Anda di halaman 1dari 15

Asbabun Nuzul Al-Qur'an

Ramdana/2021010110005
Institut Agama Islam Negeri Kendari
Email:dana90443@gmail.com

Abstrak
Artikel ini membahas tentang Azbabun Nuzul Al-Qur'an. Membincang di
seputar asbabun nuzul berarti berusaha memahami keadaan yang sebenarnya
menyangkut peristiwa yang meliputi ayat al-Quran ketika diturunkan kepada
Nabi SAW. Sehingga untuk memahaminya, tidak ada jalan lain kecuali
menelaahnya secara historis lewat pendekatan riwayat yang sampai di hadapan
kita, yang tersebar luas dalam berbagai kitab hasil karya para ulama
Pengetahuan tentang asbabun nuzul mempunyai banyak manfaat. Secara umum
manfaatnya adalah mampu mengantarkan seorang mufassir pada pemahaman
yang benar dengan memahamai kandungan teks dan keadaan yang menyertai
peristiwa yang terjadi ketika Al-Quran diturunkan. Apabila ayat yang diturunkan
sesuai dengan sebab yang umum (‘am) atau sebab yang khusus (khash), maka
yang umum harus diterapkan dengan keumumannya, dan yang khusus dengan
kekhususannya.
Kata Kunci: Asbabun nuzul, wahyu, ayat.

1
2

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Asbabun nuzul merupakan salah satu pokok bahasan dalam studi Ilmu-ilmu
al- Qur’an. Ilmu ini memberikan peranan yang sangat penting dalam menafsirkan
al- Qur’an, bukan hanya untuk memahami suatu ayat, mengetahui hikmah dibalik
penetapan suatu hukum, tetapi juga menginformasikan realitas sosial-budaya
masyarakat pada masa turunnya al-Qur’an. Kajian asbabun nuzul memberikan
kesadaran akan pentingnya konteks sejarah dalam memahami al-Qur’an, dimana
concern kajian ini adalah menelaah latar belakang turunnya ayat-ayat al-Qur’an,
disamping sangat membantu untuk melacak makna dan semangat suatu ayat, juga
berguna dalam upaya memahami al-Qur’an untuk waktu dan tempat yang
berbeda.
Kekeliruan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an adalah dikarenakan tidak
memahami asbabun nuzul ayat tersebut. Hal ini, misalnya, pernah dialami oleh
Khalifah Marwan bin Hakam dan ‘Utsman bin Mazd’un. Dalam masyarakat
Indonesia misalnya, ada sebagian masyarakat kita yang memahami ungkapan
yang sangat populer “fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan” berdasarkan ayat
al- Fitnatu Asyaddu min al-Qatl, atau al-Fitnatu Akbaru min al-Qatl yang
terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 191 dan 217. Kesalahan itu terjadi, karena
di samping memahami arti kata “al-fitnah” dalam ayat itu semakna dengan arti
fitnah dalam bahasa Indonesia, juga disebabkan mengabaikan asbabun nuzul
yang menjadi latar belakang tuturnnya ayat tersebut.
Mengingat begitu pentingnya ilmu ini, penulis tertarik untuk membahasanya
lebih jauh lewat tulisan ini, agar pengertian asababun nuzul dan pembahasan yang
berkaitan dengannya dapat di ketahui masyarakat luas.

2.Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui sejarah lahrinya Asbabun Nuzul

2. Dapat mengetahui pengertian dari Asbabun Nuzul

3. Dapat mengetahui macam-macam dari Asbabun Nuzul

4. Dapat mengetahui kaidah dari Asbabun Nuzul

2
2

5. Dapat mengetahui peranan dari Asbabun Nuzul

3. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah dengan metode Kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode yang berupa deskripsi atau gambaran tertulis
mengenai objek tertentu yang menjadi bahan yang diamati atau dikaji oleh peneliti,
yang bersumber dari beberapa referensi buku dan media internet.

