Disusun Oleh
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1
B. TUJUAN PENULISAN................................................................................1
C. METODE PENULISAN...............................................................................2
D. SISTEMATIKA PENULISAN.....................................................................2
BAB II KONSEP DASAR.......................................................................................3
A. PENGERTIAN..............................................................................................3
B. PREVALENSI...............................................................................................3
C. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI...............................................................5
D. PATHOFISIOLOGI......................................................................................6
E. PENGKAJIAN..............................................................................................6
F. PENATALAKSANAAN...............................................................................8
BAB III TELAAH JURNAL...................................................................................9
A. JUDUL PENELITIAN…………………………………………………...12
B. PENELITI……………………………………………………...………...12
C. TUJUAN PENILITIAN……………………………………………….…12
D. WAKTU DAN TEMPAT PENILITIAN………………………………...13
E. METODE PENILITIAN…………………………………………………14
F. HASIL PENILITIAN…………………………………………………….15
G. LANDASAN TEORI…………………………………………………….16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................17
A. KESIMPULAN……………………………………………………..……17
B. SARAN…………………………………………………………………..18
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN PENULISAN
4
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang kami gunakan adalah adalah Metode Pustaka yaitu
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi
di internet. Dan hampir semua data yang kami dapatkan dari internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
5
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Mual berasal dari bahasa Latin naus (kapal), merupakan sensasi yang
sangat tidak enak pada perut yang biasanya terjadi sebelum keinginan untuk
muntah.untuk segera muntah. Muntah adalah aktivitas/kontraksi langsung otot
perut, dada dan GI yang mengarah ke pengeluaran kuat isi perut melalui
mulut. Muntah adalah aksi dari mengosongkan lambung secara paksa dan
merupakan suatu cara perlindungan alamiah dari tubuh.
Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala
yang dirasakan ditenggerokan dan di daerah sekitar lambung, yang
menandakan kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah
diartikan sebagai pengeluaran isilambung melalui mulut yang seringkali
membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Sukandar, 2008).
B. PREVALENSI
6
satu penelitian, 62% mengalami mual dan muntah, 34% telah mengisolasi
mual, dan 4% telah terisolasi muntah. Keempat, dampak pengobatan
membingungkan data - apakah salah satu termasuk pasien yang mual dan
muntahnya saat ini sepenuhnya lega dengan terapi antietik, atau tidak?
Terakhir, tidak ada alat standar untuk mengukur mual dan muntah.
Terlepas dari tantangan metodologis ini, sekarang muncul bahwa mual dan
muntah mungkin kurang umum dan mengganggu dari yang diperkirakan
sebelumnya. Tinjauan sistematis dari prevalensi gejala umum pada pasien
dengan berbagai penyakit yang membatasi hidup menemukan bahwa rasa
sakit, sesak napas, dan kelelahan semua lebih umum daripada mual dan
muntah. Sementara tiga gejala pertama masing-masing dilaporkan oleh lebih
banyak dari 50% pasien dengan kanker, gagal jantung, gagal ginjal,atau
sindrom imunodefisiensi yang diperoleh (AIDS), mual dan muntah hanya
dilaporkan oleh 16%–68% pasien. Mual dan muntah paling sering terjadi pada
pasien dengan AIDS, dilaporkan oleh setidaknya 43% pasien, diikuti oleh
setidaknya 30% pasien gagal ginjal stadium akhir, setidaknya 17% pasien
gagal jantung, dan setidaknya 6% pasien kanker.
7
Sedangkan mual adalah pengalaman yang tidak menyenangkan dan bukan
siapa-siapa suka muntah, gejala ini mungkin intermiten pada pasien perawatan
paliatif, dan biasanya hanya ringan sampai sedang pada keparahan saat ada.
Mual dinilai hanya 3–4 dari 10 intensitas dalam satu penelitian, dan sedang
sampai berat (lebih dari 5 dari 10) hanya dalam seperempat kasus di lain.
