Perkembangan Tari Saman selain di Aceh adalah di kota Jakarta. Hal ini telah berlangsung
sejak periode tahun 1960 hingga saat ini. Tari Saman telah menjadi seni urban yang hidup
dan berkembang pada masyarakat multikultural, Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk
memahami realitas sosial masyarakat terkait dengan keberadaan Tari Saman dalam konteks
seni pertunjukan, industri budaya dan pariwisata global. Tari Saman mengalami
komodifikasi, komersialisasi, sebagai bentuk adaptasi budaya global yang menghasilkan
makna baru. Penelitian ini mengangkat empat permasalahan pokok, yakni (1). Pergeseran
atau perubahan fungsi dan nilai pada Tari Saman, (2)Proses pembelajaran Tari Saman, (3)
Faktor-faktor yang mendorong perubahan, (4) Dampak dan makna pengembangan pada Tari
Saman dalam konteks pariwisata global. Tujuan penelitian ini adalah menjawab keempat
masalah pokok yang telah dikemukakan dengan cara menjelaskan terjadinya pergeseran
fungsi dan nilai, proses pembelajaran Tari Saman, faktor-faktor yang mendorong perubahan,
dampak dan makna pengembangan pada Tari Saman dalam konteks pariwisata global.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat luas, pemerintah, pelaku
pariwisata, serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian budaya. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang menjadi karakteristik kajian budaya.
Format yang dipilih adalah deskriptif kualitatif, interpretatif, sehingga pengumpulan data,
dan analisis data bersifat deskriptif-kualitatif. Data primer diperoleh dari wawancara
mendalam, observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan
sumber dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan teori Eric
Hobsbawm yaitu: Invention of Tradition. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut. Proses pengembangan Tari Saman terjadi sejak mengkondisikan adanya komunitas
tertentu, pengembangan dapat terjadi pada masyarakat tradisi dan masyarakat urban di
Jakarta. Tari Saman tampil dalam bentuk kemasan produk budaya yang indah, agung, dan
menarik sebagai daya tarik wisata. Terjadinya pengembangan Tari Saman disebabkan oleh
adanya faktor-faktor yang mendorong, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor
internal, yaitu perkembangan pola pikir masyarakat pendukung, adanya kreativitas
masyarakat berekspresi, dan motivasi peningkatan kesejahteraan. Adapun faktor-faktor
eksternal, yaitu perkembangan pariwisata, industri budaya, peran media, dan kebijakan
pemerintah.
Pengembangan Tari Saman ternyata memunculkan dampak dan makna bagi kehidupan
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Dampak yang paling jelas terhadap kehidupan
sosial ekonomi adalah keberlanjutan ekonomi, meningkatnya pendapatan masyarakat, dan
menciptakan lapangan kerja baru. Sebaliknya dampak terhadap sosial budaya adalah
terjadinya komersialisasi. Selanjutnya pengembangan Tari Saman dapat dimaknai sebagai
makna religius, pelestarian budaya, identitas budaya, dan kesejahteraan.
Kata Kunci: Urban, Masyarakat Multikultural, Pengembangan Tari Saman, Pariwisata Global.
ABSTRACT
The development of the Saman dance outside of Aceh happens in Jakarta. This has continued since
the 1960’s until today. The Saman dance has become a living urban art and has developed in a
multicultural society, Jakarta. This research is to understand the social reality connected to the
existence of the Saman dance in performing arts context, cultural industry and global tourism. The
Saman dance has gone through commodification, commercialization, as a form of global cultural
adaptation that has produced new meaning. This research focuses on four main problems (1) The
shifting or changing of values and function in Saman dance (2) Learning process of the Saman dance
(3) Factors that push change (4)The impact and development of meaning in Saman dance in a global
tourism context.
The results of this research is hoped to be of use for the society in general, the government, tourists
bodies, and the development of knowledge specifically in cultural analysis. This research is done by
using a qualitative approach, interpretive and data collecting, also data analysis characteristic in
descriptive qualitative narration. The primary data was gained through in-depth interviews,
observation, and the secondary data was obtained for literary studies and audio visual
documentation. The data was then analyzed using Eric Hobsbawm in Invention of Tradition. The
result obtained from this research is as follows: The development process is based on the conditions
of the existence of a comunity, the development may happen to a traditional society and an urban
society in Jakarta. The Saman dance performs in a cultural product packaged as a beautiful, glorious
and attractive as a tourism attraction. The development of the Saman dance happens mainly
because of internal and external factors. The internal factors are the development of the society’s
way of thinking. creativity in expression and the motivation to increase income. The external factors
are the development of tourism, cultural industry, role of the media and government decisions.
Key words: Urban, Multicultural Society, Saman dance development, Global tourism.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan tugas akhir ini dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Program Studi Seni Urban dan Industri
Budaya Institut Kesenian Jakarta. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya menyampaikan terimakasih yang
sedalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Edi Sedyawati dan Dr. Julianti L. Parani, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini hingga terselesaikan.
2. Dr. Sal Murgiyanto, dan Wa Ode Siti Marwiyah Sipala, S.Sn., M.Hum selaku
penguji ahli.
3. Dr. Wagiono Soenarto, M.Sc selaku Ketua Sidang.
3. Bapak H. Marzuki Hasan, Ibrahim M, Syeh La Geunta (Abdullah Abdul Rahman),
Darmalis, Sentot Sudiharto, S. Trisapto, S.Sn , Wa Ode Siti Marwiyah Sipala, S.Sn.,
M.Hum, dan Nungki Kusumastuti, S.Sn., M.Sos yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan dan peluang untuk
berinteraksi serta bekerjasama.
4. Pihak-pihak yang telah mendorong dan mendukung penulis untuk memasuki
strata dua, Alm. Dr. Deddy Lutan, Robertus R.S, M.Si, Sukarji Sriman, S.Sn., M.F.A
serta para pimpinan di Fakultas Seni Pertunjukan - IKJ dengan pengertiannya
memberikan ijin kepada penulis untuk segera menuntaskan tesis ini.
5. Sahabat seniman sebagai narasumber maupun informan baik yang berada di
Banda Aceh, Gayo Lues maupun Jakarta yang telah banyak membantu saya
dalam menyelasaikan tugas akhir ini.
6. Serley C. Banowati, S.Sn, Bekti Lasmini, S.Sn, Lusiati K.D, S.Sn., M.Si, dan Madia
Patra Ismar, S.Sn., M.Hum yang selalu memberi semangat dan mengingatkan saya
untuk cepat menyelesaikan tesis ini.
7. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan doa, bantuan & dukungan
moral.
8. Djoko Histi Maryono suami tercinta, Aulia R.K dan Erlangga R.K anakku tercinta
yang memberikan dukungan doa, semangat dan pengertian sepenuhnya.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
JUDUL..............................................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS..........................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI...........................................................v
ABSTRAK..........................................................................................................................vi
ABSTRACT........................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Masalah Penelitian.......................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................8
1.5. Kerangka Konsep dan Teori..........................................................9
1.6. Metode Penelitian.......................................................................13
1.7. Susunan Penulisan.......................................................................14
BAB V PENUTUP.....................................................................................................64
V.1. Kesimpulan ..........................................................................................64
V.2. Saran.....................................................................................................65
Daftar Pustaka.....................................................................................................................67
Lampiran..............................................................................................................................71
1. Foto & VCD ........................................................................................................71
2. Data Informan....................................................................................................74
3. Glosarium...........................................................................................................77
4. Daftar Nama SMA & SMP Dengan minat utama ekskul Tari Saman..................80
5. Curiculum Vitae..................................................................................................83
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tari Saman dari Aceh merupakan salah satu kesenian daerah yang mengalami
siswa-siswa SLTP dan SMU di Jakarta, bahkan sekarang sampai di wilayah Jabotabek.
Tari Saman yang sarat memuat ajaran Islam dapat diterima di berbagai suku bangsa
bahkan yang menganut beda agama. Di Jakarta, sekolah - sekolah Kristen yang
mengadakan kegiatan ekstrakurikuler Tari Saman yang banyak diminati oleh siswa.
Tari Saman tidak hanya melintasi suku bangsa, agama bahkan ke mancanegara seperti
Malaysia, Singapura, Amerika, dan Eropa. Hal inilah yang menarik bagi saya untuk
Membahas tentang Aceh, siapa pun yang mengenal daerah ini akan memberikan
penilaian tersendiri yang konotasinya mengakui keunikan dari Tanah Rencong yang
sering juga disebut sebagai Serambi Mekah tersebut. Karena keunikan itulah maka
Aceh harus senantiasa dilihat dari berbagai perspektif, baik waktu maupun
permasalahannya. Dalam konteks lokal, kekhasan itu diwarnai oleh lekatnya hubungan
antar agama, budaya dan masyarakatnya. Masyarakat Aceh dipengaruhi oleh dua
kekuatan utama, yaitu : adat dan agama. Adat diwakili oleh Sultan dan Ulebalang.
2
Selain itu, tak dapat tidak kita akan terbawa ke dalam sebuah bencana maha dahsyat
yaitu “Gempa Tsunami” yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di tanah Aceh
dan sekitarnya. Gelombang pasang bahkan dirasakan sampai ke sebagian wilayah Asia
Selatan dan Asia Tenggara. Sejak saat itu Tari Saman kembali muncul dan bergerak
dengan pesat, mulai sebagai pendukung program ASP (Apresiasi Seni Pertunjukan) :
yaitu sebuah organisasi yang didukung oleh Ford Foundation. Organisasi inilah yang
macam kegiatan solidaritas hingga kegiatan ekstra kurikuler Sekolah Menengah Atas.
Masyarakat Aceh hidup dalam tatanan budaya yang kuat dan lama menderita akibat
peperangan melawan kerajaan Belanda sejak tahun 1873-1912 ( Teuku Ibrahim Alfian,
tambang sampai saat terjadinya musibah Tsunami tersebut. Tetapi mereka tetap tegar
bagaikan gundukan karang pantai yang selalu diterjang oleh ombak besar, namun
kejujuran, heroisme dan kearifan, di satu sisi membuat masyarakat Aceh tetap
bertahan dengan kehidupan agama dan keseniannya. Di sisi lain dengan prinsip yang
masih berlaku, masyarakat Aceh juga sangat terbuka untuk hal-hal baru selama itu
tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap agama maupun keseniannya. Hal ini
satu bentuk kesenian mereka, yaitu Tari Saman atau Rateb Meuseukat1 sebagai media
dakwah dan alat untuk menyebarkan agama Islam. Tari Saman identik dengan
kekompakan dan kebersamaan dalam arti gerak yang lahir dari kekhusukan mereka
dan bukan gerakan yang berpatokan pada hitungan, akan tetapi gerakan ini kompak
karena ‘rasa’ pada diri mereka. Liriknya berisi nasehat, petuah agama, petunjuk
dunia. Seni sebagai bentuk ungkapan rasa, merefleksikan jiwa dan alam pikiran
beragam latar belakang suku bangsa dan sosial budaya. Percampuran ini memberi
suatu ciri yang khas (walaupun tidak selalu dan tidak langsung) dalam perkembangan
komunitas urban.