B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Asbabun Nuzul

Untuk memahami asbabun nuzul diperlukan pemahaman tentang sejarah


pengertian (definisi) asbabun nuzul. Pengertian asbabun nuzul dalam kesejarahan
ilmu tafsir dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu asbabun nuzul mikro
dan asbabun nuzul makro. Asbabun nuzul mikro adalah asbabun nuzul yang
sering diketemukan dalam khazanah ilmu tafsir tradisional yang berkembang
sejak abad 2 H. Ulama-ulama tafsir tradisonal memberikan batasan peristiwa dan
pertanyaan kasuistik yang melatarbelakangi turunnya ayat sebagai asbabun nuzul
(yang kemudian dikenal dengan asbabun nuzul mikro).Pendekatan tradisional
konvensional ini dapat dilacak dalam sejarah ilmu tafsir generasi awal. Setelah
diadakan eksplorasi terhadap beberapa kitab 'ulumul Qur’an, dalam artikel ini
perlu dipaparkan definisi-definisi asbabun nuzul (mikro) sebagaimana telah
dikemukakan oleh para ulama tafsir.Al- Zarkasyi mendefinisikan asbabun nuzul
sebagai pertanyaan dan peristiwa yang mengakaibatkan turunnya ayat. Definisi ini
diperbaiki oleh Al-Suyuti bahwa asbabun nuzul tidak boleh dipahami sebagai
sebuah sebab yang mengakibatkan turunnya ayat karena turunnya ayat bukanlah
sebuah akibat. Menurut Al- Suyutiasbabun nuzul lebih merupakan hari-hari
dimana ayat (beberapa ayat) itu turun dan bukan menunjukkan adanya
kausalitas.(Al-suyuti,al-itqan fi ulum al-qur’an,Beirut:muassasah al-kitab al-
tsaqfah,1996,h. 85). Definisi asbabun nuzul kemudian dikembangkan oleh Al-
Zarqani dengan konsep yang justru menambah kekaburan makna. Al-Zarqani
mendefinisikan asbabun nuzul sebagai sesuatu yang ketika turun satu ayat atau
beberapa ayat, berbicara tentang sesuatu tersebut atau menjelaskan ketentuan-
3
2

ketentuan hukum yang terjadi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut(al-


zarqani,manahi al-qur’an fi ulum al-qur’an,Beirut:isa al-bab al-halabi,t,th. h.30).
Manna‘al-Qat}tan mendefinisikan asbabun nuzul sebagai suatu yang ketika Al-
Qur’an turun berkenaan dengannya pada waktu terjadinya, seperti peristiwa
(kejadian) atau pertanyaan(al-zarqani,manahi al-qur’an fi ulum al-qur’an,h. 78).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shubh}i al-Salih bahwa asbabun nuzul
adalah sesuatu yang oleh karenanya turun satu ayat atau beberapa ayat, mencakup
peristiwa atau menjawab pertanyaan atau menjelaskan hukum yang terjadi pada
zamannya.

Pengertian asbabun nuzul kemudian berkembang menjadi pengertian yang bersifat


makro yaitu bahwa asbabun nuzulbukan hanya berupa peristiwa dan pertanyaan
yang melatarbelakangi turunnya ayat tetapi juga menyangkut kondisi sosio-
historis yang melatarbelakngi turunnya ayat. Perkembangan pengertian ini terjadi
pada abad 8 H seiring kritik-kritik yang muncul atas pengertian asbabun nuzul
mikro. Bahkan kritik tajam asbabun nuzul mikro muncul dari al-Dahlawi yang
menganggap bahwa asbabun nuzul yang tercantum dalam kitab-kitab tafsir yang
berdasarkan riwayat adalah rekaan (zanni). Berbeda dengan definisi-definisi
tradisional konvensional, asbabun nuzul makro lebih bersifat formil untuk
membedakan asbabun nuzul mikro yang bersifat materiil. Ulama yang
mendefinisikan asbabun nuzul makro ini antara lain Al-Syatibi yang menjelaskan
bahwa memahami asbabun nuzuladalah memahami konteks (situasi dan kondisi)
yang melingkupi turunnya ayat. Konteks itu meliputi al-Mukhatib (Allah swt), al-
Mukhatabdan al-Mukhatab fih. Al-Qasimi menambahkan bahwa pengetahuan
asbabun nuzulitu tidak bisa dipahami essensinya kecuali juga harus mengetahui
situasi dan kondisi ketika ayat itu turun. Pendapat ini kemudian diikuti Fazlur
Rahman dengan definisi yang dikemukakannya yaitu bahwa asbabun nuzul
mencakup situasi dan kondisi historis yang riil terjadi (sosial, politik, iptek,
psikologi Nabi, ekonomi dan sebagainya). Kerangka berfikir tersebut juga
mengilhami Quraisy Shihab yang memandang bahwa pengertian asbabun nuzul
perlu diperluas konotasinya sehingga mencakup kondisi sosio- kultural pada masa
ayat itu turun. Dengan demikian, baik al-Qasimi maupun Qurash Shihab telah
mengembangkan paradigma baru dalam memahami asbabun nuzul yang tidak
4
2

