Sumber data tulis penelitian
pertunjukan di Bali. Dalam waktu yang singkat ini adalah transkripsi seni pertunjukan drama
seni pertunjukan ini telah mampu menguasai gong lakon Kalung Berlian. Sumber data
Pulau Bali (Ranuara, 1979). Drama gong yang lisan penelitian ini adalah para pelaku atau
lahir sekitar tahun 1966 oleh penciptanya pemain yang terlibat dalam seni pertunjukan
Anak Agung Gede Raka Payadnya dari Desa drama gong lakon Kalung Berlian. Pemilihan
Abianbase, Gianyar, disebut sebagai bentuk informan-informan tersebut dilakukan dengan
gabungan antara sendratari, sandiwara, arja, cara purposif sampling yaitu berdasarkan atas
dan prembon. Dengan demikian, bentuk seni ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang
pertunjukan ini jelas merupakan perpaduan mempunyai sangkut paut yang erat dengan
antara seni tradisional Bali dan moderen. Unsur ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah
moderennya terlihat dari tata dekorasinya, diketahui sebelumnya (Hadi, 1983:82).
penggunaan sound effect, acting maupun tata Penelitian mengenai makna sosiokultural
busananya. Oleh penciptanya, semula bentuk paribasa Bali dalam seni pertunjukan drama
ini diberi nama drama klasik. Alasannya, gong lakon Kalung Berlian menggunakan
karena unsur-unsur tradisional yang dijadikan teori sosiolinguistik. Linguistik adalah ilmu
landasan merupakan unsur-unsur klasik. yang mempelajari bahasa atau membicarakan
Namun, beberapa bulan kemudian I Gusti bahasa khususnya unsur-unsur bahasa.
Bagus Nyoman Panji menyarankan agar Jadi sosiolinguistik merupakan studi atau
drama yang baru lahir ini disebut drama gong. pembahasan bahasa sehubungan dengan
Alasannya, karena drama ini menggunakan penutur bahasa sebagai anggota masyarakat
gong sebagai ilustrasinya. Hasil penelitian ini (Nababan, 1984:2). Di dalam pandangan
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sosiolinguistik, bahasa dapat dipandang
generasi penerus yang akan mewarisi nilai- sebagai sistem abstrak yang tersusun, dipunyai
nilai luhur kebudayaan Bali. oleh semua anggota kelompok penutur yang
Berdasarkan latar belakang di atas, penampilannya dapat diamati sebagai tindak
ditentukan masalah yang dirumuskan meliputi laku individu. Berdasarkan pemakaian bahasa
jenis paribasa Bali yang terdapat dalam seni akan diketahui struktur masyarakat penuturnya,
pertunjukan drama gong lakon Kalung Berlian. norma yang ada serta nilai yang hidup pada
Makna sosiokultural paribasa Bali dalam masyarakat tersebut.
seni pertunjukan drama gong lakon Kalung Bahasa memegang peranan yang penting
Berlian. Tujuan khusus penelitian ini, yaitu dalam kehidupan manusia (masyarakat)
(1) mendeskripsikan jenis paribasa Bali yang karena bahasa merupakan cermin kepribadian
terdapat dalam seni pertunjukan drama gong individu penuturnya. Kegiatan berbahasa ini
lakon Kalung Berlian, dan (2) mendeskripsikan begitu mendasar sehingga jarang disadari
makna sosiokultural paribasa Bali dalam seni oleh penuturnya. Penelitian ini juga mengacu
pertunjukan drama gong lakon Kalung Berlian. pada repertoir verbal (verbal repertoire) yaitu
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk keseluruhan, kesiapan, kemampuan, dan
menambah khazanah penelitian yang pernah keterlibatan seseorang untuk berkomunikasi
dilakukan sebelumnya dan dapat memperkaya dengan orang lain lewat bahasa dan ragam
169
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
bahasa dengan berbagai pihak dalam berbagai yakni metode dan teknik pengumpulan data,
situasi dan topik pembicaraan (Fishman, metode dan teknik analisis data, metode dan
1972:3-4). Komunikasi yang dilakukan teknik penyajian hasil analisis data. Dalam
seseorang harus disiapkan lebih dahulu, pengumpulan data dipergunakan metode pe
dalam hal ini harus memperhatikan latar, ngamatan (observasi) dan metode wawancara.
