Anda di halaman 1dari 11

JENIS TINDAK TUTUR, MAKNA DAN FUNGSI LIRIK INDANG

DI NAGARI MUARO PANEH KECAMATAN BUKIT SUNDI


KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

Fadly AS
(STES Manna wa Salwa, fadlyahmad.sayadi@yahoo.com)
Abstrak

Penulisan tesis ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi bentuk


lingual dalam lirik indang di nagari Muaro paneh. Studi ini juga dimaksudkan untuk
menggali makna serta menentukan fungsi lirik indang di nagari Muaro Paneh.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan observasi langsung
sebagai metode pengumpulan data. Data penelitian ini diambil dari naskah kumpulan
lirik indang di nagari Muaro Paneh. Metode analisis menggunakan teori jenis tindak
tutur Wijana, dan menggunakan 7 tipe makna dan 5 fungsi bahasa menurut Leech.
Jenis tindak tutur yang ditemukan adalah tindak tutur langsung literal, tindak tutur
langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur tidak
langsung tidak literal. Tindak tutur langsung tidak literal merupakan jenis yang paling
dominan. Setelah menganalisis data ditemukan 5 tipe makna dan memilki 5 fungsi
bahasa. Tipe makna konseptual, konotatif, sosial, dan afektif serta makna reflektif
yang ditemukan dalam lirik indang di Muaro Paneh. Fungsi informasional, ekspresif,
direktif dan estetik serta fungsi fatik merupakan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh
lirik indang. Sebagian besar lirik indang berbentuk tidak literal. Bak alang-alang tak
babingkai ‘seperti layang-layang tidak memilki bingkai’ penggalan lirik tersebut
memilki makna orang yang tidak punya pendirian. Penggalan lirik tersebut
mengandung makna konotatasi negatif dan memilki fungsi direktif. Jadi lirik indang
nagari Muaro Paneh merupakan sebuah kontrol sosial dalam masyarakat.
.
Kata Kunci: Tindak tutur, makna, fungsi, lirik indang.

Copyright © 2019, El-Kahfi Journal of Islamic Economic


Print ISSN:………………, Online ISSN: ………………..
TYPE OF SPEECH ACT, MEAN AND FUNCTION OF INDANG LYRICS IN
MUARO PANEH VILLAGE, BUKIT SUNDI SUBDISDRICT,
SOLOK DISTRICT, WEST SUMATERA PROVINCE

