Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Review Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis akan membandingkan sebelumnya untuk


mengetahui sejauh mana keakuratan, kebenaran dan kejelasakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chrisdinawidanty et al., (2016) dengan
judul “Pengaruh Etika Auditor Dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi
Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Bandung)”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika auditor dan fee audit terhadap kualitas
audit. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode convinience sampling, terdapat 54 auditor yang bekerja di
seluruh Kantor Akuntan Publik Bandung. Data yang digunakan adalah data
primer berupa kuesioner. Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian
instrument penelitian baik dari segi validitas maupun reliabilitas yang dilakukan
terhadap responden. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier
berganda. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa
etika auditor dan fee audit secara parsial dan simultan berpengaruh positif
terhadap kualitas audit.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Pramesti & Wiratmaja, (2017),
dalam penelitiannya menganalisis pengaruh fee audit dan profesionalisme auditor
pada kualitas audit dengan kepuasan kerja sebagai pemediasi pada kantor akuntan
publik di Bali. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor pada
tujuh kantor KAP sebanyak 81 orang sebagai sampel dengan metode sampel
jenuh. Metode yang digunakan adalah Pengumpulan data dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner dan teknik analisisnya menggunakan analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda,
untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang berjenjang. Hasil
pengujian hipotesis menunjukan bahwa fee audit dan profesionalisme auditor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit serta kepuasan kerja

9 STIE INDONESIA
10

mampu memediasi pengaruh positif fee audit dan profesinalisme auditor pada
kualitas audit Kantor Akuntan Publik Di Bali.
Penelitian selanjutnya oleh Suharti et al., (2017), dalam penelitiannya
menganalisis pengaruh pengalaman kerja, profesionalisme, intergritas dan
independensi terhadap kualitas audit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pengalaman kerja auditor, profesionalisme, integritas dan
independensi terhadap kualitas audit dan mengetahui kemampuan etika auditor
dalam memoderasi hubungan antara pengalaman audit, profesionalisme, integritas
dan independensi dan kualitas audit. Penelitian ini dilakukan di Perwakilan BPKP
Provinsi Riau dengan sampel auditor sebanyak 46 orang. Metode pengumpulan
data adalah dengan menggunakan daftar kuesioner. Sedangkan metode analisis
data dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan Moderated
Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman
audit dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit,
profesionalisme dan integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. Kemudian Etika Auditor tidak dapat memperkuat hubungan antara
pengalaman kerja auditor, profesionalisme, integritas dan independensi dengan
kualitas audit. Dengan demikikian maka variabel Etika Auditor tidak dapat
dijadikan variabel moderasi dalam penelitian ini.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Suardinatha dan Wirakusuma,
(2016) dengan judul “Pengaruh Independensi Dan Profesionalisme Terhadap
Kualitas Audit Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi”. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap
kualitas audit dengan kepuasan kerja sebagai variabel pemoderasi. Metode
penelitian yang digunakan metode survei dengan teknik kuesioner adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA).
Sampel penelitian yang digunakan jumlah auditor yang terdaftar sebanyak 81
auditor dari 7 Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel moderasi kepuasan kerja tidak memengaruhi
hubungan antara independensi dan profesionalisme auditor terhadap kualitas
audit.

STIE INDONESIA
11

Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiarini, (2017) dengan judul


“Pengaruh Kompetensi, Etika Dan Independensi Serta Fee Audit Terhadap
Kualitas Audit”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi,
etika, independensi dan fee audit terhadap kualitas audit. Sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya sebanyak 43 KAP.
Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, adapun skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert 4 poin. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit,
Etika dan Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, Fee audit
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Usman et al., (2014) yang berjudul
“Effect of Competence Factor, Independence and Attitude against Professional
Auditor Audit Quality Improve Performance in Inspectorate (Inspectorate
Empirical Study in South Sulawesi Province)”. Tujuan penelitian tersebut adalah
untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi,
independensi, dan etika profesional secara parsial maupun simultan pada
pencapaian kerja di Inspektorat Sulawesi Selatan. Metode analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah regresi linier berganda. Analisis ini didasarkan
pada 50 responden menggunakan kuesioner. Penelitian ini menunjukkan secara
simultan kompetensi, independensi, dan etika profesional berpengaruh signifikan
pada pencapaian kerja di Inspektorat Sulawesi Selatan dan secara parsial variabel
kompetensi (X1), independensi (X2), dan etika profesional (X3), berpengaruh
positif dan signifikan pada pencapaian kerja di Inspektorat Sulawesi Selatan. Dari
koefisien regresi ini kita dapat mengetahui bahwa ketiga variabel X tersebut
mendapatkan hasil bahwa faktor kompetensi, independensi dan sikap profesional
auditor berdampak positif dalam meningkatkan kualitas audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardani, (2017) dengan judul
”Independency Effect, Audit Fee, And Objectivity On Audit Quality”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi, audit fee, dan objektivitas
pada kualitas audit. Responden penelitian dalam penelitian ini adalah staf auditor
dengan jabatan junior sampai manajer yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
di Surabaya. Sampel yang digunakan sebanyak 8 Kantor Akuntan Publik yang

