Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MONETER DI IDNONESIA


Dosen pengampuh : Bernadeth Yosephine Priskilla Br simangunsong, S.E.,M.Si

Disusun oleh :
Safika
214040202

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah Ekonomi Moneter yang berjudul "Implementasi Kebijakan
Moneter di Indonesia".
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Moneter
II semester 5. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
ekonomi moneter II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini.
Akhirnya. penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,dan
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dengan segala
kerendahan hati.saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Tarakan, 08 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A.Latar belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A.Mekanisme kebijakan moneter melalui suku bunga di indonesia ................................................ 3
B. pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap pertumbuhan perekonomian inonesia .................. 4
Inflasi.............................................................................................................................................. 5
Suku Bunga.................................................................................................................................... 6
Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................................................................ 7
C. peran bank indonesia dalam mengatur inflasi dan stabilitas ekonomi ....................................... 8
1. Kebijakan Mengatasi Inflasi .................................................................................................... 8
2. Tujuan Kebijakan Pemerintah ...................................................................................................... 10
Studi kasus “ Dampak kebijakan moneter dan tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan
ekonomi” .............................................................................................................................................. 11
BAB III................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki ekonomi yang
dinamis, menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga stabilitas makroekonomi. Salah satu
instrumen utama yang digunakan dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi adalah kebijakan
moneter. Kebijakan moneter, yang diimplementasikan oleh Bank Indonesia, memiliki peran
krusial dalam mengatur suplai uang, suku bunga, dan kondisi keuangan di negara ini.

Seiring dengan perubahan lingkungan ekonomi global dan tantangan domestik yang
beragam, Bank Indonesia terus berupaya menyesuaikan dan mengoptimalkan kebijakan
moneter untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mencapai
stabilitas harga, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini, pemahaman yang
mendalam mengenai implementasi kebijakan moneter di Indonesia menjadi sangat penting
untuk mengidentifikasi kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan-tujuan makroekonomi
yang ditetapkan.

Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank sentral) dalam bentuk
pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan)
untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Perkembangan
perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan
kesempatan kerja yang tersedia.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter merupakan instrumen penting dalam mengatur aliran uang dan
suku bunga dalam suatu perekonomian. Di Indonesia, kebijakan moneter diimplementasikan
oleh Bank Indonesia (BI) untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan moneter di Indonesia,
dengan fokus pada studi kasus mengenai dampak kenaikan suku bunga terhadap
pertumbuhan ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga SBI di
indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap pertumbuhan perekonomian
inonesia ?

1
3. Bagaimana peran bank indonesia dalam mengatur inflasi dan stabilitas ekonomi ?
4. Studi kasus “ Dampak kebijakan moneter dan tingkat suku bunga terhadap
pertumbuhan ekonomi”

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme kebijakan moneter melalui suka bunga di indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi
di indonesia
3. Untuk mengetahui peran bank indonesia dalam mengatur inflasi dan stabilitas
ekonomi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Mekanisme kebijakan moneter melalui suku bunga di indonesia


Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang dilalui oleh
sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama pendapatan
nasional dan laju perubahan harga.konsep dasar mekanisme transmisi kebijakan moneter
dimulai dari instrumen kebijakan yang mempengaruhi sasaran operasional,sasaran antara dan
sasaran akhir. Dalam rezim kebijakan moneter yang menggunakan kerangka kerja
pentargetan inflasi, pemahaman mengenai jalur transmisi kebijakan moneter dalam
perekonomian sangat diperlukan. Karena besaran target inflasi yang ditetapkan Bank Sentral
dan pencapaian target inflasi tersebut akan ditentukan oleh jalur transmisi mana yang lebih
dominan dalam perekonomian. Jika mekanisme transmisi ini kurang dipahami maka akan
berakibat tidak kredibelnya kebijakan moneter yang ditetapkan. Sehingga, memahami
mekanisme transmisi adalah kunci untuk dapat mengarahkan kebijakan moneter agar dapat
mempengaruhi perekonomian riil dan tingkat harga.
Bank sentral memiliki peran dan tujuan yang strategis dalam perekonomian suatu
negara. Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di indonesia diberikan mandat untuk
mencapai dan memelihara stabilitas moneter. Mandat ini terdapat dalam pasal 7 UU No. 3
Tahun 2004 tentang BI.Untuk mencapai tujuan tersebut,BI memiliki beberapa instrumen
untuk merumuskan dan menjalankan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter untuk
menjaga stabilitas ekonomi makro melalui pengendalian besaran moneter seperti jumlah uang
beredar (JUB),uang primer,atau suku bunga. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai
stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,semakin besar gairah untuk
berusaha,maka akan mengakibatkan peningkatan produksi.
Untuk itu berbagai upaya dilakukan oleh Dewan Gubernur BI salah satunya melalui
instrumen suku bunga (r) Surat berharga Bank Indonesia (SBI),dimana penetapan rSBI
dilakukan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Ketika jumlah uang yang beredar
di masyarakat terlalu banyak, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi. Bank
Indonesia mengusahakan pertumbuhan ekonomi semakin membaik dan relatif meningkat dan
didukung oleh penguatan rupiah dan terjaganya harga-harga barang kebutuhan pokok.
Informasi mengenai perubahan kebijakan moneter penting dan selalu mendapat perhatian
pelaku ekonomi. Karena setiap perubahan (shock) kebijakan moneter melalui perubahan
instrumen moneter akan direspon oleh perubahan perilaku perbankan dan pelaku dunia usaha
lainnya yang selanjutnya mempengaruhi tujuan akhir kebijakan moneter. Proses seperti ini
yang menggambarkan suatu mekanisme yang dalam teori ekonomi dan kebijakan moneter
dinamakan sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.
mekanisme transmisi kebijakan moneter memberikan penjelasan mengenai bagaimana
perubahan (shock) instrumen kebijakan moneter dapat mempengaruhi variabel
makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter. Seberapa besar
pengaruhnya terhadap harga dan kagiatan di sektor riil, semuanya sangat tergantung pada
perilaku atau respons perbankan dan dunia usaha lainnya terhadap shock instrumen kebijakan
moneter yaitu Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (rSBI). Suku bunga merupakan faktor

