Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INSTRUMEN REFRAKSI

Disusun Oleh :

Hariadi Saputra
Nim: 2010 4134 1991 042
Kelas: A Reguller

Dosen Pembimbing:

Rina Novalinda Amd RO, S.T, MM.

AKADEMI REFRAKSI OPTISI YLPTK PADANG


2021
Alamat: Jl. Berok Raya No.1, Kurao Pagang, Kec. Nanggalo, Kota Padang, Sumatera Barat
25173, Indonesia
Telp. : (07517054695) Email:aro.padang@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul ‘’Instrumen refraksi’’. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. IBU Dr. Alvia Wesnita Amd.RO, S.Pd, M.Pd, selaku direktur ARO YLTPK Padang yang telah
memberikan bimbingan, saran, ide dan juga kesempatan untuk menggunakan fasilitas kampus untuk
menunjang pembuatan makalah.
2. IBU Rina Novalinda Amd RO, S.T, MM, selaku dosen pengampu kami, yang memberikan dorongan,
masukan kepada penulis.
3. IBU Dr. Alvia Wesnita Amd.RO, S.Pd, M.Pd, selaku doseen pembimbing akademik kami, yang
banyak memberikan materi pendukung, bimbingan, dan masukan kepada penulis

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Padang, 07 januari 2021

penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ..............................i


Daftar Isi ......................................................................................................... .............................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... …………………...3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... …………………...4
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Instrumen dan Refraksi ........................................... …………………...6
2.2 Pengertian dari Instrumen Refraksi ........................................... ………………..6
2.3 Jenis , fungsi dan cara kerja alat refraksi………………………………………….7
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. …………………18
3.2 Saran ........................................................................................... …………………18
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………19
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

K e m a j u a n t e k n o l o g i t e l a h m e m b a w a d a m p a k y a n g p o s i t i f b a g i kehidupan
manusia, berbagai peralatan elektronik diciptakan untuk dapatm e n g g a n t i k a n b e r b a g a i
f u n g s i o r g a n a t a u m e n y e l i d i k i f u n g s i d a n penyimpangan pada organ tubuh manusia.
Salah satunya adalah kamera.Kemajuan teknologi telah merevolusi berbagai alat elektronik dari
ukuranbesar menjadi ukuran yang sangat kecil
.Alat optik adalah alat-alat yang salah satu atau lebih komponennyamenggunakan benda
optik, seperti cermin, lensa. Prinsip kerja dari alat optikadalah dengan memanfaatkan prinsip
pemantulan cahaya dan pembiasancahaya. Pemantulan cahaya adalah peristiwa
pengembalian arah rambatcahaya pada reflector. Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan
arahrambat cahaya karena cahaya melalui bidang batas antara dua zat beningyang berbeda
kerapatannya.

Di Indonesia terdapat sekitar 1,5% atau 3,6 juta penduduknya mengalami kebutaan. Angka kejadian
kebutaan yang disebabkan oleh kelainan refraksi menduduki urutan pertama sebagai penyebab kebutaan
di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi
pengguna kaca mata atau lensa kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di Indonesia adalah sebesar
4,6%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%; proporsi kebutaan sebesar 0,4%. Sedangkan
proporsi pengguna kaca mata atau lensa kontak pada penduduk dengan umur di atas 6 tahun di provinsi
Jawa Timur adalah sebesar 4,8%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 1,0%; proporsi kebutaan
sebesar 0,4%.

Hasil penelitian Anatasia Vanny, menunjukkan prevalensi kelainan refraksi terbesar didapatkan pada
kelompok usia 5-6 tahun. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti aktivitas dan kebiasaan anak,
misalnya kebiasaan menonton televisi yang terlalu dekat. Penelitian yang dilakukan terhadap 185 anak,
yaitu 90 anak laki-laki (48.6%) dan 95 anak perempuan (51.4%). Sampel dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan usia; kelompok I: usia 3-4 tahun
sebanyak 59 anak (31.9%), kelompok II: usia 4-5 tahun sebanyak 67 anak (36.2%), dan kelompok
III: usia 5-6 tahun sebanyak 59 anak (31.9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 anak (2.7%)
mengalami visus tidak normal. Berdasarkan riwayat keturunan memakai kacamata, subyek dibagi atas 3
kelompok, yaitu kelompok dengan tanpa riwayat keturunan memakai kacamata sebanyak 174 (94.6%)
anak, kelompok dengan riwayat ibu memakai kacamata sebanyak 7 (3.8%) anak, dan kelompok dengan
riwayat bapak memakai kacamata sebanyak 3 (1.6%) anak (Anastasia Vanny Launardo & Achmad
Afifudin, 2010).