topik pembicaraan, dan dengan siapa topik Pengamatan maksudnya mengamati secara
pembicaraan itu dibicarakan. langsung objek yang akan diteliti (Hadi,
Secara umum bahasa dinilai sebagai alat 1983:136), sedangkan yang dimaksud dengan
komunikasi yang paling praktis dan efektif wawancara adalah suatu cara yang digunakan
namun sebenarnya bahasa memiliki fungsi- untuk mendapatkan keterangan secara lisan
fungsi yang lebih penting lagi yaitu fungsi dari informan dengan bercakap-cakap langsung
ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi berhadapan mata (Koentjaraningrat, 1983: 129).
tekstual (Halliday, 1979: 12-13). Halliday Dalam pelaksanaannya kedua metode tersebut
membedakan fungsi-fungsi tersebut secara dibantu dengan teknik pencatatan langsung,
jelas. Bahasa berfungsi ideasional karena teknik rekam, transkripsi, dan terjemahan. Cara
bahasa mencerminkan, mengungkapkan pencatatan langsung dalam suatu wawancara
pikiran-pikiran, cita-cita, pemahaman dan adalah cara tebaik untuk memelihara keabsahan
intelektualitas seseorang. Perasaan seseorang data wawancara (Koenjaraningrat, 1983:151).
dapat diamati melalui tutur bahasanya. Fungsi Analisis data dipergunakan metode deskriptif
interpersonal adalah fungsi yang digunakan sinkronis, yakni menelaah bahasa secara
untuk membuat dan menjaga hubungan sosial objektif (sesuai dengan data yang diperoleh di
dan antarpribadi karena fungsi ini merupakan lapangan), sehingga merupakan bentuk tulisan
pengelolaan interaksi. Melalui bahasa yang bertalian dengan usaha penulis untuk
seseorang dapat mengungkapkan perasaannya melukiskan sebuah rincian dari objek yang
kepada orang lain. Fungsi tekstual adalah sedang dibicarakan atau memberikan data
peranan bahasa yang tertuang dalam satuan secara objektif. Sinkronis adalah penyelidikan
wicara, kosa kata, dan tata bahasa. Fungsi yang memusatkan perhatian kepada masalah-
tersebut berhubungan dengan tata kehidupan masalah bahasa sebagaimana terdapat pada
sosio budaya suatu masyarakat suatu bahasa. suatu saat tertentu. Penelitian ini berusaha
Fungsi tekstual ini akan tergambar dalam memerikan makna sosiokultural paribasa Bali
wacana dalam masyarakat pendukung suatu dalam seni pertunjukan drama gong lakon
bahasa yang memiliki derajat kekayaan Kalung Berlian berdasarkan data masa kini
sosial dan pengetahuan yang tinggi. Adapun tanpa memperhatikan perkembangan bahasa
hubungan ketiga fungsi bahasa tersebut sebelumnya (Keraf, 1982:93). Dalam penyajian
dapat digambarkan bahwa seseorang dapat hasil analisis data dipergunakan metode formal
mengemukakan pikiran atau ide yang ada dalam dan informal dibantu teknik induktif yaitu
dirinya melalui bahasa (fungsi ideasional) lewat beranjak dari fakta-fakta yang khusus, dari
tutur bahasa yang baik dan mudah dipahami data-data yang kongkrit, kemudian menarik
demi terjalinnya hubungan sosial seperti generalisasi-generalisasi yang bersifat umum
yang diharapkan, hubungan antarpribadi akan (Hadi, 1983:42). Di samping itu, dilengkapi
terjaga (fungsi interpersonal). Setelah ide atau pula dengan teknik deduktif yaitu beranjak
pikiran disampaikan, hubungan sosial terjalin dari fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian
maka akan diketahui latar belakang kehidupan menarik generalisasi-generalisasi yang bersifat
seseorang (fungsi tekstual). khusus.
