Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERALATAN DIAGNOSTIK DASAR


“HEAD MIRROR,HEAD LAMP DAN HEAD BAND”

Oleh :
KELOMPOK III
1. Titi Meta (T202101022)
2. Andi Anggara (T202101024)
3. Risya Diva Cahyani (T202101025)
4. Feni Royani (T202101026)
5. Muh. Ma’rifat Tasauf (T202101027)
6. Abdi Oksar Ndonia (T202101028)
7. Muh. Fauzan (T202101030)
8. Nasihun Nur Amin (T202101031)
9. Muh. Sidiq T.
10.M. Saleh Nurhidayat

DOSEN PEMBIMBING :
YULI MUNANDAR KOLEWORA,ST.,M.Eng

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI ELEKTROMEDIK
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “HEAD MIRROR,HEAD LAMP DAN HEAD BAND”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah diagnostik dasar.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada


setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulisi selama proses penyelesaian
makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Yuli Munandar
Kolewora, ST.,M.Eng selaku dosen elektromedik khususnya mata kuliah diagnostik dasar
atas bimbingan,pengarahan,dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam
pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kendari, 27 Desember 2022

Penulis

( KELOMPOK I )
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................


1.2 Rumusan Masalah........................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................

2.1. Pengertian head ………………………………………………..


2.2. Jenis Jenis Stetoskop…………………………………………..
2.3. Sejarah Stetoskop……………………………………………....
2.4. Bagian-Bagian Stetoskop…………………………………….....
2.5. Prinsip Kerja Stethoscope………………………………………
2.6. Cara Penggunaan Stetoskop……………………………………
2.7. Perawatan Stetoskop…………………………………………….

BAB III PENUTUP..................................................................................................

3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………
3.2. SARAN…………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat
membuat perusahaan yang bergerak pada bidang kesehatan yang dalam hal ini adalah rumah
sakit, demikian dengan aktifitas didalamnya yang kompleks dan kebutuhan yang diperlukan
dari rumah sakit tersebut. Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang kesehatan, rumah
sakit harus memiliki manajemen yang efisien. Dengan demikian, dana yang dialokasikan
dapat lebih hemat dan dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan rumah sakit serta
untuk memperluas dukungan dana sosial. Selain itu, rumah sakit berhubungan dengan
manusia sebagai pemakai jasanya, kesalahan dalam manajemen tak hanya berakibat pada
kerugian material saja tetapi juga dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.
Dalam menjalankan aktifitasnya rumah sakit memerlukan berbagai macam sumber daya.
Salah satu yang termasuk adalah alat-alat kesehatan. Persediaan alat-alat kesehatan harus
selalu dijaga karena persediaanya yang tidak lancar dapat menghambat aktifitas pelayanan
kesehatan.
Peralatan kesehatan yang dipergunakan untuk pelayanan kesehatan terdiri dari berbagai
macam peralatan dengan kualitas yang berbeda dan selalu berkembang pesat dari waktu ke
waktu baik dari segi jenis maupun prinsip kerjanya seiring dengan kemajuan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian head mirror,head lamp dan head band
2. Fungsi head mirror, head lamp dan head band
3. Prinsip kerja head mirror,head lamp dan head band

1.3Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian alat head mirror,head lamp dan head band
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari alat head mirror,head lamp dan head band
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan prinsip kerja alat head mirror,head lamp dan head
band
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Head mirror,head lamp dan head band


a) Head Mirror

Cermin kepala adalah cermin cekung yang dapat disesuaikan dengan bukaan tengah dan
pengikat kepala pengaman. Perangkat ini digunakan sebagai alat pengumpul dan
pemfokusan cahaya selama pemeriksaan medis. Cermin miring ke dalam memusatkan
cahaya dan mengarahkannya langsung ke objek yang berhadapan langsung dengan mata
pemeriksa. Sangat membantu untuk menerangi lubang gelap seperti telinga, hidung, dan
tenggorokan, cermin kepala paling sering digunakan oleh otolaryngologist, atau dokter
spesialis di area ini. Cermin kepala telah menjadi simbol profesi medis, seperti jas lab
putih dan stetoskop

Memeriksa rongga gelap pasien selama pemeriksaan medis bisa jadi sulit. Ini terutama
karena kepala dokter dapat membuat bayangan atau menghalangi sumber cahaya sama
sekali ketika sumber cahaya diarahkan langsung ke tempat yang diperiksa, membuatnya
terlalu redup untuk dilihat. Cermin kepala memberikan solusi untuk masalah ini. Saat
perangkat medis ini digunakan, sumber cahaya dapat ditempatkan di sebelah pasien dan
cermin khusus akan memantulkan kembali cahaya ke objek yang diperiksa tanpa dokter
menghalangi jalur cahaya.

