Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PROBLEM BASE LEARNING (PBL)

SISTEM NEUROPSIKIATRI
MODUL NYERI KEPALA

Disusun oleh :
Kelompok 2

Ketua Kelompok 70600122002 Shafira Aulia Nasution


Scriber 70600122046 Yasmin Mutiara Mis’yan

Anggota Kelompok 70600122004 Andi Diah Putri Kemal


70600122007 Anna Mujaddidah Febriani
70600122008 Muflihah Sa’adah
70600122012 Fadhillah Nasywa Az-Zahra
70600122024 Andi Alfina Dwi Aprilia
70600122027 Muh. Ian Raehansyah Enre
70600122031 Adibah Sayyidah Ilham
70600122033 Adham Prasetya. HM
70600122038 Alief Mahesa Alyafie

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

‫ﺴــــــــــــــــــ ِﻢ ِﷲ اﻟ ﱠﺮﺣ َﻤ ِﻦ اﻟ ﱠﺮ ِﺣ ْﯿ ِﻢ‬

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, sehingga meski dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Problem
Based Learning (PBL) modul “NYERI KEPALA”.

Adapun laporan modul PBL ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Tidak lupa
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan laporan ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa tentu tidak ada yang
sempurna di dunia ini, sehingga tidak dapat dipungkiri adanya kesalahan baik dari segi
penyusunan bahasa maupun yang lainnya. Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik dari
pembaca, agar kami dapat memperbaiki laporan ini.

Kami ucapkan terima kasih dan berharapkan laporan PBL ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Makassar, 25 Oktober 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Skenario .................................................................................................................. 1
1.2 Kata Sulit ................................................................................................................ 1
1.3 Kata Kunci .............................................................................................................. 1
1.4 Daftar Pertanyaan ................................................................................................... 2
1.5 Learning Outcome .................................................................................................. 2
1.6 Problem Tree .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 4
2.1 Definisi Nyeri Kepala ............................................................................................. 4
2.2 Struktur Anatomi, Histologi, Fisiologi Organ Yang Terkait Dengan Skenario ..... 4
2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala ........................................................................................ 11
2.4 Etiopatomekanisme Penyakit Terkait Skenario ...................................................... 13
2.5 Hubungan Gejala Utama dengan Gejala Penyerta ................................................. 15
2.6 Langkah Penegakan Diagnosis ............................................................................... 16
2.7 Diagnosis Banding.................................................................................................. 16
2.8 Penatalaksanaan ...................................................................................................... 19
2.9 Integrasi Keislaman ................................................................................................ 20
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 22
3.2 Saran ....................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario

Seorang laki-laki umur 45 tahun datang ke IGD dengan nyeri kepala hebat, dirasakan
terus menerus sejak 3 hari yang lalu, semakin memberat, nyeri tidak berkurang dengan minum
obat nyeri. Kepala terasa berdenyut pada kepala bagian kanan terutama pada bagian pelipis.
Pasien juga mengeluh terasa mual, muntah tidak ada. Riwayat sering sakit kepala dialami
sejak 1 tahun yang lalu, hilang timbul, nyeri timbul terutama jika beraktivitas berat atau jika
berada di bawah paparan terik sinar matahari. Riwayat demam tidak ada. Riwayat trauma
kepala tidak ada.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 92 x/menit, P: 22 x/menit,


S: 37,1° C. BB: 80 kg dan TB: 160 cm. Skala neri NPRS 8-9. Pemeriksaan nervus cranialis
dalam batas normal. Pemeriksaan motorik dan kekuatan estremitas dalam batas normal.

1.2 Kata Sulit


1. Berdenyut
2. NPRS

1.3 Kata Kunci


1. Laki-laki
2. 45 tahun
3. Nyeri kepala hebat
4. Dirasakan terus menerus sejak 3 hari yang lalu, semakin memberat
5. semakin memberat, nyeri tidak berkurang dengan minum obat nyeri
6. Kepala terasa berdenyut pada kepala bagian kanan terutama pada bagian pelipis
7. Pasien juga mengeluh terasa mual, muntah tidak ada
8. Riwayat sering sakit kepala dialami sejak 1 tahun yang lalu
9. hilang timbul, nyeri timbul terutama jika beraktivitas berat atau jika berada di bawah
paparan terik sinar matahari
10. Riwayat demam tidak ada
11. Riwayat trauma kepala tidak ada

1
12. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 120/80 mmHg, N: 92 x/menit, P: 22 x/menit, S:
37,1° C. BB: 80 kg dan TB: 160 cm
13. Skala neri NPRS 8-9
14. Pemeriksaan nervus cranialis dalam batas normal
15. Pemeriksaan motorik dan kekuatan estremitas dalam batas normal

1.4 Daftar Pertanyaan


1. Apa definisi dari nyeri kepala?
2. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi terkait scenario?
3. Bagaimana klasifikasi nyeri kepala?
4. Bagaimana etiopatomekanisme penyakit terkait scenario?
5. Bagaimana hubungan gejala utama dengan gejala penyerta?
6. bagaimana langkah penegakan diagnosis terkait scenario?
7. Bagaimana diagnosis banding terkait scenario?
8. Bagaimana penatalaksaan terkait scenario?
9. Bagaimana integrasi keislaman terkait scenario?