Abstract
The writing of this thesis aims to know and identify the lingual form indang lyrics in
Muaro Paneh village. This study is also intended to explore meaning and determining
the function of lyrical indang in Muaro Paneh. This research is qualitative research
and use direct observation as data collection method. This research data is taken
from the indang manuscript lyric texts in Muaro Paneh. The analytical method uses
the theory of speech acts Wijana, and uses 7 types of meaning and 5 language
functions according to Leech. The types of speech acts found are literal direct speech
acts, direct speech acts are not literal, indirect speech acts are not literal and indirect
speech is not literal. Direct speech is not literal is the most dominant type. After
analyzing the data found 5 types of meaning and have 5 language functions. The
types of conceptual, connotative, social, and affective meanings and reflective
meanings found in Muaro Paneh's lyrics. Informational, expressive, directive and
aesthetic functions and fatigue functions are functions possessed by indang lyrics.
Most of the lyrics are not literal. Bak alang-alang tak babingkai ‘like a kite does not
have a frame’, fragments of the lyrics have the meaning of people who do not have a
stand. The lyrical fragment contains the meaning of negative connotation and has a
directive function. So indang lyrics of Muaro Paneh is a social control in society.
.
Keywords: Speech act, meaning, Pariaman (Ediwar, 1999:78). Indang
function, lyric indang.PENDAHULUAN merupakan kesenian yang digunakan
Indang merupakan salah satu sebagai media menyiarkan agama Islam,
pertunjukkan sastra lisan di Minangkabau seperti yang yang dilakukan oleh para wali
dalam jenis dendangan dengan instrumen dalam menyiarkan agama Islam di pulau
pengiring rapa’i (sejenis rebana kecil). Jawa (Efrida, 2012:1). Asril dalam
Rapa’i dipegang dan ditabuh oleh seluruh Nurmalena dan Rustiyanti (2014:251) juga
anak indang (Amir dkk, 2006:99). Senada mengemukakan kesenian indang
dengan pendapat Suwardi 59 tahun digunakan sebagai sarana pengembangan
seorang pemain indang senior nagari ajaran agama Islam oleh ulama-ulama dan
Muaro Paneh, indang adalah gabungan guru-guru agama di surau.
antara seni tari, seni musik dan seni Lebih jauh lagi, dapat dikatakan
tuturan. Secara etimologis kata indang bahwa unsur-unsur yang ada dalam lirik
memiliki arti nyiru yaitu sebuah alat indang sekarang telah bercampur
rumah tangga yang berjenis bundar atau (wawancara, Suwardi 05 Mei 2017). Lirik
bujur sangkar, dibuat dari bambu yang di indang telah mengalami penggabungan
anyam dan digunakan untuk menampi dari segi muatannya, unsur religi
beras dan lain-lain (Kamus Bahasa bergabung dengan unsur lain sesuai
Minangkabau - Bahasa Indonesia, dengan perkembangan masyarakatnya.
2009:286). Lirik indang pada awalnya hanya memuat
Indang sebagai alat rumah tangga nilai-nilai yang berkaitan dengan ajaran
digunakan untuk memisahkan antara antah Islam, namun pada perkembangannya lirik
dengan beras. Beras yang telah dipisahkan indang mulai memuat unsur lain seperti
dari antah akan dimasak dan antah unsur budaya. Selanjutnya, kesenian
dijadikan makanan untuk ternak. Fungsi indang berubah sebagai media hiburan
beras berbeda dengan fungsi antah dalam yang ditampilkan pada acara pesta
rumah tangga. Keduannya sama memiliki perkawinan, perpisahan, dan sebagainya
manfaat, tetapi cara manfaatkannya (Jastar dalam Nurmalena dan Rustiyanti,
berbeda satu sama lain. Begitu juga halnya 2014:250).
dengan indang sebagai sebuah Indang di Minangkabau
pertunjukkan. Tuturan dalam pertunjukkan berdasarkan sejarahnya tumbuh dan
indang banyak menggunakan kata-kata berkembang di daerah Pariaman. Lebih
kiasan. Cara memahami kata-kata kiasan tepatnya indang tumbuh dan berkembang
berbeda dengan cara memehami kata-kata di surau Tanjung Medan kenagarian
biasa. Agar dapat memahami maknanya, Ulakan. Adalah Dalin Na’aman yang
tuturan tersebut harus dipilah. Pada pernah belajar di Aceh juga mempelajari
dasarnya Indang sebagai alat rumah kesenian Aceh. Dia memcoba
tangga dan indang sebagai sebuah menggabungkan kesenian Aceh dengan
pertunjukan sama-sama menjalakan proses adat Minangkabau yang diberi nama
memilah. Namun perbedaan terletak pada indang (Kartodirjo dalam Ediwar,
apa yang dipilahnya. Kata indang dan 1999:84). Kesenian indang terus
pertunjukan dapat dilihat hubungan bekembang dan meluas ke daerah lain di
asosiatif antara menampi beras dengan Sumatera Barat. Menurut Syailendra
memilih dan menyeleksi kata-kata kiasan dalam Septoni (2014:44) selain di
dengan kata-kata biasa. kabupaten Padang Pariaman, kesenian
Jenis penyajian indang indang dapat dijumpai di daerah
ditampilkan berkelompok sambil duduk kabupaten Solok, kabupaten 50 kota,
