AKUNTANSI SYARIAH
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
AKUNTANSI S1
2023
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas limpahan
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
kepada kami.
Sholawat bersamaan dengan salam juga mari hadiahkan kepada baginda nabi kita
Muhammd SAW. Semoga kita, orang tua kita, nenek dan kakek kita, dosen-dosen dan orang
terdekat kita mendapat syafaat Beliau di Yaumil Mahsyar kelak. Aamiin ya Rabbal’ Alamiin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Syariah semester genap, dan judul makalah ini adalah “Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS)”.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak M. Ridwan Tikollah selaku dosen mata
kuliah kami, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari
awal hingga selesai.
Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan
kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.
Penulis.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
Latar Belakang........................................................................................................................5
Rumusan Masalah...................................................................................................................6
Tujuan..................................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 7
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARI’AH (KDPPLKS)........................................................................................................7
Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia...................................................................................7
Tujuan Kerangka Dasar...................................................................................................... 8
Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan
Syari’ah............................................................................................................................... 8
Tujuan Laporan Keuangan................................................................................................ 11
Asumsi dasar..................................................................................................................... 12
Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah............................................................. 12
Kendala informasi yang relevan dan andal...........................................................................13
Unsur-unsur laporan keuangan..........................................................................................14
Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan.................................................................. 16
Catatan atas laporan keuangan.......................................................................................... 16
KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM............ 17
A. Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan keuangan................................................17
B. Pemakai dan Kebutuhan Informasi.................................................................................. 17
C. Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah.................................................18
D. Bentuk Laporan Keuangan............................................................................................18
E. Syarat Kualitatif Laporan Keuangan menurut AAOIFI................................................ 18
F. Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi...................................19
iii
G. Beberapa Pemikiran ke Depan......................................................................................22
BAB III..................................................................................................................................... 24
PENUTUP................................................................................................................................ 24
Kesimpulan........................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan bagian dari entitas syariah yang berfungsi sebagai
lembaga intermediary keuangan diharapkan dapat menampilkan dirinya secara baik
dibandingkan dengan perbankan dengan sisitem yang lain (perbankan yang berbasis bunga).
Gambaran tentang baik buruknya suatu perbankan syariah dapat dikenali melalui kinerjanya
yang tergambar dalam laporan keuangan.
Penyajian laporan akuntansi bank syariah telah diatur dengan pedoman standar
akuntansi keuangan syariah (PSAK) dan pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia
(PAPSI). Oleh karena itu, laporan keuangan harus mampu memfasilitasi semua pihak yang
terkait dengan bank syariah. Kekurangan perhatian PSAK dan PAPSI dalam masalah syariah
juga terdapat dalam hal fungsi laporan keuangan memfasilitasi DPS untuk memeriksa dana
non halal yang diterima oleh bank. Dana non halal berdasarkan PSAK no. 59 dan PAPSI
digabung dengan dana Qardh. Penggabungan dapat menimbulkan persoalan syariah berupa
tercampurnya yang hak dan yang bathil. Ketiadaan pemisahan akan menyebabkan kurangnya
perhatian untuk mengupayakan pengeliminasian dan non halal dimasa yang akan datang.
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau
organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas
pemilik.
Laporan keuangan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan. Neraca bank
memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada saat tertentu. Laporan laba-rugi
memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama satu periode tertentu.
Laporan perubahan posisi keuangan memperlihatkan darimana saja sumber dana bank dan
kemana saja adana disalurkan. Laporan ini disusun dari neraca pada dua periode dan laporan
laba-rugi selama periode yang dilaporkan. Selain dari ketiga komponen utama laporan
keuangan diatas, juga harus disertakan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
5
Berbeda dengan perusahaan lainnya, bank diwajibkan menyertakan laporan komitmen
dan kontijensi, yaitu memberikan gambaran, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban
pada tanggal laporan.
Rumusan Masalah
Bagaimana kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan syariah?
Bagaimana konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI?
Bagaimana konsep dasar akuntansi menurut pemikir Islam?
Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah.
Dapat mengetahui dan memahani konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI.
Dapat mengetahui dan memahami konsep dasar akuntansi menurut pemikir Islam.
6
BAB II
PEMBAHASAN
KDPPLKS merupakan kerangka konseptual yang mirip dengan konstitusi, yaitu suatu
sistem koheren dari tujuan-tujuan dan dasar-dasar yang saling terkait yang dapat
mengarahkan pada standar-standar konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi, dan batasan
dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan syariah
Jadi KDPPLKS ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah bagi para penggunanya
7
Tujuan Kerangka Dasar
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi
syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik
maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat
standar.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah
Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan
Syari’ah
9
Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
Tidak mengandung unsur riba
Tidak mengandung unsur kezaliman
Tidak mengandung unsur masyir
Tidak mengandung unsur gharar
Tidak mengandung unsur haram
Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain .
Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan.
Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.
