Anda di halaman 1dari 11

KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan Volume 6, Nomor 1, Juni 2020

P- ISSN 2460-1071, E-ISSN 2615-1197 p 32 - 42

Pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Angon


Oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar

Sang Nyoman Gede Adhi Santika1, I Nyoman Sedana2, I Made Marajaya3

Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni (S2)


Institut Seni Indonesia Denpasar

adhisantika95@gmail.com
1

Pertunjukan dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar yang dipentas-
kan pada tahun 2006 tidak lepas dari keberadaan pupuh, sehingga dapat dikatakan sebagai dra-
matari bertembang karena peranan pupuh tersebut sebagai media ungkap dalam pengantar cerita
Rare Angon yang terelaborasi dengan elemen-elemen pendukung yang ada dalam dramatari Arja.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memahami bentuk, estetika, dan makna pupuh dalam
dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar. Penelitian pupuh tersebut
menggunakan desain penelitian deskriptif analitik. Ada tiga pokok permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini meliputi : (1) Bagaimana bentuk pupuh yang terdapat dalam Dramatari Arja Rare
Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? (2) Bagaimana estetika Pupuh yang terdapat
dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar? (3) Apa makna syair
Pupuh yang terkandung dalam Dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Den-
pasar? Permasalahan tersebut dianalisis dengan teori bentuk, teori estetika, dan teori semiotika.
Jenis data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui teknik
observasi, teknik wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menun-
jukan bahwa (1) Pupuh memiliki unsur-unsur pembentuknya diantaranya unsur utama yakni tiga
pola persajakan antara lain Padalingsa, Guru Wilangan dan Guru Dingdong dan juga syair Pupuh
yang didapat dari sumber cerita Rare Angon, kemudian unsur penunjang antara lain Notasi, alur
cerita, dan penokohan; (2) estetika Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon adalah keutuhan yang
menggabungkan seluruh unsur pembentuk Pupuh pada adegan papeson dan adegan panyerita
dengan memiliki keselarasan pada adegan papeson ketika terjalin hubungan antara Pupuh, gerak
tari, dan musik iringan. Kecemerlangan terletak pada daya pikir para penari dalam menggunakan
teknik nyompong dan dalam menciptakan syair pupuh dalam improvisasi adegan panyerita dan
pekaad. (3) Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon memiliki dua makna, yaitu makna denotasi
dan makna konotasi. Makna denotasi adalah Pupuh secara keseluruhan adalah sebuah representasi
dari alur cerita Rare Angon, sedangkan makna konotasi adalah makna yang tidak tampak namun
dapat dirasakan. Artinya Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon mengandung makna simbolik,
keindahan, keteladanan, penyucian diri, dan makna kedamaian.

Kata kunci: pupuh, dramatari arja rare angon, keluarga kesenian bali, rri denpasar

Arja dance drama (Balinese opera) enacting story of Rare Angon [royal shepherd] was perfored in
2006 by the Bali artist family of Indonesia Radio broadcasting Denpasar (RRI), is called here after
as Arja Rare Angon. It employees the traditional Balinese poetry, Pupuh, based on strict proso-
dy along with melodic traditional convension. This poetry can used to develop sung dance drama,
because reciting Pupuh is a medium expressed in the introduction to the Rare Angon story, which
was elaborated with Arja’s dramatic elements. This research is conducted to understand the form,
aesthetics, and meaning of the Pupuh in the Arja Rare Angon dance drama by RRI in Denpasar. This
study uses a descriptive and analytical research design. There are three main issues examined in
this study, which includes: (1) What is the form of the Pupuh contained in Arja Rare Angon by the
RRI Bali Arts Family in Denpasar ? (2) What is the Pupuh’s aesthetics contained in Dramatari Arja
Rare Angon by the Bali RRI Arts Family in Denpasar ? (3) What is the meaning of the Pupuh poetry
contained in Dramatari Arja Rare Angon by the Bali RRI Arts Family in Denpasar ? The problem is
analyzed with the theory of forms, aesthetic theory, and semiotics theory. This type of research data
consists of primary data and secondary data obtained through observation techniques, interview

32
Volume 6, Nomor 1, Juni 2020 KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan

techniques, literature studies, and documentation studies. The results showed that (1) Pupuh has
its aesthetic elements especially three prosodic conventions: Padalingsa (the required number of
lines in a canto), Guru Wilang (the required number of syllables in each line) and Guru Dingdong
(the required final vowel of each line). In addition, there is also the poetry obtained from the source
story of Rare Angon and supporting elements including dramatic notation, story line, and dramatic
characterizations. (2) Pupuh’s aesthetics in the Arja Rare Angon drama cohesively combine all the
elements that make up Pupuh in papeson entrace scene and panyerita narrative scenes by having
harmony in the papeson scene when there is a relationship between Pupuh, dance movements, and
musical accompaniment. The scintillating lies in the power of the dancers’ mind in using the chok-
ing technique and in creating poetic poems in improvising scenes of narration and emotion. (3) The
poetry in the Arja Rare Angon drama has two meanings, namely denotation and connotation. The
meaning of denotation is the whole poem is a representation of the Rare Angon storyline, while the
connotation meaning is the meaning that is not visible but it can be felt. This means that the poet-
ry in the Arja Rare Angon drama contains symbolic meaning, beauty, exemplary, enlightenment,
self-purification, and the meaning of peace.

Keywords : pupuh poetry, arja rare angon dance drama, bali artist family of indonesian radio
broadcasting (rri) denpasar

