Anda di halaman 1dari 12

Tasâmuh, Volume 13, No.

1, Desember 2015

ASBABUN NUZUL AL-QUR’AN


DALAM PERSPEKTIF MIKRO DAN MAKRO

1XQXQJ 6XVILWD
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
Email: NunungSusfita@yahoo.com

Abstrak

Al-qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke


arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan
asal kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah
S.W.T dan risalah-NYA. Juga memberitahukan hal yang telah
lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang
akan datang. Pada sebagian besar isi kandungan Al-qur’an pada
mulanya diturunkan untuk tujuan umum, tetapi kehidupan para
sahabat bersama Rasullullah telah menyaksikan banyak peristiwa
sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus
yang memerlukan penjelasan atas hukum Allah atau masih kabur
bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasullulah untuk
mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Al-qur’an turun
untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul.
Sudah hampir menjadi dalil aksiomatis bahwa tidak ada teks,
apapun bentuknya, yang hadir dalam ruang hampa, ia selalu
terkait dengan ruang sosiental, karena itu teks selalu kompleks.
Kegiatan menafsirkan Al-qur’an merupahkan sebentuk kegiatan
untuk melihat dan menguji kevaliditas sebuah teks bagi kehidupan
manusia, khususnya umat islam. Sebagaimana dipahami bahwa
teks tidak selalu relevan, teks itu senantiasa harus digunakan
atau dianalogikan dengan realitas bahkan dengan kepentingan,
apa-pun bentuknya dan di sinilah teks Al-qur’an akan menjadi
“Hidup”.

.DWD .XQFL asbabun nuzul, al-Qur’an, mikro dan makro

Nunung Susfita 69
Tasâmuh Volume 13, No. 1, Desember 2015

Abstract

Al-Qur’an has been sent down to give guidance to people toward


the bright goal and straight way by maintaining origin of life which
is based on faith in Allah and his treatise. Al-Qur’an also tells the
past story, events happen now and information will happen in
future. Most of contains of al-Qur’an firstly were sent down to
general purposes but life of disciple of the messenger saw many
historical events and sometimes special events happened to them
and needed the explanation from law of Allah or that law was still
unclear for them, and then they asked to the messenger to know
the Islamic law about that thing. So, al-Qur’an sent down to the
special events or to the questions appeared.
It almost become axiomatic argumentation that there is no text,
anything the form, which come to empty room. It is always related
to the event therefore the text is always complex. Activity of al-
Qur’an interpretation is an activity to see and examine validity of
a text for human life, especially for Islamic people. As we know
that text is not always relevant, it always must be used or thought
with reality or with interest; no matter what form and here al-
Qur’an text will become “live”.

.H\ZRUGV: Asbabun Nuzul, Al-Qur’an, Micro and Macro

$ 3HQGDKXOXDQ
Bahwa semangat dasar al- sesungguhnya telah diciptakan
Qur’an adalah semangat moral, Tuhan dalam dirinya.
al-Qur’an muncul sebagai
Oleh karena itulah, setiap
suatu dokumen yang dari awal-
kegiatan penafsiran al-Qur’an
akhir selalu memberikan semua
harus selalu dikaitkan dengan
tekanan-tekanan moral, yang
Asbabun-Nuzul ayat sebagai
perlu bagi tindakan manusia yang
landasan histories, selanjutnya
kreatif, pada dasarnya kepentingan
kegiatan penafsiran tersebut juga
sentral Al-qur’an adalah pada
mesti memperhatikan atau beranjak
manusia dan perbaikannya, untuk
dari realitas yang ada, dengan
itulah adalah esensial bahwa
kata lain dibutuhkan adanya
manusia mesti berbuat dalam
semacam komparasi histories
penekanan-penekana tertentu yang

