TUGAS
EKONOMI MAKRO
INFLASI
KELOMPOK :
TAHUN 2019
2
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ekonomi Makro dengan materi “INFLASI”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan
inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi,
kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan
datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu
senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas
moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga
tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau
tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti
Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata
uang dînâr dan dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di
dunia ekonomi modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham
dapat menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai
terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya
ekonomi makro yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil
materialnya. Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku
bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan
menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama kebijakan
moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan salah
satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom, pemerintah, maupun
masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya inflasi
dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yangdimaksud inflasi?
b. Penggolongan Inflasi
c. Faktor-faktor penyebab timbulnya inflasi di Indonesia ?
d. Apahkah dampak yang ditimbulkan dari inflasi?
e. langkah-langkah apa saja yang harus di ambil untuk mencegah terjadinya inflasi?
f. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Inflasi
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang
bersifat umum dan terus-menerus. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-
menerus yang bersumber dari terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang. Dari
pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana
banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang
terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia.
Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi
harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan
penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.
2. Penyebab Inflasi
Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama
yang di tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara berkembang, tidak
terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak
diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI). Hal ini terjadi karena masih adanya
tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya merupakan bagian dari likuiditasi perbankan.
Sejak tahun 1976 presentase uang kuartal yang beredar (48,7%) lebih kecil daripada
presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).sehingga mengindikasikan bahwa
telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter Indonesia juga mengindikasikan
bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan
semakin meluasnya moneterisasi dalam kegiatan perekonomian subsisten, akibatnya
memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang dihimpun
dalam Laporan Bank Dunia menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang
beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan
dengan Negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina).kenaikan jumlah uang beredar
di Indonesia pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh
pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini
dapat merupakan efek langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector keuangan
6
Seperti halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja
pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut
prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak sekali disebabkan
oleh hal-hal yang menyangkut keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap kali
menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama
pemerintahan Orde lama defisit anggaran belanja ini acapkali di biaya dari dalam negeri
dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan
pembangunan ekonomi yang inward looking policy, sehingga menyebabkan tekanan
inflasi yang hebat, tetapi sejak era Orde Baru, defisit anggaran belanja ini di tutup dengan
pinjaman luar negeri yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi.
Dalam era pemerintahan Orde baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan
ekonomi yang telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang, menyebabkan
kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa
potensi mobilisasi dana pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan
masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas
(belum berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam melakukan
pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan.
Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada penerimaan
rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat di imbangi
dengan penerimaan, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan
penerimaan Negara, atau dapat dikatakan telah defisit struktural dalam keuangan Negara.
Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di sector migas
meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri
semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestic yang relatif
lebih lamban akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-
employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi
relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti yang terkonsep dalam
analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tekanan inflasi.
Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan
dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak 1982), menyebabkan
kemampuan pemerinntah untuk membiayai pembangunan nasional semakin berkurang
pula, sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak
(motor) pembangunan. Dengan kondisi seperti ini, menyebabkan secara bertahap peran
sebagai penggerak utama pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan
inflasi pun beralih dari pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada
periode ini lebih di sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam
melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor perbankan yang
semakin ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya modal domestic yang masih saja
relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya komersial maupun non
7
komersial pun semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi karena
kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat
terbatas.
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang
di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp.
500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian
penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.50.000,00.
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat
mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga
mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi
terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut
8
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya
yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap setiap tanah, rumah dan
bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang
bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.
Disamping menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
a. Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c. Memperburuk pembagian kekayaan.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah
uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank sentral.
Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan inflasi dapat di
kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Terdapat tiga kebijakan
yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur inflasi :
a. Kebijakan Diskonto
Yaitu kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan
menaikkan dan menurunkan presentasi persediaan kas dari bank.
2. Kebijakan Fiskal
Kenaikan Output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung
menurunkan..harga.
Ini dilakukan dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap).Kalau
indeks..harga..naik..maka..gaji/upah..juga..dinaikan.
5. Kebijakan Lain
1. Peningkatan Produksi
Meski jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan peningkatan produksi, maka
tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan..ekonomi.
2. Kebijakan Upah.
Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable
income) masyarakat.
10
3. Pengawasan Harga.
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
Dalam pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi pemerintah harus mampu menciptakan
kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single digit, sekitar
8%. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu interest rate, inflation rate
dan exchange rate, yang semuanya saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Di sisi lain, dengan diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya
suku bunga perbankan dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih
banyak. Aktivitas perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah yang besar secara bertahap.
11
BAB III
PENUTUP
1. Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi
secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan
diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah uang beredar, defisit anggaran
belanja pemerintah
a. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect), 2 Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect),
b. Efek terhadap Output (Output Effect), 4 Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi
dan Kemakmuran masyarakat.
4. Cara mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan moneter, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan yang
berkaitan dengan Output, kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing, kebijakan lain,
perbaikan prilaku masyarakat.
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
Dank sentral berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini
disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (kurs).
Demikian makalah tentang inflasi dari kami semoga dapat bermanfaat dan apabila ada
kesalahan penulisan kami mohon maaf, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hasan. 2006. Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmad, Mustaq. Dr. 2003. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qardawi, Yusuf. 1997. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani
Press.
Hasannudin, Drs., MA. 2008. Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Lembaga Pengesahan FIDKOM.
Herlambang, Tedy dkk. 2006. Teori Ekonomi dan Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.