DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
Lidia Enjela
NIM : 190902075
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas Paper untuk mata kuliah Kebijakan dan Perencanaan Sosial ini
dengan baik tepat pada waktunya tanpa kendala apapun.
Adapun tujuan dari Paper ini adalah untuk memenuhi tugas Drs. Matias Siagian, M.Si,
Ph.D pada mata kuliah Kesejahteraan Sosial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang mata kuliah bagi para pembaca dan terlebih juga bagi saya.
Saya sangat mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D, selaku
dosen pengajar mata kuliah Kebijakan dan Perencanaan Sosial yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam proses pembelajaran ini, sehingga dapat menambah wawasan
mengenai bidang studi ini.
Saya menyadari, bahwa Paper yang saya buat ini masih sangat jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun juga penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga Paper ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Lidia Enjela
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik yang merupakan
ketetapan Pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni
mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakatbanyak. Kebijakan sosial juga
adalah ketetapan yang dirancang secara kolektif untuk mencegah terjadinya masalah sosial
(fungsi preventif), mengatasi masalah sosial (fungsi kuratif) dan mempromosikan kesejahteraan
(fungsi pengembangan) sebagai wujud kewajiban Negara (state obligation) dalam
memenuhi hakwarga negaranya. Dalam hal lainnya, kebijakan sosial dapat dikatakan sebagai
sebuah aspek sosial, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan bidang kesejahteraan sosial. Kebijakan
sosial adalah prinsip-prinsip, prosedur, dan tata cara dari Undang-undang yang telah ada, sebagai
panduan administrasi dan regulasi pada lembaga yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan sosial memiliki sejumlah dimensi, yaitu :
• Sebagai suatu proses, kebijakan sosial dipandang sebagai dinamika perumusan kebijakan
dalam kaitannya dengan variabel-variabel sosio-politik dan teknik-metodologi. Kebijakan sosial
merupakan suatu proses tahapan atau pengembangan rencana tindak (plan action).
• Sebagai suatu produk, kebijakan sosial dipandang sebagai hasil akhir dari proses
perumusan kebijakan atau perencanaan sosial.
• Sebagai suatu kinerja atau performanceatau pencapaian tujuan, kebijakan sosial
merupakan deskripsi atau evaluasi terhadap hasil-hasil implementasi produk kebijakan sosial.
Kebijakan sosial hadir sebagai cara untuk memecahkan masalah sosial dan
memenuhi kebutuhan sosial bagi semua golongan masyarakat yang mempermudah dan
meningkatkan kemampuan mereka dalam menanggapi perubahan sosial. Kebijakan sosial
senantiasa berorientasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial ini mengandung dua
pengertian yang saling terkait, yakni: memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan
sosial.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka manfaat dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam dan menambah wawasan mengenai materi dalam kebijakan dan
perencanaan sosial
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan Menurut Miftah Thoha [1], ada dua aspek utama kebijakan publik; 1 Pertama, The
Fed, The From The Activity The Bounce, tetapi sebagai bagian dari dinamika sosial. Artinya
kebijakan publik merupakan produk yang berangkat dari perkembangan. dalam masyarakat.
Perkembangan yang berdampak pada masalah yang berdampak pada masalah yang dihadapinya.
Kebutuhan dan permasalahan sosial yang terjadi kemudian berkembang menjadi masalah yang
dalam prosesnya dapat mendorong lahirnya suatu produk kebijakan.
Ada berbagai definisi mengenai yang kebijakan sosial yang dikemukan oleh beberapa ahli
seperti Marshall, Rein, Hutman, Magil, Spicker dan Hill juga yang mengartikan kebijakan sosial
dalam kaitannya dengan kebijakan kesejahteraan sosial, yaitu:
a) Kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tindakan yang
memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara melalui penyediaan
pelayanan sosial atau bantuan keuangan (Marshal, 1965)
b) Kebijakan sosial adalah perencanaan untuk mengatasi biaya-biaya sosial, peningkatan
pemerataan, pendistribusian pelayanan dan bantuan sosial (Rein, 1970).
c) Kebijakan sosial adalah strategi-strategi, tindakan-tindakan atau rencana-rencana untuk
mengatasi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial (Huttman, 1981)
sedangkan Perencanaan sosial berasala dari dua kata yaitu perencanaan dan sosial.
Berikut penjelasan dari duaa kata tersebut. Banyak sekali pengertian perencanaa sosial namun
berikut beberapa kutipan mengenai perencanaan.