70 Asbabun Nuzul Al-Qur’an dalam Perspektif Mikro dan Makro


Tasâmuh, Volume 13, No. 1, Desember 2015

agar supaya pola penafsiran yang dan sahabat”. Itu disebabkan


dilakukan tidak bersifat “ahistory”, pemberitahuan seorang sahabat
sehingga teks-teks keagamaan mengenai sesuatu yang bila
tersebut bukanlah teks bisu atas jelas maka ia mempunyai
setiap fenomena yang disodorkan hukum Marfu (yang disandarkan
kepadanya. Tidak ada teks yang kepada Rasullulah). al-Wahidi
bebas dari konteks sejarah. Oleh mengatakan:
karena itu, sebagai teks, al-Qur’an ”tidak halal berpendapat me-
tanpa kecuali, menjadi subjek yang ngenai asbabun-nuzul kitab
tepat bagi interpretasi, bahkan kecuali dengan berdasarkan
sepanjang sejarahnya, al-Qur’an pada riwayat atau mendengar
telah menjadi subjek sejumlah langsung dari orang-orang
aliran penafsiaran. yang menyaksikan turunnya,
Untuk mengatakan bahwa al- mengetahui sebab-sebabnya,
Qur’an adalah teks sejarah tidak dan membahas tentang
berarti menyatakan bahwa sumber pengertiannya”.1
al-qur’an berasal dari manusia. Metode inilah yang ditempuh
Namun sekalipun demikian, karena oleh ulama Salaf, mereka amat
keabadian firman Allah yang berhati-hati untuk mengatakan
diwahyukan kepada Muhammad sesuatu mengenai Asbabun-Nuzul
pada abad ke-7 di arabiah berada tanpa pengetahuan yang jelas. Oleh
dalam raung dan waktu tertentu, kerana itu, yang dapat dijadikan
maka al-Qur’an menjadi sebuah pegangan dalam asbabun-
teks Historis. Walaupun firman nuzul adalah riwayat, ucapan-
tuhan yang abadi itu berada ucapan sahabat yang bentuknya
pada wilayah yang melampaui seperti musnad yang secara pasti
pengetahuan manusia, namun teks menunjukkan Asbabun-Nuzul. As-
histories tersebut menjadi subyek Sayuti berpendapat bahwa2
interpretasi dan pemahaman
“Bila ucapan-ucapan seorang
sejarah, seperti penafsiran yang
Tabi’in secara jelas menunjukkan
dilakukan oleh kaum Mu’tazilah, asbabun-nuzul, maka ucapan itu
As-ariyah, sufi dan lain-lain. diterima”. Dengan kata lain apabila
musaffir tersebut memiliki otoritas
0LNUR
dalam kedudukannya sebagai mufasir
Pedoman dasar para ulama
dalam mengetahui Asbabun Nuzul
1
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-
(sebab-sebab turunnya ayat)
ilmu Qur’an, Cet.1 (Jakarta: Pustaka
adalah melalui:”Riwayat shahih
Litera, 2001), h.107.
yang berasal dari Rasulullah 2
Ibid, h. 108-109.