Selama pemeriksaan, dokter dan pasien duduk saling berhadapan dengan lutut sejajar dan
sumber cahaya diarahkan ke dokter dari sisi kiri pasien. Cermin diikat ke kepala dokter
dengan lubang tengah di cermin ditempatkan di atas satu mata, biasanya mata kanan.
Penyesuaian dilakukan dengan cara memiringkan dan memutar cermin agar secara
maksimal mengumpulkan dan memantulkan sumber cahaya ke objek yang akan
diperiksa. Cahaya terfokus dipancarkan ke objek yang sejajar langsung dengan mata di
tengah bukaan di cermin kepala. Sedikit gerakan kepala dokter dapat menggerakkan
cahaya terfokus ke tempat yang dibutuhkan di dalam rongga.

Seiring dengan jas lab putih dan stetoskop, cermin kepala telah menjadi simbol klasik
profesi medis. Ini tampak seperti simbol abadi yang aneh karena perangkat ini sekarang
biasanya hanya digunakan oleh ahli THT, dan sebagian besar pasien kontemporer
mungkin belum pernah melihatnya secara langsung, apalagi diperiksa selama
pemeriksaan medis. Seratus tahun yang lalu kedokteran tidak terspesialisasi seperti saat
ini, dan cermin kepala adalah alat yang sering diandalkan untuk diagnosis.
b) Head Lamp
Head lamp atau lampu senter kepala adalah alat bantu penerangan yang digunakan di
kepala yang berfungsi sebagai lampu periksa pasien. Alat ini biasanya digunakan di
bagian THT, IGD, ruang bedah (OK) dan poliklinik umum. Head lamp ini memiliki
intensitas cahaya yang lebih terang daripada bohlam biasa.

2.2 Jenis Jenis Stetoskop

Anda bisa memilih alat ini sesuai kebutuhan Anda, bisa yang berkualitas tinggi atau
lebih rendah. Umumnya alat ini punya banyak warna, ukuran panjang yang berbeda, dan
kegunaan yang berbeda pula.

Pada dasarnya setiap jenis dari alat ini dirancang untuk melakukan fungsi yang sama,
yakni mendengar suara di dalam tubuh. Berikut adalah berbagai jenis stetoskop yang perlu
Anda ketahui:

2.2.1. Stetoskop kardiologi

Alat jenis ini umumnya terlihat sama layaknya stetoskop biasa. Bedanya,
kemampuan alat kardiologi ini dapat mendengarkan suara detak jantung dengan lebih jelas.
Alat ini dapat mendengar suara dari frekuensi rendah ke tinggi dari diafragma tanpa perlu
menggunakan bell yang biasanya ditemukan dalam stetoskop berkepala ganda.

2.2.2 Stetoskop bayi

Ini adalah jenis alat medis yang digunakan untuk memeriksa bayi yang sudah berusia
sekitar tiga bulan lebih. Alat pediatrik ini berbeda dengan stetoskop pada umumnya, karena
pada bagian ujung kepalanya memiliki diameter yang kecil, sekitar 2,6 cm. Mengapa
diameternya dibuat sangat kecil.

Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kejelasan suara yang akurat saat
memeriksa bagian tubuh, terutama detak jantung bayi. Selain itu, bagian ujung kepala dari
alat ini didesain dengan bahan non-lateks untuk menghindari reaksi alergi pada bayi. Alat ini
digunakan oleh praktisi medis dan juga mahasiswa kedokteran untuk mendengarkan dan
mempelajari jantung serta suara lain untuk mendiagnosis dan menilai masalah yang mungkin
muncul pada pasien bayi.

2.2.3 Stetoskop bayi baru lahir

Jenis alat medis ini adalah tipe terkecil untuk bayi yang baru lahir. Alat ini memiliki
diameter yang sangat kecil, kira-kira hanya 2 cm. Dibuat sangat kecil dengan tujuan untuk
mendengar kejelasan suara yang akurat tanpa risiko tercampur suara lain yang berasal dari
luar dan sekitarnya.

Sama seperti stetoskop bayi biasa, alat medis ini juga dibuat dari bahan non-lateks
yang berguna menghindari reaksi alergi dan sensasi dingin ketika besi ujung kepala alat ini
diletakkan ke dada bayi yang baru lahir.