1. 5 Learning Outcome
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari nyeri kepala
2. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi, fisiologi dan histologi terkait skenario.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi nyeri kepala
4. Mahasiswa mampu menjelaskan etiopatomekanisme penyakit terkait scenario
5. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan gejala utama dengan gejala penyerta yang
dialami
6. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah penegakan diagnosis terkait skenario
7. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis banding terkait skenario
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan terkait skenario
9. Mahasiswa mampu menjelaskan integrasi keislaman terkait skenario.

1.6 Problem Tree

2
PROBLEM TREE

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nyeri Kepala

Nyeri kepala adalah sensasi tidak menyenangkan pada daerah kepala tepatnya pada
bagian atas kepala yang memanjang dari orbita sampai ke daerah belakang kepala dan
sebagian daerah tengkuk. 1

2.2 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Organ


2.2.1 Anatomi

Cerebrum merupakan salah satu bagian otak yang terbesar yang didalamnya terdiri
dari sepasang hemisfer kanan dan hemisfer kiri serta tersusun dari korteks. Korteks ditandai
dengan sulkus dan girus. Di dalam cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus yaitu,
1. Lobus Frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti
kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hermisfer kiri), pusat
penghidit dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter
di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area
premotor).
2. Lobus temporalis
Lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan
lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi
penglihatan dan menyadari sensasi warna.

4
3. Lobus Parietalis
Lobus parietal terletak di belakang lobus frontal. Bagian ini mempunyai peranan
penting dalam menafsirkan pesan dari bagian otak yang lain.
4. Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi penglihatan:
menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus dan
mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain dan memori.
5. Lobus Limbik
Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan bersama
hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin
dan susunan autonomy. 2

Peredaran Darah Arteri Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri
vertebralis dan arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk
circulus willisi. Arteri karotis 15 interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arten serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir arteri
karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang bersatu
kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. 2

Darah vena otak mengalir dari vena profunda cerebri dan vena superficial cerebri
menuju sinus venosus duramater dan dari sini darah menuju ke vena jugularis interna
kedua sisi yang akan membawa darah kembali ke jantung. 2

5
Meninges Merupakan selaput atau membrane yang terdiri dari connective tissue yang
melapisi dan melindungi otak , terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Duramater
Duramater dibentuk dari jaringan ikat fibrous. Secara konvensional duramater ini
terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Kedua lapisan
ini melekat dengan rapat , kecuali sepanjang tempat - tempat tertentu, terpisah dan
membentuk sinus - sinus venosus . Lapisan endosteal sebenarnya merupakan lapisan
periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium. Lapisan meningeal
merupakan lapisan duramater yang sebenarnya , sering disebut dengan cranial
duramater.
2. Arachnoid
Lapisan ini yang menutupi otak dan terletak diantara piamater dan duramater.
Membran ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale,
dan dari piamater oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid. Cavum
subarachnoid (subarachnoid space ) merupakan suatu rongga / ruangan yang dibatasi
oleh arachnoid di bagian luar dan piamater pada bagian dalam.
3. Piamater
Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sum - sum tulang belakang,
mengikuti tiap sulcus dan gyrus. Piamater ini merupakan lapisan dengan banyak

6
pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung yang halus serta dilalui
pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringa saraf. 2

Struktur Peka Nyeri Kepala

A. Intrakranial
1. Sinus kranialis dan vena aferen (sinus venosus dan vena-vena yang menyuplai
sinus-sinus tersebut)
2. Arteri dari duramater (arteri meningea media)
3. Sirkulus Willisi dan cabang-cabangnya

7
4. Sebagian dari duramater yang berdekatan dengan pembuluh darah besar
terutama yang terletak di basis fossa kranii anterior dan posterior dan
meningen
B. Ekstrakranial
1. Kulit Scalp, otot tendon, dan fascia daerah kepala dan leher
2. Mukosa sinus paranasalis dan cavum nasi
3. Gigi geligi
4. Telinga luar dan telinga tengah
5. Tulang tengkorak terutama daerah supraorbita temporal dan oksipital bawah,
rongga orbita beserta isinya
6. Arteri ekstrakranial
C. Saraf
1. N. Trigeminus (N.V )n. Fasialis (N.VII) n.glosofaringeus (N.IX) dan n. vagus
(N.X)
2. Saraf spinal servikalis C1,C2,C3. 3

2.2.2 Histologi

Lapisan meninges paling luar adalah duramater, suatu lapisan serat jaringan ikat
padat yang kuat dan tebal. Jauh di dalam dura mater terdapat jaringan ikat yang lebih halus,
yakni araknoid mater. Dura mater dan araknoid mater mengelilingi otak dan medula
spinalis di bagian permukaan luarnya. Lapisan meningeal paling dalam adalah jaringan
ikat halus pia mater. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah dan melekat
langsung pada permukaan otak dan medula spinalis. 4

8
Di antara araknoid mater dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum.
Araknoid mater melekat pada pia mater melalui anyaman seperti jaring dari serat kolagen
dan elastin yang halus. Di spatium subarachnoideum beredar cairan serebrospinalis (CSS)
yang membasahi dan melindungi otak dan medulla. 4