1.2 RUMUSAN MASALAH

a) Menjelaskan macam macam instrument refraksi


b) Menjelaskan fungsi fungsi instrumen refraksi
c) Menjelaskan cara kerja instrumen refraksi

1.3 TUJUAN PENULISAN


a) Mengetahui macam macam instrumen refraksi
b) Mengetahui fungsi fungsi instrument refraksi
c) Mengetahui bagaimana cara mengoperasikan instrument refraksi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INSTRUMEN DAN REFRAKSI


❖ Instrumen adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk memmudahkan seseorang
melakukan tugas atau mencapai tujuan yang efektif atau efisien.
❖ Refraksi adalah pembiasan atau pembelokan berkas cahaya dimana untuk memiliki
penglihatan yang jelas, mata harus memfokuskan berkas cahaya pada retina.

2.2 PENGERTIAN INSTRUMEN REFRAKSI

Instrumen Refraksi adalah sesuatu yang digunakan agar bisa mengetahui atau memiliki penglihatan
yang jelas, serta sesuatu yang dapat memfokuskan berkas cahaya pada retina.

2.3 JENIS FUNGSI DAN CARA KERJA ALAT ALAT REFRAKSI

1. TONOMETER
Merupakan alat untuk mengukur penyaringan atau penghasil data dengan penyaringan tertentu (alat untuk
mengukur tekanan bola mata ). Pada tahun 1900, schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur
tekanan introacular yang dikenal nama Tonometri dari Schiotz.
Teknik dasar penggunaan yaitu penderita ditelantangkan dengan mata ke atas, kemudian kornea mata
dibius. Tengah-tengah alat (plug) diletakkan diatas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap
kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut.
Berfungsi untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan glaukoma. Setelah menjalani tonometri mungkin
memiiki perasaan gatal pada kornea, biasanya hilang dalam 24 jam, beberapa orang menjadi cemas ketika
tonometer menyentuh mata.

2. KERATOMETER

Merupakan alat untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa
kontak, lensa ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mengalami gangguan
kelengkungan.

Fungsi Keratometer/Autorefractometer
• Mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa kontak
• Mengukur kekuatan refraksi kornea secara otomatis
• Lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mengalami
gangguan kelengkungan.

Ada dua lensa kontak yaitu:


a. Hard contact lens : dibuat dari plastik yang keras. Sangat efektif bila dilepaskan oleh air mata tetapi
dapat mengoreksi astigmatisma.
b. Soft contact lens : kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat mengoreksi
astigmatisma.
Cara Kerja Keratometer/Autorefractometer
1. Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui akan
membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian dapat ditentukan
permukaan cermin cembung.
2. Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer ,kornea bertindak
sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus agar memperoleh
jarak dari kornea.
3. Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut prisma agar
menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus kornea (
dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita
dengan astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan horizontal.

3. LENSOMETER
Lensometer adalah instrument optik yang digunakan untuk mengukur kekuatan lensa (Dioptri),
mengetahui arah base lensa prisma dan mengetahui titik fokus sebuah lensa. Dalam perkembangannya
Automatic Lensometer dapat pula dipergunakan untuk mengukur nilai kemampuan material lensa dalam
menahan radiasi sinar Ultra Violet (UV).
Lensometer dipergunakan untuk mengukur lensa. Namun dalam prakteknya Lensometer tidak
hanya sekedar untuk mengukur ukuran minus plus cyl dan axis saja tapi lebih dari itu. Lensometer di
pasaran dan yang di pakai di optik aupun di klinik banyk sekali macamnya mulai dari yang model ngintip,
kayak apa aja, baik pakai baterai ataupun listrik dan sampai model digital baik yang semiotomatis
maupun yang otomatis.

Fungsi Lensometer:
Untuk menentukan power lensa itu baik minus, plus, cyl•
menentukan axis dari hasil pengukurun dan arah axis•
Mengukur power prisma beserta basenya•
menentukan posisi titik fokus suatu lensa•
melihat kwalitas lensa•
Cara penggunaanya :

• Putar power ke arah yangmendekati terjelas


• Putar axis dan temukan ada garis terjelas dan antara bentuk ring tengah dengan garis panjangnya
yangsebanyak 3 itu lurus persis jalur rel kereta api
• Perhalus power sampai gambar garis itu paling jelas
• catat ukuran yang di dapat dan arah axisnya berapa, misal -1.00 pada 180 derajat
• Seperti yang pernah diposting sebelumnya lensa cylinder itu punya dua kekuatan pada meridian
yang saling tegak lurus maka putar powernya lagi agar pada axis yang tegak lurusnya dalam hal
ini 90 adalah terjelas garisnya dan catat power yang di dapat, misal -2.00 D
• Tugas intip-mengintip selesai

4. RETINOSCOPE

Retinoscope adalah teknik untuk mendapatkan pengukuran yang objektif dari kesalahan bias mata
pasien. Dokter menggunakan retinoscope untuk memberikan sinar cahaya ke mata (refleks) dari retina
pasien.
Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan
difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus pada titik
jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop ,lensa
posistif atau negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya)
yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang
dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap
pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.

Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan yang sangat diperlukan pada pasien yang tidak kooperatif untuk pemeriksaan
refraksi biasa. Retinoskop merupakan alat untuk melakukan retinoskopi, guna menentukan kelainan
refraksi seseorang secar obyektif.
Retinoskop sinarnya dimasukkan ke dalam mata atau pupil pasien. Pada keadaan ini terlihat
pantulan sinar dari dalam mata. Dilakukan netralisasi seperti mata kucing ini dengan penambahan lensa di
depan mata pasien.
Dengan lensa S +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus, bila berlawanan dengan gerakan
retinoskop (against movement) dikoreksi dengan lensa sferis negatif, sedangkan bila searah dengan
gerakan retinoskop (with movement) dikoreksi dengan lensa sferis positif. Meridian yang netral lebih dulu
adalah komponen sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi dengan lensa silinder positif sampai
tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi.

5. SLIT LAMP
Slit Lamp/Lampu celah adalah peralatan yang terdiri dari sumber cahaya intensitas tinggi yang
dapat difokuskan untuk bersinar lembaran tipis cahaya ke bola mata. Hal ini digunakan dalam
hubungannya dengan biomicroscope . Lampu memfasilitasi pemeriksaan segmen anterior , atau struktur
frontal dan segmen posterior dari mata manusia , yang meliputi kelopak mata, sclera, konjubgtiva, iris,
lensa Kristal, dan kornea. Pemeriksaan celah-lampu teropong memberikan pandangan diperbesar
stereoskopik dari struktur mata secara rinci, memungkinkan diagnosis anatomi harus dibuat untuk
berbagai kondisi mata. A, kedua tangan memegang lensa digunakan untuk memeriksa retina .

Fungsinya :
untuk memeriksa penyakit/kelainan pada mata yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, ada yang
mengartikan sama dengan mikroskop mata. Mata pasien akan diberi sumber cahaya intensitas tinggi yang
difokuskan ke mata. Pemeriksaan meliputi kelopak mata, sklera, konjungtiva, iris, lensa kristal, dan
kornea. Pemeriksaan slit lamp memberikan pandangan diperbesar stereoskopik dari struktur mata secara
rinci, memungkinkan diagnosis secara anatomi dibuat untuk berbagai kondisi mata.

Cara kerja slit lamp:

1. Tekan tombol on/off pada alat slit lamp untuk menghidupkan dan mematikan alat .
2. Kemudia tekan tombol HAAG STREST untuk memposisikan meja slit lamp .
3. Posisikan tiang besi slit lamp dan tempelkan ke wajah pasien.
4. Kemudian gerakkan joystik untuk memajukan/memundurkan alat slit lamp.
5. Kemudian atur tombol sensor kecahayaan untuk memposisikan cahaya ke mata pasien sesuai dengan
standarnya penggunaan.
6. Dan kemudian dokter spesialis mata memulai memeriksa mata pasien dengan alat slit lamp.

6. OFLATALMOSKOP
Oftalmoskopi (ophthalmoscopy) adalah tes yang digunakan untuk melihat bagian dalam mata,
terutama saraf optik. Sebuah perangkat dengan lampu kecil di ujungnya, disebut optalmoskop, diarahkan
hingga ke bagian dalam mata di ruangan gelap. Perangkat ini menyoroti dan memperbesar gambar mata,
sehingga bentuk dan warna saraf optik dapat dilihat.

Fungsi utama mata adalah untuk memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel-sel batang dan
kerucut, sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian mengubah energy cahaya menjadi sinyal listrik
untuk disalurkan ke SSP.

Cara kerja
1. Memegang oftalmoskop dengan tangan kanan atau kiri dan untuk memeriksa mata kanan atau kiri orang
percobaan dengan posisi jari telunjuk terletak pada pengatur lensa.
2. Menyalakan oftalmoskop, memegang dengan menempel pada matanya pada jarak 30 cm di depan
penderita dan mengarahkan sinar oftalmoskop ke pupil penderita untuk menilai reflex
fundus(positif/negatif).
3. Sambil tetap memegang oftalmoskop menempel pada mata, lalu perlahan bergerak maju mendekati orang
percobaan dengan oftalmoskop diposisikan pada sisi temporal penderita hingga gambaran fundus terlihat.
4. Jari telunjuk yang terletak pada pengatur lensa mengatur besarnya dioptri yang diperlukan untk
menyesuaikan focus sehingga detail fundus dapat terlihat jelas(bila diperlukan).
5. Mengamati yang terlihat

7. AUTOMATIC SNELLEN CHART PROYEKTOR

Pemeriksaan awal pasien dilakukan penilaian tajam penglihatan pasien, menggunakan metode Kartu
Snellen. Kartu Snellen adalah sebuah kartu untuk mengukur Visus (Visual Acuity). Visus
menggambarkan kemampuan seseorang untuk melihat dan mengidentifikasi suatu
objek. Oleh karena itu, pemeriksaan Visus merupakan suatu pemeriksaan yang paling sering
dilakukan untuk melihat fungsi penglihatan seseorang, visus juga termasuk metoda yang rutin dan standar
untuk menentukan keadaan media okuler (kornea, lensa dan vitreous) dan fungsi pathway penglihatan dari
retina sampai otak.

