Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Instrumen Kebijakan Moneter dan Dampak Kebijakan


Moneter terhadap Perekonomian.”

Disusun oleh:

Kelompok II
Kalyca
Crensisia Editya
Frans Vaskalis Dio
Lukman Hakim

Kelas: XI IPS 1
SMA NEGERI 1 SINGKAWANG
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat,hidayah,dan inayahNya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Instrumen Kebijakan Moneter dan Dampak Kebijakan Moneter terhadap
Perekonomian” untuk memenuhi tugas mata pelajaran “Ekonomi”.
Makalah“Instrumen Kebijakan Moneter dan Dampak Kebijakan Moneter terhadap
Perekonomian” ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan berbagai
referensi dari buku-buku dan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
kami meminta maaf atas segala kekurangan.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca dan kami selaku penyusun mohon kritik dan sarannya Terima
Kasih.

Singkawang,14 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Instrumen Kebijakan Moneter
2.2 Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter di Indonesia
2.3 Dampak Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian
BAB 3 PENUTUP
3.1 kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1998, Indonesia pernah menghadapi kondisi sistem keuangan
yang sulit. Kala itu, terjadi banyak kerusuhan sebagai aksi protes terhadap
pemerintah yang gagal menghadapi krisis moneter. Saat krisis moneter tersebut
melanda Indonesia, nilai tukar rupiah jatuh dan menyebabkan banyak perusahaan
gulung tikar. Dapat dikatakan negara ini sedang mengalami kekacauan
dalam sistem ekonomi. Namun sejak peristiwa tersebut, pemerintahan Indonesia
telah banyak belajar dan memperbaikinya, salah satunya dengan menerapkan
kebijakan moneter dengan menyediakan berbagai instrumen kebijakan moneter.
Kebijakan moneter yang dikelola oleh bank sentral (Bank Indonesia) lebih
berfokus pada pengelolaan jumlah uang dan tingkat inflasi suatu negara. Jumlah
uang yang diedarkan oleh bank sentral tentu akan menyesuaikan dengan kapasitas
ekonomi suatu bangsa. Bank sentral dapat menerapkan kebijakan moneter
ekspansif atau sebaliknya yaitu kebijakan moneter kontraktif. Pada dasarnya
kebijakan bank sentral akan menyesuaikan dengan kebijakan yang diterapkan oleh
pemerintah. Ketika pemerintah menginginkan pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi dengan meningkatkan belanja pemerintah, maka bank sentral akan
mengimbanginya dengan kebijakan moneter ekspansif. Bauran kebijakan ini
diharapkan dapat meningkatkan jumlah uang beredar, sehingga daya beli
masyarakat naik dan mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat. 
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu instrumen kebijakan moneter?
1.2.2 Apa saja instrumen kebijakan moneter yang digunakan Bank Indonesia?
1.2.3 Apa dampak kebijakan moneter terhadap perekonomian?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu instrumen kebijakan moneter.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis instrumen kebijakan moneter yang digunakan Bank
Indonesia.
1.3.3 Mengetahui dampak dari kebijakan moneter terhadap perekonomian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Instrumen Kebijakan Moneter

Instrumen kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media pengendalian


operasi moneter yang dimiliki dan dapat digunakan oleh bank sentral untuk
memengaruhi sasaran operasioanal dan sasaran akhir yang telah ditetapkan oleh
bank sentral atau pemerintah
Kebijakan moneter yang stabil dan berdampak baik pada kondisi ekonomi
negara merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai. Bank Indonesia
memerlukan alat atau instrumen tertentu untuk menjalankan peran dan fungsi
kebijakan moneter. Instrumen tersebut membuat peran dan fungsi kebijakan
moneter berjalan efektif dan efisien.
2.2 Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter di Indonesia
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka merupakan kegiatan transaksi di pasar uang yang