Metode dan teknik dalam penelitian
ini dibedakan menjadi tiga tahapan kerja,
170
(Ida Ayu Putu Aridawati) Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong...
171
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
172
(Ida Ayu Putu Aridawati) Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong...
yaitu suatu keadaan mengambang tanpa ada sahasa mageres, dini lantas jani kal kudiang,
suatu kepastian/tanpa tujuan. I Dewa apang pedas, Bli anak kasujatiane
tuara ada keneh bakal jangkep ka lawan I
Dialog 7 Dewa.
Raja Muda Mataum : Beneh, pang ci nawang, Galuh Pajarakan : Yaih, niki dong pocol tiang
gelah prabu uli Mataum, kewala jani suba meriki ka Kauripan, mapan i aji agung
kaangkat, kadarma putra ditu di Kauripan, nganikain tiang mriki, nikaanga sayuakti
gelah ane nyengcengang jagat Koripane, seneng ring pasikian tiang, dadodsne
teke mai lakar ngopin panak caine nyuksuk, nguluk-nguluk tiang, sangauk a grobag,
saget jeg kaplaibang ajak muani lenan, mauk buin bobab bekenten i aji agung.
turin jek lepas cai, ne Duagung uli Mataum
buka bedake suginin ajak Luh Madu Sari. Pada dialog 8 ditemukan data sengauk
Bapa : Cokor I Dewa Sang Nataratu saking a grobag, mauk buin bobab yang menyatakan
Jagat Mataum, sakewanten mangkin makna sindiran, ejekan tentang seseorang yang
wenten magenah ring Kauripan, mangkin berbuat bohong.
titiang parekane tua niki matur ke Koripan
mangda Cokor I Dewa nedunin nyarengin Dialog 9
pianak titiang nyuksuk. Raja Muda Kauripan : Ci jek prawadan dogen
dadi jeleme, Tar…Tar nang iwasin
Data buka bedake suginin ‘bagaikan orang (Purna Wijaya) : Yen gelah mesanding ajak i
haus bercuci muka (dapat menjulur-julurkan adi, to kenken ne Tar
lidah saja) pada dialog 7 menyiratkan makna Galuh Pejarakan : Cara apa iyang Tar?
seorang pemuda yang menginginkan atau Bentar : Yen Cokor I Dewa masanding sareng
mencintai seorang gadis, namun ditinggalkan I Raka bengong titiang ngiwasin, jek adung
bersama laki-laki lain. pisan, ida rakan Cokor I Dewa ida anak
bagus, Duagung Istri Cokor I Dewa tiing
c) Wewangsalan ampel bukunne liu, jegeg ngontel kutunne
Wewangsalan adalah ejekan atau liu.
sindiran pedas terhadap perbuatan seseorang.
Wewangsalan dibangun oleh dua kalimat. Data tiing ampel bukunne liu, jegeg
Kalimat pertama merupakan sampiran atau ngontel kutunne liu ‘buluh ampel bukunya
isi hati yang mengucapkan, tapi maknanya banyak, cantik lampai kutunya banyak’ pada
masih tersembunyi. Kalimat kedua merupakan dialog 9 menyiratkan makna sindiran, ejekan
arti dari kalimat pertama (yang menjelaskan seseorang yang memiliki wajah sangat cantik,
kalimat pertama). Wewangsalan yang terselip namun mempunyai banyak kutu.
dalam dialog para pemain drama gong Kalung
Berlian menyiratkan satu makna tertentu. Dialog 10
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh data Bentir : Yee….ne ane istri dogen ada kayun
di bawah ini. ane lanang sing, nyak cara wewangsalanne
Tar, uled sutra di Sidemen, biu kayu lebeng
Dialog 8 magoreng, Duagung Putra tusing senang,
Raja Muda Kauripan : Adi, sujatine I Dewa wireh Duagung Ayu jitne koreng.