1
Rateb Meuseukat adalah: tarian yang berasal dari salah satu unsur upacara agama yaitu rateeb atau
Meurateeb yang biasanya dilaksanakan di tempat-tempat pengajian dalam rangka mendekatkan dri pada
Allah SWT (Umar, 2000:104)
2
Modern dipandang sebagai ekspresi murni dari kehidupan masa kini, bersemangat dan senantiasa berubah
(Richard Kraus/Sarah Chapman, 1981: 121).
3
Kontemporer menurut Sedyawati adalah : seni yang menggambarkan”Zeitgeist” atau jiwa masa kini
(Sedyawati, 1981: 122).
4
Seni memiliki peran penting dalam mencari solusi berbagai masalah yang ada pada
ruang publik di kota besar. Seni juga mengisi media komunikasi massa dengan pesan
dan saran yang turut membentuk perilaku warga kota besar sebagai masyarakat yang
multikultur.
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta
bahasa, memiliki berbagai agama, bentuk seni dan cara hidup (Sedyawati, 2002: VII).
mendorong setiap anggota masyarakat majemuk untuk saling berbagi rasa, hak, tugas
adalah memacu hasrat dan tanggungjawab dari masing-masing yang terlibat untuk
memahami dan menghargai kontribusi anggota kelompok lain dalam mencapai tujuan
sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang
memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu
5
kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Tari Betawi yang merupakan budaya lokal. Konsep keindahan kesenian itu sendiri
dipahami dari sisi substansi. Masyarakat dan kesenian merupakan dua unsur yang
tidak terpisahkan dalam kebudayaan. Seni yang bersumber dari seni tradisional
maupun seni urban yang mengarah pada terciptanya situasi kehidupan multikultural.
kekayaan penduduk urban yang multi etnik dan multikultural. Kebudayaan dalam
konsep dinamis sebagai kerja, aktifitas dan gaya hidup. Di bidang seni, intensitas dan
inspirasi sangat berperan dan menuntut spontanitas yang lebih besar. Dalam konteks
kekinian dapat kita temui bagaimana dari kebudayaan masyarakat urban dapat
Jakarta, terjadi pergeseran fungsi dan konsep pertunjukan. Fungsi Tari Saman tidak
lagi hanya sebagai media dakwah akan tetapi juga menjadi suatu hiburan dan ajang
untuk menyampaikan kritik sosial. Konsep pertunjukan atau koreografinya tidak lagi
hanya ber-syaf tapi tetap dikembangkan dalam berbagai pola lantai seperti : bentuk
satu atau dua lingkaran, dua garis depan dan belakang, tiga garis diagonal yang
Tari Saman sebagai salah satu bentuk seni urban adalah seni yang mencirikan
masyarakat yang secara struktur dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur
masyarakat pedesaan.
Saat ini seni bukan lagi sekedar berlatar belakang tradisi tapi justru lebih merespon
tradisi-tradisi baru terutama di daerah perkotaan yang secara demografis dihuni oleh
anggota masyarakat yang sangat heterogen dan berhubungan dengan masalah budaya
budaya kota adalah bagaimana karya seni berinteraksi dengan masyarakat kota.
dan internasional, seperti budaya Betawi yang mendapat pengaruh budaya Cina dan
Portugis dan Aceh yang mendapat pengaruh dari Arab, Cina dan India. Setiap kota
Jakarta dapat berjalan dengan syarat, apabila mekanisme yang terkait dengan
berbagai pihak mulai berperan. Dalam konteks urban, Tari Saman mengalami
Hal ini terjadi karena tuntutan kreativitas. Secara umum kreativitas adalah kekuatan
besar yang dimiliki manusia dan merupakan proses mental yang melibatkan penemuan
ide-ide atau konsep baru dan asosiasi baru dari ide-ide atau konsep yang sudah ada
yang didorong proses sadar atau bawah sadar (Henky Hermantoro, 2011:101). Dapat
kita ambil sisi positifnya bahwa perkembangan Tari Saman di Jakarta sangat baik.
7
Kini Tari Saman diterima dengan baik oleh berbagai suku bangsa dan berbagai agama.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa seni selalu bergerak dinamis dan akan mengikuti
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, fokus permasalahan bagaimana Tari Saman
menjadi salah satu seni urban menjadi kegiatan ekstra kurikuler yang paling diminati
hampir di seluruh Sekolah Menengah Atas di Jakarta, serta gejala atau fenomena apa
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana perkembangan Tari Saman pada
pemahaman terhadap perkembangan Tari Saman di Jakarta dan akan dapat diketahui
mengembangkan Tari Saman) dan Jakarta dalam kaitannya dengan perkembangan Tari
Saman di Jakarta.
1. Keberadaan Tari Saman saat ini pada masyarakat pendukungnya di Aceh dan di
Jakarta.
3. Pergeseran atau perubahan fungsi, bentuk dan nilai pada Tari Saman.
8
di Jakarta.
memberikan manfaat praktis bagi masyarakat Aceh di Jakarta dan masyarakat Jakarta
pada umumnya. Respon terhadap kondisi Tari Saman di Jakarta yang tetap berdasar
pada seni tradisi yang sudah ada dan mengembangkan seni tradisi tersebut akan
membentuk tradisi yang sudah ada tanpa harus meninggalkan jati diri seni tradisi
tersebut. Selain itu, pemurnian kembali Tari Saman yang berada di Aceh.
Kesenian bergerak dan berkembang terus sesuai dengan situasi dan kondisi
zamannya. Dapat diharapkan dengan kajian ini, akan membuat perkembangan dan
keberadaan Tari Saman tetap bertahan baik di Aceh maupun di Jakarta serta memberi
manfaat yang positif pada masyarakat pendukungnya baik di Aceh maupun di Jakarta.
secara aktif. Manusia tidak sekedar mengandalkan hidup mereka pada kemurahan
hati lingkungan.
9
sumber daya secara aktif, karena itulah manusia dapat mengembangkan kebiasaan
yang terbentuk dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka. Karena kemampuan
beradaptasinya yang aktif, maka manusia berhasil menempatkan diri sebagai mahluk
yang paling tinggi derajatnya di muka bumi. Dinamika sosial itu telah mewujudkan
terwujud sebagai simbol yang diwariskan secara historis dengan bantuan manusia
Selain itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai sistem ide atau sistem gagasan yang
dikenal sebagai sistem budaya. Melalatoa menyatakan bahwa sistem budaya adalah
aturan dan hukum yang menjadi milik suatu masyarakat melalui proses belajar,
dan peristiwa dalam beragam aspek kehidupan dalam lingkungan masyarakat yang
Sistem budaya yang dikatakan oleh Melalatoa sebagai pandangan hidup akan selalu
hadir dalam unsur-unsur pengetahuan, sosial, seni, religi dan ekonomi. Dalam
sosial terdapat nilai tertib, rukun, harmoni, disiplin, kompetetif, kebersamaan; dalam
seni terdapat nilai indah, halus, kreatif, harmoni, melankolis, kompetitif, disiplin,
dinamis; dalam religi terdapat nilai ketuhanan, iman, taqwa, bersih, disiplin; dalam
ekonomi terdapat nilai hemat, ikhtiar, efisiensi, makmur, dan lain-lain (Melalatoa,
1997:5).
Kesenian dalam hal ini seni tari yang merupakan salah satu unsur universal dalam
kebudayaan tidak pernah lepas dari masyarakat. Dalam seni tari pengertian proses
kreatif melibatkan kepekaan, kreativitas dan karya seni. Hal ini memberi gambaran
kepada kita suatu hubungan timbal balik bahwa kepekaan merupakan faktor yang
mendasar dalam setiap penciptaan, sebagai citra manusia yang bersifat pribadi dalam
sebagai kemampuan manusia untuk mencipta hal-hal yang baru. Produk kreativitas
tidak selalu harus merupakan sesuatu yang sama sekali baru, karena kreativitas dapat
Faktor pendorong dalam setiap penciptaan karya seni sangat dipengaruhi oleh
kepekaan indrawi dan merupakan sifat-sifat pribadi seniman. Segala manifestasi batin
dan pengalaman estetis dari kepekaan pribadi seniman itu akan melahirkan karya seni
modern maupun tradisi. Tradisi dapat dikatakan sebagai sesuatu yang diwariskan dari
11
masa lalu. Tradisi akan diterima menjadi unsur yang hidup dalam masyarakat
usaha untuk benar-benar melakukan atau mencipta suatu tradisi yang benar-benar
diciptakan, dibuat dan dibentuk secara formal, tetapi Invention dapat pula diartikan
sebagai suatu respon terhadap situasi baru dengan mengambil bentuk/referensi dari
senantiasa dapat ditampilkan dan mempunyai daya tarik baru. Penyegaran ini perlu
demi menjamin kelangsungan hidup dari pada kesenian itu sendiri. Tidak saja untuk
yang sudah bisa berkembang menjadi satu ekspresi universal (Parani, 1986:6).
Hal tersebut menunjukan bahwa dalam tradisi terdapat dinamika perkembangan dan
perubahan terjadi hanya pada salah satu bagian atau sebagian saja dari seluruh
12
komponen. Hal ini berdasarkan pada pemahaman terhadap prinsip yang mendasari
perubahan itu sehingga dapat membuat kaum arif di dalam suatu masyarakat
Tari adalah gerak yang merupakan ekspresi jiwa manusia dan dapat menggetarkan
perasaan orang yang melihat atau menyaksikannya (Langer, 1957:15). Seni tari yang
hadir untuk melengkapi suatu upacara dapat dikatakan sebagai suatu tradisi. Tradisi
yang berisi tentang nilai, aturan, gagasan dan norma-norma dapat menjadi ide dari
suatu kebudayaan dan akan diwujudkan dalam suatu aktifitas gerak yang merupakan
proses interaksi antara seniman dengan masyarakat tertentu. Aktifitas dan interaksi
dalam gerak yang terwujud dari berbagai nilai, aturan dan norma ini akan terekspresi
oleh gerak tubuh manusia menjadi suatu rangkaian gerak yang disebut tari
Tari Saman di Jakarta mengalami suatu perkembangan melalui proses kreativitas dan
yang merupakan bekal utama seorang seniman tari dalam mengolah bentuk, corak,
membuahkan karya yang sekalipun bagus tetapi akan terasa asing. Tanpa
pemahaman kreativitas, wajah tari tidak akan selaras dengan kehidupan masa kini
Unit analisis dalam penelitian berkisar pada Tari Saman (baik tentang Saman itu
sendiri maupun unsur gerak, vokal, pantun dan teks syair) yang berkembang di
Jakarta. Tari Saman tersebut akan dilihat secara menyeluruh dalam kaitannya dengan
unsur budaya seperti : kesenian, agama, mata pencaharian, dan lainnya. Hal ini untuk
seniman Tari Saman, Syech, penari/siswa, guru-guru sekolah dan orang tua siswa
terjadi interaksi antar mereka. Selain itu pengamatan berdasarkan hasil dokumentasi
perkembangan Tari Saman untuk mengetahui bagaimana masyarakat Aceh baik yang
terjadi pada Tari Saman. Penelitian saya lakukan di Sekolah Menengah Atas se
Jabodetabek, studi banding pada sanggar tari di Banda Aceh dan Program Studi S1
14
Seni Tari di Institut Kesenian Jakarta. Selain melakukan pengamatan, saya juga
membantu sekolah-sekolah terkait menjadi juri dalam setiap festifal Tari Saman yang
secara langsung.
