KELOMPOK 9
Dosen Pembimbing: Dr. dr. Ahmad Ghiffari, M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial Skenario A Blok 8 semester 3. Shalawat
seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan tugas-tugas
selanjutnya.
Dalam penyelesain tugas tutorial ini,kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Yth, Dr. dr. Ahmad Ghiffari, M.Kes. selaku Pembimbing Tutorial.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. Teman-teman seperjuangan.
4. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Data Tutorial..............................................................................................................2
2.2 Skenario A..................................................................................................................2
2.3 Klarifikasi Istilah........................................................................................................3
2.4 Identifikasi Masalah...................................................................................................4
2.5 Prioritas Masalah........................................................................................................5
2.6 Analisis Masalah........................................................................................................5
2.7 Kesimpulan..............................................................................................................28
2.8 Kerangka konsep......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Skenario A
Skenario A Blok 8 Angkatan 2021
2
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: Compos mentis
Tanda vital:
Nadi: 128 x/menit, RR 30 x/menit, Temp; 36,8 C, TD: 90/60 mmHg, TB; 160 cm, BB:
50 kg
Kepala: konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (+/+), bibir pucat (+)
Thorax: simetris.
o Paru – paru: vesikuler normal
o Jantung: bunyi jantung I dan II normal, bising tidak ada
Abdomen
o Hepar: tidak teraba
o Lien: teraba Schuffner 2
Ekstremitas: hangat, palmar manus dan plantar pucat
Pemeriksaan Penunjang: Hb: 6,5 gr/dl, Leukosit: 8000/m3, Ht: 21%, Trombosit:
400.000/m3.
3. Lemas Tidak dapat bernapas, karena terkena asap gas, tenggelam karena air
dan sebagainya (KBBI, ed lux).
3
7. Schuffner Teknik palpasi lien dimana di tarik garis lurus dari lokasi lien melewati
umbilicus kea rah sias kanan kontra lateral (Glossarium.org).
10. Demam Suhu badan lebih tinggi dari biasa karena penyakit panas badan dan
panas dingin (KBBI, ed lux).
11. Palmar Berkaitan dengan telapak tangan, permukaan sentrol tangan atau kaki
(Dorland, ed 30).
12. Konjungtiva Membran halus yang melapisi kelopak mata dan menutupi bola mata
(Dorland, ed 29).
13. Trombosit Keping-keping darah mempunyai bentuk tidak teratur dan tak berinti
(KBBI, ed lux).
14. Vesikuler Memiliki frekuensi bunyi yang rendah seperti bunyi nafas normal pada
paru selama ventilasi (Dorland, ed 30).
16. Hemoglobin Pigmen pembawa antigen pada eritrosit yang sedang berkembang di
sumsung tulang belakang (Dorland, ed 29).
17. Hematokrit Persentase valume eritrosit dalam whole blood (Dorland, ed 30).
4
3. Riwayat perdarahan pada pasien tidak ada, Riwayat konsumsi obat-obatan tidak ada,
BAB biasa dan BAK kuning tua, Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak
ada.
4. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: Compos mentis
Tanda vital:
Nadi: 128 x/menit, RR 30 x/menit, Temp; 36,8 C, TD: 90/60 mmHg, TB; 160 cm,
BB: 50 kg
Kepala: konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (+/+), bibir pucat (+)
Thorax: simetris.
o Paru – paru: vesikuler normal
o Jantung: bunyi jantung I dan II normal, bising tidak ada
Abdomen
o Hepar: tidak teraba
o Lien: teraba Schuffner 2
Ekstremitas: hangat, palmar manus dan plantar pucat
5. Pemeriksaan Penunjang: Hb: 6,5 gr/dl, Leukosit: 8000/m3, Ht: 21%, Trombosit:
400.000/m3.
5
proses proliferasi meningkat, tidak terkontrol + blokade apoptosis sel →
meningkatnya sel + turunnya kematian sel → mengganggu proses
normal dari hematopoesis (terutama eritrosit) → Hb turun →
metabolisme turun → lemas (Sherwood, 2012).