dilakukan Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian
moneter. Pada operasi pasar terbuka, Bank Indonesia dapat menjual atau membeli
surat berharga di pasar uang, misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila
terjadi kelebihan jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual SBI sehingga
memengaruhi cadangan bank umum dan menarik uang beredar. Sebaliknya,
apabila perekonomian mengalami kekurangan jumlah uang beredar, bank sentral
akan membeli SBI dari bank umum atau masyarakat.
Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan instrumen tidak langsung yang
sangat penting,karena sangat fleksibel dibandingkan dengan instrumen lainnya.
 OPT dapat dilakukan atas inisiatif bank sentral dengan frekuensi
dan kuantitas sesuai dengan yang Diinginkan.
 OPT dapat dilakukan di pasar primer atau pasar sekunder dengan
menggunakan berbagai instrumen pasar uang, seperti surat
berharga bank sentral, surat berharga pemerintah, atau surat
berharga pasar uang.
 Dengan OPT, bank sentral dapat mentargetkan suku bunganya atau
jumlah/kuantitasnya dan dapat Bervariasi jangka waktunya.
2. Politik Diskonto (Discount Rate Policy)
Politik diskonto merupakan suatu kebijakan yang dilakukan pemerintah
untuk menambah dan mengurangi jumlah uang beredar dengan menaikkan atau
menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila pemerintah
melalui bank sentral menaikkan suku bunga, jumlah uang beredar akan berkurang
karena masyarakat atau bank umum cenderung menyimpan uang di bank. Kondisi
ini meng akibatkan jumlah uang yang beredar berkurang. Bank Indonesia
biasanya menaikkan suku bunga saat terjadi inflasi. Sebaliknya, apabila Bank In
donesia menurunkan suku bunga, jumlah uang beredar akan bertambah.
Rendahnya suku bunga di bank menyebabkan minat menabung masyarakat
menurun. Suku bunga yang turun dapat berdampak positif bagi sektor swasta
untuk berinvestasi dan mengembangkan usaha. Menurunkan suku bunga biasanya
dilakukan pemerintah saat mengalami kelesuan ekonomi, resesi, atau mengalami
deflasi. Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi
tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Mekanismenya sebagai berikut :

Pengaruh kebijakan politik diskonto sebagai berikut :

3. Politik Cadangan Kas (Cash Ratio)


Politik cadangan kas merupakan kebijakan bank sentral untuk menambah
atau mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan
cadangan minimum bank umum. Kebijakan tersebut harus dipenuhi bank-bank
umum dalam mengedarkan atau memberikan kredit kepada masyarakat.Apabila
bank sentral menaikkan cadangan kas, berarti bank sentral ingin mengurangi
jumlah uang beredar. Kondisi ini dapat terjadi karena dengan naiknya cadangan
kas berarti bank umum harus lebih banyak menahan uang tunai untuk tidak
disalurkan dalam bentuk kredit. Kebijakan ini dilakukan saat mengalami gejala
inflasi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan cadangan kas minimum berarti
bank sentral ingin menambah jumlah uang beredar. Dengan menurunkan kas
cadangan minimum, bank umum dapat meminjamkan uang lebih banyak kepada
masyarakat. Dengan demikian, akan menambah jumlah uang yang beredar. Bank
sentral menurunkan cadangan kas minimum jika perekonomian menunjukkan
gejala-gejala deflasi.
4. Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif merupakan kebijakan mengurangi jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat dengan cara menentukan syarat syarat yang ketat
untuk memperoleh pinjaman (kredit). Kredit selektif dilakukan dengan cara
menentukan syarat-syarat kredit yang ketat. Dengan adanya kebijakan kredit ketat
ini, bank sentral dapat mengontrol jumlah uang beredar dalam masyarakat. Syarat-
syarat dalam pemberian kredit harus memperhatikan 5C,yaitu Caracter,
Capability, Collateral, Capital, dan Condition of Economy. Dengan kebijakan
kredit selektif, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini
biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi. Pengaruh
kebijakan kredit selektif sebagai berikut:
5. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Imbauan moral merupakan cara yang ditempuh bank sentral untuk
mengendalikan jumlah uang beredar dengan mengarahkan atau meng imbau
lembaga perbankan dan masyarakat. Imbauan moral dilakukan bank sentral
melalui media massa, pengumuman, atau pidato untuk memengaruhi lembaga
moneter dan individu atau masyarakat yang bergerak di bidang moneter. Imbauan
moral bertujuan agar lembaga perbankan dan masyarakat memahami situasi
ekonomi dan bisa bekerja sama untuk mendukung kebijakan pemerintah.
Misalnya, gubernur Bank Indonesia mengimbau agar lembaga perbankan berhati-
hati atau selektif dalam pemberian kredit kepada perusahaan ataupun individu.