hanya terbatas pada informasi konvensional dan redaksional sebagaimana terdapat


dalam kitab-kitab tafsir tetapi harus juga mencakup kondisi sosiologis dan kultur
masyarakat pada saat turunnya suatu ayat. Pemahaman asbabun nuzul makro
dalam prosesnya akan memunculkan sebuah konsep rekonstruksi sejarah.
Dengan demikian, asbabun nuzul mestinya tidak hanya dipahami sebagai
peristiwa yang langsung melatarbelakangi turunnya ayat karena sebuah peristiwa
terlahir dari realitas sosial tertentu secara determinan sehingga setiap peristiwa
selalu merupakan akibat atau pengaruh dari fungsi sosial tertentum, Dengan
menjadikan latar belakang sosio-historis dan sosio- kultural yang melingkupi
masyarakat dimana wahyu turun maka akan lebih membantu memahami makna
ayat ketimbang hanya terbatas pada peristiwa mikro yang sering dinisbatkan
sebagai asbabun nuzul dalam khazanah ilmu al-Qur’an konvensional. Kasus
turunnya ayat-ayat pelarangan khamar secara graduatif yang dilatar belakangai
oleh peristiwa-peristiwa yang berbeda mengindikasikan adanya kondisi sosio-
kultural yang melatar belakangi sebuah peristiwa yang menjadi latar belakang
turunnya suatu ayat. Apa yang perlu digaris bawahi adalah, sebagimana
diungkapkan Nasr Hamid Abu Zaid,12bahwa asbabun nuzul bukan sekedar
memahami hubungan antara teks dan realitas saja, tetapi harus disadari juga
bahwa teks (sebagimana teks bahasa) memiliki efektifitas-efektifitas yang
unikyang melampaui batas- batas realitas partikular yang diresponnya. Hal ini
sekaligus kritik Nasr Hamid tehadap ulama-ulama klasik yang terbtas pada
pembahasan bahwa teks sekedar respon atas kondisi Rasul saat menerima wahyu.

2. Pengertian Asbabun Nuzul

Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata“asbab” dan


“nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatudapat disebut asbab an-nuzul, dalam
pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran, seperti halnya asbab al-
wurud secara khusus digunakan bagi sebab terjadinya hadist.
Adapun definisi asbabun nuzul dalam terminologi pakar ilmu-ilmu al-Qur’an
adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Subhi Shalih dalam bukunya
5
2

Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an yang Artinya: “ Sesuatu (peristiwa atau pertanyaan)


yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung
hukumnya atau member jawaban tentang sebab itu atau sebagai penjelasan
hukumnya, pada masa terjadinya perisriwa itu ”.
Hampir senada dengan definisi di atas, Dr. Dawud al-Aththar
mengemukakan pengertian asbabun nuzul, yaitu :( Al-Aththar, Dawud, Mujaz
‘Ulum al-Qur’an, alih bahasa oleh Afif Muhammad dan Ahsin Muhammad
Bandung: PUSTAKA HIDAYAH, 1994).
“Asbab al-Nuzul adalah sesuatu yang melatar belakangi turunnya suatu ayat atau
lebih, sebagai jawaban terhadap suatu pertanyaan atau menjelaskan hukum yang
terdapat dalam peristiwa tersebut”
Banyak pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di
antaranya:
1. Menurut Az-zarqoni: Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang
terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-qur’an yang berfungsi sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.
2. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan
kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.
3. Subhi shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat al-qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai
respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.
4. Mana’ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya al-qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu
terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi”.
Kendatipun redaksi pendifinisian di atas sedikit berbeda, semuanya
menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan,
dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut. Asbab
an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk memberikan
keterangan terhadap turunnya ayat Al-qur’an dan memberinya konteks dalam