3
yang penting dalam perekonomian suatu negara karena sangat berpengaruh terhadap
“kesehatan” suatu perekonomian. Hal ini tidak hanya mempengaruhi keinginan konsumen
untuk membelanjakan ataupun menabungkan uangnya tetapi juga mempengaruhi dunia usaha
dalam mengambil keputusan keputusan. Mekanisme bekerjanya perubahan rSBI tersebut
sering menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen
moneter untuk mencapai target operasional, target antara dan akhirnya berpengaruh ke tujuan
akhir yaitu inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral,
perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Mekanisme kebijakan moneter melalui
berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset,
dan jalur ekspektasi.

B. pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap pertumbuhan perekonomian inonesia


Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kondisi dalam perekonomian yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan kapasitas produksi. Pertumbuhan ekonomi suatu
negara diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan melihat tingkat PDB suatu
negara ini dapat dilihat pula bagaimana kondisi sektor perekonomian suatu negara, berhasil
atau tidaknya suatu negara dalam mengatur perekonomian. Berdasarkan data BPS,
perekonomian Indonesia triwulan I/2020 dibandingkan dengan triwulan I/2019 (y-on-y)
tumbuh 2,97%. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah, masyarakat dan juga para pelaku
ekonomi baik dalam maupun luar negeri (Indriyani, 2016).
Berhasil atau tidaknya negara dalam mengatasi permasalahan ekonomi dapat ditinjau
dari ekonomi makro dan ekonomi mikro negara tersebut. Ekonomi makro adalah ilmu
mengenai aktivitas perekonomian dalam suatu negara. Inflasi merupakan salah satu dari
indikator ekonomi makro yang berfungsi sebagai alat ukur stabilitas perekonomian yang akan
mempengaurhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. (Kalsum, 2017) .
Inflasi merupakan kondisi meningkatnya harga barang secara umum dan dalam waktu
yang berkelanjutan. Kenaikan harga yang terjadi dalam jangka waktu pendek atau sementara
tidak dapat diartikan sebagai inflasi, karena rentang waktu inflasi paling pendek adalah dalam
satu bulan atau 30 hari. Selain itu, kenaikan harga yang terjadi pada satu atau beberapa
barang saja juga tidak dapat dikatakan sebagai inflasi, kecuali apabila kenaikan harga barang
tersebut mempengaruhi kenaikan harga barang lain. (Ardiansyah, 2017) .
Milton Friedman mengatakan inflasi yang terjadi menimbulkan adanya pertumbuhan
ekonomi yang berlebihan. Inflasi dapat mengakibatkan kegiatan produksi terhambat dan
mengalami kenaikan. Kemudian saat biaya produksi naik, investasi bergeser pada investasi
yang non-produktif yang menimbulkan kegiatan ekonomi suatu negara menurun.
(Ardiansyah, 2017) .Inflasi yang memiliki banyak dampak negatif tidak serta merta harus
dihilangkan atau ditempatkan pada kondisi nol persen. Hal ini dikarenakan apabila inflasi
dalam kondisi nol persen maka dalam suatu negara tidak terdapat pertumbuhan ekonomi
(stagnasi). Oleh karena itu, laju inflasi perlu dijaga supaya tetap dalam kondisi inflasi yang
sangat rendah yaitu di bawah 5% supaya kegiatan ekonomi negara tetap berlanjut
(Ardiansyah, 2017). Selain inflasi, tingkat suku bunga adalah faktor lain yang berpengaruh
pada pertumbuhan ekonomi suatu negara, salah satunya Indonesia. Pada saat terjadi inflasi,
daya beli masyarakat menurun dan biaya hidup semakin naik. Mengatasi hal tersebut, bank

