Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MENEJEMAHKAN ARTIKEL

Dosen Pengampu:

Hajrah Hamzah, SE.,M.Si.,Ak.,CA.

Disusun Oleh:

Rasti Rezkita (220901502033)

Tiara Santrina (220901502031)

Andi Tenri Uly Ganiyyu Wulandari (220901502030)

Afada Afdaliah (220901502032)

Muh Fahmi Sayuti (220901502142)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022/2023
JURNAL STUDI AKUNTANSI, KEUANGAN DAN AUDIT

http://www.jafas.org

Pengaruh Independensi, Integritas, dan Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor Eksternal


Pemerintah: Studi Kasus BPK Sumatera Bagian Selatan

Muzwita Fadillaha Azwardibb Sa'adah Sec

a. Corresponding Author, Sriwijaya University, Palembang, Indonesia,


muzwitafadillah@gmail.com
b. Sriwijaya University, Palembang, Indonesia, azwardi_unsri@yahoo.com
c. Muhammadiyah University, Palembang, Indonesia, saadah_ump@yahoo.com

Kata kunci Abstrak

Independensi, Integritas, Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa
pengaruh Independensi, Integritas, dan Profesionalisme
Profesionalisme, Kinerja
terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah.
Auditor.
Desain/metodologi/pendekatan: Hipotesisnya adalah
lel Klasifikasi Independensi, Integritas, dan Profesionalisme berpengaruh
positif terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah.
M42, H83.
Jumlah responden sebanyak 182 orang auditor di BPK
Diterima Indonesia dari wilayah Sumatera Bagian Selatan dengan
peran yang berbeda-beda. Metode pengumpulan data
26.04.2020
menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada auditor.

Direvisi Teknik analisis data adalah analisis regresi linier berganda.


Koefisien korelasi dan determinasi serta uji parsial (uji-t)
18.05.2020
menguji hipotesis.

Diterima
Temuan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai

21.05.2020 dasar BPK yang terdiri dari independensi, integritas dan


profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah
Orisinalitas/nilai: Studi ini berkontribusi pada penelitian
audit sektor publik dengan meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja auditor.
1. Pengantar

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang memiliki tugas dan
wewenang untuk memeriksa keuangan negara. Mereka menyelidiki pembiayaan negara di
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, Badan Layanan Umum, dan lembaga atau badan lainnya. BPK memiliki
34 kantor perwakilan di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Kantor Perwakilan terletak di ibu
kota provinsi (BPK, 2019a). BPK memiliki fungsi yang akuntabel dalam melaporkan
pekerjaannya ke DPR sesuai kewenangannya dan juga menyerahkan kepada pemerintah
untuk ditindaklanjuti (Pramesti, 2015).

Dasar hukum BPK diatur dalam UUD 1945 Pasal 23E, 23F, dan 23G. Kemudian, ketentuan
lebih lanjut mengenai BPK diatur dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan Negara dan. audit
pertanggungjawaban, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (BPK, 2019b). Berdasarkan Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). BPK melakukan pemeriksaan
berdasarkan standar pemeriksaan yang sesuai dengan tolak ukur dalam pengelolaan
keuangan negara dan. akuntabilitas, meliputi standar umum, standar pelaksanaan, dan
standar pelaporan yang harus dipatuhi oleh auditor BPK (BPK, 2017).

BPK membutuhkan nilai-nilai dasar untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya. Nilai-nilai dasar tersebut adalah independensi, integritas, dan
profesionalisme, yang diwujudkan dalam bentuk kode etik yang berlaku bagi Anggota BPK
dan auditor. Auditor BPK dalam melaksanakan kegiatannya mengacu pada Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa
Keuangan. Kode etik sebagai pengejawantahan nilai-nilai dasar BPK merupakan pedoman
untuk dipahami, diamalkan, dan diwujudkan. Yang diterapkan dalam sikap, perkataan, dan
tindakan untuk mewujudkan BPK dan auditor yang beretika, bermoral, disiplin, profesional,
produktif, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Nilai
dasar ini digunakan untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang berkualitas guna
meningkatkan pengelolaan keuangan negara menjadi lebih baik (BPK, 2018).