Susunan penulisan tesis akan dijabarkan dalam beberapa bab, yang secara ringkasnya
penelitian. Selain itu kerangka teoritis dan konsep yang digunakan dan
BAB II : Gambaran secara umum mengenai Tari Saman di Aceh dan Jakarta.
BAB IV : Menjelaskan tentang nilai-nilai yang ada dalam Tari Saman dan melihat
BAB II
Nangro Aceh Darusalam dikenal sangat kental dengan unsur agama Islam sehingga
dijuluki sebagai Serambi Mekah4. Kentalnya unsur Islam dapat dilihat melalui
Mesjid Raya Baiturahman yang juga merupakan salah satu kebanggaan masyarakat
Aceh. Mesjid Raya ini terletak di pusat kota Banda Aceh dan merupakan salah satu
bangunan yang berdiri kokoh dan selamat dari musibah Tsunami tahun 2004 silam.
bangsa dan bahasa yaitu Aceh, Alas, Aneuk Jamee, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil,
dan Tamiang. Bahasa Aceh dan Bahasa Indonesia banyak digunakan di provinsi
Aceh. Bahasa Aceh yang digunakan memiliki corak dan ragam yang berbeda, tidak
daerah lainnya. Kedelapan suku bangsa tersebut mempunyai sejarah asal usul dan
budaya yang sangat berbeda antar satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya.
Sehingga pada akhirnya budaya yang ada di Aceh sangat kaya. Aceh juga memiliki
4
Serambi Mekah adalah : Sebutan lain untuk kota D.I. Aceh karena sangat kuat kehidupannya dengan ajaran
agama Islam (wawancara dengan Marzuki Hasan: Jakarta, 11 Mei 2011).
5
Syariat Islam adalah : hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim
(Marzuki, Jakarta, 11 Mei 2011).
16
beragam kesenian yang berupa tari-tarian, kerajinan, ukiran, lagu, rumah adat serta
kuliner yang sangat khas dengan bumbu rempah dan rasa pedas (wawancara dgn
Melalui kreativitas para seniman Aceh lahirlah banyak tarian di antaranya adalah :
Tari Seudati (Aceh Besar/Banda Aceh), Tari Rateb Meuseukat (Aceh Barat Daya &
Selatan), Tari Saman Lukub (Lukub, Teming) dan Tari Pho (Kuala Batee, Kabupaten
Aceh Barat Daya) (Umar, 2000:115). Di antara semua tarian khas Aceh yang secara
umum sering dipentaskan adalah Tari Saman Gayo (Gayo Lues). Tarian ini
merupakan kesenian Aceh yang sangat terkenal. Tarian ini sering dijumpai pada
acara perhelatan adat, acara formal dan tidak formal tingkat nasional, maupun
tingkat dunia.
Tari Saman Gayo berasal dari sebuah suku bangsa yang mendiami Aceh, yaitu suku
Gayo, di Aceh Tenggara. Tari ini berisi nilai-nilai pendidikan, agama, moral,
ditampilkan dengan iringan vokal berupa pantun dan suara tepukan tangan pada
tubuh penari. Suara penari inilah yang dipakai sebagai pengganti tempo dan musik.
Adapun kombinasi suara didapatkan dari gerakan tepuk tangan, gerakan memukul
dada dan paha atas serta syair-syair yang dinyanyikan oleh penari yang secara
keunikan lain dari Tari Saman Gayo adalah posisi penari duduk berjajar satu baris
17
(syaf) saat melakukan tarian. Kekompakan dalam melakukan gerakan tubuh seperti
kanan dan kiri, membungkukkan tubuh ke depan dilakukan dalam tempo lamban
keragaman gerak dan konsentrasi yang tinggi adalah ciri khas dari Tari Saman Gayo.
Untuk mencapai hasil yang baik dan maksimal diperlukan latihan keras dalam
Keselarasan gerak dan warna pakaian yang digunakan menambah kesan keindahan
yang harmonis dan dinamis. Melalui Tari Saman Gayo muncul sinergi dari seni dan
kreativitas yang menyatu sehingga dapat menarik perhatian penonton baik pada
Tari Saman Gayo menggunakan 4 macam gerak yang menjadi unsur dasar dalam
Tari Saman yaitu : tepuk tangan, tepuk dada, kepala, dan badan. Ketika
dakwahnya. Dalam konteks kekinian, Tari Saman Gayo tidak lagi bersifat ritual dan
6
Syech Saman adalah: seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara, yang menyebarkan agama
Islam di Aceh. Pendapat lain mengatakan adalah Syech Abdussamad al-Falimbani yang pertama kali membawa
Tarekat Sammaniyah ke Aceh pada abad 18 (wawancara dengan Ibrahim M, Gayo Lues, 17 Mei, 2011)
18
Tari Saman Gayo termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya
paha atas dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang,
Pada umumnya, Tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi
jumlahnya harus ganjil seperti: 17, 19 atau 21. Pendapat lain mengatakan tari ini
ditarikan dalam jumlah genap, kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2
era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak
apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak maka umumnya Tari
Saman saat ini berjumlah 15-19 penari. Untuk mengatur berbagai gerakannya
ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut Syech. Selain mengatur gerakan para
penari, Syech juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu pengiring dalam Tari
Saman Gayo.
Tari Saman Gayo merupakan salah satu media untuk penyampaian dakwah tentang
ajaran agama Islam. Tari ini memuat nilai-nilai pendidikan, keagamaan, sopan
Lagu dan syair pengungkapannya dilakukan secara bersama dan kontinyu, diawali
solo vokal oleh syech yang kemudian ditirukan bersama secara serentak oleh para
penari. Pemainnya terdiri dari laki-laki yang masih muda dengan memakai pakaian
pada kemampuan masing-masing dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang
disajikan oleh pihak lawan (wawancara dengan Bapak Ibrahim. M dan Rafiudin, 17
Tari Saman Gayo biasa ditampilkan dengan tidak menggunakan iringan alat musik,
akan tetapi menggunakan suara (nyanyian) dari para penari dan tepuk tangan
mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan paha atas para
badan ke berbagai arah. Tari ini dipandu oleh seorang pemimpin kelompok yang
Karena keseragaman gerak dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam
menampilkan tari ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan
latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tari ini khususnya ditarikan oleh
para lelaki. Sesuai dengan syariat agama Islam, para kaum wanita di daerah Gayo tidak
diperbolehkan (haram) untuk menari dan menyanyi di depan umum. Hal tersebut masih
berlaku hingga saat ini (Wawancara dengan Ibrahim. M, 17 Mei 2011, di Gayo Lues).
Pantun dan lagu-lagu yang dinyanyikan para penari menambah kedinamisan dari Tari
Saman Gayo.
20
Cara menyanyikan lagu-lagu dalam Tari Saman Gayo dibagi dalam 5 macam, yaitu :
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan
Syair dalam Tari Saman Gayo mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tari
ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Syair dalam
lagu-lagu yang dipakai pada tari Saman Gayo tidak bersifat tetap (kecuali Rengum).
pertunjukan sehingga tidak ada syair yang baku untuk Tari Saman Gayo.
Tema syair pada Tari Saman Gayo pada awalnya adalah tentang dakwah atau ajaran
mudi dan lain-lain. Berikut adalah contoh syair-syair lagu pengiring Tari Saman
Gayo yang tema utamanya adalah tentang muda-mudi (diterjemahkan oleh bapak
Persalaman
1.Rengum/ Dering
Hmm laila la aho
Hmm laila la aho
Hoya-hoya, sarre e hala lem hahalla
Lahoya hele lem hehelle le enyan-enyan
Ho lam an laho
Artinya:
Aum/ Koor Aum
Hmm tiada Tuhan selain Allah
Hmm tiada Tuhan selain Allah
Begitulah-begitulah semua kaum Bapak begitu pula kaum ibu
Nah itulah-itulah
Tiada Tuhan selain Allah
2.Salam Kupenonton
Salamualikum kupara penonton
Laila la aho
Simale munengon kami berseni
Lahoya, sarre e hala lem hahalla
Lahoya hele lem hehelle
Le enyan-enyan
Ho lam an laho
Salamni kami kadang gih meh kona
Laila la aho
Salam merdeka ibuh kin tutupe
Hiye sigenyan enyan e alah
Nyan e hailallah
Laila la aho, ala aho
Artinya:
Salam Kepada Penonton
Assalamualaikum ya para penonton
Tiada Tuhan selain Allah
22
Artinya:
Asal Bola Daun Kelapa
Asal bola daun kelapa kiranya
Asal bola daun kelapa dari daun kelapa
Begitu dijalin-jalin kiranya
Begitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bola
23
Artinya:
Salam dari Rampelis Mude (Rampelis Mude nama sanggar)
O runduk sudah rebah dari beras beras padi
Ya, begitulah oi burung kedidi
Hai menjadi Rempelis Muda
Oh ibu, ingat awas, awas
Oi yang dikiri dikanan-kiri
Assalamualaikum, rata semuanya
Adakah tiba tamu kami
24
Lagu-lagu
1.Le Alah Payahe
He le ala payahe kejang
E kejang mufaedah payah musemperne
Enge ke engon ko kuseni ruesku
Senangke atemu kami lagu nini
Ine inget-inget bes mien yoh ku ine
Oho ingatin bang tudung uren
Awin gere kedie muselpak
Jangko gere kedie muleno
Beluh gere kedie berulak
Jarak gere kedie mudemu
Ine ilingang lingeken mulo
Yoh kukiri sikuen kiri
Tatangan katasan
Enti lale cube die ine
Awin gere kedie muselpak
Jangko gere kedie muleno
Beluh gere kedie berulak
Jarak gere kedie mudemu
Jadi bang mulongingku ine
O kejang teduhmi ningkah
Ike payah teduhmi kite Ike gaduh tuker mulo
Artinya:
Aduh Payahnya
Hai, aduh payahnya, payah lelah
25
1.Balik Berbalik
Iye balik berbalik
Gelap uram terang uren urum sidang
Simunamat punce wae ala aho
He nyan e hae ala aho
Aho – aho – aho
Iye balik berbalik
Gelap uram terang uren urum sidang
Simunamat punce wae ala aho
He nyan e hae ala aho
Aho – aho – aho
26
Artinya:
Balik Berbalik
Iya ku balik berbalik
Gelap dengan terang, hujan dengan teduh
Yang memegang punca Dialah, Ya Tuhan
Itulah dia, ya Tuhan
Ya Allah – Ya Allah – Ya Allah
Iya ku balik berbalik
Gelap dengan terang, hujan dengan teduh
Yang memegang punca Dialah, Ya Tuhan
Itulah dia, ya Tuhan
Ya Allah – Ya Allah – Ya Allah
Penutup
1.Gere Kusangka
Gere kusangka, aha kenasibku bese
Berumah rerampe ehe itepini paya
Berumah rerampe ehe itepini paya
Suyeni uluh, nge turuh supue sange
Mago-mago bese aku putetangak mata
Mago-mago bese aku putetangak mata
Tetea tetar ahar reringe petepas
Gere kidie melas dengan naik iruangku
Gere kidie melas dengan naik iruangku
Artinya:
Tidak Kusangka
Tidak kusangka, aha kalau nasibku begini
Berumah rerumputan ditepinya rawa
Berumah rerumputan ditepinya rawa
Tiangnya bambu, sudah bocor atap
Sulit-sulit begitu aku berputih mata
Sulit-sulit begitu aku berputih mata
27
1.Kemutauh Uren
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
I nampaan ara baro renah
Cabang tewah ku lawe due
Ari abang gih mungkin berubah
Bier lopah itumpun kudede
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
Kemutauh uren ari langit
Munerime kedie bumi
I nampaan ara baro renah
Cabang tewah ku lawe due
Ari abang gih mungkin berubah
Bier lopah itumpun kudede
Kerna langkah ni kami serapah
Artinya:
Jika Turun Hujan
Jika turun hujan dari langit
Menerimakah kiranya bumi
Jika turun hujan dari langit
Menerimakah kiranya bumi
Di nampaan ada waru rendah
Cabang rebah ke lawe due
28
keterbatasan waktu, Tari Saman Gayo bisa saja dimainkan oleh 11 - 13 penari, akan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
syekh dalam seudati) titik sentral pada syaf dalam Tari Saman Gayo, yang
menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan maupun syair-
syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu / pertandingan).