4
sentral mengatasinya dengan menerapkan kebijakan moneter yaitu dengan menaikkan suku
bunga. Dengan naiknya suku bunga, diharapkan investor dapat berinvestasi secara tunai
dalam instrument pendapatan tetap. (Astuty & Rizqia, 2021)
Suku bunga adalah salah satu variabel ekonomi yang pengaruhnya sangat luas
terhadap perekonomian negara dan bisa berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat secara
umum, karena itu suku bunga sangat dijaga perkembangannya. Suku bunga sangat
mempengaruhi pasar dan harga (pasar uang dan pasar modal) serta ditunjukkan sebagai
persentase pertahun yang didasarkan pada uang yang dipinjam masyarakat (Indriyani, 2016).
Suku bunga memiliki fungsi sebagai alat moneter untuk mengelola penawaran dan
permintaan uang dalam suatu negara.
Suku bunga dapat mengatur peredaran uang yaitu apabila suku bunga tinggi maka
akan menarik masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank, dan apabila suku bunga
rendah, masyarakat akan mengambil uang di bank. Oleh karena itu, kondisi ini sering
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar. (Indriyani, 2016)
Meningkatkan nilai suku bunga adalah cara pemerintah atau bank sentral dalam mengatasi
inflasi, yaitu dengan mengurangi jumlah uang yang ada di masyarakat sehingga aktivitas
perekonomian akan berkurang. Kondisi sebaliknya, jika suku bunga turun maka masyarakat
akan membelanjakan uangnya dan banyak yang mengambil simpanannya di bank. dengan
kondisi tersebut, aktivitas ekonomi akan meningkat (Indriyani, 2016).
Suku bunga merupakan balas jasa dari lembaga keuangan bank kepada masyarakat
atau nasabah bank tersebut. Meningkatnya suku bunga akan menurunkan kualitas pinjaman
uang karena apabila suku bunga naik artinya biaya hutangnya naik dan debitur akan kesulitan
melunasi hutangnya. (Eswanto, et al., 2016). Suku bunga berpengaruh pada spekulasi
masyarakat untuk membelanjakan uangnya apakah digunakan untuk investasi, konsumsi
ataupun disimpan. Karena hal tersebut, suku bunga dianggap penting dan memiliki pengaruh
langsung pada kehidupan masyarakat, terlebih dalam pengambilan keputusan keuangan
(Prasasti & Slamet, 2020).
Inflasi dan suku bunga dianggap berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi akan mengalami peningkatan apabila pertumbuhan penduduk
dan taraf hidup masyarakat meningkat. apabila inflasi suatu negara meningkat maka angka
laju pertumbuhan ekonomi akan menurun, hal ini dikarenakan inflasi yang tinggi dapat
mengurangi minat investor untuk berinvestasi pada sektor tertentu. Kemudian dapat
menyebabkan tidak stabilnya kondisi perekonomian negara, menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat, deficit neraca pembayaran yang akhirnya dapat menyebabkan
turunnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Ambarwati et al., 2021).
Inflasi
Inflasi merupakan salah satu fenomena ekonomi yaitu harga barang yang meningkat
secara berkelanjutan dalam waktu tertentu. Dalam pengertiannya, peningkatan harga barang
apabila hanya dalam jumlah tertentu tidak dapat dikatakan inflasi, akan tetapi jika
peningkatan harga barang tersebut merambat ke barang lain maka dapat dikatakan inflasi.
Kemudian, jika harga barang meningkat pada waktu tertentu juga tidak dapat dikatakan
sebagai inflasi (Kalalo, et al., 2016).

5
Inflasi menurut tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga, yang pertama inflasi sedang atau
disebut juga moderate inflation, yaitu harga-harga barang yang meningkat dengan lambat. Inflasi
sedang berpengaruh pada masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Yang kedua, inflasi ganas atau
disebut juga galloping inflation, kondisi dimana inflasi terjadi sangat parah dan juga berkelanjutan,
masyarakat banyak yang menimbun barang dan juga menolak untuk menyimpan uang di bank karena
suku bunga bank lebih rendah dari laju inflasi. Yang ketiga adalah hyperinflasi, yaitu kondisi
dimana inflasi terjadi selama lebih dari puluhan bahkan ratusan tahun, kondisi ini akan
mengakibatkan rusaknya perekonomian suatu negara dan akan sangat sulit diatasi. (Indriyani,
2016).
Salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi adalah jumlah uang beredar.
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga
(inflasi tinggi) melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat
menggangu pertumbuhan ekonomi (Romy et al., 2021). Kemudian, ada beberapa efek yang
ditimbulkan dari inflasi yaitu efek terhadap pendapatan dan efek terhadap efisiensi. Efek
terhadap pendapatan tidak berlaku secara umum, efek ini akan sangat berpengaruh atau
dirasakan oleh masyarakat dengan penghasilan tetap. Kemudian efek terhadap efisiensi yang
mengakibatkan distribusi faktor produksi tidak efisien karena banyaknya permintaan akan
suatu barang. (Indriyani, 2016).
Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor penting dalam industri perbankan. Hal ini sesuai dengan
ekonomi klasik. Instrumen utama untuk dapat bertahan di lembaga keuangan khususnya bank yaitu
adanya bunga. Fungsi bunga membuat roda perekonomian Selama eksekusi, pengembaliannya adalah
dari pengakuisisi modal kepada pemilik modal. Bunga juga membantu memelihara dan mengatur
jumlah uang beredar (Beureukat, 2022).
Faktor utama yang mempengaruhi tingkat suku bunga yaitu: 1. Persyaratan modal. Jika bank
kekurangan dana sementara permintaan peminjam meningkat, apa yang bank lakukan untuk segera
mengisi dana dengan menaikkan suku bunga deposito? Jika menaikkan suku bunga deposito, otomatis
suku bunga pinjaman akan naik. Namun, jika menyimpan banyak uang sementara permintaan
tabungan rendah, maka simpanan akan turun. 2. Persaingan Dalam persaingan simpanan, perbankan
perlu memperhatikan pesaingnya selain penggerak yang paling penting. Dengan suku bunga deposito
rata-rata 16%, jika Anda membutuhkan dana cepat, Anda perlu menaikkan suku bunga deposito di
atas suku bunga pesaing Anda. Misalnya, 16%. Di sisi lain, dalam hal suku bunga pinjaman,
kami harus tertinggal dari para pesaing kami. 3. Kebijakan pemerintah, dalam arti bunga
simpanan dan bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi tingkat bunga yang ditetapkan
pemerintah. 4. Target keuntungan yang diinginkan. Jika keuntungan yang diinginkan sesuai
dengan target keuntungan yang diinginkan dan keuntungan yang diinginkan besar maka
tingkat pinjaman akan tinggi dan sebaliknya. 5. Jangka waktu; Semakin lama jangka waktu
pinjaman, semakin tinggi tingkat bunganya, dapat menimbulkan resiko dimasa mendatang
(Indriyani, 2016).
Suku bunga memainkan peran penting dalam ekonomi mikro dan ekonomi makro.
Namun di antara semua manfaat suku bunga, ada efek samping gelap bunga, hal terpenting
dalam perhitungan bunga adalah adanya inflasi. Naiknya suku bunga dan inflasi
mempengaruhi kenaikan tingkat pengangguran, atau memburuknya perekonomian. Banyak
studi penelitian telah dilakukan dan pengaruhnya telah ditunjukkan bahwa suku bunga
meningkatkan inflasi (Beureukat, 2022).