1.Perencanaan adalah seni untuk melakukan sesuatu yang akan datang dapat terlaksana
(Beenhakker, 1980: 22)
2.Perencanaan adalah bentuk penerapan yang rasional dari pengetahuan manusia terhadap proses
pencapaian keputusan yang bertindak sebagai dasar prilaku manusia (Sociedad interamericana de
Planification, dikutip oleh Waterston, 1965: 8)
Perencanaan selalu melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan keputusan atau
pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna
mencapai tujuan-tujuan tertentu atau kenyataan yang ada dimasa depan. Setiap bentuk
perencanaan pasti mempunyai implikasi atau aspek sosialnya oleh karena itu setiap perencanaan
harus merupakan bentuk arahan bagi seluruh rangkaian kegiatan perencanaan itu sendiri.
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).
– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”
– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
Beberapa Definisi:
Thomas R. Dye: kebijakan publik adalah perihal apa yang dilakukan oleh pemerintah,
mengapa pemerintah melakukannya, dan perbedaan apa yang diakibatkannya.
Robert Steward: kebijakan publik adalah suatu proses atau suatu rangkaian pola dari
aktivitas-aktivitas atau keputusan-keputusan yang dirancang untuk mengurangi masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat, apakah masalah itu tampak jelas atau tidak.
B. G. Peters: kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah, apakah itu
dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah atau dilaksanakan pihak lain yang mewakili
pemerintah, yang kemudian mempengaruhi kehidupan masyarakat di negara itu.
Steven A. Peterson: kebijakan publik adalah tindakan yang dilakukan pemerintah yang
diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Austin Ranney: kebijakan publik adalah suatu sederetan tindakan yang selektif atau
deklarasi (pernyataan) yang dibuat oleh Pemerintah
Perumusan kebijakan adalah langkah yang paling awal dalam proses kebijakan publik secara
keseluruhan. Oleh karena itu apa yang terjadi pada fase ini akan sangat menentukan berhasil
tidaknya kebijakan publik yang dibuat itu pada masa yang akan datang. Perlu diingat pula bahwa
perumusan kebijakan publik yang baik adalah perumusan yang berorientasi pada implemantasi
dan evaluasi, sebab sering kali para pengambil kebijakan beranggapan bahwa perumusan
kebijakan publik yang baik adalah sebuah konseptual yang sarat dengan pesan-pesan ideal dan
normatif, namun tidak membumi ( Putra, 2001).
Dalam tataran konseptual perumusan kebijakan tidak hanya berisi cetusan pikiran atau pendapat
para pemimpin yang mewakili anggota, tetapi juga berisi opini publik (publik opinion) dan suara
publik (publik voice), seperti dijelaskan oleh Parson (1997). Hal ini disebabkan oleh proses
pembuatan kebijakan pada esensinya tidak pernah bebas nilai (value free) sehingga berbagai
kepentingan akan selalu mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.
Mengikuti pendapat Anderson, Bintoro Tjokroamidjojo (1976), Bapak Administrasi
Pembangunan Indonesia, menge- mukakan bahwa “Policy Fomulation sama dengan Policy
Making, dan ini berbeda dengan decision making (pengambilan keputusan)”. Policy making
memiliki konteks pengertian yang lebih luas dari decision making. Sedangkan William R.
Dhall (1972) mendefinisikan decision making sebagai pemilihan atas pelbagai macam
alternatif. Sementara Nigro dan Nigro (1980) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan
mutlak yang dapat dibuat antara pengambilan keputusan decision making dengan pembuatan
kebijakan (policy making), karena itu, setiap pem- buatan kebijakan adalah suatu pembuatan
keputusan. Akan tetapi, pengambilan kebijakan membentuk rangkaian-rang- kaian tindakan
yang mengarah ke banyak macam keputusan yang dibuat dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan yang telah dipilih. Proses perumusan kebijakan sosial dapat dikelompokkan dalam 3
tahap, yaitu: Tahap Identifikasi, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Setiap tahap terdiri
dari beberapa tahapan yang saling terkait: Secara garis besar, tahapan perumusan kebijakan
dapat adalah sebagai berikut (Suharto, 1997):
a. Tahap Identifikasi
(1) Identifikasi Masalah dan Kebutuhan: Tahap pertama dalam perumusan kebijakan sosial
adalah mengumpul-kan data mengenai permasalahan sosial yang dialami masyarakat dan
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi (unmet needs).
(2) Analisis Masalah dan Kebutuhan: Tahap berikutnya adalah mengolah, memilah dan
memilih data mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan
ditransformasikan ke dalam laporan yang terorganisasi. Informasi yang perlu diketahui antara
lain: apa penyebab masalah dan apa kebutuhan masyarakat? Dampak apa yang mungkin
timbul apabila masalah tidak dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan kelompok
mana yang terkena masalah?
