Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun Oleh

A.ARIF BUDIANTO G2A220008


SETYO PRABOWO G2A220009
PURWANTO G2A220010
NOVA DESTIANINGSIH G2A220012
DESY VIVTA ROCHMAYATI G2A220013
NANI KARNIAWATI G2A220015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa diselesaikan tepat waktu.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Semarang , 10 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1
B. TUJUAN PENULISAN................................................................................1
C. METODE PENULISAN...............................................................................2
D. SISTEMATIKA PENULISAN.....................................................................2
BAB II KONSEP DASAR.......................................................................................3
A. PENGERTIAN..............................................................................................3
B. PREVALENSI...............................................................................................3
C. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI...............................................................5
D. PATHOFISIOLOGI......................................................................................6
E. PENGKAJIAN..............................................................................................6
F. PENATALAKSANAAN...............................................................................8
BAB III TELAAH JURNAL...................................................................................9
A. JUDUL PENELITIAN…………………………………………………...12
B. PENELITI……………………………………………………...………...12
C. TUJUAN PENILITIAN……………………………………………….…12
D. WAKTU DAN TEMPAT PENILITIAN………………………………...13
E. METODE PENILITIAN…………………………………………………14
F. HASIL PENILITIAN…………………………………………………….15
G. LANDASAN TEORI…………………………………………………….16

BAB IV PENUTUP...............................................................................................17
A. KESIMPULAN……………………………………………………..……17
B. SARAN…………………………………………………………………..18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kondisi global mengenai


penyakit-penyakit tidak menular dari tahun 2000 - 2015 telah mengakibatkan
80 persen kematian. Tingginya angka kematian tersebut disebabkan oleh
berbagai penyakit kronis, diantaranya kanker, penyakit jantung, dan diabetes.
Penderita penyakit tersebut cenderung memiliki tingkat kecemasan yang
tinggi dan cenderung memiliki perasaan hopelessness dan helplessness karena
berbagai gejala dan pengobatan yang tidak dapat membantu sembuh dari
penyakitnya (Utama, Uyun, dan Hadinata, 2019).
Mual dan muntah merupakan gejala umum yang seringkali ditemui pada
seseorang menjelang akhir hidupnya. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan
fisik dan psikologis yang substansial, baik bagi pasien maupun keluarganya,
dan secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup. Mual, atau sensasi tidak
enak yang dirasakan saat hendak muntah, bisa terjadi sebagai gejala tunggal
atau bisa menyertai muntah, dyspepsia, dan atau gejala gangguan
gastrointestinal lainnya. Sedangkan muntah adalah pengeluaran isi lambung
melalui mulut yang disebabkan oleh kontraksi yang kuat dan berkelanjutan
dari otot-otot perut dan diafragma. Muntah berbeda dengan keadaan muntah
tanpa adanya pengeluaran isi lambung (Fabbro, 2020).

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui etiologi dan predisposisi mual muntah pada pasien paliatif


2. Mengetahui patofisiologi dari mual muntah
3. Mengetahui metode yang digunakan pada pengkajian mual muntah
4. Mengetahui management penatalaksaan mual muntah pada pasien paliatif

4
C. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang kami gunakan adalah adalah Metode Pustaka yaitu
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi
di internet. Dan hampir semua data yang kami dapatkan dari internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai makalah ini penulis


menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari 4 bab, yaitu :
Bab Satu, merupakan pendahuluan yang menjabarkan tentang latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab Dua, Berisi tentang konsep dasar yang meliputi pengertian, pengertian,
prevelensi, etiologi, patofisiologi, pengkajian, penatalaksanaan
Bab Tiga, Berisi tentang telaah jurnal yang terdiri dari judul
penelitian,peneliti, tujuan penelitian, waktu dan tempat penilitian, metode
penelitian, hasil penilitian dan analisis, serta analisis .
Bab Empat merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran yang
memaparkan rangkuman dari hasil pembahasan pada pengelolaan kasus serta
saran atau rekomendasi

5
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Mual berasal dari bahasa Latin naus (kapal), merupakan sensasi yang
sangat tidak enak pada perut yang biasanya terjadi sebelum keinginan untuk
muntah.untuk segera muntah. Muntah adalah aktivitas/kontraksi langsung otot
perut, dada dan GI yang mengarah ke pengeluaran kuat isi perut melalui
mulut. Muntah adalah aksi dari mengosongkan lambung secara paksa dan
merupakan suatu cara perlindungan alamiah dari tubuh.
Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala
yang dirasakan ditenggerokan dan di daerah sekitar lambung, yang
menandakan kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah
diartikan sebagai pengeluaran isilambung melalui mulut yang seringkali
membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Sukandar, 2008).