29
baik gerak tari maupun nyanyian/ vokal. Nomor 2-7 dan 11-16 disebut Penyepit.
Penyepit adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan
kerapatan antara penari terjaga, sehingga penari menyatu tanpa antara dalam
Nomor 1 dan 17 disebut Penupang. Penupang adalah penari yang paling ujung
kanan-kiri dari barisan penari yang duduk berbanjar. Penupang selain berperan
sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan menupang/ menahan keutuhan
posisi tari agar tetap rapat dan lurus. Sehingga penupang disebut kerpe jejerun
dengan memegang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput gajah yang akarnya kuat
Tari Saman Gayo ditarikan dalam posisi duduk. Tarian ini termasuk dalam jenis
kesenian Ratoh Deuk (tari duduk) yang kelahirannya erat berkaitan dengan masuk
dan berkembangnya agama Islam. Posisi penari duduk berlutut, berat badan
tertekan kepada kedua telapak kaki. Pola ruang pada Tari Saman Gayo juga terbatas
pada level, yakni ketinggian posisi badan. Pola lantai atau desain ruang dalam satu
Dari posisi duduk berlutut berubah ke posisi di atas lutut yang merupakan level
paling tinggi, sedang level yang paling rendah adalah apabila penari
Terkadang saat melakukan gerakan tersebut disertai gerakan miring ke kanan atau
ke kiri yang disebut singkeh. Ada pula gerak badan dalam posisi duduk melenggang
Selain posisi duduk dan gerak badan, kepala, gerak tangan sangat dominan dalam
Tari Saman Gayo, karena dia berfungsi sebagai gerak sekaligus musik. Ada yang
disebut cerkop yaitu kedua tangan berhimpit dan searah. Ada juga cilok, yaitu gerak
ujung jari telunjuk seakan mengambil sesuatu benda ringan seperti garam. Dan
tepok yang dilakukan dalam berbagai posisi (horizontal/ bolak-balik/ seperti baling-
baling). Kepala digerakkan seperti mengangguk dalam tempo lamban sampai cepat
(anguk) dan kepala berputar seperti baling-baling (girek) juga merupakan ragam
gerak Tari Saman Gayo. Kesenyawaan semua unsur inilah yang menambah
gerak tari yang mengagumkan. Jadi kekuatan Tari Saman Gayo tidak hanya terletak
pada syairnya saja namun gerak yang kompak menjadi nilai lebih dalam tari ini. Hal
ini dapat terwujud dari kepatuhan para penarinya dalam memainkan perannya
masing-masing. Tari Saman Gayo, syair, dan pantun juga telah menjadi
31
penyeimbang setiap konflik yang sering terjadi di tempat itu. Budaya yang lembut
Tari Saman Gayo biasanya ditampilkan tidak menggunakan alat musik, akan tetapi
menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan. Biasanya dikombinasikan
dengan memukul dada dan paha mereka sebagai sinkronisasi, dan menghempaskan
badan ke berbagai arah. Tari ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya
disebut Syech.
Karena Tari Saman Gayo dimainkan tanpa alat musik, maka sebagai pengiringnya
digunakan bunyi tepukan tangan pada badan. Ada beberapa cara untuk
mendapatkan bunyi-bunyian tersebut antara lain tepukan kedua belah tangan. Ini
biasanya bertempo sedang sampai cepat. Pukulan kedua telapak tangan ke dada
bertempo sedang. Gesekan ibu jari dengan jari tengah tangan (kertip) sehingga
menambah kedinamisan dari Tari Saman Gayo. Contoh teks dalam tari Saman
Gayo:
Salam Kupenonton
Salamualikum kupara penonton
Laila la aho
Simale munengon kami berseni
Lahoya, sarre e hala lem hahalla
32
Artinya:
Salam Kepada Penonton
Assalamualaikum ya para penonton
Tiada Tuhan selain Allah
Yang hendak melihat kami berseni
Begitu pula semua kaum bapak
Begitu pula kaum ibu
Nah itulah-itulah
Tiada Tuhan selain Allah
Salam kami mungkin tidak semua kena
Tiada tuhan selain allah
Salam merdeka dijadikan penutupnya
Ya itulah, itulah, aduh
Itulah, kecuali Allah
Tiada tuhan selain Allah, selain allah
Pakaian atau kostum Tari Saman Gayo adalah pakaian Adat Gayo (Kerawang) yang
secara desain dan warna lebih menyerupai pakaian adat Batak Karo. Lebih dominan
pada warna hitam, merah, kuning dan hijau yang mempunyai makna tersendiri.
kedamaian/keadilan, dengan desain dan mode untuk kaum lelaki. Warna dan
makna pada kostum Aceh dan Gayo mempunyai kesamaan, yang membedakan
September 2014).
Dalam perkembangan di luar daerah asalnya, tanah Gayo, Aceh, Tari Saman
kerapkali tidak ditarikan seperti bentuk aslinya baik dari syair, gerak, kostum,
mengandung makna filosofis, dan historis, terkait orang Gayo sendiri sebagai
Kostum atau busana khusus Saman Gayo terbagi dari tiga bagian yaitu:
1. Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua
2· Pada badan: baju pokok atau baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam
benang putih, hijau dan merah, bagian pinggang disulam dengan kedawek dan
3· Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan
Di antara banyak tari Aceh, yang paling mendapat respon adalah tari Rateb
Meuseukat yang di Jakarta lebih dikenal sebagai Tari Saman. Tari Saman telah
Tari Saman sudah diminati sejak lama, namun menurut pengamatan saya setelah
bencana Tsunami yang terjadi pada akhir tahun 2004 lalu, Tari Saman berkembang
semakin pesat. Tari Saman menjadi minat utama pelajaran ekskul di setiap SMP &
SMA, baik itu sekolah yang bersifat umum, atau khusus sekolah Islam maupun non
Islam. Tari Saman dapat diterima oleh setiap suku bangsa dan agama yang ada di
II.2.1. Peran Dewan Kesenian Jakarta & Institut Kesenian Jakarta dalam
Dewan Kesenian Jakarta adalah suatu badan yang bertugas untuk membuat
pada hal yang inovatif dan kreatif. Sedangkan Institut Kesenian Jakarta bertugas
mendidik dan menyiapkan potensi seniman masa depan. Seniman tari seperti
Sardono W. Kusumo, I Wayan Diya, Julianti L.Parani, Edi Sedyawati, Noerdin Daud
dan beberapa seniman tari lainnya berkumpul dan berlatih bersama dalam suatu
kelompok yang bernama Bengkel Tari Folklorik. Kelompok ini merupakan proyek
Komite Tari – Dewan Kesenian Jakarta yang diketuai oleh Edi Sedyawati. Dalam
waktu yang bersamaan, , Edi Sedyawati diminta oleh Asrul Sani selaku ketua
Departemen Tari dan Teater LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) untuk
membuat kurikulum bagi Jurusan tari dan menjadi ketua Jurusan tari – LPKJ
Kesempatan yang diberikan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak hanya pada para
seniman tetapi juga sebagai laboratorium dari mahasiswa IKJ. Dikatakan sebagai
mahasiswa tari untuk menampilkan berbagai karya barunya hasil dari proses
kreatif. Berawal dari Festival Penata Tari Muda yang diadakan oleh DKJ sejak tahun
1978-1984 dan diselenggarakan sampai enam kali. Festival Penata Tari Muda
menjadi wahana yang berguna bagi penata tari Jakarta maupun luar Jakarta untuk
36
Keberadaan DKJ dan IKJ memberikan peluang yang baik bagi para pengajar maupun
mahasiswa. Berbagai forum tari dan lokakarya diadakan untuk merangsang daya
cipta para penata tari di Indonesia untuk mengembangkan kreatifitas dalam hal
Jakarta :
Masa dimana Seudati & Saman mulai dikenal dan berkembang di Pulau Jawa,
terutama di Yogya. Pada masa ini Marzuki Hasan masih berada di Yogyakarta
mengembangkan tari Seudati bersama Syech Ampon Muda dan Syech Ismail Nagoya
(mendapat nama seperti itu karena lama menetap di Jepang, tahun 2013 telah
meninggal dunia di Medan). Pada tahun 1972 Marzuki Hasan dan Drs. Zaenuddin
Di sisi lain pada tahun 1963 di Jakarta, Noerdin Daud diundang untuk membuat dan
melatih tari massal pada acara pembukaan GANEFO. Pada masa tahun ini, Tari
2014). Jennifer Lindsay menyatakan, bahwa sejak tahun 1950-1960 Tari Seudati
selalu menjadi acara utama kenegaraan di Istana Negara dan Istora Senayan. Semula
37
Tari Seudati saja yang dipertunjukkan tapi lambat laun beralih pada tari Saman Gayo
Masa dimana tari Seudati & Saman mulai dikenal dan berkembang di Jakarta serta
menjadi materi perkuliahan di Program Studi Seni - Tari Fakultas Seni Pertunjukan
IKJ. Masuk dan menjadi pilihan dalam acara kenegaraan di Istana Negara hingga kini.