10
Masyarakat; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap
masyarakat dan negara
11
d. Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan keuangan ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana
pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.
Asumsi dasar
a. Dasar akrual
Dengan dasar akrual pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
serta diungkapkan dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya
yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Akan tetapi, perhitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha tidaklah
menggunakan dasar akrual, melainkan menggunakan dasar kas. Dalam pembagian hasil
usaha.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material
skala usahanya.
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.
12
a. Dapat dipahami
Maksudnya adalah pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan dengan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul representation)
dari yang seharusnya di sajikan atau yang svarat wajar diharapkan dapat disajikan.
Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai
dengan prinsip syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli
bentuk).
Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral).
Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat
dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut:
13
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan
manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.
14
hak untuk mengelola dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan.
Ekuitas adalah hak resi jual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi
setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal.
Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan
(gain).
Beban (exspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas
syari’ah maupun kerugian yang timbul.
15
Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah
harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat: dan
laporan penggunaan dana kebajikan.
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.
Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain, catatan atas laporan
keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos
tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
keuangan.
16
Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya
serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan.
Kerangka dasar akuntansi disadari begitu sangat penting, dan untuk itu AAOIFI telah
mengeluarkan pernyataan No.1 dan No. 2 . tujuan akuntansi keuanganuntuk lembaga
keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar
yang konsisten.
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih berbagai
alternative metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat pertimbangan
/judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan.
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna
serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehi ngga akhirnya akan
meningkatkan keperecayaan atas lembaga keuangan syariah.
5. Penetapan tujuanyang mendulkung penyusiunan standar akuntansi yang konsisten.
17
C. Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah
Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah tidak dapt dipisahkan dari
ekonomi Islam, karena ekonomi Islam merupakan pelaksanaan syariah Islam dalam
lkonteksmuamalah. Hal ini menunjukkan bahwa transaksi syariah seharusnya didasarkan atas
prinsip dasar ekonomi Islam dalam rangka mencapai tujuan syariah (maqashidus Shariah).
Prinsip dasar dalam ekonomi Islam menurutIbnu Al-A’rabi adalah sebagai berikut.
18
4. Konsisten. Metode yang akn digunakan untuk perhitungan dan pengungkapan
akuntansi yang sam untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
5. Dapat dimengerti. Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi rata-
rata pengguna laporan keuangan.
Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang
terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain (Belkout, 2000).
Terdapat beberapa teori tentang kepemilikan di antaranya adalah sebagai berikut.
Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik akuntansi islam,
masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung diantarannya adalah
Adnan dan Gaffikin(1997), Abdul Rahman (Napier, 2007), Attiah (1989). Konsep tersebut
beralasan bahwa dalam islam ada juga konsep akuntansi yang harus terpisah daru unit
akuntansi seperti Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh
ulama fikih yang setuju dengan konsep ini adalah firma Allah dalam QS 4:29”….. Kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”….. dan dalam
hadis Nabi Muhammad SAW: orang mukmin itu (dalam urusan mereka) menurut syarat yang
telah mereka sepakati, kecuali satu syarat, yaitu, menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal.
19
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling dan
Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas
hukum yang tidk dapat dipisahkan dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid telah menjadi
contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam masyarakat islam.
Konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan memperhitungkan
segalla sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dengan mata uang serta mengabaikan informasi
yang tidak dapat disajikan dalam satuan mata uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa
daya beli mata uang tidak selamanya sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan
menimbulkan dua masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian dan masalah pengukuran.
Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tantang konsep ini, antara lain adalah
Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang sebagai alat perhitungan
dalam lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan . penyebabnya adalah islam
memerintahkan untuk berbuat adil seperti tercantum dalam QS 6:152, QS 7:85, serta QS 4:29.
Inflasi menurunkan nilai sesungguhnya dari pinjaman dengan Qard Hasan karena pemberi
pinjaman akan menerima nilai yang lebih kecil. Untuk meminimalisir dampak inflasi, dapat
dilakukan dengan penyesuaian atas indeks atau koreksi harga. Masalahnya adalah indeks
tersebut tidak diterima oleh (empat) Imam Mazhab fikih. Sementara itu, penerapan nilai
pengganti/replacement cost atau nilai wajar/fair value juga tidak sederhana, sehingga masih
dianggap bukanlah solusi yang memadai, walaupun saat ini IFRS telah merekomendasikan
20
penyajian aset tetap dengan menggunakan nilai wajar (current/fair value). Berdasarkan hal
tersebut, Attiah (1989) mengusulkan penggunaan emas dan perak sebagai alat ukur karena
kedua komoditas tersebut memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab zakat juga
menggunakan komoditas tersebut.
AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic Academy di
Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa utang seharusnya dinilai pada
jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai uangnya. Pemikir akuntansi yang menerima
konsep ini, bersikap pragmatis karena belumada metode yang lebih baik lagi mengatasi
masalah ini.
Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yng ter[pisah
dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain. Terdapat bebrapa teori
tentang kepemilikan diantarnya adalah:
Para ulama fikih , masih berbeda pendapt mengenai teori ini. Mereka yang mendukung ialah
Adnan dan Gafiffki (1997). Konsep tersebut beralasan bahwa dalm islam ada juga konsp
akuntansi yang harus terpisah seperti : wakaf bitul mal, zakt dan pemerintahan. Dasar yang
digunakan oleh para ulama yang setuju adalh firman Allah dalam QS. 4;29 …… kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Sedangakan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini diantarnya : Gambling dan Karim
(1991) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas hokum yang tidak dapat
dipisahkan dengan pemiliknya terutama terutama yang berkaitan dengan utang.
21
depan. Sebagaimana di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; “Allah menyayangi orang-
orang yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara sederhana serta menabung
sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para pemikir islam,
seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua makhluk hidup adalah fana dan
hanya Allah yang akn terus hidup selamanya.
3. Periodisasi
Menurut konsep ini, adanya perubahn atas kekayaan perusahaan pada laporan keuangan
harus dijelaskan secar periodic (belkoui,2000). Konsep ini berhubungan dengan konsep ini
berhiubungan dengan usaha yang berkelanjutan.
a. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), untuk
mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola perhitungan
zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Alasan lain,
adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan mempermudah pengguna laporan
keuangan untuk mengambil keputusan karena nilai yang disajikan lebih relevan
dibandingkan nilai historical cost. IFRS (International Financial Reporting Standard)
juga telah merekomendasikan nilai saat ini (current value) untuk aset yang disajikan
dalam laporan keuangan, dan negara-negara didunia sedang dalam proses untuk
mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan dinegara masing-masing.
22
Walaupun penggunaan current value lebih relevan, tetapi pihak yang kurang setuju
atas penerapan tersebut menganggaap penggunaan current value lebih besar nuansa
judgement khususnya untuk aset yang tidak memiliki pasar sekaligus akan ada
tambahan biaya bagi perusahaan dalam rangka melakukan appraisal atas aset yang
mereka miliki agar dapat disjikan dengan current value.
b. Laporan Nilai Tambah (value added statement) sebagai pengganti laporan laba atau
sebagai laporan tambbah atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa unsur terpenting didalam akuntansi syariah bukanlah kinerja
operasional (laba bersih), tetapi kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai
sosial yang dapat didistribusikan secara adil kepada sekelompok yang terlibat dengan
dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah.
c. Konsep nilai tambah pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi sosial dan
lingkungan (Mook, 2003), dan dianggap sebagai jawaban atas kelemahan akuntansi
keuangan konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan tambahan.
d. Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000)mengusulkan bentuk laporan nilai tambah
syariah setelah melakukan rekonstruksi melalui telaah filosofis-teoritis akuntansi
syariah. Format Value Statedment yang diusulkan oleh Baydoun dan Willet (1994,
2000).
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara garis besar Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah memiliki ruang lingkup yang membahas tentang tujuan laporan keuangan,
karakteristik yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan dan yang ketiga
pengakuan serta unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. Sehingga dengan adanya
kerangka ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyajian laporan keuangan perbankan
syariah. Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai .amanah (kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (alfalah).
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan
nilai ilahiyah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan
buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan membentuk integritas yang
membantu terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar
(market discipline) yang baik.
Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep dasar akuntansi menurut
Pemikir Islam. Berbagai macam kerangka dasar akuntansi tersebut memiliki perbedaan.
KDPPLKDS menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI mempunyai
perbedaan dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk laporan keuangan, syarat laporan
keuangan dll. Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir Islam masih terdapat
banyak perdebatan antara para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai
kerangka akuntansi yaitu mengenai: (1) Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha yang
berkelanjutan, (3) Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5) Konservatif, (6) Harga perolehan, (7)
Penandingan antara pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9) Pengungkapan penuh, (10)
Substansi mengungguli bentuk. Sedangkan perdebatan beberapa pemikiran ke depan
diantaranya: (1) Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), (2)
Kegiatan usaha yang berkelanjutan IFRS (International Financial Reporting Standard, (3)
Laporan Nilai Tambah (value added statement) .
24
DAFTAR PUSTAKA
Rizal yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80
Rizal yahya,dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80
Sri Nurhayati,dkk, Akuntansi syari’ah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2008) hal 90
Rizal Yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 81
http://lidonarta.blogspot.co.id/2012/07/kerangka-dasar-penyusunan-dan-penyajian.html
http://mepi-6.blogspot.co.id/2012/04/kelompok-11-m-k-l-h-kerangka-dasar.html
Ilyas, Rahmat. 2016. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
http://rifqihullifahmi.blogspot.com/2015/10/keuangan-dasar-
penyusunandanpenyajian.html?m=1
25