Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MAPPADECENG DI

DINAS SOSIAL KABUPATEN SOPPENG

SRI AMRIANI

(E011191015)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

I.1 Latar Belakang .............................................................................1

I.2 Rumusan Masalah .......................................................................5

I.3 Tujuan Penelitian .........................................................................5

I.4 Manfaat Penelitian .......................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................7

II.1 Konsep Efektivitas ......................................................................7

II.1.1 Pengertian Efektivitas ........................................................7

II.1.2 Ukuran Efektivitas ..............................................................8

II.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas ..................10

II.1.4 Indikator dalam Mengukur Efektivitas..................................10

II.1.5 Pendekatan Penilian Efektivitas .........................................11

II.2 Konsep Program ........................................................................17

II.2.1 Pengertian Program ............................................................17

II.3 Konsep Program Mappadeceng.................................................23

II.3. 1 Pengertian Program Mappadeceng ..................................24

II.3. 2 Maksud Program Mappadeceng .......................................56


II.3. 3 Tujuan Program Mappadeceng ........................................34

II.4 Kerangka Pikir.........................................................................56

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................25

III. 1 Fokus Penelitian ...........................................................................25

III.2 Pendekatan Penelitian ...................................................................25

III.3 Tipe dan Dasar Penelitian ..............................................................26

III.4 Lokasi Penelitian ............................................................................26

III.5 Narasumber atau Informan ............................................................26

III. 6 Sumber Data .................................................................................27

III.7 Teknik pengumpulan Data .............................................................27

III.8 Teknik Aanalisis Data ....................................................................28

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................30


DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pikir ...........................................................................24


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Kesejahteraan masyarakat merupakan hal utama yang dicita-citakan oleh


setiap negara. Kesejahteraan merupakan konsep yang dapat diukur dari
berbagai indikator dan sudut pandang yang berbeda baik dilihat dari aspek
ekonomi, pendidikan, kesehatan. Aspek kesejahteraan ini merupakan tolak ukur
untuk menilai apakah negara termasuk dalam negara yang dikategorisasikan
sebagai negara maju atau berkembang.

Dalam mewujudkan kesejahteraan, pemerintah merupakan instrumen


yang berperan penting di dalam negara yang berfungsi untuk mengatur maupun
mengelolah berbagai sumber daya yang ada dalam rangka mewujudkan tujuan
negara sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945. Didalamnya disebutkan bahwa pemerintah
harus memenuhi hak-hak dasar warga negara agar dapat mewujudkan keadilan,
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.

Terkait kesejahteraan setiap warga negara Indonesia telah jelas


tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pasal 34. Lebih
lanjut juga diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun
2009, tentang Kesejahteraan Sosial.

Kemudian yang menjadi kendala dalam perwujudan kesejahteraan di


Indonesia sebagai negara berkembang yakni belum ditemukannya titik terang
penanganan masalah kemiskinan. Pada dekade terakhir ini, kemiskinan menjadi
topik yang dibahas dan diperdebatkan di berbagai forum nasional maupun
internasional, walaupun kemiskinan itu sendiri telah muncul ratusan tahun yang
lalu. Fakta menunjukkan pembangunan dan strategi penanganan yang telah
dilakukan belum mampu meredam peningkatan jumlah penduduk miskin di
dunia, khususnya negara-negara berkembang.

Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 mengkategorisasikan bahwa


kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang
yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi
hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam,
lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan,
dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan
politik. Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian
Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa kondisi
yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi
pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar.

Senada dengan penjelasan diatas, menurut (Yacoub, 2012) dalam


penelitiannya menyatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu persoalan
mendasar, karena kemiskinan menyangkut pemenuhan kebutuhan yang paling
mendasar dalam kehidupan dan kemiskinan merupakan masalah global karena
kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi banyak negara.

Untuk itu salah satu sasaran dalam pembangunan nasional adalah


menurunkan tingkat kemiskinan. Sebab kemiskinan merupakan salah satu
penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak
dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang
kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan
kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008).

Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 96 Tahun 2015 Tentang


percepatan penanggulangan kemiskinan pasal 10 ayat 1 menjelaskan bawha
keanggotaan tim Nasional percepatan penanggulangan kemiskinan terdiri dari
unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya
dalam penanggulangan kemiskinan. Keseriusan pemerintah, termasuk
pemerintah daerah dalam menjalankan kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan dapat dilihat dari program kebijakan yang dibuat, pelaksanaan
program yang tepat sasaran, dan anggaran yang dialokasikan untuk membiayai
upaya penanggulangan kemiskinan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Sujianto (2008:32) mendefinisikan bahwa program adalah suatu


kompleks dari tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, peraturan-
peraturan, pemberian tugas dan langkah-langkah yang harus diambil, sumber-
sumber yang harus dimanfaatkan dan elemen-elemen lain yang diperlukan untuk
melaksanakan arah dan tindakan tertentu.

Program merupakan tindak lanjut dalam menjalankan tujuan yang hendak


dicapai berdasarkan pada kebijakan yang telah dibuat. Definisi program termuat
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, menyebutkan bahwa: Program merupakan instrumen
kebijakan yang memuat isi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran serta tujuan agar
memperoleh alokasi anggaran untuk kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.

Lebih lanjut, program juga disebut sebagai rencana kegiatan yang


dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara berkesinambungan agar
program tersebut dapat tercapai. Pelaksanaan program terjadi di dalam sebuah
organisasi serta melibatkan seluruh stakeholders (Arikunto, 2004:1). Keputusan
yang dijalankan secara bersama berdasarkan kesepakatan tentang indkator
tertentu di dalam pelaksanaannya kemudian berisikan pernyataan kesimpulan
dari beberapa harapan atau tujuan yang saling bergantung dan berkaitan, untuk
mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu program mencakup seluruh
kegiatan yang berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-
sasaran yang saling bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus
dilaksanakan secara bersamaan atau berurutan (Muhaimin & Prabowo, 2009:
349).