Selain itu, untuk menjamin kualitas pemeriksaan keuangan negara, BPK menetapkan dan
menerapkan Sistem Pengendalian Mutu (SPM). SPM adalah suatu sistem yang dirancang
untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa BPK dan pelaksananya mematuhi
peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dan laporan yang dihasilkan
mengikuti ketentuan yang ditetapkan (BPK, 2009). Salah satu unsur SPM adalah Kinerja
Audit, yang mencerminkan Kinerja Auditor dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan
hasil, pemantauan tindak lanjut yang dihasilkan, dan evaluasi audit. Tindakan tersebut harus
mengikuti peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, kode etik, dan pedoman
audit yang ditetapkan (BPK, 2009).

Sebaliknya, masih ada kasus yang melibatkan auditor BPK karena melanggar nilai-nilai
dasar BPK. Indonesia Corruption Watch mencatat setidaknya ada enam kasus suap yang
melibatkan 23 inspektur/pejabat/staf BPK dari tahun 2005 hingga 2017. Ada tiga kasus suap
untuk mendapatkan opini Wajar tanpa pengecualian, satu kasus suap untuk mendapatkan
opini Wajar dengan pengecualian, satu suap untuk mendapatkan opini Wajar dengan
pengecualian, satu suap kasus untuk mengubah temuan BPK, dan satu kasus suap untuk
"mempercepat" proses audit BPK. Dari 23 terdakwa yang terlibat, terbukti Pengadilan
Tipikor memvonis 5 orang, 14 orang mendapat sanksi internal BPK, dan 4 orang masih
dalam tahap penyidikan KPK (Ihsanuddin, 2017).

Masalah yang berkaitan dengan independensi yaitu adanya ikatan darah ke atas, hingga
derajat kedua dalam pengelolaan entitas yang diperiksa. Mereka memiliki kepentingan
keuangan langsung atau tidak langsung dalam entitas atau program yang diperiksa. Mereka
telah memberikan layanan kepada entitas yang diperiksa dalam 2 tahun terakhir. Mereka
memiliki hubungan kerjasama dengan entitas yang diperiksa, dan mereka telah terlibat
langsung atau tidak langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan. (BPK, 2017). Baru-baru
ini, kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kembali mengemuka. Kuasa hukum SN,
OH, mengatakan audit BPK terkait penerbitan Sertifikat Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(SKL BLBI) tidak independen. Menurut OH, BPK melakukan audit atas permintaan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dimana KPK berkepentingan mengusut suatu kasus. BPK
dan auditor BPK INW kini digugat OH ke Pengadilan Negeri Tangerang secara perdata atas
audit yang dilakukan. Terdakwa dalam melakukan pemeriksaan atau penyidikan memiliki
keterbatasan informasi atau bukti, hanya satu sumber yaitu dari pemeriksa KPK yang hanya
berkepentingan untuk membuktikan tuduhannya. Kasus ini menunjukkan bahwa para
terdakwa tidak memihak atau tidak independen (Rozie, 2019). Mengingat penelitian-
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan antara penelitian
yang dilakukan oleh Safitri (2014) dan Purwanto (2017). Penelitian-penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Sedangkan penelitian Kurniawan, Nadirsyah, & Abdullah (2017), Handayani (2017), dan
Wati, Lismawati, & Aprilla (2010) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh terhadap
kinerja auditor.
Masalah yang berkaitan dengan integritas yaitu dengan meminta dan/atau menerima
imbalan berupa uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya, baik langsung maupun tidak
langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan, menolak pemeriksaan untuk
kepentingan pribadi, orang lain, dan/ atau kelompok, memaksakan kehendak pihak yang
diselidiki, mengubah atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan, pendapat,
kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan kenyataan
dan/atau bukti pemeriksaan (BPK, 2017). . Mantan auditor BPK, SY divonis 6 tahun penjara
dan denda Rp 250 juta dalam kurungan 3 bulan. Ia terbukti mendapatkan Harley Davidson
dari mantan General Manager JM Cabang Purbaleunyi, SB. Hakim menyatakan suap itu
terkait dengan Pemeriksaan Dengan Tujuan Khusus (PDTT) di PT JM Cabang Purbaleunyi.
Selain Harley Davidson, SY juga dikabarkan mendapat fasilitas hiburan dari SB. Atas
putusan tersebut, SY mengaku menerima putusan hakim (Fadhil, 2018). Mengingat
penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa masih terdapat gap antara penelitian
yang dilakukan oleh Prameswari & Nazar (2015) dan Ayem & Sejati (2018). Studi-studi
sebelumnya menunjukkan bahwa integritas tidak mempengaruhi kinerja auditor. Sedangkan
penelitian Kurniawan, Nadirsyah, & Abdullah (2017) dan Amin, Arfan, Darwanis, & Djalil
(2018) menunjukkan bahwa integritas berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Seorang auditor profesional dituntut untuk memiliki keahlian, skeptisisme, pertimbangan,