Mata kuning
Bilirubin indirect atau bilirubin tak terkonjugasi masuk ke hati (icterus
intrahepatic) kemudian menuju ke sel parenkim hati. Saat disel tersebut
bilirubin dikonjugasi oleh enzim glukorinil transferase sehingga berubah
menjadi bilirubin yang direct atau bilirubin terkonjugasi. Kemudian bilirubin
yang sudah terkonjugasi itu masuk kedalam kanalikuli vesica felea untuk
diproses. Apabilaterdapt suatu batu empedu, maka bilirubin tidak dapat
dikeluarkan karena terhambat. Apabila tidak ada hambatan, bilirubin akan
masuk kedalam plasma kemudian meunuju ke sirkulasi darah. Dari sirkulasi
darah tersebut, bilirubin akan dibawa keseleuruh haringan yang
menyebabkan terjadinya kulit kuning. Selain itu, bilirubin juga akan masuk
kejaringan ikat yang menyebabkan sclera menjadi ikterik (Price, 2015).
b. Apa makna ny. Anisa usia 45 tahun dibawa ke rumah sakit karena keluhan badan
lemas sejak 1 minggu yang lalu disertai dengan masa kuning ?
Maknanya Ny. nita mengalami anemia. anemia ialah keadaan dimana masa
eritrosit dan hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.pada umumnya anemia memiliki gejala
lemas ,lesu, cepat Lelah, takikardi, sesak, sakit kepala, mata berkunang-kunang
akan tetapi lebih spesifik mengarah ke anemia hemolitik dimana memiliki gejala
lemas, mata kuning, icterus, hepatosnomegali. ikterus atau mata kuning
ditimbulkan oleh peningkatan kadar bilirubin indirek dalam darah sehingga
ikhterus bersifat achloluric jaundice atau dalam urin tidak dijumpai bilirubin
(Bakta, 2014).
Gejala dan tanda anemia hemolitik
Lemas
Mudah capek
Sesak nafas
Konjungtiva pucat
Sklera berwarna kekuningan
6
Splenomegaly
Urin berwarna merah gelap (Sudoyo, 2014).
Maknanya Ny. Anita mengalami lemas, dimana penyebab lemas ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor bisa terjadi karena kurangnya karbohidrat,
protein dan zat lemak yang masuk dalam tubuh yang dapat menyebabkan
pembakaran ketiga unsur tersebut kurang menghasilkan energi, akibatnya tubuh
menjadi lemas. Namun yang membedakan lemas Ny. Anita ini adalah disertai
dengan timbulnya Mata Kuning atau disebut Ikterus. Ikterus ialah penumpukan
bilirubin di sclera yang mengindikasi adanya proses hemolitik. Lemas yang dapat
terjadi karena kurangnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah , dimana
eritrosit berfungsi sebagai Penghantaran oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian
tubuh dan jaringan. Sel- sel yang tidak mendapatkan pasokan oksigen yang
optimal akan membuat tubuh kekurangan energi, sehingga timbulah rasa lemas
(Bakta, 2014).
7
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita
tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial (Nurarif, 2015).
• Anemia aplastik
• Anemia mieloptisik
• Anemia pada keganasan hematologi
• Anemia diseritropoietik
• Anemia pada sindrom mielodisplastik
8
• Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal ginjal
kronik
c. Anemia hemolitik
9
b. Anemia aplastic
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasasn hematologic
3. Anemia makrositer
a. Bentuk megaloblastik
b. Bentuk non-megabloblastik
Penyakit dengan keluhan yang sama pada kasus yaitu penyakit hipoglikemia,
hipoglikemia adalah Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa
dalam darah mengalami penurunan dibawah nilai normal (Mansyur, 2018).
10
e. Bagaimana mekanisme pusing ?
Idiopatik aktivasi sistem komplemen (C1, C2, C4 C4b, 2b) & antibodi IgM
(tipe dingin), IgG (tipe hangat) akan membentuk kompleks komplemen dan
antibodi berikatan dengan eritrosit masuk kedalam membrane eritrosit
gangguan permeabilitas membran eritrosit air dan ion masuk ke sel eritrosit
eritrosit membengkak eritrosit akan mengalami lisis (pecah) anemia
hemolitik autoimun Hb menurun (anemia) & Ht menurun distribusi O2
turun dijaringan (karena Hb membawa O2) turun aliran O2 ke otak pusing
(Setiati S dkk, 2014).
f. Apa makna ny. Anita sebelumnya mengeluh sering pusing, mata berkunang-
kunang, jantung berdebar-debar, namun tidak demam ?
Makna nya Ny. Anita mengalami gejala anemia, dimana gejala anemia ini untuk
system kardiovaskuler yaitu lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak waktu
kerja, angina pectoris dan gagal jantung. Kemudian untuk system saraf yaitu sakit
kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot,
iritabel, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas (Bakta, 2014).