anak ka uluk-uluk ne, dini suba tuna Bentar : Peh, Duagung Ayu orahanga jitne
pangrasan I Dewane dadi anak bajang, koreng nyanan payu ngeling.
tonden sumeken baon I Dewa nyen ane
lakar ajak I Dewa jangkep I Dewa jek suba
173
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
Wewangsalan uled sutra di sidemen, Dolar: Truk, nang tlektekang amonto orahange
biu kayu lebeng magoreng, Duagung Putra jegeg, rabun ladne penyingakane ida
tusing senang, wireh duagung ayu jitne koreng duagung putra, nah pang ida seneng
‘ulat sutra di Sidemen pisang kayu matang orahang gen ba jegeg Truk.
digoreng, Duagung Putra tidak senang, karena Petruk : Nggih jegeg, kewale kenten preraine
Duagung Ayu pantatnya borok/koreng’ dalam burik kadi umah nyawan.
dialog 10 menyiratkan makna sindiran, ejekan
jika seorang laki-laki tidak menyukai seorang Sesawangan preraine burik kadi umah
perempuan karena pantatnya borok/korengan. nyawan ‘mukanya burik, bopeng bagaikan
sarang lebah’ yang terselip dalam dialog 12
Dialog 11 menyiratkan makna perbandingan, ejekan yaitu
Petruk : Eee…apa ya gaena jelemane ene, memperbandingkan wajah seorang wanita yang
nyak ba cocok delem sangut merdah tualen, burik, bopeng dengan sarang lebah.
medem bangun ngamah dogen.
Dolar : Apa orahang ci to, ne…ne…tepuk Dialog 13
ci, tugas ne…tugas, cang nikaina ngae Made Tirta : Tar...Tir...nang iwasin to, dadi
pengumuman pengerab kambe ring ida ada anak luh tetelu dini di tengahing wana.
duagung lingsir. Bentar : Bah, sajan De, ada anak jegeg-jegeg,
pas ba ajak iraga, tetelu, to ane sitengah
Pada dialog 11 ditemukan data paling lena, pamulunne nyandat gading,
wewangsalan delem sangut merdah tualen, muanne nyampuah buka bulan purnamane,
medem bangun ngamah dogen ‘tidur bangun lan De ajaka makenalan.
makan saja’. Data tersebut menyiratkan makan
sindiran, ejekan terhadap seorang pemalas Sesawangan pamulunne nyandat gading,
yang pekerjaannya hanya tidur, bangun, dan muanne nyampuah buka bulan purnamane
makan saja. ‘tubuhnya kuning langsat, wajahnya bulat
bagaikan, bak bulan purnama’. Pada dialog
d) Sesawangan 13 menyiratkan makna perumpamaan, pujian
Sesawangan dalam bahasa Indonesia yaitu kecantikan seorang wanita yang kulitnya
adalah perumpamaan merupakan kata-kata kuning langsat, wajahnya bulat, putih, bersinar
yang mengumpamakan, membandingkan budi seumpama bulan purnama.
pekerti, gerakan, keadaan anggota badan,
ketampanan, kecantikan atau kejelekan dengan e) Bebladbadan
benda, binatang, dan keadaan alam semesta Bebladbadan adalah suatu kalimat
(menyerupai, bagaikan). Sesawangan biasanya yang dipanjang-panjangkan sehingga dapat
menggunakan kata buka, kadi, waluya. luir, melukiskan apa yang dimaksud oleh si
alah, dan amunan. pembicara, misalnya, “medamar di langit”
Sesawangan yang terselip dalam dialog dengan mendengar “damar di langit”, orang
antar pemain drama gong Kalung Berlian teringat, akan bulan. Kata “bulan” inilah
menyiratkan makna sosiokultural. Perhatian kemudian dipanjangkan menjadi bulan-bulanan.
contoh data berikut ini. Jadi kata bulan hanya dipakai batu loncatan
saja untuk menyampaikan maksudnya, dengan
Dialog 12 jalan memberikan imbuhan atau dengan jalan
Raja Muda Mataum : Lar, tumben gelah mengambil persamaan bunyinya. Bebladbadan
nepukin i adi, jegeg i adi sing medaya, dikatakan mempunyai arti sebenarnya
nawang kene sing uli pidan ba alih mai. (arti sejati) dan arti kias (tak sebenarnya).