Aspek penting lainnya adalah bagaimana mengembangkan indikator-


indikator keberhasilan penanggulangan kemiskinan, pemantauan dan evaluasi
terhadap program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian dapat
diketahui sejauh mana program yang dijalankan telah mencapai tujuan dan
sasaran. Setelah melakukan pemantauan dan evaluasi kita dapat memperbaiki
dan menyempurnakan program agar proses dan hasil yang diperoleh semakin
baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Secara umum, pada periode September 2011– Maret 2022, tingkat


kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun
persentase. Dan untuk jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2022
mencapai 26,16 juta orang. Dibandingkan September 2021 yang mencapai 27,54
juta orang, jumlah penduduk miskin menurun 0,34 juta orang. Persentase
penduduk miskin pada Maret 2022 tercatat sebesar 9,54 persen, menurun 0,17
persen poin terhadap September 2021 dan menurun 0,60 persen poin terhadap
Maret 2021. (BPS 2021 dan 2022).

Penurunan tingkat kemiskinan diatas merupakan hasil Kepedulian


pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dapat dilihat melalui program-
program yang digagas sehubungan dengan gerakan penanggulangan
kemiskinan tersebut. Contoh salah satu program yang digencarkan pemerintah
daerah yakni program Mappadeceng pada dinas sosial Kabupaten Soppeng.

Program mappadeceng yang digagas dinas sosial kabupaten soppeng


merupakan gerakan yang terbentuk dari optimisme dan kegelisahan terhadap
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Soppeng. Berbagai upaya
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Soppeng telah dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melalui peningkatan
dalam bidang kesehatan, pendidikan, pelayanan, penanganan serta efektivitas
dan efisiensi sistem perlindungan sosial perlu adanya gerakan yang terpadu
dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan salah satunya program
Mappadeceng.

Sesuai Peraturan Bupati Soppeng Nomor 3 Tahun 2018 tentang


Pedoman Pelaksanaan Gerakan Mappadeceng Soppeng menimbang, a) Bahwa
kemiskinan merupakan permasalahan yang memerlukan langkah pendekatan
dan penanganan yang terpadu menyeluruh dan sistematik, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi beban serta memenuhi hak-hak
dasar warga negara secara layak, b) Bahwa pelayanan, penanganan, dan
penanggulangan kemiskinan selama ini masih dilaksanakan lintas sektoral dan
oleh beberapa Organisasi Perangkat Daerah, c) Bahwa untuk meningkatkan
pelayanan, penanganan, dan penanggulangan kemiskinan serta efektivitas dan
efisiensi sistem perlindungan sosial perlu adanya gerakan yang terpadu dalam
rangka percepatan penanggulangan kemiskinan.

Dengan adanya program Mappadeceng ini diharapkan agar kelompok


sasaran yang merupakan masyarakat miskin dan rentan miskin yang termuat
dalam basis data terpadu mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Program ini mencakup beberapa sektor yang ada di
pemerintahan seperti sektor kesehatan, sektor pendidikan, sektor ekonomi,
dengan pelaksanaan akan di koordinasikan langsung bersama dengan SKPD
yang terkait.

Untuk pencapaian hasil sesuai yang diinginkan oleh Kabupaten Soppeng


belum tercapai dengan maksimal dikarenakan masih banyaknya warga yang
belum tersentuh bantuan dari program mappadeceng ini salah satunya warga
yang masih tinggal di rumah tidak layak huni dan belum mendapatkan bantuan
berupa program bedah rumah. Belum maksimalnya program ini pun diharapkan
agar bisa memacu seluruh SKPD untuk bergerak bersama untuk
memaksimalkan program Mappadeceng tersebut.

Salah satu penelitian skripsi terdahulu yang dilakukan oleh Cindy Vatika
Sari dengan judul penelitian “Efektivitas Pelaksanaan Program Mappadeceng di
Dinas Sosial Kabupaten Soppeng” yang dilakukan pada tahun 2020.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan
efektivitas pelaksanaan program mappadeceng di Dinas Sosial Kabupaten
Soppeng secara keseluruhan belum efektif dalam pelaksanaannya.

Kemudian diperkuat oleh ulasan yang disampaikan Kepala Dinas Sosial


Kabupaten Soppeng Andi Haeruddin, beliau mengakui bahwa program gerakan
mappadeceng yang digagas Pemerintah Kabupaten soppeng belumlah berjalan
maksimal. Hal ini menurutnya bisa dibuktikan dari masih banyaknya warga yang
belum tersentuh bantuan dari program mappadeceng ini.

“Kalau ada rumah warga yang sudah tidak layak huni, seharusnya bisa
langsung diperbaiki oleh kordinator masing masing desa atau SKPD, karena
Semua desa dan kelurahan sudah terbagi tugasnya dalam gerakan
mappadeceng ini. Gerakan Mappadeceng ini belum Maksimal, Bagusnya seluruh
SKPD bisa bergerak bersama untuk melaksanakan gerakan ini” tutur
A.Haeruddin kepada Awak Media, Jumat (8/3/2019).
https://kabar-satu.com/metro/gerakan-mappadeceng-di-soppeng-belum-
maksimal.html

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penelitian ini mencoba untuk


meneliti bagaimana Efektivitas pelaksanaan program mappadeceng yang
dijalankan oleh pemerintah khususnya pemerintah di Kabupaten Soppeng. Perlu
adanya keselarasan antara pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama
mengatasi permasalahan kemiskinan, berbagai program pemerintah sudah
dilakukan tetapi pada kenyataanya tidak sepenuhnya berjalan dengan efektif
untuk menanggulangi kemiskinan. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan
judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Mappadeceng di Dinas Sosial Kabupaten
Soppeng”.