bersila sambil menyanyikan riwayat nabi, Pariangan, Padang Panjang, kabupaten
sifat Allah SWT dan memukul alat musik Tanah Datar, dan daerah lainnya di
seperti rebana yang berukuran kecil, Sumatera Barat. Menurut Amir, indang
dengan perlahan cara seperti ini tersebar di beberapa nagari di Solok,
berkembang di surau-surau di daerah seperti yang dapat ditemui di nagari
Cupak, Gantuang Ciri, Muaro Paneh dan perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
Jaw-Jawi (2006:86). Berbasis pernyataan secara holistik dan dengan cara deskripsi
Syilendra dan Amir tersebut keberadaan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
indang di kabupaten Solok sudah lama suatu konteks khusus yang alamiah dan
hadir dalam masyarakatnya. Di sisi lain dengan memanfaatkan berbagai metode
indang di kabupaten Solok belum banyak alamiah. Menurut Sudaryanto (1993:62)
diteliti budayawan Sumatera Barat. deskriptif itu menyarankan yang dilakukan
Kesenian indang hidup di tengah hanya semata-mata berdasar kepada fakta
masyarakat kabupaten Solok. Penyebaran yang ada atau fenomena yang secara
kesenian indang di kabupaten Solok tidak empiris hidup pada penutur-penuturnya,
merata, hal ini terlihat dari daerah yang sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat
memiliki kesenian indang di kabupaten berupa perian bahasa yang biasa dikatakan
Solok. Kesenian indang di kabupaten sifatnya seperti potret, paparan seperti
Solok salah satunya berkembang di nagari adanya.
Muaro Paneh. Indang di Kabupaten Solok Penelitian ini menganalisis
dibawa oleh Syekh Abdul Qadir dan LINMP, Kecamatan Bukit Sundi
Buyuang Rasyid mengiringi Kabupaten Solok. Dalam penelitian ini
berkembangnya Islam di kabupaten Solok. peneliti menggunakan pendekatan
Umar Bandaro Itam telah berhasil kualitatif yang bersifat deskriptif. Maleong
menghidupkan kesenian indang dalam (2006:6) menyatakan penelitian kualitatif
masyarakat nagari Muaro Paneh sekitar adalah penelitian yang bermaksud untuk
tahun 1950-an. (Wawancara dengan memahami fenomena tentang apa yang
Suwardi 05 Mei 2017) dialami oleh subjek penelitian.
Kesenian indang pernah
berkembang di nagari Muaro Paneh, tetapi
keberadaannya sekarang di tengah HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat mulai dilupakan. Kaum muda Dalam prakteknya, indang di nagari
kurang tertarik untuk mempelajari Muaro Paneh merupakan sebuah monolog.
kesenian indang nagari Muaro Paneh. Jika Anggota indang menuturkan lirik indang
keadaan ini terus berlangsung, keberadaan berupa bait-bait kepada penonton.
kesenian indang nagari Muaro Paneh Penonton yang merupakan masyarakat
berpotensi untuk musnah. Berawal dari nagari Muaro Paneh sangat menjaga
keadaan yang demikian peneliti berupaya norma-norma yang hidup dalam
untuk menjalin komunikasi dengan para masyarakat. Pertunjukkan kesenian indang
pemain indang senior yang masih bisa dan dilaksanakan di luar ruangan. Jarak antara
mungkin untuk dihubungi. Penelitian penonton dengan pentas sangat dekat.
mengkaji unsur lingualnya dengan Jenis Tindak Tutur, Makna dan
tujuan mengungkap jenis tuturan, Fungsi Babak 1 Bait 1
makna serta fungsi yang terkandung
dalam lirik indang nagari Muaro 1. Kami nak indang Muaro Paneh
Paneh. Selanjutnya, lirik indang nagari ‘kami adalah anggota indang nagari
Muaro Paneh’
Muaro Paneh akan disebut LINMP.
METODE
2. Maaf diminta ka nan banyak
Penelitian yang dilakukan
‘maaf dimintakan kepada semua
mengenai LINMP dikategorikan ke dalam
penonton’
penelitian kulitatif dan menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Moleong
3. Salam pemuda dan pemudi
(2006:6) menyatakan penelitian kualitatif
‘ucapan salam untuk pemuda dan
adalah penelitian yang bermaksud untuk
pemudi’
memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya
4. Maaf ka ibu dengan bapak
‘mohon maaf kepada ibu dengan literal. Berdasarkan analisis di atas
bapak’ dapat dilihat bahwa jenis tindak tutur
Konteks : lirik 1 adalah tindak tutur langsung
(Pemain indang memulai pertunjukkannya literal.
dengan menyapa penonton yang berasal Jenis tindak tutur langsung
dari berbagai elemen masyarakat) literal juga terdapat pada lirik 3. Sebab
Dalam babak 1 bait 1 terdapat lirik 3 menggunakan modus deklaratif
jenis tindak tutur langsung literal dan jenis untuk mengutarakan pernyataan salam
tindak tutur tidak langsung literal. Bait 1 dari penutur yang disampaikan kepada
mengandung 3 jenis makna, diantaranya pemuda dan pemudi. Ditinjua dari
makna konseptual, makna afektif dan makna yang terkandung di dalamnya,
makna tematik. Bait 1 juga memiliki lirik 3 memiliki kesesuaian antara
kelima fungsi bahasa yang diklasifikasin makna dengan unsur-unsur sintaksis
oleh Leech. yang membangunnya, sehingga lirik
1. Jenis Tindak Tutur LINMP Bait 1 tersebut tergolong ke dalam jenis
