Anda di halaman 1dari 43

EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF PADA

PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Kasus Sejuta Berdaya LAZ Al Azhar di KSM Pelita Jampang Gemilang)

Disusun Oleh:

Ismail (11190860000030)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
kami bisa diberi kenikmatan iman, Islam, dan ihsan sehingga kami berkesempatan
membuat Laporan Program yang tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga Laporan Program ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar Laporan Program
ini bisa berguna dan bermanfaat untuk kedepannya sehingga mencapai tujuan bersama.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Laporan Program ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Laporan Program ini.

Wassalamualaikum Wr Wb

Bogor, 26 Desember 2021

Penyusun

II
ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh negara Indonesia yaitu
masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan
bersifat multidimensional sehingga menjadi prioritas pembangunan. Selama ini,
pemerintah Indonesia telah banyak memiliki program-program untuk pengentasan
kemiskinan yang ada. Upaya pengentasan kemiskinan terdapat dua strategi yang harus di
tempuh. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui
pemenuhan kebutuhan mereka dari berbagai bidang. Kedua, melakukan pelatihan kepada
mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha pencegahan terjadinya
kemiskinan baru. Pendayagunaan zakat yang efektif adalah pendayagunaan yang sesuai
dengan tujuan yang sudah ditentukan dan jatuh kepada orang yang berhak menerima
zakat secara tepat. Dengan adanya pendayagunaan zakat produktif dapat menjadi solusi
dari masalah-masalah penyebab dari kemiskinan, ketidak adanya modal kerja, dan
kurangnya lapangan pekerjaan, maka perlu adanya strategi yang dapat mengembangkan
zakat produktif tersebut. Salah satu lembaga yang menerapkan pendayagunaan
masyarakat secara produktif adalah Lembaga Amil Zakat Al Azhar. Setiap tahunnya, Al
Azhar terus meningkatkan kinerjanya, baik dalam penghimpunan zakat maupun dalam
pendayagunaan zakat tersebut. Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat
kualitatif deskriptif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati.

Kata Kunci: Efektivitas, Pendayagunaan Zakat Produktif, Pemberdayaan Ekonomi


Masyarakat, Sejuta Berdaya

III
DAFTAR ISI

EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF


KATA PENGANTAR......................................................................................................II
ABSTRAK.......................................................................................................................III
DAFTAR ISI....................................................................................................................1
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
A. Landasan Teori.....................................................................................................8
1. Efektivitas.........................................................................................................8
2. Konsep Zakat..................................................................................................10
3. Konsep Zakat Produktif................................................................................15
4. Pendayagunaan Dana Zakat..........................................................................17
5. Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui Zakat Produktif............................19
B. Penelitian Terdahulu..........................................................................................22
C. Kerangka Pemikiran..........................................................................................24
BAB III...........................................................................................................................27
METODE PENELITIAN..............................................................................................27
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................................27
B. Data dan Sumber Data.......................................................................................27
C. Metode Pengumpulan Data...............................................................................28
D. Metode Analisis Data.........................................................................................29
BAB IV............................................................................................................................30
HASIL PENELITIAN...................................................................................................30
A. Gambaran Umum..............................................................................................30
1. Profil Al Azhar Peduli Ummat......................................................................30

1
2. Sejuta Berdaya................................................................................................31
B. Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Sejuta
Berdaya)......................................................................................................................33
1. Ketepatan Sasaran Program.........................................................................33
2. Tujuan Program.............................................................................................34
3. Sosialisasi Program........................................................................................35
4. Pemantauan (Monitoring).............................................................................35
BAB V.............................................................................................................................37
PENUTUP.......................................................................................................................37
A. Kesimpulan.........................................................................................................37
B. Saran...................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................39

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh negara Indonesia yaitu
masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks
dan bersifat multidimensional sehingga menjadi prioritas pembangunan. Selama
ini, pemerintah Indonesia telah banyak memiliki program-program untuk
pengentasan kemiskinan yang ada. Upaya pengentasan kemiskinan terdapat dua
strategi yang harus di tempuh. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok
masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan mereka dari berbagai bidang.
Kedua, melakukan pelatihan kepada mereka agar mempunyai kemampuan untuk
melakukan usaha pencegahan terjadinya kemiskinan baru. Upaya pengentasan
kemiskinan dilakukan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu, terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur.1

Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu


membahayakan akidah, akhlaq, kelogisan berfikir, keluarga dan juga masyarakat.
Islam pun menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang harus di
tanggulangi. Jika kemiskinan ini sudah merajalela, ia akan menjadi kemiskinan
yang mansiyyan (mampu membuatnya lupa kepada Allah dan juga
kemanusiaannya). 2
Salah satu penanggulangan kemiskinan tersebut adalah
dengan dibuatnya mekanisme yang mampu mengalirkan kekayaan dari kelompok
masyarakat mampu (the have) kepada kelompok masyarakat yang tidak mampu
(the have not). Zakat, sebagai rukun Islam yang ketiga, merupakan instrument
utama yang dimiliki oleh Islam, yang berfungsi sebagai distributor aliran
kekayaan dari kelompok yang mampu kepada kelompok yang tidak mampu.
Zakat merupakan institusi resmi yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan
dan keadilan bagi masyarakat, Sehingga taraf hidup masyarakat dapat
ditingkatkan.3
1
Royat, Sujana. 2015. Kebijakan Pemerintah dalam Penangulangan Kemiskinan. Menko Kesra
Bidang Koordinasi Penangulangan Kemiskinan. Jakarta
2
Qardhawi, Y.. 1987. Hukum Zakat. Jakarta: Pustaka Lentera Nusa.
3
Hafidhuddin, D.. 2006. Zakat Sebagai Tiang Utama Ekonomi Syari’ah. Jakarta: Masyarakat
Ekonomi Syari’ah (MES).

3
Zakat merupakan kewajiban agama yang dibebankan atas harta kekayaan
seseorang menurut aturan tertentu. Hal ini menunjukkkan pentingnya zakat
setelah sholat, itu dilihat dari Sejarah Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq
sangatlah tegas memerangi orang-orang sholat tetapi tidak mengeluarkan zakat,
karena zakat memiliki posisi yang teramat penting dalam islam. 4 Ketegasan ini
menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan
dan kemaksiatan lainnya. Zakat sangat membantu mereka untuk mencukupi
kebutuhannya yang layak. Zakat dalam arti yang luas, bukan hanya sekedar
pelaksanaan kewajiban semata tapi lebih dari itu yaitu menyangkut pertumbuhan
ekonomi masyarakat.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia dituntun agar selalu bekerja


keras dan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan perekonomiannya.
Kerena didalam agama islam tidak menghendaki umatnya berada dalam
ketertinggalan dan keterbelakangan pada sektor ekonomi yang bisa
menjerumuskan manusia kepada kekufuran. Maka seorang muslim tidak boleh
melaksanakan pekerjaan dengan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidup semata, akan tetapi kita harus melihat semua itu sebagai suatu panggilan
dan keharusan agama yang menjadi bagian dari ibadah

Anjuran berusaha inilah hendaknya diiringi dengan bantuan dan


pertolongan modal untuk berusaha atau mengembangkan usaha mereka yaitu
melalui pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan ekonomi umat,
pemamfaatannya selain untuk kebutuhan konsumtif bagi masyarakat yang sangat
membutuhkan untukkelangsungan hidupnya, jugaperlu lebih banyakdiarahkan
untuk membangun landasan ekonomi umat melalui usaha-usaha produktif.
Sebagaimana di jelaskan dalam Al-qur’an Surat At-Taubah ayat 103 yang
berbunyi:

‫ َك ٌن‬A ‫لَ ٰوتَكَ َس‬A ‫ص‬ َ ‫ ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬A ‫ص‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُزَ ِّكي ِهم بِهَا َو‬
‫لَّهُ ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬

4
Setiawan Budi Utomo. 2009. Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, Bandung : PT Mizan
Pustaka,.

4
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa
bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(Qs At-Taubah 103).

