KELOMPOK 1
Tutor:
dr.Ratih, Sp.OG,
Anggota:
Nabila Zahirah Pratiwi 702020001
Farhan Hakim Rizqullah 702021007
Mutiara Malihah Putri 702021017
Farah Shofa Fadhila 702021024
Farra Nabila Salsabil 702021043
Rahmi Friwelly 702021053
Muhammad Azman Muzakki 702021062
Oktariani Dhea Saputri 702021065
Athaya Salsabila 702021073
Hafizh Rifanza Akbar 702021116
Alya Azhara 702021119
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan sementara tutorial yang berjudul “Belekan”
sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kesehatan dan rahmat-Nya.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr.Ratih, Sp.OG,
4. Teman-teman seperjuangan.
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan tutorial ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang menyusun dan membantu pembuatan laporan ini dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu
dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
6. Tepat waktu.
4
2.2 Skenario Kasus
“Belekan”
Nn. Rini, perempuan, 18 tahun, seorang mahasiswi, datang ke poli mata dengan keluhan
mata kanan merah sejak 7 hari yang lalu dan diikuti mata kiri merah sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh mata terasa sakit, berair-air, sulit membuka mata, disertai belekan
pada mata yang timbul setelah mata merah 3 hari. Pasien mengeluh pada awalnya matanya
berair-air, selanjutnya 4 hari kemudian timbul belekan, mata terasa mengganjal disertai
gatal.
Nn. Rini sudah membeli obat tetes mata sendiri di warung, namun tidak ada perbaikan.
Riwayat kontak dengan orang yang sakit mata (+) yaitu teman di kelasnya. Nn. Rini juga
mengatakan sebelum keluhan mata sakit ini, dia juga mengeluh nyeri tenggorokan sehingga
sakit saat menelan. Nn. Rini memiliki kebiasaan membaca jarak dekat dan menggunakan
kaca mata sejak 2 tahun yang lalu oleh karena kabur melihat jauh.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 92 x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 36,70C
Kepala; Pembesaran KGB pre aurikular (+) sebelah kanan. Faring hiperemis (+).
Mata:
OD: OV 6/9, pinhole (+), koreksi spheris – 0,50 → 6/6. Blefarospasme (+), edema & merah
kelopak mata (+), bintil (-), sekret (+) warna kuning kehijauhan, injeksi konjungtiva (+),
papil di konjungtiva tarsal (+).
OS: VOS 6/12 pinhole (+), koreksi spheris – 0,75 →6/6. Blefarospasme (+), edema &
merah kelopak mata (+), bintil (-), sekret (+) warna kuning kehijauan, injeksi konjungtiva
(+), papil di konjungtiva tarsal (+)
5
3. Spheris Suatu pengukuran untuk menentukan penglihatan mata
(Dorland, ed 30).
4. Pinhole Pelindung mata dengan beberapa lubang kecil yang
memungkinkan sinar cahaya mencapai retina tanpa
gangguan gangguan optik pada mata (Dorland, ed 30).
5. Belekan Kotoran yg dikeluarkan dri mata (kbbi)
6. Papil Tonjolan atau elevasi kecil yang berbentuk seperti
putting (Dorland, ed 30).
7. Blefarospasme Kontraksi otot involunter pd kelopak mata (Dorland, 30)
6
merah kelopak mata (+), bintil (-), sekret (+) warna kuning kehijauan, injeksi
konjungtiva (+), papil di konjungtiva tarsal (+)
7
Gambar 2. 1 Anatomi mata eksternal
Sumber: Rita, 2017
8
• Glandula lakrimal : terletak di temporo anterior superior rongga orbita
yang berfungsi menghasilkan air mata
• Sistem sekresi : terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, dan ductus
nasolacrimal. Air mata dari ductus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga
hidung di dalam meatus anterior
Fisiologi
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang yang mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet yang
berfungsi membasahi bola mata terutama kornea.
• Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, sukar digerakkan oleh tarsus
• Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya
• Konjungtiva fornises atau forniks yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi
9
Gambar 2.4 Konjungtiva
Sumber: Rita, 2017
Fisiologi penglihatan
Objek→ memantulkan cahaya (gelombang elektromagnetik) → masuk ke kornea
→ diteruskan ke pupil → pengaturan jumlah cahaya yang masuk oleh pupil melalui
m.sphincter pupillae (yang mengkonstriksikan pupil dalam keadaan cahaya terang)
dan m.dilator pupillae (yang melebarkan pupil dalam keadaan gelap) → cahaya
difokuskan oleh lensa → konvergensi cahaya → bayangan benda jatuh tepat di
makula lutea (bayangan terbalik) → impuls ditangkap oleh sel-sel fotoreseptor, sel
batang (hitam putih) dan sel 9 kerucut (warna) → bersinaps dengan sel horizontal
→ sel bipolar → bersinaps dengan sel amacrine → sel ganglion → penjalaran
impuls ke nervus opticus → chiasma opticum → tractus opticus → serabut serabut
di tractus opticus bersinaps di nucleus geniculatum laterale dorsalis → tractus
geniculocalcarina → korteks penglihatan primer di calcarina lobus oksipitalis →
persepsi melihat (Guyton, 2017).
Media Refraksi
Komponen optik mata yang berperan sebagai media refraksi adalah kornea, humor
akuos. lensa, dan badan vitreus. Cahaya yang masuk ke dalam mata mengalami
pembiasan melewati media refraksi pada aksis visual, lalu ditangkap oleh sel
fotoreseptor retina. Aksis visual merupakan garis yang menghubungkan antara
fovea sentralis retina dengan bagian anterior dari kornea, sedangkan aksis optik
adalah garis yang menghubungkan antara poros anterior dengan poros posterior.
10
Gambar 2.5 Media refraksi
Sumber: Rita, 2017
11
dan beberapa proteoglikan heparan sulfat lainnya.
⚫ Stroma: Lapisan terbesar dari kornea, stroma memiliki serat kolagen
yang tersusundalam pola yang teratur. Keratosit menjaga integritas
lapisan ini. Fungsi lapisan ini adalah untuk menjaga transparansi, yang
terjadi dengan pengaturan reguler, dan struktur kisi fibril, di mana
hamburan dari fibril individu dibatalkan oleh interferensi destruktif, dan
jarak kurang dari 200 nm memungkinkan transparansi.