I.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka


rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
efektivitas pelaksanaan Program Mappadeceng di Dinas Sosial Kabupaten
Soppeng ?”

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk


mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Mappadeceng di Dinas Sosial
Kabupaten Soppeng.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini terdiri dari :

1. Manfaat Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat memberikan


masukan bagi berbagai pihak khususnya kepada penyelenggara program
Mappadeceng di dinas sosial kabupaten soppeng. Diharapkan dapat
dijadikan referensi untuk meningkatkan keberhasilan program ini dalam
rangka upaya pengetasan kemiskinan.

2. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi civitas


akademik dan dapat dijadikan referensi dalam pengkajian masalah
efektivitas program sebagai upaya pengentasan kemiskinan di dinas
sosial. Serta memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan
khususnya mahasiswa dan peneliti lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Efektivitas

11.1.1 Pengertian Efektivitas


Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas menekankan pada hasil atau efektifnya dalam pencapaian tujuan.
Konsep efektivitas merupakan konsep yang luas, mencakup berbagai faktor
didalam maupun diluar organisasi.
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas berarti
berhasil atau tepat guna, efektivitas berasal dari kata dasar efektif, suatu
organisasi dapat dikatakan efektif apabila mampu mencapai tujuannya (Lestari,
2016). Secara komprehensif, efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat
kemampuan suatu lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditentukam sebelumnya (Campbell dalam Sanusi, 2021).
Menurut Akmal (2006:36) yang dikutip oleh Donni Juni Priansa dalam
bukunya “Manajemen Perkantoran Efektif, Efisien, dan Profesional” menyatakan
bahwa Efektivitas adalah pencapaian usaha yang sesuai dengan rencananya
(doing the right things) atau rencana hasil dibandingkan dengan realisasi hasil.
Adapun Menurut Agung Kurniawan dalam bukunya “Transformasi
Pelayanan Publik” mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan
tugas, fungsi (operasional kegaitan program atau misi) dari pada suatu
organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara
pelaksanaannya.
Efektivitas merunut Rosalina (2014) adalah pencapaian tujuan yang ingin
segera dicapai, agar tujuan tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan
ataukah justru tidak berjalan sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan.
Efektivitas juga merupakan suatu pencapaian dari keseluruhan upaya
pencapaian tujuan yang dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar
pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam
arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun tahapan dalam arti
periodisasinya. Selanjutnya, suatu program dikatakan efektif jika telah tepat
dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas atau pencapaian
tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: kurun waktu dan sasaran yang
merupakan target kongkrit.
Menurut Ravianto (2014:11) Pengertian efektivitas ialah seberapa baik
pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai
dengan yang diharapkan. Artinya apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan
sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya maka
dapat dikatakan efektif.
Menurut Gibson et.al (Bungkaes 2013:46) Pengertian efektivitas adalah
penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan
organisasi. Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan
“standar” maka mereka dinilai semakin efektif.
Efektivitas Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara
output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh
tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga
berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor public
sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai
pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang
merupakan sasaran yang telah ditentukan.
Menurut Mardiasmo (2017: 134) Efektivitas adalah ukuran berhasil
tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu
organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan
efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak
(outcome) dari keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program.
Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan
atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit
organisasi.
Menurut Siagian dalam Indrawijaya (2010:175), memberikan penjelasan
bahwa dinilai baik tidaknya suatu pelaksanaan tugas dilihat dari proses
pelaksanaannya dan juga biaya yang digunakan.

Kata efektivitas diartikan oleh para ahli dengan kalimat dan makna yang
berbeda-beda tergantung dengan pendekatan dan cara mengukur tingkat
efektivitas yang digunakan oleh masing-masing para ahli. Dari sejumlah
pendapat yang telah dijabarkan sebelumnya maka dapat disintesiskan bahwa
efektivitas adalah suatu tingkat keberhasilan yang telah dicapai dengan tepat dan
cepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan kata lain
efektivitas menekankan pada hasil dalam pencapaian tujuan.

II.1.2 Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu organisasi tidaklah mudah, artinya dapat dipelajari


dari sudut yang berbeda tergantung pada orang yang mengevaluasi dan
menafsirkannya. Tingkat efektivitas itu sendiri dapat diukur dengan
membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang
telah diwujudkan.Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran
yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Campbell J.P (Mutiarin dan
Zainudin,2014:96), pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling
menonjol adalah meliputi :

1. Keberhasilan program Efektivitas program dapat dijalankan dengan


kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program
dapat ditinjau dari proses mekanisme suatu kegiatan dilakukan di lapangan.

2. Keberhasilan sasaran Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan


dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output, artinya efektivitas dapat
diukur dengan seberapa jauh tingkat output dalam kebijakan dan prosedur dari
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

3. Kepuasan terhadap program Kepuasan merupakan criteria efektivitas yang


mengacu pada keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan pengguna.
Kepuasan dirasakan oleh para pengguna terhadap kualitas prodeuk atau jasa
yang dihasilkan. Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberkan maka
kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi, maka dapat
menimbulkan keuntungan bagi lembaga.

4. Tingkat perbandingan input dan output Pada efektivitas tingkat input dan
output dapat dilihat dari perbandingan antara masukan (input) dengan keluaran
(output). Jika output lebih besar dari input maka dapat dikatakan efisien dan
sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat dikatakan tidak efisien.
5. Pencapaian tujuan menyeluruh Sejauh mana organisasi melaksanakan
tugasnya untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini merupakan penilaian umum
dengn sebanyak mungkin criteria tunggal dan menghasilkan penilaian umum
efektivitas organisasi.