Alm. Noerdin Daoed dan Anas Hanafiah merupakan tokoh yang aktif dalam
mengembangkan tari tersebut. Pada masa itu juga Marzuki Hasan hijrah ke Jakarta
dan bergabung dengan mereka. Lebih lanjut Noerdin & Marzuki adalah pasangan
pengajar dan penata tari yang mengampu mata kuliah Gaya Tari Aceh pada Program
Studi Seni Tari FSP-IKJ. Pada tahun 1978-1980 Noerdin dan Marzuki melakukan
penelitian ke Aceh, mulai dari Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Aceh besar, Aceh
Barat dan Aceh Selatan tentang seluruh kesenian yang ada di daerah tersebut.
Pada masa ini Noerdin dan Marzuki memulai berproses kreatif dengan
mahasiswanya di IKJ. Mahasiswa tari IKJ mempelajari tari Seudati dan Ratoeh,
Dari hasil eksplorasi tersebut, mereka mulai menggabungkan gerak tersebut dan
mencari keharmonisan dengan pantun, syair dan cara menyanyikan lagunya. Proses
kreatif tersebut menghasilkan karya yang mempunyai unsur spiritual, keceriaan dan
Hasil dari penelitian dan pengamatan tersebut disusun menjadi Rampai Aceh karya
Marzuki Hasan & Alm. Noerdin Daud yang merupakan bunga rampai atau
kesatuan dari kesenian Aceh seperti Seudati, Ratoh, Laweut, Saman dan lain-lainnya
yang digarap dan dikemas menjadi suatu karya yang indah dan menarik. Tahun 1980
lahirlah karya tari yang berjudul Ramphak, yang kemudian dibawa ke acara
“ Mustika Malaysia”. Pada tahun yang sama lahir karya tari Rabbani I dan
pada tahun 1984 untuk “American Dance Festival” atau ADF. Tahun 1986 membuat
yang sama membuat karya tari Tuhan...kita begitu dekat : Tadarus & puisi bulan
2014).
Menampilkan tari Seudati Agam dan Tari Saman dalam acara Festival Istiqlal di
Jakarta pada tahun 1990, setelah itu diikut sertakan kembali dalam acara KIAS di
Masa tahun 1990 adalah dimulainya program Apresiasi Seni Pertunjukan ke sekolah
dan Ford Foundation. Dari sinilah tari Saman berkembang dengan cepat dan terlebih
39
pesat lagi setelah Tsunami tahun 2004. Program Apresiasi Seni Pertunjukan untuk
siswa dan guru SLTA se Jabodetabek, dilakukan sejak tahun 1998 hingga 2011.
Dilaksanakan oleh Forum ASP, yang pada awalnya bekerja di bawah payung Dewan
Kesenian Jakarta dan didanai penuh oleh Ford Foundation. Program Apresiasi Seni
seninya ke sekolah-sekolah untuk dinikmati para siswa dan guru secara langsung.
profesional.
berkesenian.
pelatihan (Riantiarno, 2005: 26, 45, 65 dan 80). Tim inti dari Forum ASP adalah :
Bangun.
40
Inti dari seluruh kegiatan apresiasi kesenian siswa, sesungguhnya bermuara kepada
kebudayaan sendiri (Sipala, Jakarta, 7 Oktober 2014). Ini adalah sebuah upaya
pemerintah.
Bersamaan dengan bejalannya Forum ASP, tahun 2007 Marzuki Hasan kembali
berproses kreatif menampilkan karya tari baru hasil kolaborasi dengan mahasiswa
Tahun 2012 menampilkan “Rampai Aceh” dalam acara “Saman Summit” di Jakarta
Peran Dewan Kesenian Jakarta dan Institut Kesenian Jakarta dengan maestro tari
Aceh : Noerdin Daoed dan Marzuki Hasan serta tokoh-tokoh IKJ lainnya serta Forum
Apresiasi Seni Pertunjukan mempunyai arti penting dan menjadi sejarah dalam
Jakarta, terjadi pergeseran fungsi dan konsep pertunjukan. Fungsi Tari Saman tidak
lagi hanya sebagai media dakwah akan tetapi menjadi suatu hiburan, pendidikan
dan ajang kritik sosial. Konsep pertunjukan atau koreografinya tidak lagi hanya ber-
syaf tetapi dikembangkan dalam berbagai pola lantai seperti gambar di bawah ini:
41
42
Di Jakarta, Tari Saman berkembang sangat pesat. Banyak sekali diadakan festival
Tari Saman untuk meningkatkan prestasi dan kreativitas serta menambah apresiasi
dan pengetahuan tentang Tari Saman. Banyak sekolah mengadakan pelatihan dan
workshop untuk lebih mendalami Tari Saman baik secara gerak, vokal, pantun dan
musik (Rapa’i atau rebana). Pelatihan dan workshop tentang Tari Saman untuk
Mayoritas remaja di Jakarta adalah siswa sekolah, mereka sangat berminat untuk
mempelajari dan memahami Tari Saman yang menurut mereka sangat unik,
dinamis dan mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi. Dengan kesadaran penuh
43
serta keinginan sendiri dan tidak ada paksaan dalam mempelajari Tari Saman.
Banyak dari mereka tidak mempunyai bakat menari, akan tetapi karena
mempunyai minat dan keinginan keras maka mereka dapat dengan tekun dan sabar
Di kota Jakarta tari Saman sebagai bentuk seni di lingkungan urban tumbuh dan
Saman tidak lagi ditarikan hanya oleh laki-laki tetapi juga oleh perempuan. Tari
pertunjukan tetap satu syaf (baris) tapi berkembang dalam level dan pola lantai dan
gerak dari beberapa tarian yaitu : Saman Gayo, Rateb Meuseukat, Likok Pulo,
Ratoh Deuk, dan Ratoh Jaro (seluruhnya adalah tari duduk yang terdapat di Aceh)
yang diramu menjadi satu kesatuan serta diiringi oleh pantun, lagu dan Rapa’i
Tari Saman Jakarta biasanya dibawakan oleh penari putri, dapat berjumlah 15-20
orang bahkan lebih. Dua orang penabuh Rapa'i (rebana besar) yang juga sekaligus
menjadi Syech (yang melantunkan pantun dan syair-syair dalam bahasa Aceh)
berada di sisi kiri atau kanan deretan/jajaran penari. Sedangkan gerak tari hanya
memfungsikan anggota tubuh bagian atas, badan, tangan, dan kepala. Tidak ada
koordinasi dengan kaki. Gerakan tari pada prinsipnya ialah gerakan olah tubuh,
sama ke depan, ke samping kiri atau kanan, ke atas, dan melingkar dari depan ke
belakang, dengan tempo mulai lambat hingga sangat cepat dan terkadang berhenti
mendadak.
Yang menakjubkan dari tari Saman Jakarta adalah harmonisasi dan dinamika,
Gerakannya sederhana namun dinamis dan memiliki tingkat kecepatan yang tinggi,
sehingga tanpa latihan yang baik tidak akan dapat menyajikan atau menampilkan
tari Saman. Di Jakarta, hampir setiap hari Sabtu atau Minggu selalu ada festival tari
Saman yang diikuti belasan hingga puluhan SMA. Karena tradisi festival ini, banyak
variasi gerakan tercipta. Ini berbeda dengan di Aceh yang jarang ada festival
sehingga gerakan tari masih bersifat standar. Tari Saman Jakarta telah menjadi
45
belahan dunia, mulai dari Amerika, Afrika, Australia, Eropa, apalagi Asia, dan Timur
Tengah. Biasanya dibawakan untuk misi dagang, misi pariwisata, atau atas
undangan negara sahabat. "Kalau generasi muda kita suka, maka budaya lokal kita,
identitas kita, tak akan direbut oleh negara tetangga," tegas Marzuki Hasan
Dasar pola lantai tari Saman Jakarta sama dengan tari Saman Gayo, tetap dengan
konsep 1 syaf ( sebaris, sederet dan sejajar). Tetapi dalam perkembangannya Tari
Saman Jakarta menjadi lebih variatif. Para penari dapat berpindah tempat atau pola
lantai dengan cara bergeser menggunakan lutut dengan posisi tetap duduk,
kembali lagi dalam 1 syaf. Seirama dengan lagu dan syair mereka para penari
berganti posisi untuk membentuk level tinggi, rendah dan posisi duduk atau
berlutut.
Tari Saman Jakarta ditampilkan dengan menggunakan iringan alat musik Rapa’i
(rebana besar) dan vokal (suara) dari para penari serta tepuk tangan mereka yang
46
biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan paha atas mereka sebagai
sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tari ini dipandu oleh
seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Seorang Syech selain menyanyi
juga memukul dan memainkan Rapa’i. Tari Saman Jakarta biasanya dipandu oleh 1
atau 2 orang Syech. Selain Rapa’i juga dilantunkan pantun dan syair-syair yang
membangun dinamika. Contoh Pantun dan syair dalam tari Saman Jakarta :
Puteeh ngoun janggot kuneing ngoun misee Rambut sudah putih di atas kepala
Hanton ta coum bee tika mushalla Tidak pernah kita ke mushalla
Lalee lalee lalee….. Kiasan….
47
3. Sijeumpa mirah si ulah karet lam ano Setangkai bunga merah yang jatuh di
Ret la karet meunan meunan atas pasir
Ret la karet meunan meunan Jatuh tersia-sia saja
Cok ampoun teungku raja Ambilah wahai tuan raja
Pakaian atau kostum tari dibuat dengan warna-warni, biasanya dalam suatu
pertunjukan diperlukan 2 (dua) warna dalam satu syaf (baris) dan disusun
berselang-seling.
48
49
Tari Saman Gayo dan Tari Saman Jakarta (Ratéb Meuseukat) sangat sering disalah
artikan. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas.
Perbedaan utama antara Tari Saman (asli Gayo) dengan Tari Saman Jakarta (Ratéb
1. Tari Saman Gayo menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Saman Jakarta
2. Tari Saman Gayo dibawakan oleh laki-laki, sedangkan Tari Saman Jakarta
dibawakan oleh perempuan dan terkadang juga dapat dibawakan oleh laki-
laki.
3. Tari Saman Gayo tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan Tari Saman
Hal ini terjadi karena tuntutan kreativitas. Dapat kita ambil sisi positifnya bahwa
perkembangan Tari Saman di Jakarta sangat baik. Kini Tari Saman diterima dengan
baik oleh berbagai suku bangsa dan berbagai agama yang terdapat di Jakarta.