Alat medis ini sengaja dibuat sedemikian kecil untuk mendapatkan diagnosis yang
akurat di waktu singkat. Biasanya alat ini digunakan untuk diagnosis dan penilaian fisik pada
bayi yang baru lahir.

2.2.4. Stetoskop anak-anak

Alat ini terlihat seperti stetoskop biasa, tetapi dapat dibedakan dari warna dan ukuran
kepala alat ini alias bagian yang ditempelkan ke tubuh. Alat ini memiliki ujung kepala yang
lebih kecil agar penempatan ke bagian tubuh yang ingin didengar, seperti jantung, menjadi
lebih jelas dan akurat.

Diberikannya warna pada alat ini juga bisa menjadi fungsi agar mirip seperti mainan.
Jadi nantinya, anak-anak tidak akan merasa takut jika dokter hendak memeriksa. Alat medis
jenis ini umumnya digunakan untuk mendiagnosis dan juga secara fisik menilai anak-anak
yang sakit.

2.2.5. Stetoskop elektronik


Alat medis elektronik ini fungsinya untuk membantu memecahkan masalah suara dan
memperkuat suara yang didengar pada dada atau bagian tubuh lainnya secara elektronik.
Suara elektronik itu kemudian diubah menjadi sebuah gelombang listrik yang nantinya akan
menghasilkan suara yang lebih jelas lagi jika sudah sampai ke telinga dokter.

Stetoskop jenis ini terbagi lagi ke dalam dua jenis, ada yang jenis amplifikasi dan
digitalisasi. Alat ini sangat berguna, karena dapat memperkuat suara jantung atau
pernapasan, sehingga memudahkan diagnosis dalam kasus suara yang samar. Umumnya, alat
ini digunakan untuk diagnosis pada masalah kesehatan jantung atau paru.

2.3 Sejarah Stetoskop

Sebelum stetoskop ada, jika ingin memeriksa paru, jantung, atau organ dalam lain,
seorang dokter harus menempelkan daun telinganya langsung ke kulit tubuh pasien. Praktik
mendengarkan organ dalam tubuh secara langsung (dalam Bahasa Inggris disebut immediate
auscultation) ini berlangsung sejak zaman Hippocrates. Hal ini berlangsung turun temurun
dalam waktu yang cukup lama bahkan hingga abad ke-20. Banyak masalah terkait hal
kepatutan muncul pada praktik auskultasi langsung ini. Jika pasien berjenis kelamin sama
dengan dokter, mungkin tidak ada masalah, walaupun tentu pasien akan merasa risih. Kalau
pasien dan dokter memiliki gender yang berbeda, misal sang dokter adalah seorang pria tua
dan sang pasien adalah seorang wanita muda dan cantik, dalam sebuah situasi ketika sang
dokter ingin memeriksa paru-paru dan jantung pasien, sekalipun dilakukan dengan
profesional dan berlandaskan kode etik, sang pasien akan merasa sangat tidak nyaman.
Masalah akan menjadi jauh lebih pelik jika adat dan keyakinan religius yang dianut
masyarakat setempat melarang interaksi langsung antara pria dan wanita.
Pada 1816, Rene Theophile Hyacinthe Laennec, seorang dokter Perancis yang
bekerja di Necker-Enfants Malades Hospital Paris, mulai menerapkan auskultasi secara
tidak langsung (mediate auscultation) ketika melakukan pemeriksaan pada seorang wanita
muda supaya tidak merasa risih. Sang dokter memeriksa jantung sang wanita dengan
sebuah alat khusus berupa kertas yang digulung, dengan satu ujung ditempatkan di area
sekitar jantung pasien dan ujung yang lain ditempelkan di telinga sang dokter. Setelah
merasakan bahwa auskultasi secara tidak langsung dapat mendengarkan bunyi jantung
secara lebih jelas, Laennec menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk menyempurnakan
alat yang kemudian disebut stetoskop (dari Bahasa Yunani stethos = dada dan skopein =
mengeksplorasi) dan menerbitkan sebuah buku dalam Bahasa Perancis yang berjudul De
l’auscultation médiate ou Traité du Diagnostic des Maladies des Poumon et du Coeur
(Bahasa Indonesia: Tentang Auskultasi Langsung atau Risalah pada Diagnosis Penyakit-
penyakit Paru dan Jantung). Bentuk stetoskop karya Laennec masih sederhana, berbentuk
tabung dan terbuat dari kombinasi kayu dan kuningan.