⚫ Membran Descemet: lapisan aselular yang terbuat dari kolagen tipe IV
yang berfungsi sebagai membran basal yang dimodifikasi dari
endotelium kornea.
⚫ Endotel kornea: lapisan setebal satu sel yang terbuat dari sel gepeng atau
kuboid sederhana. Sel-sel di daerah ini tidak beregenerasi dan memiliki
pompa yang menjaga keseimbangan cairan dan mencegah
pembengkakan stroma. Ketika sel-sel endotel kornea hilang, sel-sel
tetangga meregang untuk mencoba mengkompensasi kehilangan ini.
Lapisan Tengah: Uvea (Iris, Badan Siliaris, Koroid) Iris
⚫ Terdiri dari lapisan stroma dengan jaringan fibrovaskular berpigmen dan
sel epitel berpigmen di bawah stroma
⚫ Otot sphincter pupillae dan dilator pupillae terhubung ke stroma
Badan Siliaris
⚫ Terdiri dari otot siliaris dan epitel siliaris
⚫ Otot siliaris, melalui zonula lensa, mengontrol struktur lensa, yang
penting untuk akomodasi. Zonules adalah serat jaringan ikat yang
menghubungkan otot siliaris dan lensa.
⚫ Epitel siliaris menghasilkan aqueous humor yang mengisi kompartemen
anterior mata.
12
Koroid
⚫ Terdiri dari jaringan pembuluh darah padat yang memasok nutrisi ke
struktur mata, bertempat di jaringan ikat longgar.
⚫ Lapisan koriokapiler terletak di bagian terdalam koroid dan mensuplai retina
⚫ Membran Bruch adalah lapisan matriks ekstraseluler yang terletak di
antara retina dan koroid dan memiliki arti penting dalam degenerasi
makula terkait usia, di mana akumulasi deposit lipid mencegah difusi
nutrisi ke retina.
Lapisan Dalam: Lensa, Vitreous, Retina
Lensa
⚫ Terdiri dari kapsul luar, lapisan tengah yang disebut korteks, dan
lapisan dalam yang disebut nukleus.
⚫ Kapsul adalah membran basal epitel lensa yang terletak di bawah
⚫ Sel-sel lensa baru berdiferensiasi dari epitel lensa dan bergabung di
perifer, mendorong sel lensa yang lebih tua ke tengah.
Vitreous: ruang seperti jeli yang terbuat dari kolagen tipe II yang
memisahkan retina dan lensa
Retina: jaringan saraf mata tempat foton cahaya diubah menjadi energi
neurokimiawi melalui potensial aksi
Konjungtiva
13
Kelenjar Lakrimal
Kornea
14
Lapisan-lapisan pada Retina dan koroid.
Retinal Pigment Epithelium (RPE): terbuat dari sel kuboid yang mengandung
melanin yang menyerap cahaya. Sel-sel ini juga membentuk Blood-retinal
barrier melalui tight junction.
⚫ Lapisan foto reseptor "Sel batang dan kerucut": lapisan sel dengan
fotoreseptor dan sel glial. Batang terletak perifer dan lebih sensitif terhadap
cahaya dan gerak daripada kerucut. Kerucut memiliki ketajaman visual yang
lebih tinggi dan spesifisitas untuk penglihatan warna.
⚫ "Membran pembatas luar": lapisan sel Muller dan sambungan
batang/kerucut yang berfungsi untuk memisahkan daerah fotosensitif retina
dari daerah yang mentransmisikan sinyal listrik.
⚫ "Lapisan inti luar": Lapisan ini terdiri dari inti sel batang dan sel kerucut.
⚫ "Lapisan pleksiform luar": Lapisan ini mengandung proses sinaptik sel
batang dan sel kerucut.
⚫ "Lapisan inti dalam': Lapisan ini berisi badan sel sel glial, amakrin, bipolar,
dan horizontal
⚫ "Lapisan pleksiform dalam": Lapisan ini menyampaikan informasi dari sel-
sel lapisan inti dalam. Dengan demikian, lapisan ini memiliki akson sel
amakrin, bipolar, dan glial serta dendrit sel ganglion retina.
15
⚫ "Lapisan sel ganglion": Lapisan ini mengandung inti sel ganglion
retina.
⚫ "Lapisan serat saraf": Lapisan ini mengandung akson sel ganglion
retina dan astroglia yang menopangnya. Secara kolektif, akson ini
merupakan saraf optik.
⚫ "Membran pembatas internal": Lapisan tipis sel glia Muller dan
membran basal yang membatasi vitreus di bagian anterior dari retina di
bagian posterior (Eroschenko, 2012).
c. Apa makna Nn. Rini, datang ke poli mata dengan keluhan mata kanan
merah sejak 7 hari yang lalu dan diikuti mata kiri merah sejak 3 hari yang
lalu?
Jawab :
16
- Paparan sinar matahari
- Debu
- Reaksi alergi
- Influenza
- Infeksi bakteri atau virus
- Batuk
- Peradangan pada folikel bulu mata (blepharitis)
- Radang selaput mata ( konjungtivitis)
- Peradangan uvea (uveitis)
- Erosi kornea akibat iritasi atau penggunaan kontak lens
- Konjungtivitis dan trakoma
Ini adalah penyebab paling umum dari mata merah. Biasanya tidak menimbulkan
rasa sakit dan ditandai dengan keluarnya cairan. Ada beberapa jenis dari
konjungtivitis yaitu, konjungtivitis batkteri (staphylococcus atau streptococcus),
konjungtivitis virus (herpes simpleks), dan konjungtivitis alergi (alergi asap,
kosmetik, obat-obatan, dll).
- Ulkus kornea
Pecahnya permukaan kornea disebut abrasi/eosi/ ulkus kornea. Biasa disebut
dengan ada bisul yang dangkal dan dalam, biasanya pasien mengeluh mata merah
dan nyeri.
- Iritasi akut
Seringkali tidak diketahui penyebabnya. Pasien akan mengeluh mata merah dan
nyeri, tidak ada secret tetapi ketajaman penglihatan berkurang.
- Glaucoma akut
Tekanan mata meningkat dengan sangat cepat yang menyebabkan mata merah
yang sangat nyeri dengan ketajaman penglihatan yang buruk.
- Cedera (trauma)
Cedera atau traumatis menyebabkan sekitar 10% dari seluruh mata merah. Cedera
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata yang menyebabkan kebutaan
(Tehamen, 2020).