6
2

memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi


peristiwa pada masa al-qur’an masih turun (ashr at-tanzil). Bentuk-bentuk
peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-qur’an itu sangat beragam,
diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi diantara suku
Aus dan suku khazraj ; kesalahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang
mengimani shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu
yang telah lewat, sedang, atau yang akan rerjadi. Persoalan mengenai apakah
seluruh ayat al-qur’an memiliki asbab an- nuzul atau tidak, ternyata telah menjadi
bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak
semua ayat al-qur’an memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat al-qur’an
yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan sebagian
lainnuya diturunkan dengan di latarbelakangi oleh sesuatu peristiwa (ghair
ibtida’). Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan tetapi
sebagian berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-qur’an pada masa turunnya
al-qur’an merupakan latar belakang makro al-qur’an, sedangkan riwayat-riwayat
asbab an-nuzul merupakan latar belakang mikronya.pendapat ini berarti
mengaggap bahwa semua ayat Al-qur’an memiliki sebab-sebab yang
melatarbelakanginya.

3. Macam-Macam Asbabun Nuzul

1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbab an-
nuzul
a. Sarih (jelas)

Sarih artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabun


nuzul dengan indikasi menggunakan lafal (pendahuluan).
‫ﺰﻭﻝ‬--‫ ﻧ‬JJJJ‫ﺔﻫﺬﻩ‬----‫ ﺍﻵﻳ‬JJJJ‫ﻫﺬﺍ‬...
adalah ini ayat JJJ‫ﺒﺐ‬------‫ﺳ‬
‫ﺔ‬ JJJ‫ﺍﻵﻳ‬ turun Sebab
‫ﻫﺬﺍ ﺣﺪ‬... ‫ﺖ‬---------‫ﻓﻨﺰﻟ‬
Telah terjadi …… maka turunlah ayat
‫ﺭﺳ ﷲ‬--‫ﺳ ﻮﻝ‬-----‫ ﺌﻞ‬---------‫ ﺖ‬J...‫ﻛ‬--‫ ﺬﺍ‬J‫ﻋﻦ‬

7
2

‫ﻓﻨﺰﻟ ﺔ ﺍﻵﻳ‬

Rasulullah pernah kiranya tentang …… maka turunlah ayat.

b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an-Nuzul karena masih terdapat


keraguan.
‫ﺖ‬-----‫ﺔﻫﺬﻩ ﻧﺰﻟ‬----‫ﻰ ﺍﻵﻳ‬----‫ﺬﺍ ﻓ‬--‫ﻛ‬...

(ayat ini diturunkan berkenaan dengan)


---------‫ ﺬﺍ‬J‫ﻧﺰﻟ‬-----‫ ﺖ‬J‫ﺍﻵﻳ‬----‫ ﺔﻫﺬﻩ‬J‫ﺍﺣﺴ‬---‫ﺐ‬
‫ﻓﯨﻜ‬...
(saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ……)
‫ﻓﯨﻜ‬---------‫ﺍﻵﻳ ﺍﻻ ﺬﺍ‬----‫ﻧﺰﻟ ﺔﻫﺬﻩ‬-----‫ﺍﺣﺴ ﺖ‬---‫ﻣﺎ ﺐ‬...
(saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan …)

2. Dilihat dari sudut pandang terbilangnya/jumlah sebab dan ayat yang turun,
asbabun nuzul dapat dibagi menjadi dua:
a. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat
(ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid)
b. Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat (ta’addud al-
nazil wa alsabab wahid )
c. Cara Mengetahui Riwayat Asbab an-Nuzul

