Anda di halaman 1dari 13

OM

SWASTYASTU
BAHASA BALI
DALAM
SENI PERTUNJUKAN
DRAMA GONG
■ Prof. Dr. Drs. I Wayan Sugita, M.Si
Urgensi Seni-Budaya
dalam Pembangunan Manusia
 Dalam upaya membangun manusia Indonesia sutuhnya, seni-budaya
menjadi penting. Seni-budaya memiliki makna yang penting dalam
kehidupan Masyarakat khususnya Masyarakat Bali.
 Masyarakat Hindu Bali memiliki banyak kesenian yang amat ekspresif
(Geriya, 1995).
 Beragam seni budaya itu hidup, tumbuh dan berkembang diantara dua
kutub besar kesenian (seni rupa dan seni pertunjukan) yang diilhami
sastra dan Bahasa sebagai poros peradaban.
Bahasa sebagai bagian dari
Kebudayaan
7 Unsur Kebudayaan  Bahasa merupakan bagian inti
dari kebudayaan suatu bangsa
 Masyarakat Hindu Bali memiliki
bahasa ibu, yakni Bahasa Bali.
 Salah satu bagian kesenian
tradisional Bali yang aktif
menggunakan Bahasa Bali
sebagai media utama adalah
Drama Gong

(Koentjaraningrat, 2009)
DRAMA GONG
 Drama gong adalah sebuah drama yang lahir dari olah kreativitas seniman Bali yang
dipelopori oleh Anak Agung Raka Payadnya dari Abianbase, Gianyar (Dibia, 2012).
 Cikal bakal seni pertunjukan drama gong lahir sejak akhir 1950-an, berupa bentuk
campuran (hibriditas) dari teater Barat, sandiwara, stambul, dan janger.
 Dari segi bentuk, drama gong merupakan sebuah pertunjukan drama berdialog dengan
menggunakan media utama Bahasa Bali yang diiringi Gong (Sugita, 2016)
 Sebagai seni pertunjukan, drama gong pernah mengalami masa kejayaannya dalam
dekade 1970-an dan 1980-an, menjadi tontonan favorit masyarakat Bali.
EDUKASI BAHASA BALI
 Sebagai seni pertunjukan rakyat Bali, drama gong mampu hadir sebagai tontonan
(hiburan) sekaligus tuntunan (media pendidikan) dan tatanan kehidupan sosial.
 Drama gong menjadi media edukasi Bahasa Bali: mencakup pola dasar Bahasa bali, sor
singgih dan stratifikasi sosial Masyarakat Bali

Pertama, pola dasar Bahasa Bali


serupa dengan pola dasar Bahasa
Indonesia. Contoh pola dasar Bahasa Bali:
S-P-O: Jayaprana lan Layonsari sareng
kalih wantah saling tresna kapitresnan
(Jayaprana dan Layonsari adalah pasangan
pengantin yang saling mencintai).
Kedua, drama gong mengajarkan sor singgih, antara lain tercermin
dalam jawaban Jayaprana terhadap perintah Patih Saonggaling sbb .

Jayaprana: titiang pamit, jagi ngarepin mandukin ipun iduratmaka


sane state ngawe huru hara iriki ring jagate (hamba mohon pamit,
akan brangkat untuk menumpas para penjahat yang membuat huru
hara kerajaan ini).