kompetensi, dan independensi dalam melaksanakan audit. Selain itu, mereka dapat
menjalin hubungan baik dengan auditor lain dan dicurigai tanpa mengganggu independensi
dan integritas mereka. Jika auditor tidak memiliki hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa auditor tersebut tidak profesional. Baru-baru ini, Gubernur Kalbar (Kalbar),
berencana menyampaikan hasil Laporan Keuangan (LK) 2018 kepada BPK di Ombudsman
Perwakilan Daerah Kalbar. Langkah tersebut diambil untuk mendukung penyidikan
Ombudsman dalam memperoleh asas keadilan karena ia mengusut Pemerintah Provinsi
(Pemprov) untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari sebelumnya. SM melakukan
investigasi ini setelah Pemprov Kalbar gagal mempertahankan opini Predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) atas LK Provinsi Kalbar tahun 2018 dari BPK Kalbar. BPK menyatakan
adanya perubahan anggaran yang tidak mengikuti proses pengesahan melalui Perda berarti
tidak dapat diterima. Sm menjelaskan Provinsi Aceh, Sumut, Maluku Utara, Sulsel, dan
Sumsel tidak melakukan perubahan anggaran. Namun, semuanya mendapat gelar WTP
(Pontianak, 2019). Mengingat studi sebelumnya menunjukkan bahwa masih ada
kesenjangan antara penelitian yang dilakukan oleh Siregar & Nahumury (2015) dan Katili,
Nangoi, & Gamaliel (2017). Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
profesionalisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan penelitian
Kurniawan, Nadirsyah, & Abdullah (2017), Amin, Arfan, Darwanis, & Djalil (2018), Nugraha &
Ramantha (2015), dan Sitorus & Wijaya (2016) menunjukkan bahwa profesionalisme
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Beberapa kasus yang terjadi di atas, ada yang
terbukti kesalahan auditor BPK, dan ada juga yang tidak. Kesalahan ini dapat menimbulkan
keraguan masyarakat terhadap kinerja auditor BPK. Publik bisa menduga bahwa hasil
investigasi itu bisa dipalsukan. Meskipun sudah ada standar dan pedoman audit, dalam
praktiknya pemberian opini atau hasil audit dapat dimanipulasi (Marta, 2017). Fakta ini
menjadi tantangan bagi BPK, khususnya bagi auditor, dalam menjaga nilai dasarnya yaitu
independensi, integritas, dan profesionalisme.

BPK merupakan lembaga negara yang memiliki wilayah kerja di seluruh Indonesia,
permasalahannya yang terjadi atau kasus yang dialami oleh pegawai atau pejabat BPK
menjadi masalah nasional di BPK. Selama ini Biro SDM BPK telah menerapkan sistem
mutasi secara berkala untuk menjaga independensi, integritas, dan profesionalisme pegawai
BPK. Sistem mutasi mengharuskan setiap pegawai siap ditempatkan di seluruh kantor BPK.
Sistem mutasi ini bukanlah satu-satunya solusi karena tergantung pada masing-masing
pegawai dalam menghadapi berbagai kondisi di kantornya.