Nunung Susfita 71
Tasâmuh Volume 13, No. 1, Desember 2015

maka Dia benar meskipun riwayatnya Untuk menunjukkan kepakaran-


berbeda dengan orang lain, (kaidah nya di bidang sejarah Asbabun
mikro tentang teori kebenaran Nuzul, maka ayat-ayat yang ia
“otoritas”).
jelaskan berkenaan dengan aspek
Â>f°·> j¬K·> › Â?ÊG·> ¥Ê–, karya histories yang dijelaskan secara
Ibn Jarir al-Tabari, semasa hidup panjang lebar dengan mengambil
beliau pada akhir abad 9-10 riwayat-riwayat dari orang-orang
M, kaum muslimin dihadapkan yahudi dan nasrani yang sudah
pada pluralisme; etnis, relijius, masuk Islam, seperti; Ka’ab Bin
ilmu pengetahuan, pemikiran Ahbar, Wahab Bin Munabbih, dan
keagamaan, dan heterogenitas lain-lain. Ada tiga pernyataan
kebudayaan dan peradaban. mendasar tentang konsep sejarah
Secara langsung maupun tidak yang dilontarkan al-Tabari, antara
langsung, telah terjadi intraksi lain: Pertama, Menekankan esensi
kultural dengan ragam muatannya, ketauhidan dari misi kenabian.
perubahan dan dinamika Kedua, Pentingnya pengalaman-
masyarakat terus bergulir, tentu pengalaman dari umat dan
saja hal ini mewarnai cara pandang konsistensi pengalam sepanjang
dan cara pikir kaum muslimin, sejarah.
sebagai sebuah konsekwensi logis
Berkenaan denga Qira’at (cara
yang tak terhindarkan.
baca) surat al-Fatihah ; ÁÉ b·> ¾ÈÉ µ¸»
Dari segi linguistik (Ψ¸·>), Ibn Jarir al-Tabari memaparkan ada 3 jenis
al-Tabari sangat memperhatikan tanda baca: Ma’ dengan bacaan
penggunaan Bahasa Arab sebagai pendek, panjang dan dengan
pegangan dengan bertumpuh membaca Fatha Ka’. Sehingga
pada; syair-syair arab kuno dalam pada akhirnya beliau menjelaskan
menjelaskan makna kosakata, bahwa makna Ta’wil dengan Ma’
acuan terhadap aliran ilmu dibaca panjang berdasarkan
gramatika (nahwu), dan lain- kepada sebuah riwayat dari Ibn
lain. Sementara itu beliau sangat Kuraib dari Ibn Abbas. Oleh karena
kental dengan riwayat-riwayat itu mereka memiliki konsepsi
sebagai sumber penafsiran yang bahwa pengetahuan Asbabun-
disandarkan kepada pendapat- Nuzul hanya dapat diketahui dari
pendapat para sahabat, tabi’ dan Nagly dan periwayatan dalam
tabi’in al-Tabi’in melalui hadits hal ini tidak ada tempat untuk
yang mereka riwayatkan, meski berijtihad.3
di sisi lain ia juga kadangkala
menggunakan Ra’yu. 3
Nasr Hamid Abu Zaid, Tektualitas
Al-qur’an- Kritik terhadap Ulumul Qur’an,

72 Asbabun Nuzul Al-Qur’an dalam Perspektif Mikro dan Makro


Tasâmuh, Volume 13, No. 1, Desember 2015

Metode ulama kuno kadang- Pijakan utama untuk


kadang melupakan sisi internal penanggalan bagian-bagian al-
sama sekali, hanya men-tarjihkan Qur’an adalah riwayat-riwayat
riwayat-riwayat saja, atau kadang- sejarah dan tafsir 5. Riwayat-
kadang melupakan sama sekali sisi riwayat yang dipermasalahkan
eksternal, hanya mengandalkan di sini biasanya mengungkapkan
analisis formal terhadap bahasa bahwa bagian tertentu al-qur’an
teks, yang menyebabkan diwahyukan sehubungan dengan
terperangkap ke dalam kekeliruan peristiwa tertentu. Misalnya surat 8
sebagaimana yang dialami oleh dihubungkan dengan perang Badar,
para “Mutakkallimin”, ketika surat 33 dengan perang Khandaq,
menginterpretasikan sebuah teks dan surat 48 dihubungkan dengan
mereka megandalkan satu konsep perajanjian Hudaibiyah. Riwayat-
analisis yaitu Majaz (metafora), riwayat semacam ini memang
sebuah konsep yang kemudian merupahkan data histories yang amat
berubah menjadi konsep membantu penanggalan Al-qur’an,
ideologis. akan tetapi jumlahnya sangat sedikit
Para ulama membuat kriteria- dan umumnya bertalian dengan
kriteria untuk menyikapi Asbabun- wahyu-wahyu dari priode Madinah.
Nuzul melalui riwayat, antara Sementara riwayat-riwayat
lain: Pertama, apabila ada dua lain yang bertalian dengan
riwayat yang berbeda, dan salah wahyu-wahyu Mekkah, selain
satunya lebih shahih dan lainnya jumlahnya tidak begitu banyak,
tidak, maka yang dipegang secara histories data tersebut juga
adalah riwayat yang lebih shahih. sangat meragukan dan umumnya
Kedua, apabila sanad dari riwayat dikaitkan dengan peristiwa-
tersebut sama keshahihannya peristiwa yang tidak begitu penting
maka salah satunya diutamakan serta tidak diketahui secara pasti
apabila peranya menyaksikan kapan terjadinya.
peristiwa atau karena ada peristiwa Dalam kaitannya dengan
semacamnya. Ketiga, apabila dua riwayat-riwayat, di mana bahan-
riwayat tersebut sulit ditarjihkan, bahan tradisisonal ini memiliki
maka pemecahannya adalah sejumlah cacat yang mendasar,
di asumsikan ayat yang turun yaitu: Pertama, bahan-bahan
berulang-ulang sebagai sebab
yang disebutkan.4 5
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi
Sejarah Al-Qur’an, Pengantar M.Quraish-
Cet-3 (Yogyakarta; Lkis, 2003), h.131 Shihab, (Yogyakarta, FKBA, 2001), h 81-
4
Ibid. hlm.135 82.