Pelestarian budaya asli Indonesia adalah kewajiban semua pihak baik instansi maupun
menumbuhkan semangat sportifitas pada generasi muda usia sekolah, karena dengan
seni tari diharapkan remaja di Jakarta akan bersatu dalam keragaman, yang
BAB III
Perkembangan Tari Saman saat ini di daerah asalnya Aceh berjalan tidak terlalu pesat
sangat lambat sehingga sangat sedikit anak muda yang berminat untuk tahu dan belajar
seni tradisi mereka sendiri. Hal tersebut mulai terbuka dan mereka sadari setelah
terjadinya bencana Tsunami pada tahun 2004. Generasi muda di Aceh terkesan tidak
Minat untuk mempelajari seni tradisinya sendiri terpacu ketika mendengar dan melihat
begitu penuh semangatnya anak-anak muda di Jakarta mempelajari Tari Saman. Ada
energi positif muncul setelah mereka melihat dan menyadari bahwa orang lain di luar
lingkungan mereka sendiri begitu peduli terhadap kesenian mereka. Sejak melihat Tari
Saman Jakarta berkembang sangat baik, maka saat itulah semangat generasi muda di Aceh
muncul kembali (wawancara dengan Zul Ikram, Banda Aceh, 20 Mei 2011).
pendukungnya berhubungan erat. Dalam kehidupan sehari-hari orang Aceh sangat lekat
dengan agama Islam. Nilai – nilai Islam dalam budaya lokal Aceh memberitahukan kepada
kita bahwa, masyarakat Aceh sangat lekat kepada Islam dan budayanya.
51
Dalam mengembangkan ajaran agama Islam, masyarakat Aceh menggunakan salah satu
bentuk kesenian mereka, yaitu Tari Saman atau Ratep Meuseukat sebagai media dakwah.
Dakwah dilakukan secara lunak (soft) sehingga tidak mengherankan bila masyarakat saat
itu dapat menerima Islam. Dakwah dilakukan dengan cara Islamisasi budaya yaitu budaya
lokal tetap dipertahankan, akan tetapi aspek normatif budaya disesuaikan berdasarkan
ajaran Islam.
Fenomena Islamisasi demikianlah yang menyebabkan antara hukum Islam dan budaya
Aceh tidak bisa dipisahkan meskipun bisa dibedakan. Inilah yang melatarbelakangi falsafah
“hukoem ngeun adat lage zat ngeun sifeut” yang artinya adalah adat yang berlaku selalu
berpegang atau berpedoman pada hukum Islam. Budaya dalam aspek normatif adalah
berdasarkan ajaran Islam. Oleh sebab itulah budaya Aceh dinamakan sebagai budaya Islam
(Wawancara dengan Bpk. Marzuki Hasan dan Syech La Geunta, Mei 2011).
Dampak yang paling besar dari proses Islamisasi masyarakat Aceh adalah tradisi politik
Arab diadopsi oleh kerajaan Aceh khususnya menyangkut dengan gelar penguasa yang
digelari sebagai “Sultan” dimana sebelum Islam, gelar penguasa kerajaan digelari dengan
gelaran ”raja” (Wawancara dengan Bpk. Marzuki Hasan dan Syech La geunta, Mei 2011).
Berdasarkan sejarah di atas, Islamisasi Aceh secara sufistik 7oleh para pendakwah dari
Arab telah menjadikan masyarakat Aceh sebagai bangsa yang taat pada ajaran Islam.
7
Sufistik/Sufisme : adalah pengetahuan dengan jalan mana manusia dapat menyadari dirinya sendiri dan
mencapai keabadian, baca Islam Sufistik : “Islam Pertama” dan Pengaruhnya hingga kini di Indonesia oleh Dr.
Alwi Shihab, Jakarta: Mizan, 2002.
52
Hal demikian terlihat dari kebijakan penguasa kerajaan Aceh dengan menggantikan
gelaran penguasa dari “raja” menjadi “sultan”. Oleh sebab itu, Islamisasi budaya dan
kebudayaan di Aceh.
Terlihat jelas eratnya hubungan agama dan budaya. Agama dan budaya adalah dua bagian
yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah
karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama
dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Perubahan menjanjikan
dan memberikan banyak hal kepada manusia dan kehidupan. Kehidupan dapat saja hilang
dan berganti dengan yang baru , tetapi perubahan tetap menyertai kehidupan itu sendiri.
Sehingga orang bijak mengatakan bahwa tidak ada yang kekal dalam dunia ini, semua
selalu berubah ( Syarifudin Tippe, 2000: 105). Sebagian besar budaya didasarkan kepada
agama, dan tidak pernah terjadi sebaliknya. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup
keagamaan. Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari
proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk
suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis,
Agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib kehidupan
melalui syari’ah, ketaatan melakukan shalat lima waktu, kepekaan terhadap mana yang
baik dan mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar
53
makruf nahi munkar) berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal
Berkaitan dengan perkembangan kebudayaan Aceh dapat dikatakan suatu hasil proses
asimilasi yang sangat berhasil, hasil campuran dari berbagai kebudayaan besar dunia.
Proses akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
sendiri, antara Islam dan budaya lokal ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan
local genius yang merupakan identitas kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan
bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan
aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru
yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya.
Pada sisi lain kearifan budaya lokal memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan
mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli; dan
54
selanjutnya.
Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran
Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama
sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya lokal
yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya
Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi”, antara budaya lokal dan Islam. Hasil
akulturasi menunjukkan bahwa Islam memperkaya kebudayaan yang sudah ada dengan
Agar mata rantai tersebut tetap kelihatan nyata, harus dilakukan pengelolaan yang
Pada satu sisi muncul percampuran budaya yang tampaknya tidak terelakkan, khususnya
karena pengaruh globalisasi yang semakin sulit dihindari. Globalisasi merupakan sebuah
agama, dan kebudayaan. Globalisasi memberi efek ganda pada warisan budaya
masyarakat tradisional. Di satu pihak menghilangnya kebudayaan lokal serta tradisi dan di
lain pihak transformasi bentuk maupun isinya (Leonardo D’Amico, 2002: 33).
8
Terintegrasi adalah penyesuaian antara unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga mencapai suatu
keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat ( Julianti L. Parani, Jakarta: Juni 2012).
55
kesetaraan banyak budaya dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya lain.
Itu penting kita pahami bersama dalam kehidupan masyarakat multikultural seperti bangsa
Indonesia. Jika tidak, mungkin akan selalu terjadi konflik akibat ketidaksaling-pengertian
dan pemahaman terhadap realitas multikultural tersebut. Hidup dalam iklim multikultural
seperti sekarang ini, tertib sosial akan dapat terwujud jika setiap elemen masyarakat mampu
bersikap toleran serta bersedia membuka diri bagi terciptanya kerja sama-kerja sama yang bersifat
mutual.
Budaya perkotaan yang merupakan Hybrid Culture9 merupakan konsekuensi sebuah kota
metropolitan, karena disitulah berkumpul dan bertemu orang-orang dari berbagai latar
belakang masyarakat serta budaya. Akibatnya yang terjadi adalah sebuah kota bisa
Demikian juga untuk kota Jakarta, tidak bisa dihindari dengan perkembangan peradaban
dan teknologi, maka kota Jakarta sebagai kota metropolitan menjadi pusat bisnis dari
berbagai daerah dan bangsa. Banyak pihak menyadari perlu adanya suatu terobosan
bahwa Jakarta harus tetap menampilkan latar belakang budaya Jakarta dan Indonesia,
Yang menarik dan perlu dipertimbangkan adalah kemajuan suatu bangsa pasti terjadi
9
Hybrid Culture adalah: bertemunya dua budaya atau lebih dalam satu wilayah dengan karakternya masing-
masing ( Julianti L. Parani, Jakarta: September 2014).
56
karena adanya keterbukaan bangsa tersebut terhadap dunia luar, yang artinya perlu
dilakukan sinergi antara berbagai latar belakang dan budaya tersebut, sehingga pertemuan
dan pencampuran budaya tersebut tidak merugikan, tetapi justru sebagai kesempatan
untuk saling menguntungkan, yang akhirnya dapat membawa kota Jakarta mencapai
Dengan adanya latar belakang dan budaya asing yang masuk ke kota Jakarta bukan berarti
muncul sejak abad ke-13 pada zaman Samudera Pasai, di mana saat itu Samudera Pasai
sebagai pusat perkembangan perdagangan internasional yang salah satu ekspor utamanya
Acara Urban Fest 2007 yang pernah diadakan di Pantai Karnaval Ancol Jakarta, 24-26
Agustus 2007, merupakan ajang festival sebagai sarana anak muda, yang dikatakan dapat
memberikan pengaruh bagi perkotaan, untuk menyalurkan kreativitas dan seni dan juga
Dengan adanya komunikasi dan interaksi yang baik, maka hal tersebut akan membuka
pintu bagi semua kalangan untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Apalagi jika memang
57
banyak anak muda yang senang dengan keterbukaan dan independensi, maka akan
membuka peluang yang baik untuk bisnis dengan segmentasi anak muda. Hal-hal seperti
inilah yang perlu disiasati, sehingga perkembangan zaman dan perbedaan budaya yang
ada tidak melunturkan citra suatu kota dan bangsa, tapi justru menjadi pemacu untuk
terus mencari peluang untuk keberhasilan bersama. Evaluasi keberhasilan bisa didapat
melalui : kritik kaum arif, seniman pelaku dan pencipta, penonton atau pendukung,
presenter dan produser, selain itu dapat dilihat pula peran dari : media & teknologi
BAB IV
Sistem nilai budaya Aceh sangat erat kaitannya dengan ajaran agama Islam, dan sistem
masyarakat Aceh, sehingga nilai-nilai budaya itu akan terus melekat pada kehidupan
masing-masing individu.
Kesenian Aceh semula berfungsi sebagai media dakwah bagi penyebaran agama Islam.
Tari Saman sebagai salah satu kesenian Aceh sangat berkaitan erat dengan agama Islam
sesuai dengan ungkapan adat “ Hukom ngon adat lagee dzat ngon sifeut “ yang berarti :
agama Islam dan adat tidak bisa dipisahkan seperti zat dengan sifatnya. Tari Saman
memiliki nilai seni yang terdiri dari : disiplin, heroik, kebersamaan, dinamis, kreativitas,
pendidikan (wawancara dengan Marzuki Hasan & Syeh La Geunta, Juni 2011).
Nilai-nilai tersebut di atas dapat tercermin baik dalam gerak, syair dan irama para penari
Saman :
1. Nilai Disiplin dapat terlihat dimana para penari yang duduk berbanjar (sejajar)
dalam satu syaf dengan saling bersentuhan pundak, duduk berhimpitan, saling
tinggi. Gerak tari Saman yang dilakukan dengan duduk berbanjar selalu
melakukan gerak yang sama dan kadangkala gerak yang saling berlawanan
59
antara yang satu dengan yang lainnya. Permainan gerak kepala, tangan dan
badan jika tidak dilakukan dengan bersama dan konsentrasi akan mengakibatkan
hal yang fatal bagi penarinya seperti : benturan kepala atau terpukul bagian
badan.