Asbab an-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw.
Oleh karena itu, tidak boleh tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain
berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql as-shalih) dari orang-
orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya ayat al-Qur’an. Pedoman
Mengetahui Asbabun Nuzul
Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat
sahih yang berasal dari Rasulullah SAW atau dari sahabat. Itu disebabkan
pemberitahuan seorang sahabat mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu
bukan sekedar pendapat ( ra’y ), tetapi ia mempunyai hukum marfu’ (disandarkan
pada Rasulullah).
‫ﺒﺎﺏ‬------‫ ﺍﺳ‬J‫ﺰﻭﻝ‬- -‫ ﻧ‬J‫ﺎﺏ‬--------‫ ﺍﻟﻜﺘ‬Jّ‫ ﺍﻻ‬J‫ﺔ‬--------‫ ﺑﺎﻟﺮﻭﺍﻳ‬J‫ﻤﺎﻉ‬----‫ ﻭﺍﻟﺴ‬J‫ ﻣﻤﻦ‬J‫ﺎﻫﺪﻭﺍﺍﻟﺘﻨﺰﻳﻞ‬ J‫ﺷ‬
8
2

‫ﻞ ﻻ‬---‫ﻮﻝ ﻳﺤ‬-----‫ﻰ ﺍﻟﻘ‬-----‫ﻓ‬

‫ﻮﺍ‬-------‫ﻰ ﻭﻭﻗﻔ‬---‫ﺒﺎﺏ ﻋﻠ‬-------‫ﻮﺍ ﺍﻻﺳ‬ ‫ﺎ ﻋﻦ ﻭﺑﺤﺜ‬-‫ﻋﻠﻤﻬ‬

Al- Wahidi mengatakan : ` Tidak halal berpendapat mengenai asbabun


nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar secara
langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-
sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sunggguh dalam
mencarinya.` Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka amat berhati-
hati untuk mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang
jelas.
Oleh karena itu, yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah:

Riwayat-ucapan ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang


secara pasti menunjukkan asababun nuzul.

As- Suyuti berpendapat : bahwa bila ucapan seorang tabi’in secara jelas
menunjukkan asbabun nuzul, maka ucapan itu dapat diterima. Dan
mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabi’in itu benar
dan ia termasuk salah seorang imam tafsir yang mengambil ilmunya dari
para sahabat, seperti mujahid, Ikrimah dan Said bin Jubair, serta
didukung oleh hadis mursal yang lain(as-Suyuthi. Jalaluddin,Asbabun
Nuzul. Alih Bahasa oleh Tim Abdul Hayyie).

Sejalan dengan itu, al-Hakim menjelaskan dalam ilmu hadits bahwa apabila
seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-Qur’an diturunkan,
meriwayatkan tentang suatu ayat al-Qur’an bahwa ayat tersebut turun tentang
suatu (kejadian). Ibnu al-Salah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan ini.
Berdasarkan keterangan di atas, maka sebab an-nuzul yang diriwayatkan
dari seorang sahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat
lain. Adapun asbab an-nuzul dengan hadits mursal (hadits yang gugur dari
sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada
seorang tabi’in). riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih dan
dikuatkan hadits mursal lainnya.

9
2

4. Kaidah Yang Berlaku Atas Asbabun Nuzul

Pada bagian ini ada pendapat yang mendasari tentang hubungan Asbab Al-
Nuzul dengan penerapan hukum yang terkandung dalam satu ayat Al-Qur’an
kaidah tersebut adalah:
3. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tidak hanya dapat berlaku pada
kasus yang menjadi Asbabun Nuzul. Kaidah tersebut berbunyi:
‫ﺒﺮﻩ‬-------‫ﻮ ﺍﻟﻌ‬-----‫ﻆ ﺑﻌﻤ‬-------‫ﻮﺹ ﻻ ﺍﻟﻔ‬------‫ﺍﻟﺴ ﺒﺐ ﺑﺨﺼ‬

Misalnya pada surat Al-Baqarah ayat 222

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “haidh itu adalah
suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Sebab turunnya ayat diatas adalah khusus yaitu Hadits yang bersumber dari
Anas tentang istri orang Yahudi dalam keadaan haidh maka dikeluarkan dari
rumah, suami dan keluarga tidak mau makan dengannya dan tidak mau bergabung
dengannya dalam satu rumah. Hal tersebut ditanyakan kepada Rasul, maka
turunlah ayat diatas. Rasul menjelaskan bahwa istri tersebut diperlakukan dengan
baik, dan tinggal dalam satu rumah yang dilarang adalah melakukan hubungan
suami istri.
Dapat dilihat bahwa ayat di atas berlafazh umum tetapi sebabnya khusus.
Pada kontek ini para ulama sepakat penetapan hukumnya berdasarkan umumnya
lafazh tidak dengan khususnya sebab sehingga berlaku untuk semua orang.
4. Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu atau khusus hanya
berlaku pada kasus yang menjadi sebab turunya ayat itu, pendapat ini berdasarkan
kaidah:
‫ﻊ‬---‫ﺮﺓﺍﻟ‬----‫ﻮﺹ ﺑ‬------‫ﺒﺐ ﺑﺨﺼ‬--------‫ﻮﻡ ﻻ ﺍﻟﺴ‬-----‫ﻆ ﺑﻌﻤ‬ ‫ﺍﻟﻠﻔ‬
10
2

Misalnya dalam surat Al-Lail ayat 17-21

Artinya: Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling Takwa dari neraka itu.
Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Padahal
tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan
Tuhannya yang Maha tinggi. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS.
Al-Lail: 17-21)
Tujuh hamba sahaya sebelum dibebaskan mereka disiksa dalam menegakkan
ajaran Islam. Riwayah yang ada bersumber dari Urmah menyatakan: Bahwa Abu
Bakar Shidiq telah memerdekan mereka, dalam hal ini turunlah ayat diatas (dan
akan dijauhkan dari mereka orang yang paling bertakwa sampai akhir surat).
Menurut Asbab Al-Nuzul ayat tersebut ditujukan untuk Abu Bakar, pendapat ini
menurut Jumhur Ulama.
Berdasarkan kaidah di atas dapat difahami bahwa yang harus diperhatikan
adalah kekhususan sebab bukan keumuman lafaz, pendapat ini dipegang oleh
minoritas ulama.

5. Peranan Asbab Al-Nuzul Dalam Memahami Dan Menafsirkan Ayat

Untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sangat diperlukan bermacam-


macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-Qur’an sehingga penafsiran
ayat Al-Qur’an tidak akan terdapat kesalahan dalam mengambil kandungan-
kandungan Al-Qur’an. Pengetahuan tentang Asbab Al-Nuzul amat penting bagi
seseorang yang hendak mendalami pengertian ayat-ayat Al-Qur’an. Bila telah
mengetahui Asbab Al-Nuzul tentu akan mengetahui situasi dan kondisi yang
terjadi ketika ayat-ayat diturunkan, sehingga dengan mudah untuk mengetahui dan
memikirkan apa yang terjadi dibalik ayat-ayat tersebut.
Ada beberapa hal yang mendorong untuk mengetahui Asbab Al-Nuzul ayat,

yaitu:

5. Untuk Mengetahui Persoalan Syariat (Hukum)

Untuk mengetahui hikmah atau rahasia yang terkandung di balik ayat-ayat


yang dimaksud yang dipersoalkan Syari’at (hukum) misalnya masalah-masalah,

11
2

antara lain:
a. Judi, riba, memakan harta anak yatim diharamkan oleh Allah dalam Al-
Qur’an.
b. Bagaimana mula-mula allah mensyariatkan Shalat khauf (shalat yang
dilakukan sewaktu situasi sedang gawat/perang)
c. Kenapa tidak boleh melakukan Shalat Jenazah atas orang Musyrik.

d. Bagaimana pembagian harta rampasan perang.

Banyak ayat-ayat lain yang berhubungan dengan hukum-hukum Allah SWT


yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh manusia. Untuk mengetahui hukum-
hukumnya sangat perlu diketahui aspek filosofisnya, yang sebagian aspek-aspek
itu dapat diketahui melakui pengertian Asbabun Nuzul ayat, sehingga kekeliruan
dalam memahami ayat dapat dihindari, dan tidak mungkin mengetahui hukum-
hukum dalam Al-Qur’an tanpa mengetahui Asbabun Nuzul ayat sangat
mempengaruhi hukum yang ditetapkan di dalamnya.
6. Mengetahui Asbabun Nuzul sangat menentukan dalam pengecualian
hukum (Takhshish) terhadap orang yang berpendapat bahwa hukum-hukum itu
sangat perlu dilihat terlebih dulu dari sebab-sebab yang khusus sebelum
ditetapkan hukumnya. Mengetahui aspek-aspek khusus itu dapat dikemukakan
memalaui Asbabun Nuzul.
7. Dengan mengetahui Asbabun Nuzul adalah suatu metode yang paling
tetap untuk mengetahui dan memahami pengertian ayat, sehingga diceritakan
dalam suatu riwayat bahwa para Sahabat yang paling mengetahui sebab-sebab
turunnya ayat, lebih diutamakan pendapatnya tentang pengertian kandungan ayat
ketimbang sahabat yang tidak mengetahui sebab-sebab turunya ayat, sehingga
masalah Asbabun Nuzul merupakan hal yang sangat menentukan dalam
mengambil pengertian dan hukum yang terkandung dalam suatu ayat.
Dalam kepentingan mengetahui Asbabun Nuzul ini imam Al-Wahidy
mengemukakan dengan tegas pendirianya yaitu: “Tidaklah mungkin (seseorang)
mengetahui tafsir dari suatu ayat tampa mengetahui kisahnya dan keterangan
sekitar turunya ayat tersebut.
Dengan mengetahui Asbabun Nuzul berarti memahami aspek historis
penafsiran Al-Qur’an, sehingga kandungannya akan jelas dan dapat dipahami

12
2

tanpa ada keraguan dalam melaksanakannya.

13
2

C. PENUTUPAN
1. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asbab an-nuzul merupakan


peristimewa yang melatar belakangi beberapa ayat al-Qur’an yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW. Diantara fungsi asbab an-nuzul dalam penafsiran
secara kontekstual ialah; pertama, untuk menjadikan ayat al-Qur’an lebih relevan
dengan kondisi yang dihadapinya sehingga dalam penerapan hukumnya ia lebih
kepada substansial bukan hanya sebatas formal. Kedua, dengan mengetahui asbab
an nuzul seorang mufasir tidak hanya melihat ayat al-Qur’an sebagai redaksi, akan
tetapi lebih kepada tuntunan kondisi. Asbab an-nuzul juga dapat mempermudah
kaidah hukum yang belum jelas dalam al-Qur’an sehingga mudah untuk dipahami.
2. SARAN

Dengan disusunnya artikel Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini,


penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an, untuk
mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan
Asbabun Nuzul, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari
berbagai pengarang, karena penulisanya membahas garis besarnya saja tentang
ulumul quran dan hanya membahas lebih dalam tentang asbabun nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan artikel ini masih jauh dari
sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan artikel
selanjutnya sangat diharapkan.

14
2

DAFTAR PUSTAKA

As-Suyuti.Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. Beirut: Muasasah al- Kitab al-


Tsaqafah, 1996.
Al-Zarqani.Manahi al-Qur'an fi 'Ulum al-Qur'an. Beirut: Isa al- Bab al-
Halabi, t.th.
Al-Aththar, Dawud, Mujaz ‘Ulum al-Qur’an, alih bahasa oleh Afif
Muhammad dan Ahsin Muhammad Bandung: PUSTAKA HIDAYAH, 1994
Anwar, Rosihon, Ulumul Quran. Cet, III. Bandung: Pustaka Setia,
2006

as-Suyuthi. Jalaluddin,Asbabun Nuzul. Alih Bahasa oleh Tim Abdul


Hayyie,

15

Anda mungkin juga menyukai