Dari ayat di atas tersirat bahwa diberikan wewenang bagi pengelola zakat
atau amil untuk mengambil zakat dari orang-orang yang wajib membayar zakat
untuk dikelola dan didayakan serta disalurkan kepada mereka yang
membutuhkan. Dan pengambilan zakat dari para wajib zakat ini juga berfungsi
untuk membersihkan dan mensucikan jiwa wajib zakat, karena harta mereka
terdapat hak-hak orang lain yang harus ditunaikan.

Pendayagunaan zakat yang efektif adalah pendayagunaan yang sesuai


dengan tujuan yang sudah ditentukan dan jatuh kepada orang yang berhak
menerima zakat secara tepat. Dengan adanya pendayagunaan zakat produktif
dapat menjadi solusi dari masalah-masalah penyebab dari kemiskinan, ketidak
adanya modal kerja, dan kurangnya lapangan pekerjaan, maka perlu adanya
strategi yang dapat mengembangkan zakat produktif tersebut. 5 Jumlah bantuan
dana zakat yang didistribusikan pun juga harus berbeda sesuai dengan tempat,
waktu, jenis usaha, dan sifat-sifat penerima zakat. Untuk itu perlu adanya
kebijaksanaan dan visi kemaslahatan dalam memanfaatkan serta
mendayagunakan zakat dari pemerintah selaku amil zakat.

Saat ini pendayagunaan zakat secara produktif sedang mengalami


kemajuan pesat, karena dari pengelolaan zakat secara produktif mampu
memberikan hasil yang lebih optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pendayagunaan secara produktif haruslah terus didukung dengan
maksimal karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Ekonomi dan
Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (PEBS-FEUI) dan
Indonesia Magnificence Zakat (IMZ), pengunaan dana untuk program ekonomi
produktif masih tergantung dengan alokasi bagi program lain. Hal ini terlihat
pada tahun 2004 ketika kebutuhan dana kemanusian relatif rendah (11,5%) maka

5
Damayanti, Milda Dwi dkk. 2018. Efektivitas Program Ekonomi Produktif terhadap Upaya
Pembentukan Mustahik Menjadi Muzakki. Vol 4 No. 2,

5
proporsi yang diberikan untuk kegiatan ekonomi produktif cenderung tinggi,
yaitu 20,3%. Sebaliknya pada tahun 2005, ketika kebutuhan dan alokasi untuk
dana kemanusiaan melonjak tinggi sebesar 49,8%, alokasi yang diperuntukkan
bagi ekonomi produktif turun menjadi 9%. Namun demikan pada tahun-tahun
selanjutnya, terlihat bahwa alokasi untuk program ekonomi produktif cenderung
stabil di bawah 10% (Menggagas Arsitektur Zakat Nasional: Menuju Sinergi
Pemerintah dan Masyarakat Sipil Dalam Pengelolaan Zakat Nasional, 2010).

Salah satu lembaga yang menerapkan pendayagunaan masyarakat secara


produktif adalah Lembaga Amil Zakat Al Azhar. Setiap tahunnya, Al Azhar terus
meningkatkan kinerjanya, baik dalam penghimpunan zakat maupun dalam
pendayagunaan zakat tersebut. Salah satu program yang dilaksanakan adalah
program Sejuta Berdaya yaitu program distribusi dana kebajikan secara produktif
melalui pemberdayaan masyarakat. Sejuta Berdaya adalah jejaring enterprise Al
Azhar yang melakukan pengembangan berbasis pemberdayaan masyarakat
kelompok secara berkelanjutan dan memberi manfaat secara langsung bagi
masyarakat ekonomi lemah. Dengan memberikan bantuan modal usaha yang
disalurkan dengan fasilitas Qardhul Hasan untuk pemberdayaan ekonomi berbasis
kelompok. Diberikan penguatan pengetahuan dan keterampilan dan akses
pemasaran produk usaha mikro. Hingga saat ini program Sejuta Berdaya telah
menjangkau hingga 41 daerah diantaranya ialah Tasikmalaya, Pengandaran,
Sumedang, Lebak, Aceh, Kalimantan Barat, Cilacap, Dll. Jumlah Anggota
Keluarga yang telah mengikuti program ini secara langsung sebanyak 2691
Keluarga.

Dengan adanya program Sejuta Berdaya dan kendala yang terjadi di


dalam program ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sejauh
mana tingkat keefektivitasan yang telah diterapkan oleh Lembaga Al Azhar pada
program Pemberdayaan Masyarakat melalui KSM Pelita Jampang Gemilang yang
ada di Wilayah Bogor. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah program ini berjalan dengan baik atau sebaliknya, terlebih lagi setelah
dilakukan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Lembaga Sejuta
Berdaya Al Azhar.

6
B. Rumusan Masalah
Salah satu Lembaga Zakat yang mengembangkan program ekonomi
produktif adalah Al Azhar, melalui program pemberdayaan masyarakat melalui
KSM Pelita Jampang Gemilang. Akan tetapi, tidak semua yang dijalankan selalu
berjalan dengan baik, karena dalam program ini pun masih terdapat masalah yang
terjadi sehingga perlu dibenahi dan dilakukan pembinaan. Melalui penelitiaan ini,
diharapkan dapat diketahui seberapa efektifkah pedayagunaan dana kebajikan
pada Program Pemberdayaan Masyarakat melalui KSM Pelita Jampang
Gemilang di Wilayah Bogor. Dari penjelasan tersebut peneliti mengidentifikasi
beberapa masalah yang terjadi, sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pendayagunaan zakat produktif pada program


pemberdayaan masyarakat yang ada di Wilayah Bogor Kecamatan
Kemang Kelurahan Jampang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui efektivitas pendayagunaan zakat produktif pada


program pemberdayaan masyarakat yang ada di Wilayah Bogor
Kecamatan Kemang Kelurahan Jampang

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi serta masukan bagi pengurus Lembaga Amil


Zakat Al Azhar dalam melaksanakan program-program kerjanya,
terutama dalam usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama
masyarakat yang berada di KSM Pelita Jampang Gemilang

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Efektivitas
Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang
berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus
ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan,
hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok
untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap
organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai
tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan


melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk
menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan
terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini,
efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan
(input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud
sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta
metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien
apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan
dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan
memberikan hasil yang bermanfaat.

Jadi suatu kegiatan organisasi di katakan efektif apabila suatu


kegiatan organisasi tersebut berjalan sesuai aturan atau berjalan sesuai
target yang di tentukan oleh organisasi tersebut.

Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal
yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut

8
pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta meng
interpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka
seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas
berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas
juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah
ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha
atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka
hal itu dikatakan tidak efektif.6

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif


atau tidak, yaitu:

1) Kegunaan, agar berhguna bagi manajemen dalam


melaksanakan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana
harus fleksibel, stabil, berkesinambungan, dan sederhana.

2) Ketetapan dan obyektivitas; rencana-rencana harus


dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata,
dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan hanya
efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat

3) Ruang lingkup; perencanaan perlu memperhatikan


prinsip-prinsip kelengkapaan (comprehensiveness),
kepaduan (unity), dan konsisten.

4) Biaya; dalam hal ini menyangkut biaya usaha dan aliran


emosional serta keuntungan.

5) Akuntabilitas; ada dua aspek akuntabilitas: Tanggung


jawab atas pelaksanaan dan 20 tanggung jawab atas
implementasinya

6) Ketetapan waktu; berbagai perubahan yang terjadi sangat


cepat akan dapat menyebabkan suatu rencana tidak tepat
atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.
6
Iga Rosalina. 2012. “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan
Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kec Karangrejo Kabupaten Madetaan”. Jurnal
Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 01 No 01, h. 5.

9
Kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:

1) Produktivitas

2) Kemampuan adaptasi kerja

3) Kepuasan kerja

4) Kemampuan berlaba

5) Pencarian sumber daya

Dari sejumlah definisi-definisi pengukur tingkat efektivitas yang


telah dikemukakan diatas, perlu peneliti tegaskan bahwa dalam rencana
penelitian ini digunakan teori pengukuran efektivitas sebagaimana yang
dikemukakan oleh Richard M. Steers yaitu; Pencapaian Tujuan, Integrasi
dan Adaptasi. Dengan menggunakan teori ini diharapkan dapat mengukur
tingkat efektivitas dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di Pelita
Jampang Gemilang.