Cairan serebrospinalis

Cairan serebrospinalis (CSS) adalah cairan jernih tidak berwarna yang menjadi
bantalan bagi otak dan medulla spinalis, dan menyebabkan kedua organ ini mengapung
sebagai alat proteksi terhadap cedera fisik. CSS terus menerus diproduksi oleh pleksus
koroideus (plexus choroideus) di ventrikel lateral, ketiga, dan keempat, atau rongga otak.
Pleksus koroideus adalah perluasan kapiler-kapiler kecil berpori dan melebar yang
menembus bagian dalam ventrikel otak. CSS beredar melalui ventrikel dan di permukaan
luar otak dan medula spinalis dalam ruang subaraknoid (spatium subarachnoideum), CSS
juga mengisi kanalis sentralis medula spinalis.4

CSS penting untuk homeostasis dan metabolisme otak. Cairan ini mengangkut
nutrien untuk memberi makan sel otak, membersihkan metabolit yang masuk ke CSS
dari sel otak ,dan membentuk lingkungan kimiawi optimal bagi fungsi saraf dan
hantaran impuls. Setelah beredar, CSS direabsorpsi dari ruang araknoid melalui
villusarachnoideus ke dalam darah vena, terutama di sinus sagittalis superior yang
mengalirkan darah dari otak. Vilus araknoid adalah tonjolan-tonjolan halus araknoid
berdinding-tipis yang menjorok ke dalam sinus venosus di antara lapisan periosteal
(pars periostea) dan lapisan meningeal (pars meningea) dura mater. 4

Neuron di SSP

Tiga kelompok utama neuron dalam sistem saraf adalah multipolar, bipolar, dan
unipolar. Klasifikasi anatomiknya berdasarkan pada jumlah dendrit dan akson yang keluar
dari badan sel. 4

Neuron multipolar (neuron multipolare). Ini adalah jenis yang paling banyak
terdapat di dalam SSP dan mencakup semua neuron motorik (motoneuron) dan
interneuron otak, serebelum, dan mendula spinalis. Banyak dendrit bercabang terjulur dari

9
badan sel neuron multipolar. Di sisi lain yang berlawanan dari neuron terdapat satu
cabang, yaitu akson. 4

Neuron bipolar. Sel ini lebih sedikit dan merupakan neuron sensorik murni. Pada
neuron bipolar, terdapat satu dendrit dan satu akson yang keluar dari badan sel. Neuron
bipolar ditemukan di retina mata, organ pendengan dan keseimbangan di telinga dalam,
dan eptel olfaktorius di bagian atas hidung (dua yang terakhir ditemukan di SST). 4

Neuron unipolar (neuron unipolare). Sebagian besar neuron pada dewasa


mempelihatkan hanya tonjolan keluar dari badan sel yang pada awalnya adalah neuron
bipolar selama masa perkembangan mudigah. Kedua tonjolan neuron kemudian menyatu
dan membentuk satu tonjolan. Neuron unipolar (dahulu disebut neuron pseudounipolar)
juga bersifat sensorik. Neuron unipolar terdapat di banyak ganglion sensorik saraf
kranialis dan spinalis. 4

2.2.3 Fisiologi

Struktur sistem saraf pusat terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum)
dan medula spinalis, yang terletak di dalam rongga kranium dan kanalis vertebralis.9 Bila
diiris, serebrum, serebelum, dan medula spinalis memperlihatkan struktur berwarna putih
yang disebut substansia alba, dan struktur yang berwarna abu-abu yang disebut substansia
grisea; perbedaan hal tersebut terjadi karena perbedaan distribusi mielin. 5

Unit fungsional primer dari Jaringan saraf adalah sel saraf (neuron), yang berfungsi
membentuk dan menyalurkan informasi berupa impuls listrik. Sel penyokong (neuroglia)
terletak disekeliling neuron dan berjumlah lebih banyak dari pada neuron. Neuroglia pada
sistem saraf pusat terdiri dari astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan sel ependim. Selain
neuron dan neuroglia, pada jaringan saraf juga terdapat sel- sel lain yang tidak khas, seperti
sel endotel yang menyusun dinding pembuluh darah. 5

Secara umum, sistem saraf memiliki 3 fungsi pokok yang saling tumpang tindih,
yaitu input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input ialah penghantaran atau konduksi
sinyal dari reseptor sensoris. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal

10
dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon
yang sesuai. Output motorik adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu Sistem
Saraf Pusat ke sel-sel efektor, sel-sel otot, atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon
tubuh terhadap stimulus tersebut. 5

Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Otak merupakan
pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam tulang tengkorak dan diselubungi oleh
jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu
lapisan keluar yang melekat pada tulang (duramater), lapisan tengah yang berbentuk saraf
laba-laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak (piamater).
Terdiri dari otak besar (serebrum), Kotak kecil (serebelum) dan medula spinalis, yang
terletak di dalam rongga kranium dan kanalis vertebralis.9 Sumsum tulang belakang
merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang berada di dalam ruas-ruas tulang belakang.5

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem sadar (somatik) dan sistem saraf tidak sadar
(sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh
otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara
laindenyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan seres keringat. Sistem saraf sadar
(somatik) disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf -saraf yang keluar dari otak,
dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang kelar dari sumsum tulang
belakang. 5

Sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom) terdiri dari neuron sensori dan neuron
motor yang terdapat di antara sistem saraf pusat (khususnya hipotalamus) dan berbagai
organ dalam jantung, jeroan, dan banyak kelenjar, baik eksokrin maupun endokrin. 5