Proses review : 1 - 28 Juni 2020, dinyatakan lolos 30 Juni 2020

PENDAHULUAN dibuat, di Bali dinamakan Rangki yaitu tempat ber-


istirahat dan tempat keliuar masuknya penari lewat
Arja merupakan salah satu seni pertunjukan yang langse atau layar. Para ahli teater barat serig menju-
sampai saat ini masih tetap eksis di Bali, terlihat dari luki Arja sebagai salah satu teater Indonesia sebagai
banyaknya komunitas-komunitas Arja seperti Akah teater lokal, artinya pertama terbentuk dari paduan
Canging, Canging Mas, Printing Mas, dan masih ban- aspek pendukung, kedua dapat dinikmati oleh sega-
yak lagi sekaa yang terkecimpung di dunia Pengar- la lapisan masyarakat serta pribadi (Bandem dan Sal
jan. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena antusias Murgiyanto, 1996).
masyarakat Bali yang banyak menanggap seni per-
tunjukan ini sebagai hiburan yang bermasyarakat. Arja diduga muncul sekitar tahun 1825 yaitu pada
Sekian banyak Dramatari klasik yang hidup dan pemerintahan I Dewa Agung Gde Kusamba dari
berkembang hingga saat ini di Bali, Arja merupa kan Puri Klungkung, ranking tertinggi di antara panger-
Dramatari yang mempunyai penggemar yang sangat an-pangeran di Bali, mangkat pada akhir 50 tahun
luas, baik di kalangan tua maupun para remaja, wa- kekuasaannya. Upacara kremasi mayatnya (palebon)
laupun pergelarannya selalu dilakukan dalam waktu menjadi acara pembakaran mayat paling terkenal
yang panjang sekitar 3 sampai 5 jam lamanya, na- dalam sejarah Bali. Seluruh bangsawan dari kera-
mun kesenian ini mampu memukau para penonton jaan-kerajaan yang levelnya lebih rendah di seluruh
atau penikmatnya. Bali hadir dalam kremasi itu dan memberikan sum-
bangan bagi terlaksananya upacara tersebut. Raja
Menurut Bandem (1983:97) Arja adalah perpaduan Badung dan Gianyar mengirimkan penari-penari dan
antara drama, tari dan musik yang saling mendukung musisi-musisi Gambuh untuk membantu persiapan
dan tidak dapat dipisahkan, yang menjadi suatu ben- upacara kremasi itu. Kelompok kombinasi dibentuk
tuk tontonan yang menyatu. Pemain berakting den- untuk menampilkan pertunjukan khusus dan baru
gan jalan, menari, dan menyanyi yang mengikuti ira- hingga kemudian dikenal dengan nama Arja dan
ma musik iringannya, disamping itu ada juga yang membuktikan diri sebagai pertunjukan yang populer
menggunakan dialog-dialog lain yang diucapkan di tengah masyarakat luas, bahkan menjelang abad
dalam bahasa kawi maupun bahasa kawi. Dikatakan ke-20 sudah menyebar ke seluruh pulau, disponsori
juga bahwa Arja satu-satunya tipe teater yang dida- desa-desa dan keluarga-keluarga (Bandem dan de-
lamnya menggunakan layar untuk menyembunyikan Boer, 2004:115).
para pemain dan lewat layar itu pula tempat masuk

33
I Made Jacky Ariesta (Kajian...) Volume 6, Nomor 1, Juni 2020

Pada tahun 1940-an Dramatari Arja lebih disem- bang) pupuh tersebut, selain itu terjadinya relativ-
purnakan lagi yang disebut dengan Arja Gede. isme pada penggunaan watak pupuh yang digunakan
Disebut Arja Gede karena jumlah pemainnya lebih sebagai pendukung suasana adegan yang terkait den-
banyak daripada jumlah pemainnya (Soedarsono, gan tokoh dalam sebuah lakon/cerita. isu inilah yang
2011:199). Pertunjukan Arja mulai memperhitung- kian membuat kerancuan dalam penggunaan pupuh
kan unsur-unsur estetisnya, seperti perbendaharaan tersebut ketika dipergunakan dalam ruang lingkup
gerak, tembang, musik, serta penambahan tokoh un- pertunjukan dramatari Arja. Menurut hasil pen-
tuk menunjang alur cerita yang lebih lengkap. Arja gamatan pembina dan pengamat parade Arja oleh
merupakan sebuah pertunjukan balih-balihan atau provinsi Bali salah satunya adalah Sang Ketut Pe-
hanya berfungsi sebagai hiburan. Pementasan bisa san Sandiyasa selaku koordinator juga mengatakan,
dilakukan di berbagai tempat, seperti di Pura, balai pertunjukan Arja saat ini hanya menonjolkan lelu-
banjar, rumah pribadi yang semata-mata untuk ke- con atau lawakan-lawakan hanya untuk mendapat-
giatan hiburan saja. Teknik dalam membawakan kan antusias penonton lewat komedi, padahal pada
Arja dengan pola-pola yang terdapat di dalamnya dasarnya dramatari Arja bukan hanya sekedar ko-
terkait satu dengan yang lainnya. Seperti yang sudah medi, tetapi Arja juga merupakan alat yang utama
diuraikan di atas, bahwasannya Arja tidak terlepas untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat
dari keberadaan pupuh itu, maka penempatan dan luas, berfungsi sebagai penerangan, penyebar berita,
sinkronisasi sangat diperlukan ketika memadukan dengan penyajiannya yang tepat seperti pakem yang
beberapa unsur-unsur pembentuk Dramatari Arja sudah ditetapkan. Seni suara yang sangat indah ter-
tersebut. Peranan pupuh berada pada setiap ade- sirat dalam setiap pupuh, sehingga orang-orang akan
gan struktur pertunjukannya yang dibagi menjadi 3 cepat sekali meniru dan menyanyikannya langsung
adegan yaitu : pembukaan atau pengenalan karak- setelah menyaksikan pertunjukan dramatari Arja.
ter (papeson), bercerita (panyarita), dialog atau
pemutus cerita (patemon lan pekaad). Penggunaan Melihat kondisi saat ini mengenai peranan pupuh
pupuh menjadi sebuah kewajiban bagi tokoh-tokoh dalam pertunjukan dramatari Arja, Radio Republik
protagonist (baik) atau sering disebut tokoh manis, Indonesia masih tetap setia hadir sebagai salah satu
yang seluruh dialognya dari awal hingga akhir meng- wadah para seniman Arja khususnya untuk mene-
gunakan pupuh, tetapi tokoh yang berlawanan dan tapkan dan menjaga pakem yang sudah mulai pu-
terkesan bebas atau disebut dengan buduh diperke- dar. Keluarga Kesenian Bali adalah sebuah komuni-
nankan menggunakan retorika dialog tanpa pupuh tas dibawah naungan Radio Republik Indonesia ini
pada bagian monolog, dialog, maupun epilognya. mampu menjadi tolak ukur para seniman Arja saat
ini untuk menilik aturan-aturan yang harus diterap-
Pupuh adalah salah satu bagian dari Dharmagita kan ketika akan mempertunjukan sebuah dramatari
yang pembagiannya dapat dibedakan menjadi 4 (em- Arja khususnya penggunaan atau penerapan pupuh,
pat) jenis antara lain, Sekar Rare, Sekar Alit, Sekar maka tidak sedikit pertunjukan dramatari Arja oleh
Madya, dan Sekar Agung. pupuh adalah bagian dari Keluarga Kesenian Bali ini diabadikan dan disebar-
sekar alit atau dapat disebut dengan geguritan atau luaskan melalui media elektronik seperti VCD dan
tembang yang mengandung pengetahuan, kesusi- siaran radio, sehingga banyak masyarakat yang men-
laan, kerohanian, ataupun yang bersifat romantis. getahui dan menikmatinya, sehingga pakem Arja
pupuh dapat juga dikatakan sebagai Tembang Ma- dapat dijaga dan dilestarikan. Berdasarkan uraian
capat. Kata macepat diduga berasal dari bahasa jawa di atas, maka dapat dilihat peranan pupuh sangat
macopat yaitu suatu sistem membaca kalimat lagu diutamakan, demi mencapai keefektivan dalam ak-
atas 4 (empat) suku kata. Setiap baris dari setiap satu tivasi pupuh yang disesuaikan dengan dramatari
lagu ditembangkan atas setiap empat suku kata, akan Arja sehingga diperlukannya analisis dalam men-
tetapi cara menembang seperti itu tidak sepenuhnya getahui bentuk, fungsi, hingga maknanya yang ter-
masih berlaku di Bali, karena pada kenyataannya ada dapat di dalam setiap pupuh dalam keterkaitannya
penyanyi yang menembangkan suatu lagu atas setiap dengan dramatari Arja. Hingga pada akhirnya akan
2 (dua) suku kata atau lebih untuk mendapatkan arti memunculkan pupuh sebagai keindahan (estetika)
kalimat lagu yang tepat dan jelas (Bandem,2009:1). yang bermakna dalam dramatari Arja. Adapun per-
tunjukan Arja yang akan digunakan sebagai objek
Keterikatan pupuh pada dewasa ini dianggap hanya penelitian adalah dramatari Arja yang berjudul Rare
sebagai pendukung pertunjukan, dibuktikan banyak- Angon dipentaskan oleh Keluarga Kesenian Bali
nya pelaku seni Arja saat ini seperti menyepelekan Radio Republik Indonesia (RRI) Denpasar pada ta-
peran pupuh dalam pertunjukan dramatari Arja. Pe- hun 2006 di Art Centre Denpasar. Pertunjukan ini
mentasan-pementasan tokoh Arja utamanya saat ini dijadikan acuan karena kredibilitas para pemainnya
mulai mengalami penurunan, dilihat dari sedikitnya sangat diakui karena kembali peran RRI sudah diter-
kemampuan pemain untuk menyanyikan (menem- ima oleh masyarakat Bali pada khsusnya, dibuktikan