Relevan dengan dua pendapat di atas, kriteria atau ukuran dari pencapaian
tujuan apakah efektif atau tidak, Sondang P. Siagian (2003:77) menyampaikan
beberapa hal sebagai berikut :

1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksud supaya karyawan
dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi
dapat tercapai.

2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi


adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam
mencapai sasaransasaran yang ditentukan agar para implementasi tidak tersesat
dalam pencapaian tujuan organisasi.

3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan


tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan
harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-uasaha pelaksanaan
kegiatan opersiona.

4) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan


sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5) Penyusunan program yang tepat suatu sasaran yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak,
para pelaksanaan akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas


organisasi adalah kemampua bekerja secara produktif. Dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7) Pelaksanaan yang efektif dan efesien, sebagaimana baiknya suatu


program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efesien maka organisasi
tersebut tidak akan mencapai sasarannya karena denga pelaksanaan organisasi
semakin didekatkan pada tujuannya.
8) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat
sifat manusia yang tidak sempurna maka efektifitas organisasi menuntun
terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

II.1.3 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Efektivitas

Menurut Sutrisno (2011:125) Ada empat kelompok variabel yang


berpengaruh terhadap efektifitas organisasi ialah :

a. Karakteristik organisasi, termasuk struktur dan organisasi

b. Karakteristik lingkungan internal dan eksternal

c. Karakterisitik pegawai

d. Kebijakan praktik manajemen

Hasibuan (2003:54) menyampaikan sejumlah faktor yang dapat


mempengaruhi efektifivitas dari suatu program, di antaranya adalah :

1) Kualitas Aparatur
Bahwa kualitas sumber daya manusia pada dasarnya adalah tingkat
pengetahuan, kemampuan dan kemauan yang terdapat pada sumber
daya manusia.
2) Kompetensi Administator
Menjelaskan bahwa kemampuan adalah kapasitas individu untuk
melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertetu.
3) Sarana prasarana
Merupakan penunjang atau peralatan kerja dalam hal ini termasuk dalam
pengertian sarana prasarana adalah bagian penting dan ikut menentukan
terselenggaranya aktivitas. faktor sarana dan prasarana di artikan
sebagai peralatan penting dalam penyelenggaraan aktivitas pemerntah,
dalam hal ini sarana digunakan untuk mempermudah atau memperlancar
gerak dan aktivitas pemerintah.
4) Pengawasan
Adalah satu diantara fungsi manajemen yang merupakan proses kegiatan
pemimpin untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas
dalam sebuah lembaga akan terlaksana dengan baik sesuai dengan
kebijakan, intruksi, rencana dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Menurut Beni (2016: 69) efektivitas adalah hubungan antara output dan
tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat
output, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan
dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu
kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar
terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan
sasaran yang telah ditentukan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator efektifitas dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan
sebuah pengukuran suatu target telah tercapai sesuai dengan yang telah
direncanakan.

II.1.4 Indikator dalam mengukur efektivitas

Adapun pendekatan pengukuran efektivitas dalam suatu organisasi yang


kemudian disebut dengan SYSTEM MODEL memiliki 4 (empat) kriteria yakni,
adaptasi, integrasi, motivasi dan produksi. Keempat kriteria tersebut menjadi
indikator untuk mengukur efektivitas. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan
oleh Etzioni, dalam Indrawijaya (2010:187) bahwa:

1. Kriteria Adaptasi Kemampuan suatu organisasi dalam menyesuaikan diri


dengan lingkungannya.

2. Kriteria Integrasi Pendekatan untuk mengukur tingkat kemampuan organisasi


dalam ber sosialisasi, mengembangkan konsensus serta berkomunikasi dengan
pelbagai macam organisasi lainnya.

3. Kriteria Motivasi

Pendekatan untuk mengukur hubungan antara perilaku organisasi dengan


organisasi lain, serta kelengkapan dukungan sarana dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi organisasi tersebut.

4. Kriteria Produksi Pendekatan untuk mengukur tingkat efektivitas organisasi


yang dihubungkan dengan jumlah dan intensitas kegiatan, serta mutu keluaran
organisasi.
Budiani dalam Khadafi dan Mutiarin (2017) menyatakan bahwa untuk
mengukur efektivitas suatu program dapat dilakukan dengan
menggunakan variabel-variabel sebagai berikut :
a. Ketepatan sasaran program
Yaitu sejauhmana peserta program tepat dengan sasaran yang
sudah ditentukan sebelumnya.
b. Sosialisasi program
Yaitu kemampuan penyelenggara program di dalam melakukan
sosialisasi program maka informasi mengenai pelaksanaan
program bisa tersampaikan untuk masyarakat pada umumnya
serta sasaran peserta program pada khususnya.
c. Tujuan program
Yaitu sejauhmana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program
dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Pemantuan program
Yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program
sebagai bentuk perhatian kepada peserta program.