2. Konsep Zakat

Definisi Zakat

Dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu


albarakatu ‘keberkahan’, al-namnaa ‘pertumbuhan dan perekembangan’,
ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ash-shalahu ‘keberesan’. Sedangkan secara
istilah meskipun para ulama memiliki redaksi yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, akan tetapi pada hakikatnya memiliki prinsip yang
sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian harta dengan persyaratan
tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.

Zakat adalah salah satu instrumen yang menciptakan


pertumbuhan buat orang-orang miskin. Zakat adalah cambuk ampuh
yang membuat zakat tidak hanya menciptakan pertumbuhan material dan
spiritual bagi orang-orang miskin, tetapi juga mengembangkan jiwa dan

10
kekayaan orang-orang kaya. Selain itu zakat ada istilah sedekah dan
infak, sebagian ulama fiqh mengatakan bahwa sedekah wajib itu
dinamakan dengan zakat, sedangkan sedekah sunnah itu dinamakan
dengan infak. Sebagian lain juga mengatakan infak wajib itu dinamakan
zakat, sedangkan infak sunnah dinamakan dengan sedekah.

Dalam kitab-kitab hukum Islam, perkataan zakat itu diartikan


dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah, dan jika dihubungkan
dengan harta, maka menurut ajaran agama Islam, harta yang dizakati
akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa
kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya). Jika dirumuskan, maka
zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim
yang memenuhi syarat- syarat tertentu pula. Syarat-syarat itu ialah nisab,
haul dan kadarnya.

Prinsip-prinsip Zakat
Menurut Mannan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and
Paractice (Lahore, 1970: 285), zakat mempunyai enam prinsip, yaitu (1)
prinsip keyakinan agama (faith), (2) prinsip pemerataan (equty) dan
keadilan, (3) prinsip produktivitas (productivity) dan kematangan (4)
prinsip nalar (reason), (5) prinsip kebebasan (freedom), (6) prinsip etik
(ethic) dan kewajaran.

Dasar Hukum Zakat


Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Zakat merupakan
salah satu kewajiban yang ada didalamnya. Zakat diwajibkan di Madinah
pada Bulan Syawal Tahun Kedua Hijriah. Kewajiban ini dilaksanakan
setelah puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Tetapi zakat tidak di wajibkan
atas para-Nabi. Pendapat yang terakhir ini di setujui oleh para ulama
karena salah satu fungsi zakat adalah sebagai pembersih dari dosa – dosa.
Sedangkan Nabi terbebas dari hal yang demikian.

a. Al-Quran

11
Zakat dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 82 kali, hal ini
menunjukkan bahwa dasar hukum zakat yang sangat kuat, antara
lain dalam Qs. Al Baqarah ayat 43:

A۟ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َوٱرْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِعين‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬ ۟ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah


beserta orang-orang yang ruku'.”

Dijelaskan juga dalam Qs: At-Taubah ayat 11:

‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَ ُو ۟ا ٱل َّز َك ٰوةَ فَِإ ْخ ٰ َونُ ُك ْم فِى ٱلدِّي ِن ۗ َونُفَصِّ ُل‬ ۟ ‫ُوا َوَأقَا ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ۟ ‫فَِإن تَاب‬

ِ َ‫ٱلْ َءا ٰي‬


َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬

Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan


menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu
seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui.”

b. As-Sunnah

Adapun dasar hukum berdasarkan sunnah yaitu :

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a dan jamaah bahwa


takkala Nabi mengutus Muadz bin Jabal r.a untuk menjadi Qadhi
di Yaman, beliau bersabda:

“Engkau akan mendatangi suatu kaum dari golongan ahli


kitab. Langkah awal yang mesti kau dilakukan, hendaklah
engkau menyeru mereka untuk mengetahui bahwa tiada tuhan
selain Allah SWT dan bahwa aku adalah utusan Allah SWT.
Telah mewajibkan mereka supaya mengerjakan shalat lima
waktu dalam sehari semalam. Jika hal tersebut telah mereka taati,
sampaikanlah bahwa Allah SWT telah mewajibkan zakat pada
harta benda mereka yang dipungut dari orang-orang kaya
diberikan kepada orang miskin diantara mereka. Jika hal ini telah
mereka penuhi, hendaklah engkau menghindari harta benda

12
mereka yang berharga. Hindarilah doa orang yang teraniaya
karena tidak terbatas tabir antara dirinya dan Allah SWT”

Dalam kitab Ausaht dan As Shaghir, Tabrani


meriwayatkan dari Ali R.A. bahwa Nabi SAW telah bersabda:

“Allah SWT telah mewajibkan zakat kepada harta orang-


orang kaya kaum muslimin sejumlah yang dapat memberikan
jaminan kepada orangorang miskin dikalangan mereka. Fakir
miskin tidak akan menderita kelaparan dan kesulitan sandang
pangan melainkan disebabkan perbuatan golongan kaya. Ingatlah
bahwa Allah SWT akan mengadili mereka secara tegas dan
menyiksa mereka dengan azab yang pedih akibat perbuatannya”.

Ahmad Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah


Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT
menerima zakat dan mengambilnya dengan tangan kanan lalu
mengasuhnya untuk si pemberi sebagaimana salah salah seorang
mengasuh anak kudanya hingga sesuap nasi akan menjadi
sebesar bukit”.

c. Hukum Positif

Pemerintah sebagai institusi tertinggi telah mengatur


undang undang yang mejelaskan tentang praktek zakat di
Indonesia yang tetuang pada Undang-Undang Republik
Indonesia No 23 tahun 2011 yang menjelaskan tentang
pengelolaan zakat. Pasal 1 pada BAB 1 ketentuan umum
menjelaskan tentang pengelolaan zakat, pengertian dari zakat,
infak, sedekah, mustahik dan muzakki, Badan Amil Zakat
Nasional, Lembaga Amil Zakat, Unit Pengelolaan Zakat, Hak
Amil.

Macam-macam Zakat
a. Zakat jiwa/ zakat fitrah
Pengertian fitrah ialah, sifat asal, perasaan keagamaan
dan peringai, sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi
yang mengembalikan manusia muslim kepada fitrahnya, dengan

13
menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang
disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya. Sehingga
manusia itu menyimpang dari fitrahnya. Yang dijadikan zakat
fitrah adalah bahan makanan pokok di daerah tempat berzakat
fitrah seperti: beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek dan
sebagainya.

Zakat ini wajib dikeluarkan sesuai bulan Ramadhan


sebelum shalat ‘id sedangkan, bagi orang yang mengeluarkan
zakat fitrah setelah dilaksanakan shalat ‘id maka apa yang
diberikan bukanlah termasuk zakat fitrah tetapi merupakan
sedekah, hal ini sesuai dengan hadist Nabi saw dari ibnu Abbas,
ia berkata, “Rasulullah Saw mewajibkan zakat fitrah itu sebagai
pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan
perkataan yang kotor dan sebagai makanan bagi orang yang
miskin. Karena itu, barang siapa mengeluarkan sesudah shalat
maka dia itu adalah shadaqah biasa (hadis abu daud dan ibnu
majjah).

Banyaknya zakat fitrah untuk perorang satu sha’ (2,5


kg/3,5 liter) dari bahan makanan untuk membersihkan puasa dan
mencukupi kebutuhan-kebutuhan orang miskin di hari raya idul
fitri. Adapun niat mengeluarkan zakat fitrah bagi diri sendiri,
“sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah pada saya diri sendiri,
fardhu karena Allah ta’ala. Sementara itu, bagi diri sendiri dan
sekalian yang ditanggungnya,” sengaja saya mengeluarkan zakat
fitrah pada diri saya dan pada sekalian yang saya dilazimkan
(diwajibkan) memberi nafkah pada mereka, fardhu karena Allah
swt.

b. Zakat Maal
Zakat Maal (harta) adalah zakat yang dikenakan atas
harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan
syarat- syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara

14
harfiah berarti ‘harta’. Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Milik penuh, yakni harta tersebut merupakan


milik penuh individu yang akan mengeluarkan
zakat.
2) Berkembang, yakni harta tersbut memiliki
potensi untuk berkembang bila diusahakan.

3) Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah


mencapai ukuran/jumlah tertenu sesuai dengan
ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab
tidak wajib dizakatkan dan dianjurkan untuk
berinfaq atau bersedekah.

4) Lebih dari kebutuhan pokok, orang yang berzakat


hendaklah kebutuhan minimal/ pokok untuk
hidupnya terpenuhi terlebih dahulu

5) Bebas dari hutang, bila individu memiliki hutang


yang bila dikonversikan ke harta yang dizakatkan
mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab, dan
akan dibayar pada waktu yang sama maka harta
tersebut bebas dari kewajiban zakat.
6) Berlalu satu tahu (al-Haul), kepemilikan harta
tersebut telah mencapai satu tahun khusus untuk
ternak, harta simpanan dan harta perniagaan.
Hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang
temuan) tidak memiliki syarat haul.

3. Konsep Zakat Produktif


Definisi Zakat Produktif
Zakat produktif adalah pemberian zakat yang bisa menjadikan
para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan
harta zakat yang telah diberikan. Dengan demikian zakat produktif
adalah zakat yang dimana harta zakat tidak dihabiskan dalam satu waktu
akan tetapi dikembangkan sehingga hasilnya bisa dinikmati terus
menerus.

15
Kelemahan utama orang miskin serta usaha kecil yang
dikerjakannya sesungguhnya tidak semata-mata pada kurangnya
permodalan, tetapi lebih pada sikap mental dan kesiapan manajemen
usaha. Untuk itu, zakat usaha produktif pada tahap awal harus mampu
mendidik mustahiq sehingga benar-benar siap untuk berubah. Karena
tidak mungkin kemiskinan itu dapat berubah kecuai dimulai dari
perubahan mental si miskin itu sendiri. Inilah yang disebut peran
pemberdayaan.

Zakat yang dapat dihimpun dalam jangka panjang harus dapat


memberdayakan mustahiq sampai pada dataran pengembangan usaha.
Program-program yang bersifat konsumtif ini hanya berfungsi sebagai
stimulan atau rangsangan dan berjangka pendek. Sedangkan program
pemberdayaan ini harus diutamakan. Makna pemberdayaan dalam arti
yang luas ialah memandirikan mitra, sehingga mitra dalam hal ini
mustahiq tidak selamanya tergantung kepada amil.

Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara


konsumtif, tetapi ia mempunyai tujuan yang lebih permanen, yatu
mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu zakat merupakan tindakan
bantu diri sosial yang dipakai dengan dukungan agama sepenuhnya utuk
mendukung si miskin dan kurang berutung sehingga terhapus kesulitan
dan kemiskinan.

Menurut Rofiq menjelaskan bahwa tujuan dari adanya zakat


adalah untuk mewujudkan pemerataan keadilan dalam ekonomi dan juga
merupakan sumber dana potensial strategi bagi upaya membangun
kesejahteraan ummat.

Hukum Zakat Produktif

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang


dimaksud dengan zakat produktif adalah pendayagunaan zakat secara
produktif. Al-Qur’an, hadist, dan ‘ijma ulama tidak menyebutkan secara
tegas tentang cara pendistribusian zakat baik itu dilakukan secara
konsumtif maupun secara produktif. Dengan demikian tidak ada dalil

16
naqli yang secara sharih yang mengatur tentang bagaimana pemberian
zakat kepada mustahik.

ُ َ‫ص َد ٰق‬
A‫ت لِ ْلفُقَ َرٓا ِء َو ْٱل َم ٰ َس ِكي ِن َو ْٱل ٰ َع ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْٱل ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِى‬ َّ ‫ِإنَّ َما ٱل‬
َ ‫ َسبِي ِل ٱهَّلل ِ َوٱ ْب ِن ٱل َّسبِي ِل ۖ فَ ِر‬A‫ب َو ْٱل ٰ َغ ِر ِمينَ َوفِى‬
‫يضةً ِّمنَ ٱهَّلل ِ ۗ َوٱهَّلل ُ َعلِي ٌم‬ ِ ‫ٱلرِّ قَا‬
‫َح ِكي ٌم‬

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-


orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

4. Pendayagunaan Dana Zakat

Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:

a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan
kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga
berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak diserati target
terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini
dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi
mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang
cacat. Sifat dan bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.

b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang


disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori
mustahik menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target
besar yang tidak dapat dengan mudah dan dalam waktu yang
singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai dengan
pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada
penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan
kemisinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut.

17
Sehingga tidak dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya
target yang telah dicanangkan.

Bentuk penyaluran zakat yang pertama merupakan penyaluran


zakat dalam bentuk konsumtif yang diperuntukkan kepada mereka yang
tidak memungkinkan lagi untuk bekerja dan berusaha meningkatkan
perekonomian mereka. Adapun bentuk penyaluran zakat yang kedua
adalah bentuk penyaluran uang bersifat produktif yang diperuntukkan
bagi mereka yang dianggap masih mampu berusaha dan bekerja.

Menurut Widodo sifat dana bantuan pemberdayaan terdiri dari


tiga yaitu:

a. Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berupa hibah artinya


tidak ada ikatan antara pengelolaan dengan mustahik setelah
penyerahan zakat.

b. Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh


pengelolaan kepada mustahik dengan catatan harus qardul hasan,
artinya tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan oleh
mustahik kepada pengelola ketika pengembalian sama dengan
jumlah yang dipinjamkan.

c. Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelolaan kepada mustahik


tidak boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh
ada ikatan seperti shahibul mal dengan mudharib dalam
penyaluran zakat.7

Zakat dalam bentuk hibah merupakan dana yang diberikan


kepada mustahik tanpa menuntut mereka untuk melaporakan kemana
dana tersebut digunkaan. Adapaun dana bergulir biasanya digunakan
kepada para mustahik yang membutuhkan biaya, baik untuk beribat,
biaya usaha, pendidikan dan lain-lain dengan ketentuan pengembalian
dana tersebut sama nilaiya dengan jumlah yang dipinjamkan tanpa ada
tambahan biaya.

7
Lili Badriadi et. al.. 2005. Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, h. 85-86

18
Menurut M. Daud Ali pemanfataan dana zakat dapat
dikategorikan sebagai berikut:

a. Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisioanl sifatnya dalam


kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang
bersangkutan seperti: zakat fitrah yang diberikan kepada fakir
miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta
yang diberikan kepada korban bencana alam.

b. Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran


dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.

c. Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran


dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi,
mesin jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari
kategori ini adalah untuk menciptakan suatu usaha atau
membrikan lapangan kerja bagi fakir miskin.

d. Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan


dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk
membangun sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau
menambah modal seorang pedagang atau pengusaha kecil. 8

5. Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui Zakat Produktif

Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Adapun mekanisme pendayagunaan zakat produktif akan disusun


sedemikian rupa oleh lembaga amil yang menyerupai sebuah badan
usaha ekonomi atau baitul mal yang membantu permodalan dalam
berbagai bentuk kegiatan ekonomi masyarakat dan pengembangan usaha-
usaha golongan ekonomi lemah, khususnya fakir miskin yang umumnya
mereka menganggur atau tidak bisa berusaha secara optimal karena
ketiadaan modal.

8
Daud Ali., Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, h. 62-63

19
Disisi lain model pemberian zakat konvensional dengan pola gratis
konsumtif seperti yang diterapkan selama ini hanya dapat diberikan
kepada fakir miskin yang betul-betul tidak mempunyai potensi produktif,
seperti karena usia lanjut, cacat fisik, cacat mental dan sebagainya.
Dengan demikian lembaga amil mempunyai wewenang untuk
menuntaskan kemiskinan mereka dengan seluruh kebijaksanaan dan
pengelolaan harta zakat yang ditangani oleh lembaga zakat.