11
h. Apa hubungan keluhan utama dan keluhan tambahan ?
Hubungannya adalah keluhan utama seperti lemas dan mata kuning(icterus) yang
diperkuat oleh keluhan tambahan yaitu pusing mata berkunang kunang, jantung
berdebar-debar merupakan manifestasi klinis dari penderita anemia dan jika
dilihat dari ciri khusus yaitu lemas dan mata kuning yang merupakan gejala dari
anemia hemolitik (Bakta, 2014).
j. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan utama pada kasus ?
Pada penelitian ini, mayoritas pasien AHAI tipe hangat sekunder adalah akibat
LES yang mana insiden terjadi pada pasien <40 tahun. Jenis kelamin pasien-
pasien AHAI tipe hangat pada penelitian ini sebagian besar adalah wanita (80%),
sedangkan pria hanya 20%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian lainnya
di luar negeri yang melaporkan bahwa terdapat perkiraan perbandingan yaitu 2:1
dengan predileksi wanita. Hal berkaitan dengan penyakit-penyakit autoimun yang
lebih sering ditemukan pada wanita. Semua subjek pada AHAI tipe dingin berusia
≥40 tahun, masing-masing berusia 66 dan 78 tahun serta 50 tahun, yang
semuanya berjenis kelamin pria. Hasil ini tidak jauh berbeda menurut Horwitz
dan Gehrs yang menyatakan pada umumnya AHAI tipe dingin primer dan
sekunder memengaruhi orang dewasa saat >50 tahun, namun sedikit lebih banyak
predileksi wanita dibanding pria (Rajabto, 2016).
12
2. Ny.Anita sebelumnya sudah pernah dirawat enam bulan yang lalu dengan keluhan
yang sama, kemudian pada saat dilakukan transfusi darah terjadi ketidakcocokan pada
darah donor dan pasien.
a. Apa makna ny. Anita sebelumnya sudah pernah dirawat enam bulan yang lalu
dengan keluhan yang sama ?
Maknanya merupakan faktor risiko dari anemia hemolitik autoimun, Faktor risiko
untuk AIHA termasuk penggunaan donor yang tidak terkait dan ketidakcocokan
HLA (Wilma & Bruno, 2020).
Eritrosit yang diselimuti antibody ini (sering disertai komplemen, terutama c3b)
akan mudah difagositir oleh makrofag terutama pada lien dan juga hati oleh
adanya reseptor fc pada permukaan makrofag yang kontak dengan porsi fc dari
antibody. Hemolisis terutama terjadi dalam bentuk hemolisis ekstravaskuler yang
akan menimbulkan anemia dan icterus hemolitik (Bakta, 2014).
c. Apa hubungan transisi darah terjadi ketidakcocokan pada darah donor dan
pasien? Kemungkinan produk darah yang di tranfusikan bukan jenis Washed
Erythrocite atau Leucodepleted PRC dan pada kasus ia mengalami aiha yang
dimana aiha harus jenis tranfusi darah Washed Erythrocite atau Leucodepleted
PRC jika jenis lain maka semakin berat gejalan nya sehingga bisa hemolisis
Kembali atau tidak cocok pada saat tranfusi darah nya (Setiati S dkk, 2014).
13
d. Apa fungsi transfusi darah ?
Tranfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien dengan penyakit yang
mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen
darah sebagaimana mestinya. Transfuse darah juga diperlukan untuk menangani
kegawatdaruratan, melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada
anemia berat sehingga memerlukan transfuse darah untuk tujuan pengobatan dan
pemulihan Kesehatan (Nova Yustisia, 2020).
14
Pada 5 menit pertama pemberian darah-beri tetesan pelan-pelan awasi
adanya urtikari, bronkhospasme, rasa tidak enak, mengigil. Selanjutnya
awasi tensi, nadi, suhu, dan respirasi.
6. Kecepatan trasnfusi, yaitu:
Untuk syok hipovolemik diberi tetesan cepat (gerojok)
Normovolemi diberi 500 ml/6jam;
Pada anemia kronik, penyakit jantung dan paru beri tetesan perlahan-
lahan 500 ml/24 jam atauberi diuretika (furosemid) sebelum transfuse
(Bakta, 2014).
15
karena itu dianjurkan untuk menggunakan terapi komponen bila memungkinkan
(Lotterman, 2022).