174
(Ida Ayu Putu Aridawati) Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong...
Kadangkala arti sejati tidak diucapkan karena bisa mapitutur tekening adi-adi, men nyen
dianggap sudah diketahui. orahin bin, pisaga kal welin?
Bladbadan dan makna sosiokultural yang Luh Madu Sari : Mbok Luh dadi sing keto
terdapat dalam seni pertunjukan drama gong langgana teken nak tua, apa buin keto misi
lakon Kalung Berlian dapat diketahui melalui majempong bebek maambul-ambulan.
contoh data di bawah ini.
Kata majempong bebek ‘berjambul itik’
Dialog 14 pada dialog 16 termasuk jenis bladbadan.
Raja Muda Mataum : Saja Adi Ayu, tekan Bli Ucapan jambul hampir sama bunyinya dengan
mai, sing ja ada len Bli nandang jengah, sakit kata ngambul yang bermakna merajuk.
ati Bli... Adi, maketel Bali Bli manyaratang
buka Adi. f) Seloka
Dolar : Sapunika nyen sarat kayunne Ida Seloka juga hampir sama dengan
Duagung Putra, ring Palungguh Cokor I sesonggan. Seloka adalah kiasan kata, yang
Dewa. langsung dibandingkan dengan keadaan benda,
binatang, dan sebagainya, guna menyangkal
Bladbadan maketel Bali, berarti suatu perbuatan atau menasehati seseorang
caratan. Kata caratan diasosiasikan dengan dengan cara halus, tepat, dan jitu sehingga orang
kata nyaratang. Kata nyaratang pada dialog yang dinasehati atau orang yang disangkal itu
14 menyiratkan makna pengharapan, yaitu seketika terlintas kepada maksud dan tujuan isi
seorang laki-laki yang sangat menginginkan, petuah.
menghapkan cinta dari gadis yang dipujanya. Seloka yang terdapat dalam dialog
antarpemain drama gong Kalung Berlian
Dialog 15 memiliki makna sosiokultural sebagai berikut.
Raja Muda Mataum : Sing ja ada len buin ane
sida bakal nyegerang Bli, tuah dini balianne Dialog 17
Adi.Madon jaka ngiring makaronan ajak Bli Luh Cablek : Tiang ba ngresep, ba merasa
dini, Adi. tiang dadi panak paling gedena dini, yen
Petruk : Patut punika Duagung Istri. keneh tiange te pa, bapa pang nawang, yen
pangaptian tiange kenken bet tiange nabnab
Kata madon jaka, makaronan yang terselip adin-adin tiange pang nyak salungslung
dalam dialog 15 termasuk jenis paribasa Bali, sabyaantaka manyama, sakewale to Iluh
yaitu bladbadan. Kata makaronan diambil dari Jepun sing pesan nyak nuutin keneh tiange.
kata ron, yaitu nama daun jaka (enau). Dengan Bapa : Nah, da to sangetanga pesan, ia nak adi
memberi awal ma- dan akhiran -an menjadi paling cenika nak mula keto, nyen paling
makaronan, yang diasosiasikan dengan kata cenika sinah ia paling ngaguna, kanggoang
makurenan ‘bersuami istri’. Data di atas, bena wake gedenan ngalah, tusing ada
menyiratkan makna ajakan seorang pemuda lemete lung, jati nyai Jepun, awak da nyen
kepada gadis pujaannya agar mau menikah sanget iwakanga bene mamunyi, idiang
dengannya. deweke pelih teken mboke
175
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
176
(Ida Ayu Putu Aridawati) Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong...