Penyaluran harta zakat dalam bentuk material, bahan pangan dan


hewan ternak dan sebagainya yang dikuasai oleh lembaga amil zakat juga
harus diproduktifkan secara optimal dan maksimal, guna mendorong
orang-orang miskin yang masih mempunyai potensi produktif untuk
meningkatkan produktifitasnya dan usahanya, untuk giat bekerja dan
berusaha karena dengan produktif itulah yang dapat membebaskan
mereka dari kemiskinan. Model pengelolaan zakat secara produktif telah
dicontohkan pada masa Khalifah Umar Ibn Khattab yang menyerahkan
zakat berupa tiga ekor unta sekaligus kepada salah seorang mustahiq
yang sudah rutin meminta zakatnya tetapi belum berubah nasibnya. Pada
saat penyerahan tiga ekor unta itu, khalifah mengharapkan agar yang
bersangkutan tidak datang lagi sebagai penerima zakat tetapi diharapkan
khalifah sebagai pembayar zakat. harapan Khalifah Umar Ibn Khattab
tersebut ternyata menjadi kenyataan, karena pada tahun berikutnya orang
ini datang kepada Khalifah Ibn Khattab bukan meminta zakat, tetapi
untuk menyerahkan zakatnya.

Konsep pengelolaan zakat produktif ekonomi inilah yang paling


memungkinkan lebih efektif terwujudnya tujuan zakat. dengan demikian,
zakat bukan tujuan, tetapi sebagai alat mencapai tujuan yaitu
mewujudkan keadilan sosial dalam upaya mengentaskan kemiskinan.

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara


langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni:

a. Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi persiapan petugas (community


development), di mana tujuan utama ini adalah untuk

20
menyamakan persepsi antar anggota agen perubahan (agent of
change) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam
melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahapan
penyiapan lapangan, petugas melakukan studi kelayakan
terhadap daerah yang akan di jadikan sasaran. Pada tahapan ini
terjadi kontrak awal dengan kelompok sasaran.

b. Tahapan Assessment

Tahapan Assesment yang dilakukan di sini adalah dengan


mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga
sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses
penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat
kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman.

c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahapan ini agen perubahan (agent of change) secara


partisipatif menciba melibatkan warga untuk berfikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bgaimana cara mengatasinya.

d. Tahapan Pemformulasikan Rencana Aksi

Pada tahapan ini agen membantu masing-masing kelompok


untuk merumuskan dan menetukan program dan kegiatana apa
yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada.

e. Tahapan Pelaksanaan Program

Tahapan pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan


yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan
masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncakana dengan baik
akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak
ada kerja sama antara warga.

f. Tahapan Evaluasi

Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan


petugas terhadap program yang sedang berjalan pada

21
pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga.

g. Tahapan Terminasi

Tahapan ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara


formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan
seringkali bukan hanya karena masyarakat sudah dapat dianggap
mandiri, tetapi juga terjadi karena proyek sudah harus dihentikan
karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan
sebelumnya, atau karena sudah melebihi jangka waktu yang
ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran sudah selesai dan
tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.

B. Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis/ Judul Substansi Perbedaan dengan Penulis


Skripsi, Tesis, Jurnal/
Tahun
1. Mila Sartika, Pengaruh Penelitian yang dilakukan ini Penelitian ini berjudul Efektivitas
Pendayagunaan Zakat adalah penelitian lapangan dengan Zakat Produktif dalam Program
Produktif terhadap menggunakan pendekatan Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan Ekonomi kuantitatif. Menitikberatkan Masyarakat (Sejuta Berdaya).
Mustahiq pada LAZ pengaruh penyaluran dana zakat Pembahasan terfokus pola
Yayasan Solo Peduli untuk kegiatan produktif terhadap pendayagunaan zakat produktif
Surakarta, Jurnal pendapatan yang diperoleh dalam mendukung program
Ekonomi Islam, Vol. II, Mustahiq pda periode 2007. pemberdayaan ekonomi masyarakat
No. 1, Juli 2008 Dengan menyebar kuesioner dan sejauh mana efektivitas
kepada 40 Mustahiq. Hasil pendayagunaan zakat produktif
penelitian ini menunjukan adanya pada mustahik yang masuk kedalam
pengaruh yang signifikan program pemberdayaan ekonomi.
terhadap jumlah dana yang Menggunakan metode penelitian
disalurkan terhadap pendapatan kualitatif dan penelitian lapangan.
mustahiq. Maka jika penyaluran Penelitian dilakukan di LAZ Al
zakat besar, maka pendapatan Azhar Peduli Ummat.

22
mustahiq akan besar juga.
2. Wina Melyani, Analisis Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini berjudul Efektivitas
Pengaruh Pendayagunaan menganalisis pengaruh Zakat Produktif dalam Program
Zakat, Infak, Shadaqah pelaksanaan Program Ikhtiar Pemberdayaan Ekonomi
sebagai Modal Kerja terhadap indikator kemiskinan Masyarakat (Sejuta Berdaya).
terhadap Indikator dan pendapatan per kapita Pembahasan terfokus pola
Kemiskinan dan mustahiq. Penelitian ini dilakukan pendayagunaan zakat produktif
Pendatan Mustahiq (studi dengan mengambil studi kasus dalam mendukung program
kasus: Program Ikhtiar di pada salah sat wilayah tempat pemberdayaan ekonomi masyarakat
Desa Ciaruteun, bogor), dilaksanakannya program Ikhtiar dan sejauh mana efektivitas
Skripsi 2009 yaitu di desa Ciaruteun Ilir, pendayagunaan zakat produktif
Bogor. Pada desa tersebut pada mustahik yang masuk kedalam
diambil 45 responden sabagai program pemberdayaan ekonomi.
sampel penelitian. Hasil Menggunakan metode penelitian
penelitian menunjukkan bahwa kualitatif dan penelitian lapangan.
variabel jumlah tanggungan Penelitian dilakukan di LAZ Al
berpengaruh signifikan, namun Azhar Peduli Ummat.
berhubungan negatif dengan
pendapatan per kapita mustahiq.
Hal ini mengindikasikan
pentingnya perencanaan.
3. Ardi Sucipto, Analisis Penelitian ini melihat sejauh mana Penelitian ini berjudul Efektivitas
Distribusi Zakat dana zakat produktif yang Zakat Produktif dalam Program
Produktif terhadap disalurkan lazis Muhammadiyah Pemberdayaan Ekonomi
Tingkat Pendapatan dan Warungboto terhadap peningkatan Masyarakat (Sejuta Berdaya).
Keuangan Mustahik kesejahteraan mustahik yang Pembahasan terfokus pola
(studi komparasi pada ditandai dengan meningkatnya pendayagunaan zakat produktif
LAZIS Muhammadiyah modal, pendapatan dan keuangan dalam mendukung program
Pimpinan Ranting), usaha mustahik. Jenis penelitian pemberdayaan ekonomi masyarakat
skripsi 2012 yang digunakan kuantitatif dan sejauh mana efektivitas
dengan Teknik analisis data yang pendayagunaan zakat produktif
digunakan dalam penelitian pada mustahik yang masuk kedalam
adalah uji beda data berpasangan program pemberdayaan ekonomi.
(paried sample test). Hasil yang Menggunakan metode penelitian

23
dapat disimpulkan bahwa terdapat kualitatif dan penelitian lapangan.
perbedaan yang signifikan antara Penelitian dilakukan di LAZ Al
modal sebelum dan sesudah Azhar Peduli Ummat.
mendapatkan pinjaman modal
dari dana zakat lazis
Muhammadiyah Warungboto.
4. Aprizal, Strategi Penelitian ini merupakan Penelitian ini berjudul Efektivitas
Fundraising dalam penelitian deskriptif dengan Zakat Produktif dalam Program
Meningkatkan pendekatan kualitatif. Dengan Pemberdayaan Ekonomi
Penerimaan Dana Zakat teknik pengumpulan data Masyarakat (Sejuta Berdaya).
pada Lembaga Al Azhar observasi, wawancara dan Pembahasan terfokus pola
Peduli Ummat, Skripsi dokumentasi. Tujuan penelitian pendayagunaan zakat produktif
2015 adalah untuk mengetahui dalam mendukung program
bagaimana strategi fundrising pemberdayaan ekonomi masyarakat
yang digunakan Al Azhar Peduli dan sejauh mana efektivitas
Ummat serta bagaimana pendayagunaan zakat produktif
implementasinya. Dan hasilnya, pada mustahik yang masuk kedalam
dengan menerapkan strategi program pemberdayaan ekonomi.
membuat program, menyentuh Menggunakan metode penelitian
hati donatur, memintai perusahaan kualitatif dan penelitian lapangan.
dan strategi membuat layanan Penelitian dilakukan di LAZ Al
baik, peningkatan penerimaan Azhar Peduli Ummat.
dana zakat Al Azhar Peduli
Ummat semakin meningkat setiap
tahunnya