Ketiga, pembelajaran tentang sor singgih Bahasa Bali otomastis juga


menerangkan adaya stratifikasi sosial dalam kehidupan masyarakat Bali.
■ Penggunaan Sor – Singgih Basa Bali
1. Orang yang patut untuk dimuliakan. Yakni Ida Pandita, Sulinggih,
Orang Tua, Guru dan pejabat pemerintahan yang resmi baik adat
ataupun dinas (digunakan bahasa Bali Alus Singgih)
2. Orang yang diajak bicara adalah orang yang sama-sama memiliki
umur, dan tingkatan yang sama (digunakan Bahasa Bali Alus Mider).
3. Kemudian jika berbicara untuk menunjuk diri sendiri (digunakan
Bahasa Bali Alus Sor).
4. Untuk pergaulan sehari-hari (digunakan bahasa Bali kepara).
Penegasan Stratifikasi Sosial dan Sor-
Singgih Basa
■ Sor-Singgih basa sangat kental dalam pertunjukan drama gong terkait dengan cerita serta penokohan yang ada
dalam lakonya
■ Bukan mengajak kembali pada fanatisme istana sentrik ditengah masyarakat industrialis, namun mengajak
untuk kembali paham dan melestarikan penggunaan sor singgih basa Bali sebagai penguatan identitas budaya
Bali.
 Kesamaan stratifikasi sosial - kesamaan kedudukan yang ada di masyarakat seperti punakawan dengan
punakawan.
 Stratifikasi sosial berjenjang/bertingkat – antara raja dan bawahannya- seperti contoh di bawah ini:
“Aduh cai parekan gelah ajak dadu, siaga cai, gelah lakar ngungsi ke pasraman”. (Seorang Raja
berbicara kepada hambasahayanya)
“Inggih ratu dwagung putra, durus mamargi, titiang sampun sayaga ngiring pamargi palungguh
cokor idewa”. (Seorang parekan atau punakawan menjawab dengan takzim).
■ Stratifikasi sosial tidak terpaut pada Puri, Pura, dan Para saja namun bisa dikaitkan kini dengan penghormatan
terhadap kedudukan pangkat/jabatan/pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari
■ Pola penggunaan sor-singgih dalam drama gong dapat dilihat dari dialog dua tokoh berbeda strata sosial misal
antara : Patih-Parekan, Patih-Patih, Patih-Raja, Parekan-Parekan, dan lainya
Pola Dialog Tokoh dalam Drama Gong
■ Papeson: Monolog- dialog komunikatif dengan penonton  menceritakan subjek ke-
3 (nganutin sor-singgih basa) pola searah dan berstruktur
■ Patangkilan: Pangajum (kutipan syair kakawin), Basita Paribasa Bali (sesenggakan,
sesawangan dll) Pola dua arah terjadi dialog dan tidak terjadi dialog
■ Dialog Parekan: komunikatif-lucu-menceritakan kisah-Basita Paribasa (cacimpedan,
babladbadan, sasenggakan, paparikan, dll) semua pola masuk
■ Roman: Bahasa puitis,Basita Paribasa (sesenggakan, paparikan, sesawangan, dll)
Pola dua arah terjadi dialog
■ Siat munyi: biasanya dibawakan oleh tokoh patih, atau dua tokoh dalam oposisi
(bertentangan pendapat) Pola dua arah terjadi dialog

■ Semua pola dialog kerap kali menggunakan Basita Paribasa Bali sebagai Pemanis
dialog dengan pemilihan dan penggunaan yang tepat dan tetap
mempertimbangkan strata serta sor singgih basa
Urgensi Pelestarian Bahasa Bali
 Bahasa Bali akan punah di tahun
2045, jika anak muda Bali
meningalkannya (Putu Setia)
 Untuk itu, Pelestarian bahasa
Bali amat penting dilakukan dan
menjadi tanggungjawab semua
pihak
 Melestarikan Bahasa berarti
melestarikan kebudayaan
sebuah bangsa
Kebijakan Penopang Pelestarian Bahasa Bali

Perlindungan dan penggunaan bahasa


Bali (Pergub Bali no. 80 tahun 2018)
Pembiasaan penggunaan busana adat
Bali (Pergub Bali no. 79 Tahun 2018)
Penguatkan keberadaan desa adat di
Bali (Perda Prov Bali no 4 tahun 2019)
Om Santih, Santih, Santih, Om

Anda mungkin juga menyukai