177
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
Dialog 26 j) Cecangkitan
Raja Muda Kauripan : Nengil malu Adi, Cecangkitan adalah kalimat bermakna
Bli pang sida matandang wirang kapin ganda, digunakan pada saat bersenda gurau.
jelemane uling Matuum, bes liwat pongah Biasanya digunakan untuk mengolok-olok
cai, sing inget kapin paukudan kelaju san teman sepermainan. Cecangkitan yang terdapat
iba malaksana, kanti mlegandang luh Madu dalam seni pertunjukan drama gong lakon
Sari, kaden iba sing bakal ada ngawirangan kalung berlian adalah sebagai berikut.
paukudan ia I Madu Sari, barak bengeh
muan ibane, merasa negakin gedebong, Dialog 28
merasa teken jit belus iba. Petruk : Asal ida medal, jek saru-saru ajaka
Luh Madu Sari : Uduh Bli Made, prasida puikin
bli ngetut tiang mai ke Puri Kauripan, Raja Muda Mataum : Nak ngujang-ngujangan
mabelapati ngawirangang paukudan tiange, jelemene dini? Truk, Lar, kenken ne, saja-
tan kadi-kadi atur suksman tiang marep saja jelema kal dot puik ne, nah jani nyen
kapening bli. nyak suud puik kal bang pipis.
Petruk : Sing perlu, lamun jani bantas sikut
Kata merasa negakin gedebong, merasa pipis tusing kuangan.
teken jit belus ‘merasa menduduki batang
pisang, merasa dengan pantat basah’ dalam Cecangkitan lamun jani bantas sikut pipis
dialog 26 juga termasuk jenis sesimbing. Kata tusing kuangan ‘sekarang jika hanya pengukur
tersebut menyiratkan makna sindiran terhadap uang tidak kurang’ pada dialog 28 bermakna
seseorang yang merasa telah berbuat salah atau mengecoh atau mengolok-olok lawan bicara
tidak baik/benar. bahwa sesungguhnya dia kekurangan uang,
namun ukuran uang tidak kurang.
Dialog 27
Bentir : Sing ja amat-amat liang kenehe lamun Dialog 29
jani, apa ke ngeranayang keto, sing ja ada Dolar : Truk, tawang ci mawanan kambinge
len sasukat ngiring pemargan Ida Duagung gaenanga bada, apang ia tusing kena ujan
Putra, tabik pakulun, apang raga tusing kena angin, apa buin kambinge tusing bani kena
raja pinulah, ane mapustaka Ida Duagung yeh
Gede Purna Wijaya, ida anak wikon, ida Petruk : Jek tegulang dogen pragat suba, dini
anak widagda, len teken mingsikin ida uli tusing ada ujan angin.
Puri Mataum, ngatibangbung, ngreneb Data dini tusing ada ujan angin ‘disini
sakewala puyung. tidak ada hujan angin’ dalam dialog 29 termasuk
Bentar : Saja to Tir, Duagung Gede di Mataum, jenis cecangkitan. Kata tersebut menyiratkan
yen orahang srendeng-srendeng nak tegteg, makna mengolok-olok atau mengecoh lawan
yeh orahang tegteg nak misi mase bedik. bicara, yaitu disini tidak ada hujan angin, yang
ada hujan air.
Kata ngatibangbung, ngreneb sakewala
puyung ‘berkilau tetapi kosong/tidak berisi’ Dialog 30
dalam dialog 27 termasuk jenis sesimbing. Dolar : Beh bakat bana teken I Petruk, aaa….
Kata tersebut menyiratkan makna sindiran ujan angin mula sing ada, ujan yeh mara
terhadap seseorang yang penampilan luarnya ada, nah jani cang men ngorahin ci, batune
saja berkilau/mentereng, tetapi sesungguhnya culik-culik bisa makeber.
tidak berisi, kosong, tidak berkemampuan. Petruk : Maluan tawang canang layon cine
lar, ci balas dendam ne, sing ada batu bisa
makeber.
178
(Ida Ayu Putu Aridawati) Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong...
179
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
Pada dialog 34 ditemukan data peparikan makna rayuan dan senda gurau, yakni rayuan
sok wek pedemin cicing, lelawahe kena tapis, seorang pria kepada pujaan hati dengan iming-
nyaka jelek nyaka tusing ngulaha maan pipis iming sebuah honda.