Wilayah Sumatera Bagian Selatan menjadi objek penelitian karena hampir setiap tahun
terjadi kasus korupsi yang dapat mengganggu independensi, integritas, dan profesionalisme
auditor BPK. Data statistik yang dihimpun KPK membenarkan pernyataan tersebut. Provinsi
Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Jambi menempati peringkat 10 besar daerah
dengan kasus Korupsi (TPK) terbanyak dari tahun 2016 hingga 2019 (KPK, 2019).

2. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.1. Teori Penetapan Tujuan

Dr Edwin Locke awalnya memulai teori penetapan tujuan melalui publikasi artikel berjudul
"Menuju Teori Motivasi Tugas dan Insentif." Pengertian goal setting adalah proses
penetapan tujuan atau goal dalam suatu pekerjaan. Proses penetapan tujuan melibatkan
atasan dan bawahan secara bersama-sama dalam menentukan atau menetapkan tujuan
atau sasaran kerja yang akan dilaksanakan oleh pekerja pengemban dalam jangka waktu
tertentu (Gibson & Donelly, 1985). Dalam implementasinya ada enam kunci utama sebagai
landasan utama teori ini, yaitu: (1) tujuan khusus, (2) tujuan yang relevan, (3) tantangan atau
tingkat kesulitan tujuan, (4) komitmen tujuan, (5) tujuan partisipasi. , dan (6) umpan balik.

Tujuan yang memiliki tingkat pencapaian tinggi akan memicu lebih banyak usaha
dibandingkan dengan tujuan yang memiliki tingkat pencapaian rendah yang mudah atau
bahkan ambigu. McShane & Von Glinow (2010), Locke & Latham (2006), Radosevich, Holt,
& Ghersa (2007), Dubrin (2012), Greenberg (2011), dan Newstrom (2011), mereka
menyatakan bahwa teori penetapan tujuan dapat menjadi teknik yang berguna dalam
memotivasi anggota organisasi.

Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pikiran) dan niat
seseorang. Target dapat dilihat sebagai tujuan atau tingkatan yang ingin dicapai oleh
individu. Jika seorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka komitmen ini
akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi dari kinerjanya. Teori ini
juga menjelaskan bahwa penetapan tujuan yang menantang (sulit) dan hasil yang terukur
dapat meningkatkan prestasi kerja yang dibarengi dengan kemampuan dan keterampilan
kerja. Berdasarkan uraian di atas, diasumsikan bahwa untuk mencapai kinerja yang optimal,
harus ada kesesuaian antara tujuan individu dan organisasi.

Dalam BPK (2015), penetapan tujuan dimulai dengan penetapan visi dan misi. Dalam
memastikan pencapaian visi dan misi tersebut, ditetapkan dua strategi, yaitu:

a. Meningkatkan manfaat hasil pemeriksaan dalam rangka mendorong profesionalisme


pengelolaan keuangan negara untuk mencapai tujuan negara.

Tujuan strategis ini memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang disampaikan oleh BPK
memberikan manfaat yang maksimal bagi para pemangku kepentingan, terutama dalam
mengelola keuangan negara dalam mencapai tujuan negara yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945.

b. Meningkatkan kualitas pemeriksaan dalam mendorong pengelolaan keuangan


negara dalam mencapai tujuan negara.

Tujuan strategis ini memastikan bahwa pemeriksaan, pengelolaan, dan


pertanggungjawaban keuangan negara telah memenuhi standar penyidikan dan sistem
pengendalian mutu di tingkat perikatan audit dan kelembagaan. Kinerja penyidikan
merupakan satu-satunya unsur SPM di tingkat penyidikan.