3. Riwayat perdarahan pada pasien tidak ada, Riwayat konsumsi obat-obatan tidak ada,
BAB biasa dan BAK kuning tua, Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak
ada.
a. Apa makna Riwayat pendarahan pada pasien tidak ada, Riwayat konsumsi obat-
obatan tidak ada ?
Maknanya tidak ada pendarahan untuk menyingkirkan diagnosis anemia aplastic
yg dimana gejala khasnya terdapat perdarahan, sedangkan makna tidak konsumsi
obat-obatan untuk menyingkirkan diagnosis anemia drug induce (Bakta, 2014).
b. Apa saja klasifikasi warna urine dan dikasus termasuk yang mana ?
16
(Andrizal, 2018).
Keruh. Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin
seperti bakteri,sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh
efeksamping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula,
warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system
urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan
kelenjar prostat.
Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indikator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B
kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi (Sherwood, 2016).
17
Homoglobin
Globin Hem
Hati
Bilirubin direct
Feses: urine
Stercobilinogen urobilinogen
18
pembentukan hemoglobin ditandai dengan terjadinya ikatan antara heme dengan
polipeptida yang disintesis oleh ribosom yaitu globin membentuk rantai
hemoglobin. Empat buah rantai hemoglobin saling berikatan dan membentuk
sebuah molekul hemoglobin (Rosita, 2019).
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Compos mentis
Tanda vital:
Nadi: 128 x/menit, RR 30 x/menit, Temp; 36,8 C, TD: 90/60 mmHg, TB; 160 cm,
BB: 50 kg
Kepala: konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (+/+), bibir pucat (+)
Thorax: simetris.
o Paru – paru: vesikuler normal
o Jantung: bunyi jantung I dan II normal, bising tidak ada
Abdomen
o Hepar: tidak teraba
o Lien: teraba Schuffner 2
Ekstremitas: hangat, palmar manus dan plantar pucat
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik pada kasus ?
Hasil Normal Interpretasi
Keadaan Compos mentis Compos mentis Normal
umum
Nadi 128 x/menit 60-100x/menit Takikardi
RR 30 x/menit 16-22x/m Takipneu
Temp 36,8 C 36,5C -36,8C Normal
TD 90/60 mmHg <120 / <80 Hipotensi
TB 160cm Underweight: <18 Normal
BB
50kg Normal:18-22,9
IMT : 19,53 Overweight: ≥ 23
Beresiko obes :23-24,9
Obes I : 25-29,9
Obes II : ≥ 30
19
Kepala konjungtiva konjungtiva pucat (-/-) Anemia
pucat (+/+)
sklera ikterik (-/-) Anemia
sklera ikterik
(+/+) bibir pucat (-) Anemia
bibir pucat (+)
5. Pemeriksaan Penunjang : Hb: 6,5 gr/dl, Leukosit: 8000/m3, Ht: 21%, Trombosit:
400.000/m3.
20
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan penunjang pada kasus ?
21
c ) Anemia pada keganasan hematologi
d ) Anemia diseritropoietik
e ) Anemia pada sindrom mielodisplastik
4) Kekurangan eritropoietin
a ) Anemia pada gagal ginjal kronik
b ) Anemia akibat perdarahan
1 ) Pasca perdarahan akut
2 ) Akibat perdarahan kronik
3 ) Anemia hemolitik (Saniasiaya, 2020).
Eritrosit/HB menurun
Gejala anemia
(Bakta, 2014).
22
eritrosit yang berlebihan karena hemolisis, kehilangan darah atau keduanya
(Bakta, 2014).
23
Pucat
Sering lelah
Lemah, lesu
Mengantuk
Mata berkunang-kunang
Sesak nafas
Dispepsia
Dada berdebar-debar
Kaki terasa dingin
Anemia berat : penurunan kesadaran
b) Gejala Khas Anemia Hemolitik
Mata kuning
Atau kulit kuning
BAK warna kuning gelap (hemoglobinuria)
Pemeriksaan Fisik
a) Vital sign
TD : normal
Nadi : takikardi
RR : normal hingga takipneu
Suhu : normal
b) Kepala
Konjungtiva anemis
Sklera ikterik
Bibir pucat
c) Abdomen
Lien teraba (splenomegali)
Hepar teraba di bawah arcus costae (Hepatomegali)
d) Extremitas
Akral dingin
Pucat (anemis) (Setiati S dkk, 2014).