6
Menaikkan suku bunga adalah alat utama bank sentral untuk memerangi inflasi.
Dengan meningkatnya biaya kredit, jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang dan
kegiatan ekonomi menurun. Hal sebaliknya terjadi. Ketika suku bunga turun, biaya pinjaman
turun. Investor cenderung terdorong untuk mengembangkan usahanya dan melakukan
investasi baru, dan konsumen akan membelanjakan lebih banyak. Akibatnya, kinerja ekonomi
akan meningkat dan lebih banyak pekerja akan dibutuhkan. Ini juga akan meningkatkan
investasi di pasar saham (Indriyani, 2016).
Namun, menjadi jelas bahwa kebijakan suku bunga tinggi juga dapat berdampak
negatif pada kegiatan ekonomi. Suku bunga tinggi dapat menyebabkan fakta bahwa biaya
uang tinggi, yang akan membuat ekspor kurang kompetitif di pasar global, sehingga
komunitas bisnis mungkin tidak terlalu tertarik untuk berinvestasi di dalam negeri, Produksi
akan turun dan pertumbuhan ekonomi akan berhenti. Dalam hal ini, mengingat permasalahan
yang harus dihadapi pemerintah, maka pemerintah harus dapat menentukan kebijakan yang
harus diambil untuk memperbaiki atau memperbaiki struktur dan kualitas sistem perbankan
Indonesia (Indriyani, 2016).

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat menaikkan pendapatan dan produksi alam nasional satu
negara dari tahun ke tahun. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu negara, dapat
dilihat dari tingkat produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi
sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Akhir-akhir ini banyak
sekali negaranegara yang berusaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negaranya
dengan cara menaikan output secara berkesinambungan melalui ketersediaan barang-barang
modal, teknologi dan sumber daya manusia. Dalam cakupan ekonomi dan perspektif
ekonomi, inflasi merupakan sebuah fenomena moneter naik turunnya gejolak ekonomi dan
suku bunga.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi hingga kini masih digunakan sebagai
indikator kemajuan perekonomian secara agregat. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
peningkatan dalam produksi barang maupun jasa dalam suatu perekonomian, sehingga
pertumbuhan ekonomi ini merupakan salah satu indikator penting di dalam melakukan suatu
analisis pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harusnya mencerminkan tingkat
kesejahteraan masyarakat, namun syaratnya adalah bahwa pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto harus dibarengi dengan pengendalian laju inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang
tidak dibarengi dengan pertumbuhan inflasi akan menurunkan kesejahteraan masyarakat
karena tingkat pendapatan tidak mampu mengimbangi kenaikan harga-harga yang
dicerminkan dari naiknya tingkat inflasi (Nuraini, 2017). Pertumbuhan ekonomi di Indonesia
diukur dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).
Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan segera kembali ke tingkat di atas 6 persen.
Bahkan baru-baru ini, lembagalembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia masih
tetap terlalu positif tentang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Misalnya, Bank Dunia dan
IMF memprediksi bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5.3 persen pada tahun 2017,
sedangkan realisasi pertumbuhan pada tahun itu hanya berada di 5,07 persen (Indiarti, 2018).
Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB) tidak semua
berdampak negatif pada perekonomian. Terutama jika terjadi inflasi ringan yaitu inflasi di
bawah sepuluh persen. Inflasi ringan justru dapat mendorong terjadinya pertumbuhan

7
ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi semangat pada pengusaha, untuk lebih
meningkatkan produksinya. Pengusaha bersemangat memperluas produksinya, karena dengan
kenaikan harga yang terjadi para pengusaha mendapat lebih banyak keuntungan. Selain itu,
peningkatan produksi memberi dampak positif lain, yaitu tersedianya lapangan kerja baru
(Management, 2020).