2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala

2.3.1 Nyeri Kepala Primer

Sakit kepala primer adalah jenis yang paling sering dialami oleh banyak orang.
Sakit kepala primer biasanya terjadi akibat gangguan langsung pada area luar kepala,
aktivitas hormon yang diproduksi otak, maupun masalah dalam struktur kepala seperti
gangguan saraf atau pembuluh darah yang mengelilingi tengkorak. Selain itu, sakit

11
kepala ini dapat disebabkan oleh macam-macam gangguan pada otot yang berada di
sekitar kepala dan leher. Bahkan, sakit kepala ini bisa saja terjadi akibat kombinasi akan
berbagai faktor tersebut. Satu yang pasti, sakit kepala primer tidak dipicu atau
disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang mendahului. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan kemunculan jenis sakit kepala primer dapat dipengaruhi riwayat
kesehatan keluarga. Artinya, sakit kepala yang satu ini bisa diturunkan melalui genetik.
Nyeri kepala primer yang paling umum adalah migraine, tension-type headache dan
cluster headache. 6

1. Migrain Kondisi ini ditandai dengan adanya mual, fotofobia (sensitivitas terhadap
cahaya), dan fonofobia (sensitivitas terhadap suara). Aktivitas fisik seringkali
menjadi faktor pencetus munculnya migren. Karakteristik khas dari migren adalah
sifatnya yang pulsatil, berlangsung selama 4-72 jam, unilateral, disertai dengan
mual dan muntah dalam intensitas berat yang mengganggu aktivitas. 7

2. Nyeri kepala tipe tegang (Tension type headache) merupakan jenis nyeri kepala
primer yang paling sering terjadi. Nyeri ini ditandai dengan rasa terikat yang
dirasakan bilateral dengan intensitas ringan-sedang. 7

3. Nyeri kepala klaster umumnya digambarkan dengan nyeri tajam yang terjadi
unilateral di area retro orbita, diikuti dengan area temporal, gigi atas, rahang, pipi,
gigi bawah, dan leher. Nyeri ini terkadang dapat digambarkan sebagai nyeri yang
pulsatil ataupun seperti terikat dan dapat terjadi bilateral sehingga kebanyakan
kasus nyeri kepala klaster mengalami kesalahan diagnose. 7

2.3.2 Nyeri Kepala Sekunder

Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang dikarenakan penyakit lain
sehingga terdapat peningkatan tekanan intrakranial atau nyeri kepala yang jelas terdapat
kelainan anatomi maupun struktur. Sementara itu, sakit jenis ini umumnya adalah gejala
dari suatu kondisi kesehatan lain yang dapat mengaktifkan saraf yang sensitif terhadap rasa
sakit di kepala. Hal ini berarti kondisi ini bisa menjadi pertanda dari masalah kesehatan
lainnya. Banyak sekali kondisi kesehatan yang dapat menjadi penyebab munculnya kondisi
ini, termasuk tumor otak, pendarahan di otak, hingga serangan panik dan glaukoma.
Misalnya, jika sakit tidak bisa diatasi dengan penggunaan obat dan lebih mengganggu dari
rasa sakit yang pernah muncul sebelumnya. Bahkan, rasa sakit juga disertai oleh demam,

12
kekakuan pada otot Ieher, di beberapa kondisi sakit kepala sekunder termasuk sakit akibat
sinus, rebound headache, dan rasa sakit yang datang secara tiba-tiba. 6

2.4 Etiopatomekanisme Penyakit Terkait Skenario

2.4.1 Etiologi
1. Diet
Sakit kepala dapat dipicu oleh makanan yang tidak teratur, menunda makanan, makan
terlalu sedikit, dan dehidrasi, menyebabkan penurunan kadar gula dalam darah.
2. Environment
Etiologi lingkungan termasuk:
1. terangnya sinar matahari, nyala cahaya berkedip, penggunaan komputer yang
terlalu lama
2. polusi udara
3. bau menyengat , misalnya parfum, bensin,bahan kimia, dan asap
4. perjalanan yang berhubungan dengan stres, dataran tinggi, perubahan tekanan
barometer
3. Hormon perempuan
hormon seks wanita yang terlibat sebagai pemicu signifikan bagi Perempuan.
Diantaranya:
1. Pregnancy
2. Menstruation
3. Terapi hormon
4. Obat-Obatan
1. seperti untuk obat pada pengobatan kondisi jantung seperti glyceryl trinitrate
2. obat untuk darah tinggi
3. obat analgesic seperti parasetamol.
5. Fisik dan Emotional
Physical dan faktor emosional yang dapat memicu nyeri kepala termasuk kurangnya
tidur, atau tidur terlalu banyak, seperti oversleeping. kaku dan nyeri otot, khususnya
di kulit kepala, rahang, leher, bahu. 8

Penyebab Lain Nyeri Kepala:

13
Nyeri kepala terjadi karena perangsangan terhadap struktur-struktur di daerah
kepala dan tengkuk yang peka terhadap nyeri (extracranium dan
intracranium). Perangsangan tersebut dapat berupa :

1. Inflamasi : perangsangan oleh proses radang, zat kimia, darah, atau zat yang
dikeluarkan oleh darah seperti serotonin, neurokinin, dan bradykinin.