34
Volume 6, Nomor 1, Juni 2020 KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan

hampir lima puluh (50) tahun RRI menjaga dan me- pencatatan kepustakaan dan dokumentasi, misalnya
lestarikan seni dan budaya khususnya dramatari Arja data mengenai Pupuh dan dramatari Arja, foto-foto,
melalui Keluarga Kesenian Bali. buku-buku, yang mempunyai kaitan dengan objek
penelitian.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan pada penentuan informan penelitian
Penelitian pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Angon ini terdiri atas atas informan kunci, informan ahli,
Oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar meng- dan informan tambahan. Secara aplikatif peneliti
gunakan desain penelitian deskriptif analitik yang mengawali dengan mengumpulkan berbagai doku-
mendeskripsikan sehingga menjawab persoalan yang mentasi dramatari Arja yang peneliti lakukan den-
diteliti. Menurut Ratna (2010:336) metode deskrip- gan observasi lapangan. Melalui pertimbangan dan
tif analitik adalah metode dengan cara menguraikan keterangan dari kordinator pengamat dan Pembina
sekaligus menganalisis. J.W. Cresswell (dalam San- parade dramatari Arja oleh Provinsi Bali maka mulai
gaji, 2014:24 dan 198) mengatakan bahwa penelitian dikenali dan dianjurkan untuk menggunakan drama-
deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha tari Arja oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar.
menggambarkan dan menginterpretasikan objek Berdasarkan keterangan tersebut, uaraian terhadap
dengan apa adanya secara tepat. Data yang didapa- teknik pengumpulan data dalam penelitian ini pada
tkan kemudian dianalisis, diolah, sedemikian rupa, akhirnya terbagi kedalam beberapa macam teknik
sehingga, berhasil menyimpulkan kebenaran yang diantaranya, observasi, wawancara, dokumntasi/dis-
dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diaju- cografi, dan kepustakaan.
kan dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau
wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Keberadaan Pupuh sebagai salah satu modal utama
Adapun penelitian ‘Pupuh Dalam Dramatari Arja dalam pementasan dramatari Arja Rare Angon oleh
Rare Angon Oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Den- Keluarga Kesenian Bali merupakan hakekat dasar
pasar’ ini dilakukan di beberapa tempat yaitu; per- yang harus dikuasai oleh pelaku seni yang berada di
tama, lokasi yang digunakan adalah Kantor Radio dalamnya, sehingga sebutan dramatari Arja sebagai
Republik Indonesia Denpasar yang beralamat jalan teater bertembang ditunjang dan diperkuat oleh
Hayam Wuruk No. 70 Denpasar, desa Sumerta Kel- penggunaan Pupuh itu sendiri. Ditinjau dari ung-
od Denpasar Timur. penelitian ini menggunakan kapan sastranya, nyanyian Pupuh tergolong sebagai
penelitian kualitatif sehingga jenis data yang di- sastra geguritan, yakni saduran cerita yang berben-
kumpulkan berkaitan dengan objek formal dan ob- tuk tembang Pupuh atau geguritan (wicaksana dan
jek material, penelitian kualitatif memiliki tujuan Marhaeni, 2004 :11).
utama untuk mengumpulkan data deskriptif yang
mendeskripsikan objek penelitian secara terperin- Menurut Sang Ketut Pesan Sandiyasa (wawancara,
ci dan mendalam dengan maksud mengembangkan 10 November 2019) mengatakan bahwa penggunaan
konsep atau pemahaman suatu gejala (Sandjaja, pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon memiliki
2015:178). tugas pokok dan fungsi yang sangat besar baik dari
awal hingga akhir pertunjukan, namun bentuk pu-
sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sum- puh ketika digunakan dalam setiap pementasan Arja
ber data primer dan sekunder. Sumber data primer mengalami pengolahan sedemikian rupa demi kebu-
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh tuhan struktur pertunjukan maupun adegan-adegan
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui per- yang berdinamika, maka tidak disalahkan apabila
antara) (Sangadji, (2010:44). Sumber data primer ini beberapa elemen pembentuk pupuh dielaborasikan
diperoleh melalui rekaman VCD yang direkam oleh kembali untuk kebutuhan pertunjukan dramatari
Bali Record, kemudian melalui pencatatan dan dari Arja namun tetap pada hakikat Pupuh itu sendiri.
hasil wawancara dari beberapa penari yang terlibat Sebagaimana Clive Bell mengatakan bahwa bentuk
langsung dalam pementasan dramatari Arja Rare merupakan suatu ciri objektif dalam suatu karya
Angon tersebut. Sumber data sekunder merupa- seni (Gie, 2004: 31), maka guna mengetahui bentuk
kan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti penting yang menjadi dasar penilaian estetis terha-
secara tidak langsung, tetapi melalui media peran- dap karya seni pertunjukan pertunjukan dramatari
tara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI
sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau lapo- Denpasar, maka akan diuraikan unsur-unsur utama
ran historis yang tersusun dalam arsip, baik yang di- (Padalingsa, Guru Wilangan, dan Guru Dingdong)
publikasikan maupun tidak didokumentasi. Dalam serta unsur-unsur penunjang ; (Notasi, alur cerita,
hal ini sumber data sekunder diperoleh melalui hasil dan penokohan) sebagai ciri-ciri dari objek pertun-