C. Kerangka Pemikiran

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara
lain: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruh, dan kesan), (2) manjur atau mujarrab,
(3) membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku. Dari kata
itu muncul pula keefektifan yang diartikan dengan keadaan, berpengaruh, hal
terkesan, kemanjuran dan keberhasilan. 9 Dalam bahasa yang sederhana lagi dapat
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, h. 219

24
kita artikan bahwa efektivitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara cepat. 10

Untuk mencapai efektivitas rencana harus memenuhi syarat-syarat atau


ukuran sebagai berikut, diantaranya:11

a. Kegunaan, agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan


fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan dan sederhana

b. Ketepatan dan obyektivitas, semua rencana harus di evaluasi


untuk mengetahui apakah jelas, rigkas, nyata dan akurat.

c. Efektivitas biaya, dalam hal ini efektivitas biaya menyangkut


waktu, usaha dan aliran emosional.

d. Ketepatan waktu, perencanaan, perubahan-perubahan yang


terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak tepat
atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.

Dalam mengukur efektivitas program pemberdayaan, penulis mengacu


kepada pendapat dari Ni Wayan Budiani pada karya ilmiah beliau mengenai tolak
ukur efektivitas suatu program, diantaranya:

a. Ketepatan Sasaran Program

b. Sosialisasi Program

c. Tujuan Program

d. Pemantauan Program
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-
barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘pertumbuhan dan perkembangan’. Sedangkan
menurut istilah, bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. 12 Zakat
10
Amirullah dan Haris Budiyono. 2004. Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet ke-2,
h. 8
11
Dr. T. Hani Handoko, M. B. A. 2003. Manajemen, Yogyakarta: DPFE-Yogyakarta, h. 103-105
12
Dr. K.H Didin Hafidhuddin, M.Sc. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema
Insani, h.7

25
adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting,
strategi, dan menentukkan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan umat.13

Pendayagunaan dana zakat adalah bentuk pemanfaatan sumber daya


(dana zakat) secara maksimum sehingga berdaya guna untuk mencapai
kemashlahatan bagi umat sehingga memiliki fungsi sosial dan sekaligus fungsi
ekonommi (konsumtif dan produktif). Pendayagunaan diarahkan pada tujuan
pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mashlahat)
bagi masyarakat khususnya umat Islam yang kurang beruntung (delapan asnaf). 14

Sedangkan pemberdayaan, secara lugas dapat diartikan sebagai suatu


proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan
kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian
masyarakat. Pemberdayaan berasal dari kata daya, yang berarti tenaga atau
kekuatan, jadi pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat
dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitakan kesadaran akan potensi
yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.15

Peranan zakat dapat dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf


hidup masyarakat, khususnya di bidang ekonomi. Jika zakat digunakan dalam
bentuk produktif akan lebih memberdayakan ekonomi umat. Pemanfaatan zakat
untuk kegiatan produktif akan menjadi sumber pendanaan alternatif bagi
penguatan ekonomi umat. Menjadikan hasil atau manfaat dari zakat produktif
sebagai modal kerja dengan mekanisme pembiayaan tanpa agunan merupakan
solusi bagi pengembangan ekonomi umat.

13
Ibid
14
Gazi Inayah. Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, h. 198
15
Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta ;BPFE, Cet-1, h.263

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif deskriptif,


yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati. 16

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan atau


dengan kata lain (penelitian lapangan) secara langsung mencari sumber atau
tanggapan responden terhadap penelitian langsung guna memperoleh data yang
jelas atau konsistensi antara teori dan praktek. Rencana pemberdayaan ekonomi
masyarakat adalah “Jutaan Pemberdayaan”.

B. Data dan Sumber Data

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis sumber


data yaitu:

a. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data


mentah, yaitu hak peneliti untuk mengumpulkan langsung dari
sumber pertama atau tempat dimana objek penelitian dilakukan.
Data dasar yang ditulis atau dicatat sebagai bukti atau informasi
yang sahih. Materi pokok yang digunakan penulis artikel ini
adalah: Pertama, ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan
pembahasan topik skripsi. Kedua, hadis berkaitan dengan
pertanyaan yang ditulis oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikeluarkan atau


digunakan oleh organisasi yang belum mengolahnya. Data
penelitian diperoleh melalui penelitian media tidak langsung.
Data bekas dari penelitian kepustakaan yang dapat memberikan
landasan teori diperoleh dari buku-buku pendukung, jurnal
16
Lexy J Moeleong. 1994. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Karya, h.3

27
ilmiah, internet, dan sumber lain. Sumber ini diperoleh dari
laporan data yang disediakan oleh Al Azhar Peduli Umat

C. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung yaitu teknik


pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan
langsung terhadap gejala-gejala dan subyek yang diteliti

b. Wawancara

Wawancara Terstruktur, mengumpulkan keterangan data


dengan cara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. 17 Yaitu data yang diperoleh
dengan cara mencari keterangan tentang pelaksanaan
pendayagunaan zakat produktif. Wawancara ini diajukan kepada
sumber data primer (yaitu para responden dalam hal ini instansi
serta pihak yang terakit dalam mengurus proses usaha
pendayagunaan zakat produktif yaitu Amil yang ada di Al Azhar
Peduli Ummat. Juga melakukan wawancara kepada penerima
zakat produktif (mustahik) pada program pemberdayaan
ekonomi masyarakat yaitu Sejuta Berdaya.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara


memperoleh data dokumentasi tentang Al Azhar Peduli Ummat
dari lokasi penelitian serta mencari bahan pustaka/ buku rujukan
yang berkaitan dengan judul skripsi yang sedang di buat ini

D. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari buku, artikel, dan karya yang diperoleh melalui internet
kemudian diklasifikasikan untuk dimasukkan ke dalam masing-masing variabel,
kemudian dijelaskan. Demikian pula data yang diperoleh dari hasil lapangan, setiap
17
Lexy J Moeleong. 1994. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Karya, h.138

28
pertanyaan dan jawaban dalam wawancara, dimasukkan ke dalam variabel yang sesuai
untuk interpretasi.

Oleh karena itu, analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif
kualitatif. Analisis kualitatif adalah suatu bentuk analisis data dengan menggunakan
norma dan aturan tertentu, tidak hanya mengandalkan angka, tetapi juga dapat digunakan
sebagai metode penelitian melalui wawancara. Kemudian deskripsikan melalui teks yang
memenuhi kaidah penulisan.

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Profil Al Azhar Peduli Ummat

Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli Ummat dibentuk oleh


Badan Pengurus YPI Al Azhar pada 1 Desember 2004 melalui SK
Nomor 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang ditandatangani oleh
Ketua Badan Pengurus YPI Al Azhar H. Rusydi Hamka dan sekretaris H.
Nasroul Hamzah dan telah mendapat pengukuhan sebagai Lembaga
Zakat Skala Nasional oleh Kementrian Agama Republik Indonesia
melalui SK Menteri Agama RI Nomor 240 tahun 2016 Tanggal 23 Mei
2016.

Al-Azhar Peduli Ummat, sudah beranjak pada lusinan acara


kemanusiaan. Tanggap berencana, pemberdayaan komunitas & CSR
pada seantero Indonesia menggunakan support berdasarkan puluhan ribu
donatur-donatur, baik perseorangan, korporat & BUMN & sudah
beranjak pada poly daerah melalui acara tanggap bala alam,
pemberdayaan komunitas berdikari & penguatan kesejahteraan rakyat.