Dalam Babak1 bait 1 terdapat dua tindak tutur literal. Persinggungan
jenis tindak tutur. Dilihat lebih jauh lagi antara jenis langsung dan jenis literal
jenis tindak tutur dalam babak 1 bait pada tuturuan 3 mengasilkan jenis
pertama adalah tindak tutur langsung tindak tutur langsung literal.
literal dan tindak tutur tidak langsung b. Jenis Tidak Langsung Literal
literal. Jenis tindak tutur tidak
a. Jenis Langsung Literal langsung literal merupakan hasil dari
Tindak tutur yang diuatarakan persinggungan antara jenis tidak
dengan modus tindak tutur dan makna langsung dan jenis makna yang literal.
yang sama dengan maksud Menurut Wijana (1996:34) tindak
pengutaraannya disebut dengan tindak tutur tidak lansung literal (indirect
tutur langsung literal (Wijana, literal speech act) adalah tindak tutur
1996 :33). Tindak tutur yang berjenis yang diungkapkan dengan modus
langsung literal terdapat pada baris 1 yang tidak sesuai dengan maksud
dan 3. Dalam lirik 1 tersebut penutur pengutaraannya. Indikator dalam jenis
ingin menginformasikan identitas tindak tutur tidak langsung literal
kelompoknya kepada para penonton. adalah ketidaksesuaian antara modus
Modus lirik 1 adalah deklaratif. Sebab dengan maksud pengutaraannya, dan
tidak terdapat pemarkah khusus di keselarasan makna dengan kata-kata
dalamnya. Isi lirik merupakan berita yang menyusunya. Dalam babak 1 bait
atau informasi tentang identitas dari pertama, jenis tindak tutur tidak
penuturnya. Maksud pengutaraan lirik langsung literal terdapat pada baris 2
1 adalah memperkenalkan kepada dan 4.
mitra tutur (semua penonton) bahwa Pada baris 2 dan 4 terdapat
mereka adalah anggota kelompok ketidaksesuaian antara modus yang
indang yang berasal dari nagari Muaro digunakan dengan maksud
Paneh, modus lirik dan maksud pengutaraannya. Modus yang
pengutaraan lirik 1 memiliki digunakan pada baris 2 dan 4 adalah
kesesuaian. Perihal ini merupakan modus deklaratif dengan maksud
wujud dari jenis tindak tutur langsung. perintah. Dikatakan modus deklaratif
Ditinjau dari maknanya lirik 1 adalah karena dalam baris 2 dan 4 tidak
penutur memberikan informasi kepada menggunakan pemarkah khusus yang
mitra tutur tentang identitas mereka mengindikasikan modus imperatif
sebagai sebuah kelompok indang yang maupun introgatif. Secara
berasal dari suatu nagari yang konvensional modus deklaratif
bernama Muaro Paneh. Makna yang digunakan untuk mengutarakan
terkandung dalam lirik 1 adalah maksud pernyataan atau berita. namun
pada baris 2 mengutarakan maksud nan banyak ‘kepada yang banyak’
permintaan maaf kepada nan banyak memiliki makna ditujukan kepada
‘yang banyak’ (semua penonton). yang berjumlah besar atau semuanya.
Baris 4 juga mengutarakan maksud Berdasar kepada makna dari unsur-
permintaan maaf kepada ibu dan unsur yang membangunnya, makna
bapak. Dilihat makna yang diacu dan lirik pada baris 2 adalah izin diminta
makna kata-kata yang menyusunnya kepada semuanya. Baris 3
terdapat keselarasan. Berdasar kepada mengandung makna konseptual tanda
analisis di atas, baris 2 dan 4 hormat dari penutur kepada pemuda
digolongkan kepada jenis tindak tutur dan pemudi. Baris 4 mengandung
tidak langsung literal. makna konseptual menyatakan
2. Makna LINMP Bait 1 anggota indang minta maaf kepada
Dalam babak 1 bait 1 terdapat tiga ibu-ibu dan bapak-bapak.
jenis makna yang diklasifikasikan oleh b. Makna Afektif
Leech, diantaranya adalah: Menurut Jazeri (1993:32)
a. Makna Konseptual makna afektif merupakan makna yang
Makna konseptual, sering menunjukkan sikap dan perasaan
disebut makna denotatif atau kognitif, penutur terhadap mitra tuturnya atau
dalam pengertian luas dianggap faktor sikap terhadap apa yang
sentral dalam komunikasi linguistik, dituturkannya. Makna afektif
hal itu dapat ditunjukkan sebagai terkandung pada baris 2, 3 dan 4.
sesuatu yang terpadu bagi fungsinya Dapat dilihat dari kata ‘maaf’ dalam
yang esensial atau suatu bahasa. baris 2, penutur juga menyatakan maaf
Makna konseptual selalu merupakan walaupun kenyataannya penutur tidak
unsur terpenting di dalam suatu berbuat salah kepada penonton. Kata
komunikasi linguistik (Jazeri, ‘maaf’ mengandung rasa hormat
2013:29). penutur terhadap mitra tuturnya.
Dalam jenis tindak tutur Rasa hormat dan sopan juga
langsung literal babak 1 bait 1 terdapat ditunjukkan penutur dalam baris 3,
makna konseptual. Pada baris1 penutur menyapa pemuda dan pemudi
mengandung makna konseptual yang menggunakan kata ‘salam’ di awal
dapat dilihat dari unsur yang penampilannya. Kata ‘maaf’ yang
menyusunya. Kata ‘kami’ secara diutarakan kepada ibu dan bapak
konseptual memiliki makna kata ganti seperti yang terdapat dalam lirik 4
orang pertama jamak. Selanjutnya juga menunjukkan sikap hormat dari
frasa ‘anggota indang muaro paneh’ penutur kepada ibu-ibu dan bapak-