35
I Made Jacky Ariesta (Kajian...) Volume 6, Nomor 1, Juni 2020

jukan dramatari Arja Rare Angon. Adapun uraian se- Adapun Pupuh papeson yang digunakan oleh setiap
lanjutnya akan dibahas bentuk pupuh yang terdapat tokoh pada pertunjukan dramatari Arja Rare Angon
dalam pertunjukan dramatari Arja Rare Angon oleh oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar sesuai
Keluarga Kesenian Bali Radio Republik Indonesia. dengan urutan penampilannya, sebagai berikut :
No. Nama Tokoh Pupuh
Hakikat mendasar pada bentuk Pupuh dibagi men- 1. Condong Pangkur
jadi 3 (tiga) pola persajakan, antara lain ; Padaling-
2. Galuh Dangdanggula
sa (jumlah baris atau larik dalam 1 (satu) bait, Guru
Wilangan (jumlah suku kata pada setiap baris, dan 3. Limur Sinom
Guru Dingdong (jatuhnya atau perubahan huruf 4. Desak Rai Dangdanggula
vokal pada setiap akhir baris/kalimat)(wicaksana 5. Liku Pangkur
dan Marhaeni 2004:30). Ketiga syarat tersebut men- 6. Wijil Manis Ginada
jadi acuan untuk memberi nama Pupuh itu sendiri,
7. Mantri Buduh Durma
karena setiap pupuh sudah memiliki Padalingsa,
Guru Wilangan, dan Guru Dingdong masing-mas- 8. Kaki Dukuh Dangdanggula
ing sebagai pakem atau aturan yang harus diikuti 9. Mantri Buduh (B) Durma
oleh pelantun atau pelaku seni dalam objek peneli- Tokoh yang melakukan adegan dan menggunakan
tian ini adalah dramatari Arja Rare Angon. Pupuh papeson hanya ada sembilan (9) dari Tiga be-
las (13) tokoh, hal itu terjadi karena kebutuhan dari
Pupuh dalam tiap jenisnya sudah membawa watak alur cerita Rare Angon, tokoh-tokoh yang tidak meng-
atau karakteristik masing-masing, sehingga mampu gunakan Pupuh papeson diantaranya; Mantri Manis,
menunjang Mood atau suasana yang ditimbulkan se- Penasar Manis, Penasar Buduh, dan Wijil Buduh.
tiap adegan yang berada dalam pertunjukan drama- Penasar Manis, Penasar Buduh, dan Wijil Buduh ti-
tari Arja Rare Angon, hal ini disebabkan bahwa satu dak melakukan adegan dan Pupuh papeson menurut
jenis tembang dinyanyikan dengan ekspresi yang hasil wawancara dengan Sang Ketut Pesan Sandi-
berbeda-beda, penembang juga mengubah laras atau yasa di kantor Radio Republik Indonesia Denpasar
suasana yang terdapat dalam satu jenis Pupuh terse- pada tanggal 12 Desember 2019 menyatakan bahwa,
but sehingga menimbulkan ekspresi yang berbeda pertama karena iringan gambelannya menggunakan
(Bandem, 2009: 21). Adapun karakteristik Pupuh barungan Gong Kebyar maka diperbolehkan tokoh
yang digunakan antara lain; Pupuh Ginada melu- Penasar dan Wijil tidak menggunakan Pupuh pada
kiskan kesedihan, patutnya berisikan petuah-pet- adegan papeson, melainkan menggunakan gending
uah, sopan, merana, atau kecewa; Pupuh Sema- Cecantungan, dengan nyanyian yang bersifat bebas
randana wataknya memikat hati, sedih, kesedihan namun tetap berada pada laras gambelan, kedua to-
karena asmara; Pupuh Sinom wataknya ramah ta- koh Wijil diberikan kebebasan ketika diiringi oleh
mah, meresap sedap, patutnya untuk menyampaikan gambelan Gong Kebyar, boleh menggunakan Pupuh
amanat, nasehat atau percakapan secara bersahabat; dan boleh menggunakan Cecantungan, namun Wijil
Pupuh Durma wataknya keras, bengis, patutnya un- Buduh disini tidak menggunakan keduanya melain-
tuk melukiskan perasaan marah atau cerita perang, kan keluar dengan tiba-tiba tanpa Pupuh maupun
saling menantang dan sebagainya; Pupuh Pangkur iringan Gambelan.
wataknya perasaan hati memuncak, patutnya untuk
cerita yang bersungguh-sungguh; dan Pupuh Dang- Pupuh Panyerita
danggula wataknya halus, lemas, umumnya untuk Pupuh Panyerita adalah Pupuh yang digunakan oleh
melahirkan sesuatu ajaran, dan berkasih-kasihan pemeran tokoh dalam dramatari Arja Rare Angon un-
berkasih-kasihan (Tinggen, 1986: 34). tuk memaparkan dan menjalankan alur cerita. Ade-
gan panyerita ini terjadi tidak hanya sekali setelah
Pupuh Papeson Pupuh papeson saja, namun setiap pengenalan alur
Pupuh papeson adalah Pupuh yang digunakan oleh cerita yang akan terjadi atau setiap pertemuan yang
setiap tokoh pada setiap awal penampilannya, pada akan memunculkan kisah, maka Pupuh panyerita
adegan ini setiap tokoh membawakan satu (1) Pupuh ini dilantunkan sebagai jembatan atau media ungkap
sebagai ciri masih-masing tokoh. Pupuh papeson se- cerita sebelum dilanjutkan dengan bahasa lisan tan-
bagai pengenalan awal tokoh dalam dramatari Arja, pa tembang (nyanyian Pupuh).
Pupuh ini mampu sebagai isyarat tokoh apa yang
akan keluar teruntuk penabuh khususnya dan pe- Tokoh yang menggunakan Pupuh panyerita pada
nonton pada umumnya, sehingga melalui Pupuh pa- penampilannya dalam dramatari Arja Rare Angon
peson penonton atau audience sudah bisa menang- oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar hanya
kap dan mengetahui tokoh selanjutnya karena setiap sebanyak tujuh (7) dari tiga belas (13) tokoh. Perbe-
tokoh sudah membawa Pupuhnya masing-masing. daan terjadi pada bagian panyerita ini, penggunaan

36
Volume 6, Nomor 1, Juni 2020 KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan

Pupuh hanya melingkupi Pupuh Durma, Ginada, prolog, monolog, dialog, hingga epilog pada setiap
Semarandana, dan Sinom karena keempat Pupuh adegan, antara lain papeson, panyerita, dan pe-
tersebut sudah mampu mewakili suasana yang ter- kaad. Prolog adalah kata pendahuluan dalam suatu
jadi dari awal hingga akhir cerita. Banyaknya Pupuh lakon dramatari sebagai pengantar tentang suatu la-
yang digunakan oleh setiap tokoh menyesuaikan ter- kon yang akan disajikan kepada penonton, monolog
hadap kebutuhan adegan panyerita itu sendiri, Man- adalah percakapanoleh satu orang atau tokoh tung-
tri Manis, dan Galuh memiliki kuantitas yang lebih gal dengan dirinya sendiri, dialog atau komunikasi
banyak dalam penggunaan Pupuh panyerita, dikare- yang mendalam adalah percakapan antara dua orang
nakan selama pertunjukan kedua tokoh tersebut da- atau lebih, dan prolog adalah kesimpulan akhir cerita
lam melakukan monolog maupun dialognya hanya yang berfungsi sebagai menyampaikan intisari dari
menggunakan tembang atau Pupuh saja. suatu cerita (Adhyasmara, 1979: 47).