Dalam sampel ini, dampak mual dan muntah pada aktivitas umum dan
kesejahteraan emosional dinilai sebagai lebih dari 5 dari 10 oleh sekitar 40%
pasien. Survei prospektif berbasis populasi baru-baru ini dari 10 gejala pada
pasien kanker stadium lanjut rawat jalan di Kanada mengikuti secara
prospektif sampai kematian, ditemukan mual-mual gejala yang paling tidak
mengganggu, sedang-berat di hanya 10% kasus. Mirip dengan nyeri, memiliki
mual dan muntah telah dilaporkan sering dirawat, dan mungkin yang
mengejutkan, justru pasien dengan gejala yang lebih parah yang sering
melewatkan terapi antiemetic
8
D. PATHOFISIOLOGI
E. PENGKAJIAN
9
keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal Tanda : Menolak, perhatian
menyempit, depresi
c. Eliminasi Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering, tak terkontrol, flatus lembut dan semicair, bau busuk dan
berlemak (steatorea), melena, konstipasi hilang timbul, riwayat batu ginjal
(meningkatnya oksalat pada urine)
d. Makanan dan cairan Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan, taktoleran pada diet/ sensitif misal produk susu, makan berlemak.Tanda
: Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan,tonus otot buruk dan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
e. Higiene Tanda : Ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri, bau
badan.
f. Nyeri atau kenyamanan Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram
pada kuadrankanan bawah, nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan
jejunum),nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal, titik nyeri
berpindah,nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotofobia (iritis).Tanda : Nyeri
tekan abdomen/ distensi.
g. Keamanan Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anmeia hemolitik,
vaskulitis, artritis (memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus),
peningkatan suhu 39,6-40° C (eksaserbasi akut), penglihatan kabur, alergi
terhadap makanan/ produk susu (mengeluarkan histamin kedalam usus dan
mempunyai efek inflamasi).
Tanda : Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum(meningkat, nyeri
tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan,muka, pioderma gangrenosa
(lesi tekan purulen/ lepuh dengan bataskeunguan) pada paha, kaki dan mata
kaki, ankilosaspondilitis, uveitis,konjungtivitis/ iritis.
h. Interaksi social Gejala : Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan
kondisi. Ketidakmampuan aktif secara sosial.
i. Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi
usus Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata
10
lamadirawat ; 7,1 hari. Bantuan dalam program diet, program obat,dukungan
psikologis
F. PENATALAKSANAAN
BAB III
TELAAH JURNAL
11
A. JUDUL
“Treating nausea and vomiting in palliative care: a review”
B. PENELITI
Para peneliti yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas yakni sebagai
berikut:
1. Paul Glare
2. Jeanna Miller
3. Asked Nikolova
4. Roma Tickoo
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam literatur spesialis perawatan paliatif, mual dan muntah telah lama
muncul sebagai gejala umum dan mengganggu yang mempengaruhi sebagian
besar pasien. Landasan penilaian dan pengobatan mual dan muntah dalam
perawatan paliatif didasarkan pada pemahaman tentang "jalur emetik" dan
neurotransmiter utama yang terlibat dalam proses ini. Hal ini karena obat
antiemetik didominasi oleh agen penghambat neurotransmitter di berbagai
situs reseptor yang terlibat dalam proses ini. Anggapannya adalah mengetahui
di mana berbagai neurotransmiter terjadi. Jalur ini akan mengarah pada
pemilihan agen antiemetik yang rasional yang akan efektif dalam menangani
berbagai penyebab muntah.
• Survei menunjukkan gejala ini mungkin kurang umum dan mengganggu dari
yang diperkirakan sebelumnya.
12
relevan untuk mengobati mual dan muntah yang terjadi pada pasien
perawatan paliatif.
• Basis bukti untuk pendekatan ini sederhana, dan tingkat respons yang tinggi
dilaporkan dalam rangkaian kasus dan tidak terkontrol studi sering tidak
dibuktikan dalam sejumlah kecil sumur merancang uji klinis yang telah
dilakukan.
• Jalur lain, seperti model imunologi sitokin gejala kanker, mungkin juga
relevan.
13
a. Desain penelitian
14
Jurnal ini tidak menjelaskan secara detil mengenai desain penelitian yang
digunakan oleh peneliti. Namun demikian, kita dapat mengetahui dari
abstrak jurnal bahwa penelitian ini menggunakan metode Analisis Data
Sekunder (Secondary Data Analysis) terhadap data-data hasil dari studi
longitudinal yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
COPE (Creativity, Optimism, Planning, dan Expert Infromation) dalam
memperbaiki intensitas, frekuensi, distress, dan gangguan dari gejala-
gejala yang muncul terkait terapi kanker pada penderita yang sedang
menjalani perawatan kanker di Pusat Kanker Terpadu di Amerika Serikat.
c. Intervensi / therapy
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analisis untuk menilai hubungan
antara gejala diare dan kelelahan pada penderita kanker terkait dengan
program pengobatannya. Karena itu, penelitian ini tidak menggunakan
metode intervensi ataupun eksperimen.
d. Outcome
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat
atau signifikan antara variabel diare, yaitu distres, dengan variabel
kelelahan, yaitu frekuensi (r = 0.33; p = 0.001). Namun demikian, variabel
usia tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel gejala.