C. peran bank indonesia dalam mengatur inflasi dan stabilitas ekonomi


1. Kebijakan Mengatasi Inflasi
Mewujudkan inflasi nol persen secara terus-menerus dalam perekonomian yang
sedang berkembang adalah hal yang sulit dicapai. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang yang
perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah.
Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan kebijakan menurunkan
tingkat inflasi karena bagaimanpun pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam
mengendalikan laju inflasi sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan-
kebijakan pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang
digunakan untuk mnegatasi inflasi yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
1) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah guna
mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik atau yang
diinginkan dengan cara mengubah atau memperbaiki penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Salah satu hal yang ditonjolkan dari kebijakan fiskal ini adalah pengendalian
pengeluaran dan penerimaan pemerintah atau negara. Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan
fiskal ini adalah untuk menentukan arah, tujuan, sasaran, dan prioritas pembangunan nasional
serta pertumbuhan perekonomian bangsa. Kebijakan fiskal dibagi menjadi dua yaitu menurut
segi teori dan menurut jumlah penerimaan dan pengeluaran, yaitu:
a. Kebijakan fiskal dari segi teori.
Kebijakan fiskal dari segi teori dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
i. Kebijakan fiskal fungsional, merupakan kebijakan untuk pertimbangan pengeluaran
anggaran dan penambahan kesempatan kerja yang dilakukan oleh pemerintah karena
akibat tidak langsung dari pendapatan nasional.
ii. Kebijakan fiskal yang disengajamerupakan kebijakan fiskal yang dimaksudkan
untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang sedang dihadapi dengan cara
memanipulasi anggaran belanja secara sengaja, baik melalui perubahan perpajakan
maupun perubahan pengeluaran pemerintah.
iii. Kebijkan fiskal yang tak disengaja dimaksudkan untuk mengendalikan kecepatan
siklus bisnis supaya tidak terlalu fluktuatif. Dalam keadaan inflasi, kebijakan ini akan
mengurangi aktivitas tersebut. Jenis penstabil otomatis atau kebijakan fiskal tak
disengaja yaitu pajak proporsional, pajak progresif, kebijakan harga minimum,
asuransi pengangguran.

8
b. Kebijakan fiskal dari jumlah penerimaan dan pengeluaran Kebijakan fiskal dari segi
jumlah penerimaan dan pengeluaran digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai
berikut:
i. Kebijakan fiskal seimbang, merupakan kebijakan yang membuat antara
penerimaan dan pengeluaran menjadi sama jumlahnya.
ii. Kebijakan fiskal surplus, yaitu kebijakan yang mana jumlah pendapatan harus
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pengeluaran. Kebijakan fiskal
ini merupakan cara untuk menghindari inflasi. I
iii. Kebijakan fiskal defisit, yaitu kebijakan yang berlawanan dengan kebijakan
surplus. Berarti jumlah pendapatan lebih rendah dari jumlah pengeluaran.
iv. Kebijakan fiskal dinamis, merupakan suatu kebijakan yang mirip dengan
kebijakan fiskal seimbang namun dengan ditambah improvisasi yaitu sama
besar jumlahnya tetapi seiringnya waktu keduanya akan bertambah besarnya.
2) Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yaitu peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas
moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar ekonomi tumbuh
lebih cepat, bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit kepada sistem perbankan
melalui operasi pasar terbuka, atau bank sentral menurunkan tingkat diskonto, yang harus
dibayar oleh bank jika hendak meminjam ke bank sentral. Akan tetapi, apabila ekonomi
tumbuh terlalu cepat dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral
dapat melakukan operasi pasar terbuka (open market operations), menarik uang dari sistem
perbankan, manaikkan persyaratan cadangan minimum (reserve requirements), atau
menaikkan tingkat diskonto (interest or discount rate), sehingga dengan demikian akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Instrumen kebijakan moneter antara lain yaitu, Pertama, Kebijakan operasi pasar
terbuka (open market operation) yaitu kebijakan yang diambil oleh bank sentral untuk
mengurangi atau menambahkan jumlah uang yang sedang beredar dimasyarakat. Hal ini
dilakukan dengan cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau juga bisa juga dengan
membeli atau menarik surat-surat berharga yang beredar di pasar modal. Lelang sertifikat
dilakukan ketika uang yang beredar dimasyarakat berlebih maka dengan itu jumlahnya bisa
diminimalisir. Sedangkan pembelian surat-surat berharga diberlakukan ketika uang yang
beredar dimasyarakat sedikit atau rendah maka dengan cara tersebut uang yang beredar
dimasyarakat akan kembali normal.
Kedua, kebijakan diskonto (discount policy) yaitu suatu kebijakan dimana terjadi
pengurangan dan penambahan jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara
mengubah diskonto yang dimiliki oleh bank umum. Apabila suatu kondisi dimana bank
sentral telah memperhitungkan bahwasanya jumlah uang beredar telah mencapai atau
melebihi kebutuhan (termasuk gejala inflasi), maka bank sentral secara otomatis akan
mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga dengan hal ini maka jumlah uang
yang beredar dimasyarakat sedikit demi sedikit akan berkurang.
Ketiga, kebijakan cadangan khas yaitu kebijakan yang berhubungan dengan cash
ratio, dimana bank sentral memiliki wewenang untuk membuat peraturan yakni dalam