Pupuh Pekaad Berdasarkan pengertian tersebut, untuk mengetahui


Pupuh pekaad adalah Pupuh yang digunakan oleh estetika Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon
beberapa tokoh ketika akan menyudahi suatu adegan oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar digu-
setelah Pupuh Panyerita. Jika tokoh tersebut akan nakan teori estetika yang dikemukakan oleh Thomas
meninggalkan suatu tempat ke tempat lainnya, maka Aquinas dengan tiga syarat yang dipenuhi agar dapat
Pupuh pekaad akan digunakan. Penggunaan Pupuh disebut indah, antara lain keutuhan, keselarasan,
pekaad tersebut tidak diharuskan lengkap, biasanya dan kecemerlangan. Dari tiga syarat tersebut ditemu-
diambil awal Pupuh atau akhir Pupuh dalam drama- kan dan dianalisis dalam tiga adegan yang menggu-
tari Arja Rare Angon untuk memaparkan dan men- nakan Pupuh yaitu papeson, panyerita, dan pekaad.
jalankan alur cerita. Adegan panyerita ini terjadi ti- Pertama Keutuhan (integritas; perfectio) yaitu se-
dak hanya sekali setelah Pupuh papeson saja, namun bagai kesatuan menyeluruh antara bagian dan se-
setiap pengenalan alur cerita yang akan terjadi atau bagai kesesuaian antara bentuk sesuatu dan tujuan
setiap akhir pertemuan yang akan memunculkan adanya sesuatu, bagian keutuhan akan dipaparkan
kisah baru, maka Pupuh pekaad ini dilantunkan se- elemen-elemen Pupuh yang digunakan secara utuh
bagai penutup dari sebagian alur cerita. dalam dramatari Arja Rare Angon yang terdapat
dalam adegan papeson dan penyerita. Kedua Ke-
Tokoh yang menggunakan Pupuh pekaad hanya selarasan (consonantia; proportio) yaitu sebagai
enam (6) tokoh, diantaranya tokoh Galuh, Mantri perpaduan serasi antar bagian yang serasi dan juga
Manis, Limur, Liku, Mantri Buduh (A), dan Mantri memiliki struktur yang kohesif atau melekat antara
Buduh (B). Dalam penggunaan Pupuh pekaad para satu dengan. Hal ini terlihat pada keserasian antara
tokoh tidak lebih melantunkan 5 baris dari setiap bait Pupuh dengan gerak tari, dan iringan musik dalam
Pupuh yang digunakan. Pupuh pekaad yang terdapat dramatari Arja pada adegan papeson. Ketiga Kece-
dalam dramatari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kes- merlangan (claritas) yaitu suatu tafsir karya seni
enian Bali RRI Denpasar hanya terdiri dari tiga (3) sebagai pancaran ilahi. Suatu karya seni menjadi in-
Pupuh yakni, Pupuh Durma, Ginada, dan Sinom. Pu- dah apabila karya tersebut mencerminkan kedekatan
puh pekaad hanya berfungsi sebagai pembatas dari dengan sumber pancaran ilahi, yakni lebih banyak
akhir adegan panyerita menuju ke panyerita selan- mengandung elemen pikiran daripada elemen-ele-
jutnya, sehingga tidak dituntut untuk melantunk- men indrawi, sebab pikiran adalah fakultas terting-
an Pupuh lebih dari lima baris. Penggunaan Pupuh gi manusia yang membuatnya dekat dengan Tuhan
Durma, Ginada, dan Sinom dikarenakan suasana (Beardsley dalam Surya, 2016: 192). Pada bagian ke-
yang dimunculkan ketiga Pupuh tersebut memiliki cemerlangan ini terlihat pada teknik yang digunakan
tingkat emosional yang tinggi daripada yang lainn- oleh para pemain dramatari Arja Rare Angon ketika
ya, begitu juga dikarenakan ketiga Pupuh itu setiap menggunakan Pupuh tersebut, kemudian improvisa-
pengambilan nada awalnya bisa diambil dari nada si penciptaan syair pada adegan panyerita dan juga
teratas pada adegan pekaad.

Estetika Pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Keutuhan Pupuh terlihat pada penyatuan unsur-un-
Angon Oleh Keluarga Kesenian Bali RRI sur utama dan unsur-unsur penunjang, yang melipu-
Denpasar ti tiga pola persajakan antara lain; Padalingsa, Guru
Pupuh dalam kaitannya dengan seni pertunjukan Wilangan, Guru Dingdong serta syair dan notasi Pu-
dramatari Arja Rare Angon difungsikan sebagai me- puh, selain itu keterkaitan antara watak atau karak-
dia ungkap alur cerita secara estetis yang memiliki ter Pupuh dengan Tokoh yang ada, menjadikannya
keterkaitan dengan elemen-elemen pembentuk dra- sebuah kesatuan yang utuh dalam dramatari Arja
matari Arja lainnya. Peranan Pupuh secara dalam Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Den-
juga mampu menjadi jembatan komunikasi seperti pasar. Keutuhan Pupuh terdapat pada setiap adegan

