KERANGKA TEORITIS
9 STIE INDONESIA
10
mampu memediasi pengaruh positif fee audit dan profesinalisme auditor pada
kualitas audit Kantor Akuntan Publik Di Bali.
Penelitian selanjutnya oleh Suharti et al., (2017), dalam penelitiannya
menganalisis pengaruh pengalaman kerja, profesionalisme, intergritas dan
independensi terhadap kualitas audit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pengalaman kerja auditor, profesionalisme, integritas dan
independensi terhadap kualitas audit dan mengetahui kemampuan etika auditor
dalam memoderasi hubungan antara pengalaman audit, profesionalisme, integritas
dan independensi dan kualitas audit. Penelitian ini dilakukan di Perwakilan BPKP
Provinsi Riau dengan sampel auditor sebanyak 46 orang. Metode pengumpulan
data adalah dengan menggunakan daftar kuesioner. Sedangkan metode analisis
data dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan Moderated
Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman
audit dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit,
profesionalisme dan integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. Kemudian Etika Auditor tidak dapat memperkuat hubungan antara
pengalaman kerja auditor, profesionalisme, integritas dan independensi dengan
kualitas audit. Dengan demikikian maka variabel Etika Auditor tidak dapat
dijadikan variabel moderasi dalam penelitian ini.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Suardinatha dan Wirakusuma,
(2016) dengan judul “Pengaruh Independensi Dan Profesionalisme Terhadap
Kualitas Audit Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi”. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap
kualitas audit dengan kepuasan kerja sebagai variabel pemoderasi. Metode
penelitian yang digunakan metode survei dengan teknik kuesioner adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA).
Sampel penelitian yang digunakan jumlah auditor yang terdaftar sebanyak 81
auditor dari 7 Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel moderasi kepuasan kerja tidak memengaruhi
hubungan antara independensi dan profesionalisme auditor terhadap kualitas
audit.
STIE INDONESIA
11
STIE INDONESIA
12
STIE INDONESIA
13
2.2.2. Audit
berkaitan sudah disajikan dengan baik pada laporan keuangan serta terdapat
penjelasan yang wajar pada isi dan catatan kaki laporan yang dibuat.
Tujuan dilakukannya audit adalah untuk memverifikasi subjek dari audit
apakah telah sesuai dengan regulasi, standar, dan metode yang disetujui oleh
perusahaan. Berikut merupakan prinsip-prinsip seorang auditor:
1. Integritas
Dalam integritas, seorang auditor harus membangun kepercayaan agar dapat
memberikan penilaian yang baik dan dapat dipercaya. Dalam integritas ini,
seorang auditor harus melakukan tugasnya dengan kejujuran, ketekunan, dan
juga tanggung jawab. Auditor juga harus menaati hukum sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku. Secara sadar, seorang auditor tidak boleh
melalukan tindakan yang ilegal dan harus menghormati serta turut
berkontribusi pada tujuan yang etis dan sah pada organisasi tersebut.
2. Objektivitas
Dalam menunjukkan objektivitas yang profesional, seorang auditor harus
membuat penilaian yang seimbang yang tidak boleh dikaitkan dengan masalah
pribadi. Untuk kepentingan organisasi, seorang audit tidak boleh melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan berpartisipasi dalam kegiatan apapun yang
sifatnya mengganggu penilaian mereka dan harus mengungkapkan segala
fakta yang diketahui agar tidak mengganggu laporan yang sedang diperiksa.
3. Kerahasiaan
Tentunya setiap organisasi memiliki rahasianya yang tidak boleh diketahui
oleh pihak luar. Auditor yang mengetahui kepemilikan informasi tidak berhak
untuk mengungkapkannya tanpa ada izin terlebih dahulu karena sudah ada
ketentuan Undang-Undangnya dan sudah merupakan kewajiban seorang
auditor untuk menghormatinya. Oleh karenanya, dalam melaksanakan
tugasnya seorang auditor harus berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga
informasi organisasi dan juga tidak boleh menggunakan informasi organisasi
untuk kepentingan pribadi dalam bentuk apapun.
4. Kompetensi
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor harus mengembangkan
STIE INDONESIA
15
kualitas pelaksanaan auditing dalam arti bahwa audit yang berkualitas apabila
pelaksanaannya sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum yang
ditetapkan oleh organisasi profesi tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan
bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar
auditing dan standar pengendalian mutu. Adapun dimensi dalam menentukan
kualitas jasa audit, yaitu:
1 Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan audit yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan.
2 Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan auditor dalam membantu klien
dan memberikan pelayanan audit yang cepat dan tanggap dengan
penyampaian informasi yang jelas.
3 Assurance, meliputi kemampuan auditor atas pengetahuan terhadap kualitas
audit laporan secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan
dalam memberi pelayanan audit, keterampilan dalam memberikan informasi,
kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa audit
yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan klien
terhadap auditor.
4 Empathy, dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari:
a. Akses (access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa audit yang
ditawarkan auditor.
b. Komunikasi (communication), merupakan kemampuan melakukan
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada klien atau
memperoleh informasi dari klien.
c. Pemahaman pada klien (Understanding the client), meliputi usaha auditor
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan klien.
STIE INDONESIA
17
Etika Auditor adalah suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi
landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan
kehormatan seseorang. Etika berkaitan dengan pertanyaan bagaimana orang akan
berperilaku terhadap sesamanya (Halim, 2015).
Etika dalam audit adalah suatu prinsip yang dilakukan oleh seorang yang
kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang sistematis dalam
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara objektif tentang
informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas ekonomi, dengan
tujuan untuk menentukan dan metepkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai
mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
STIE INDONESIA
18
Etika Auditing ialah suatu sikap dan perilaku mentaati ketentuan dan
norma kehidupan yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan
asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi.
Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan
oleh seorang yang kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang
sistematis dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara
objektif tentang informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas
ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Akuntan publik sebagai suatu profesi, untuk memenuhi fungsi auditing
tunduk kepada suatu kode etik profesi dan melaksanakan audit terhadap suatu
laporan keuangan dengan cara-cara tertentu dengan mendasarkan diri pada norma
atau standar auditing dan mempertahankan terlaksananya kode etik yang telah
ditetapkan.
Akuntan-akuntan Indonesia telah membentuk wadah atau organisasi yang
dinamakan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang anggotanya adalah seluruh
akuntan yang terdaftar sebagai orang yang berhak memakai gelar Akuntan di
Indonesia, baik yang bergerak sebagai Akuntan Publik, Akuntan Pemerintah,
Akuntan Intern maupun sebagai Akuntan Pendidik.
Dalam Kode Etik IAI disebutkan bahwa “prinsip etika profesi dalam Kode
Etik Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan
tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini
memandu anggota dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya. Prinsip ini
meminta komitmen untuk berprilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan
keuntungan pribadi.”
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia terdapat delapan prinsip etika
sebagai berikut:
a. Tanggung jawab profesi.
b. Kepentingan Publik.
c. Integritas.
STIE INDONESIA
19
d. Obyektivitas.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
f. Kerahasiaan.
g. Perilaku profesional.
h. Standar teknis.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam
mengambil keputusan-keputusan sulit.
Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah
terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut
oleh profesi. Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan
menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan
yang membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan
etika profesi. etis yang tinggi mampu mengenalisituasi-situasi yang mengandung
isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambilkeputusan atau tindakan
yang tepat
STIE INDONESIA
21
STIE INDONESIA
22
STIE INDONESIA
23
sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesi.
3. Profesionalisme kewajiban sosial
Kewajiban sosial merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta
manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya
pekerjaan tersebut. Sikap profesionalisme dalam pekerjaan tidak terlepas dari
kelompok orang yang menciptakan sistem suatu organisasi tersebut. Hal ini
berarti bahwa atribut profesional diciptakan sehingga layak diperlakukan sebagai
suatu profesi.