II.1.5 Pendekatan Penilaian Efektivitas

Penilaian efektivitas suatu program, Ali Muhidin (2009) menjelaskan


beberapa pendekatan sebagai bahan evaluasi, meliputi: 1).
Pendekatan eksperimental (experimental approach), pendekatan
eksperimen ini berasal dari kontrol eksperimen yang umumnya
dilakukan di dalam akademik. Tujuannya secara umum memperoleh
kesimpulan tentang dampak suatu program tertentu dengan
mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh
program. 2). Pendekaatan berorientasi pada tujuan (goal oriented
approach), pendekatan dengan orientasi pada tujuan memakai tujuan
program itu sendiri sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan.
Pendekatan ini dipandang sangat wajar dan praktis dalam sebuah
desain pengembangan program. Pendekatan dengan orientasi pada
tujuan (goal oriented approach) memberi petunjuk kepada
pengembang program, menjelaskan hubungan antara kegiatan
khusus yang ditawarkan dengan hasil yang akan dicapai. 3).
Pendekatan berfokus pada keputusan (the decision focused
approach), pendekatan berfokus pada keputusan memberi
menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola
program dalam menjalankan tugasnya. Pandangan ini melihat
pentingnya informasi dalam membantu para pengelola program. Hasil
dari evaluasi ini mensyaratkan kekuatan perencanaan yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi, 4). Pendekatan
berorientasi pada pemakai (the user oriented approach), pendekatan
berorientasi pada pemakai memfokuskan pada masalah penggunaan
evaluasi dan memberi penekanan pada perluasan pemakaian
informasi. Tujuan utama pendekatan berorientasi pada pemakai
terletak pada pemakaian informasi secara potensial. Sejumlah elemen
cenderung akan mempengaruhi kegunaan evaluasi sudah sejak dini
disadari oleh para evaluator, seperti cara-cara pendekatan dengan
klien, kepekaan, faktor kondisi, situasi seperti kondisi yang telah ada
(pre existing condition), keadaan organisasi dengan pengaruh
masyarakat, serta situasi di mana evaluasi dilakukan dan dilaporkan.
Dalam pendekatan berorientasi pada pemakai, teknik analisis data,
atau penjelasan tentang tujuan evaluasi penting artinya, namun tidak
sepenting cara pemakaian informasi. 5). Pendekatan responsif (the
responsive approach). pendekatan responsif menekankan bahwa
evaluasi memberi penekanan pada mencari pengertian suatu isu dari
berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat, berminat, dan
berkepentingan dengan program (stakeholder program). Evaluator
umumnya akan menghindari hanya satu jawaban yang diperoleh
dengan memakai tes, kuesioner, atau analisis statistik dalam
mengevaluasi program. Evaluator mencari cara untuk menjembatani
pertanyaan yang berhubungan dengan pandangan orang-orang
dalam melukiskan atau menguraikan kenyataan. Jadi, dapat dipahami
tujuan evaluasi adalah memahami ihwal program melalui berbagai
sudut pandang yang berbeda.

II.2 Konsep Program

II.2.1 Pengertian Program

Program juga merupakan rangkaian kegiatan yang membentuk satu


sistem yang saling terkait dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu
orang untuk melaksanakannya. Program adalah unsur pertama yang harus ada
demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek,
disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Berdasarkan beberapa ahli, Arikunto (2008:291) menjelaskan bahwa


dalam menentukan suatu program, lihatlah rangkaian kegiatan yang terjadi
secara berurutan, bukan dari satu kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang
singkat, program ini merupakan satu kesatuan sistem. Menurut Widoyoko
(2009:8), program merupakan rangkaian kegiatan yang hati-hati dan
berkelanjutan. Tayibnapis (2008) juga menawarkan pandangan tentang
definisi program, yaitu segala sesuatu yang dilakukan orang dengan harapan
membawa hasil atau kesuksesan.

Menurut Wahab (2008:28-29), program merupakan suatu lingkup


kegiatan pemeritah yang relatif khusus dan jelas batas-batasnya. Dalam konteks
program itu sendiri akan mencakup pengesahan/legislasi, pengorganisasian, dan
pengerahan, atau penyediaan sumberssumber daya. Prrogram-program atau
sub-sub program dipandang sebagai sarana untuk mewujudkan berbagai tujuan-
tujuan yang ingin dicapai pemerintah. Sementara itu, Pasolong (2008:92)
menjelaskan bahwa program adalah kegiatan-kegiatan nyata, sistematis, dan
terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa organisasi pemerintah
ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, atau merupakan
partisipasi aktif masyarakat guna mencapai sasaran, tujuan yang telah
ditetapkan.

Definisi dari para ahli yang sudah disebutkan diatas, maka dapat
diketahui bahwa secara umum pengertian program adalah penjabaran dari
suatu rencana, program merupakan bagian dari perencanaan dan sering pula
diartikan bahwa program adalah kerangka dasar dari pelaksanaan suatu
kegiatan.
Dalam setiap pelaksanaan, program faktor efektivitas selalu menjadi
dasar utama pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini karena efektivitas
merupakan alat pengukur tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam
melaksanakan kegiatannya dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Aspek-aspek
efektivitas berdasarkan pendapat Muasaroh (2010:13) menyatakan, “Efektivitas
dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek
sebagai berikut :

1. Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektivitas jika


melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program pembelajaran
akan efektif jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Aspek rencana atau program yang dimaksud rencana kebijakan yang


terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau
program dikatakan efektif.

3. Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat


dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka
menjaga berlangsungnya proses kegiatannya.

4. Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan


efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat
dicapai”.

Lebih lanjut, efektifitas suatu program dikatakan efektif atau tidak dapat dilihat
pada ukuran pencapaian tujuan. S.P. Siagian (2001:77) mengemukakan
pendapatnya mengenai kriteria efektifitas, yaitu: 1). Kejelasan tujuan terhadap
apa yang akan dicapai. Kejelasan tujuan ini dimaksudkan supaya tenaga
manusia yang digunakan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang
terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai. 2). Kejelasan strategi pencapaian
tujuan. Kejelasan strategi pencapaian tujuan melihat "pada jalan" yang diikuti
para pelaksana agar tidak tersesat sebagai upaya dalam mencapai sasaran-
sasaran yang ditentukan dalam pencapaian tujuan organisasi. 3). Proses analisis
dan perumusan kebijakan yang mantap. Proses yang dimaksud ini berkorelasi
dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya
kebijakan mampu menjembatani tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan
kegiatan operasional. 4). Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti
memutuskan saat ini apa yang dikerjakan organisasi di masa depan. 5).
Penyusunan program yang tepat. Penyusunan program yang tepat sesuai
rencana harus dijabarkan dengan cermat pelaksanaannya sebab apabila tidak,
para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja. 6).
Tersedianya sarana dan prasarana kerja. Indikator efektivitas organisasi adalah
kemampuan bekerja secara produktif dengan tersedianya sarana dan prasarana
kerja. 7). Pelaksanaan yang efektif dan efisien. Pelaksananaan program akan
mencapai atau tidaknya efektif dan efisien, harus dibarengi dengan pencapaian
sasarannya terukur. 8). Sistem pengawasan dan pengendalian. Sistem
pengawasan dan pengendalian harus memiliki sifat mendidik mengingat sifat
manusia yang tidak sempurna.