24
1. Ikterus pre hepatic ec anemia hemolitik autoimun
2. Anemia hemolitik ec thalassemia
3. Anemia defisiensi besi
25
• Steroid Dosis Tinggi
Prednison 1-1,5 mg/kgBB/hari dosis ditappering off bila klinik membaik (Ht
meningkat, retikulosit meningkat, Direct Coomb’s Test positif leah, Indirect
Coombs Test negative, biasanya setelah 2 minggu pasien menunjukan perbaikan
mulai tapering off
• Splenektomi
Bila terapi steroid tidak adekuat atau tidak bisa dilakukan penurunan dosis selama
3 bulan, maka perlu dipertimbangkan splenektomi.
Remisi komplit pasca splenektomi 50-70% tapi tidak bersifat permanen.
• Rituximab dosis 100 mg / minggu selama 4 minggu
• Imunosupresi
• Azathioprin 50-200 mg/hari
• Siklofosfamid 50-150 mg/hari
• Transfusi darah dianjurkan jenis darah : Washed Erythrocite atau
Leucodepleted PRC
Transfusi bukan indikasi mutlak, diberikan bila keadaan mengancam nyawa seperti
Hb<3.
Tatalaksana AIHA tipe dingin:
• Menghindari udara dingin yang dapat memicu hemolysis
• Steroid dan splenektomi tidak banyak membantu
• Berikan agen imunosupresi
• Chlorambucil 2-4 mg/hari
• Siklofosfamid 50-150 mg/hari
• Plasmaferesis untuk mengurangi IgM (Setiati S dkk, 2014).
26
menurunnya aliran darah ke ektremitas gejala kebas, perubahan warna hingga
nekrosis (Setiati S dkk, 2014).
ﻛ ِﺜﯿ ُﮭﻢ ﺑَ ْﻌﺪَ َِذﻟ ﻰ ٱ ْﻷَ ْرض ﺛ ُ ﱠﻢ رﺳﻠ ٰﻨ َءﺗْ ُﮭ ۚ وﻟََﻘ ْﺣَﯿﺎ ٱﱠﻟﻨﺎسcَ أc ْﺣَﯿﺎ َﻤ ٓﺎcَو َﻣ ْﻦ أ
ّﻣ ْﻨ ﻚ ًﺮا ﱠن ﺖ ﻨَﺎ ْﻟﺒَ ِﯿّ ﭑ ْﻢ ﺟ ٓﺎ ﺟ ْﺪ ھﺎ َﻓ َﻜَﺄﻧﱠ
ِﻤﯿﻌًﺎ
َﻟ ُﻤﺴ ِﺮُﻓﻮ َن
Ayat yang menjelaskan untuk menjaga kehidupan manusia,menjaga nyawa satu
orang sama seakan akan menjaga seluruh nyawa manusia.
Interpretasi :
Dengan memberi pertolongan seperti mendonorkan darah atau mengobati pasien
yang didiagnosis anemia sama saja mejaga nyawa manusia
Hadist Riwayat malik dan ibnu majah (terkait mengobati penyakit harus hati-hati
sehingga tidak menimbulkan mudorat).
َ وﻻ ﷲ »ﻻَ ﺿ ِ ل ﱠن رﺳcَﺳَﻨﺎ ﺨ يِ ﺿﻲ أ ِﻟ ﺳ ﺳ ِﺑﻲcَcﻋ ْﻦ أ
َﺮ :ﷺﻗَﺎ ل ْ
ٍن اﻟ ْﺪ ر ﷲ ﻋ ﻨُﮫ ْﻮ ﻚ ِﻌ ْﯿ ْﻌ
َر ِر ﻦ ﺎ
ﻣ ﺪ
ٍﺪ ِ ﻦ
ﺑ ﺑ
27
ﺴﻨﺪ و َر ِﻟ ﻲ اﻟ ُﻤ ِ ﻣ ﺳ ﻋ ْﻦ ﺣﺴ َواهُ ا ﻣﺎﺟ واﻟﺪﱠا َ ُ
رﻗ ِ ﻲ وﻏ ْﯿ ھ ﻣ َ ﺿ َﺮا َر« ﺣ ِﺪ
َﻮ ﺄ ْ ﺮ ﻼ واه ﻚ
َ ُ ،ا ﺎ
ﻤ ﺮ
ُ َ ﻨ ﮫْ ﻦْ .ﺑﻦ ر ْﯾﺚ
ط ﻣﺎ ﻄ
ِﻌ وﻟ ط ﯾَُﻘ ّ ﻮي ﺑ ﻀ َﮭﺎ َْﺑ ﻌﻀﺎ ﷺَﻓﺄَ أَcﺑَﺎ ﻋ ِﻦ .ﻋ ْﻤ ِﺮو َﯾ ْﺤﯿَﻰ أَ ِﺑ ْﯿ
ِc
ْﻌ ق ْﯿ ٍﺪ ،ﮫ ﻲ ﻂ ْﺳﻘَ ِ اﻟﻨﱠ ِﺒ ﺑ ِﻦ ِﮫ ﻋ ْﻦ
ُﺮ ﺳ
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh
membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya
28
(kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang
merugikannya)”
Interpretasi :
Segera konsultasikan ke dokter, jangan kamu biarkan gejala tersebut dapat
membahayakan dirimu.