memiliki makna sebuah kelompok bapak yang hadir sebagai penonton
kesesnian indang yang berasal dari dalam penampilannya. Penggunaan
muaro paneh. Makna konseptual yang kata ‘maaf’ pada lirik 2 dan 4 serta
terkandung dalam baris 1 adalah kami kata ‘salam’ pada lirik 3, menunjukkan
adalah kelompok kesenian indang sikap sopan dan rasa hormat penutur
yang berasal dari nagari Muaro Paneh. terhadap mitra tuturnya.
Makna konseptual juga 3. Fungsi LINMP Bait 1
terkandung dalam baris 2 maaf Dalam babak 1 bait 1 terdapat lima
diminta ka nan banyak ‘maaf diminta fungsi bahasa yang telah di kemukakan
kepada yang banyak’. Sebelumnya oleh Leech. Kelima fungsi tersebut adalah:
makna konseptual akan dilihat melalui a. Fungsi Informasional
unsur-unsur yang membangun lirik Fungsi bahasa yang
tersebut. Pertama kata maaf memiliki memberikan sebuah informasi dari
makna ‘izin untuk melakukan sesuatu’ peutur melalui lirik yang disampaikan
dan kata diminta ‘diminta’ memiliki kepada mitra tuturnya di sebut juga
makna ‘agar diberikan’, selanjutnya ka fungsi informasional. Semua lirik
dalan babak 1 bait 1 memiliki fungsi penerima pesan atau mitratutur. Dalam
informasional sebagai bahasa. Seperti LINMP bait 1 memilki fungsi direktif.
penjelasan berikut tentang informasi Fungsi direktif dapat dilihat pada bari
yang terkandung di dalam baris 1. 2 dan baris 4. Di sana terlihat maksud
Baris 1 membawa informasi bahwa yang ingin disampaikan penutur
kelompok indang yang sedang tampil kepada mitra tuturnya agar dapat
adalah kelompok yang berasal dari memberikan maaf kepada penutur,
Muaro Paneh. walau dalam lirik tersebut penutur
Fungsi informasional yang tidak menggunakan modus imperatif.
dijalankan dalam baris 2. Baris 2 Dengan demikan fungsi direkif dalam
menyampaikan informasi ‘permintaan lirik tersebut telah berjalan ketika
maaf’ dari penutur kepada mitra mitra tutur menerima pesan yang
tuturnya. Sama halnya dengan baris 3 tekandung di dalamnya.
yang menyampaikan ‘salam’ sebagai d. Fungsi Estetik
sebuah informasi dari penutur kepada Fungsi estetik adalah fungsi
pemuda dan pemudi. Informasi dari dari bahasa dalam menciptakan efek
penututur dalam baris 4 berupa artistik atau efek keindahan dalam
permohonan maaf kepada ibu-ibu dan penggunaan bahasa itu sendiri. Bahsa
bapak-bapak. yang digunakan dalam baris 2 dan
Semua baris dalam bait 1 baris 4 memiliki fungsi estetik. Fungsi
pertama berfungsi sebagai estetik dalam lirik tesebut dapat dilihat
penyampaian informasi dari penutur dari bunyi dari akhir baris 2 adalah (-
kepada mitra tuturnya. Mitra tutur ak) sama dengan bunyi dari akhir baris
mendapatkan informasi dan pesan 4 (-ak). Dari segi bunyi memiliki
yang ingin dikomunikasikan oleh kesamaan, dalam pengucapannya akan
penutur melalaui LINMP bait1. mengashil sebuah keindahan, hal ini
b. Fungsi Ekspresif merupakan sebuah fungsi estetik dari
Fungsi ekspresif merupakan LINMP bait 1.
fungsi bahasa untuk menguggkapkan e. Fungsi Fatik
perasaan dan sikap dari penturnya. Fungsi fatik adalah fungsi
LINMP bait 1 memiliki fungsi bahasa untuk menjaga komunikasi
ekspresif. Dalam baris 1 menggunakan agar tetap terbuka dan menjaga sosial
kata ‘maaf’ yang mengindikasikan secara baik. Fungsi fatik dalam
sikap sopan dan rasa hormat dari LINMP bait 1 terlihat pada baris 2,
penutur kepada mitra tuturnya. Dalam baris 3 dan baris 4. Dalam lirik
baris 2 kata ‘maaf’ ditujukan kepada tersebut penutur menyapa mitra
semua penonton. Kata ‘maaf’ dalam tuturnya. Dalam baris 2 penutur
baris 4 dikomunikaskan kepada ibu menyapa semua penonton dengan cara
dan bapak diantara semua penonton. meminta maaf (maaf diminta ka nan
Kata ‘salam’ dalam baris 3 yang banyak ‘maaf diminta kepada yang
ditujukan kepada pemuda dan pemudi, banyak’). Penutur juga menyapa
hal tersebut menandakan penutur juga pemuda dan pemudi dengan
menghormati dan memiliki sikap memberikan salam seperti dalam baris
sopan terhadap pemuda dan pemudi. 3 dan menyapa ibu-ibu dan bapak-
LINMP Bait 1 telah mengungkapkan bapak dengan sebuah pemintaan maaf
rasa hormat para anggta indang seperti dalam baris 4. Dengan adanya
kepada seluruh penonton yang LINMP baris 2, baris 3 dan baris 4
menyaksikan pertunjukkannya. komunikasi akan tetap terjaga
c. Fungsi Direktif walupun mitra tutur tidak terlibat
Fungsi direktif merupakan dalam sebuah dialog dengan penutur
fungsi dari bahasa untuk dan itu merupakan fungsi fatik LINMP
mempengaruhi prilaku dan sikap dari bait 1.
Penelitian ini membahas tentang
jenis tidak tutur yang digunakan dalam
LINMP serta makna dan fungsi dari
LINMP. Berdasarkan analisis terhadap 96
baris dalam LINMP menggunakan jenis
tindak tutur Wijana (1996), ditemukan 85
tindak tutur langsung, 11 tindak tutur tidak
langsung, 22 tindak tutur literal dan 74
tindak tutur tidak lietral. Jenis tindak tutur