2. Traksi : proses intracranium yang expansif seperti tumor, abses, hematoma, atau
hipotensi LCS dapat menyebabkan traksi pada arteri/vena/saraf-saraf otak

3. Dilatasi : pembuluh darah terutama extracranium merupakan penyebab utama


nyeri kepala seperti migrain, cluster headache, dan thrombosis cerebri.

4. Kompresi: pada saraf sensorik dari radix servikal dan pada arteri-arteri besar
dapat menimbulkan nyeri kepala. 9

2.4.2 Patomekanisme

Adanya tekanan, traksi maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor
pada struktur yang peka nyeri, jika struktur tersebut yang terletak pada ataupun di atas
tentorium cerebelli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa menjalar pada daerah
didepan batas garis vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak
kepala (daerah frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf
trigeminus. Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri dibawah
tentorium (pada fossa cranii posterior) radiks servikalis bagian atas dengan cabang-cabang
saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada daerah dibelakang garis tersebut yaitu
daerah oksipital, suboksipital dan servikal bagian atas. Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf
kranial IX, X dan saraf spinal C-1, C-2, dan C3 Akan tetapi kadang-kadang bisa juga
radiks servikalis bagian atas dan N. Oksipitalis mayor akan menjalarkan nyerinya ke
frontal dan mata pada sisi ipsilateral. 9

Perjalanan (mekanisme) Nyeri Kepala :

Rangsangan diterima oleh nosiseptor meningeal dan sentral trigeminal (proses


transduksi) → kornu dorsalis medulla spinalis → memotong garis tengah di substansia
gelatinosa → naik ke jalur sensorik nyeri di tractus spinotalamikus (naik ke batang otak)

14
→ bisa mengenai sistem limbik dan hipotalamus→ timbul persepsi seseorang tentang
nyeri. 10

2.5 Hubungan Gejala Utama dengan Gejala Penyerta

Patogenesis migrain terkait dengan suatu proses yang dikenal sebagai "Cortical
Spreading Depression" (CSD), yang berkontribusi pada berbagai gejala migrain. CSD
mengawali serangan migrain dengan menginduksi vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh
darah, yang selanjutnya berlanjut ke vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah di otak. Ketika
proses ini terjadi berulang kali, dapat mengaktifkan jalur saraf trigeminal vaskular.

Hasil dari proses ini adalah pelepasan zat seperti substansi P dan calcitonin gene-
related peptide (CGRP), yang memicu vasodilatasi pembuluh darah. Ini menghasilkan rasa
sakit kepala berdenyut yang menjadi ciri khas migrain. Selain itu, sinyal rasa sakit juga
mencapai korteks otak dan dapat menyebabkan fenomena yang dikenal sebagai "aura," yang
seringkali merupakan perubahan visual atau neurologis sebelum munculnya rasa sakit kepala.

Proses ini juga berhubungan dengan gejala mual dan muntah selama migrain. Sinyal
rasa sakit dapat mengaktifkan pusat muntah di otak, yang mencakup nukleus traktus
solitarius. Akibatnya, pasien mungkin merasa mual selama serangan migrain.

Selain itu, transmisi nyeri dapat mempengaruhi tingkat serotonin di otak, yang
berperan dalam regulasi suasana hati. Peningkatan gejala depresi dan kecemasan seringkali
terkait dengan migrain, mungkin sebagai akibat dari perubahan serotonin.

Akibatnya, serangan migrain yang berulang dapat memengaruhi beberapa bagian


otak, termasuk periaqueductal gray, yang merupakan area yang mengatur nyeri. Proses ini
menghasilkan penurunan ambang nyeri, yang berarti individu mungkin lebih sensitif terhadap
rangsangan nyeri. 11 12 13

2.6 Penegakan Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosa, riwayat dari nyeri tersebut perlu digali dengan seksama,
seperti awitan keluhan, frekuensi dan kondisi yang memicu serangan, kualitas nyeri, lokasi

15
ataupun durasi dari nyeri tersebut, progresivitas nyeri, faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.Setelah mendapatkan informasi yang adekuat dari anamnesis pasien,
kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis yang terarah.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan mencakup pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan arteri
karotis, sinus, arteri, dan otot paraspinal servikal, serta pemeriksaan leher dalam posisi fleksi
dan rotasi lateral untuk menilai tanda rangsang meningeal. Sedangkan, pemeriksaan
neurologis meliputi penilaian tingkat kesadaran, gangguan daya ingat, pemeriksaan
oftalmologi (reaktivitas dan ukuran pupil, funduskopi, lapang pandang, serta gerakan bola
mata), pemeriksaan saraf kranial (termasuk refleks kornea, sensori wajah, asimetri wajah),
perbedaan tonus otot, kekuatan motorik, dan refleks tendon dalam, fungsi sensori, adanya
gait, serta fungsi koordinasi.

2.7 Diagnosis Banding

Kata Kunci Kluster Tension Type Migraine


headache Headache

Laki laki + + +

45 tahun + + +

Sejak 3 hari lalu - + +

Nyeri hebat (NPRS 8-9) + - +

Nyeri tidak berkurang setelah konsumsi obat - - +

Kepala berdenyut - - +

Nyeri unilateral + - +

Mual + - +

Riwayat sering sakit kepala sejak 1 tahun lalu - - +

16
Hilang timbul, diperberat saat beraktivitas - - +
berat dan Terik matahari

Kluster Headache

1. Definisi

Cluster headache adalah gangguan sakit kepala primer langka yang ditandai dengan
serangan sakit kepala unilateral parah yang berlangsung 15 sampai 180 menit disertai
dengan gejala otonom ipsilateral.