Pencapaian tujuan yang tertuang dalam visi, misi, dan tujuan strategis akan dilakukan oleh
seluruh karyawan berdasarkan nilai-nilai fundamental yang terdiri dari kemandirian,
integritas, dan profesionalisme, sebagaimana dijelaskan di latar belakang. Dengan
menggunakan pendekatan teori penetapan tujuan, auditor yang baik dalam melakukan
pekerjaannya selalu merefleksikan tujuannya. Sedangkan nilai-nilai fundamental yang terdiri
dari independensi, integritas, dan profesionalisme menjadi faktor penentunya. Semakin
tinggi faktor penentunya, semakin tinggi kemungkinan untuk mencapai tujuannya.
2.2. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kemandirian berpengaruh positif terhadap Kinerja Pemerintah

Auditor Eksternal (hipotesis pertama);

b. Integritas berpengaruh positif terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah


(hipotesis kedua); dan
c. Profesionalisme berpengaruh positif terhadap Kinerja Pemerintah
Auditor Eksternal (hipotesis ketiga).

3. Metodologi Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah PNS. Mereka berstatus sebagai auditor di BPK
Perwakilan Wilayah Sumatera Bagian Selatan. Itu termasuk kantor perwakilan provinsi
Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung sebanyak
281 orang (Sumsel, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, 2019). Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sampel
jenuh (sensus). Metode sampel jenuh adalah teknik pengambilan sampel ketika semua
anggota populasi digunakan untuk menjadi sampel.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner yaitu daftar
pernyataan yang disampaikan kepada responden untuk memperoleh data penelitian.
Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data dalam pengujian hipotesis.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada auditor BPK
Perwakilan Daerah Sumatera Bagian Selatan dan kemudian meminta mereka untuk mengisi
kuesioner dengan petunjuk yang diberikan. Setelah kuisioner disebarkan ke seluruh anggota
populasi, hanya 182 responden yang mengisi dan mengumpulkan kuisioner. Data yang
dihasilkan dari 182 kuesioner dapat dianalisis lebih lanjut.

3.3 Definisi Variabel Operasional

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Seperti yang dijelaskan
oleh (Sugiyono, 2016), “Skala likert adalah suatu metode dalam mengukur sikap yang
menyatakan setuju atau tidak setuju. Metode ini digunakan untuk mengukur pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial". Skor penilaian yang
digunakan adalah 1 sampai 4, setiap responden dimintai pendapatnya atas suatu
pertanyaan. Kemudian, responden dapat memilih jawaban sesuai dengan persepsinya Skor
jawaban menggunakan data ordinal, dengan kategori skor untuk setiap item pertanyaan
sebagai berikut.

Kategori Kode Skor

Sangat setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak setuju (TS) 2

Sangat tidak setuju (STS) 1

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 1: Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala

Keberhasilan Hasil atau tingkat - Kompetensi - Memeriksa rotasi


keseluruhan ) - Pemantaua
Pertunjukan
auditor periode - Pengawasa
(Y) tertentu dalam - Tinjauan
hasil, target atau - Memadai
Urut
kriteria yang Dokumentasi
telah ditentukan - Komunikasi
sebelumnya dan
telah disepakati
bersama

Kemerdekaan Sebuah sikap


- Kemerdekaan
tindakan dari
(X1) persiapan
auditor menjadi
program
tidak memihak
- Kemerdekaan
dan tidak
pelaporan
dipengaruhi oleh
- Investigasi
siapapun. Urut
kemerdekaan

Integritas
(X2) - Konflik
kepentingan
Kualitas atau
atau gangguan
kondisi yang
pribadi
merupakan
kesatuan yang
- Kejujuran auditor
utuh memiliki
- Keberanian
kejujuran, kerja
auditor
keras, dan
- Kebijaksanaan
kompetensi
auditor
yang memadai
- Tanggung jawab
Profesionalisme Urut
auditor

(syah) - Gangguan
Kemampuan,
integritas
keahlian, dan
profesional
- Profesional
komitmen dalam
keraguan
melaksanakan
pekerjaan - Opini
ditemani oleh profesional
prinsip dari hati-
hati (kehati- - Profesional
hatian), akurasi keterampilan
dan dipandu oleh
Urut
standar dan - Profesional
kompetensi
peraturan
perundang-
undangan