B. PREVALENSI

Penelitian gejala rumit karena banyak faktor yang membingungkan pasien


mengalami gejala. Ini bahkan lebih sehingga pada pasien yang menerima
perawatan paliatif karena studi observasional yang diperlukan secara
metodologis menantang untuk beberapa alas an. Pertama, ada heterogenitas
besar di status klinis populasi perawatan paliatif. Mereka memiliki banyak
penyakit primer yang berbeda, pada berbagai tahap. Mereka sering memiliki
komorbiditas tanpa gejala. Kedua, perbedaan pengaturan belajar, baik, bangsal
rumah sakit, klinik rawat jalan, unit rawat inap, atau rumah perawatan, akan
berdampak pada insiden dan prevalensi. Ketiga, mual muntah cenderung
diperlakukan sebagai entitas tunggal ketika mereka tidak, misalnya, dalam

6
satu penelitian, 62% mengalami mual dan muntah, 34% telah mengisolasi
mual, dan 4% telah terisolasi muntah. Keempat, dampak pengobatan
membingungkan data - apakah salah satu termasuk pasien yang mual dan
muntahnya saat ini sepenuhnya lega dengan terapi antietik, atau tidak?
Terakhir, tidak ada alat standar untuk mengukur mual dan muntah.

Terlepas dari tantangan metodologis ini, sekarang muncul bahwa mual dan
muntah mungkin kurang umum dan mengganggu dari yang diperkirakan
sebelumnya. Tinjauan sistematis dari prevalensi gejala umum pada pasien
dengan berbagai penyakit yang membatasi hidup menemukan bahwa rasa
sakit, sesak napas, dan kelelahan semua lebih umum daripada mual dan
muntah. Sementara tiga gejala pertama masing-masing dilaporkan oleh lebih
banyak dari 50% pasien dengan kanker, gagal jantung, gagal ginjal,atau
sindrom imunodefisiensi yang diperoleh (AIDS), mual dan muntah hanya
dilaporkan oleh 16%–68% pasien. Mual dan muntah paling sering terjadi pada
pasien dengan AIDS, dilaporkan oleh setidaknya 43% pasien, diikuti oleh
setidaknya 30% pasien gagal ginjal stadium akhir, setidaknya 17% pasien
gagal jantung, dan setidaknya 6% pasien kanker.

Temuan dari tinjauan di atas telah dikonfirmasi di beberapa penelitian


terbaru tentang mual dan muntah dalam perawatan paliatif populasi. Mual dan
muntah tampaknya menjadi lebih umum saat kematian mendekat, jadi tidak
mengherankan bahwa mual telah ditemukan sebagai prediktor kelangsungan
hidup yang lebih pendek dalam satu penelitian. Pada pasien yang dirawat di
perawatan paliatif spesialis program, mual telah dilaporkan oleh 36% pasien
dikontak pertama dengan layanan, 62% pada 1-2 bulan sebelumnya kematian,
dan 71% pada minggu terakhir kehidupan. Namun, di satu penelitian,
prevalensi mual memuncak pada pasien dengan Skor status kinerja Karnofsky
sebesar 40, kemudian diturunkan sebagai status kinerja menurun lebih jauh,
menunjukkan itu mungkin sering diperburuk oleh gerakan dan dikurangi
dengan istirahat.

7
Sedangkan mual adalah pengalaman yang tidak menyenangkan dan bukan
siapa-siapa suka muntah, gejala ini mungkin intermiten pada pasien perawatan
paliatif, dan biasanya hanya ringan sampai sedang pada keparahan saat ada.
Mual dinilai hanya 3–4 dari 10 intensitas dalam satu penelitian, dan sedang
sampai berat (lebih dari 5 dari 10) hanya dalam seperempat kasus di lain.
Dalam sampel ini, dampak mual dan muntah pada aktivitas umum dan
kesejahteraan emosional dinilai sebagai lebih dari 5 dari 10 oleh sekitar 40%
pasien. Survei prospektif berbasis populasi baru-baru ini dari 10 gejala pada
pasien kanker stadium lanjut rawat jalan di Kanada mengikuti secara
prospektif sampai kematian, ditemukan mual-mual gejala yang paling tidak
mengganggu, sedang-berat di hanya 10% kasus. Mirip dengan nyeri, memiliki
mual dan muntah telah dilaporkan sering dirawat, dan mungkin yang
mengejutkan, justru pasien dengan gejala yang lebih parah yang sering
melewatkan terapi antiemetic

C. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI

Kategori mual dan muntah menurut penyebabnya

Kategori Sub kelompok


Bahan kimia Obat-obatan misalnya opioid, antibiotik Racun
misalnya iskemia usus, infeksi Metabolik misalnya
hiperkalsemia, gagal ginjal
Pengosongan lambung Obat-obatan misalnya opioid, trisiklik, disfungsi
terganggu otonom
Visceral / serosal misalnya obstruksi viskus berlubang, kapsul hati
yang meregang
Cranial Tekanan intrakranial yang meningkat misalnya
tumor, infark
Vestibular Obat-obatan misalnya opioid. Dasar tumor
tengkorak
Kortikal Kecemasan, nyeri

8
D. PATHOFISIOLOGI

Tiga fase emesis mual (nuasea), muntah-muntah (retcing), dan muntah


(vomiting). Nausea berupa kebutuhan untuk segera muntah retcing: gerakan
yg diusahakan otot perut dan dada sebelum muntah vomit: pengeluaran isi
lambung yang disebabkan oleh retroperistalsis GI. Muntah di pacu oleh
impuls aferen ke pusat muntah inti sel pada medulla oblongata. Impuls
diterima dari pusat muntah di medulla berupa sinyal melalui CTZ
( chemoreceptor trigger zone). Hasil efferent impulses to the salivation center,
respiratory center, and the pharyngeal, GI, and abdominal muscles vomiting.
CTZ terletak di daerah postrema ventrikel otak, adalah organ chemosensory
utama bagi emesis dan biasanya terkait dengan muntah secara kimiawi.
Karena lokasinyaàracun dapat terbawa oleh darah dan cairan cerebrospinal
yang memiliki akses mudah ke CTZ merangsang muntah. Beberapa Reseptor
neurotransmiter terletak di pusat muntah, CTZ, dan saluran pencernaan, yaitu
kolinergik, histaminic, dopaminergik, opiat, serotonergik, neurokinin, dan
reseptor benzodiazepine. Agen kemoterapi dan metabolitnya, atau senyawa
penyebab muntah lain yg secara teoritis memicu proses emesis melalui
stimulasi dari satu atau lebih dari reseptor ini. Antiemetik efektif
memblokir reseptor emetogenik.

E. PENGKAJIAN

Pengkajian Menurut Doenges, dkk (2000) fokus pengkajian yang


didapatkan adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas atau istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise cepat lelah,
perasaan gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas atau kerja sehubungan
dengan proses penyakit.
b. Integritas ego Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak
berdaya atau tak ada harapan, faktor stres akut/ kronis , misal hubungan

9
keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal Tanda : Menolak, perhatian
menyempit, depresi
c. Eliminasi Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering, tak terkontrol, flatus lembut dan semicair, bau busuk dan
berlemak (steatorea), melena, konstipasi hilang timbul, riwayat batu ginjal
(meningkatnya oksalat pada urine)
d. Makanan dan cairan Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan, taktoleran pada diet/ sensitif misal produk susu, makan berlemak.Tanda
: Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan,tonus otot buruk dan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
e. Higiene Tanda : Ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri, bau
badan.
f. Nyeri atau kenyamanan Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram
pada kuadrankanan bawah, nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan
jejunum),nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal, titik nyeri
berpindah,nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotofobia (iritis).Tanda : Nyeri
tekan abdomen/ distensi.
g. Keamanan Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anmeia hemolitik,
vaskulitis, artritis (memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus),
peningkatan suhu 39,6-40° C (eksaserbasi akut), penglihatan kabur, alergi
terhadap makanan/ produk susu (mengeluarkan histamin kedalam usus dan
mempunyai efek inflamasi).
Tanda : Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum(meningkat, nyeri
tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan,muka, pioderma gangrenosa
(lesi tekan purulen/ lepuh dengan bataskeunguan) pada paha, kaki dan mata
kaki, ankilosaspondilitis, uveitis,konjungtivitis/ iritis.
h. Interaksi social Gejala : Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan
kondisi. Ketidakmampuan aktif secara sosial.
i. Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi
usus Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata

10
lamadirawat ; 7,1 hari. Bantuan dalam program diet, program obat,dukungan
psikologis

F. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan non farmakologis

a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung


b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c. Atur pola makan

b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan


terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.

Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)


golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan
prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

BAB III

TELAAH JURNAL

11
A. JUDUL
“Treating nausea and vomiting in palliative care: a review”

B. PENELITI
Para peneliti yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas yakni sebagai
berikut:

1. Paul Glare
2. Jeanna Miller
3. Asked Nikolova
4. Roma Tickoo

C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam literatur spesialis perawatan paliatif, mual dan muntah telah lama
muncul sebagai gejala umum dan mengganggu yang mempengaruhi sebagian
besar pasien. Landasan penilaian dan pengobatan mual dan muntah dalam
perawatan paliatif didasarkan pada pemahaman tentang "jalur emetik" dan
neurotransmiter utama yang terlibat dalam proses ini. Hal ini karena obat
antiemetik didominasi oleh agen penghambat neurotransmitter di berbagai
situs reseptor yang terlibat dalam proses ini. Anggapannya adalah mengetahui
di mana berbagai neurotransmiter terjadi. Jalur ini akan mengarah pada
pemilihan agen antiemetik yang rasional yang akan efektif dalam menangani
berbagai penyebab muntah.

• Survei menunjukkan gejala ini mungkin kurang umum dan mengganggu dari
yang diperkirakan sebelumnya.

• Jalur emetik ditentukan terutama untuk memfasilitasipengembangan obat


baru untuk emesis yang diinduksi kemoterapi dan mungkin tidak terlalu

12
relevan untuk mengobati mual dan muntah yang terjadi pada pasien
perawatan paliatif.

• Ketika upaya dilakukan untuk menentukan penyebab di paliatif pasien


perawatan, tidak ada yang dapat ditemukan atau multiple penyebab dapat
diidentifikasi.

• Bahkan jika penyebab tunggal dapat diidentifikasi, neurofarmakologi jalur


sebagian besar berlebihan, karena banyak antiemetik memiliki spektrum
yang luas dari aktivitas pemblokiran neurotransmitter dan bekerja di banyak
tempat.

• Basis bukti untuk pendekatan ini sederhana, dan tingkat respons yang tinggi
dilaporkan dalam rangkaian kasus dan tidak terkontrol studi sering tidak
dibuktikan dalam sejumlah kecil sumur merancang uji klinis yang telah
dilakukan.

• Jalur lain, seperti model imunologi sitokin gejala kanker, mungkin juga
relevan.

• Kemajuan dalam gastroenterologi intervensi dan radiologi meningkatkan


pilihan untuk nonfarmakologis lebih sulit pada pasien usia lanjut ini
dibandingkan pada pasien yang lebih muda satu. Perubahan fisiologis seperti
penurunan fungsi ginjal, perubahan distribusi lemak tubuh, dan perubahan
hati

D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


9 September 2011, Pain and Palliative Care Service, Department of Medicine,
Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, New York, NY, USA
E. METODE PENELITIAN

13
a. Desain penelitian

Desain penelitian survey

Riset survey disebut juga cross-sectional. Desain penelitian survey


dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden
melalui sampel yang diteliti. Survey atau cross-sectional bisa pula
dilakukan dengan menerapkan konten analisis jika sampel yang digunakan
adalah dokumen. Sebagai contoh, penelitian sosial tentang pengaruh rokok
terhadap budaya konsumsi seseorang. Desain survey dapat diterapkan
dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Dalam penelitian kualitatif, desain survey bisa diterapkan ketika


peneliti menerapkan metode analisis wacana. Misalnya, penelitian tentang
diskriminasi Islam di media massa. Riset kualitatif dengan desain survey
bisa diterapkan dengan metode analisis wacana untuk mengetahui
bagaimana citra Islam yang sampaikan oleh media massa tertentu. Survey
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih beberapa media massa
yang menjadi sampel dari keseluruhan populasi media massa.

Dalam penelitian kuantitatif, desain survey lebih lumrah


diterapkan. Sering kali persepsi yang umum kita dengar adalah desain
survey merupakan bagian dari penelitian kuantitatif. Hal ini karena
kebanyakan riset kualitatif menggunakan survey sebagai metode
penelitiannya. Contoh, riset tentang tingkat kepercayaan publik terhadap
Presiden. Survey didesain dalam rangka menjawab rumusan masalah yang
disusun.

b. Populasi dan sampel penelitian

14
Jurnal ini tidak menjelaskan secara detil mengenai desain penelitian yang
digunakan oleh peneliti. Namun demikian, kita dapat mengetahui dari
abstrak jurnal bahwa penelitian ini menggunakan metode Analisis Data
Sekunder (Secondary Data Analysis) terhadap data-data hasil dari studi
longitudinal yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
COPE (Creativity, Optimism, Planning, dan Expert Infromation) dalam
memperbaiki intensitas, frekuensi, distress, dan gangguan dari gejala-
gejala yang muncul terkait terapi kanker pada penderita yang sedang
menjalani perawatan kanker di Pusat Kanker Terpadu di Amerika Serikat.

c. Intervensi / therapy
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analisis untuk menilai hubungan
antara gejala diare dan kelelahan pada penderita kanker terkait dengan
program pengobatannya. Karena itu, penelitian ini tidak menggunakan
metode intervensi ataupun eksperimen.

d. Outcome
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat
atau signifikan antara variabel diare, yaitu distres, dengan variabel
kelelahan, yaitu frekuensi (r = 0.33; p = 0.001). Namun demikian, variabel
usia tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel gejala.

F. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Survei dan ulasan besar baru-baru ini menunjukkan bahwa mual dan muntah
lebih jarang dan menyusahkan pasien di akhir hidup dibandingkan gejala lain,
seperti nyeri, kelelahan, atau sesak napas. Data untuk kemanjuran agen
antiemetik di kanker stadium lanjut terbatas, dan di mana pun mereka berada
sering kali saling bertentangan. Agen baru juga dibutuhkan, tetapi
neurofarmakologi yang diketahui dari jalur antiemetik mungkin bukan
paradigma yang paling tepat untuk mual kronis dari penyebab lain. Agen baru,

15
seperti cannabinoid dan antibodi anticytokine, mungkin terbukti bermanfaat.
Sementara itu, penelitian lebih lanjut diperlukan baik dari obat yang ada
maupun obat pendekatan yang berbeda untuk memilih mereka (empiris versus

mekanistik). Untuk mencapai hasil yang valid dan andal, ini studi perlu
mengatasi banyak tantangan metodologis yang dihadapi saat mempelajari
gejala di pasien dengan penyakit lanjut.

G. LANDASAN TEORI
Penelitian ini tidak memungkinkan untuk diterapkan di seting klinik, karena
bukan merupakan penelitian berbasis eksperimen atau intervensi. Meskipun
demikian, hasil penelitian masih dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut
dengan melibatkan pasien. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi
korelasi antara kelelahan dan gejala-gejala psikologis, misal ansietas dan
depresi; karena hal ini dimungkinkan memiliki hubungan yang lebih kuat
dengan kelelahan dibandingkan gejala fisik diare. Selain itu, perlunya
mempertimbangkan variabel-variabel lain yang dimungkinkan berpengaruh
terhadap gejala-gejala yang muncul terkait program terapi kanker.

BAB IV

16
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala
yang dirasakan ditenggerokan dan di daerah sekitar lambung, yang
menandakan kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah
diartikan sebagai pengeluaran isilambung melalui mulut yang seringkali
membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Sukandar, 2008).
C. Kategori mual dan muntah menurut penyebabnya:
1) Bahan kimia : Obat-obatan misalnya opioid, antibiotik Racun
misalnya iskemia usus, infeksi Metabolik misalnya hiperkalsemia,
gagal ginjal
2) Pengosongan lambung terganggu : Obat-obatan misalnya opioid,
trisiklik, disfungsi otonom
3) Visceral / serosal : misalnya obstruksi viskus berlubang, kapsul hati
yang meregang
4) Cranial : Tekanan intrakranial yang meningkat misalnya
tumor, infark
5) Vestibular : Tekanan intrakranial yang meningkat misalnya tumor,
infark
6) Kortikal; Kecemasan, nyeri
Tiga fase emesis mual (nuasea), muntah-muntah (retcing), dan muntah
(vomiting). Nausea berupa kebutuhan untuk segera muntah retcing: gerakan
yg diusahakan otot perut dan dada sebelum muntah vomit: pengeluaran isi
lambung yang disebabkan oleh retroperistalsis GI
Pengkajian yang di dapat dalam nausea dan vomiting di kaji dari, aktivitas
atau isirahat, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, nyeri, interaksi
social dan penyuluhan
Dalam penatalaksanaan di bagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan non
farmaklologis dan farmakologis

D. SARAN

17
E. DAFTAR PUSTAKA

1. Glare, Paul, et al. (2011). Treating Nausea and Vomiting in Palliative Care:
a Review. Clinical Intervention in Aging 2011:6 243–259
2. Fabbro, Egidio D. Assessment and Management Nausea and Vomiting in
Palliative Care. https://www.uptodate.com/contents/assessment-and-
management-of-nausea-and-vomiting-in-palliative-care (diakses pada
tanggal 12 Oktober 2020)
3. Utama, A.W., Uyun, M., dan Hadinata, E.O. (2019). Studi Deskriptif
Eksistensial pada Penderita Penyakit Kronis (Kanker). Indonesian
Psychological Researh. doi.org/10.29080/ipr.vlil.168

18

Anda mungkin juga menyukai