2. Epidemiologi

Di antara sefalgia lain, Cluster Headache (CH) adalah yang paling langka, dengan
prevalensi pada populasi keseluruhan 1 setiap 1000 orang . Cluster headache lebih
dominan pada pria di mana usia onset adalah antara 20 dan 49 tahun, dan menunjukkan
risiko yang lebih tinggi untuk anggota keluarga dibandingkan dengan populasi umum.

3. Etiologi

Etiologi pasti dari cluster headache masih belum jelas. Namun, diperkirakan ada
hubungan antara sistem trigeminovaskular, serabut saraf parasimpatis yang terlibat
dalam refleks otonom trigeminal, dan hipotalamus.

4. Gejala klinis

Pasien dengan cluster headache mengalami beberapa serangan yang relatif parah yang
berlangsung singkat. Sakit kepala yang khas menyiksa, unilateral, dan umumnya
melibatkan divisi pertama dari saraf trigeminal, di daerah peri- dan retro-orbital dan di
pelipis. Kualitas rasa sakitnya parah, intens, tajam, dan terbakar dan biasanya
digambarkan lebih buruk daripada melahirkan.

Serangan CH biasanya dikaitkan dengan beberapa gejala otonom kranial ipsilateral yang
menonjol, seperti injeksi konjungtiva, lakrimasi, rinore, keringat dahi, miosis dan/atau ptosis.

17
Tension Type Headache

1. Definisi

Tension Type Headache (TTH) adalah episode nyeri kepala berulang yang berlangsung
beberapa menit hingga berminggu-minggu. Rasa nyeri biasanya terasa kencang atau
menekan (squeezing/pressing) intensitas ringan hingga sedang, dan bilateral.

2. Epidemiologi

Pada TTH, wanita lebih banyak terkena dibandingkan pria (rasio TTH wanita-pria adalah
5:4) dan usia rata-rata onset 25 sampai 30 tahun. Puncaknya prevalensi terjadi antara usia
30 hingga 39 tahun dan sedikit menurun seiring bertambahnya usia.

3. Etiologi

Reseptor nosiseptif di jaringan myofasial perikranial diduga berperan dalam munculnya


nyeri ini. Ketegangan miofasial perikranial sering terjadi pada pasien dengan TTH dan
migrain, yang merupakan gangguan pada jalur modulasi nyeri, yang ditandai dengan
hipereksitabilitas saraf perifer dan sentral pada keduanya.

4. Gejala klinis

Gambaran klinis nyeri TTH umumnya digambarkan sebagai tumpul, seperti tekanan,
memberikan rasa penuh di kepala atau menyempit. Pasien cukup sering menggambarkan
rasa nyeri mereka seperti mengenakan ikat pinggang ketat atau topi ketat di kepala, atau
menanggung beban berat di kepala, dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang.
Aktivitas fisik tidak berpengaruh pada intensitas nyeri kepala pada sebagian besar pasien.

Migraine

1. Definisi

Migrain adalah penyakit neurologis kronis paroksismal yang ditandai dengan serangan
nyeri kepala sedang atau berat disertai dengan gejala neurologis dan sistemik reversibel.
Gejala yang sering tampak pada migrain antara lain fotofobia, fonofobia, dan gejala
gastrointestinal seperti mual dan muntah.

18
2. Epidemiologi

Migrain terjadi pada 17,6% wanita dan 5,7% pria. Prevalensi tertinggi didapatkkan pada
usia 35 hingga 45 tahun. Pada dewasa berusia 18 hingga 59 tahun, ekitar 70% penderita
migrain mengalami serangan migrain tanpa aura (common migrain) dan 20% mengalami
migrain dengan aura (classical atau focal migrain). Prevalensi migrain dengan aura
meningkat seiring dengan usia,

3. Etiologi

Pada penderita migrain, terjadi peningkatan sensitivitas otak yang berlebihan, yaitu
peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, suara, Gerakan, penciuman, atau stimuli
sensori lainnya selama periode tanpa nyeri. Hipersensitivitas ini dipercaya diinduksi oleh
respon korteks dan brainstem, menyebabkan terjadinya habituasi defektif.

4. Gejala klinis

Kondisi ini ditandai dengan adanya mual, fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya), dan
fonofobia (sensitivitas terhadap suara). Aktivitas fisik seringkali menjadi faktor pencetus
munculnya migren. Karakteristik khas dari migren adalah sifatnya yang pulsatil,
berlangsung selama 4-72 jam, unilateral, disertai dengan mual dan muntah dalam
intensitas berat yang mengganggu aktivitas.

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Langkah umum

Perlu menghindari pencetus nyeri seperti perubahan pola tidur, makanan, stres dan
rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap-kelip, perubahan cuaca, berada di tempat yang
tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.

2.8.2 Terapi abortif

A. Abortif non-spesifik

Pada serangan ringan sampai sedang tau serangan berat atau berespons baik
terhadap obat yang sama dapat digunakan: analgesik Over The Counters (OTCs), OAINS
(oral).

19
B. Abortif spesifik

Bila tidak respons terhadap analgesik/OAINS, maka digunakan obat spesifik


seperti: triptans (naratriptan, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihidroergotamin
(DHE), dan obat golongan ergotamin.