‘bakul robek ditiduri anjing, kelelawar kena
jaring, ‘biar jelek biar tidak, asalkan dapat Dialog 37
uang’. Data tersebut menyiratkan makna Made Tirta : Anak ngudiang ne royo ajak
tidak peduli dan senda gurau, yaitu seorang amone.
perempuan yang tidak peduli dikatakan jelek Bentar : I Made Tirta gen sing maan ngerayu
yang penting mendapat uang (disampaikan Luh Madu Sari, nah jani tulungina men
sambil bersenda gurau). ngerayu
Bentar dan Bentir : Taluh-taluh lindung be
Dialog 35 sudang aji duang keteng, tuyuh-tuyuh
Bentar : Nasi anget mewadah piring, basa nganggur buin pidan lakar nganten
liu mawadah ingka, bilang inget mekita
ngeling, masa iluh nyagjag teka Kata-kata taluh-taluh lindung be sudang
Luh Cablek : Aduh….pedalem tiang Bli Bentar, aji duang keteng, tuyuh-tuyuh nganggur, buin
sujatine nyen ingetang Bli kanti mekita pidan lakar nganten’ telor-telor belut ikan
ngeling Bli? sudang seharga dua keteng, lelah bertandang
Bentar : Anu Luh….tusing ja ade len tuwah kapan akan menikah’ dalam dialog 37 termasuk
Iluh ane merawat-rawat di mata. jenis peparikan. Data di atas bermakna rayuan
dan ketidakpastian, yaitu pernyataan seorang
Pada dialog 35 ditemukan data peparikan pemuda bahwa dia telah lelah bertandang
nasi anget mawadah piring, basa liu mawadah tanpa kepastian dari pujaan hati kapan akan
ingka, bilang inget mekita ngeling, masa iluh menikah.
nyagjag teka ‘nasi hangat beralaskan piring,
bumbu banyak beralaskan ingka, setiap ingat l) Sesemon
ingin menangis, terasa iluh datang mendekat’. Sesemon hampir sama dengan sesimbing,
Data tersebut menyiratkan makna hati yang tetapi sesemon lebih halus dan menghanyutkan.
gundah gulana, jika terkenang terasa sedih Sesemon ada yang berbentuk gancaran dan ada
ingin menangis, seakan gadis pujaan hati yang berbentuk tembang.
datang mendekat. Sesemon yang terselip dalam dialog
antarpemain seni pertunjukan drama gong lakon
Dialog 36 Kalung Berlian memiliki makna sosiokultural,
Bentir : Mara I Bentar ngerayu I luh Cablek, Perhatikan contoh data berikut ini.
jani cang kal ngerayu I Luh Jepun, balang
minyak kena tali, meli timbul carang gonda, Dialog 38
lamun enyak teken Bli, Bli sanggup meliang Patih Agung : Sapunapi Ratu Duagung
onda. sampun prasida antuk. Pengaptian titiange
Luh Jepun : Kal kudiang negakin onda kene di taler ajung Palungguh Cokor I Dewa irika
alase ring jagat Pajarakan Cokor I dewa polih
nyengcengang jagat Kauripane.
Pada dialog 36 terdapat data balang Galuh Pajarakan : Sampune ento nak sampun
minyak kena tali, meli timbul carang gonda, ngudiang. Jek elah dogen keneh pamane. To
lamun enyak teken bli, bli sanggup meliang mawinan mawali-wali kedek pamane, apa
onda. ‘ jika mau dengan kakak, kakak sanggup to kakedekang sanget pesan.
membelikan honda’ data tersebut menyiratkan Patih Agung : Palungguh Cokor I Dewa nenten
ja eling. Punapi patapan ipun isang lelipi,
180
(Ida Ayu Putu Aridawati) Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong...
ritatkala ipun jagi ngelesang lumungsungan nerawang tur tusing seleg ngudiang, nak
ipun, wenten ring sastra maosang ana kenken ne Luh?