Dengan Visi “Menjadi Lembaga Amil Zakat yang terpercaya


dalam pengelolaan dana Zakat, Infaq, Sedekah untuk meningkatkan
keberdayaan masyarakat.” Adapun misi LAZ Al-Azhar Peduli Ummat,
sebagai berikut:

a. Mengembangkan edukasi Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf dan


layanan berkarakter berbasis teknologi.

b. Mengembangkan program yang komprehensif, terukur, dan


berkelanjutan untuk mendorong keberdayaan masyarakat
berbasis kearifan lokal.

30
c. Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga melalui penguatan
sistem dan manajemen yang didukung oleh Sumber Daya Insani
yang profesional.

d. Membangun Kemitraan Berkelanjutan (Sustainable Partnership)


dengan kalangan ABCG (Academic, Business, Civil Society,
Goverment) dalam pelaksanaan program.

Adapun taktik generik Al-Azhar Peduli Ummat yakni


memanfaatkan seoptimal mungkin gambaran YPI Al-Azhar pada
merealisasikan muzaki yg potensi, baik internal juga eksternal secara
individu juga lembaga, membentuk acara pendistribusian zakat yg
sempurna target menggunakan prioritas mustahik yg secara ekonomi
paling nir berdaya, buat melakukan koordinasi menggunakan instasi
terkait memakai teknologi berita modern & mengoptimalkan SDM yg
tersedia. Secara khusus, Al-Azhar Peduli Ummat mempunyai taktik
yaitu, mendukung pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan, ekonomi)
& akhlaq menggunakan memberdayakan & mensinergikan potensi-
potensi masyarakat, menaruh produk & pelayanan berkarakter,
peningkatan pendapatan & asal-asal pendanaan.

2. Sejuta Berdaya

Yaitu pendayagunaan dana zakat, infaq, al-qardhul hasan & CSR


buat pemberdayaan ekonomi berbasis grup. Pendampingan warga pada
peningkatan kesejahteraan ekonomi famili berbasis grup secara
komprehensif & berkelanjutan pada sektor pertanian, peternakan,
kerajinan, dll:

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat

b. Memberikan akses modal dari dana-dana kebajikan

c. Menguatkan manajemen kelompok dan nilai spiritual

d. Membuka lebar akses pemasaran produk

e. Menumbuhkan kebiasaan menabung untuk masa depan

31
f. Menanamkan nilai-nilai kepedulian melalui dana tabarru

Program ini sudah bisa sebagai solusi buat mewujudkan


keberdayaan ekonomi rakyat non ribawi yang berkah dan berkelanjutan
bagi sedikitnya 41 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) menggunakan
ribuan anggotanya (keluarga) tadi pada provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Banten, DKI Jakarta dan Sumatera.

Konsep berdasarkan acara Sejuta Berdaya menggunakan


mendirikan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) pada beberapa
wilayah misalnya antara lain Bogor, Bogor, Jakarta, Bekasi, Bandung,
Purwakarta, Tangerang, Wonogiri. Setelah dilakukannya pengenalan
acara pada tokoh rakyat & rakyat setempat. KSM merupakan galat satu
semi koperasi menjadi portopolio acara pendampingan. Kinerja KSM
yaitu hadiah donasi yang dilakukan oleh pengurus (ketua, sekretaris, dan
bendahara) pada rakyat yang ingin meminjam uang buat berbagi
usahanya.

Pemberian bantuan dana pinjaman ini di khususkan kepada


masyarakat yang sudah memiliki usaha. Proses pemberian bantuan awal,
yaitu 1) Pengurus KSM dan LAZ Al-Azhar menentukan masyarakat yang
layak untuk diberikan bantuan dana usaha dengan mensurvei tempat
tinggal masyarakat yang mengalami ekonomi lemah agar tepat pada
sasaran program. 2) Setelah lulus seleksi pengurus memberi tahu
ketentuan yang harus dilakukan oleh mustahik yang sudah tergabung
menjadi anggota KSM seperti foto copy KTP dan KK (Kartu Keluarga),
sudah memiliki usaha tetapi masih usaha kecil, mencicil pinjaman dana
kepada KSM, membyar dana tabarru yang dimana dana ini fungsinya
akan membantu mustahik untuk biaya kesehatan atau kerusakan pada
usahanya. 3) Kemudian pemberian dana bantuan modal kepada mustahik
yang sudah menjadi bagian dari anggota KSM. 4) Kinerja yang terakhir
adalah melakukan pendampingan proses usaha sebagai upaya dalam
meningkatkan usaha, skill dan juga keagamaan anggota KSM. Selain
pendampingan tersebut, Al-Azhar pun melakukan pendampingan kepada
mustahik untuk mengembangkan usahanya melalui peminjam dana
kepada Lembaga Keuangan Syariah.

32
Penelitian ini fokus di salah satu daerah pemberdayaan LAZ Al
Azhar Peduli Ummat di Kelurahan Jampang, Kecamatan Menteng,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat yaitu ‘Pelita Jampang Gemilang’.

Pelita Jampang Gemilang didirikan oleh Pak Cahyadi pada akhir


tahun 2014. KSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ini dengan cepat
berkembang menjadi Koperasi Syariah pada tahun 2020. Sebelum
menjadi koperasi syariah, KSM ini menggunakan sistem Qardh al-hasan
selama tiga tahun, kemudian menerapkan sistem bagi hasil sesuai syariah
koperasi 30% dan 70% anggota.

Para anggota koperasi syariah menjalankan usaha di berbagai


bidang seperti peternakan, UMKM dan pertanian. Dari bisnis peternakan
ayam hingga bisnis penjualan nasi uduk. Selain itu, anggota diajarkan
untuk menanam tanaman dapur hidup di pekarangan mereka sehingga
mereka dapat mengontrol konsumsi rumah tangga mereka.

Pada Sektor Pendidikan, anak-anak di daerah sekitar diajarkan


pendidikan dasar setiap hari senin sampai sabtu, dan anak-anak
mengikuti pengajian rutin di hari senin jam 4 sore. Dan untuk
kedepannya koperasi syariah ini akan membangun PAUD untuk
menunjang pendidikan anak-anak sekitar.

B. Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Sejuta


Berdaya)

Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa


suatu program dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai target atau
tujuannya. Adapun tolak ukur efektifitas suatu program yang akan dianalisa dari
program Sejuta Berdaya di Kelurahan Jampang, Kota Bogor, yaitu:

1. Ketepatan Sasaran Program

Sasaran dari rencana tersebut secara khusus menyasar pengusaha


dengan ekonomi lemah. Sebelum bergabung dengan proyek Sejuta
Berdaya, pendapatan mustahik membuktikan hal tersebut. Di Jampang

33
Bogor, penulis mewawancarai 15 mustahik dan menemukan bahwa
sebelum mengikuti program Sejuta Berdaya, 2 mustahik tidak memiliki
pendapatan harian dan 13 mustahik hanya memiliki pendapatan harian
25.000 hingga 50.000 dolar.

Setelah Mustahik mengikuti Program Sejuta Pemberdayaan,


pendapatan Mustahik juga meningkat. Dari mereka yang tidak memiliki
pendapatan harian, pendapatan harian mereka sekarang dari 50.000.00
menjadi 100.000.00 dan Mustahik yang sudah memiliki pendapatan
harian, melalui usahanya, pendapatan mereka meningkat dari
100.000.00.00.00 menjadi 250.000,00. oleh mustahik menyediakan dana
LAZ Al-Azhar Peduli Uma.

2. Tujuan Program

Setiap proyek yang diselenggarakan oleh organisasi akan


memiliki tujuan proyek, sehingga kedepannya proyek tersebut
bermanfaat, edukatif dan mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
rencana tersebut adalah untuk mensejahterakan masyarakat miskin atau
yang secara ekonomi lemah, bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sosial, ekonomi dan keagamaan mustahik, dan untuk mencegah
masyarakat di Desa Jampang Bogor meminjam uang dari rentenir. Di
antara 15 mustahik yang diwawancarai setelah mengikuti proyek Sejuta
Berdaya, tidak hanya pendapatan, tetapi juga kualitas pengetahuan, aspek
sosial dan keagamaan mustahik yang meningkat. Ke-15 mustahik ini
tergabung dalam KSM Pelita Jampang Gemilang yang aktif
berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh LAZ Al-
Azhar Peduli Ummat, termasuk kegiatan peningkatan keterampilan dan
kegiatan pengajian, untuk meningkatkan semangat mustahik.