2.8.3 Terapi profilaksis

A. Mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya serangan


B. Meningkatkan respons pasien terhadap pengobatan akut
C. Meningkatkan fungsi aktivitas sehari-hari serta mengurangi disabilitas
D. Mencegah penggunaan analgesik yang berlebihan dan transformasi menjadi chronic
daily headache
E. Mengurangi biaya pengobatan 14

2.9 Integrasi Keislaman

Al-Ḥākim meriwayatkan,

‫ َوَﻣﺎ أ ُﱡم ِﻣْﻠﺪٍَم؟ ﻗَﺎَل‬:‫ﻂ؟« ﻗَﺎَل‬‫ »َھْﻞ أ ََﺧﺬَﺗَْﻚ أ ُﱡم ِﻣْﻠﺪٍَم ﻗَ ﱡ‬:ٍ ‫ﻲ‬
ّ ‫ﺳﻠﱠَﻢ ِﻷ َْﻋَﺮاِﺑ‬ َ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ‬
َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬ َ ِŽ ‫ﺳﻮُل ﱠ‬ ُ ‫ ﻗَﺎَل َر‬:‫ ﻗَﺎَل‬،َ ‫ﻋْﻦ أ َِﺑﻲ ُھَﺮْﯾَﺮة‬
َ :
«‫ »ِﻋْﺮٌق‬:‫ع؟ ﻗَﺎَل‬ ‫ َوَﻣﺎ اﻟ ﱡ‬:‫ﻂ؟« ﻗَﺎَل‬
ُ ‫ﺼﺪَا‬ ‫ع ﻗَ ﱡ‬ ‫ »ﻓََﮭْﻞ أ ََﺧﺬََك اﻟ ﱡ‬:‫ﻂ ﻗَﺎَل‬
ُ ‫ﺼﺪَا‬ ُ ‫ َﻣﺎ َوَﺟْﺪ‬:‫ ﻗَﺎَل‬. «‫َﺣﱞﺮ ﺑَْﯿَﻦ اْﻟِﺠْﻠِﺪ َواﻟﻠﱠْﺤِﻢ‬
‫ت َھﺬَا ﻗَ ﱡ‬

َ ‫ »َﻣْﻦ‬:‫ﺳﻠﱠَﻢ‬
‫ﺳﱠﺮهُ أ َْن‬ َ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ‬
َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬ ُ ‫ ﻓَﻠَﱠﻤﺎ َوﻟﱠﻰ ﻗَﺎَل َر‬،‫ﻂ‬
‫ﺳﻮُل ﱠ‬
َ ِŽ ُ ‫ َﻣﺎ َوَﺟْﺪ‬:‫ ﻗَﺎَل‬. «‫ﺴﺎِن ِﻓﻲ َرأِْﺳِﮫ‬
‫ت َھﺬَا ﻗَ ﱡ‬ َ ‫ﻋﻠَﻰ ا ْ ِﻹْﻧ‬
َ ‫ب‬
ُ ‫ﻀِﺮ‬
ْ َ‫ﯾ‬
ُ ‫ﻈَﺮ ِإﻟَﻰ َرُﺟٍﻞ ِﻣْﻦ أ َْھِﻞ اﻟﻨﱠﺎِر ﻓَْﻠﯿَْﻨ‬
‫ﻈْﺮ ِإﻟَﻰ َھﺬَا« اﻟﻤﺴﺘﺪرك ﻋﻠﻰ اﻟﺼﺤﯿﺤﯿﻦ ﻟﻠﺤﺎﻛﻢ‬ ُ ‫ﯾَْﻨ‬

Artinya

“Dari Abu Hurairah ia berkata: “Ada seorang arab badui menemui Rasulullah ‫ﷺ‬, maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya: “Apakah kamu pernah terkena Ummu Mildam?” Orang badui itu
menjawab seraya bertanya: “Apa itu Ummu Mildam?” Beliau menjawab: “rasa panas yang
ada di antara kulit dan daging.” Orang badui itu berkata: “Aku tidak pernah mengalaminya
sama sekali.” Beliau bertanya lagi: “Apakah kamu pernah tertimpa Ṣudā‘?.” Orang badui itu
bertanya: “Apa itu Ṣudā‘?” Beliau bersabda: “Rasa sakit di kepala yang dirasakan oleh
manusia.” Orang badui itu berkata: “Aku tidak pernah mengalaminya sama sekali.” Tatkala
Orang badui itu pergi Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat seorang dari
penghuni neraka, maka lihatlah orang badui ini.” (H.R. Al-Ḥākim)

20
Hadis di atas disahihkan al-Ḥākim dan disetujui al-Żahabī. Al-Albanī menyatakan sanadnya
hasan. Al-Bukhārī juga meriwayatkannya dalam al-Adab al-Mufrad dengan sanad sahih.
Demikian pula Ahmad dalam Musnad-nya, Hannād dalam kitab al-Zuhdu, al-Nasā’ī dalam
al-Sunan al-Kubrā, al-Bazzār dalam Musnad-nya dan lain-lain.