(5) Pemilihan Model Kebijakan: Pemilihan model kebijakan dilakukan terutama untuk
menentukan pendekatan, metoda dan strategi yang paling efektif dan efisien mencapai
tujuan-tujuan kebijakan. Pemilihan model ini juga dimaksudkan untuk memperoleh basis
ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan sosial yang logis, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
(6) Penentuan Indikator Sosial: Agar pencapaian tujuan dan pemilihan model kebijakan
dapat terukur secara objektif, maka perlu dirumuskan indikator-indikator sosial yang
berfungsi sebagai acuan, ukuran atau standar bagi rencana tindak dan hasil-hasil yang akan
dicapai.
(7) Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik: Tugas pada tahap ini adalah
menginformasikan kembali rencana kebijakan yang telah disempurnakan. Selanjutnya
melibatkan berbagai pihak yang relevan dengan kebijakan, melakukan lobi, negosiasi dan
koalisi dengan berbagai kelompok-kelompok masyarakat agar tercapai konsensus dan
kesepakatan mengenai kebijakan sosial yang akan diterapkan.
b. Tahap Implementasi
(8) Perumusan Kebijakan: Rencana kebijakan yang sudah disepakati bersama dirumuskan
kedalam strategi dan pilihan tindakan beserta pedoman peraturan pelaksanaannya.
(9) Perancangan dan Implementasi Program: Kegiatan utama pada tahap ini adalah
mengoperasionalkan kebijakan ke dalam usulan-usulan program (program proposals) atau
proyek sosial untuk dilaksanakan atau diterapkan kepada sasaran program.
c. Tahap Evaluasi
(10) Evaluasi dan Tindak Lanjut: Evaluasi dilakukan baik terhadap proses maupun hasil
implementasi kebijakan. Penilaian terhadap proses kebijakan difokuskan pada tahapan
perumusan kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan antar tahapan, serta sejauhmana
program dan pelayanan sosial mengikuti garis kebijakan yang telah ditetapkan. Penilaian
terhadap hasil dilakukan untuk melihat pengaruh atau dampak kebijakan, sejauh mana kebijakan
mampu mengurangi atau mengatasi masalah. Berdasarkan evaluasi ini, dirumuskanlah kelebihan
dan kekurangan kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi penyempurnaan kebijakan
berikutnya atau permusan kebijakan baru.
Kebijakan publik dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (Tangkilisan, 2003:2):
a. Kebijakan Publik Makro
Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga dikatakan sebagai kebijakan
yang mendasar. Contohnya: (a). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; (b).
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;(c). Peraturan
Pemerintah;(d). Peraturan Presiden;(e) Peraturan Daerah. Dalam pengimplementasian, kebijakan
publik makro dapat langsung diimplementasikan.
b. Kebijakan Publik Meso
Kebijakan publik yang bersifat meso atau yang bersifat menengah atau yang lebih dikenal
dengan penjelas pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa Peraturan Menteri, Surat Edaran
Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, Peraturan Wali kota, Keputusan Bersama atau
SKB antar- Menteri, Gubernur dan Bupati atau Wali kota.
Kebijakan Publik Mikro
Kebijakan publik yang bersifat mikro, mengatur pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan
publik yang di atasnya. Bentuk kebijakan ini misalnya peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-
aparat publik tertentu yang berada di bawah Menteri, Gubernur, Bupati dan Wali kota.
• Nihilisme
Nihilisme apabila dilihat dari bentuk kata kerjanya berarti meniadakan, membasmi,
memusnahkan, menghapuskan, dan melenyapkan segala eksistensi. Terminology ini dipakai
Nietzsche untuk menggambarkan bahwa apa saja yang dulu dianggap bernilai dan bermakna kini
sudah mulai memudar dan menuju keruntuhan. Dunia ini terutama keberadaan manusia di dunia
tidak memiliki tujuan.
Renungan tentang nihilisme pada intinya adalah sebuah renungan tentang krisis kebudayaan ,
khususnya kebudayaan Eropa sebagaimana disaksikan oleh Nietzsche pada akhir abad lalu.
Nietzsche melukiskan bahwa gerak kebudayaan Eropa pada waktu itu bagaikan aliran sungai
yang menggeliat kuat saat mendekati bibir samudra. Metafor ini ditujukan pada orang-orang
Eropa yang tidak sanggup lagi berpikir tentang dirinya. Inilah satu dari ratusan tanda dari
kedatangan nihilisme. Jadi, nihilisme adalah semacam insight tentang apa yang hendak terjadi
pada zaman sesudahnya, sebagaimana dalam aforismenya yang dikutip oleh St. Sunardi:
Nihilisme ini timbul, di samping merupakan hasil perkembangan dari sejarah sebelumnya (dari
abad pertengahan sampai abad modern), juga merupakan akibat dari timbulnya pemikiran-
pemikiran Nietzsche yang menghantam sisa-sisa pemikiran dan kepercayaan sebelumnya. Dalam
arti yang kedua ini, Nietzsche harus dipandang sebagai tokoh yang mempercepat proses
nihilisme secara radikal.