Survei dan ulasan besar baru-baru ini menunjukkan bahwa mual dan muntah
lebih jarang dan menyusahkan pasien di akhir hidup dibandingkan gejala lain,
seperti nyeri, kelelahan, atau sesak napas. Data untuk kemanjuran agen
antiemetik di kanker stadium lanjut terbatas, dan di mana pun mereka berada
sering kali saling bertentangan. Agen baru juga dibutuhkan, tetapi
neurofarmakologi yang diketahui dari jalur antiemetik mungkin bukan
paradigma yang paling tepat untuk mual kronis dari penyebab lain. Agen baru,
15
seperti cannabinoid dan antibodi anticytokine, mungkin terbukti bermanfaat.
Sementara itu, penelitian lebih lanjut diperlukan baik dari obat yang ada
maupun obat pendekatan yang berbeda untuk memilih mereka (empiris versus
mekanistik). Untuk mencapai hasil yang valid dan andal, ini studi perlu
mengatasi banyak tantangan metodologis yang dihadapi saat mempelajari
gejala di pasien dengan penyakit lanjut.
G. LANDASAN TEORI
Penelitian ini tidak memungkinkan untuk diterapkan di seting klinik, karena
bukan merupakan penelitian berbasis eksperimen atau intervensi. Meskipun
demikian, hasil penelitian masih dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut
dengan melibatkan pasien. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi
korelasi antara kelelahan dan gejala-gejala psikologis, misal ansietas dan
depresi; karena hal ini dimungkinkan memiliki hubungan yang lebih kuat
dengan kelelahan dibandingkan gejala fisik diare. Selain itu, perlunya
mempertimbangkan variabel-variabel lain yang dimungkinkan berpengaruh
terhadap gejala-gejala yang muncul terkait program terapi kanker.
BAB IV
16
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala
yang dirasakan ditenggerokan dan di daerah sekitar lambung, yang
menandakan kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah
diartikan sebagai pengeluaran isilambung melalui mulut yang seringkali
membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Sukandar, 2008).
C. Kategori mual dan muntah menurut penyebabnya:
1) Bahan kimia : Obat-obatan misalnya opioid, antibiotik Racun
misalnya iskemia usus, infeksi Metabolik misalnya hiperkalsemia,
gagal ginjal
2) Pengosongan lambung terganggu : Obat-obatan misalnya opioid,
trisiklik, disfungsi otonom
3) Visceral / serosal : misalnya obstruksi viskus berlubang, kapsul hati
yang meregang
4) Cranial : Tekanan intrakranial yang meningkat misalnya
tumor, infark
5) Vestibular : Tekanan intrakranial yang meningkat misalnya tumor,
infark
6) Kortikal; Kecemasan, nyeri
Tiga fase emesis mual (nuasea), muntah-muntah (retcing), dan muntah
(vomiting). Nausea berupa kebutuhan untuk segera muntah retcing: gerakan
yg diusahakan otot perut dan dada sebelum muntah vomit: pengeluaran isi
lambung yang disebabkan oleh retroperistalsis GI
Pengkajian yang di dapat dalam nausea dan vomiting di kaji dari, aktivitas
atau isirahat, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, nyeri, interaksi
social dan penyuluhan
Dalam penatalaksanaan di bagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan non
farmaklologis dan farmakologis
D. SARAN
17
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Glare, Paul, et al. (2011). Treating Nausea and Vomiting in Palliative Care:
a Review. Clinical Intervention in Aging 2011:6 243–259
2. Fabbro, Egidio D. Assessment and Management Nausea and Vomiting in
Palliative Care. https://www.uptodate.com/contents/assessment-and-
management-of-nausea-and-vomiting-in-palliative-care (diakses pada
tanggal 12 Oktober 2020)
3. Utama, A.W., Uyun, M., dan Hadinata, E.O. (2019). Studi Deskriptif
Eksistensial pada Penderita Penyakit Kronis (Kanker). Indonesian
Psychological Researh. doi.org/10.29080/ipr.vlil.168
18