Ibnu Rajab berkata,

‫وﺻﺪاع اﻟﺮأس ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺎت أھﻞ اﻹﯾﻤﺎن وأھﻞ اﻟﺠﻨﺔ )ﻟﻄﺎﺋﻒ اﻟﻤﻌﺎرف ﻻﺑﻦ رﺟﺐ‬

Artinya:

“Sakit kepala adalah di antara tanda orang beriman dan tanda penghuni surga.” (Laṭā’if al-
ma‘ārif hlm 105)

Sakit kepala adalah sakitnya Rasulullah ‫ﷺ‬. Kadang ujian sakit kepala itu beliau alami berhari-
hari. Demikian cenut-cenutnya kepala beliau sampai-sampai pernah beliau mengeluarkan
suara kesakitan dan mengatakan “Wā ra’sāh” (aduh, sakit kepalaku). Demikian berat sakit
kepala beliau, pernah juga beliau berpidato dengan mengikat kepala memakai kain. Bukan
hanya Rasulullah ‫ ﷺ‬yang diuji sakit kepala. Istri beliau yang paling tercinta setelah Khadijah,
yakni ‘Asiyah juga pernah terkena sakit kepala berat sampai beliau mendesis kesakitan, “Wā
ra’sāh” sebagaimana diriwayatkan dalam ṣaḥīḥ al-Bukhārī.

Hanya saja patut dicatat, orang sakit kepala dan atau demam yang menjadi calon penghuni
surga adalah mereka yang bisa tabah (ṣabr) dan tidak mengeluh dengan ujian Allah itu. Dia
rela dengan ujian tersebut dan ber-iḥtisāb seraya mengharap dosa-dosanya diampuni dan
diganjar dengan surga. Adapun mereka yang diuji demam dan atau sakit kepala lalu
mengeluh, tidak terima ujian Allah, menyalahkan Allah dan malah memaki takdir, maka
mereka tidak mendapatkan janji ini. Malahan dia melakukan dosa besar karena tidak rida
dengan ketentuan Allah.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan pada PBL pertemuan ke-1 dan ke-2 Modul
Nyeri Kepala, Kami mendapatkan beberapa diagnosis banding yang tercantum dalam
tabel diagnosis banding diatas. Dalam kasus atau skenario ini, berdasarkan tabel
diagnosis banding yang telah kami tentukan, kami memilih pendekatan diagnosis
mengarah ke Migrain. Untuk menegakkan diagnosis kasus lebih jelas, dibutuhkan
adanya anamnesis yang lebih mendalam disertai dengan pemeriksaan lebih lanjut.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa lebih aktif lagi dalam proses diskusi selama PBL, dan juga
mampu memahami apa yang telah disampaikan selama proses PBL berlangsung.
Kemudian diharapkan pada PBL selanjutnya mahasiswa lebih mempersiapkan diri
dengan banyak mencari sumber bacaan untuk lebih menambah wawasan serta untuk
menciptakan proses belajar yang aktif.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Alifandi Abrianto Wijaya,Henry Sugiharto,M. Zulkarnain, Hubungan Kecemasan dengan


Nyeri Kepala Tipe Tegang pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Angkatan 2013.2019:8
2. Drake R, Vogl W, Mitchell A. Gray’s Basic Anatomy. 1st ed. Singapore : Elsevier Churcill
Livingstone; 2012.
3. Prabawani Atika Tanti. 2011. Hubungan Topis dan Volume Neoplasma Intrakranial
dengan Lokasi dan Intensitas Nyeri Kepala Semarang : UNDIP
4. Eroschenko VP. Atlas Of Histology with Functional Correlation. Eleventh edision.
Amerika Serikat: Lippincott Williams & Willkins,2005.135-137.
5. Meutia. Syalwa. dkk. Sistem Saraf Pusat dan Perifer. Medula. 2021;11(1):306-
307.https://www.journalofmedula.com/index.php/medula/article/download/189/280
6. Armini, Ni Wayan Yusi., Dewi, Diah Nirmala. Hatha Yoga sebagai Terapi Alternatif pada
Nyeri Kepala. Jurnal Yoga dan Kesehatan. Maret 2021. Vol. 4 No. 1 h. 80-81
7. Haryani, Sonnia., Tandy, Vindi., Vania, Aurelia., Barus, Jimmy. Penatalaksanaan Nyeri
Kepala pada Layanan Primer. Callosum Neurology Journal. 2018. Vol. 1 No. 3 h. 83-90
8. Bahar, A. Nyeri Kepala dalam Praktik Klinik. Departemen Neurologi. Fakultas kedokteran
Universitas Hasanuddin/KSM Neurologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Molucca Medica, April 2021; 14(1).
9. Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 4. Jakarta:
EGC
10. Guyton, Arthrur C dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13.
Jakarta: EGC
11. Cui, Y., Kataoka, Y. and Watanabe, Y., 2014. Role of cortical spreading depression in the
pathophysiology of migraine. Neuroscience bulletin, 30, pp.812-822.
12. Harriott, A.M., Takizawa, T., Chung, D.Y. and Chen, S.P., 2019. Spreading depression as
a preclinical model of migraine. The journal of headache and pain, 20(1), pp.1-12.
13. Charles, A.C. and Baca, S.M., 2013. Cortical spreading depression and migraine. Nature
Reviews Neurology, 9(11), pp.637-644.
14. Sudibyo DA, Suharjanti I, Sudibyo DA. Konsensus Nasional VI-Diagnosis dan
Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Airlangga University Press; 2023 Aug 6.

23

Anda mungkin juga menyukai