Nunung Susfita 73
Tasâmuh Volume 13, No. 1, Desember 2015

tersebut tidak lengkap dan kasus-kasus tertentu mesti bertolak


hanya menentukan sebab-sebab belakang satu dengan yang
pewahyuan Asbabun Nuzul untuk lainnya.
sejumlah bagian Al-qur’an yang
2. 0DNUR
relatif sedikit, sehingga rentan
dengan kritik sanad. Kedua, Fazlul Rahman7 mengomentari
kebanyakan sebab pewahyuan bahwa dibutuhkan beberapa
yang dikemukakan hanya peralatan ilmiah untuk mengontrol
merupakan peristiwa-peristiwa kemajuan ilmu komentar al-
yang tidak penting dan tidak Qur’an (ilmu tafsir), antara lain:
diketahui kapan terjadinya. Ketiga, Pertama, diakui prinsip bahwa
terdapat banyak inkonsistensi di tidak hanya pengetahuan tentang
dalam bahan-bahan tersebut, bahasa arab saja yang diperlukan
seperti; biasanya dikatakan bahwa untuk memahami al-Qur’an secara
bagian al-Qur’an yang pertama tepat, tetapi juga tentang idiom-
kali diwahyukan kepada Nabi idiom bahasa arab pada zaman
adalah permulaan surat 96 (1-5), nabi juga. Kedua, tradisi histories
tetapi riwayat lain mengatakan yang berisi laporan-laporan
bahwa wahyu pertama adalah tentang bagaimana orang-orang
bagian permulaan surat 74 (1-5), di lingkungan Nabi memahami
atau surat al-Fatihah (I; 1-7). 6 perintah-perintah al-Qur’an,
juga dianggap sangat penting.
Sekalipun dengan berbagai Setelah persyaratan-persyaratan
kelemahan, bahan-bahan ini dipenuhi, barulah penggunaan
tradisional yang terhimpun nalar manusia diberikan tempat.
dalam Asbabun-Nuzul baik Ketiga, latar-belakang turunnya
bersifat histories, semi histories ayat-ayat al-Qur’an dimasukkan
ataupun legenda, mesti diterima sebagai alat yang perlu untuk
sebagai pijakan penanggalan al- menerapkan makna yang tepat
Qur’an. Sikap semacan ini sering dari firman Alah S.W.T.
dipegang oleh sarjana tradisional
muslim, demikian pula upaya- Akan tetapi, ulama-ulama
upaya modern termasuk yang fiqh dan dogmatis-dogmatis
dilakukan oleh sarjana barat muslim menyalah-pahamkan
–untuk menemukan pijakan bagi masalah dan perintah-perintah
penanggalan al-Qur’an, pada hukum yang ketetapan dari al-
umumnya harus bertolak dari Qur’an dengan menganggapnya
bahan tersebut, sekalipun dalam
7
Fazlul Rahman, Islam, Cet-5
6
Ibid. (Bandung, Pustaka; 2003), h.48.