Mata merah akibat vasodilatasi pada dasarnya berkaitan dengan reaksi atau
proses inflamasi, baik karena proses peradangan sendiri, cedera, infeksi, alergi,
kekeringan mata, atau kondisi intraokular lain seperti glaukoma dan lain-lain.
17
Bahan-bahan inflamatorik yang menyebabkan pembuluh darah melebar juga
membuatnya lebih mudah bocor sehingga selain kemerahan, juga dapat terjadi
pembengkakan atau edema/kemosis. Kondisi mata merah lain yang bukan
disebabkan oleh vasodilatasi adalah perdarahan. Konjungtiva memiliki banyak
saraf dan pembuluh darah halus. Dinding pembuluh-pembuluh ini relatif rapuh dan
mudah robek sehingga terjadi perdarahan subkonjungtiva atau subconjunctival
hemorrhage. Pada daerah di atas sklera dapat tampak bercak merah terang/gelap.
Mata merah, baik akibat vasodilatasi ataupun perdaarahan, dapat terjadi
tanpa, ataupun dengan gangguan penglihatan. Pada prinsipnya, mata merah yang
disertai gangguan penglihatan mengindikasikan adanya keterlibatan sumbu
penglihatan atau visual axis. Berat ringannya gangguan penglihatan berkaitan
dengan letak lesi dan juga seberapa berat proses inflamasi yang terjadi. Mata merah
dengan gangguan penglihatan bisa disebabkan oleh keratitis/ulkus kornea,
glaukoma akut, uveitis anterior, atau keadaan yang lebih berat seperti endoftalmitis.
Sedangkan mata merah tanpa gangguan penglihatan terjadi karena kondisi-kondisi
yang tidak melibatkan visual axis seperti penyakit- penyakit pada kelopak mata,
konjungtiva, episklera dan sklera, kecuali kondisi-kondisi ini telah menyebabkan
perluasan komplikasi ke visual axis, seperti penggulungan kelopak mata ke dalam
(entropion) yang menyebabkan kornea teriritasi oleh bulu mata dan terjadi (Rita,
2017).
18
konjungtiva, pembengkakan pembuluh darah, nyeri, gatal, dan cairan yang
keluar dari mata serta mata merah.
- Skleritis : skleritis adalah suatu kondisi peradangan mata parah yang
mempengaruhi lapisan luar mata. Biasanya, gejala yang dirasakan adalah nyeri
atau nyeri pada perabaan. Gejala utama yang sering kali muncul pada seseorang
dengan scleritis adalah kemerahan.
- Keratitis : Keratitis adalah peradangan pada kornea dan ditandai dengan edema
kornea, infiltrasi sel inflamasi, dan kemacetan silia. Gejala awal keratitis adalah
mata merah. Gejala ini kemudian bisa disertai dengan gejala lainnya, seperti:
Mata merah, nyeri, bengkak, dan iritasi. Sensitif terhadap cahaya.
- Blepharitis : Blefaritis adalah peradangan di kelopak mata. Kondisi ini dapat
menyebabkan kelopak mata bengkak, kemerahan, dan terasa nyeri.
- Uveitis : Uveitis adalah peradangan pada uvea atau lapisan tengah mata.
Kondisi ini ditandai dengan kemerahan pada satu atau kedua mata, disertai nyeri
dan penglihatan kabur (Ilyas, 2018).
g. Apa hubungan usia dan jenis kelamin, pekerjaan dengan mata merah terkait kasus?
Jawab :
-Usia
tingkat diagnosis tertinggi terjadi pada anak-anak berusia kurang dari tujuh tahun,
dengan insiden tertinggi terjadi antara usia 0 dan 4 tahun. Puncak penyebaran kedua
terjadi pada usia 22 tahun pada wanita dan 28 tahun pada pria. dan konjungtivitis
paling sedikit adalah pada kelompok umur 40 tahun (Hashm. 2022).
-Jenis kelamin
Kasus konjungtivitis secara umum dapat terjadi pada semua kalangan umur, dari
bayi, anak- anak, remaja, dewasa hingga usia lanjut. Secara keseluruhan tingkat
konjungtivitis yang didiagnosis di UGD sedikit lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria (Hashmi, 2022).
-Pekerjaan
Kelompok pekerja dengan pajanan yang tinggi mempunyai risiko 4,6 kali lebih
besar untuk terjadi iritasi mata, dibandingkan dengan kelompok dengan pajanan
rendah. Yang mana pekerjaan yang berada di luar ruangan lebih tinggi menjadi
factor risiko terkena konjungtivitis (Hashmi, 2022).
19
h. Apa makna pasien juga mengeluh mata terasa sakit, berair-air, sulit membuka mata,
disertai belekan pada mata yang timbul setelah mata merah 3 hari?
Jawab :
Maknanya mata terasa sakit dan beair merupakan manifestasi dari konjungtivitis
virus. Menurut Rifka P et al (2023) Konjungtivitis virus memiliki ciri-ciri air mata
yang berlebihan, demam, sakit tenggorokan, sekret sedikit, rasa gatal sedikit, pada
pewarnaan terdapat monosit dan limfosit. Sedangkan keluhan disertai belekan yang
timbul setelah mata merah bisa disebabkan karena konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri memiliki ciri pasien datang dengan keluhan mata merah, air
mata berlebih, dan sekret mukopurulen atau purulen. Gejala yang timbul pada
konjungtivitis bakteri akut antara lain mata merah, rasa tersangkut, perih, keluar
cairan, saat bangun tidur kelopak mata sering lengket dan sulit dibuka (Rifka,
2023).
i. Apa saja penyebab mata sakit, berair, sulit mmbuka mata, belekan?
Jawab :
Mata sakit:
• Benda asing
• Ketegangan otot mata
• Neuritis optik
• Selulitis orbita
• Uveitis
• Glaukoma
Mata berair:
• Trauma mata
• Benda asing pada mata
• Mata kering
• Blefaritis
• Konjungtivitis
• Keratitis
• Skleritis
• Trikiasis
20
• Enteropion
• Lagoftalmos
Belekan:
Sering pada kelainan konjungtiva seperti konjungtivitis karena sekret hanya dapat
dikeluarkan oleh epitel yang mempunyai sel lendir atau sel goblet konjungtiva.