9
menaikkan ataupun menurunkan cadangan khas atau yang sering kita sebut dengan cash ratio.
Bank umum dalam keadaan ini akan menerima uang dari para nasabah dalam bentuk giro,
tabungan, deposito, dan jenis tabungan lainnya. Namun dalam hal ini adalah sebuah
pengecualian yakni adanya persentase tertentu dari uang yang disetor oleh nasabah yang tidak
diperbolehkan untuk dipinjamkan.
Keempat, kebijakan kredit ketat yang sesuai dengan namanya mengandung unsur
ketat maka kebijakan satu ini berhubungan dengan pengawasan. Pengawasan terhadap jumlah
uang yang beredar di masyarakat. Kredit ini diberikan bank umum dengan beberapa syarat
yakni karakter, kapasitas, jaminan, kapital, dan kondisi perekonomian. Hal ini sangat efektif
ketika terjadi sebuah kekacauan disebuah negara, karena apapun alasannya semua pihak
harus mentaatinya dan jika ada sebuah pelanggarana atau penyelewengan akan mendapatkan
sebuah sanksi dan hukuman sesuai dengan aturan yang ada.
Kelima, kebijakan dorongan moral (moral situation). Cara yang ditempuh oleh
kebijakan ini adalah dengan pengumuman, pidato dan edaran yang ditunjukkan pada bank
umum dan pelaku ekonomi lainnya. Pengumuman, pidato, dan edaran ini berisi tentang
ajakan atau larangan dengan tujuan menahan pinjaman tabungan dan melepaskan pinjaman
yang ada.
2. Tujuan Kebijakan Pemerintah
Adapun tujuan dari kebijakan pemerintah menurut Sukirno, yaitu dilihat berdasarkan pada
dua tujuan yakni tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial dan politik.
1) Tujuan bersifat ekonomi
a. Menyediakan lowongan pekerjaan.
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran merupakan usaha yang
terus menerus. Dengan kata lain, ia merupakan usaha dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam jangka panjang usaha untuk mengatasi
pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan
menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus menerus. Dalam jangka
pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius yaitu ketika berlaku
kemunduran dan pertumbuhan ekonomi yang lambat.
b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
Kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran sangat berhubungan dengan
pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kesempatan kerja
yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin menurun bukan saja
menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita.
c. Memperbaiki pembagian pendapatan
Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek buruk pada kesamarataan
pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan.
Maka semakin besar pengangguran tenaga kerja yang tidak mempunyai
pendapatan.
2) Tujuan yang bersifat sosial politik

10
a. Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga.
Apabila masalah yang timbul, keluarga tersebut mempunyai kemampuan terbatas
akan melakukan pergelangan. Maka secara langsung pengangguran akan
mengurangi kemakmuran keluarga.
b. Menghindari masalah kejahatan
Disatu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pekerjaan.
Akan tetapi di pihak lain, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan
untuk berbelanja.

Studi kasus “ Dampak kebijakan moneter dan tingkat suku bunga terhadap
pertumbuhan ekonomi”

Kebijakan moneter
Pengertian Kebijakan moneter menurut Sudirman (2017:67) dalam (Syah &
Aziz, 2020)yaituaktivitas pemerintah yang melakukan sesuatu agar tercapainya tujuan dari
pengendalian ekonomi makro merupakanproses pembuatan uang atau sejumlah uang yang
beredar dengan cara memengaruhi situasi dan kondisi kecil melalui pasar uang . Oleh
karena itu, kebijakan moneter dalam penerpannya menjadi hal yang memiliki urgensi dan
kepentingan yang lebih dibandingkan kebijakan-kebijakan dalam sektor lainnya.Menurut
Bofinger, kebijakan moneter adalah cara mengubah alat kebijakan moneter untuk
memastikan stabilitas harga, mengurangi reaksi dan menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi. Kekuasaan untuk melakukan kebijakan moneter di beberapanegara biasanya
dilaksanakanoleh bank sentral, bagian dari pemerintah yang menentukan, mengatur dan
mengendalikan kebijakan moneter Bofinger (2001) dalam (Syah & Aziz, 2020)Di sisi lain,
menurut Hossain (2009: 87) dalam (Sitinjak et al., 2016), kebijakan moneter menjadi hak dan
tanggung jawab bank pusat suatu negara untuk mengubah kondisi moneter dan
keuangan dalam perekonomian manapun. Tujuannya adalah untuk sedikit meningkatkan
inflasi dengan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi, neraca pembayaran, dan stabilitas
suku bunga dan nilai tukar.Dari definisi sebelumnyayang telah disampaikan maka diambil
kesimpulan bahwakebijakan moneter yang sangat penting dibandingkan dengan kebijakan
lainnya, dan sebagaimanayang sudah dipaparkan kebijakan ini dibuat untukmengatur
pengelolaan peredaran uang agarmenjamin stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi di
mana pun kebijakan itu diterapkan.
Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor perekonomianyang terus-menerus dicermati karena
dampaknya di mana-mana yang secara langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari
masyarakat dan dapat memiliki efek penting lainnya pada kesehatan ekonomi. Amadeo
(2018) dalam (OGUNDIPE et al., 2020)Kami mendefinisikan bunga sebagai jackpot
yangdikorbankan pemberi pinjaman untuk membelanjakan uang mereka. Definisi lain
dari suku bunga merupakan harga yang harus dibayarkanpada peminjam. Myshkin
(2008) dalam (Susilawati & Putri, 2019).Menurut Mahendra (2016) dalam (Ningsih &
Kristiyanti, 2019)Suku bunga merupakan harga yang perludibayarkandalam suatu transaksi