74 Asbabun Nuzul Al-Qur’an dalam Perspektif Mikro dan Makro


Tasâmuh, Volume 13, No. 1, Desember 2015

berlaku bagi setiap masyarakat, mampu untuk merekonstruksi


betapapun juga kondisinya, dirinya sendiri, dan apapun yang
bagaimana struktur dan dinamika mungkin akan dilakukan dalam
masyarakat di dalamnya. Salah usaha-usaha re-konstruksi harus
satu bukti yang dilihat oleh fazlul diupayakan melalui kegiatan
rahman yang menyatakan bahwa “ijtihad” dan merekonstruksi sejarah
ulama-ulama fiqh makin lama (interpertasi asbabun Nuzul ayat-
makin berfikir secara “harfiyah”, ayat), dengan selalu melihat atau
tercantum di dalam fakta bahwa memperhatikan nilai-nilai realitas
pada suatu waktu dalam abad yang ada sebagai pola penafsiran
ke-2 H/ 8 M doktrin hukum islam antara agama,akal, dan tradisi
mulai membuat perbedaan yang dapat saling berakomodasi antara
sangat tajam antara kata-kata satu dengan yang lainnya.
yang tercantum dalam nash. e?À™> j¬J karya Muhamad
Bahwa pada priode yang sangat Abduh, merupahkan salah satu
awal kaum muslimin menafsirkan contoh penafsiran yang tidak
al-Qur’an secara sangat bebas, hanya menekankan bahasa tapi
tetapi setelah masa perkembangan juga menekankan realitas universal
fiqh selama akhir abad ke 1 H/ sebagai Munasabah atas Asbabun
7M -2 H /8 M, ditandai dengan Nuzul ayat. Seperti ketika beliau
timbulnya tradisi perkembangan menafsirkan surat al-lail ayat 15
penalaran analogi dan teknis dan 17, di mana inti dari Asbabun
(ilmu mantiq), para ulama fiqih Nuzul ayat ditujukkan hanya
ketat dengan mengikat diri mereka kepada Umayyah dan Abu Bakar
sendiri serta masyarakat umat Shidiq saja, akan tetapi Muhammad
muslim kepada “Teks” kitab suci, Abduh bahkan menafsirkan ayat
hingga kedudukan hukum dan tersebut secara universalitas tanpa
theology Islam terhimbun oleh adanya pengkhususan terhadap
beratnya harfiyah-isme. tokoh sejarah yang dituju oleh
Kegoyahan yang timbul teks8.
akibat kekalahan-kekalahan dan Kritik Fazlul Rahman terhadap
penyerangan politik menjadikan model penafsiran ulama klasik
muslim secara psikologi kurang adalah kurang memberikan
mampu untuk secara konstruktif perhatian terhadap sejarah dan
memikirkan kembali warisannya
dan menjawab tantangan 8
M.Quraish shihab, Studi Kritis
intelektual dari pemikiran modern. Tafsir Al-Manar; karya Muhamad Abduh
Islam secara internal menjadi tak dan M.Rasyid Ridha, (Jakarta; Pustaka
Hidayah, 1994), hlm.22-23.