Nihilisme sebagai runtuhnya nilai dan makna meliputi seluruh bidang kehidupan manusia yaitu
nilai-nilai moral yang ditawarkan lewat institusi keagamaan (bersifat mutlak dan absolut) dan
ilmu pengetahuan. Runtuhnya dua bidang ini membuat manusia kehilangan jaminan dan
pegangan untuk memahami dunia dan hidupnya. Singkatnya, nihilismemengantarkan manusia
pada situasi krisis atau kepada hari yang menjadi malam terus menerus karena seluruh kepastian
hidupnya sudah runtuh.
Demikianlah, seakan-akan manusia dibuat tidak berdaya dalam satu keyakinan absolut yang
tanpa disadari justru mendistorsi manusia sebagai makhluk yang memiliki kehendak untuk
berkuasa. Keberanian Nietzsche mewartakan nihilisme setidaknya memiliki dua implikasi tragis
yaitu menghentikan gerak suksesi tradisi filsafat Barat yang memberi ruang gerak terbetuknya
totalisasi atau universalisasi terhadap pembenaran. Dan juga tema nihilisme menjadi ungkapan
profetis tentang suatu kondisi yang akan terjadi beberapa abad setelah Nietzsche di mana standar
hidup yang sublim tidak lagi diperlukan.
Peran Sosial
Peran sosial adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki status sosial
tertentu dalam masyarakat. Peran sosial seseorang dalam masyarakat sangat ditentukan oleh
status sosial yang dimilikinya. Jika status sosial seseorang tinggi, maka akan semakin tinggi pula
peran sosialnya dalam masyarakat, atau sebaliknya. Peran sosial dianggap sangat penting karena
mangatur perilaku seseorang dalam masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
Pada peran sosial terdapat sejumlah hak dan kewajiban sesuai status sosial yang disandang
seseorang dalam masyarakat. Peran sosial yang harus dilaksanakan oleh orang tua tertentu saja
berbeda dengan peran sosial anak-anaknya. Peran sosial seorang guru berbeda dengan peran
sosial murid-muridnya. Demikian pula peran sosial bawahan berbeda dengan peran sosial
atasannya. Hal yang harus diperbuat oleh orang tua, guru, atau seorang pemimpin berbeda
dengan prilaku yang harus diperbuat oleh seorng anak, murid, atau bawahan.
Dengan demikian, peran sosial yang harus dijalankan oleh seseorang sangat ditentukan oleh
status sosialnya. Apabila seorang anak berperan seperti ayahnya, yaitu berani mengatur dan
memerintah orang tua (ayah dan ibu), berarti telah terjadi konflik peranan dalam keluarga itu.
Anak tersebut walaupun menjadi pimpinan organisasi, tetapi jika berada di rumah di hadapan
orang tuanya tetap saja ia harus berperan sebagai anak yang patuh dan hormat kepada orang tua.
Konflik peranan seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Setiap orang,
biasanya memiliki sejumlah peran sosial yang harus dijalaninya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan mengenai perencanaan sosial dan kebijakan sosial diatas menurut
saya bahwa yang namanya perencanaan sosial adalah sebuah proses penuangan pikiran manusia
untuk melakukan sebuah kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan dan pelayanan
kehidupan manusia yang meliputi hal kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
Sedangkan untuk kebijakan sosial adalah sebuah proses pembuatan keputusan untuk
menerapkan hasil dari perencanaan sosial itu sendiri, jadi antara perencanaan sosial dan
kebijakan sosial saling berkaitan dimana dapat dikatakan perencanaan sosial adalah proses awal
yang akan dilanjutkan oleh kebijakan sosial untuk penerapanya.
Dan proses rumusan kebijakan sosial yaitu terdiri atas tahap identifikasi, implementasi, dan
evaluasi. Mekanisme kebijakan sosial terdiri atas departemen pemerintahan, badan perencanaan
nasional dan isu-isu kebijakan sosial terdiri atas peran Negara dan masyarakat dan perangkat
hukum dan penerapannya. Bentuk-bentuk Kebijakan publik yaitu kebijakan public meso,
kebijakan public mikro, dan kebijakan public makro.
3.2 Saran
Penulis berharap bahwa kebijakan sosial ini dapat di implementasikan dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat, karena dengan demikian kebijakan sosial dapat meningkatkan
kesejahteraan taraf hidup masyarakat.