11
penukaran uang dalam jumlah yang sama dengan selisih waktu tertentu. kenaikan suku
bunga yang tidak wajardapat mempersulit komunitas bisnis untuk membayar biaya
bunga dan hutang, karena hal itu menambah beban bisnis dan secara langsung mempengaruhi
keuntungan mereka.Jadi dari beberapa definisi tersebut disimpulkan bahwa Suku
Bunga menjadi faktor yang dapat memperngaruhi perekonomian dikarenakan
terjadinya pertukaran rupiah yang menjadi beban atas penggunaanya.
Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi adalah ukuran kuantitatifyang memvisualisasikan
pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahuntertentu dibanding dengan tahun sebelumnya,
Pembangunan Ekonomi adalahbagaimana menumbuhkan cara dalam memenuhi
kebutuhan hidup dengan kreasi dan inovasi. Dalam sisi yang lebih besar yaitu suatu
negara maka lajur ekonomisuatu negara pada tahun tertentu diukur tidak hanya oleh
peningkatan produksi barang dan jasa selama bertahun-tahun, tetapi juga oleh
perubahan lain di berbagai sektor seperti:pendidikan, teknologi, kesehatan, dll..Sukirno
(2006)dalam (Susilawati & Putri, 2019)Pertumbuhan ekonomi juga memengaruhi
pekerjaan. Tinggi rendahnya kualitas tenaga kerja juga mempengaruhi rendahnya
produktivitas dan tingkat partisipasi sosial kerja dan pekerja dalam dunia proses produksi.
Semakin banyak pekerjayang terlibat dalam proses produksi maka semakin banyak pula
barang dan jasa yang dihasilkan sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di
daerah tersebut (AL Buana, 2019). Inflasi merupakan variabel makroekonomi yang
memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagaimacamnegara. Inflasi
yang biasaberdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi di atas plafon
berdampak negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Aydın et al., 2016)dalam
(Liandini & Soebagiyo, 2022)Ditarik kesimpulan dari beberapa definisi bahwa
Pertumbuhan Ekonomi termasuk suatu perkembangan yang disertai peningkatan terhadap
produksi dan jumlah masyarakat terhadap suatu Negara.
pengaruhKebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan dari review jurnal-jurnal sebelumnya, Menurut (Dwiwardani,
2019)variable Kebijakan Moneter melalui jalur nilai tukar ini sama dengan penelitian
sebelumnya yang menjelaskan bahwa nilai tukar berpengaruh positif pada sistem nilai
tukar kurs dimana hasil menunjukan positif tapi tidak signifikan, artinya pertumbuhan
ekonomi tidak terlalu mengalami perubahan tergantung pada kebijakannya. Beberapa
penyebab pengaruhnya tidak signifkan kebijakan moneter terhadap pertumbuha
ekonomi, karena terlalu terbuka nya perekonomian yang terjadi di Indonesia, sehingga
rentan terhadap gejolak khususnya pada pergerakannilai tukar. Tekanan yang terjadi
akibat nilai rupiah merupakan imbas dari invenstor yang merasa terancam pada
kenaikan suku bunga.Perhitungan yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah Bilateral
Exchange Rate atau juga nilai 1 mata uang dinyatakan sama dengan mata Negara uang
lainnya .MenurutWarjiyo dalam Solikin dan Suseno (2002) dalam Laeli Dwiwardani
(2019) Instrumen yang terdapat pada kebijakan moneter digolongkan sebagai
berikut:1.Terdapat cara langsung dan tidak langsung, instrument langsung seperti
pengdendalian yang secara langsung dapat mempengaruhi sasaran operationalnya,
instrument tidak langsung seperti usaha pengendalian moeneter dengan cara pergerakan
neraca bank central.2.Orientasinya pada pasar keuangan (market oriented/base& non-
marketoriented/base ), Pasar terbuka seperti tidak terlalu membebankan pajak padabank,
arah kebijakannya mudah, Diskresinya berada pada Bank Central / Pasar keuangan.

12
PengaruhTingkat Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pengaruhnya tingkat suku bunga pada pertumbuhan ekonomi positif menurut (Asnawi &
Fitria, 2018). Tingkat suku bunga mempengaruhi investasi yang berjalan dimana tingkat
rendahnya suku bunga membuat investasi meningkat dan itu mempengaruhi terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ini sesuai pada teori yang menyakatan jika tingkat suku bunga
terlampau tinggi akan mempengaruhi keputusan pemilik modal untuk menyuntikan dananya
ke perusahan perusahaan potensional yang membuat pertumbuhan ekonomi akan turun,
dan sebaliknya. Jumlah uang yang beredar mempengaruhi inflasi.Ketika suku bunga
kredit serta deposito naik bisa menyebabkan masyarakat lebih memilih menyimpan
uangnya di bankyang mengakibatkan kurangnya jumlah uang yang beredar jika
meningkatnya suku bunga membuat para pelaku bisnis menurunkan investasi karna biaya
usaha daya beli barang dan jasa yang mengakibatkan turunya perekonomian dan
melemahnya nilai rupiah serta ketidakstabilan perekonomian negara.Oleh karna itu
kebijakan suku bungamenjadi fokus perhatianya bank sentral dan pemerintah untuk
menjaga kesetabilan perekonomian negara.