4. Profesionalisme kemandirian
Kebutuhan untuk mandiri merupakan suatu pandangan seorang professional
auditor yang harus mampu membuat keputusan sendiri dalam penentuan tingkat
materialitas tanpa tekanan pihak lain. Adanya intervensi yang datang dari luar
dianggap sebagai hambatan yang dapat mengganggu otonomi profesional. Banyak
orang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak bagi mereka dan hak
istimewa untuk membuat keputusan-keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara
ketat. Kemandirian akan timbul melalui kebebasan yang diperoleh. Dalam
pekerjaan yang terstruktur dan dikendalikan oleh manajemen secara ketat, akan
sulit menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas.
5. Profesionalisme keyakinan terhadap peraturan profesi.
Sikap ini adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dan berhak untuk
menilai pekerjaan profesional adalah sesama profesi, bukan orang yang diluar
lingkungan dan tidak mempunyai kompeten dalam bidang ilmu profesi mereka.
Auditor harus selalu meningkatkan profesionalisme sehingga mereka
accountable baik terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Oleh karena itu
pendidikan profesionalisme berkelanjutan mutlak diperlukan baik menyangkut
komputerisasi data kompleksitas transaksi terbaru dibidang audit maupun
perubahan dari bidang keuangan yang menyangkut pengukuran nilai mata uang.
Terdapat 4 peran profesional seorang auditor, yaitu
1. Menjamin kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
2. Bertindak sebagai pihak yang independen dan kompoten dalam melakukan
audit.
STIE INDONESIA
24
Fee audit adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk
memperoleh perikatan dari/pihak lain. Fee Audit juga bisa diartikan sebagai
fungsi dari jumlah kerja yang dilakukan oleh auditor dan harga per jam. Fee audit
merupakan salah satu faktor seorang auditor untuk melaksanakan pekerjaannya.
Besarnya fee audit dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan
mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil
tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
Guna membantu akuntan publik mempertahankan objektivitas dalam
melaksanakan jasa audit atau jasa atestasi lainnya, dilarang mendasarkaan fee
pada hasil penugasan.
Dalam kode etik akuntan Indonesia (SPAP,2018), diatur bahwa imbalan
jasa professional harus memadai, tidak boleh bergantung pada hasil atau temuan
atas pelaksanaan jasa tersebut namun beberapa hasil penelitian menemukan
adanya hubungan antara kualitas audit dan fee audit, yaitu :
1. David Hay dan David Davis (2002) menyatakan bahwa fee audit
merupakan salah satu faktor untuk memilih tingkatan kualitas audit.
2. Wuchun, Chi (2004) menyatakan fee audit berpengaruh terhadap kualitas
audit.
3. Chuntao Lie, Frank M. Song dan Sonia M.L.Wong (2005) menyatakan
bahwa KAP yang lebih besar dengan fee audit yang lebih tinggi cenderung
memberikan jasa audit yang lebih berkualitas.
STIE INDONESIA
25
STIE INDONESIA
26
audit yang dihadapi auditordari klien serta nama KAP yang melakukan jasa audit.
Fee audit yang dibayarkan oleh klien kepada auditor merupakan bentuk balas jasa
yang diberikan auditor kepada klien dan sebagai bentuk penggantian atas besarnya
biaya kerugian yang dikeluarkan selama melakukan audit. Berikut ini merupakan
indikator fee audit menurut Susmiyanti (2016), yakni resiko audit, kompleksitas
jasa yang diberikan, Tingkat keahlian auditor dalam industri klien, dan struktur
biaya KAP.
2.2.7. Independensi
STIE INDONESIA
28
Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan
oleh seorang yang kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang
sistematis dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara
objektif tentang informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas
ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Seorang auditor dalam membuat
keputusan pasti menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional yang
didasarkan pemahaman etika yang berlaku dan membuat suatu keputusan yang
adil (fair) serta tindakan yang diambil itu harus mencerminkan kebenaraan dan
keadaan yang sebenarnya.
Akuntan yang professional dalam menjalankan tugasnya memiliki
pedoman-pedoman yang mengikat seperti kode etik dalam hal ini adalah Kode
Etik Akuntan Indonesia, sehingga dalam melaksanakan aktivitasnya akuntan
STIE INDONESIA
29
publik memiliki arah yang jelas dan dapat memberikan keputusan yang tepat dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil
keputusan auditor. Auditor dalam penelitian ini adalah auditor yang masih muda
dan masih baru bekerja, sehingga akan berusaha untuk berkomitmen kepada
organisasinya untuk mendapatkan pengalaman yang banyak. Dengan masa kerja
yang relatif kecil ini, auditor tidak memiliki banyak pilihan untuk bekerja di
tempat lain, sehingga berkomitmen terhadap organisasinya. Hasil ini mendukung
penelitian Carolita dan Rahardjo (2012) dan Kurnia et al. (2014) menyatakan
bahwa etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan
demikian, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut.
Ha1 : Etika Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas
Audit.
Bagi seorang auditor, penting sekali untuk meyakinkan klien dan pemakai
laporan keuangan akan kualitas hasil audit pemeriksaan selama penugasan audit.
Jika pemakai jasa auditor tidak memiliki keyakinan pada auditor, kemampuan
para profesional itu untuk memberikan jasa kepada klien dan masyarakat secara
efektif akan berkurang.
Untuk menjalankan tugas secara profesional, auditor harus membuat
perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan. Seorang akuntan publik
yang memiliki sikap profesionalisme tinggi akan mempertimbangkan material
atau tidaknya informasi dengan tepat atau informasi mengenai laporan keuangan
yang tepat, karena hal ini erat hubungannya dengan jenis pendapat yang akan
diberikan oleh auditor. Jadi, semakin tinggi profesionalisme seorang auditor,
maka Kualitas Audit yang dihasilkan dalam laporan keuangan akan semakin baik.
Hasil ini mendukung penelitian Pramesti dan Wiratmaja (2017) menyatakan
bahwa profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Dengan demikian, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut.
Ha2 : Profesionalisme Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit.
STIE INDONESIA
30
Komisi audit adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien atau pihak lain untuk
memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain. Ketika fee audit semakin tinggi,
maka kualitas audit yang dihasilkan semakin tinggi pula karena semakin luas pula
prosedur audit yang akan dilakukan auditor, dengan demikian hasil audit yang
dihasilkan dapat dipercaya dan akurat.
Auditor dengan fee audit yang tinggi akan melakukan prosedur audit lebih
luas dan mendalam terhadap perusahaan klien sehingga kemungkinan
kejanggalan-kejanggalan yang ada pada laporan keuangan klien dapat terdeteksi.
Semakin baiknya reputasi kantor akuntan publik akan menjadi pertimbangan
dalam penentuan besaran fee audit. KAP besar mempunyai insentif lebih besar
untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan
spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang
tidak akurat. Kekuatan KAP besar untuk menghasilkan audit yang berkualitas
juga diperkuat adanya sumber daya manusia yang lebih berkualitas dibandingkan
dengan KAP kecil. Hasil ini mendukung penelitian Sulistiarini (2017) menyatakan
bahwa fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian,
maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut.
Ha3 : Fee Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Porter (1920) dalam Nandri dan Latrini,
(2015) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari audit pada awalnya adalah untuk
mengungkap kekeliruan. Dengan bersifat obyektif dan tanpa pengaruh dari orang
lain akan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan karena auditor dapat
melaksanakan kewajibannya sesuai aturan yang ada.
Tandirerung (2001) dalam Pratistha dan Widhiyani, (2014), menyatakan
sikap independen sudah melekat pada pribadi setiap auditor karena hal tersebut
merupakan tuntutan profesi akuntan pubik, namun karena adanya desakan atau
STIE INDONESIA
31
PROFESIONAL H2 (+)
AUDITOR (X2)
H3 (+) KUALITAS AUDIT (Y)
INDEPENDENSI
AUDITOR (X4)
STIE INDONESIA