II.3 Konsep program Mappadeceng

II.3.1 Pengertian Program Mappadeceng

Program Mappadeceng merupakan program untuk membantu


masyarakat miskin. Mappadeceng di ambil dari bahasa bugis yang dalam bahasa
indonesia adalah memperbaiki, yang dimana juga sebagai membetulkan
(Kesalahan, Kerusakan dan Sebagainya). Program Mappadeceng ini merupakan
program yang strategis dan kegiatan yang dilatar belakangi oleh masih adanya
masyarakat kita yang masih miskin seperti kita, mereka akan digerakkan untuk
mencapai kehidupan yang layak dan lebih baik.

II 3.2 Maksud gerakan program Mappadeceng

Selain itu, program mappadeceng di setiap SKPD wajib membina suatu


daerah wilayah binaannya, untuk mengetahui apa permasalahan ditengah
masyarakat. Maksud gerakan program Mappadeceng adalah :

a. Untuk mengidentifikasi permasalahan dan persoalan kemiskinan dari


aspek kesehatan, ekonomi, pendidikan, infrastruktur dan lingkungan.

b. Untuk memberikan solusi dari permasalahan melalui kegiatan dengan


pola Tri Gerakan Mappadeceng (tri gema), yaitu Gema Manusia, Gema
Lingkungan dan Gema Usaha.

c. Sebagai strategi percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten


Soppeng dengan mensinergikan program SKPD dan Pemerintah desa dengan
Perbankan, BUMN/BUMD, LSM, Perguruan Tinggi, Pengusaha dan Tokoh
Masyarakat.

II. 3.3 Tujuan Program Mappadeceng

Tujuan pelaksanaan program gerakan Mappadeceng Soppeng adalah


sebagai berikut :

a. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kabupaten Soppeng di semua


tingkatan pemerintahan dalam meengkordinasikan penanganan penanggulangan
kemiskinan.

b. Memberdayakan masyarakat agar dapat mandiri dan keluar dari


lingkaran kemiskinan.

c. Mengoptimalkan seluruh potensi yang telah terdapat percepatan


penanggulangan kemiskinan sehingga sasaran dan tujuan program
penanggulangan kemiskinan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

II.4 Kerangka Pikir

Efektivitas menunjukkan seberapa jauh pencapaian tujuan yang telah


ditentukan sebelumnya, dimana semakin besar target yang telah dicapai maka
akan semakin tinggi efektivitasnya. Disamping pencapaian tujuan dari suatu
kegiatan atau program tentu perlu juga diperhatikan mengenai ketepatan waktu
yang efektif penyelesaian program atau pencapain tujuan yang sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan dan memiliki manfaat bagi organisasi dan
masyarakat. Dalam rencana penelitian ini digunakan teori pengukuran efektivitas
sebagaimana yang dikemukakan oleh Budiani dalam Khadafi dan Mutiarin
(2017). Dengan menggunakan teori ini diharapkan dapat mengukur tingkat
efektivitas pelaksanaan program Mappadeceng di Kabupaten Soppeng

Adapun indikator menurut Budiani dalam Khadafi dan Mutiarin (2017).


antara lain sebagai berikut :

a. Ketepatan sasaran program


Yaitu sejauhmana peserta program tepat dengan sasaran yang
sudah ditentukan sebelumnya.
b. Sosialisasi program
Yaitu kemampuan penyelenggara program di dalam melakukan
sosialisasi program maka informasi mengenai pelaksanaan
program bisa tersampaikan untuk masyarakat pada umumnya
serta sasaran peserta program pada khususnya.
c. Tujuan program
Yaitu sejauhmana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program
dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Pemantuan program
Yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program
sebagai bentuk perhatian kepada peserta program.

Peraturan Bupati Soppeng Nomor 3 Tahun 2018

Ukuran Efektivitas oleh Budiani dalam Khadafi


dan Mutiarin (2017)
1. Ketepatan Sasaran Program
2. Sosialisasi Program
3. Pencapaian Tujuan Program
4. Pemantauan Program

Capaian Efektivitas Pelaksanaan Program


Mappadeceng pada Dinas Sosial Kabupaten
Soppeng
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Fokus penelitian

Penentuan fokus suatu penelitian mempunyai dua tujuan.Pertama,


penetapan fokus ini dapat membatasi studi, jadi di dalam keadaan ini fokus
hendak membatasi bidang inquiry (penyelidikan). Kedua, penetapan fokus ini
juga berfungsi untuk memenuhi kriteria memasukkan - mengeluarkan atau inklusi
- eksklusi suatu informasi yang terdapat di lapangan.

Mengingat pentingnya fokus penelitian tersebut, maka yang dijadikan


fokus dalam penelitian ini adalah Program Mappadeceng Kabupaten Soppeng
dengan menggunakan teori pengukuran efektivitas yang dikemukakan oleh
Budiani dalam Khadafi dan Mutiarin (2017).