4. Temuan Penelitian

4.1. Analisis regresi


Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun parsial. Analisis ini sekaligus menguji
hipotesis penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan
survey terhadap 182 responden untuk mengetahui pengaruh Independensi, Integritas, dan
Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor BPK. Secara umum statistik deskriptif jawaban
responden pada setiap variabel yang diteliti disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2: Statistik Deskriptif

Data yang digunakan untuk analisis regresi dan pengujian hipotesis adalah skor rata-rata
item pertanyaan untuk setiap variabel. Output dari koefisien regresi disajikan pada Tabel 3 di
bawah ini.

sebuah. Variabel Dependen: Kinerja Auditor

Sumber: Data kuisioner yang diolah oleh SPSS, 2020

Berdasarkan Tabel 3, persamaan regresi yang mencerminkan hubungan fungsional antara


variabel dependen dan variabel independen adalah:

Kinerja Auditor = 0,206 +0,279Kemandirian + 0,358Integritas +

0,275Profesionalisme + e

Nilai konstanta 0,206 dalam persamaan regresi menunjukkan bahwa nilai kinerja auditor
akan sama sebesar 0,206 tanpa adanya pengaruh variabel independen. Jika variabel
Independensi meningkat sebesar 1 satuan maka skor kinerja auditor akan meningkat
sebesar 0,279. Jika variabel Integritas meningkat sebesar 1 satuan maka skor kinerja
auditor akan meningkat sebesar 0,358. Jika variabel Profesionalisme meningkat sebesar 1
satuan, skor kinerja auditor akan meningkat sebesar 0,275.

Berdasarkan persamaan dugaan regresi, maka:

a. Independensi positif di 0,279. Nilai ini menunjukkan bahwa Independensi


berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Auditor sehingga peningkatan
Independensi akan berpengaruh terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah;
b. Integritas memiliki skor positif sebesar 0,358. Nilai ini menunjukkan bahwa Integritas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Auditor sehingga peningkatan
Integritas akan berpengaruh terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah; dan
c. Profesionalisme memiliki skor positif sebesar 0,275. Nilai ini menunjukkan bahwa
Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Auditor sehingga
peningkatan Profesionalisme akan berpengaruh terhadap Kinerja Auditor Eksternal
Pemerintah.

4.2. Tes Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Normalitas

Kurva p-p plot normal untuk menguji normalitas pengaruh independensi, integritas, dan
profesionalisme terhadap kinerja auditor dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 1: P-P Plot Kurva Normal

Hasil kurva normal probability plot menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik berimpit dan
mengikuti diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi dalam
kondisi normal.
4.2.2 Uji Multikolinearitas

Berdasarkan Tabel 4, dapat dipahami bahwa:

a. Independensi (X1) memiliki skor toleransi 0,365 > skor toleransi tabel 0,10 dan skor
VIF 2,742 < tabel skor VIF 10,00, maka tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
bebas;
b. Nilai toleransi integritas (X2) 0,198 > nilai toleransi tabel 0,10 dan skor VIF 5,047 <
skor VIF tabel 10,00, maka tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas; dan
c. Skor toleransi profesionalisme (X3) 0,333 > skor toleransi tabel 0,10 dan skor VIF
3,006 < skor VIF tabel 10,00, maka tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
bebas.

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas/bukan Heteroskedastisitas. Cara


mendeteksi heteroskedastisitas dengan melihat grafik perhitungan antara skor prediksi level
variabel (zpred) dan residual (srecid).