Menggunakkan Snellen Chart Proyektor ini pasien akan diberikan test untuk mengenali beberapa obyek,
warna ataupun huruf dengan ukuran yang bermacam-macam pada Snellen Chart. Seperti nonton bioskop
saja deh, nanti tinggal memilih slide yang diinginkan dengan remote. Bisa juga dengan program slide show
yang secara otomatis akan memutar slide sesuai dengan urutan chart yang diprogram.

8. LCD SNELLEN CHART

Fungsinya sama dengan di atas untuk pemeriksaan visus, tetapi menggunakkan media LCD. Ada juga
yang lain yang menggunakkan media visual light box. Dilengkapi dengan remote control untuk pemilihan
gambar yang akan ditampilkan.

9. PHOROPTER
Phoropter adalah instrumentuntuk mengukur ametropias, phorias dan amplitudo akomodasi mata, yan
g terdiri dari berbagai lensa coba yang berbeda digunakan
menilai refraksi mata selama pengujian penglihatan, sehingga diketahui kesalahan bias pasien dan
menentukan resep kacamatanya.

10. PD METER

adalah instrumen presisi optik digital yang digunakan untuk mengukur jarak antara pupil manusia
dalam proses optometri untuk pas kacamata.
11. OPTICAL COHERENCE TOMOGRAPHY

Adalah instrumen teknologi tinggi yang melakukan pencitraan resolusi tinggi cross-sectional. OCT
mempunyai analogi yang hampir sama dengan pencitraan USG, kecuali bahwa ia menggunakan cahaya,
bukan gelombang us. OCT dapat memberikan gambar penampang struktur jaringan pada skala mikron di
tempat dan real time, guna menvisualisasikan perubahan yang terjadi akibat suatu penyakit pada retina
mata. Alat ini tidak kontak langsung dengan bola mata sehingga dapat mengurangi efek samping yang
merugikan mata.

13.AUTOMATIC PERIMETER
Instrumen ini digunakan untuk memeriksa lapang pandangan yang terganggu dan mengevaluasi
penglihatan perifer, terutama untuk pencegahan dan pengawasan penyakit glaukoma.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

a)Penggunaan alat - alat optik yang tepat dilakukan oleh tenaga yang prosfesional akan memberi hasil
pemeriksaan yang baik saat terjadi pemeriksaan refraksi
b) Masih banyak referensi (buku cetak) mengenai alat-alat optic sangat terbatas,sehingga dalam penulisan
makalah ini banyak dari website dan mencari referensi dari berbagai pihak.
c) Masi banyak Keterbatasan dalam menguasai alat-alat optic dikarenakan penulis belum mempunyai
pengalaman praktek untuk menggunakan atau mengoperasikan alat alat optic
d) Mengetahui berbagai macam instrumen instrument refraksi optic yang bermamfaat bagi penulis

3.2 SARAN
a) Agar pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya alat-alat optik bagi kehidupan manusia.
b) Agar pihak akademik atau perguruan tinggi lebih banyak menyediakan fasilitas belajar tentang dunia
refraksi seperti memperbanyak buku mengenai alat – alat optic yang dapat membantu para
mahasiswa dalam belajar lebih dalam lagi
c) Agar di setiap optic atau klinik mata tersedia alat – alat optik yang bisa menunjang pemeriksaan yang
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapakan dan dilakukan oleh seorang Refraksionis optision yang
mempunyai izin praktek atau str
DAFTAR PUSTAKA

1. https://rsmataachmadwardi.com/auto-refraktometer-keratometer-ark/
2. https://www.dictio.id/t/bagaimana-cara-menggunakan-snellen-chart/2068
3. https://dokumen.tips/documents/teknik-pemeriksaan-refraksi-subyektif-menggunakantrial-frame-
dan-trial-lens.html
4. http://temkinantiaraumht.blogspot.com/2017/01/laporankeratometerautorefractometer.htm
5. file:///C:/Users/asus/Downloads/9843-Article%20Text-23741-1-10-20160811.pdf
6. file:///C:/Users/asus/Downloads/14379-28738-2-PB.pdf
7. file:///C:/Users/asus/Downloads/infodatin-Gangguan-penglihatan-2018.pdf

Anda mungkin juga menyukai