1. Ketetapan sasaran program


yaitu dengan melihat sejauh mana data penerima program
Mappadeceng di Dinas Sosial Kabupaten Soppeng sesuai dengan
sasaran yang tepat yang sudah ditentukan oleh kriteria BPS.
2. Sosialisasi program
yaitu kemampuan pengelola program Mappadeceng di Dinas Sosial
Kabupaten Soppeng dalam melakukan sosialisasi program tersebut,
sehingga informasi program Mappadeceng dapat tersampaikan
kepada masyarakat.
3. Pencapaian tujuan program
yaitu untuk mengetahui sejauh mana keselarasan antara hasil dari
Program Mappadeceng dengan tujuan yang sudah ditetapkan oleh
Dinas Sosial Kabupaten Soppeng.
4. Pemantauan program
yaitu pengawasan yang dilaksanakan setelah Program Mappadeceng
dilakukan sebagai bentuk perhatian kepada masyarakat.

III.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian terkait dengan Efektivitas pelaksanaan program


Mappadeceng pada dinas sosial kabupaten Soppeng, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. penelitian ini memakai pendekatan
kualitatif, yang merupakan penelitian untuk mengeksplorasi dan memahami
makna dari sejumlah individu atau kelompok orang yang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2009:4). Lebih lanjut Creswell
(2009) menyebutkan bahwa dalam proses penelitian kualitatif ini berkaitan
dengan upaya-upaya penting, misalnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
prosedur-prosedur serta mengumpulkan data

Kemudian, dalam penelitian ini digunakan tipe deskriptif kualitatif.


Memberikan gambaran yang akurat tentang individu atau kelompok tertentu
tentang kondisi dan gejala yang terjadi. Metode ini digunakan karena sesuai
dengan bentuk masalah yang dirumuskan dan mencari informasi yang lebih
mendalam terkait topik penelitian. Selain itu, penulis akan memberikan gambaran
yang cermat tentang fenomena yang terjadi dalam kaitannya dengan bagaimana
efektivitas program Mappadeceng di Dinas Sosial Kabupaten Soppeng.

III.3 Tipe dan Dasar Penelitian

1. Tipe penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif dengan


menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memberikan
gambaran secara jelas terkait masalah yang sedang diteliti,
mengumpulkan data yang spesifik, menganalisis data, dan menafsirkan
makna data secara sistematis. Penelitian tipe deskriptif merupakan
suatu penelitian yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat
melakukan penelitian dimana didalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, menganalisa, dan menginterpretasikan
kondisi yang sekarang secara objektif.
2. Dasar pemikiran yang dilakukan adalah melalui wawancara langsung
yaitu, teknik pengumpulan data yang digunakan melalui pembicaraan
dua arah yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan atau
narasumber untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian.

III.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dinas sosial kabupaten soppeng yang berada di


Jalan Salotungo, Watansoppeng Sulawesi Selatan dengan tujuan
mendeskripsikan fenomena yang ada pada program Mappadeceng dimana
fokusnya mengenai efektivitas program tersebut. Alasan peneliti memilih lokus
tersebut sesuai dengan pertimbangan penjelasan di latar belakang sebelumnya
dengan berbagai permasalahan yang terjadi.

III.5 Narasumber atau Informan

Narasumber atau informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


orang atau individu yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program
mappadeceng di dinas sosial kabupaten soppeng yang dapat memberikan
informasi terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun narasumber
atau informan yang dimaksud sebagai berikut ini.
a. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Daerah.
b. Sekertaris Dinas Sosial Kabupaten Soppeng.
c. Kasubag Perencanaan, Pelaporan dan Keuangan di Dinas Sosial
Kabupaten Soppeng.
d. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Penyaluran Bantuan
Stimulan dan Penataan Lingkungan.
e. Plt Dinas Sosial Kabupaten Soppeng
f. Masyarakat yang menjadi sasaran (kriteria) program.

III.6 Sumber data

Suatu penelitian bertujuan untuk mencari pemecahan masalah. Setiap


masalah dapat dipecahkan apabila didukung oleh data yang akurat dan relevan.
Dalam melakukan penelitian peneliti dapat menggunakan data primer dan data
sekunder (Samsu, 2017). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 (dua)
jenis data berupa data primer dan data sekunder.

a. data primer

Data Primer Data primer adalah sumber data yang berhubungan secara
langsung dengan masalah yang dibahas orang yang terdapat di daerah tersebut.
Responden merupakan orang yang bersedia dimintai keterangan tentang suatu
fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat berupa tulisan atau lisan
(Arikunto, 2002: 122).

Dalam penelitian ini data primer merupakan data yang diperoleh dari lokasi
penelitian atau data yang bersumber dari informan/nasarasumber yang terlibat
dalam program mappadeceng di dinas osial kabupaten soppeng.

Pemilihan responden atau informan yang tepat, akan menjamin validitas data
yang didapat dari wawancara. Sebaliknya, pemilihan informan yang salah akan
mengakibatkan data yang diperoleh akan sama dan tidak valid. Penelitian ini
mengambil beberapa informan tertentu (Key Informan) sebagai subjek penelitian
yang dianggap mampu mewakili stakeholder yang terlibat dalam permasalahan
yang diteliti.

b. data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian seperti penelitian yang sudah ada, catatan instansi, atau laporan.
Dalam penelitian ini data sekunder dapat bersumber dari sumber-sumer yang
berkaitan dengan objek penelitian yang dapat berupa laporan pertanggung
jawaban atau cacatan dinas sosial kabupaten soppeng terkait dengan program
mappadeceng yang sedang dijalankan yang sekaligus menjadi objek pada
penelitian ini. Data sekunder ini penting untuk mempermudah penulis dalam
melakukan penelitian, serta untuk mengetahui kebenaran narasumber dalam
memberikan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan objek
penelitian.