Hasil uji heteroskedastisitas pada Gambar 2 menunjukkan tidak adanya pola dan titik yang
jelas menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1 Korelasi dan Koefisien Determinasi

Korelasi tersebut menggambarkan hubungan antara variabel independen (X1, X2. dan Xa)
yang disusun dalam model persamaan regresi terhadap variabel Kinerja Auditor (Y).
Sementara itu, koefisien determinasi menjelaskan seberapa besar kontribusi yang diberikan
oleh variabel independen terhadap variabel dependen disajikan pada Tabel 5.

a. Prediktor: (Konstan), Profesionalisme, Independensi, Integritas


b. Variabel Dependen: Kinerja Auditor
c. Sumber: Data kuisioner yang diolah oleh SPSS, 2020

Berdasarkan Tabel 5, nilai R Square sebesar 0,70 memiliki hubungan antar variabel yang
kuat. Dengan demikian berarti Independensi, Integritas, dan Profesionalisme dapat
menjelaskan hampir semua variasi variabel Kinerja Auditor sehingga model regresi yang
digunakan adalah fit atau baik. Berdasarkan nilai R Square juga dapat diartikan bahwa
Independensi, Integritas, dan Profesionalisme dapat mempengaruhi Kinerja Auditor
Eksternal Pemerintah sebesar 70,00%.

4.3.2 Uji Parsial

Berikut adalah tabel koefisien regresi yang digunakan sebagai dasar uji parsial.

Tabel tergantung pada probabilitas a dan derajat kebebasan (df). Jika jumlah

df = jumlah sampel – jumlah variabel maka diperoleh df = 182-4 = 178.


Jadi, jika kita menggunakan a = 5%, kita mendapatkan tabel (a, df) = t (0,05, 178) =
1,65346.

a. Uji Parsial (Uji-t) untuk Independensi (X₁)

Pengujian hipotesis pengaruh X:terhadap Y dapat diinterpretasikan berdasarkan uji


probabilitas statistik t Tabel 6, dengan thitung 3,850 > ttabel 1,65346 dan sig sebesar 0,000
< 0,05. Nilai tersebut berarti Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Auditor. Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa
Independensi berpengaruh positif terhadap Kinerja Eksternal Pemerintah Pemeriksa. Hasil
analisis menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima.

b. Uji Parsial (Uji-t) untuk Integritas (X2)

Pengujian hipotesis pengaruh Xz terhadap Y dapat diinterpretasikan berdasarkan uji


probabilitas statistik t Tabel 6, dengan tent 3,826 > trabel 1,65346 dan sig. sebesar 0,000 <
0,05. Nilai tersebut berarti Integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja
Auditor. Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa Integritas
berpengaruh positif terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah. Hasil analisis
menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima.

c. Uji Parsial (Uji-t) untuk Profesionalisme (X)

Pengujian hipotesis pengaruh X3 terhadap Y dapat diinterpretasikan berdasarkan uji


probabilitas statistik t Tabel 6, dengan thitung 4,226 > ttabel 1,65346 dan sig. sebesar 0,000
< 0,05. Nilai tersebut berarti Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Auditor. Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa
Profesionalisme berpengaruh positif terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pemerintah. Hasil
analisis menunjukkan bahwa hipotesis ketiga diterima.

5. Diskusi

5.1 Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor

Secara umum, auditor BPK Perwakilan Daerah Sumatera Selatan sudah mandiri baik dalam
pemikiran maupun penampilannya. Jumlah responden yang menjawab setuju dengan total
928 jawaban (50,99%) dan sangat setuju dengan total 781 jawaban (42,91%) membuktikan
bahwa independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor BPK. Independensi yang dimiliki
auditor dapat meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan audit. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Kurniawan, Nadirsyah, & Abdullah (2017), Handayani (2017), dan
Wati, Lismawati, & Aprilla (2010) bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kinerja
auditor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori penetapan tujuan yang menyatakan bahwa perilaku
individu diatur oleh ide (pikiran) dan niat seseorang. Target dapat dilihat sebagai tujuan atau
tingkatan pekerjaan yang ingin dicapai oleh individu. Ini menyiratkan bahwa individu perilaku
adalah suatu bentuk kemandirian dari pikiran dan niat seseorang untuk mencapai tujuan
atau sasaran. Jika dikaitkan dengan seorang auditor, independensi adalah sikap bebas yang
diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mudah terpengaruh, tidak berpihak pada pihak
manapun dalam menjalankan tugasnya agar tidak merugikan pihak manapun (Sukriah et al.,
2009). Jika auditee menganggap bahwa auditor telah independen setelah mengamati sikap
yang ditunjukkan auditor selama melaksanakan audit, kecenderungan auditee akan menilai
tim audit memiliki kinerja yang baik.

5.2 Pengaruh Integritas Terhadap Kinerja Auditor

Jumlah responden yang menjawab setuju dengan total 972 jawaban (53,41%) dan sangat
setuju dengan total 834 jawaban (45,82%) membuktikan bahwa integritas berpengaruh
terhadap kinerja auditor BPK. Integritas yang dimiliki pemeriksa dapat meningkatkan
kinerjanya dalam melaksanakan pemeriksaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kurniawan, Nadirsyah, & Abdullah (2017) dan Amin, Arfan, Darwanis, & Djalil (2018) bahwa
integritas berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Menurut Redjeki & Heridiansyah (2013) dan Carter (2013), perilaku orang yang berintegritas
adalah menjunjung tinggi komitmen dan prinsip yang diyakini kebenarannya. Hasil penelitian
ini sejalan dengan teori penetapan tujuan, jika seorang individu berkomitmen untuk
mencapai tujuannya, maka itu akan mempengaruhi tindakannya dan konsekuensi dari
kinerjanya. Auditor dengan integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau pengabaian prinsip.
Integritas diukur dari segi apa yang benar dan adil. Dalam hal ini, tidak ada aturan, standar,
dan pedoman khusus dalam menangani perbedaan pendapat. Auditor harus memeriksa
keputusan atau tindakannya dalam menghadapi pendapat yang bertentangan dengan tetap
menjaga integritasnya sehingga integritas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerjanya.

5.3 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor


Jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 733 jawaban (57,24%) dan sangat
setuju dengan total 539 jawaban (42,31%) membuktikan bahwa profesionalisme
berpengaruh terhadap kinerja auditor BPK. Profesionalisme dimiliki oleh auditor dapat
meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, Nadirsyah, & Abdullah (2017), Amin, Arfan,
Darwanis, & Djalil (2018), Nugraha & Ramantha (2015), dan Sitorus & Wijaya (2016) bahwa
profesionalisme mempengaruhi kinerja auditor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan goal setting theory yang menjelaskan bahwa penetapan
tujuan yang menantang (sulit) dan hasil yang terukur dapat meningkatkan prestasi kerja
yang diikuti dengan keterampilan dan kemampuan kerja. Menurut Iryani (2017),
profesionalisme adalah tentang bagaimana seorang auditor dapat menerapkan keahliannya
secara cermat dan teliti pada saat bertugas. Jika semua tahapan audit dilakukan secara
profesional, auditor akan menghasilkan kinerja yang baik.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor BPK


Perwakilan Wilayah Sumatera Bagian Selatan;
b. Integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor Perwakilan BPK
Wilayah Sumatera Bagian Selatan;
c. Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor
Perwakilan BPK Wilayah Sumatera Bagian Selatan; dan
d. Profesionalisme memiliki pengaruh yang lebih dominan sebesar 4,226 terhadap
Kinerja Auditor jika dibandingkan dengan Integritas sebesar 3,826 dan Independensi
sebesar 3,850.

6.2 Rekomendasi

a. Integritas diperlukan untuk meningkatkan kinerja auditor Perwakilan BPK di Wilayah


Sumatera Bagian Selatan. Integritas merupakan unsur karakter yang mendasari
munculnya pengakuan profesional, kualitas yang mendasari kepercayaan publik, dan
tolak ukur bagi auditor dalam menguji segala keputusan yang diambilnya; dan
b. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperbanyak sampel agar hasil
penelitian dapat digeneralisasikan. Peneliti juga dapat menambahkan variabel
independen lainnya seperti periode audit dan biaya audit.

Anda mungkin juga menyukai