37
I Made Jacky Ariesta (Kajian...) Volume 6, Nomor 1, Juni 2020

papeson, karena adegan tersebut merupakan prolog nakan oleh dua pemain sekaligus terutama pada di-
dan bagian eksposisi yang akan mengawali setiap alog.
keluarnya tokoh, kemudian keutuhan terdapat pada
beberapa bagian dalam adegan panyerita yang dise- Improvisasi diperlukan dalam melakukan teknik ny-
suaikan dengan kebutuhan alur cerita terutama pada ompong, para pemain dituntut mampu menguasai
adegan monolog dan dialog dengan abdinya. suasana dan menjangkakan pikirannya dalam meng-
kombinasi penciptaan syair-syair dengan Padal-
keselarasan Pupuh akan dibahas terlebih dahulu ingsa, Guru Wilangan, dan Guru Dingdong. Selain
bagian-bagian yang terbagi dan tergabung antar el- ketiga unsur utama tersebut para pemain dramatari
emen-elemen penunjang sebagai acuan keharmoni- Arja Rare Angon juga mengolah pikirannya untuk
sasian. Hal-hal yang didapatkan selaras dalam per- mengemban beberapa unsur penunjang lainnya,
tunjukan dramatari Arja Rare Angon dengan Pupuh seperti notasi, yang dimana awal dan akhir nadan-
yang digunakan adalah pada saat adegan papeson, ya tidak boleh salah, yang dinamakan dengan nge-
karena adegan ini tersusun dari beberapa bagian an- lung. Ngelung ketika pengambilan nada dan akhiran
tara lain, Pupuh, gerak tari, dan iringan musik, se- nada pada tiap baris Pupuh berbeda dengan pakem,
hingga menjadi sebuah satuan yang kompleks dan sehingga mempengaruhi Padalingsa yakni baris se-
tersusun oleh bagian-bagian tersebut. lanjutnya. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
akan dipaparkan beberapa Kecemerlangan dalam
Kecemerlangan Pupuh dalam dalam dramatari Arja penggunaan teknik nyompong pada adegan panyer-
Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Den- ita dan pekaad dalam dramatari Arja Rare Angon
pasar adalah terletak pada kemampuan pikir para oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar.
pelaku atau pemain dalam memerankan setiap to-
kohnya ketika menggunakan Pupuh tersebut. Sep- Makna Syair Pupuh Dalam Dramatari Arja
erti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa Pupuh Rare Angon Oleh Keluarga Kesenian Bali Rri
sebagai media perantara cerita sehingga, membuat Denpasar
para pelakonnya sebisa mungkin mengelaborasikan Makna denotasi merupakan makna yang bersifat
kemampuannya dalam menciptakan syair Pupuh langsung dan dapat disebut sebagai gambaran dari
selaras dengan keberlangsungan cerita Rare Angon. suatu petanda (Berger, 2010: 65). Makna denotasi
Selain itu juga kecemerlangan terletak pada kemam- juga dapat diartikan makna kata yang sesuai dengan
puan para pemain memilih Pupuh sesuai Tokoh dan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna
suasana atau adegan, ketika tokoh halus berbicara kamus. Hal tersebut jika dikaitkan dengan makna
seperti Galuh dan Mantri manis menggunakan Pu- syair Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon oleh
puh Ginada atau sinom, ketika Mantri Buduh sedang Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar, secara ke-
marah menggunakan Pupuh Durma. seluruhan syairnya merupakan representasi dari
lakon cerita Rare Angon yang digunakan. Benang
Proses pertunjukan dramatari Arja oleh Keluarga merahnya adalah alur dari keseluruhan cerita Rare
Kesenian Bali yang pertama harus dipahami adalah Angon sebagai kamus yang berfungsi sebagai pagu
alur cerita, karena hal tersebut sebagai acuan dalam atau acuan dalam penciptaan setiap syair Pupuh
penciptaan syair yang disesuaikan dengan pakem Pu- yang digunakan dalam dramatari Arja Rare Angon.
puh terutama pada adegan panyerita, namun tetap Dari Pupuh papeson, panyerita, hingga pekaad sela-
mempunyai keterbatasan pikir karena beberapa fak- lu mengacu dan menitik beratkan pada struktur alur
tor seperti situasi dan keadaan yang mempengaruhi lakon Rare Angon, sehingga syair Pupuh mampu
pikiran manusia, maka munculah teknik nyompong mengantarkan perjalanan cerita yang terdapat da-
yang dipergunakan ketika mengkombinasikan ket- lam panggung seperti apa yang terkisahkan pada teks
erbatasan pikir dengan hal-hal yang harus dipenuhi lakon Rare Angon seutuhnya. Maka Pupuh sebagai
dalam pemenuhan unsur-unsur Pupuh tersebut. media ungkap berperan penting dalam melangsung-
kan makna sesungguhnya yang bersifat langsung
Pada dasarnya teknik nyompong adalah sebuah cara dari suatu petanda.
yang memperbolehkan ketika para pemeran tokoh
dalam dramatari Arja merubah, menukar, menam- Makna konotasi dapat diartikan sebagai unsur ek-
bahkan atau mengurangi syarat penggunaan Pad- sterinsik dalam sebuah karya seni. Bentuk-bentuk
alingsa, dan Guru Wilangan. Sehingga terdapat dalam karya seni merupakan bentuk terindra yang
beberapa Pupuh terutama pada adegan panyerita secara tidak langsung membawa muatan-muatan
dan pekaad yang urutan barisnya tidak teratur, baris eksterinsiknya. Makna konotasi dihubungkan den-
yang diulang, dan baris yang digunakan hanya beber- gan kebudayaan yang tersirat di dalamnya sehingga
apa dalam satu bait Pupuh. Teknik ini tidak hanya makna konotasi dari beberapa tanda akan menjadi
dilakukan oleh satu pemain saja namun juga digu- mitos atau petunjuk mitos (berger, 2010: 65). Jika

38
Volume 6, Nomor 1, Juni 2020 KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan

daun sebagai simbol pendukung makna syair yang


terkandung dalam gerak.

Lobang Kori dan Rare Angon setelah dipukul dan
dihajar kemudian diusir oleh ayahnya sendiri un-
tuk pergi meninggalkan kerajaan Daha. Kesedihan
tak terbendung dirasakan oleh kedua anak-anaknya
Gambar 1. Tokoh Mantri Buduh (A) Menggunakan daun yang ditemani oleh abdinya (Condong) pergi tanpa
untuk memukul. Dok. Bali Record 2006 arah dan pasrah terhadap hidupnya. Adegan terse-
but didukung dengan gerakan tokoh Mantri Manis
dan Galuh yang saling berpelukan sembari menangis
sebagai simbol kesedihanya meratapi nasib memiliki
ibu tiri dan ayah yang sudah tidak menyangi mereka
lagi dan sebagai simbol pendukung pemaknaan syair.

Made Rare Angon hormat kepada Raja Jenggala


(Raden Windu Kertha Pati). Dalam syair tersebut
Gambar 2. Tokoh Mantri Manis dan Galuh menangis menandakan bahwa sebagai rakyat selalu tunduk
setelah diusir dari kerajaan. Dok. Bali Record 2006 dihadapan Raja, agar tidak terkena kualat dengan
gerakan mencakuokan kedua tangan sebagai simbol
penghormatan kepada sang Raja.