puwa sire wenang ning alaken kroda maka Luh Madu Sari : Bapa, jek kene dogen bane
sedananing kesama maka kramaning narka sebeng tiange, kaden biasa ibi puan
lumungsungan ipun, kaden asapunika… amoncen dogen sebeng tiange Pa.
ha… ha….ha. Bapak : Nah kapi ja Bapa tua, raya kene kaden
sing kena ban Bapa nyidra, nah kewala kene
Sesemon dalam dialog 38 diatas, yen Bapa nak sing nombaang nyen Cening
mengandung makna sindiran, imbauan, dan bakal ngalih gegelan, care mededagangane
nasihat, bahwa untuk menutupi maksud mula Bapa ngelah dagangan pang nyak
yang tidak baik, seseorang diharapkan payu, riwekas, kewala pang nyak manut
melepaskan tabiatnya yang asli, mengubahnya aji, nah kewala yen suba nyen sangkaning
menjadi prilaku yang baik, rendah hati, rahayu keneh Cening pada luung, nak ne
mudah memaafkan, tidak mudah marah agar mula kal saratang Bapa, kewala suba madan
mendapatkan simpati di tempat yang baru. asin yen suba madan asah, yen suba nyen
Cening madan asin ngalapang nak muani,
Dialog 39 riwekas pang ada petarin Cening tapening
Patih Anom : Yen ketoang Bli sing mabalik bapa pang keles dogen uling telapakan
dadi wicarane, napi mawinan, Bli mula liman Bapa, nak ne mula buatang Bapa
kasub buat kaduegan Bline, yen titiang Ning, apin ja Bapa tua belog anggon Cening
enu belogan sanget teken ukudan Beline, rerama, ajinin nyen kabelogan Bapane.
sawireh Bli dini di jagate anggen titiang
suluh Bli anggen titiang titi, anggen titiang Sasemon yang terdapat pada dialog 40
sundih ritatkala titiang kapetengan. menyiratkan makna sindiran, imbauan, dan
Patih Agung : Nang eda ketoange, percuma harapan seorang ayah yang menyadari anaknya
lakar titine yen suba bubukan, suba royod sedang jatuh cinta, tentu saja hal itu membuat
ring tengah Adi majalan, elung titine ayahnya bahagia dan bangga karena memang
mapuara ulung kapangkunge, katukade, itulah tujuannya, agar anaknya menemukan
yen lakar anggon sundih, lengisne enyat, jodoh yang cocok dan serasi. Jika nanti
sedeng iteh majalan di petenge, lakar mati benar-benar berjodoh beritahukan ayah untuk
ulian telah lengisne. memberi doa restu melepasmu kepelaminan.
Walau tua dan bodoh hargai ayah sebagai orang
Sesemon dalam dialog 39 mengandung tua.
makna sindiran, pernyataan seorang adik
kepada kakaknya, bahwa kakaknya adalah C. PENUTUP
seorang yang tersohor kepandainnya, penuntun, Paribasa Bali adalah bahasa kias yang
penerang di saat kegelapan. Kakaknya dipakai sebagai sarana untuk mengeluarkan
menyangkal, bahwa dia tidak seperti dulu lagi, isi hati atau pikiran yang dikaitkan dengan
segala kemampuannya dirasa sudah rapuh, norma-norma yang hidup dan berkembang
semakin menghilang karena termakan usia. dalam masyarakat Bali dengan perbandingan,
perumpamaan, sindiran, mengenai keadaan
Dialog 40 (alam, benda, binatang), dengan tingkah
Bapak : Luh Madu Sari, kena baan Bapa laku manusia. Paribasa Bali dalam seni
ngarga uli semita uli sebeng luhe, mekad I pertunjukan drama gong di Bali diselipkan
Made Tirta rasa jelek san sebeng luhe care dalam dialog antarpemain melalui guyonan,
bungan pucuke kucek, layu dudus nerawang- senda gurau,ejekan, celaan, hardikan, cumbuan,
181
Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182)
182