langsung dan tidak langsung
disinggungkan dengan tindak tutur literal
dan tidak literal dalam LINMP ditemukan
20 tindak tutur langsung literal, 2 tindak
tutur langsung tidak literal, 65 tindak tutur Melihat temuan tentang jenis
langsung tidak literal dan 9 tindak tutur tindak tutur dalam LINMP,
tidak langsung tidak literal. Berikut akan menggambarkan cara berkomunikasi
di tuangkan persentasa jenis tindak tutur masyarakat nagari Muaro Paneh.
dalam LINMP dalam bentuk grafik.. Masyarakat nagari Muaro Paneh dalam
Pertsentase tindak tutur langsung berkomunikasi lebih cendrung
dan tidak langsung. menggunakan tuturan yang langsung dan
tidak literal. Dalam situasi tertentu, tindak
tutur tidak langsung tidak literal juga
menjadi pilihan dalam menyampaikan
tujuan berkomunikasi. Jika sesorang
menyatakan tujuannya secara gamblang
dalam berkomunikasi, maka akan dinilai
kurang sopan. Tindak tutur yang
berkonotasi negatif merupakan sebuah
larangan agar tidak diikuti, dan tindak
tutur yang berkonotasi positif merupakan
sebuah ajuran untuk diikuti.
Selain jenis tindak tutur, dalam
penelitian ini juga ditemukan 5 dari 7 tipe
1. Peresentase tindak tutur literal dan
makna yang dikemukakan oleh Leech
tidak literal.
(2003). Lima makna yang terkandung
dalam LINMP adalah makna konseptual,
makna konotatif, makna sosial, makna
afektif, dan makna reflektif. Lima makna
yang ditemukan dalam LINMP cukup
menggambarkan tentamg kehidupan sosial
masyarakat nagari Muaro Paneh. LINMP
yang tidak langsung tidak literal
mengandung makna konotatif. Lirik yang
demikian lebih cenderung memilki fungsi
direktif. Hal ini menggambarkan cara
2. Persentase interseksi tindak tutur masayrakat nagari Muaro Paneh dalam
langsung dan tidak langsung dengan berkomunikasi.
tindak tutur literal dan tidak literal. Makna konotatif dalam LINMP
cendurung merujuk kepada alam. Alam
dijadikan sumber rujukkan dalam
berkomunikasi. Makna sosial dalam
LINMP menggambarkan kehidupan jenis tindak tutur, diantaranya tindak
masyarakat nagari Muaro Paneh. tutur langsung literal, tindak tutur
Berdasarkan LINMP masyarakatnya hidup langsung tidak literal, tindak tutur
dengan bercocok tanam. Makna afektif tidak langsung literal dan tindak tutur
dalam LINMP mengambarkan sikap sopan tidak langsung tidak literal. Walaupun
yang menjadi budaya bagi masyaraktnya. terdapat empat tindak tutur, namun
LINMP juga memiliki fungsi tindak tutur paling dominan yang
estetik. Fungsi estetik dalam LINMP di ditemukan adalah tindak tutur
sebabkan pola dari LINMP mirip dengan langsung tidak literal. LINMP secara
pola pantun yang memilki rima. LINMP keseluruhan memilki pola yang mirip
dikelompokkan berbentuk bait-bait. Satu dengan pola pantun. Namun tidak
bait berjumlah 4 baris. Dalam satu bait ada semua bait dalam LINMP memiliki
yang memilki sampiran dan ada yang sampiran.
tidak. Sampiran cenderung terletak pada 2. Makna bahasa yang ditemukan dalam
dua baris awal dan isi pada dua baris LINMP berupa makna konseptual,
lainnya. Dalam bait yang tidak memilki makna konotatif, makna sosial, makna
sampiran, 4 baris lirik dalam satu bait afektif dan makna reflektif. Dua
merupakan isi yang mengandung makna makna lainnya, makna kolokatif dan
sebagai kontrol sosial. Dalam satu babak makna tematik tidak ditemukan.
penampilan indang terdapat 4 bait. 4 bait Berdasar lima makna yang ditemukan,
dalam satu babak memilki keterkaitan menggambarkan cara masyarakat
makna. Indang merupakan sebuah tradisi Muaro Paneh berkomunikasi
lisan yang berfungsi sebagai hiburan. menggunakan kata-kata kias dengan
Namun indang juga berfungsi sebagai makna yang berlapis.
kontrol sosial. Kontrol sosial 3. Selain memiliki bentuk dan makna
diindikasikan dari fungsi direktif yang LINMP juga memilki lima fungsi
dimilki LINMP. diantaranya, fungsi informasional,
fungsi ekspresif, fungsi direktif, fungsi
SIMPULAN estetik dan fungsi fatik. LINMP
Indang merupakan salah satu digunakan sebagai penyampai
genre sastra lisan yang ada daerah informasi dengan mengekspresikan
sumatera barat. Indang di sumatera barat rasa saling menghormati. Selain itu,
tersebar di beberapa daerah, salah satunya LIMNP juga digunakan untuk
di nagari Muaro Paneh kabupaten Solok. menuntut masyarakat ke arah yang
Dalam prakteknya indang di nagari Muaro lebih baik dengan bahasa yang indah.
Paneh mempunyai unsur lingual. Dalam Fungsi LINMP adalah sebagai kontrol
penampilan indang Muaro Paneh terdapat sosial bagi masyarakatnya.
lirik yang dituturkan oleh tukang radaik.
Lirik tersebut tentunya memilki bentuk,
makna dan fungsi. Berdasarakan hasil
penelitian mengenai jenis tindak tutur,
makna dan fungsi dari lirik indang nagari
Muaro Paneh dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Lirik yang dituturkan dalam indang di
nagari Muaro Paneh berupa empat
DAFTAR PUSTAKA