Pengaruh Kebijakan Moneter dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pertumbuhan


Ekonomi
Pengaruh Kebijakan Moneter dan tingkat Suku Bunga menurut(Gani & Ima Amaliah,
2021).Kebijakan moneter merupakan instrumen kebijakan ekonomi yang digunakan oleh
bank sentral untuk mengatur sejumlah uang yang beredar dipasar keuangan dan
mempengaruhi tingkat suku bunga.Tujuan dari kebijakan moneter untuk mencapai
stabilitas pertumbuhan ekonomi yang stabil untuk mengatur inflasi oleh karna itu kebijakan
moneter harus mengatur jumlah uang yang beredar jika nantinya uang yang beredar
sedikit mempengaruhi tingkatnya suku bunga yang terjadi yang menyebabkan turunanya
perekonomian suatu Negara. Sedangkan menurut (Budiyato & Wibowo, 2021)Kebijakan
Moneter dapat mempengaruhi atau tidak nya sesuai dengan kebijakan yang diterapkan
pada setiap Negara masing-masing, dibeberapa Negara seperti Malaysia dan Nigeria,
berdampak positif sementara di Negara Laos berdampak negative. H3H2H1Pertumbuhan
Ekonomi (Y)Tingkat Suku Bunga (X2)Kebijakan Moneter (XI) Kebijakan Moneter melalui
jalur nilai tukar ataupun suku bunga, memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap
kebijakan yang diatur, Setelah diteliti lebih lanjut melalui data time series variable
kebijakan moneter dan Suku Bunga bersama-sama mempengaruhi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, tetapi Suku Bunga tidak terlalu berdampak besar terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, sementara melalui jalur nilai tukar dan jumlah uang beredar termasuk dalam
variable penting yang berdampak besar terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang dilalui oleh
sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama pendapatan
nasional dan laju perubahan harga.konsep dasar mekanisme transmisi kebijakan moneter
dimulai dari instrumen kebijakan yang mempengaruhi sasaran operasional,sasaran antara dan
sasaran akhir. Dalam rezim kebijakan moneter yang menggunakan kerangka kerja
pentargetan inflasi, pemahaman mengenai jalur transmisi kebijakan moneter dalam
perekonomian sangat diperlukan. Karena besaran target inflasi yang ditetapkan Bank Sentral
dan pencapaian target inflasi tersebut akan ditentukan oleh jalur transmisi mana yang lebih
dominan dalam perekonomian. Jika mekanisme transmisi ini kurang dipahami maka akan
berakibat tidak kredibelnya kebijakan moneter yang ditetapkan. Sehingga, memahami
mekanisme transmisi adalah kunci untuk dapat mengarahkan kebijakan moneter agar dapat
mempengaruhi perekonomian riil dan tingkat harga. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kondisi dalam perekonomian yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan kapasitas
produksi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
Dengan melihat tingkat PDB suatu negara ini dapat dilihat pula bagaimana kondisi sektor
perekonomian suatu negara, berhasil atau tidaknya suatu negara dalam mengatur
perekonomian. Berdasarkan data BPS, perekonomian Indonesia triwulan I/2020
dibandingkan dengan triwulan I/2019 (y-on-y) tumbuh 2,97%. Hal ini tidak lepas dari peran
pemerintah, masyarakat dan juga para pelaku ekonomi baik dalam maupun luar negeri
(Indriyani, 2016). Suku bunga dapat mengatur peredaran uang yaitu apabila suku bunga
tinggi maka akan menarik masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank, dan apabila suku
bunga rendah, masyarakat akan mengambil uang di bank. Oleh karena itu, kondisi ini sering
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar. (Indriyani, 2016)
Meningkatkan nilai suku bunga adalah cara pemerintah atau bank sentral dalam mengatasi
inflasi, yaitu dengan mengurangi jumlah uang yang ada di masyarakat sehingga aktivitas
perekonomian akan berkurang. Kondisi sebaliknya, jika suku bunga turun maka masyarakat
akan membelanjakan uangnya dan banyak yang mengambil simpanannya di bank. dengan
kondisi tersebut, aktivitas ekonomi akan meningkat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, N. D. (2018). Peran Bank Indonesia (BI) dalam menstabilkan


perekonomian Indonesia melalui pengendalian inflasi (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara).
Setiawan, I. (2009). Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap Perkembangan
Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan
Akuntansi, 1(1), 15-31.
Fauzi, A., Damayanty, P., Pane, C. S., Julianti, E. A. C., Elok, G. P., & Rivai, I.
(2023). ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER DAN TINGKAT SUKU BUNGA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 2(2), 50-58.
Warjiyo, P. (2017). Mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia (Vol. 11).
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai