Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN


KEUANGAN SYARIAH (KDPPLKS)

Dosen Pengampu:

M. Ridwan Tikollah, S.Pd., M.SA.

Disusun Oleh:

Rasti Rezkita (220901502033)

Muhammad Muflih Yusba (220901502018)

Fikriyatul Faidah (220901501028)

Aisyah Maharani (220901502026)

Muhammad Raihan Adil (220901502029)

AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas limpahan
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
kepada kami.

Sholawat bersamaan dengan salam juga mari hadiahkan kepada baginda nabi kita
Muhammd SAW. Semoga kita, orang tua kita, nenek dan kakek kita, dosen-dosen dan orang
terdekat kita mendapat syafaat Beliau di Yaumil Mahsyar kelak. Aamiin ya Rabbal’ Alamiin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Syariah semester genap, dan judul makalah ini adalah “Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS)”.

Kami ucapkan terima kasih kepada bapak M. Ridwan Tikollah selaku dosen mata
kuliah kami, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari
awal hingga selesai.

Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan
kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.

Makassar, 28 Februari 2023.

Penulis.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
Latar Belakang........................................................................................................................5
Rumusan Masalah...................................................................................................................6
Tujuan..................................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 7
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARI’AH (KDPPLKS)........................................................................................................7
Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia...................................................................................7
Tujuan Kerangka Dasar...................................................................................................... 8
Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan
Syari’ah............................................................................................................................... 8
Tujuan Laporan Keuangan................................................................................................ 11
Asumsi dasar..................................................................................................................... 12
Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah............................................................. 12
Kendala informasi yang relevan dan andal...........................................................................13
Unsur-unsur laporan keuangan..........................................................................................14
Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan.................................................................. 16
Catatan atas laporan keuangan.......................................................................................... 16
KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM............ 17
A. Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan keuangan................................................17
B. Pemakai dan Kebutuhan Informasi.................................................................................. 17
C. Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah.................................................18
D. Bentuk Laporan Keuangan............................................................................................18
E. Syarat Kualitatif Laporan Keuangan menurut AAOIFI................................................ 18
F. Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi...................................19

iii
G. Beberapa Pemikiran ke Depan......................................................................................22
BAB III..................................................................................................................................... 24
PENUTUP................................................................................................................................ 24
Kesimpulan........................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan bagian dari entitas syariah yang berfungsi sebagai
lembaga intermediary keuangan diharapkan dapat menampilkan dirinya secara baik
dibandingkan dengan perbankan dengan sisitem yang lain (perbankan yang berbasis bunga).
Gambaran tentang baik buruknya suatu perbankan syariah dapat dikenali melalui kinerjanya
yang tergambar dalam laporan keuangan.

Penyajian laporan akuntansi bank syariah telah diatur dengan pedoman standar
akuntansi keuangan syariah (PSAK) dan pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia
(PAPSI). Oleh karena itu, laporan keuangan harus mampu memfasilitasi semua pihak yang
terkait dengan bank syariah. Kekurangan perhatian PSAK dan PAPSI dalam masalah syariah
juga terdapat dalam hal fungsi laporan keuangan memfasilitasi DPS untuk memeriksa dana
non halal yang diterima oleh bank. Dana non halal berdasarkan PSAK no. 59 dan PAPSI
digabung dengan dana Qardh. Penggabungan dapat menimbulkan persoalan syariah berupa
tercampurnya yang hak dan yang bathil. Ketiadaan pemisahan akan menyebabkan kurangnya
perhatian untuk mengupayakan pengeliminasian dan non halal dimasa yang akan datang.
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau
organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas
pemilik.

Laporan keuangan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan. Neraca bank
memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada saat tertentu. Laporan laba-rugi
memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama satu periode tertentu.
Laporan perubahan posisi keuangan memperlihatkan darimana saja sumber dana bank dan
kemana saja adana disalurkan. Laporan ini disusun dari neraca pada dua periode dan laporan
laba-rugi selama periode yang dilaporkan. Selain dari ketiga komponen utama laporan
keuangan diatas, juga harus disertakan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

5
Berbeda dengan perusahaan lainnya, bank diwajibkan menyertakan laporan komitmen
dan kontijensi, yaitu memberikan gambaran, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban
pada tanggal laporan.

Rumusan Masalah
 Bagaimana kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan syariah?
 Bagaimana konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI?
 Bagaimana konsep dasar akuntansi menurut pemikir Islam?

Tujuan
 Dapat mengetahui dan memahami kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah.
 Dapat mengetahui dan memahani konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI.
 Dapat mengetahui dan memahami konsep dasar akuntansi menurut pemikir Islam.

6
BAB II

PEMBAHASAN

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


SYARI’AH (KDPPLKS)

KDPPLKS merupakan kerangka konseptual yang mirip dengan konstitusi, yaitu suatu
sistem koheren dari tujuan-tujuan dan dasar-dasar yang saling terkait yang dapat
mengarahkan pada standar-standar konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi, dan batasan
dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan syariah
Jadi KDPPLKS ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah bagi para penggunanya

Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia.

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan


penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik
antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan
ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di
sempurnakan pada tahun 2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syari’ah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS di
lakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syari’ah pada
bank syari’ah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik yang berupa entitas
syari’ah maupun entitas konvensional yang bertransaksi dengan skema syari’ah.
Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan
dalam Exposure Draf KDPPLKS dengan KDPLKBS (2002). Sistematika KDPPLKBS (2002)
hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda dari KDPPLK (2004) dan jika diatur secara
khusus diasumsikan kerangka dasar yang ada dalam KDPPLK (1994) dianggap juga berlaku
dalam bank syari’ah.

7
Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi
syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik
maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat
standar.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah

Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan
Syari’ah

a. Paradigm transaksi syari’ah


Transaksi syari’ah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta diciptakan oleh
Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (falah). Paradigma
dasar ini menekankan bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah
yang menempatkan perangkat syari’ah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar
dan salahnya aktifitas usaha. Syari’ah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur
aktifitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan
interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip
syari’ah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua
pelaku dan pemangku kepentingan entitas yang melakukan transaksi syari’ah. Adapun akhlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk
agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.

b. Asas transaksi syari’ah


8
 Persaudaraan (ukhuwah): berarti transaksi yang diadakan merupakan bentuk interaksi
social dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum
dengan semangat saling tolong-menolong. Ukhuwah dalam transaksi syariah
melingkupi berbagai aspek, yaitu saling mengenal, saling memahami, saling
menolong, saling menjamin, saling bersinergi.
 Keadilan (‘adalah): menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu
pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu dengan posisinya. Implementasi
keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang unsur
riba, dzulm, maysir, gharar, ihtikar, najasy, risywah, ta’alluq, dan penggunaan unsur
haram dalam barang, jasa, maupun dalam aktifitas operasi.
 Kemaslahatan (maslahah): transaksi syariah haruslah merupakan segala bentuk
kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual,
serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus mengandung dua unsure yaitu halal
dan thayyib.
 Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan aspek
material dan spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil, bisnis dan
social, serta keseimbangan aspek pengembangan dan pelestarian.
 Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan
untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan
golongan sesuai dengan semangat rahmatan lil alamin.

c. Karakteristik transaksi syari’ah


Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas
social yang bersifat non-komersial. Transaksi syariah komersial dapat berupa investasi
untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang untuk mendapatkan laba, dan pemberian
layanan jasa untuk mendapat imbalan. Adapun transaksi non-komersial; dapat dilakukan
dengan berupa pemberian pinjaman atau talangan, penghimpunan dan penyaluran dana
social seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah. Kedua transaksi harus memenuhi
persyaratan syariah. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas
transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:
 Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha
 Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik

9
 Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
 Tidak mengandung unsur riba
 Tidak mengandung unsur kezaliman
 Tidak mengandung unsur masyir
 Tidak mengandung unsur gharar
 Tidak mengandung unsur haram
 Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
 Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain .
 Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan.
 Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.

d. Pemakai laporan keuangan syari’ah


Pemakai laporan keuangan meliputi:
 Investor sekarang dan investor potensial; hal ini karena mereka harus memutuskan
apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan deviden.
 Pemilik dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
 Pemilik dana syirkah temporer; untuk pengambilan keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang bersaing atau aman.
 Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat.
 Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf; untuk informasi tentang
sumber dan penyaluran dana tersebut.
 Pengawas syariah; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap
prinsip syariah.
 Karyawan; untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas
syariah.
 Pemasok dan mitra usaha lainnya; untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
 Pelanggan; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah.
 Pemerintah serta lembaga-lembaganya; untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.

10
 Masyarakat; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap
masyarakat dan negara

Tujuan Laporan Keuangan


Berdasarkan paragraf 30 KDPPLKS, dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan
menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, tujuan lainnya sebagai
berikut:
a. Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan bertujuan
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan yang rasional. Pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:
 Shahibul maal/ pemilik dana
 Kreditur
 Pembayar zakat, infaq dan shadaqah
 Pemegang saham
 Otoritas pengawasan
 Bank Indonesia
 Pemerintahan
 Lembaga penjamin simpanan
 Masyarakat
b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
yang dapat mendukung investor/ pemilik dana, kreditur, saat dan ketidakpastian dalam
penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan
(redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. Prospek penerimaan kas
tersebut sangat tergantung dari kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam
operasi, serta pembayaran deviden.
c. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuangan bertujuan memberikan
informasi tentang sumberdaya ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank
untuk mengalihkan sumberdaya tersebut pada entitis lain atau pemilik sama, serta
kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan
sumber daya ekonomi tersebut.

11
d. Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan keuangan ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana
pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.

e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan


tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamalkan dana, menginvestasikannya
pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi mengenai tingkat keuntungan
investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi yang terikat.

f. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai


pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat

Asumsi dasar
a. Dasar akrual
Dengan dasar akrual pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
serta diungkapkan dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya
yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Akan tetapi, perhitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha tidaklah
menggunakan dasar akrual, melainkan menggunakan dasar kas. Dalam pembagian hasil
usaha.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material
skala usahanya.

Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah

Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.

12
a. Dapat dipahami
Maksudnya adalah pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan dengan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul representation)
dari yang seharusnya di sajikan atau yang svarat wajar diharapkan dapat disajikan.
Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
 Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
 Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai
dengan prinsip syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli
bentuk).
 Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral).
 Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
 Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat
dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.

Kendala informasi yang relevan dan andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut:

13
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan
manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.

b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat


Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat terjadi
(pervasive) dari suatu karakteristik kuaitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya
melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, secara substansi, evaluasi biaya dan
manfaat merupakan suatu proses pertimbangaan (judgement proces).

c. Penyajian yang wajar


Dalam ciri karakteristik kualitatif, tidak dijelaskan mengenai konsep khusus tentang
penyajian wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari karakteristik kualittif pokok dan
standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya akan terlihat pada laporan keuangan yang
menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dari
atau menyajikan dengan wajar.

Unsur-unsur laporan keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syari’ah, antara lain meliputi:


a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas:
Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
 Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas syari’ah.
 Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas syari’ah yang mengandung manfaat ekonomi.
 Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka
waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai

14
hak untuk mengelola dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan.
 Ekuitas adalah hak resi jual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi
setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal.

Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan
(gain).
 Beban (exspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas
syari’ah maupun kerugian yang timbul.

Hak pihak ketiga atau bagi hasil


a. Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil
pemilik dana atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah
dalam suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa di
kelompokan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak
pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada
pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syari’ah.

b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan


sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas syari’ah tersebut.

15
Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:


a. Biaya historis (historical cost)
Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan (consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan.

b. Biaya kini (current cost)


Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama
atau stara aset diperoleh sekarang.

c. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)


Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).

Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah
harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat: dan
laporan penggunaan dana kebajikan.
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.
Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain, catatan atas laporan
keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
 Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
 Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos
tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
keuangan.

16
 Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya
serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan.

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM

A. Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan keuangan

Kerangka dasar akuntansi disadari begitu sangat penting, dan untuk itu AAOIFI telah
mengeluarkan pernyataan No.1 dan No. 2 . tujuan akuntansi keuanganuntuk lembaga
keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar
yang konsisten.
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih berbagai
alternative metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat pertimbangan
/judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan.
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna
serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehi ngga akhirnya akan
meningkatkan keperecayaan atas lembaga keuangan syariah.
5. Penetapan tujuanyang mendulkung penyusiunan standar akuntansi yang konsisten.

B. Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara lain sebagai berikut :


1. Pemegang saham
2. Pemegang investasi
3. Pemilik dana
4. Pemilik dana tabungan
5. Pihak yang melakukan transaksi bisnis
6. Pengelolah zakat
7. Pihak yang mengatur

17
C. Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah

Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah tidak dapt dipisahkan dari
ekonomi Islam, karena ekonomi Islam merupakan pelaksanaan syariah Islam dalam
lkonteksmuamalah. Hal ini menunjukkan bahwa transaksi syariah seharusnya didasarkan atas
prinsip dasar ekonomi Islam dalam rangka mencapai tujuan syariah (maqashidus Shariah).
Prinsip dasar dalam ekonomi Islam menurutIbnu Al-A’rabi adalah sebagai berikut.

1. Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal.


2. Tidak boleh dilakukan secara tidak adil.
3. Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti.
4. Harus mempertimbangkan Al- Maqasid dan Al Masalih. Di mana Al MAqasid adalah
tujuan harus selalu sesuai dengan tuntunan Islam. Sedangkan Al Masalih adalah
kesejahteraan atau perbaikan di muka bumi.

D. Bentuk Laporan Keuangan

Laporan Keuangan yang diminta oleh AAOIFI adalah :

1. Laporan Perubahan Posisi Keuangan.


2. Laporan Laba Rugi.
3. Laporan Perubahan Ekuitas Atau Laporan Perubahan Saldo Laba
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Perubahan Investasi Yang Dibatasi Dan Ekuivalennya
6. Laporan Sumber Dan penggunaan Dana Zakat Serta Dana Sumbangan.
7. Laporan Sumber Dan Penggunaan dana Qard Hasan.

E. Syarat Kualitatif Laporan Keuangan menurut AAOIFI

1. Relevan, syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai


alasan utama disusunnya lporan keuangan.
2. Dapat diandalkan. Syarat ini berhubungan dengan keandaln informasi yang dihasilkan.
3. Dapat dibandingkan. Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembag
keuangan syariah lainnya dan dintara dua periode akuntansi yang berbeda bagi
lembaga keuangan yang sama.

18
4. Konsisten. Metode yang akn digunakan untuk perhitungan dan pengungkapan
akuntansi yang sam untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
5. Dapat dimengerti. Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi rata-
rata pengguna laporan keuangan.

F. Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi

Pembahasan Kerangka akuntansi syariah langsung dijelaskan pada konsep masing –


masing sehingga tidak dikelompokkan kembali sebagai asumsi, karakteristik kualitatif, dan
sebagainya.
a. Konsep unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang
terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain (Belkout, 2000).
Terdapat beberapa teori tentang kepemilikan di antaranya adalah sebagai berikut.

 Proprietary Theory (Teori Pemilikan), dimana kepemilikan terhadap perusahaan


tercermin pada akun ekuitas sehingga persamaannya Aset-Kewajiban = Ekuitas atau
Aktiva-Kewajiban = Modal.
 Entity Theory ( Teoti Kekayaan), dimana pemilik adalah hanya memiliki hak atas
sebagian dari kepemilikan perusahaan, karena pemilik adalah hanya salah satu yang
berhak atas perusahaan, sehingga persamaanya adalah Aset =Kewajiban + Ekuitas
atauAktiva=Ekuitas(modal).

Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik akuntansi islam,
masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung diantarannya adalah
Adnan dan Gaffikin(1997), Abdul Rahman (Napier, 2007), Attiah (1989). Konsep tersebut
beralasan bahwa dalam islam ada juga konsep akuntansi yang harus terpisah daru unit
akuntansi seperti Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh
ulama fikih yang setuju dengan konsep ini adalah firma Allah dalam QS 4:29”….. Kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”….. dan dalam
hadis Nabi Muhammad SAW: orang mukmin itu (dalam urusan mereka) menurut syarat yang
telah mereka sepakati, kecuali satu syarat, yaitu, menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal.

19
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling dan
Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas
hukum yang tidk dapat dipisahkan dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid telah menjadi
contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam masyarakat islam.

b. Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan “mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus


berkelanjut di masa yang akan dating. Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa islam
sangat mendukung orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn.
Sebagaiman di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; “Allah menyayangui orang-orang
yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara sederhana serta menabung
sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para pemikir islam, seperti
Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua makhluk hidup adalah fana dan hanya
Allah yang akn terus hidup selamanya.

c. Satuan mata Uang.

Konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan memperhitungkan
segalla sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dengan mata uang serta mengabaikan informasi
yang tidak dapat disajikan dalam satuan mata uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa
daya beli mata uang tidak selamanya sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan
menimbulkan dua masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian dan masalah pengukuran.
Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tantang konsep ini, antara lain adalah
Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang sebagai alat perhitungan
dalam lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan . penyebabnya adalah islam
memerintahkan untuk berbuat adil seperti tercantum dalam QS 6:152, QS 7:85, serta QS 4:29.
Inflasi menurunkan nilai sesungguhnya dari pinjaman dengan Qard Hasan karena pemberi
pinjaman akan menerima nilai yang lebih kecil. Untuk meminimalisir dampak inflasi, dapat
dilakukan dengan penyesuaian atas indeks atau koreksi harga. Masalahnya adalah indeks
tersebut tidak diterima oleh (empat) Imam Mazhab fikih. Sementara itu, penerapan nilai
pengganti/replacement cost atau nilai wajar/fair value juga tidak sederhana, sehingga masih
dianggap bukanlah solusi yang memadai, walaupun saat ini IFRS telah merekomendasikan

20
penyajian aset tetap dengan menggunakan nilai wajar (current/fair value). Berdasarkan hal
tersebut, Attiah (1989) mengusulkan penggunaan emas dan perak sebagai alat ukur karena
kedua komoditas tersebut memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab zakat juga
menggunakan komoditas tersebut.

AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic Academy di
Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa utang seharusnya dinilai pada
jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai uangnya. Pemikir akuntansi yang menerima
konsep ini, bersikap pragmatis karena belumada metode yang lebih baik lagi mengatasi
masalah ini.

1. Entitas unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yng ter[pisah
dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain. Terdapat bebrapa teori
tentang kepemilikan diantarnya adalah:

a. Propriety Theory, dimana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin pada akun


ekuitas sehingga persamaannya Aset – kewajiban = Ekuitas.
b. Entity theory, pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari kepemilikan perusahaan,
sehingga persamaannya, Aset = Kewajiban + Ekuitas

Para ulama fikih , masih berbeda pendapt mengenai teori ini. Mereka yang mendukung ialah
Adnan dan Gafiffki (1997). Konsep tersebut beralasan bahwa dalm islam ada juga konsp
akuntansi yang harus terpisah seperti : wakaf bitul mal, zakt dan pemerintahan. Dasar yang
digunakan oleh para ulama yang setuju adalh firman Allah dalam QS. 4;29 …… kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Sedangakan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini diantarnya : Gambling dan Karim
(1991) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas hokum yang tidak dapat
dipisahkan dengan pemiliknya terutama terutama yang berkaitan dengan utang.

2. Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan “mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus


berkelanjut di masa yang akan datang. Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa
islam sangat mendukung orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa

21
depan. Sebagaimana di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; “Allah menyayangi orang-
orang yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara sederhana serta menabung
sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).

Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para pemikir islam,
seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua makhluk hidup adalah fana dan
hanya Allah yang akn terus hidup selamanya.

3. Periodisasi

Menurut konsep ini, adanya perubahn atas kekayaan perusahaan pada laporan keuangan
harus dijelaskan secar periodic (belkoui,2000). Konsep ini berhubungan dengan konsep ini
berhiubungan dengan usaha yang berkelanjutan.

1. Satuan mata uang


2. Koservatif
3. Harga perolehan
4. Penandingan antar pendapatan dan beban
5. Dasar akrual
6. Pengungkapan penuh
7. Substansi mengungguli bentuk

G. Beberapa Pemikiran ke Depan

Berdasarkan dinamika pemikiran konsep – konsep di atas , ada sebagian pemikir


akuntansi Islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang agak berbeda.

a. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), untuk
mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola perhitungan
zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Alasan lain,
adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan mempermudah pengguna laporan
keuangan untuk mengambil keputusan karena nilai yang disajikan lebih relevan
dibandingkan nilai historical cost. IFRS (International Financial Reporting Standard)
juga telah merekomendasikan nilai saat ini (current value) untuk aset yang disajikan
dalam laporan keuangan, dan negara-negara didunia sedang dalam proses untuk
mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan dinegara masing-masing.

22
Walaupun penggunaan current value lebih relevan, tetapi pihak yang kurang setuju
atas penerapan tersebut menganggaap penggunaan current value lebih besar nuansa
judgement khususnya untuk aset yang tidak memiliki pasar sekaligus akan ada
tambahan biaya bagi perusahaan dalam rangka melakukan appraisal atas aset yang
mereka miliki agar dapat disjikan dengan current value.
b. Laporan Nilai Tambah (value added statement) sebagai pengganti laporan laba atau
sebagai laporan tambbah atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa unsur terpenting didalam akuntansi syariah bukanlah kinerja
operasional (laba bersih), tetapi kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai
sosial yang dapat didistribusikan secara adil kepada sekelompok yang terlibat dengan
dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah.
c. Konsep nilai tambah pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi sosial dan
lingkungan (Mook, 2003), dan dianggap sebagai jawaban atas kelemahan akuntansi
keuangan konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan tambahan.
d. Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000)mengusulkan bentuk laporan nilai tambah
syariah setelah melakukan rekonstruksi melalui telaah filosofis-teoritis akuntansi
syariah. Format Value Statedment yang diusulkan oleh Baydoun dan Willet (1994,
2000).

23
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara garis besar Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah memiliki ruang lingkup yang membahas tentang tujuan laporan keuangan,
karakteristik yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan dan yang ketiga
pengakuan serta unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. Sehingga dengan adanya
kerangka ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyajian laporan keuangan perbankan
syariah. Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai .amanah (kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (alfalah).
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan
nilai ilahiyah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan
buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan membentuk integritas yang
membantu terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar
(market discipline) yang baik.

Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep dasar akuntansi menurut
Pemikir Islam. Berbagai macam kerangka dasar akuntansi tersebut memiliki perbedaan.
KDPPLKDS menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI mempunyai
perbedaan dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk laporan keuangan, syarat laporan
keuangan dll. Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir Islam masih terdapat
banyak perdebatan antara para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai
kerangka akuntansi yaitu mengenai: (1) Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha yang
berkelanjutan, (3) Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5) Konservatif, (6) Harga perolehan, (7)
Penandingan antara pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9) Pengungkapan penuh, (10)
Substansi mengungguli bentuk. Sedangkan perdebatan beberapa pemikiran ke depan
diantaranya: (1) Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), (2)
Kegiatan usaha yang berkelanjutan IFRS (International Financial Reporting Standard, (3)
Laporan Nilai Tambah (value added statement) .

24
DAFTAR PUSTAKA

Rizal yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80

Rizal yahya,dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80

Sri Nurhayati,dkk, Akuntansi syari’ah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2008) hal 90

Rizal Yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 81

http://lidonarta.blogspot.co.id/2012/07/kerangka-dasar-penyusunan-dan-penyajian.html

http://mepi-6.blogspot.co.id/2012/04/kelompok-11-m-k-l-h-kerangka-dasar.html

Ilyas, Rahmat. 2016. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

ASY-SYAR’IYYAH, Vol. 1 No. 1.

http://rifqihullifahmi.blogspot.com/2015/10/keuangan-dasar-
penyusunandanpenyajian.html?m=1

25

Anda mungkin juga menyukai