Stetoskop Laennec mencetuskan babak baru perkembangan auskultasi tidak langsung


dan penyempurnaan stetoskop. Pada Juni 1840, Golding Bird, seorang dokter Inggris,
mendesain dan menggunakan stetoskop yang memiliki tabung fleksibel dan satu bagian
telinga (earpiece) sehingga auskultasi dapat dilakukan dengan posisi yang lebih fleksibel.
Kemudian, seorang dokter dari Irlandia bernama Arthur Leared mengenalkan stetoskop
binaural (yang memiliki dua earpiece sehingga dapat didengarkan dengan kedua telinga)
pertama yang terbuat dari getah perca pada Great Exhibition di London tahun 1851. Desain
stetoskop binaural ini disempurnakan oleh George Philip Hammann pada tahun 1852.
Rappaport, Sprague dan Groom mendesain sebuah stetoskop binaural yang lebih modern
pada dekade 1940an yang menjadi standar baru yang terdiri atas kombinasi dua sisi bagian
dada (chestpiece), satu sisi digunakan untuk sistem respirasi dan sisi yang lain untuk sistem
kardiovaskuler.

Berbagai stetoskop modern telah dikembangkan dengan pelbagai perbaikan terhadap


berat dan penampilan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang sama seperti yang
dideskripsikan oleh Rappaport, Sprague dan Groom. Pada awal dekade 1960an, David
Littmann, seorang profesor dari Harvard Medical School, menciptakan stetoskop yang lebih
ringan daripada model sebelumnya dan memperbaiki kualitas akustik stetoskop. Dalam
perkembangan terkini, Tarek Loubani, seorang dokter Kanada, menggagas penggunaan
teknologi percetakan 3 dimensi yang mampu mencetak stetoskop dengan kualitas bagus
dengan harga yang sangat murah.

Stetoskop menjadi alat yang penting untuk melakukan auskultasi dan telah
berkembang dengan pesat sejak tahun 1816. Berbagai perbaikan dan pengembangan yang
melibatkan banyak ahli telah dilakukan tahap demi tahap. Stetoskop akan terus berevolusi
dalam sebuah lini masa dan akan tetap menjadi salah satu simbol dunia medis hingga kelak
sebuah alat baru yang lebih canggih dan mampu menggantikan fungsi stetoskop yang ada
saat ini.

2.4 Bagian-Bagian Stetoskop

2.4.1 Eartips

Gambar 2.3.1 earitips

Bagian ini merupakan bagian yang diletakkan atau dimasukkan ke dalam telinga.
Eartips menjadi pintu keluar suara yang didengar dari organ dalam tubuh, termasuk dada.
Eartips umumnya terbuat dari karet atau bahan silikon yang dirancang dengan bentuk yang
pas dipakai di dalam telinga sehingga suara lain yang tidak diinginkan tidak masuk
tercampur.
2.4.2 Binaural atau Pipa besi

Gambar 2.3.2 Binaural

Binaural berguna menjaga stetoskop supaya tetap tegak serta tidak lembek. Bagian
binaural ini ada besi stainless lentur agar nyaman dipakai serta sesuai dengan posisi telinga.
Umumnya stetoskop tidak tegak lurus, tetapi agak bengkok mengikuti posisi telinga kanan
serta kiri. Apabila anda merasa tidak nyaman sewaktu menggunakan stetoskop cobalah untuk
ditukar antara kanan dengan kiri eartipsnya.

2.4.3 Tubing atau Selang karet

Gambar 2.3.3 Tubing

Tubing berfungsi untuk menyalurkan suara dari chestpiece ke telinga. Bagian ini
umumnya berjumlah 1 buah. Tubing terbuat dari karet yang lentur. Ada pula stetoskop yang
terdiri dari 2 selang, disebut sprague rappaport.

2.4.4 Chestpiece
Gambar 2.3.4 Chestpiece

Chest-piece adalah bagian kepala stetoskop dokter yang biasanya terdiri dari dua sisi,
yaitu diafragma dan bell. Bagian ini ditempelkan ke tubuh pasien untuk mendengarkan suara.
Diafragma merupakan kepala stetoskop yang lebih besar dengan permukaan datar, yang
langsung menempel ke permukaan kulit pasien. Fungsinya adalah mendengarkan suara
dengan frekuensi lebih tinggi. Sedangkan bell memiliki diameter lebih kecil dan berbentuk
seperti lonceng, yang terletak di atas diafragma. Bagian ini berfungsi mendengarkan suara
dengan frekuensi rendah.

2.5 Prinsip Kerja Stethoscope

Stetoskop memiliki beberapa bagian yakni eartips, pipa besi, selang karet dan
sungkup stetoskop. Cara kerja stetoskop itu sendiri cukup sederhana yaitu menstransfer
gelombang suara yang kita dengar yang di hasilkan oleh tubuh. Proses kerjanya terjadi ketika
kita menempelkan sungkup ke bagian organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan usus yang
kemudian stetoskop ini akan menghasilkan suara. Pada saat bell sungkup stetoskop dibuka
maka dapat menyesuaikan antara kulit dan udara.

Kulit yang bersentuhan dengan sungkup terbuka semakin kecil diameter sungkup
maka semakin tinggi frekuensi suaranya. Frekuensi ditentukan juga oleh faktor yang
mengatur frekuensi saat sungkup terbuka. Apabila saat pemeriksaan jantung stetoskop terlalu
kencang tertekan pada kulit maka frekuensi yang di dengar menjadi rendah. Jika sungkup
stetoskop tertutup maka sungkup memiliki diafragma dengan frekuensi suara tertentu saja.
Stetoskop sungkup tertutup ini digunakan pada saat mendengarkan bunyi paru-paru yang
frekuensi suaranya lebih tinggi dari pada bunyi jantung.

Suara itu termasuk ke dalam kategori gelombang bunyi yang menyebar ke segala
arah. Bila diameter selang terlalu pendek atau kecil kemungkinan suara yang di hasilkan
bakal hilang akibat gesekan earpieces yang terpasang pada telinga akan mengurangi suara
yang terdengar. Semakin rendah frekuensi suara dari stetoskop maka semakin cepat selang
mengalami kebocoran. Selang pada stetoskop ini hanya berfungsi untuk mengantarkan
gelombang suara dari sungkup ke bagian telinga.

2.6 Cara Penggunaan Stetoskop

Memilih dan Menyetel Stetoskop

1. Beli stetoskop berkualitas bagus. Stetoskop berkualitas bagus sangatlah penting.


Semakin bagus kualitas stetoskop maka akan semakin mudah Anda
mendengarkan bunyi tubuh pasien.Stetoskop selang tunggal (single tubed) lebih
baik daripada stetoskop selang ganda (double tubed). Selang-selang di stetoskop
selang ganda dapat saling bergesekan. Bunyi gesekan ini bisa menyulitkan Anda
saat mendengarkan bunyi jantung. Selang stetoskop yang tebal, pendek, dan
relatif kaku adalah selang terbaik, kecuali Anda ingin memakai atau
menggantungkan stetoskop di leher. Jika begitu maka selang yang lebih
panjanglah yang paling baik. Pastikan selang tidak bocor dengan mengetuk
diafragma (sisi datar pada logam berbentuk lingkaran) stetoskop. Saat Anda
mengetuknya, gunakan alat pendengar (earpiece) stetoskop untuk mendengarkan
suaranya. Jika Anda tidak mendengar apa pun, mungkin selang tersebut bocor.
2. Sesuaikan alat pendengar stetoskop.Pastikan alat pendengar menghadap ke depan
dan ukurannya pas di telinga Anda. Jika tidak, Anda mungkin tidak dapat
mendengar apa pun dengan stetoskop tersebut. Pastikan alat pendengar
menghadap ke depan. Jika Anda memakainya menghadap ke belakang, Anda
tidak akan bisa mendengar bunyi apa pun. Pastikan alat pendengar memiliki
bantalan yang ukurannya pas dan dapat “mengunci” dengan baik di telinga Anda
untuk menghindari suara-suara dari lingkungan sekitar. Jika ukurannya tidak pas,
biasanya bantalan tersebut dapat dilepas. Kunjungi toko penyedia alat medis
untuk membeli bantalan baru. Pada beberapa jenis stetoskop, Anda juga dapat
memiringkan atau menekuk gagang alat pendengar ke depan untuk membuatnya
pas di telinga.
3. Periksa tekanan alat pendengar di stetoskop.Dengan kata lain, pastikan posisinya
cukuprapat di kepala Anda, tetapi tidak terlalu kencang. Jika terlalu kencang atau
terlalu longgar, sesuaikanlah kembali. Jika alat pendengar terlalu longgar, Anda
mungkin tidak dapat mendengar apa pun. Untuk mengencangkan tekanan, tekan
atau rapatkan gagang alat pendengar dengan lembut. Jika terlalu kencang, alat
pendengar dapat menyebabkan telinga Anda sakit dan membuat Anda merasa
sangat tidak nyaman. Untuk mengurangi tekanan,regangkan gagang dengan
lembut.
4. Pilih chest piece atau gendang stetoskop yang sesuai untuk stetoskop Anda. Ada
berbagai jenis chest piece untuk stetoskop. Pilihlah yang paling sesuai dengan
kebutuhan Anda. Chest piece tersedia dalam berbagai ukuran untuk orang dewasa
dan anak-anak.

Bersiap Menggunakan Stetoskop

1. Pilih tempat yang tenang untuk menggunakan stetoskop. Gunakan stetoskop di


tempat yang tenang. Carilah area tenang untuk memastikan Anda dapat
mendengarkan bunyi tubuh pasien dan tidak terganggu dengan suara-suara atau hiruk-
pikuk ruangan.

2. Atur posisi pasien. Untuk mendengarkan bunyi jantung dan perut, posisikan
pasien Anda dalam keadaan telentang. Untuk mendengarkan bunyi paru-paru,
posisikan pasien dalam keadaan telungkup. Bunyi jantung, paru-paru, dan perut bisa
terdengar berbeda tergantung dari posisi pasien: misalnya duduk, berdiri, berbaring ke
kiri/kanan, dan sebagainya.

3. Tentukan untuk menggunakan diafragma atau bel (sungkup). Diafragma atau sisi
datar pada gendang stetoskop lebih baik digunakan untuk mendengarkan bunyi
bernada tinggi. Bel atau sisi cekung pada gendang stetoskop lebih baik digunakan
untuk mendengarkan bunyi bernada rendah. Jika Anda menginginkan stetoskop yang
menyalurkan kualitas suara yang baik, Anda mungkin perlu mempertimbangkan
stetoskop elektronik. Stetoskop elektronik dapat mengeraskan suara sehingga Anda
lebih mudah dalam mendengarkan bunyi jantung dan paru-paru. Penggunaan
stetoskop elektronik mungkin membantu memudahkan Anda untuk mendengarkan
bunyi jantung dan paru-paru, tetapi harganya pun mahal.

4. Mintalah pasien untuk mengenakan baju pasien atau melepas baju yang
dipakainya agar kulitnya tidak tertutupi. Gunakan stetoskop langsung pada kulit untuk
menghindari terdengarnya bunyi berdesir dari kain baju. Jika pasien Anda adalah pria
yang memiliki banyak bulu dada, tekan stetoskop dengan cukup kuat untuk
menghindari terdengarnya bunyi berdesir. Untuk membuat pasien Anda lebih
nyaman, hangatkan stetoskop dengan menggosokkannya ke lengan baju Anda atau
pertimbangkan untuk membeli alat penghangat stetoskop.

Mendengarkan Jantung

1. Letakkan diafragma di atas area jantung pasien. Posisikan diafragma di bagian kiri
atas dada di antara rusuk ke-4 dan ke-6, sedikit di bawah puting susu. Tahan stetoskop
di antara jari telunjuk dan jari tengah Anda, berikan sedikit tekanan sehingga Anda
tidak mendengar bunyi gesekan jari-jari Anda sendiri.

2. Dengarkan bunyi jantung selama satu menit.Minta pasien untuk relaks dan
bernapas dengan normal. Anda akan mendengarkan bunyi normal jantung manusia
yang bunyinya seperti “lub-dub”. Bunyi ini juga disebut bunyi sistolik dan diastolik.
Sistolik adalah bunyi “lub” dan diastolik adalah bunyi “dub”. Bunyi “lub” atau
sistolik terdengar saat katup mitral dan trikuspid jantung menutup.Bunyi “dub” atau
diastolik terdengar saat katup aorta dan pulmonal menutup.

3. Hitung detak jantung yang Anda dengar dalam semenit. Detak jantung normal
orang dewasa dalam kondisi istirahat (tidak beraktivitas berat) adalah antara 60-100
per menitnya. Untuk atlet profesional, detak jantung normalnya dalam kondisi
istirahat dapat berkisar antara 40-60 per menit. Ada beberapa klasifikasi nilai batasan
detak jantung untuk pasien di bawah 10 tahun yang dapat dipertimbangkan. Nilai-nilai
batasan tersebut di antaranya: Bayi baru lahir sampai usia satu bulan: 70-190 detak
per menit.Bayi 1-11 bulan: 80-160 per menit.Anak 1-2 tahun: 80-130 per menit.Anak
3-4 tahun: 80-120 per menit.Anak 5-6 tahun: 75-115 per menit.Anak 7-9 tahun: 70-
110 per menit.
4. Dengarkan adanya bunyi jantung abnormal.Saat Anda menghitung jumlah detak
jantung, Anda juga harus memperhatikan jika ada bunyi abnormal. Bunyi yang tidak
terdengar seperti “lub-dub” dapat dikategorikan sebagai bunyi abnormal. Jika Anda
mendengar bunyi abnormal ini, pasien mungkin perlu mendapatkan pemeriksaan
dokter lebih lanjut. Jika Anda mendengar bunyi berdesis atau bunyi yang terdengar
seperti “lub...shhh...dub”,pasien Anda mungkin memiliki “murmur”jantung. Murmur
jantung adalah aliran darah yang sangat cepat saat melewati katup jantung. Banyak
orang yang mengalami apa yang disebut dengan murmur inosen (disebut juga dengan
murmur fisiologis atau fungsional) yang tidak berbahaya. Walaupun begitu, beberapa
kondisi murmurjantung memang benar mengindikasikan adanya masalah di katup
jantung. Oleh karena itu, Anda harus menganjurkan pasien untuk mengunjungi dokter
jika Anda mendeteksi adanya murmur jantung. Jika Anda mendengar bunyi jantung
ketiga yang menyerupai getaran frekuensi rendah, pasien mungkin mengalami
kerusakan bilik jantung (ventricular defect). Bunyi jantung ketiga ini disebut “S3”
atau “ventricular gallop”. Anjurkan pasien untuk menemui dokter jika Anda
mendengar adanya bunyi jantung ketiga ini. Cobalah mendengarkan contoh bunyi
jantung normal dan tidak normal untuk membantu Anda dalam menentukan
normal/tidaknya bunyi yang Anda dengar.

2.7 Perawatan Stetoskop

1. Bersihkan dengan air sabun atau alcohol

Perawatan sederhana bisa diterapkan setiap hari sesudah stetoskop tidak


digunakan lagi. Caranya dengan membasuhnya dengan air dan sedikit sabun. Jangan
sampai merendam alat medis ini di dalam air. Sebab bisa mengakibatkan komponen
tertentu mengalami kerusakan Selain itu, air juga bisa mengendap di dalam selang,
sehingga efektivitas alat ini jadi berkurang. Kalau ternyata kondisi stetoskop terbilang
parah bisa membersihkannya memakai desinfektan yang kuat seperti alkohol 70%.
Selalu periksa segel. Alat medis ini memanfaatkan segel kedap udara, agar mampu
mentransfer suara tubuh pasien ke pendengaran dokter. Kalau pipanya lepas, retak
atau longgar, maka suara yang terdengar tidak optimal lagi.

2. Cara membersihkan eartips


Komponen stetoskop yang dimasukkan ke dalam telinga ini juga penting
untuk selalu dibersihkan. Bagian ini bisa dilepas agar lebih mudah dalam
membersihkannya. Alkohol 70% atau air dengan tambahan sedikit sabun bisa
digunakan sebagai media pembersihnya. Setelah dibersihkan segera pasang kembali
ke binaural stetoskop. tips saat membeli stetoskop adalah memastikan ukuran eartips-
nya pas. Sebab kalau terlalu besar, maka lubang telinga terasa tertekan. Akibatnya
suara yang dihasilkan cenderung tidak bagus. Begitu juga kalau ukuran yang
kekecilan, suara tidak akan terdengar dengan sempurna. Karena itu, ketika membeli
pastikan ukurannya pas dan bisa mendengar suara dengan jelas.

3. Cara sterilisasi stetoskop

Kalau stetoskop digunakan untuk memeriksa pasien yang mengidap penyakit


menular maka alat ini harus disterilisasi. Caranya dengan menggunakan sterilizer
khusus yan mengandalkan sinar ultraviolet. Bila menerapkan metode ini, maka tidak
akan ada air tersisa di dalam selang. Sehingga memastikan kondisinya bersih secara
menyeluruh. Sangat disarankan untuk menerapkan suhu rendah dalam sterilisasi
stetoskop ini. Supaya langkah ini tidak menyebabkan kerusakan pada stetoskop ada
baiknya untuk mengetahui panduan perawatannya sesuai merek atau pabrikannya.

4. Cara mencegah kerusakan stetoskop

Kerusakan permanen bisa terjadi pada stetoskop. Suhu ekstrim bisa menjadi
pemicunya, baik terlalu panas maupun terlalu dingin. Oleh karena itu, jangan
meninggalkan alat medis ini di sembarang tempat. Seperti pada kondisi terlalu panas,
yang mengakibatkan selang bengkok sehingga stetoskop tidak bisa dipakai lagi.
Penting pula untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung dalam durasi
lama. Karena kondisi ini bisa juga merusak diafragma dan selang stetoskop. Jadi
pastikan menyimpan atau menaruh stetoskop di tempat yang aman. Kalau stetoskop
sering disimpan di dalam saku jas dan jarang dibersihkan bisa berisiko terpapar serat
kain dan kotoran. Material tersebut bisa menyelinap melalui sela-sela pipa, sehingga
bisa menghambat jalur suara. Pipa atau selang stetoskop umumnya terbuat dari
material Polyvinylchloride (PVC). Seiring pemakaian biasanya selang menjadi kaku.
Apalagi kala sering tersentuh kulit, apalagi kalau tipe kulitnya berminyak. Jadi
pastikan menghindari kondisi tersebut, termasuk ketika akan menggantungkan
stetoskop di leher. Ada baiknya menghindari menggantungkan stetoskop di leher
untuk menghindari risiko tersebut. Sebagai alat bawanya bisa menggunakan semacam
holder yang bisa dilekatkan pada celana atau pakaian bagian bawah lainnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stetoskop adalah alat yang sangat berperan dalam mendiagnostik kondisi pasien saat
sedang terjadi kondisi sakit jantung atau paru. Karena dokter akan menggunakan stetoskop
terlebih dahulu untuk mendiagnostik bagaimana kondisi saat itu. Stetoskop memiliki
bagian-bagian penting seperti eartips.Eartips menjadi pintu keluar suara yang didengar dari
organ dalam tubuh, termasuk dada. Biasanya eartips terbuat dari bahan karet atau silicon agar
nyaman saat dipakai di telinga. Eartips ini harus selalu di lakukan peratan mandiri dengan
cara dibersihkan menggunakan cuttonbud agar tidak terjadi penyumpalan. Binaural berguna
menjaga stetoskop supaya tetap tegak serta tidak lembek. Bagian binaural ini ada besi
stainless lentur agar nyaman dipakai serta sesuai dengan posisi telinga. Pipa besi ini juga
harus rutin dilakukan perawatan agar tidak terjadi penggumpalan atau sehelai kain masuk
kedalam binaural ini karena apabila terjadi penyumbatan maka menganggu kerja dokter.

Tubing atau selang karet berguna untuk menyalurkan suara dari chestpiece ke
terlinga. Chestpiece adalah bagian kepala stetoskop dokter yang biasanya terdiri dari dua sisi,
yaitu diafragma dan bell. Bagian ini ditempelkan ke tubuh pasien untuk mendengarkan suara.
Diafragma merupakan kepala stetoskop yang lebih besar dengan permukaan datar, yang
langsung menempel ke permukaan kulit pasien. Fungsinya adalah mendengarkan suara
dengan frekuensi lebih tinggi.

Sedangkan bell memiliki diameter lebih kecil dan berbentuk seperti lonceng, yang
terletak di atas diafragma. Bagian ini berfungsi mendengarkan suara dengan frekuensi
rendah. Walaupun stetoskop adalah alat medis yang sedehana kita juga perlu melakukan
perawatan agar umur stetoskop panjang dan dalam melalukan pekerjaan tidak mengalami
kendala.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sulistyorini Dwi, Dwi Sarbini, Dyah Widowati. 2015 . Hubungan antara Pola Pemberian
makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi Balita Usia 7-24 Bulan di
wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
[Skripsi]. Program Studi Ilmu Gizi Falkultas ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

[2] Nasar & Sri . 2016. Penuntun Diet Anak. Jakarta: badab Penerbit Falkutas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal 224-228.

[3] Widyawati. Fatmalina Febry. Suci Destriatania. Analisis Pemberian MP-ASI dengan
Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lesung Batu,
Empat Lawang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 2016, 7(2):139-149.

[4] L. Hermawan, HS Subiyono, dan Setya Rahayu. "Pengaruh Pemberian Asupan Cairan
(Air) terhadap Profil Denyut Jantung pada Aktivitas Aerobik." Journal of Sport
Sciences and Fitness, vol. 4, no. 2, p. 15, 2012

[5] L. Ghani, MD Susilawati, dan H Novriani. "Faktor risiko dominan penyakit jantung
koroner di Indonesia." Buletin Penelitian Kesehatan, vol 44, no. 3, hal. 153-164,
2016.

[6] RC. Analisis Manajemen Pemeliharaan Peralatan Medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2013. Padang: FKM Unand; 2013.

[7] Putri YDI. Analisis Manajemen Pemeliharaan Peralatan Medis di Rumah Sakit Umum
Daerah Solok Selatan Kabupaten Solok Selatan Tahun 2011. Padang: FKM
Unand;2011.

Anda mungkin juga menyukai