Konjungitivitis dapat disebabkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri. Bakteri
yang dapat menyebabkan konjungtivitis diantaranya Neisseria gonorrhea,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Chlamydia. Sedangkanvirusyang dapat menyebabkan konjungtivits adalah
adenovirusdan Herpes Simpleks Virus. Konjungtivitis biasanya ditandai dengan
pelebaran pembuluh darah konjungtiva superfisial, infiltrasi seluler, dan eksudat.
(Ilyas,2019) (Ilyas & Yulianti, 2014).
21
glandula lakrimalis sehingga terjadinya mata berair (Ilyas, S. 2015).
Sulit buka mata & belekan:
Kontak orang sakit mata menyebabkan mikroorganisme masuk lalu proteksi
kelenjar lakrimalis mengsekresi air mata, proteksi gagal hingga menginflamasi
konjungtiva terjadilah konjungtivitis. Akibat progresifitas semakin memburuk
sehingga mengaktifasi sel radang migrasi ke stroma dan mikroorganisme
bergabung dengan fibrin, netrofil, mukus ditambah inflamasi sehingga terbentuklah
eksudat yaitu kotoran/sekret berwarna kehijauan gatal dan lengket sehingga
menimbulkan mata sulit dibuka (Ilyas, S. 2015).
k. Apa hubungan keluhan utama (mata merah) dan keluhan tambahan (mata sakit,
berair, sulit buka mata, belekan)?
Jawab :
l. Apa kemungkinan penyakit dengan keluhan mata sakit, berair, sulit buka mata,
belekan, gatal, mengganjal?
Jawab :
22
tangan, peralatan medis, air kolam renang, atau barang pribadi. Konjungtivitis
virus memiliki ciri-ciri air mata yang berlebihan, demam, sakit tenggorokan,
sekret sedikit, rasa gatal sedikit dan terdapat juga gejala perbesaran KGB
preaurikula.
- c. Konjungtivitis jamur sangat jarang terjadi. Sekitar 50% infeksi jamur yang
terjadi tidak memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada
konjungtivitis jamur adalah Candida albicans dan Actinomyces (Rifka P et al
2023).
m. Apa makna pasien mengeluh pada awalnya matanya berair-air, selanjutnya 4 hari
kemudian timbul belekan, mata terasa mengganjal disertai gatal?
Jawab :
23
konjungtiva (konjungtivitis), yang mengarah pada manifestasi klinis konjungtivitis.
• Mata belekan dan terasa mengganjal → Akibat dari secret yang dihasilkan dari
kematian sel PMN yang diaktivasi oleh bakteri
Jawab :
Sitokin memainkan peran penting dalam memediasi mekanisme yang mendasari
rasa gatal. Limfopoietin stroma timus (TSLP) adalah sitokin yang telah lama terlibat
sebagai mediator penting pematangan dan aktivasi limfosit T. Karena IL-4 dan IL-
13 terlibat dalam patogenesis gatal, sekresi glukokortikoid sebagai respons terhadap
stres psikologis dapat terlibat sebagai mediator gatal. Selain itu, penyumbatan H1R
dan H4R secara bersamaan lebih efektif dalam mengurangi rasa gatal dibandingkan
hanya menggunakan satu reseptor saja. Dengan demikian, H1R merupakan
mediator penting dari reaksi gatal akibat histamin. Pengolesan histamin secara
langsung ke kulit manusia menyebabkan rasa gatal yang kemudian diikuti dengan
vasodilatasi refleksif aksonal dan flare. Jadi kemungkinan rasa gatal pada kasus
disebabkan karena adanya aktivasi histamin oleh mediator inflamasi akibat dari
adanya peradangan (Yaznil dkk, 2023).
Jawab :
24
2. Nn. Rini sudah membeli obat tetes mata sendiri di warung, namun tidak ada perbaikan.
Riwayat kontak dengan orang yang sakit mata (+) yaitu teman di kelasnya. Nn. Rini juga
mengatakan sebelum keluhan mata sakit ini, dia juga mengeluh nyeri tenggorokan
sehingga sakit saat menelan. Nn. Rini memiliki kebiasaan membaca jarak dekat dan
menggunakan kaca mata sejak 2 tahun yang lalu oleh karena kabur melihat jauh.
a. Apa makna Nn. Rini sudah membeli obat tetes mata sendiri di warung, namun tidak
ada perbaikan?
Jawab :
Maknanya adalah pengobatan pasien tidak adekuat atau tidak mengobati penyebab
dasarnya yang dimana dapat menyebabkan progresivitas penyakit dan timbulnya
komplikasi (Riordan-Eva dan Whitcher, 2017).
b. Apa makna riwayat kontak dengan orang yang sakit mata (+) yaitu teman di
kelasnya?
Jawab :
Maknanya bahwa Nn. Rini terkena mata merah disebabkan oleh faktor risiko
penularan dimana salah satu faktor risiko ini adalah melalui kontak dengan orang
yang sakit mata. Sumber penularan adalah cairan yang keluar dari mata yang sakit
mengandung mikroorganisme. Salah satu media penularannya yaitu tangan yang
tekontaminasi cairan infeksi, misal melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara
tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi memegang benda yang
kemudian terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara bersama-sama,
penggunaan sapu tangan atau tisu secara begantian, dan penggunaan bantal atau
sarang bantal secara bersama-sama (Muhammad, 2016).
25
demam, sakit tenggorokan, sekret sedikit, rasa gatal sedikit, pada pewarnaan
terdapat monosit dan limfosit (Azari, 2013).
Secara umum penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit terjadi melalui dua
transmisi yaitu:
1. Kontak langsung
Transmisi kontak langsung terjadi secara langsung dengan orang yang
terinfeksi (misalnya melalui tangan ke tangan, tangan ke mulut, tangan ke
hidung).
2. Kontak tidak langsung,
Kontak tidak langsung terjadi melalui kontak dengan objek perantara misalnya
transmisi melalui droplet, transmisi airborne (bersin, batuk, bicara), transmisi
melalui makanan atau air (food and water-borne transmission), serta transmisi
melalui hewan perantara (vector-borne transmission yang dikenal dengan
penyakit zoonosis (Wibawanti, dkk., 2020).
e. Apa makna Nn. Rini juga mengatakan sebelum keluhan mata sakit ini, dia juga
mengeluh nyeri tenggorokan sehingga sakit saat menelan?