III. 7 Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
observasi dan wawancara dan studi dokumentasi.

a. Observasi
Observasi merupakan penyelidikan mendalam tentang gejala sosial
secara sistematis (Adon Nasrullah Jamaludin, 2011: 62). Ini dilakukan
untuk memperoleh data secara langsung dari sumber primer, hkususnya
untuk melihat situasi lokasi, suasana kehidupan dan perilaku-perilaku
subjek peneliti yang teramati. Observasi dilakukan pada lokasi penelitian
dengan mengidentifikasi Efektivitas Pelaksanaan Program Mappadeceng
di Kabupaten Soppeng.
b. Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara.
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung. Teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan pertanyaan, percakapan dan Tanya jawab secara lisan dan
langsung dengan tatap muka pada informan dengan menggunakan
interview guide (pedoman wawancara) tujuannya untuk mengetahui
mengenai masalah yang ada tidak dapat diobservasi, kemudian jawaban-
jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (Moleong,
2006: 67). Penulis melakukan proses memperoleh keterangan atau
informasi untuk penelitian dengan cara tanya jawab dengan bertatap
muka langsung antara peneliti dan informan atau narasumber.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis dilapangan
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan
(Lexy J. Moleong, 2001:161). Didalam melakukan pengumpulan data
melalui studi dokumen ini berarti, menyelidiki atau memeriksa benda-
benda tertulis, seperti buku-buku, dokumen, peraturan, yang dapat
menunjang dan dianggap relevan dengan penelitian.

III. 8 Teknik Analisis Data

 Menurut Miles, Huberman, dan Saldana dalam (Wanto, 2018), bahwa


dalam analisis data kualitatif ydilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus samapai tuntas melalui data Condesation, data display, dan
conslusion drawing atau verification. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah :

1. Data Condesation
Kondensasi data ini merujuk pada bagaimana proses pemilihan,
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstarksikan, dan
mentransformasikan data yang diperoleh dari catatan lapangan,
transkrip wawancara, dokumen, dan materi empiris yang dipilih untuk
mendapatkan focus penelitian sesuai yang dibutuhkan.
2. Data Display
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian yang singakat, bagan, maupun menyajikan data berupa
teks yang bersifat naratif.
3. Conslusion atau Verification
Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah selanjutnya
dalam penelitian kualitatif. Kesimpulan awal yang dikemukakan
bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti yang
kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Namun jika penelitian tahap awal memiliki bukti yang valid dan
konsisten maka akan ditetapkan sebagai data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdussamad, Z. (2021). Buku Metode Penelitian Kualitatif. Makassar:


Syakir Media Press
Anggono, A. (2022). Akuntansi Manajemen Pada Entitas Publik, Jawa
Barat: Penerbit Adab.

Abdurahmat. 2008. Efektivitas Organisasi Edisi Pertama. Jakarta:


Airlangga.

Samsu. (2017). Metode Penelitian: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development).
Bandung: Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan (Pusaka).

Ilham, & Yunita, D. I. (2022). Efektivitas Kebijakan “Belajar Daring” Masa


Pandemi Covid-19 Di Papua. Jawa Tengah: Wawasan Ilmu.

Setiawan, D., Madhakomala, R., & Cahyana, U. Determinan Efektivitas


Kemampuan Militer. Jawa Barat: Penerbit Adab.

Jurnal

Putri, D. K. Efektivitas Program Sekolah Ibu (Kasus Kelurahan Situgede,


Kecamatan Bogor Barat, Provinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan
NINUK PURNANINGSIH.
Mulia, R. A., & Saputra, N. (2020). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Kota Padang. Jurnal El-
Riyasah, 11(1), 67-83.

Nugroho, T. C. (2021). Implementasi Kebijakan Program Gerakan


“Mappadeceng” DALAM BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN
SOPPENG (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Adam, J. Pembinaan Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga


Sejahtera (Uppks) Di Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten
Pasaman. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, 7(1), 1-15.

SUSMITASARI, E. (2021). Pengaruh Efektivitas Aplikasi Gampil (Gadget


Mobile Application For License) Terhadap Pelayanan Perizinan Online
Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Bandung (Doctoral dissertation, FISIP UNPAS).

Dzulqarnain, G. Z., Meigawati, D., & Basori, Y. F. (2022). Implementasi


Program Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Upaya
Penanggulangan Kemiskinan di Kota Sukabumi. Professional: Jurnal
Komunikasi dan Administrasi Publik, 9(1), 109-116.

Rosaliana, A., & Hardjati, S. (2019). Efektivitas Pelaksanaan Program


Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Wonocolo, Kota
Surabaya. Public Administration Journal of Research, 1(2), 96-111.

Mahendra, A. (2017). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,


Pendapatan Perkapita, Inflasi dan Pengangguran Terhadap Jumlah
Penduduk Miskin. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan, 113-138.

Suryawati, C. (2005). Memahami kemiskinan secara


multidimensional. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 8(03).

Rohana, U. (2022). Interoperabilitas Tni Al Dan Bakamla Ri Dalam


Melaksanakan Kegiatan Pengawasan Terhadap Pelanggaran Di
Wilayah Laut Natuna Utara. Journal of Industrial Engineering &
Management Research, 3(4), 261-267.

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41841/perpres-no-96-tahun-2015

Skripsi

Krisdayanti, W. (2021). Pemanfaatan Aplikasi Mobile Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) untuk Meningkatkan Efektivitas Pelayanan BPJS
Kesehatan di Kota Medan (Doctoral dissertation). Skripsi ini

Athoriq M. (2021). Implementasi Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2018


Dalam Rangka Efektifitas Pemungutan Pajak Secara Online Di
Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Article.

Vatika Sari, C. (2021). Efektivitas Pelaksanaan Program Mappadeceng Di


Dinas Sosial Kabupaten Soppeng. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 13(April), 15–38.

Anda mungkin juga menyukai