Nunung Susfita 75
Tasâmuh Volume 13, No. 1, Desember 2015

terlalu menekankan pada kajian % 3HUOXQ\D 0HQJHWDKXL $VEDEXQ


teks/ harfiah. Kritik tersebut adalah: 1X]XO
Pertama, kurang memperhatikan Pengetahuan tentang Asbabun
unsur sejara secara makro. Nuzul mempunyai banyak faedah
Kedua, terlalu tekstual dalam 9
, antara lain: Pertama, mengetahui
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, hikmah diundangkannya suatu
dan Ketiga, adanya pemahaman hukum dan perhatian syara’ ter-
yang terpotong-potong terhadap hadap kepentingan umum dalam
pemahaman ayat al-Qur’an, menghadapi segala peristiwa,
padahal ayat al-Qur’an secara karena perhatiannya kepada
general merupahkan satu kesatuan umat. Kedua, mengkhususkan
yang utuh (holistik) (membatasi) hukum yang
Selain itu juga, Fazlul Rahman diturunkan dengan sebab yang
menambahkan bahwa dalam terjadi, bila hukum itu dinyatakan
membangun institusi dan hukum: dalam bentuk umum. Ketiga,
Pertama, seorang harus berangkat apabila lafal yang diturunkan
dari kasus konkrit yang ada dalam yang umum dan terdapat dalil
al-Qur’an dengan memperhatikan atas pengkhususannya, maka
atau mempertimbangkan kondosi pengetahuan mengenai asbabun
sosial yang ada ketika itu, nuzul membatasi pengkhususan
kemudian berjalan menemukan itu hanya terhadap selain bentuk
prinsip umum yang akan menjadi sebab. Keempat, mengetahui
inti atau kumpulan dari semua Asbabun Nuzul adalah cara terbaik
ajaran. Kedua, berangkat dari untuk memahami makna Al-qur’an
prinsip umum ini harus ada dan menyingkap kesamaran
gerakan untuk kembali ke kasus yang tersembunyi dalam ayat-
khusus yang dihadapi sekarang ayat yang tidak dapat ditafsirkan
dengan pertimbangan kondisi tanpa mengetahui sebab Nuzul-
sosial yang ada dan dihadapi nya. al-Wahidi menjelaskan “tidak
sekarang. (masalah penafsiran al- mungkin mengetahui tafsir ayat
Qur’an mungkin akan dipertajam tanpa mengetahui sejarah dan
pada makalah tentang spesifikasi penjelasan sebab turunnya”.
penafsiran seperti : Tafsir Ra’yi, Kelima, sebab Nuzul dapat
tematik, matsur dan lain-lain). menerangkan tentang siapa ayat
tersebut diturunkan sehingga ayat
tersebut tidak diterapkan kepada

9
Muhammad Yusuf. Op.Cit. hlm.
110-115

76 Asbabun Nuzul Al-Qur’an dalam Perspektif Mikro dan Makro


Tasâmuh, Volume 13, No. 1, Desember 2015

orang lain karena dorongan mengatakan sahih, dari Ummu


permusuhan dan perselisihan. Salamah, ia berkata:
Apabila Asbabun Nuzul suatu
ayat itu banyak, maka terkadang f³ c >¥ >Ø > º Èie ?É
semuanya tidak tegas, sebagian > º h¿Ñ?« ÑËnF ÍfS > › Ñ?jÀ·>
lagi tegas, dan sebagian lagi tidak
tegas, maka dalam menunjukkan ¥Êu > Ø Ë¿> ½ÄFe ½ I?SKi?« &
sebab: Pertama, apabila semuanya
tidak tegas dalam menunjukkan
ËO¿> Ç> f³ c Á» ½´À» ¹»?£ ¹¼£
sebab, maka tidak ada salahnya ÎÉØ> %x¤F Á» ½´v¤F
untuk membawanya kepada atau
dipandang sebagai tafsir. Kedua, Rasullullah, Aku tidak
apabila sebagian tidak tegas dan mendengar Allah menyebutkan
sebagian lagi tegas maka yang kaum perempuan sedikit-pun
menjadi pegangan adalah yang mengenai hijrah. Maka Allah
tegas. Ketiga, apabila semuanya menurunkan: Maka Tuhan
tegas, maka tidak terlepas dari mereka memperkenankan per-
kemungkinan bahwa salah mohonannya (dengan berfirman):
satunya shahih sedangkan yang
lainnya tidak, maka yang shahih ½â á́ âÀ»æ ¹ç »æ ?£à ¹à ¼à £à ¥á Êuæ á@ Øà Ëì¿à@
itulah yang menjadi pegangan,
dan Keempat, apabila semuanya Áâ »æ ½â á́ v á ¤â àF ÏàOâ¿á@ Çâ à@ fç ³à cà Áâ »æ
shahih maka dilakukan pen-
tarjihan bila mungkin.
%.62&x
ç ¤â àF
Banyaknya Nuzul dengan satu ”sesungguhnya Aku tidak
sebab 10; dalam hal ini bukanlah menyia-nyiakan amal orang-
permasalahan yang cukup penting, orang yang beramal di antara
karena itu banyak ayat yang turun di kamu, baik laki-laki ataupun
dalam berbagai surah berkenaan perempuan; karena sebagian
dengan satu peristiwa. Contohnya kamu adalah turunan dari
ialah apa yang diriwayatkan oleh sebagian yang lain”.(QS. Ali-
Sa’id bin Mansur, Abdurrazaq, Imran :195).
Tirmizi, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Ibn Diriwayatkan pula oleh Ahmad,
Abi Hatim, Tabarin dan hakim yang Nasai’I, Ibn Jarir, Ibnu Munzir, Tabari
dan Ibn Mardawaih dari Ummu
Salammah yang mengatakan:

d¿ Ø ?À· ?» > º Èi e ?É L¸¯


10
Manna Khalil Al-Qattan, Op.Cit,
hlm 132-133.

Nunung Susfita 77
Tasâmuh Volume 13, No. 1, Desember 2015

ä ræ à¿ º?
à K³â > ?èšæ HÊ æ Rà fì ¸æ· x à̧
<¹R f·> f³ dÉ ?¼³ Â>f°·> › f³ >ÈáGjà ç ¤â àF Ï £à
ÅÒ>b¿ Ø> ¾ ÈÉ M>c ÅÀ» £ fÉ ½¸« %0/&àŽâ jà ä ræ à¿ Ñæ ?jà ìÀ¸æ·Çà
à K³â > ?èšæ HÊ
•¼¸j™> Â> º È°É ÈÃ Ç À™> ˸£ Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan
%ÎÉØ> f] > Ë·> M?¼¸j™>Ç
kepada sebagian kamu lebih
“Aku telah bertanya: Rasullulah, banyak dari sebagian yang lain;
mengapa kami tidak disebutkan karena bagi orang laki-laki ada
dalam al-Qur’an seperti kaum bagian dari apa yang mereka
laki-laki? Maka pada suatu usahakan, dan bagi para
hari aku dikejutkan oleh seruan wanitapun ada bagian dari apa
Rasullulah di atas mimbar. Ia yang mereka usahakan pula….
membacakan: sesungguhnya (QS. an-Nisa’: 32)
laki-laki dan perempuan muslim Dan ayat “sesungguhnya laki-
sampai akhir ayat.” (QS. al- laki dan perempuan muslim…
Ahzab: 35). ..”(ketiga ayat diatas turun karena
Diriwayatkan pula oleh satu sebab).
Hakim dari Ummu Salamah yang Selain hubungan banyaknya
mengatakan : Nuzul dengan satu sebab, az-
Zamaksyari juga mengemukakan
?À· ?”> Ç Ñ?jÀ·>ØÈ·?Rf·> Çh¨J satu macam pembahasan yang
berhubungan dengan sebab Nuzul
Ø Ç& > ºhÀÒ?« <Q> ™> -r¿
yang dinamakan: penurunan
˸£ ½´v¤F ÅF > ¹v« ?» >ÈÀ¼KJ ayat lebih dahulu daripada
hukum. Dalam hal ini tidaklah
Ç >ÈGjK³> ?š HÊr¿ º?R f¸· x¤F menunjukkan bahwa ayat itu
Ç ÎÉØ> % HjK³> ?š HÊr¿ Ñ?jÀ¸· turun mengenai hukum tertentu,
kemudian pengamalannya
%++++M?¼¸j™> Ç •¼¸j™> Â>& ºh¿> datang sesudahnya. Tetapi hal
tersebut menunjukkan bahwa
“Kaum laki-laki berperang ayat tersebut itu diturunkan
sedangkan perempuan dengan Lafal Mujmal (global),
tidak. Di samping itu kami yang mengandung arti lebih dari
hanya memperoleh warisan satu, kemudian penafsirannya
setengah bagian? Maka Allah dihubungkan dengan salah satu
menurunkan ayat: arti-arti tersebut, sehingga ayat