6.Kebijakan Devaluasi dan Revaluasi


Devaluasi merupakan kebijakan menurunkan kurs mata uang rupiah
terhadap mata uang asing untuk memperbaiki neraca pembayaran. Dengan
kebijakan devaluasi diharapkan harga-harga barang ekspor menjadi relatif lebih
murah di luar negeri sehingga nilai ekspor meningkat. Sementara itu, harga
barang luar negeri (dalam mata uang rupiah) menjadi lebih mahal sehingga dapat
mengurangi impor. Naiknya ekspor dan turunnya impor akan mendorong neraca
pembayaran menjadi surplus, yaitu ekspor lebih besar daripada impor. Devaluasi
dapat membawa dampak negatif, dengan adanya devaluasi membuat harga
didalam negeri menjadi naik. Selain itu, orang-orang indonesia yang memiliki
hutang luar negeri dalam bentuk mata uang asing menjadi semakin terpukul.
Revaluasi ialah suatu kebijakan pemerintah untuk menaikkan mata uang dalam
negeri atas mata uang asing. Kebijakan revaluasi ini diambil oleh pemerintah
ketika ingin mendorong tingkat impor dan menurunkan tingkat ekspor.

Tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan ini agar mengurangi akumulasi mata


uang asing dalam negeri. Dengan hal ini, nilai barang dalam negeri semakin
mahal dan nilai barang luar negeri semakin murah.

Revaluasi juga bisa membawa pada dampak negatif, yaitu pada daya saing dan
keuntungan perusahaan dalam negeri. Kebijakan revaluasi akan membuat barang-
barang lokal lebih murah di pasar internasional. Sehingga, perusahaan dalam
negeri akan mengalami tekanan untuk meningkatkan produktivitas, promosi agar
barang-barangnya dapat bersaing dalam pasar internasional, serta menurunkan
harga barang-barangnya.

Sejak diberlakukannya Bretton Woods System, kebijakan devaluasi dan revaluasi


sudah sangat jarang dilakukan oleh Negara anggota IMF. Hal ini karena kebijakan
devaluasi dan revaluasi dinilai suatu kebijakan yang tidak popular. Alasannya
adalah Negara yang deficit biasanya menolak melakukan devaluasi, karena akan
menunjukkan kelemahannya. Sedangkan Negara yang surplus akan terus
mengakumulasi cadangan internasionalnya.

Negara yang mengalami deficit neraca pembayaran tidak bersedia kehilangan nilai
tukar mata uangnya, karena akan menyebabkan barang-barang impor menjadi
lebih mahal di pasar domestic. Kenaikan harga barang impor di pasar domestic ini
pada akhirnya akan memicu terjadi inflasi.

Sedangkan Negara yang mengalami surplus neraca pembayaran tidak akan


bersedia melakukan apresiasi terhadap mata uangnya, karana hal ini akan
menyebabkan harga barangnya menjadi lebih mahal di pasar internasional dan
barang luar negeri menjadi lebih murah di pasar domestic. Ketika harga barang
luar negeri lebih murah dari barang domestic, maka produksi dalam negeri
cenderung turun. Barang domestic kalah bersaing dengan barang impor. Pada
akhirnya dapat menimbulkan turunnya perekonomian termasuk timbulnya
pengangguran.

2.3 Dampak Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian


Kebijakan moneter memberikan dampak besar bagi perekonomian
nasional. Dampak kebijakan moneter terhadap perekonomian sebagai berikut.
a. Mempertahankan kestabilan harga.
b.Menjaga agar likuiditas dalam perekonomian sesuai kebutuhan.
c.Melancarkan transaksi perdagangan.
d.Mengurangi dampak inflasi terhadap perekonomian.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bisa kita simpulkan bahwa Instrumen kebijakan moneter merupakan


alat-alat atau media pengendalian operasi moneter yang dimiliki dan
dapat digunakan oleh bank sentral untuk memengaruhi sasaran
operasioanal dan sasaran akhir yang telah ditetapkan oleh bank sentral
atau pemerintah dan berbagai instrumen kebijakan moneter tersebut
adalah Operasi Pasar Terbuka, Politik Diskonto, Politik Cadangan
Kas, Kebijakan Kredit Selektif, Imbauan Moral, serta Kebijakan
Devaluasi dan Revaluasi.

Anda mungkin juga menyukai