2. Nilai Heroik terdapat dan terlihat pada gerak dan syair yang dilakukan oleh
penari Saman, dimana selalu dimulai dengan gerak yang lambat kemudian
semakin cepat dan menjadi sangat cepat. Dalam gerakan cepat dan dinamis ini
3. Nilai Kreativitas pada masyarakat Aceh terlihat sangat jelas ketika tari Saman
hal ini diperlukan suatu kreativitas yang tinggi, selain harus menyiapkan gerak
dan pantun secara spontan juga harus dapat membuat gerak yang berbeda
dengan lawan.
4. Nilai pendidikan dalam tari Saman terutama terdapat pada ajaran agama
Nilai-nilai yang terdapat pada tari Saman di Aceh ini berkaitan erat satu dengan yang
lainnya dengan ajaran agama Islam. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat kita ketahui
bahwa tari Saman di Aceh berkembang tanpa meninggalkan akar budaya Aceh itu sendiri.
Seperti telah dijabarkan sebelumnya bahwa tari Saman berkembang di Jakarta dengan
cepat dan baik. Perkembangan ini seiring dengan kebutuhan masyarakat di Jakarta akan
seni yang sifatnya sebagai hiburan. Tari Saman berkembang dan diajarkan di sanggar-
ekstrakurikuler di sekolah se-Jabodetabek diterima sangat baik oleh siswa dan guru di
setiap sekolah. Proses pembelajarannya dilakukan oleh anak-anak muda dari Aceh yang
tinggal di Jakarta. Melalui latihan yang dilakukan minimal 2 kali dalam seminggu, siswa
sangat antusias dan semangat dalam menyerap materi tari Saman yang diberikan oleh
Proses pembelajarannya, pelatih memberikan gerak-gerak dasar dan tehnik dalam tari
Saman yang berkisar antara gerak kepala, tangan, dan badan. Menjelaskan bahwa
keseimbangan, kebersamaan dan kerjasama yang sangat kuat. Setiap penari harus
menekan ego-nya masing-masing agar gerak dan pantun dapat terlihat bagus dan
Bersamaan dengan pemberian materi gerak tari Saman, pelatih juga memberikan syair-
syair pantun Aceh sekaligus bagaimana menyanyikannya. Setelah itu gerak dan pantun
dilakukan secara bersamaan. Apabila materi gerak tari Saman telah selesai maka
dilanjutkan dengan memberikan pola lantai. Pola lantai hanya beberapa saja dan selalu
kembali pada satu syaf sesuai dengan prinsip pada tari Saman.
pembelajaran tentang syair dan pantun selalu dengan artinya, sehingga siswa sebagai
penari hanya dapat menyanyikan saja tetapi tidak tahu arti dan makna dari pantun-
pantun yang diberikan. Dampaknya penari hanya sebatas mengejar gerak, kecepatan dan
menghafal pantun saja. Hal ini diakui oleh salah satu pelatih tari Saman di Jakarta, tetapi
hal tersebut tidak mengurangi semangat para siswa dalam menari (wawancara dengan
Sebagian besar siswa sekolah di Jakarta terutama Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat
berminat dan merespon dengan baik tari Saman untuk mempelajarinya. Siswa sangat
tertarik karena tari Saman selain unik dalam bentuk gerak juga dinamis, menarik, menari
dan menyanyi membuat hati mereka selalu senang. Selain itu ada kebersamaan dan
kerjasama antar mereka satu dan yang lainnya untuk menghasilkan gerak dan lagu yang
harmonis serta menarik (wawancara dengan Siti Fauzia Murniati & Putri Aprilia, siswa
Menurut ibu Uningsih orang tua dari Siti Fauzia, terdapat perkembangan dalam diri
anaknya setelah mengikuti dan mempelajari tari Saman. Menurutnya, anaknya sekarang
walaupun jadwal di sekolah lebih padat dengan bertambahnya waktu untuk latihan tari
Pendapat tersebut diatas sama halnya dengan yang disampaikan oleh ibu Ike (guru dan
pembina ekskul tari Saman di SMA 46 Jakarta). Siswa-siswa SMA 46 yang mengikuti ekskul
tari Saman terlihat mempunyai tanggungjawab dan disiplin yang lebih dari siswa lainnya
yang tidak mengikuti ekskul tersebut. Bahkan dalam 4 tahun terakhir ini siswa SMA 46
Jakarta sudah menjadi penyelenggara dan mengadakan festival tari Saman dengan
peserta SMA se Jabodetabek (Wawancara dengan ibu Ike, Jakarta, 4 Juli 2013).
Dari hasil pengamatan terhadap tari Saman di Jakarta, para pelatih tari Saman telah
berhasil mengembangkan tari Saman di SMA se Jabodetabek. Mereka lebih giat dan
bekerja keras mengembangkan tari Saman setelah musibah Tsunami tahun 2004. Mereka
melakukan rekacipta terhadap tari Saman yang merupakan gabungan gerak dari tari
Ratep Meuseukat, Ratoh Deuk, Saman Gayo, dan Likok Pulo (seluruhnya berkonsep tari
duduk dan tidak ada koordinasi dengan gerak kaki). Untuk lebih menarik dan dinamis para
pelatih memasukkan unsur bunyi/musik dengan menggunakan Rapa’i (rebana besar: alat
Berbagai variasi gerak yang terdapat dalam tari Saman Jakarta terjadi karena selain gerak-
gerak yang sudah ada, peran para syech yang juga sebagai pelatih sangat menentukan
terjadinya pengembangan gerak. Begitu pula dengan memasukkan unsur musik dengan
Rapa’i adalah pertimbangan mereka agar tari Saman Jakarta lebih dinamis dan lebih
hidup.
Sebagai putra Aceh yang tinggal di Jakarta dengan berbagai macam budaya yang ada di
sekitarnya, mereka tetap berusaha mempertahankan dan menjaga nilai budaya Aceh
dalam karya tari yang diciptakan. Dalam Tari Saman Jakarta (nama sementara dalam
proses perubahan menjadi nama Ratoh Jaro, suatu upaya dari Pemda & Anjungan Aceh
1. Disiplin
2. Heroik
3. Kebersamaan
4. Dinamis
5. Kreativitas
6. Pendidikan
7. Tanggungjawab.
Menurut pengamatan saya, nilai-nilai tersebut di atas tidak banyak berbeda dengan nilai-
nilai tari Saman di Aceh. Perbedaannya terdapat pada nilai pendidikan dan
hanya dalam bergerak, menari dan menyanyi saja akan tetapi dengan sangat disadari
64
selain belajar seni daerah lain yang berkaitan dengan agama Islam mereka juga
berbagi, menahan emosi masing-masing juga belajar kesabaran. Ini adalah nilai-nilai
positif yang didapat para siswa setelah mempelajari tari Saman Jakarta.
Melalui tari Saman Jakarta ini, beberapa SMA dan pelatihnya mampu turut serta dalam
Festival Folklor di mancanegara dibantu oleh suatu lembaga yaitu CIOFF Indonesia
Rachmat. Melalui festifal ini para siswa SMA sudah turut berpartisipasi mengenalkan dan
mempopulerkan tari Saman Jakarta di mancanegara, sehingga tari Saman sudah melintasi
daerah, negara dan benua seperti Amerika, Turki, Asia dan Eropa (wawancara dengan
Said Rachmat, President of CIOFF Indonesia, Jakarta, Juli 2012). Dengan turut sertanya
para siswa pada festival tersebut maka secara langsung mereka telah menyumbangkan
Berkembangnya tari Saman Jakarta dengan baik memberikan dampak ekonomi yang baik
pula untuk putra-putra Aceh tersebut. Mereka telah menciptakan lapangan pekerjaan
baru untuk mereka sendiri dan untuk pelatih tari Saman lainnya yang bukan berasal dari
Aceh. Menurut pengamatan saya, penghasilan mereka dari melatih dan mengajar tari
Saman Jakarta sangat baik. Honor mengajar berkisar antara Rp. 250.000,- sampai
maksimal Rp. 750.000,-/datang atau sekali mengajar. Nominal honor mengajar sesuai
65
dengan tingkat senioritas mereka (wawancara dengan Degam, pelatih tari Saman Jakarta,
19 Mei 2013).
Masing-masing pelatih dapat mengajar lebih kurang 20-30 sekolah dalam setiap
minggunya. Dengan penghasilan seperti sekarang ini, para pelatih mempunyai kehidupan
yang baik di Jakarta. Belum lagi tambahan honor yang mereka dapatkan dari menjadi
syech baik di dalam maupun di luar negeri dan menyewakan kostum tari Saman setiap kali
ada festival tari Saman (menurut syech tari Saman Jakarta : Degam, Taufik, Fikar, Alex,
Firman, Leila, Fadli, Evi, dan lainnya, 19 Mei 2013). Sejauh ini tari Saman Jakarta dapat
berkembang dengan baik, dapat diterima dan tetap bertahan hingga saat ini dengan
memberikan nilai positif baik bagi siswa, pelatih, orang tua siswa, guru, dan sekolah di
Jakarta bahkan untuk perkembangan tari Saman itu sendiri baik di Jakarta maupun di
Aceh.
66
BAB V
PENUTUP
V.I. KESIMPULAN
Penciptaan karya tari baru atau rekacipta berpijak kepada tradisi yang sudah ada
Penciptaan karya tari baru yang berpijak pada tradisi merupakan salah satu cara untuk
menguatkan kembali tradisi. Melalui proses penciptaan, tari Saman dapat terangkat dan
kehidupan tradisi, terutama bagi generasi yang lahir dan besar di perkotaan.
Pengamatan mengenai putra Aceh dalam melakukan rekacipta tari Saman di Jakarta
dapat dikatakan sebagai pelaku perubahan kebudayaan telah melakukan proses kreatif
dengan cara merekacipta seni tari tradisi Aceh menjadi suatu bentuk baru tanpa
meninggalkan akar tradisi dan nilai-nilai budaya yang terdapat pada kesenian Aceh.
Perubahan dapat terjadi karena adanya keinginan untuk melakukan inovasi dengan
didukung suatu lingkungan yang kondusif dan berdasarkan pada bakat serta pemahaman
terhadap suatu nilai budaya akhirnya dapat melahirkan karya-karya baru yang tetap
Tari Saman Jakarta dapat diterima masyarakat sebagai tari tradisi Aceh. Hal ini sesuai
dengan konsep Invention of Tradition bahwa Invention bukan berarti hanya menciptakan
suatu tradisi baru, tetapi Invention dapat pula diartikan sebagai pengembangan dan
respon terhadap situasi baru dengan tetap berpedoman pada tradisi yang sudah ada.
Tari Saman Jakarta dapat memberikan identitasnya sendiri dalam hubungannya dengan
kelompok kebudayaan lain di kota Metropolitan Jakarta. Hal ini terbukti dengan
seringnya tari Saman Jakarta ditampilkan dalam berbagai acara baik di dalam maupun di
luar negeri.
Interaksi tari Saman Jakarta dengan seni tradisi Aceh merupakan suatu strategi yang
perlu dicermati karena langkah ini perlu dan penting untuk memperkuat tradisi itu sendiri
sehingga dapat kembali muncul ke permukaan dan diapresiasi oleh penonton dan
V.II. SARAN
Sebagai hasil dari pengembangan dan menjadi suatu bentuk yang baru, tari Saman
Jakarta sangat diharapkan dapat tetap bertahan dan para senimannya tetap selalu
mencari bentuk-bentuk yang baru. Suatu bentuk pencaharian identitas melalui proses
menghasilkan suatu identitas tanpa menghilangkan akar tradisi yang sudah ada.
68
Pengembangan Tari Saman ternyata memunculkan dampak dan makna bagi kehidupan
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Dampak yang paling jelas terhadap
masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja baru. Sebaliknya dampak terhadap sosial
kesejahteraan. Hal ini harus dipertahankan agar tari Saman Jakarta tetap keberadaannya
DAFTAR PUSTAKA
1999 Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah, Banda Aceh: Pusat Dokumentasi
Alfian
1983 “Kreativitas Dilihat Dari Keperluan Sekarang Dan Masa Yang Akan Datang,”
Danandjaya, James
1997 Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain, Jakarta: Grafiti
Davis, William
Pertunjukan Indonesia.
D’Amico, Leonardo
2002 “Seni Pertunjukan Nasional Dan Globalisasi Pilihan Etnik, Etik dan Estetik”
Geertz, Clifford
Hermantoro, Henky
2011 Creative-Based Tourism, Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif, Jawa
Barat: Aditri.
Hobsbawm, Eric
1981 History of The Dance in Art & Education, New Jersey: Prentice Hall
Kesenian Jakarta
Kusumaningdiah, Lusiati
Langer, Suzan K
Melalatoa, Yunus
Murgiyanto, Sal
2004 Tradisi & Inovasi, Beberapa Masalah Tari di Indonesia, Jakarta: Wedhatama
Widya Sastra.
1983 “Kreativitas Dilihat Dari Keperluan Sekarang Dan Masa Yang Akan Datang,”
Parani, Julianti
Riantiarno, N, dkk
Sedyawati, Edi
2002 Islam Sufistik : “Islam Pertama” dan Pengaruhnya hingga kini di Indonesia,
Jakarta: Mizan.
72
Tippe, Syarifudin
Usman, A.Rani
Umar, Muhammad
2000 Profil Budaya/Kesenian Kabupaten Aeh barat Daya, Kabupaten Aceh Barat
LAMPIRAN 1
GLOSARIUM
Angguk : Gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo lamban sampai cepat
Baju Kerawang: Baju dasar warna hitam, disulam benang putih, kuning, merah dan hijau
Culture : Budaya/kebudayaan
Group : Kelompok
Guncang : Goyang
Hybrid Culture: Bertemunya dua budaya atau lebih dengan karakternya masing-
masing
Invention : Rekacipta
Lingang : Gerakan badan dalam posisi duduk bergantian ke kanan depan dan ke kiri
belakang
Pengapit : Tokoh pembantu Pengangkat baik dalam gerak tari maupun menyanyi
Rateb Meusukat: tarian yang berasal dari salah satu unsur upacara agama yaitu rateeb atau
meurateeb yang biasanya dilaksanakan di tempat-tempat pengajian dalam
rangka mendekatkan dri pada Allah SWT
Redet : Lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari di
tengan tarian
Rengum : auman
Saur : Lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh
salah seorang penari
Syech : Pemimpin yang melantunkan pantun dan lagu-lagu dalam bahasa Aceh
Syek : Lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang, tinggi
melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak
Tsunami : gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam
gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi,
pergeseran lempeng, atau gunung meletus.
Lampiran 2
Marzuki Hasan, Blang Pidie, 3 Mei 1943 , Islam, menikah, Jakarta, berasal dari Blang Pidie-
Aceh, penata tari, pengajar tari Aceh dan Vokal Aceh di Program Studi Seni Tari, Fakultas
Syeh La Geunta (Abdullah Abdul Rahman), lahir tahun 1945, Islam, menikah, Langsa-Aceh,
berasal dari Bireun-Aceh Utara, seniman tari tradisional Aceh dan penari Seudati di Banda
Sentot Sudiharto, Solo, 3 Januari 1945, Katolik, menikah, penari, penata tari, pengajar di
Program Studi Seni Tari FSP-IKJ, pensiunan pegawai negeri Direktorat Kesenian Jenderal
Kebudayaan Departemen pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Deputi Seni dan Film
S. Trisapto, S.Sn, Surakarta 2 Pebruari 1951, Islam, menikah, penari, penata tari, selain
mengajar di Program Studi Seni Tari FSP-IKJ, Trisapto adalah Alumni Tari – IKJ angkatan
1973.
Wa Ode Siti Marwiyah Sipala, S.Sn., M.Hum, Raha Muna 19 Pebruari 1952, Islam, penari,
penata tari, pengajar di Program Studi Seni Tari FSP-IKJ, Ketua Senat FSP-IKJ, tim inti Forum
ASP, pernah menjabat Ketua Komite Tari tahun 1993-1997 dan Ketua Dewan Kesenian
Nungki Kusimastuti, S.Sn., M.Sos, Banda Aceh, 29 Desember 1958, Islam, menikah, penari,
pemerhati seni, pengajar di prodi Seni Tari FSP – IKJ, Alumni IKJ angkatan 1977, pernah aktif
77
sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta untuk Komite Tari, tim inti Forum ASP, Founder
Ibrahim M, Rikit Gaib, 15 Juni 1940, Islam, menikah, Desa Tungel – Rikit Gaib, Gayo Lues-
Rafiudin, Rikit Gaib, 1 Maret 1983, Islam, menikah, Rikit Gaib, Gayo Lues-Aceh, pemerhati
Siti Fauzia Murniati, Jakarta, 26 Januari 1994, Islam, Jakarta, pelajar SMA 29 Jakarta.
Putri Aprilia Juwita, Jakarta, 1 April 1994, Islam, Jakarta, pelajar SMA.
Uningsih, Jakarta,25 Desember 1962, Islam, menikah, Jakarta, ibu rumah tangga.
Leila Erlina Dewi, Jakarta 21 Juni 1974, Islam, menikah, Jakarta, penari, syech dan pelatih
Ike ,tahun 1952, Islam, Menikah, Jakarta, Guru SMA-PNS dan pembina tari Saman Jakarta di
SMA 46 Jakarta.
Yusri. S(Degam), Banda Aceh, 05 Januari 1977, Islam, menikah, Jakarta, pemusik, syech dan
pelatih tari Saman Jakarta di 20 SMA dan universitas, karyawan Anjungan Aceh, TMII – PNS.
Muhammad Taufik, Banda aceh, 2 Maret 1975, Islam, menikah, Jakarta, pemusik, syech
dan pelatih tari Saman Jakarta di 15 SMA di Jakarta, karyawan Anjungan Aceh, TMII – PNS.
Jufrizal (Alex), Lhokseumawe, 22 November 1979, Islam, menikah, Seniman, Pelatih tari
Teuku Fadli Widana, Aceh 29 Desember 1983, Islam, Seniman, pelatih tari Saman Jakarta.
78
Evianti Anggun Lestari, Surabaya, 8 januari 1992, pelatih tari Saman di 13 SMA.
Firman, SE, Aceh 4 Juli 1981, Islam, menikah, pelatih tari Saman Jakarta di 15 SMA dan 5
Zulfikar, Banda Aceh 11 Oktober 1979, Isla, menikah, pelatih tari Saman di 15 SMA & SMK.
79
LAMPIRAN 3
DAFTAR NAMA SMA & SMP DENGAN MINAT UTAMA EKSKUL TARI SAMAN
1. SMA 61 JAKARTA
2. SMAN 66 JAKARTA
4. MAN 4 JAKARTA
6. SMA 91 JAKARTA
9. SMNA 68 JAKARTA
LAMPIRAN 4
DAFTAR FOTO
Tari Saman Gayo dalam acara Tunang (tanding) di desa Rikit Gaib, Gayo Lues
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
84
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
85
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
86
Lampiran 5
CURICULUM VITAE
Agama : Islam
: Hp - 08129480616
E-mail : eryekawati65@gmail.com
Pengalaman Berkesenian
Sebagai Penari :
Tahun 1989 Festival Folklore di Eropa ( London, Belanda, Belgia, Brusel dan Viena).
Tahun 1992 Forum “Second ASEAN Dance Festival” di Singapura dan Jepang.
Tahun 1997 Duta Seni ke Amerika Latin ( Jamaica, Bahamas, Brazil, Rio de Janeiro
& Guatemala.
Sebagai Peneliti :
Kalimantan Timur.
Barat.
88
Jawa Barat.
Timur.
Jawa Timur.
Jawa Barat.
Tahun 2010 Penelitian tentang Tari “Saman Gayo” pada masyarakat Gayo, Aceh.
Tahun 2011 Studi Lapangan “Kecak” bersama mahasiswa ke Denpasar & Ubud,
Bali.
Tahun 2013 Studi Lapangan “Rampak Bedug, Bedug Kerok & Ubrug” bersama
Tahun 2014 Studi Lapangan “Topeng Ireng, Grasak & Jaran Kepang Papat”
Sebagai Pelatih :
Tahun 1985 Tari massal untuk SEA GAMES, Gelora Bung Karno, Jakarta
Tahun 1994 Tari massal untuk LIGA DUNHILL, Gelora Bung Karno, Jakarta
89
Tahun 1995 Tari massal untuk iklan Gudang Garam, PRJ, Jakarta
Tahun 1996 Tari massal untuk Hari Raya Waisak, Candi Borobudur, Magelang
Tahun 1996 Tari massal untuk PON ke XII, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta
Tahun 1997 Tari massal untuk Hari Koperasi, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta
Tahun 2012 Tari untuk Drama Kolosal HUT Jalasenastri TNI AL, Balai Samudra,
Jakarta
DATA ORGANISASI
Instansi tempat
Nama Organisasi Jabatan di Organisasi Tahun
Organisasi
Walet Dance
Sekretaris - 2003 - saat ini
Company
Fakultas Seni
Sekolah Luar Biasa Instruktur 2007 - 2012
Pertunjukan IKJ
PENGALAMAN KERJA
Walet Dance
Organisasi Seni Sekretaris 2003 - saat ini
Company
Juri Tari Nasional Festival Seni Tari Juri 2006 – saat ini