Makna Keindahan
Seni hakikatnya adalah rasa, yaitu mood, suasana,
nada, dan suatu pengalaman estetik berupa emosi
yang dibangkitkan secara indah oleh lingkungan dan
situasi artistik, dengan pengaturan unsur-unsur seni
Gambar 3. Tokoh Mantri Manis hormat dihadapan Raja ini dapat memberikan kepuasan, kesenangan, rasa
Daha. Dok. Bali Record 2006 sempurna pada diri pengamat karena nilai logisnya,
sehingga memperolah makna rasa tertentu pula (Su-
dikaitkan dengan makna yang terkandung pada syair mardjo, 2000: 170). Maka keindahan estetis tersebut
Pupuh dalam dramatari Arja Rare Angon oleh Kelu- terdapat dalam setiap perasaan manusia sehingga
arga Kesenian Bali RRI Denpasar terdiri atas beber- memiliki kesan subjektif.
apa makna meliputi makna simbolik, makna keinda-
han, makna keteladanan, makna Penyucian diri, dan Makna keindahan dalam syair Pupuh dalam drama-
makna keharmonisan. tari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali
RRI Denpasar tersirat pada isi dari komunikasi es-
Makna Simbolik tetis dalam megekspresikan diri ataupun emosi da-
Pupuh adalah media ungkap untuk merepresenta- lam mengisahkan alur ceritanya. pada adegan pa-
sikan alur cerita yang terkandung dalam dramatari peson Galuh yang sedang mengumpamakan dirinya
Arja, dipadukan dengan unsur penunjang seperti ger- bagaikan dewi Supraba (salah satu bidadari) kecan-
ak tari sebagai penegasan makna dan maksud-mak- tikan dan keelokan tubuhnya membuat orang-orang
sud tertentu sesuai kebutuhan. Seni adalah satu dari yang melihatnya pun terpikat. Dalam syair Pupuh
berbagai cara untuk mengkomunikasikan sesuatu, Dangdanggula tersebut mengekspresikan betapa
sehingga pada hakikatnya semua seni termasuk Pu- cantiknya tokoh Galuh yang berperan sebagai anak
puh dalam dramatari Arja bermaksud untuk diko- Raja di sebuah kerajaan yang terpandang, sehingga
munikasikan, salah satu cara mengkomunikasikan tersirat perumpamaan dalam isi dari syair Pupuh
seni adalah melalui simbol (Sumadiyo dalam Kamah, tersebut makna keindahan.
2104: 24).
Makna keindahan dalam syair Pupuh papeson Liku
Tersebutlah Sang Raja Daha tunduk kepada istri yang sedang mengekspresikan dirinya dengan ka-
keduanya, karena cintanya yang mendalam hing- ta-kata indah, menunjukan betapa indah tubuhnya
ga menggelapkan pikiran dan memukuli anak-anak hinga jari-jari yang berada pada tangannya, mimik
kandungnya sendiri. Syair tersebut mengisyarat- wajah dengan senyumannya yang manis. Seluruh
kan bahwa terjadinya pertikaian antara orang tua syair tersebut mengisyaratkan tentang keindahan di-
dan anak dengan dukungan gerak tari tokoh Mantri rinya sebagai tokoh Liku yang memerankan seorang
Buduh (A) memukul anak-anaknya menggunakan permaisuari dari kerajaan Pejarakan. Makna keinda-

39
I Made Jacky Ariesta (Kajian...) Volume 6, Nomor 1, Juni 2020

han pada saat Mantri Buduh (A) yakni Raja Daha se- menyucikan orang tua atau leluhurnya (Wawancara
dang merayu tokoh Liku yang tiada lain adalah istri Ranuara, 6 Januari 2020). Dalam pertunjukan dra-
keduanya. Pada syair tersebut terlihat banyaknya matari Arja Rare Angon oleh Keluarga Kesenian Bali
pengandaian yang menitik beratkan pada kecantikan RRI Denpasar terdapat syair Pupuh yang mencer-
sang permaisuari sehingga dunia pun mengakuinya, minkan pentingnya kelahiran seorang anak dapat
dan seluruh syair pada Pupuh Sinom tersebut ter- disimak pada Pupuh panyerita tokoh Mantri Buduh
dapat makna keindahan. (A).

Makna Keteladanan makna penyucian diri terkait dengan konteks keper-


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kete- cayaan agama. Pengertian kata “panyupatan” mer-
ladanan adalah sesuatu hal yang dapat ditiru atau upakan sebuah penyucian, yang dipercaya dibawa
dicontoh. Pada bahasan ini terdapat beberapa syair oleh keturunan atau anak. Menurut kepercayaan,
Pupuh yang memberikan petuah-petuah atau aja- seorang anak memiliki tanggung jawab untuk menye-
ran-ajaran yang patut ditiru. makna keteladanan lamatkan roh orang tua dari api neraka, oleh karena
terdapat pada Pupuh papeson Condong. Pada Pupuh itu disebut putra. Kata putra dalam bahasa Kawi ber-
Pangkur tersebut terdapat petuah bahwa ilmu pen- asal dari kata “put” (berarti neraka) dan “ra” (berarti
getahuan itu penting dalam berkehidupan, karena menyelamatkan). Dengan demikian, kata putra art-
ilmu pengetahuan tersebut mampu menjadi pen- inya yang menyelamatkan dari neraka (Bhagawan
erang dalam kegelapan, ketika manusia tidak tau Dwija dalam Karthi, 2010: 160).
arah dan tujuan. Demikian pula ilmu akan member-
ikan pemahaman terhadap apa yang dimaksud den- Makna Kedamaian
gan kebenaran, kebajikan, dan segala hal-hal yang Pertunjukan dramatari Arja Rare Angon oleh Kel-
mengarahkan manusia tersebut ke jalan yang lebih uarga Kesenian Bali RRI Denpasar terdapat makna
baik, dan tetap memuja Tuhan yang Maha Esa kare- kedamaian dalam syair Pupuh Sinom yang dilan-
na beliau pusat kebenaran tersebut. Hal tersebut ter- tunkan oleh tokoh Mantri Buduh (B) pada adegan
kait dengan keberadaan tattwa yang berarti tentang panyerita. makna kedamaian yang dirasakan oleh
Tuhan sebagai suatu hakekat dan kebenaran (Sura, sang Raja Windu Kertha Pati ketika mengemban
1991: 15). Watra dalam Poniman (2012: 67) juga tahta di kerajaan Jenggala, sejak itu seluruh rakyat
mengatakan tattwa merupakan suatu kebenaran, tunduk dan tidak ada yang berani mengelak pada se-
perlu diketahui bahwa antara tattwa agama dengan tiap keputusan raja, demikian pula para musuh tidak
kebenaran ilmiah berbeda, karena kebenaran agama ada yang berani melawan ketangguan sang Raja dan
terkait religiuitas. tidak ada satupun siu-siu buruk yang muncul men-
genai kerajaan di Janggala. Maka dari itu ketentra-
Makna keteladanan terhadap ajaran Agama Hin- man dapat dirasakan oleh sang Raja sebagai makna
du yakni Panca Sradha dalam syair Pupuh papeson kedamaian.
tokoh Limur. Pada Pupuh Sinom tersebut terdapat
nilai-nilai ajaran yang patut diteladani khsusnya bagi SIMPULAN
umat pemeluk agama Hindu. Panca Sradha adalah
lima kepercayaan yang dimiliki oleh umat Hindu Bentuk Pupuh dibangun oleh beberapa unsur meli-
yang terdiri dari Brahman percaya kepada Tuhan, puti unsur utama yakni tiga pola persajakan antara
kemudian percaya kepada Atman yang memeberi ke- lain Padalingsa (jumlah baris atau larik dalam 1
hidupan bagi semua makhluk, percaya dengan adan- (satu) bait), Guru Wilangan (jumlah suku kata pada
ya hukum Karma Phala yaitu baik atau buruk suatu setiap baris), dan Guru Dingdong (jatuhnya atau
perbuatan yang akan menentukan hasil kehidupan perubahan huruf vokal pada setiap akhir baris/kali-
selanjutnya, percaya dengan adanya Punarbawa mat), kemudian unsur penunjang antara lain Notasi,
atau kelahiran berulang yang dipengaruhi juga oleh alur cerita, syair, dan penokohan. Uraian dari un-
Karma Phala, dan yang terakhir percaya dengan sur-unsur tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu
adanya Moksa yakni tujuan akhir dari Agama Hindu papeson, panyerita dan pekaad. Pupuh dalam tiap
menyatunya Atman dengan Brahman adalah suatu jenisnya sudah membawa watak atau karakteristik
kedamaian abadi (Sudharta, 2012: 81). masing-masing, sehingga mampu menunjang Mood
atau suasana yang ditimbulkan setiap adegan yang
Makna Penyucian diri berada dalam pertunjukan dramatari Arja Rare An-
Kehidupan manusia dalam konteks keagamaan ber- gon. Estetika pupuh dalam dramatari Arja Rare An-
tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha gon oleh Keluarga Kesenian Bali RRI Denpasar dapat
Esa dengan landasan jiwa yang bersih. Dalam ke- dilihat dari keseluruhan unsur yang membangun Pu-
hidupan, kehadiran seorang anak sangat penting puh tersebut meliputi keutuhan, keselarasan, dan
karena diyakini oleh umat Hindu khsusnya dapat kecemerlangan. Keutuhan dapat dilihat pada pen-

40
Volume 6, Nomor 1, Juni 2020 KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan

yatuan unsur-unsur utama dan unsur-unsur penun- Berger, Arthur Asa. Pengantar Semiotika: Tan-
jang, yang meliputi tiga pola persajakan antara lain; da-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogya-
Padalingsa, Guru Wilangan, Guru Dingdong serta karta: Tiara Wacana, 2010.
syair dan notasi Pupuh, Keselarasan dapat dilihat
dari keterkaitan antara syair Pupuh, gerak tari dan Creswell, Jhon W. Penelitian Kualitiatif dan Disain
juga musik iringan Gong Kebyar pada adegan pa- Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
peson. Kecemerlangan terletak pada kemampuan
pikir para pelaku atau pemain dalam memerankan Dibia, I Wayan.“Evolusi dan Eksistensi Arja”, Den-
setiap tokohnya ketika menggunakan pupuh dengan pasar: STSI. 1992.
mengelaborasikan kemampuannya dalam mencip-
takan syair pupuh selaras dengan keberlangsungan Dibia, I Wayan. Selayang Pandang Seni Pertunju-
cerita Rare Angon. syair pupuh memiliki dua makna kan Bali. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan
meliputi makna denotasi dan makna konotasi. Indonesia, 1999.

UCAPAN TERIMA KASIH Dibia, I Wayan. Geliat Seni Pertunjukan Bali. Den-
pasar : Arti Bali, 2012.
Ucapan ini peneliti lantunkan kehadapan Sumber
segala Sumber dengan anugerah-Nya, artikel den- Djelantik, A.A. Made. Estetika Sebuah Pengantar.
gan judul “Pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Angon Bandung: Masyarakat Seni Perunjukan Indonesia,
Oleh Keluarga Kesenian Bali” dapat diselesaikan te- 2004.
pat pada waktunya. Peneliti sepenuhnya sadar bah-
wa, atas dorongan bantuan dari pihak-pihak terkait, Gie, The Liang. Filsafat Seni Sebuah Pengantar. Yog-
penelitian Pupuh Dalam Dramatari Arja Rare Angon yakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB), 2004.
Oleh Keluarga Kesenian Bali dapat dengan baik ter-
wujud, sehingga peneliti ingin mempersembahkan Kana, Nico L, Dkk. Metode dan Penulisan Ilmiah,
rasa terima kasih kepada: Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 1984.
Selanjutnya kepada Sang Ketut Pesan Sandiyasa, BA,
Ni Wayan Murni Adiasih selaku orang tua peneliti Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi. Jakar-
yang telah memberikan dorongan materi dan non ta: Universitas Indonesia.1980.
materi terhadap penelitian ini. Ni Wayan Ranten
dan I Ketut Madya yang menjadi informasi kunci di Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
dalam penelitian ini dan telah memberikan banyak Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988.
informasi mengenai Pupuh Dalam Dramatari Arja
Rare Angon ini.. Ratna, Nyoman Kutha. Sastra dan Cultural Studies
Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka
Akhir kata peneliti berharap bahwa penelitian ini Belajar, 2005.
bisa berguna bagi pembaca. Oleh sebab itu, peneliti
memerlukan saran dan kritik yang dapat menyem- Sandiyasa, Sang Ketut Pesan. “Hasil Pengamatan
purnakan penelitian ini dikemudian hari. Parade Arja. Denpasar: Dinas Kebudayaan Provinsi
Bali, 2012.
DAFTAR RUJUKAN
Soedarsono. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Glo-
Sumber Pustaka balisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Adhyasmara. Apresiasi Drama. Yogyakarta: C.V 2002.
Mur Cahaya, 1979.
Stokes, Jane. How To Do Media And Cultural Stud-
Arikunto. Prosedur Penelitian Sebuah (EdisiRevisi ies. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2003.
V). Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012.
Suarya, I Wayan. “Bentuk dan Fungsi Pupuh dalam
Bandem, I Made. Kaja dan Kelod Tarian Bali Dalam Seni Arja di Desa Keramas:.skripsi. Denpasar : Ju-
Transisi. Jogjakarta: Badan Penerbit Institut Seni rusan Bahasa dan Sastra Fakultas Sastra Universitas
Indonesia, 2004. Udayana, 1983.

Bandem, I Made. Wimba Tembang Macapat Bali. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif
Denpasar: BP STIKOM BALI, 2009. dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.

41
I Made Jacky Ariesta (Kajian...) Volume 6, Nomor 1, Juni 2020

Sudharta, Tjok Rai dan Puniatmaja, I.B. Oka. Upade-


sa. Surabaya: Paramitha, 2001.

Sumardjo Jacob. Filsafat Seni. ITB: Bandung, 2000


Suryajaya, Martin. Sejarah Estetika. Jakarta: Gang
Kabel, 2016.

Tim Penyusun Buku Dramatari Arja. Mengenal Dra-


matari Arja di Bali. Denpasar: Proyek Penggalian/
Pembinaan Seni Budaya Klasik (Tradisional) dan
Baru.tt.

Titib, I Made. Teologi Dan Simbol-Simbol Dalam


Agama Hindu. Surabaya: Paramita, 2003.

Triguna, Ida Bagus Gde Yudha. Teori Tentang Sim-


bol. Jakarta: Widya Dharma, 2000.

Wicaksana, I Ketut dan Ni Komang Sekar Marhaeni.


“Tembang Bali”. Denpasar: STSI Denpasar, 2004.

42

Anda mungkin juga menyukai