Aburrahman. 2013. Nilai-Nilai Budaya


dalam Kaba Minangkabau: Suatu
Implementasi Semiotik : Padang :
UNP Press.
Gie, The Liang. 1976. Garis Besar Estetik
Alwi, Hasan,Dkk. 1998. Tata Bahasa (Filsafat Keindahan). Jogjakarta:
Baku Indonesia Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Filsafat UGM.
P.T Balai Pustaka.
Jazeri, Mohammad. 2013. Semantik Teori
Amir, Adriyetti, dkk. 2006. Pemetaan Memahami Makna Bahasa.
Sastra Lisan Minangkabau. Padang: Tulungagung: STAIN Tulungagung
Andalas University Press. Press.

Ayub, Asni. Dkk. 1993. Tata Bahasa Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus
Minangkabau. Jakarta: Departemen Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pendidikan dan Kebudayaan. Putaka Utama.

Bungin, M. Burhan. 2005. Metode Leech, Geoffrey. 1993a. Prinsip-Prinsip


Penelitian Kualitatif. Edisi kedua. Pragmatik (diterjemahkan oleh M.
Kencana: Jakarta. D. D. Oka, dari judul asli: The
Principles of Pragmatics ). Jakarta:
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Universitas Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Leech, Geoffrey. 2003b. Semantik
Danandjadja, James. 1986. Folklor (diterjemahkan oleh Paina Partana,
Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafiti dari judul asli : Semantics).
Press. Jogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Lexy, J Maleong. 2006. Metodologi