½â á́ v â À¼à àKàJ Øà Çà
à ¤â àF Åæ æF > ¹à vè à« ?»à >Èè

78 Asbabun Nuzul Al-Qur’an dalam Perspektif Mikro dan Makro


Tasâmuh, Volume 13, No. 1, Desember 2015

tadi mengacu kepada hukum yang apa yang akan terjadi di masa
datang kemudian. yang akan datang.
Contohnya firman Allah dalam
surat al-A’la: 14: “sesungguhnya C. .HVLPSXODQ
beruntunglah orang yang Dari beberapa pemaparan
membersihkan diri (dengan di atas, maka dapat dipahami
beriman)”, ayat ini dijadikan dalil bahwa pengetahuan terhadap
untuk zakat fitrah. Diriwayatkan Asbabun Nuzul ayat dalan kegiatan
oleh Baihaqy dengan isnadkan penafsiran Al-qur’an sangatlah
kepada ibn umar, bahwa ayat itu urgent, karena tanpa berpijak
turun berkenaan dengan zakat pada sejarah munculnya sebuah
Ramadhan (zakat fitrah); kemudian teks maka kita tidak memiliki kajian
dengan Isnad yang Marfu’ Baihaqy analisis yang bersifat obyektif. Oleh
meriwayatkan pula keterangan karena itulah pentingnya nilai-nilai
yang sama. Sebagian mereka histories dapat dijadikan sebagai
berkata: Aku tidak mengerti barometer untuk melacak sejarah
maksud pentakwilan yang seperti masa lalu dan yang akan datang.
ini, sebab surah itu makki, sedang Sangatlah dilematis jika kita hanya
di mekkah belum ada idul fitrih melakukan interpretasi dengan
dan zakat 11. mengedepankan tekstualitas tanpa
mau melihat konteks saat ini, karena
Kita melihat pada apa yang
Al-qur’an bukanlah teks-teks yang
dikemukakan pengarang al-Burhan
bisu akan tetapi teks-teks yang
bahwa bentuk redaksi sebab Nuzul
tetap bisa bersifat elastis dalam
itu mungkin menunjukkan sebab
menguak nilai-nilai fundamental
dan mungkin pula menunjukkan
islam yang berdasarkan Qur’ani
hukum-hukum yang dikandung
oleh ayat, telah diriwayatkan oleh Esensialnya, pengetahuan
Baihaqy dengan di-sanad-kan terhadap nilai-nilai sejarah masa
kepada ibn.umar bahwa ayat di lalu dapat dijadikan sebagai
atas tadi turun mengenai zakat indikator tersendiri dalam mencari
Ramadahan.” Dan ayat-ayat ide moral yang akan dijadikan
yang disebutkannya itu bersifat sebagai tujuan yang substansial
Mujmal, mengandung lebih dari dalam kegiatan penafsiran,
satu makna, atau dengan bentuk sehingga dengan begitu, penulis
bahasa pemberitahuan tentang melihat bahwa perlu ada semacam
kolaborasi re-interpretasi nash
dalam kaitannya dengan konteks
sejarah, sehingga hasil penafsiran
11
Ibid.

Nunung Susfita 79
Tasâmuh Volume 13, No. 1, Desember 2015

tersebut tidak mengandung nilai- penafsiran terhadap teks-teks Al-


nalai ahistori terhadap pola qur’an khususnya.

'DIWDU 3XVWDND
Al-qattan Khalil Manna, Studi Ilmu- Zaid Abu Hamid Nasr, Tektualitas
Ilmu Qur’an, Jakarta ; Pustaka Al-qur’an- Kritik Terhadap
Litera, 2001. Ulumul Qur’an, Yogyakarta;
Amal Adnan Taufik, Rekonstruksi Lkis, Cet. Ke 3 2003.
Sejarah Al-qur’an, Yogyakarta, -----------, Al-qur’an Hermeneutik
FKBA, 2001 dan Kekuasaan, Bandung;
Rahman Fazlul, Islam, Bandung; RQis, 2003.
Pustaka, 2003. Yusuf Muhammad, Studi Kitab
Shihab quraish, Studi Kritis Tafsir Tafsir- Menyuarakan Teks
Al-qur’an, Karya M.Abduh Yang Bisu, Cet-1, Yogyakarta;
dan M.Rasyid Ridha, Jakarta; PT Teras, 2004.
Pustaka Hidayah, 1994.

80 Asbabun Nuzul Al-Qur’an dalam Perspektif Mikro dan Makro

Anda mungkin juga menyukai