2.7 Kesimpulan
Ny. Anita 45 tahun datang dengan keluhan badan lemas, mata kuning, pusing,
berkunang- kunang dan jantung berdebar-debar karena mengalami ikterus pre hepatic ec
anemia hemolitik autoimun.
Terjadi gangguan
autoimun
Konjugasi sumsum
tulang
DAFATneAmRia
PHUemSoTliAtikKA
29
DAFTAR PUSTAKA
Al‘Amali, M. K., Imandiri, A., & Sukardiman, S. (2018). Acupressure and Aromatic Ginger
Herb for a Migraine. Journal of Vocational Health Studies, 2(2), 80-85.
Andrizal, 2018. Pembuatan Histogram Dan Pola Data Warna Urin Berdasarkan Urinalisis
Menggunakan Mini PC. Jurnal Rekayasa Sistem Dan Teknologi Informasi Vol 2 No 3.
Astuti, R., Y. (2018). Anemia dalam Kehamilan. Pustaka Abadi. ISBN 6025570647.
Bakta,I.M.2014.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Pendekatan terhadap pasien
anemia.Jakarta:
Interna Publishing.
Firdaus, R. 2020. Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Status Anemia dengan Fungsi Kognitif
pada Lanjut Usia. Faletehan Health Journal, 7(1), 12–17.
https://doi.org/10.33746/fhj.v7i1.97
Giyartika, F., & Keman, S. (2020). PERBEDAAN PENINGKATAN LEUKOSIT PADA
RADIOGRAFER DI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA, Jurnal
Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v12i2.2020.97-106
Hidayat, W. A., Yaswir, R., & Murni, A. W. (2017). Hubungan jumlah trombosit dengan
nilai hematokrit pada penderita demam berdarah dengue dengan manifestasi perdarahan
spontan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), 446-451.
Lotterman, S., & Sandeep Sharma. (2022). Blood transfusion. Florida: StatPearls Publishing
LLC. PMID: 29762999. Diakses dari https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/books/NBK499824/?_x_tr_sl=auto&_x_tr_tl=in&_x_tr_hl=in#_arti
cle-18403_s4, pada 28 September 2022
Mansyur AM. 2018. Hipoglikemia Dalam Kehidupan Sehari-hari. Makassar:Universitas
Hasanuddin
Nurarif, a.h & kusuma, h. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan nanda nic-noc. edisi revisi jilid 1. yogyakarta: mediactio
Price, Sylvia A. 2015. Patofisiologi Konsep Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta :EGC
Rajabto W, Atmakusuma D, Setiati S. 2016. Profil Pasien Anemia Hemolitik Auto Imun
(AHAI) Dan Respon Pengobatan Pasca Terapi Kortikosteroid Dirumah Sakit Umum
Pusat Nasional Dr. Cipro Mangunkusumo. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 3(4)
Rosita, L., Pramana, A. A. C., & Arfira, F. R. (2019). Hematologi Dasar.
Saniasiaya, J., Jeyanthi, K. (2020). Dizziness and COVID-19. Ear, Nose, & Throat Journal.
doi: 10.1177/0145561320959573
30
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC. h. 708-710.
Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta : EGC. h. 182-3.
Sudoyo AW,Setiyohadi B,Alwi I,Simadibrata M,Setiati S.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi VI.Jakarta Interna Publishing.2014
Wilma Barcellini and Bruno Fattizzo.2020. The Changing Landscape of Autoimmune
Hemolytic Anemia.Frontiers in immunology.June 2020.Volume 11.Article 946
31