3. Sosialisasi Program

Dalam proses sosialisasi tersebut, LAZ Al-Azhar Peduli Ummat


melakukan sosialisasi pertama kepada tokoh masyarakat untuk saling
mendukung keberlanjutan Proyek Sejuta Berdaya. tokoh masyarakat

34
Masyarakat sekitar Desa Jampang Bogor muncul dalam bentuk
lokakarya.

Tujuan sosialisasi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang


jelas kepada semua orang tentang alur kerja proyek Sejuta Berdaya,
tujuan proyek Sejuta Berdaya, dan prosedur untuk berpartisipasi dalam
proyek. Saat anggota baru mengikuti Program Sejuta Pemberdayaan
KSM, pembekalan selalu dilakukan oleh LAZ Al-Azhar Peduli Umat.
Sosialisasi semacam ini efektif, karena melalui sosialisasi proyek,
anggota KSM dapat dengan jelas memahami proses kerja dan tujuan
proyek, yang berarti tujuan yang ingin dicapai bersama lebih
terkonsentrasi, dan mereka mengetahui hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi. sebagai anggota.

4. Pemantauan (Monitoring)

Dalam perencanaan organisasi perlu adanya monitoring untuk


menentukan peningkatan kualitas mustahik. Dalam hal monitoring atau
pemantauan, LAZ Al-Azhar memberikan pendampingan intensif kepada
Mustahik setiap 2 kali pertemuan setiap 1 bulan sekali. Bantuan yang
diberikan berupa kegiatan pengembangan keterampilan untuk
pengembangan perusahaan yang dijalankan oleh mustahik dan bantuan
keagamaan, seperti pengajian, keberadaan taujih, dan pengajian. Adapun
untuk penguatan pengetahuan KSM, pengurus dan anggotanya dilakukan
dalam bentuk seminar nasional. Para trainer dan konsultan yang
mengikuti pelatihan ini adalah praktisi perbankan syariah, koperasi,
tokoh/ulama ekonomi syariah, pengusaha sukses inspiratif, dll.

Terdapat 12 mustahik aktif hadir dalam pertemuan yang di


adakan oleh LAZ Al-Azhar Peduli Ummat dalam upaya pemantauan, dan
anggota KSM yang aktif merasa pertemuan ini sangat efektif dan
bermanfaat, karena pada pertemuan tersebut anggota KSM bisa
meningkatkan skill, sharing peningkatan usaha maupun masalah yang
sedang terjadi, sehingga LAZ Al-Azhar Peduli Ummat mengetahui dan
mendapatkan masukan dari para anggota KSM.

35
36
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, penulis kemudian dapat mengambil kesimpulan


sebagai berikut:

1. Dana zakat LAZ Al-Azhar Peduli Umat digunakan untuk kegiatan


konsumsi dan produksi. Salah satu upaya pemanfaatan dana zakat yang
bermanfaat adalah untuk meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat, yaitu dengan menyediakan dana pinjaman dalam bentuk
akad Qardhul Hasan untuk mengembangkan usaha mustahik serta
memberikan pengetahuan, keterampilan dan akses pasar informasi yang
cukup secara bijaksana. LAZ Al-Azhar Peduli Ummat menggunakan
konsep dana zakat produktif untuk melaksanakan proses pemberdayaan
mustahik mulai dari penyelamatan, pembinaan, ketahanan dan
kemandirian.

2. Sejuta Pemberdayaan Proyek LAZ Al-Azhar Peduli Uma merupakan sub


proyek dari Proyek Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Konsep
rencana Sejuta Berdaya adalah mendirikan KSM di beberapa daerah/kota
salah satunya KSM Pelita Jampang Gemilang yang mengembangkan
usahanya dengan menyediakan mustahik dengan dana pinjaman akad
Qardhul Hasan usaha yang sudah ada. Pada proyek Sejuta Berdaya,
sebanyak 64% anggota KSM Pelita Jampang Gemilang menggunakan
akad Tijarah, dan 36% anggota KSM Pelita Jampang Gemilang
menggunakan akad Qardhul Hasan.Di KSM Pelita Jampang Gemilang,
program ini sudah berjalan dengan efektif, karena telah berhasil
meningkatkan kesejahteraan para mustahik sebagai salah satu tujuan dari
program sejuta berdaya. Dibuktikan dengan pendapatan mustahik
meningkat dan usaha dari para mustahik mampu berkembang dari satu
usaha bertambah ke usaha yang lain selain itu adanya peningkatan dari
segi sosial dan keagamaan para mustahik. Sebanyak 28 mustahik yang
ikut serta dalam program Sejuta Berdaya di KSM Pelita Jampang

37
Gemilang, Bogor. Dari 28 mustahik, 15 mustahik yang menjadi
narasumber penulis dalam proses wawancara sudah berhasil
meningkatkan pendapatan per- harinya, mengalami peningkatan dalam
segi sosial dan keagamaan serta mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
dan menabung.

B. Saran

Penelitian ini masih jauh dari sempurna sebagai karya ilmiah untuk
membahas efektivitas penggunaan zakat produktif dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat dalam Proyek Sejuta Pataya, karena masih banyak kekurangan dalam
penulisannya, namun selain itu, Penulis mencoba untuk memberikan saran:

1. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi zakat, menyadarkan


masyarakat akan pentingnya zakat, infaq dan shadaqah Selain
memperbanyak jumlah mustahik, juga meningkatkan jumlah dana yang
terkumpul. Ini adalah salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan.

2. Al-Azhar telah melaksanakan proses alokasi dana bantuan 1 juta


Berdaya, dan berharap kedepannya lebih baik lagi khususnya dalam
proses bantuan kepada mustahik, sehingga dapat menghasilkan dana
untuk pengembangan kegiatan komersial Penerima semakin baik
kembali.

3. LAZ Al-Azhar agar terus memperbanyak jaringan donatur- donatur &


Mitra kerja supaya bisa memperluas pada anugerah donasi buat kaum
dhuafa, baik buat pengembangan aktivitas ekonomi juga rule lainnya.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut buat kajian-kajian yg lebih mendalam


secara terus menerus mengenai eksploitasi dana ZIS yg dipakai buat
pengembangan UMKM kaum dhuafa, karena menggunakan adanya acara
aktivitas ekonomi & training- training pengembangan skill buat kaum
dhuafa maka akan mengurangi taraf pengangguran pada Indonesia.

38
DAFTAR PUSTAKA

Kitabullah Al-Qur’an

Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta: universitas
Indonesia (UI-Press), 2006

Amirullah dan Haris Budiyono. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004

Capra, M. Umar. Islam and the Economic Challenge. Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Damayanti, Milda Dwi dkk. Efektivitas Program Ekonomi Produktif terhadap Upaya
Pembentukan Mustahik Menjadi Muzakki. Vol 4 No. 2, 2018

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Dr. T. Hani Handoko, M. B. A. Manajemen. Yogyakarta: DPFE-Yogyakarta, 2003

Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani, 2002

Hafidhuddin, Didin. Zakat Sebagai Tiang Utama Ekonomi Syari’ah. Jakarta: Masyarakat
Ekonomi Syari’ah (MES), 2006

Iga Rosalina. Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri


Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kec Karangrejo
Kabupaten Madetaan. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 01 No
01, 2012

Inayah, Gazi. Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak

Lili Badriadi et. al. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: CED, 2005

J Moeleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Karya, 1994

M Saefudin, Ahmad. Ekonomi dan Masyarakat dalam perpektif Islam. Jakarta: CV


Rajawali, 1987

Mubyarto. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE, 2000

Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta: Pustaka Lentera Nusa, 1987

Royat, Sujana. Kebijakan Pemerintah dalam Penangulangan Kemiskinan. Menko Kesra


Bidang Koordinasi Penangulangan Kemiskinan. Jakarta, 2015

39
Setiawan Budi Utomo. Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2009

Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012

Surakhmad, Winarto. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1980

www.alazharpeduli.com

40

Anda mungkin juga menyukai