Kamus Bahasa Minagkabau- Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Indonesia. Padang: Balai Bahasa Remaja Rosda Karya
Padang.
Lindawati. 2005. Bahasa Miangkabau.
Diana, Dkk. 2015. Kamus Ungkapan Padan : Minagkabau Press.
Bahasa Miangkabau. Padang: Balai
Bahasa Provinsi Sumatera Barat. Lindawati. 2012. “Mamangan
Minangkabau (Sebuah Kajian
Eby, Intani. 2016. “Dendang yang Semiotik)”. Pusat Wacana Etnik:
digunakan dalam Tari Adok: Kajian Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora.
Bentuk , Makna, Fungsi dan Nilai Volume 3, Nomor 2, Oktober.
Budaya”. Tesis Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Andalas. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa:
tahapan, strategi, metode, dan
Ediwar. 1999. “Perjalanan Kesenian tekninya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Indang dari Surau ke Seni Persada.
Pertunjukkan Rakyat Minangkabau
di Padang Pariaman Sumatera Muslich, Masnur. 2010. Gari-Garis Besar
Barat”. Tesis Universitas Gajah Tata Bahasa Baku Bahasa
Mada. Indonesia. Bandung : PT. Refika
Aditama.
Efrida. 2012. “Olah Vokal dalam Tari
Indang Pariaman Sumatra Barat Novianti, Delly. 2011. “Analisis Makna
(Kajian Tekstual dan Fungsi)”. Matra dan Lagu pada Upacara
Jurnal ISI.SKA.ac.id. Vol.10. No.2. Sablangan diDesa Kemiren
Kecamatan Glaga, Banyuwangi
(Kajian Linguistik Antropologi)”. Linguistik Antropologi”. Disertasi.
Universitas Negeri Surabaya. Universitas Udayana.

Nurmalena dan Rustiyanti, Sri. 2014. Veerhar, J. W. M. 2016. Asas-Asas


“Kesenian Indang: Kontinuitas dan Linguistik Umum. Jogjakarta :
Perubahan”. Panggung.Vol.24. Gadjah Mada Universityy Press.
No.3. September.
Vortixa, Ondia. 2012. “Strktur Lirik
Oktavianus. 2013. “Bahasa yang Indang di Nagari Kuranji Hulu
Membentuk Jati Diri dan Karakter Kecamatan Sungai Geringging
Bangsa”. Journal Arbitrer. Vol.1. Kabupaten Padang Pariaman”.
Nomor 1, Oktober. Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Ramlan, M. 2005. Sintaksis. Ygyakarta: Widyastuti, Susana. 2010. “Cerminan


CV. Karyono. kepribadian Budaya Lokal dan
Penerapannya di Masa kini”. Jurnal
Sari, Darwan. 2011. “Revitalitas Tradisi Pribasaha. Jogjakarta.
Kontala Msyarakat Muna Sulawesi
Tenggara pada Era Globalisasi”.
Tesis Universitas Udayana.

Sjarifoedin, Amir. 2011. Minangkabau


dari Dinasri Iskandar Zulkarnain
sampai Tuanku Imam Bonjol.
Jakarta : PT. Gria Media Prima.

Septoni, Alfredy. 2014. “Pertunjukan


Indang Tigo Sandiang dalam Acara
Baralek Nagari di Kecamatan
Patamuan Kabupaten Padang
Pariaman: Studi Komparatif Pola PROFIL SINGKAT
Ritem”. Skripsi. Unversitas Negeri Lahir di Nagari Muaro Paneh
Padang. tanggal 21 Juli 1988 dan diberi nama oleh
orangtua Fadly AS (Ahmad Saiyadi). Pada
Sudaryanto. 1993a. Metode dan Aneka September 2011 saya berhasil meraih gelar
Teknik Anilisis Data. Jogjakarta : Sarjana Sastra dari Prodi Sastra Indonesia
Duta Wacana Universitas Press. Fakultas Sastra Universitas Andalas.
Februari 2018 saya berhasil meraih
Sudaryanto. 2015b. Metode dan Aneka gelar akademik Magister Humaniora dari
Teknik Anilisis Bahasa. prodi Ilmu Lnguistik Fakultas Ilmu
Yogyakarta : Sanata Dharma Budaya Universitas Andalas.
University Press. Sejak tahun 2012 mulai bekerja di
Sekolah Tinggi Agama Isam- Solok Nan
Subakti. Ernawati Br. 2014. “Nilai dan Indah sebgai staf akademik sampai tahun
Leksikon dalam Tradisi Er Pangir 2015. Pada tahun 2016 mengajar di MA
Ku Lau Suku Karo (Kajian Darul Ilmi Sei. Lasi Solok dan SMK
Antropolinguistik)”. Tesis. Yasnu Plus Pesantren Dilam Solok.
Universitas Sumatera Utara. Pertengahan tahun 2018 mulai
mengajar di STES Manna Wa Salwa
Usman, Fajri. 2009. “Tawa dalam hingga saat ini.
Pengobatan Tradisional
Minangkabau : Sebuah Kajian

Anda mungkin juga menyukai