Jawab :
Maknanya Nn rini kemungkinan mengalami faringitis yaitu infeksi bakteri.
Faringitis dapat muncul dengan gejala sakit tenggorokan yang tiba-tiba, demam,
sakit kepala, limfadenopati atau limfadenitis serviks anterior yang nyeri tekan, dan,
kadang-kadang, nyeri perut, mual, muntah, kelelahan, atau ruam (Wilson, 2018).
26
f. Apa hubungan Nn. Rini juga mengatakan sebelum keluhan mata sakit ini, dia juga
mengeluh nyeri tenggorokan sehingga sakit saat menelan?
Jawab :
Hubungannya merupakan faktor risiko dari konjungtivitis, kelainanan pada
faringokonjungtiva akan memberikan gejala faringitis, sekret berair dan sedikit,
folikel pada konjungtiva yang mengensi satu atau kedua mata. Biasanya
disebabkan adenovirus tipe 3,4 dan 7, terutama mengenai anak-anak yang
disebarkan melalui droplet atau kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yang
menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemic (Ilyas, 2022).
g. Apa makna Nn. Rini memiliki kebiasaan membaca jarak dekat dan menggunakan
kaca mata sejak 2 tahun yang lalu oleh karena kabur melihat jauh?
Jawab :
Maknanya Nn. Rini mengalami gangguan refraksi berupa miopi, yang disebabkan
karena kebiasaan membaca jarak dekat. Pada kondisi membaca jarak dekat
memungkinkan mata untuk terus-terusan berakomodasi sehingga Panjang bola
mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi
terlalu kuat. Hal ini menyebabkan orang dengan myopia akan jelas jika melihat
dekat, sedangkan melihat jauh, buram atau disebut rabun jauh (Ilyas & Yulianti,
2022).
27
• Miopia (rabun jauh), gangguan refraksi cenderung melihat dengan posisi mata
yang lebih dekat ke obyek, dan mungkin tidak tertarik pada aktivitas yang
berjarak jauh.
• Hipermetropia (rabun dekat) dengan gejala utama sulit melihat objek yang
dekat sehingga harus menjauhkan objek tersebut agar jelas terlihat (Saiyang,
2021).
• Astigmatisma (mata silindris) merupakan kondisi dimana bervariasinya daya
refraksi kornea atau lensa karena kelainan bentuk permukaannya sehingga
sinar jatuh pada dua titik di depan retina. Keadaan ini menyebabkan penderita
harus menjulingkan mata sehingga efek lubang jarum dapat terlihat.
• Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.
Presbiopia terjadi akibat kurangnya respon akomodatif dikarenakan hilangnya
elastisitas lensa mata seiring pertambahan usia seseorang, yang kemudian
menyebabkan pandangan menjadi kabur saat melihat dekat (Nur dkk., 2021).
k. Apa hubungan, usia, jenis kelamin, pekerjaan dengan myopia terkait kasus?
Jawab :
Jenis Kelamin
Kejadian miopia pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.
Perempuan memiliki risiko 1,21 kali lebih tinggi untuk mengidap miopia daripada
laki-laki. Anak perempuan cenderung memiliki aktivitas luar ruangan yang lebih
singkat dan lebih lama bekerja dengan jarak pandang dekat.
Usia
Terdapat peningkatan signifikan terutama pada anak-anak usia sekolah keturunan
Asia, terutama Asia Timur, termasuk imigran asal Asia di negara lain.
28
Diperkirakan prevalensi miopia pada anak usia sekolah di Asia mencapai 60%,
Eropa 40%, Afrika dan Amerika Selatan <10%. (7-18 tahun) (Supit,2021)
Pekerjaan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan miopia. Faktor
lingkungan yang paling banyak berperan pada miopia adalah kerja jarak dekat
seperti membaca. Lama membaca dapat mempengaruhi pertumbuhan aksial bola
mata akibat insufisiensi akomodasi pada mata. Tingkat pendidikan dihubungkan
juga dengan lamanya kerja jarak dekat sehingga meningkatkan risiko miopia.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi prevalensi
terjadinya miopia karena kecenderungan lebih banyak melakukan aktivitas melihat
jarak dekat (Fauziah dkk, 2014).
3. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 92 x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 36,70C
Kepala; Pembesaran KGB pre aurikular (+) sebelah kanan. Faring hiperemis (+).
Mata:
OD: OV 6/9, pinhole (+), koreksi spheris – 0,50 → 6/6. Blefarospasme (+), edema &
merah kelopak mata (+), bintil (-), sekret (+) warna kuning kehijauhan, injeksi
konjungtiva (+), papil di konjungtiva tarsal (+).
OS: VOS 6/12 pinhole (+), koreksi spheris – 0,75 →6/6. Blefarospasme (+), edema &
merah kelopak mata (+), bintil (-), sekret (+) warna kuning kehijauan, injeksi
konjungtiva (+), papil di konjungtiva tarsal (+)
a. Bagaimana interpretasi Pemeriksaan fisik pada kasus?
Kasus Normal
No. (Pemeriksaan Fisik Interpretasi
Umum)
1. Keadaan umum: sadar Keadaan umum: Normal
dan kooperatif sadar dan
kooperatif
2. TD: 120/80 mmHg 100-120/60- Normal
80mmHg
3. Nadi: 92 x/menit 60-100x/menit Normal
4. RR: 22 x/menit 16-24x/menit Normal
5. Suhu: 36,7°C 36,4-37,2 oC Normal
29
6. Pembesaran KGB pre Pembesaran KGB Abnormal : Infeksi,
aurikular (+) sebelah pre aurikular (-) biasanya pada infeksi
kanan adenovirus
7. Faring hiperemis (+) Faring hiperemis Abnormal : pelebaran
(-) pembuluh darah di sekitar
faring sebagai respon
terhadap inflamasi akibat
infeksi, biasanya pada
infeksi adenovirus
No. Kasus Interpretasi
(Pemeriksaan Fisik Normal
Mata)
OD: VOD 6/9 Abnormal : penurunan
1. OS: VOS 6/12 6/6 visus, mampu melihat dari
jarak 6 meter, sedang pada
orang normal 9 meter pada
OD dan 12 meter pada OS.
2. OD: Pinhole (+) Abnormal : terdapat
koreksi spheris -0,50 kelainan refraksi (dengan
→ 6/6 pinhole terdapat
perbaikan), pakai lensa
OS: Pinhole (+) kacamata myopia (-0.5)
koreksi spheris -0,75 menjadi 6/6 pada OD
→ 6/6 dan pakai lensa
kacamata myopia (-0.75)
menjadi 6/6 pada OS
3. OD & OS : Blefarospasme (-) Abnormal : kekakuan
Blefarospasme (+) pada palpebra akibat
aktivitas berlebih dari
Musculus Olbicularis
Oculli yang
menyebabkan sulit
membuka mata.
4. OD & OS : Edema Edema dan merah Abnormal : inflamasi
dan merah kelopak kelopak mata (-) pada kelopak mata
mata (+)
5. OD & OS : Bintil (-) Bintil (-) Normal
30
konjungtivitis viral.
Injeksi Konjungtiva
Infeksi bakteri > proteksi Gland. Lakrimalis > sekresi air mata (antimikroba,
lisozim, Akueosa Mucinosa, ig A, ig G untuk menghambat pertumbuhan infeksi
> proteksi gagal > inflamasi konjungtiva > konjungtivitis > dilatasi arteri
konjungtiva posterior > injeksi konjungtiva (Sibernagl, 2014).
Papil
Infeksi bakteri > proteksi Gland. Lakrimalis > sekresi air mata (antimikroba,
lisozim, Akueosa Mucinosa, ig A, ig G untuk menghambat pertumbuhan infeksi
> proteksi gagal > inflamasi konjungtiva > konjungtivitis > pengeluaran mediator
inflamasi > sel radang bermigrasi dari stroma > ke konjungtiva melalui epitel >
bergabung dengan fibrin, netrofil, mukus yg dihasilkan sel goblet > membentuk
eksudat > terbentuk papil di konjungtiva tarsal (Sibernagl, 2014).
31
c. Bagaimana cara pemeriksaan Visus?
Jawab :
PROSEDUR PEMERIKSAAN VISUS
1. Pasang optotip Snellen dalam posisi tegak (tempelkan di dinding)
2. Posisikan penderita dalam jarak 5 - 6 meter dari Optotip Snellen.
4. Mulailah pemeriksaan dari mata kanan. Minta penderita untuk menutup mata
kirinya dengan telapak tangan kiri tanpa menekan bola mata.
5. Dengan menggunakan mata kanan, minta penderita untuk membaca huruf pada
Snellen mulai dari baris atas ke bawah, hingga baris terakhir yang masih dapat
dibaca penderita dengan benar
6. Pada baris tersebut, lihat ukuran yang ada di sebelah kanan huruf. Jika angka
menunjukkan 30 meter berarti visus penderita adalah 6/30 (artinya orang
normal dapat membaca huruf tersebut pada jarak 30 meter, sedangkan
penderita hanya dapat membaca pada jarak 6 meter).
7. Jika huruf paling atas pada Snellen tidak dapat terbaca oleh penderita, lakukan
pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara hitung jari. Acungkan jari tangan
dari jarak 1 meter, terus mundur ke belakang 2 meter, 3 meter, dan seterusnya.
Jika penderita hanya dapat menghitung jari dengan tepat maksimal pada jarak
3 meter, berarti visusnya 3/60 (artinya orang normal dapat melihat jari tangan
pada jarak 60 meter, penderita hanya dapat membaca dari jarak 3 meter).
8. Jika acungan jari dari jarak 1 meter saja tidak dapat terlihat oleh penderita,
lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara goyangan tangan.
Goyangkan tangan, ke atas-bawah atau kanan-kiri dari jarak 1 meter, terus
mundur ke belakang 2 meter, 3 meter, dst. Jika penderita dapat melihat
goyangan tangan pada jarak 1 meter, berarti visusnya 1/300 (artinya orang
normal dapat melihat goyangan tangan pada jarak 300 meter, penderita hanya
dapat membaca dari jarak 1 meter saja).
9. Jika goyangan tangan dari jarak 1 meter saja tidak dapat terlihat oleh penderita,
lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara menyorotkan lampu.
Sorotkan lampu senter di depan mata penderita. Minta penderita menyebutkan
ada sinar atau tidak. Jika penderita melihat sinar berarti visusnya 1 /~, jika tidak
berarti visusnya 0 (No Light Perception / NLP).
32
10. Lakukan hal demikian pada mata kiri dengan menutup mata kanan dengan
telapak tangan kanan tanpa tekanan.
11. Visus dikatakan normal jika nilainya 5/5 atau 6/6. :
Pemeriksaan fisik
• Pembesaran kgb pre-aurikular
• Faring hiperemis
• OD: VOD 6/9, pinhole (+), koreksi spheris -0,50 —> 6/6. Blefarospasme (+),
edema & merah kelopak mata (+), bintil (-), sekret (+) warna kuning kehijauan,
injeksi konjungtiva (+), papil di konjungtiva tarsal (+).
• OS: VOS 6/12 pinhole (+), koreksi spheris -0,75 —> 6/6. Blefarospasme (+),
edema & merah kelopak mata (+), bintil (-), sekret (+) warna kuning kehijauan,
injeksi konjungtiva (+), papil di konjungtiva tarsal (+).
33
• Lab darah : darah lengkap
• Kultur sekret konjungtiva
• Pemeriksaan antigen adenovirus : PCR
• Pemeriksaan gram dan giemsa
• Serologi
7. Apa diagnosis kerja pada kasus? Konjungtivitis bakteri ODS + miopia ringan ODS
a. Definisi
Jawab :
Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi pada
konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman
atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Konjungtivitis
merupakan peradangan pada konjungtiva yang umumnya ditandai dengan iritasi,
gatal, sensasi benda asing, dan berair atau secret pada mata (Ramadhanisa, 2014).
b. Epidemiologi
Jawab :
-Konjungtivitis
Prevalensi konjungtivitis bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tingkat
diagnosis tertinggi di antara anak-anak kurang dari tujuh tahun, dengan kejadian
tertinggi terjadi antara usia 0 dan 4 tahun. Puncak distribusi kedua terjadi pada usia
22 tahun pada wanita dan 28 tahun pada pria. Kejadian pada Wanita lebih tinggi dari
laki-laki (Hashmi, 2023).
-Myopia
Data WHO memperkirakan 246 juta orang di seluruh dunia memiliki gangguan
penglihatan meliputi ametropia (myopia, hypermetropia atau astigmatisma) sebesar
43%, katarak 33%, glaucoma 25% • Kejadian myopia semakin meningkat dan
diestimasikan bahwa separuh dari penduduk dunia menderita myopia pada tahun
2020. • Proporsi jenis kelamin laki-laki
: perempuan = 4,3% : 5,0% • Rentang usia 15-24 tahun (Sofiani dan Santik, 2016).
34
Jawab :
Etiologi dari konjungtivitis terdiri dari dua jenis. Penyebab pertama adalah penyebab
tidak menular seperti alergi yang merupakan penyebab tersering dari konjungivitis,
racun seperti idoxuridine, brimonidine, hingga lensa kontak, serta penyebab
sekunder akibat penyakit sistemik seperti sarkoidosis. Adapun penyebab kedua
adalah penyebab menular, antara lain virus, yang merupakan penyebab terbanyak
pada orang dewasa dan sekitar 65- 90% diakibatkan oleh adenovirus, bakteri, jamur,
dan parasit. Etiologi dari setiap konjungtivitis ini menjadi dasar pada setiap jenis
klasifikasi konjungtivitis (Artati, 2018).
d. Manifestasi klinis
Jawab :
Pasien dengan konjungtivitis bakteri sering hadir mengeluh kemerahan, sensasi
benda asing, dan sekret dari satu atau kedua mata. Rasa sakit, gatal, kehilangan
penglihatan, dan fotofobia terkait juga berkontribusi pada pengambilan keputusan
klinis. Gambaran klinis tertentu dapat menunjukkan asal bakteri ke konjungtivitis.
Namun, temuan sering bervariasi, dan ada cross-over antara gejala konjungtivitis
etiologi yang berbeda. Secara klinis membedakan konjungtivitis bakteri dari bentuk
lain sangat penting karena dapat membantu terapi langsung dan berpotensi
mengekang pemberian antibiotik empiris yang tidak perlu. Secara tradisional, sekret
purulen atau mukopurulen telah dikaitkan dengan diagnosis konjungtivitis bakteri
sementara sekret berair lebih konsisten dengan konjungtivitis virus atau alergi
(Pippin, 2023).
Keluhan pasien konjungtivitis biasanya berupa lakrimasi, rasa berpasir, dan perih.
Keluhan gatal pada umumnya mengindikasikan alergi. Adanya rasa nyeri, penurunan
tajam penglihatan, fotofobia, dan sensasi benda asing kemungkinan menunjukkan
keterlibatan korea. Tanda klinis khas adalah mata merah yang ditandai dengan injeksi
konjungtiva (hiperemia konjungtiva), yang sering disertai timbulnya sekret atau
discharge dengan berbagai konsistensi. Pada beberapa kasus, peradangan
konjungtiva bisa sedemikian berat sehingga timbul sebagai kemosis (edema
konjungtiva), pembentukan membran, reaksi jaringan limfoid berupa tonjolan-
tonjolan folikel dan papil pada konjungtiva tarsal. Limfadenopati preaurikular
merupakan salah satu tanda khas yang dapat ditemukan pada konjungtivitis
adenoviral (Rita, 2017).
35
e. Klasifikasi
Jawab :
Konjungtivitis
• Konjungtivitis Bakteri: gejala kemerahan dan sensasi benda asing, mata kusut
di pagi hari, keluarnya cairan bernanah atau mukopurulen berwarna putih-
kuning, papila konjungtiva, dan jarang limfadenopati preauricular.
• Konjungtivitis Virus: gejala gatal dan robek, riwayat infeksi saluran pernafasan
atas baru-baru ini, sekret encer, folikel konjungtiva palpebra inferior,
limfadenopati preauricular nyeri tekan.
• Konjungtivitis Alergi : gejala gatal atau perih, riwayat alergi/atopi, sekret encer,
kelopak mata bengkak, papila konjungtiva, tidak ada limfadenopati preauricular
• Konjungtivitis jamur: sangat jarang terjadi. Sekitar 50% infeksi jamur yang
terjadi tidak memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada
konjungtivitis jamur adalah Candida albicans dan Actinomyces. 7
• Konjungtivitis vernal merupakan inflamasi yang bersifat bilateral dan rekuren.
Kelainan ini ditandai dengan cobblestone pada konjungtiva tarsal dan hipertrofi
papil pada konjungtiva limbus. Kemungkinan terjadi penyakit ini sekitar 0,1-
0,5%. Lebih dari 90% pasien memiliki riwayat atopi pada dirinya ataupun
anggota keluarganya (Dewi, 2023).
36
- Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
- Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan (Ilyas, 2022).
Jawab :
Farmakologi:
Non-farmakologi:
• Edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
Pencegahan:
Pencegahan konjungtivitis infektif terutama bergantung pada kebersihan pribadi yang
baik.
1) Sering mencuci tangan;
2) Menghindari penggunaan bersama barang2 pribadi seperti handuk, kosmetik etc
3) Menghindari sentuhan pada mata
4) Menghindari berjabat tangan
5) Desinfeksi alat2 yang terkontaminasi
6) Pada pasien rawat inap dg konjungtivitis virus : isolasi 10-14hari atau selama mata
terlihat merah
7) Kompres dingin untuk meringankan rasa tidak nyaman
• Konjungtivitis bakteri jarang terjadi tetapi dapat ditularkan melalui tangan atau
infeksi saluran pernapasan atas.
37
• Infeksi gonokokal ditularkan dari saluran genital atau urin ke mata melalui
tangan. Ini merupakan pelanggaran serius terhadap kebersihan normal.
• Oftalmia neonatorum dapat dicegah dengan penggunaan obat tetes povidone
yodium, salep mata tetrasiklin atau antiseptik atau antibiotik lainnya saat lahir.
• Konjungtivitis virus, khususnya adenovirus, dapat menyebar ke seluruh komunitas
atau institusi seperti sekolah dengan sangat cepat. Penyakit ini sangat menular dan
perlu dikendalikan melalui penerapan standar kebersihan yang ketat – handuk, kain
lap, tangan, dan tonometer aplikasi adalah beberapa contoh bagaimana penyakit ini
dapat dengan mudah menular.
Jawab :
Komplikasi yang dapat timbul seperti keratitis, ulkus kornea dan uveitis yang dapat
menyebabkan kebutaan. Ulserasi kornea dapat terjadi pada infeksi N. kochii, N.
meningitides, H. aegyptius, S. aureus, dan M. Catarrhalis (Abdurrauf, 2016).
Jawab :
Prognosis konjungtivitis adalah baik karena mudah diobati dan biasanya tidak
berbahaya serta dapat disembuhkan dengan sendirinya. Durasi gejala bervariasi
tergantung jenisnya. Konjungtivitis bakteri cenderung berlangsung 7 sampai 10 hari
namun dapat dipersingkat dengan pemberian antibiotik dini dalam enam hari pertama
sejak timbulnya penyakit. Meskipun demikian untuk mencegah penularan perlu
diperhatikan kebersihan diri dan lingkungan. Bila gejala belum reda dalam 7-10 hari
dan terjadi komplikasi pada kornea sebaiknya pasien dirujuk
38
11. Apa SKDU pada kasus?
Jawab :
Konjungtivitis dan miopi → 4 Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
Jawab :
Interpretasi :
Jawab :
39
“ Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersihs (dan)
menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan) menyukai
kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu,”
Interpretasi:
Hubungannya dengan kasus adalah Nn. Rini menjaga kebersihan dirinya seperti rutin
mencuci tangan dan jangan sembarangan menyentuh mata ketika tangan sedang
kotor agar mencegah terjadinya infeksi.
2.7 Kesimpulan
Nn. Rini 18 tahun mahasiswi mengeluh mata merah, berair-air, terasa sakit, sulit membuka
mata, secret warna kuning kehijauan, gatal, mengganjal, karena mengalami konjungtivitis
bakteri ODS + myopia ringan ODS.
40
2.8 Kerangka Konsep
Reaksi inflamasi di
konjungtiva ODS
Konjungtivitis
bakteri ODS
41
Fr (mahasiswi, kebiasaan
membaca dekat)
Kelainan refraksi
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrauf, M. (2016). Memutus Mata Rantai Penularan Konjungtivitis Bakteri Akut. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 16(3), 180-184.
Artati RMS. 2018. Analisis Pengetahuan Tentang Mitos Penularan Konjungtivitis Melalui
Pandangan Mata Sebagai Penyakit Mata yang Sering Dialami Oleh Kalangan Pediatri
Hingga Geriatri di Desa Asrikanto Boyolali. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Azari AA, Barney NP. 2013. Conjunctivitis: A Systematic Review of Diagnosis and Treatment.
Journal of the American Medical Association. 310(16):1721-1729.
Chakraborty, R., Read, S. A., & Vincent, S. J. (2020). Understanding myopia: pathogenesis
and mechanisms. Updates on myopia: a clinical perspective, 65-94.
Dewi, R. P., Sangging, P. R. A., & Himayani, R. (2023). Konjungtivitis: Etiologi, Klasifikasi,
Manifestasi Klinis, Komplikasi, dan Tatalaksana. Jurnal Agromedicine, 10(1), 133-
138.
Fauziah, M. Maulud. Hidayat, M. Julizar. 2014. Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan
Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2014; 3(3) Hal; 429-434.
Hashmi MF, Gurnani B, Benson S. Conjunctivitis.2023. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing.
Ilyas S., Yulianti, S. R. (2022). Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ke-5. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Muhammad Abdurrauf.2016. Memutus Mata Rantai Penularan Konjungtivitis Bakteri
Akut.JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 3
Nur, N. A. A., Purnamanita, P., & Rachman, I. (2021). Characteristics of Presbyopia Patients
at Eye Health Center Makassar. Community Research of Epidemiology (CORE), 160-
169.
Pippin MM, Le JK. 2023. Bacterial Conjunctivitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546683/
Prihandoyo, A, D, Putra, G, P, T, Gunawan, L, dkk. 2021. Pengetahuan dan Perilaku
Mahasiswa Terkait Computer Vision Syndrome (CVS) serta Penggunaan dan
Penyimpanan Obat Tetes Mata sebagai Penanganannya. Jurnal Farmasi Komunitas.
Vol. 8, No. 2, Hal. 32-37.
43
Ramadhanisa, A. (2014). Conjunctivitis bakterial treatment in kota karang Village. Jurnal
Medula, 3(02), 1
Rifka P D, Putu Ristyaning Ayu Sangging, Rani Himayani. 2023. Konjungtivitis: Etiologi,
Klasifikasi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, dan Tatalaksana. Agromedicine jurnal.
2(1).
Riordan-Eva, P. & Whitcher, J. P. 2017. Vaughan & Asbury : Oftalmologi Umum. Edisi 17.
Jakarta: EGC.
Rita S. Sitorus, et al. (2017). Buku Ajar Oftalmologi (ed.1). Jakarta: BP FK UI.
Saiyang, B., Rares, L. M., & Supit, W. P. (2021). Kelainan Refraksi Mata pada Anak. Medical
Scope Journal, 2(2).
Sitompul, R. 2017. Konjungtivis Viral : Diagnosis dan Terapi di Pelayanan Kesehatan Primer.
eJournal Kedokteran Indonesia Vol. 5 No. 1 hh. 54-71
Sofiani, A., & Santik, Y. D. P. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat miopia pada
remaja (Studi dI SMA Negeri 2 Temanggung Kabupaten Temanggung). Unnes Journal
of Public Health, 5(2), 176-185.
Solano D, Fu L, Czyz CN. Viral Conjunctivitis. 2023. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing.
Supit, F. (2021). Miopia: Epidemiologi dan Faktor Risiko. Cermin Dunia Kedokteran, 48(12),
741-744.
Tehamen, Miranda., Laya Rares., dan Wenny Supit. 2020. Gambaran Penderita Infeksi Mata
di Rumah Sakit Mata Manado Provinsi Sulawesi Utara Periode Juni 2017-Juni 2019.
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.8.1.2020.26927 . Eissn 2337-5949.
Utami, G. A. D. L. 2021. Diagnosis dan Manajemen pada Blefaritis Anterior dan Posterior.
Intisari Sains Medis Journal Vol. 12 No. 1 hh. 262-268
Wibawanti, R, Kristina, M, S, Afian, F & Anditiarina, D. 2020. Perjalanan Dengan Pesawat
Udara Pada Pandemi Penyakit Transmisi Pernafasan. Jurnal Kedokteran. Vol. 6, No. 1,
Hal. 88.
Yaznil, M. R., Sakina, A., Edianto, D., Alendra, R., & Sudewo, Y. (2023). Buku Ajar
Ginekologi. USU Press.
44
1