STIE INDONESIA
12

diwakilkan oleh 46 staf auditor, yang diperoleh menggunakan metode simple


random sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden di pertengahan bulan
November 2015. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa : independensi berpengaruh
positif terhadap kualitas audit, hal ini berarti semakin independen seorang auditor
maka semakin baik kualitas auditnya; audit fee berpengaruh positif terhadap
kualitas audit, hal ini berarti audit fee dapat menunjang kompleksitas jasa yang
diberikan auditor sehingga memicu kualitas audit yang baik auditornya;
objektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit, hal ini berarti auditor
tidak dapat dikatakan berkualitas baik apabila tidak bertindak secara objektif
berdasarkan bukti-butki otentik dari fakta yang ada yang diperolehnya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi menjelaskan tentang adanya konflik antara manajemen selaku


agent dengan pemilik selaku principal. Principal ingin mengetahui segala
informasi termasuk aktivitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau
dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan
pertanggungjawaban pada agent (manajemen). Berdasarkan laporan tersebut
principal menilai kinerja manajemen. Tetapi yang acapkali terjadi adalah
kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan yang membuat laporannya
kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik (Nur Indriantoro dan Bambang
Supomo, 1999).
Jadi adanya auditor untuk menjembatani permasalahan yang muncul
antara principal dan agent. Keberadaan auditor yang independen, kompetensi, dan
profesional diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen. Sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agen sehingga akan
menghasilkan sistem informasi yang relevan yang berguna bagi investor, kreditor
dalam mengambil keputusan rasional untuk investasi.

STIE INDONESIA
13

2.2.2. Audit

Audit adalah aktivitas pengumpulan dan pemeriksaan bukti terkait suatu


informasi untuk menentukan dan membuat laporan tentang tingkat kesesuaian
antara informasi dengan kriteria yang ditetapkan. Umumnya pemeriksaan atau
auditing dilakukan terhadap laporan keuangan, berbagai catatan pembukuan, serta
bukti pendukung yang dibuat oleh manajemen suatu perusahaan. Proses
auditing dilakukan oleh auditor, yaitu seseorang yang memiliki komptensi untuk
mengaudit dan sifatnya independen.
Berdasarkan Standar Profesioanl Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualiatas jika memenuhi ketentuan atau
standar auditing. Dan auditor harus dapat melakukan beberapa adanya tujuan
audit dengan, Memastikan kelengkapan (Completeness) Audit dilakukan untuk
memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi telah dicatat atau dimasukkan ke
dalam jurnal dengan segala kelengkapannya. Memastikan Ketepatan (Accuracy)
Kegiatan audit juga bertujuan untuk memastikan semua transaksi dan saldo
perkiraan telah didokumentasikan dengan baik, perhitungannya benar, jumlahnya
tepat, dan diklasifikasikan berdasarkan jenis transaksi. Memastikan Eksistensi
(Existence) Dengan adanya audit maka pencatatan semua harta dan kewajiban
memiliki eksistensi sesuai dengan tanggal tertentu. Dengan kata lain, semua
transaksi yang dicatat sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Membuat
Penilaian (Valuation) Kegiatan audit juga bertujuan untuk memastikan bahwa
semua prinsip akuntansi yang berlaku umum telah diaplikasikan dengan benar.
Membuat Klasifikasi (Classification) Audit bertujuan untuk memastikan bahwa
semua transaksi yang dicatat dalam jurnal diklasifikasikan sesuai jenis
transaksinya. Memastikan Ketepatan (Accuracy) Kegiatan audit juga bertujuan
untuk memastikan bahwa pencatatan transaksi dilakukan sesuai tanggal yang
benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar, dan
penjumlahan saldo dilakukan dengan benar. Membuat Pisah Batas (Cut-Off) Audit
bertujuan untuk memastikan bahwa semua transaksi yang dekat tanggal neraca
dicatat dalam periode yang sesuai. Pencatatan transaksi di akhir periode akuntansi
sangat mungkin terjadi salah saji. Membuat Pengungkapan (Disclosure) Audit
juga bertujuan untuk memastikan saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang
STIE INDONESIA
14

berkaitan sudah disajikan dengan baik pada laporan keuangan serta terdapat
penjelasan yang wajar pada isi dan catatan kaki laporan yang dibuat.
Tujuan dilakukannya audit adalah untuk memverifikasi subjek dari audit
apakah telah sesuai dengan regulasi, standar, dan metode yang disetujui oleh
perusahaan. Berikut merupakan prinsip-prinsip seorang auditor:
1. Integritas
Dalam integritas, seorang auditor harus membangun kepercayaan agar dapat
memberikan penilaian yang baik dan dapat dipercaya. Dalam integritas ini,
seorang auditor harus melakukan tugasnya dengan kejujuran, ketekunan, dan
juga tanggung jawab. Auditor juga harus menaati hukum sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku. Secara sadar, seorang auditor tidak boleh
melalukan tindakan yang ilegal dan harus menghormati serta turut
berkontribusi pada tujuan yang etis dan sah pada organisasi tersebut.
2. Objektivitas
Dalam menunjukkan objektivitas yang profesional, seorang auditor harus
membuat penilaian yang seimbang yang tidak boleh dikaitkan dengan masalah
pribadi. Untuk kepentingan organisasi, seorang audit tidak boleh melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan berpartisipasi dalam kegiatan apapun yang
sifatnya mengganggu penilaian mereka dan harus mengungkapkan segala
fakta yang diketahui agar tidak mengganggu laporan yang sedang diperiksa.
3. Kerahasiaan
Tentunya setiap organisasi memiliki rahasianya yang tidak boleh diketahui
oleh pihak luar. Auditor yang mengetahui kepemilikan informasi tidak berhak
untuk mengungkapkannya tanpa ada izin terlebih dahulu karena sudah ada
ketentuan Undang-Undangnya dan sudah merupakan kewajiban seorang
auditor untuk menghormatinya. Oleh karenanya, dalam melaksanakan
tugasnya seorang auditor harus berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga
informasi organisasi dan juga tidak boleh menggunakan informasi organisasi
untuk kepentingan pribadi dalam bentuk apapun.
4. Kompetensi
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor harus mengembangkan

STIE INDONESIA
15

pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya dan akan terus menerus


meningkatkan kemampuan dan efektivitas dan kualitas layanan.

2.2.3. Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana


auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan
pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam
laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor
berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.
Beberapa pengertian kualitas audit dari beberapa sumber:
Menurut Watkins et al (2004), kualitas audit adalah kemungkinan dimana
auditor akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan
keuangan klien. Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan auditor dikatakan berkualitas baik, jika memenuhi ketentuan atau
standar pengauditan.
Menurut Simanjuntak (2008), kualitas audit adalah pemeriksaan yang
sistematis dan independensi untuk menentukan aktivitas, mutu dan hasilnya sesuai
dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan tersebut
diimplementasikan secara efektif dan sesuai dengan tujuan.
Menurut Akmal (2006), kualitas audit adalah suatu hasil yang telah
dicapai oleh subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan
menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut.
Menurut Listya dan Sukrisno (2014) menyatakan kualitas audit merupakan
salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua dekade terakhir
penelitian mengenai kualitas audit telah tumbuh secara signifikan. Namun,
penelitian mengenai kualitas audit di negara-negara berkembang masih jarang
dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian mengenai kualitas audit mungkin
dilakukan tetap tidak terpublikasikan dijurnal ilmiah.
Auditor sebagai suatu profesi sangat berkepentingan dengan kualits jasa
yang diberikan agar jasa yang diberikan tersebut dapat diterima dan dipercaya
oleh masyarakat. Untuk mengukur kualitas pelaksanaan audit maka diperlukan
suatu kriteria atau ukuran kriteria. Standar auditing merupakan salah satu ukuran
STIE INDONESIA
16

kualitas pelaksanaan auditing dalam arti bahwa audit yang berkualitas apabila
pelaksanaannya sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum yang
ditetapkan oleh organisasi profesi tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan
bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar
auditing dan standar pengendalian mutu. Adapun dimensi dalam menentukan
kualitas jasa audit, yaitu:
1 Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan audit yang sesuai
dengan janji yang ditawarkan.
2 Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan auditor dalam membantu klien
dan memberikan pelayanan audit yang cepat dan tanggap dengan
penyampaian informasi yang jelas.
3 Assurance, meliputi kemampuan auditor atas pengetahuan terhadap kualitas
audit laporan secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan
dalam memberi pelayanan audit, keterampilan dalam memberikan informasi,
kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa audit
yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan klien
terhadap auditor.
4 Empathy, dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari:
a. Akses (access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa audit yang
ditawarkan auditor.
b. Komunikasi (communication), merupakan kemampuan melakukan
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada klien atau
memperoleh informasi dari klien.
c. Pemahaman pada klien (Understanding the client), meliputi usaha auditor
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan klien.

2.2.3.1. Pengukuran Kualitas Audit

Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Nomor 01 Tahun 2007 mengenai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), kualitas audit diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut (Efendy, 2010):
A. Kualitas Proses (keakuratan temuan audit, sikap skeptisme).

STIE INDONESIA
17

Besarnya manfaat yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak


pada temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat,
tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang
diperiksa. Selain itu audit harus dilakukan dengan cermat, sesuai prosedur,
sambil terus mempertahankan sikap skeptisme.
B. Kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit).
Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk menindaklanjuti
rekomendasi serta menciptakan dan memelihara suatu proses dan sistem
informasi untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa.
C. Kualitas tindak lanjut hasil audit.
Pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen memantau status tindak
lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Perhatian secara terus menerus terhadap
temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu
pemeriksa untuk menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.

2.2.4. Etika Auditor

Etika Auditor adalah suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi
landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan
kehormatan seseorang. Etika berkaitan dengan pertanyaan bagaimana orang akan
berperilaku terhadap sesamanya (Halim, 2015).
Etika dalam audit adalah suatu prinsip yang dilakukan oleh seorang yang
kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang sistematis dalam
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara objektif tentang
informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas ekonomi, dengan
tujuan untuk menentukan dan metepkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai
mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.

STIE INDONESIA
18

Etika Auditing ialah suatu sikap dan perilaku mentaati ketentuan dan
norma kehidupan yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan
asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi.
Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan
oleh seorang yang kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang
sistematis dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara
objektif tentang informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas
ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Akuntan publik sebagai suatu profesi, untuk memenuhi fungsi auditing
tunduk kepada suatu kode etik profesi dan melaksanakan audit terhadap suatu
laporan keuangan dengan cara-cara tertentu dengan mendasarkan diri pada norma
atau standar auditing dan mempertahankan terlaksananya kode etik yang telah
ditetapkan.
Akuntan-akuntan Indonesia telah membentuk wadah atau organisasi yang
dinamakan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang anggotanya adalah seluruh
akuntan yang terdaftar sebagai orang yang berhak memakai gelar Akuntan di
Indonesia, baik yang bergerak sebagai Akuntan Publik, Akuntan Pemerintah,
Akuntan Intern maupun sebagai Akuntan Pendidik.
Dalam Kode Etik IAI disebutkan bahwa “prinsip etika profesi dalam Kode
Etik Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan
tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini
memandu anggota dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya. Prinsip ini
meminta komitmen untuk berprilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan
keuntungan pribadi.”
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia terdapat delapan prinsip etika
sebagai berikut:
a. Tanggung jawab profesi.
b. Kepentingan Publik.
c. Integritas.

STIE INDONESIA
19

d. Obyektivitas.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
f. Kerahasiaan.
g. Perilaku profesional.
h. Standar teknis.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam
mengambil keputusan-keputusan sulit.
Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah
terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut
oleh profesi. Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan
menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan
yang membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan
etika profesi. etis yang tinggi mampu mengenalisituasi-situasi yang mengandung
isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambilkeputusan atau tindakan
yang tepat

2.2.5. Profesionalisme (Professionalism)

Profesionalisme didefinisikan secara luas, mengacu pada perilaku, tujuan,


atau kualitas yang membentuk karakter atau memberi ciri suatu profesi atau
orang-orang professional. Messier, Glover, Prawitt, (2005: 375). Adapun menurut
Badudu dan Sutan, (2002:848), profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan
tersebut diperoleh nafkah untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat diartikan
bersifat profesi atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan
latihan.
Profesionalisme adalah suatu atribut individul yang penting tanpa melihat
suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak Lekatompessy, (2003).
Menurut E.Sumaryono (1995: 32-33), sebuah profesi terdiri dari kelompok
terbatas dari orang-orang yang memiliki keahlian khusus dan dengan keahlian itu
mereka dapat berfungsi di dalam masyarakat dengan lebih baik bila dibandingkan
dengan warga masyarakat lain pada umumnya. Atau dalam pengertian yang
lainnya, sebuah profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan dimana orang yang
STIE INDONESIA
20

menyandangnya mempunyai pengetahuan khusus yang diperolehnya mempunyai


‘training’ atau pengalaman lain, atau bahkan diperoleh melalui keduanya,
sehingga penyandang profesi dapat membimbing orang lain dalam bidangnya
sendiri.
Istilah professional menunjuk pada pekerjaan yang diorganisir dalam
bentuk institusional, di mana para praktisi yang independen dan berkominten
secara eksplisit melayani kepentingan publik, serta menawarkan jasa terhadap
klien di mana jasa tersebut secara langsung berhubungan dengan intelektualitas
yang berbasis pada pengetahuan. Pengetahuan tersebut harus bersifat kompleks
atau esetoris, dan adanya legitimasi sosial dalam bentuk pengetahuan yang
diinstitusionalkan dan berbasis pada etika (Setiawan & Ghozali, 2006: 4).
Profesi merupakan pekerjaan yang berlandaskan pada pengetahuan
(knowledge) yang tinggi atau kompleks, atau pengetahuan yang bersifat esetorik.
Selama ini diargumentasikan bahwa pekerjaan akuntan memang didasarkan pada
pengetahuan yang tinggi dan ini hanya bisa dilakukan oleh individu dengan
kemampuan tertentu dan latar belakang pendidikan tertentu. Esetorik bermakna
unik tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan ini. Profesi berkaitan dengan
pengkuan sosial. (Setiawan & Ghozali, 2006: 35), menyebutkan bahwa sebelum
suatu profesi memperoleh pengakuan sosial, praktisi harus memiliki atribut
profesionalisme yang mencakup :
1. Keyakinan bahwa pekerjaannya secara sosialadalah penting;
2. Berdedikasi terhadap pekerjaannya;
3. Membutuhkan otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya;
4. Dukungan terhadap pengaturan sendiri (selfregulation);
5. Berafiliasi dengan praktisi lainnya.
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang
disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Laporan keuangan perusahaan
dimanfaatkan oleh pemilik perusahaan untuk menilai pengelolaan dana yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Manejemen perusahaan memerlukan jasa
pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar
dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga
untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh

STIE INDONESIA
21

manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang


diambil oleh mereka. Pihak ketiga yang dimaksud di atas adalah akuntan publik.
Dari profesi inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas yang tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan (Mulyadi, 2002:3 dalam Christian, 2012).
Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secara
independen terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut
melakukan pekerjaannya seprofesional mungkin dengan menghindari terjadinya
kesalahan dalam penilaian.
Penelitian yang dilakukan oleh Arianti, dkk. (2014) menyatakan bahwa
dengan adanya profesionalisme dari seorang auditor, maka akan menghasilkan
pekerjaan yang berkualitas, karena dengan profesionalisme berarti auditor telah
menggunakan kemampuan dalam melaksanakan audit secara maksimal serta
melaksanakan pekerjaan dengan etika yang tinggi. Mengabdikan diri pada sebuah
profesi adalah komitmen yang terbentuk secara sukarela dalam diri seseorang.
Keahlian profesional adalah tingkat kemahiran profesional auditor dalam
melakukan pemeriksaan yang dilaksanakan dengan keterampilan dan kecermatan
profesionalnya terhadap penerapan struktur pengendalian. Elemen-elemen dari
keahlian profesional ini adalah ketaatan terhadap kode etik profesional,
pengetahuan, keterampilan, dan disiplin ilmu, hubungan dan komunikasi antar
manusia, dan pendidikan berkelanjutan (Grefita, 2011 dalam Dianawati, 2013).
Bidang akuntansi telah melakukan usaha yang sungguh-sungguh untuk
mendapatkan label "profesi". Badan yang menyusun standar, proses pengujian
dan lisensi, asosiasi profesional, dan kode etik merupakan bukti adanya struktur
profesional untuk akuntansi dan akuntan. Sikap Profesional tercermin pada
pelaksanaan kualitas yang merupakan karakteristik atau tanda suatu profesi atau
seorang profesional. Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional
jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
menerapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan
tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.

STIE INDONESIA
22

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional berasal dari kata


profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu. Sedangkan
profesional adalah bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan
ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Sebuah profesi memang menuntut
adanya profesionalisme karena sebuah profesi memiliki aturan-aturan yang harus
dipenuhi dan ditaati. Profesionalisme bisa dilihat dari perilaku karena perilaku
profesional merupakan cerminan dari sikap profesionalisme. Untuk itu, penekanan
pada tingkat profesionalisme lebih didasarkan pada sikap seseorang dalam
menyingkapi berbagai masalah sehubungan dengan pekerjaan yang ditanganinya.
Ketika seseorang dengan profesi tertentu mampu bersikap bijaksana dilihat dari
tuntutan tanggung jawab sesuai dengan profesinya, maka seseorang tersebut bisa
dikatakan profesional (Christian, 2012).
Dalam pengukuran seorang auditor yang profesional terdapat lima elemen
profesionalisme tersebut yang telah dirumuskan kembali sebagai berikut (Hastuti
dkk., 2003 dalam Christian, 2012):
1. Profesionalisme pengabdian terhadap profesi
Dicerminkan melalui dedikasi profesional dengan menggunakan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki dan tetap melaksanakan profesinya meskipun imbalan
ekstrinsiknya berkurang. Pengetahuan akuntan publik digunakan sebagai salah
satu kunci keefektifan kerja. Dalam audit, pengetahuan tentang bermacam-macam
pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan
penting untuk membuat perencanaan audit yang efektif. Sikap ini berkaitan
dengan ekspresi dari pencurahan diri secara keseluruhan terhadap pekerjaan dan
sudah merupakan suatu komitmen pribadi yang kuat, sehingga kompensasi utama
yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru
materi.
2. Profesionalisme Hubungan dengan rekan seprofesi
Hubungan dengan sesama profesi menggunakan ikatan profesi sebagai acuan
termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal

STIE INDONESIA
23

sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesi.
3. Profesionalisme kewajiban sosial
Kewajiban sosial merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta
manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya
pekerjaan tersebut. Sikap profesionalisme dalam pekerjaan tidak terlepas dari
kelompok orang yang menciptakan sistem suatu organisasi tersebut. Hal ini
berarti bahwa atribut profesional diciptakan sehingga layak diperlakukan sebagai
suatu profesi.
4. Profesionalisme kemandirian
Kebutuhan untuk mandiri merupakan suatu pandangan seorang professional
auditor yang harus mampu membuat keputusan sendiri dalam penentuan tingkat
materialitas tanpa tekanan pihak lain. Adanya intervensi yang datang dari luar
dianggap sebagai hambatan yang dapat mengganggu otonomi profesional. Banyak
orang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak bagi mereka dan hak
istimewa untuk membuat keputusan-keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara
ketat. Kemandirian akan timbul melalui kebebasan yang diperoleh. Dalam
pekerjaan yang terstruktur dan dikendalikan oleh manajemen secara ketat, akan
sulit menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas.
5. Profesionalisme keyakinan terhadap peraturan profesi.
Sikap ini adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dan berhak untuk
menilai pekerjaan profesional adalah sesama profesi, bukan orang yang diluar
lingkungan dan tidak mempunyai kompeten dalam bidang ilmu profesi mereka.
Auditor harus selalu meningkatkan profesionalisme sehingga mereka
accountable baik terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Oleh karena itu
pendidikan profesionalisme berkelanjutan mutlak diperlukan baik menyangkut
komputerisasi data kompleksitas transaksi terbaru dibidang audit maupun
perubahan dari bidang keuangan yang menyangkut pengukuran nilai mata uang.
Terdapat 4 peran profesional seorang auditor, yaitu
1. Menjamin kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
2. Bertindak sebagai pihak yang independen dan kompoten dalam melakukan
audit.

STIE INDONESIA
24

3. Membantu dalam menjaga dan menegakan prinsip GCG perusahaan.


4. Bertanggungjwab dalam pencegahan, pendeteksian, dan investigasi berbagai
bentuk kecurangan.

2.2.6. Fee audit

Fee audit adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk
memperoleh perikatan dari/pihak lain. Fee Audit juga bisa diartikan sebagai
fungsi dari jumlah kerja yang dilakukan oleh auditor dan harga per jam. Fee audit
merupakan salah satu faktor seorang auditor untuk melaksanakan pekerjaannya.
Besarnya fee audit dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan
mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil
tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
Guna membantu akuntan publik mempertahankan objektivitas dalam
melaksanakan jasa audit atau jasa atestasi lainnya, dilarang mendasarkaan fee
pada hasil penugasan.
Dalam kode etik akuntan Indonesia (SPAP,2018), diatur bahwa imbalan
jasa professional harus memadai, tidak boleh bergantung pada hasil atau temuan
atas pelaksanaan jasa tersebut namun beberapa hasil penelitian menemukan
adanya hubungan antara kualitas audit dan fee audit, yaitu :
1. David Hay dan David Davis (2002) menyatakan bahwa fee audit
merupakan salah satu faktor untuk memilih tingkatan kualitas audit.
2. Wuchun, Chi (2004) menyatakan fee audit berpengaruh terhadap kualitas
audit.
3. Chuntao Lie, Frank M. Song dan Sonia M.L.Wong (2005) menyatakan
bahwa KAP yang lebih besar dengan fee audit yang lebih tinggi cenderung
memberikan jasa audit yang lebih berkualitas.
STIE INDONESIA
25

4. Mark A. Clatworthy dan Michael J. Peel (2006) menyatakan fee audit


berhubungan dengan kualitas audit.
Menurut Sukrisno Agoes (2012:56) fee audit adalah imbalan dalam bentuk
uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari
klien atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain.
Standar profesional akuntan publik seksi 240 point 1 tentang fee menyatakan,
dalam melakukan negoisasi mengenai jasa professional yang diberikan, praktisi
dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Dari
kedua pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan fee audit adalah biaya
atau imbalan yang diberikan klien kepada akuntan publik sebagai imbalan jasa
yang diberikanakuntan publik berupa jasa audit. Berdasarkan aturan etika
kompartemen akuntan publik, bahwa fee audit besarannya dapat bervariasi,
tergantung pada resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP
yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Dalam aturan itu disebutkan pula bahwa anggota KAP tidak
diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat
merusak citra profesi. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum
Institut Akuntan Publik Indonesia No: Kep.024/IAPI/VII/2008 bahwa dalam
menetapkan imbal jasa (fee) audit, akuntan publik harus mempertimbangkan hal-
hal sbb:
a. Kebutuhan klien
b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum
c. Independensi
d. Tingkat keahlian dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang
dilakukakn, serta tingkat kompleksitas pekerjaan
e. Banyaknya waktu yang diperlukan secara efektif digunakan oleh akuntan
publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan
f. Basis penetapan fee yang disepakati.
Yang menyatakan bahwa audit fee merupakan pendapatan yang besarnya
bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugassan audit seperti
ukuran perusahaan klien, kompleksita jasa audit yang dihadapi auditor, resiko

STIE INDONESIA
26

audit yang dihadapi auditordari klien serta nama KAP yang melakukan jasa audit.
Fee audit yang dibayarkan oleh klien kepada auditor merupakan bentuk balas jasa
yang diberikan auditor kepada klien dan sebagai bentuk penggantian atas besarnya
biaya kerugian yang dikeluarkan selama melakukan audit. Berikut ini merupakan
indikator fee audit menurut Susmiyanti (2016), yakni resiko audit, kompleksitas
jasa yang diberikan, Tingkat keahlian auditor dalam industri klien, dan struktur
biaya KAP.

2.2.7. Independensi

Pengertian Independensi Auditor menurut standar umum SA seksi 220


dalam SPAP standar ini mengaharuskan auditor bersikap independen, artinya
tidak mudah dipengaruhi, oleh karena itu ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia praktik sebagai auditor intern). Sikap
independensi adalah faktor yang sangat penting dalam audit. Independensi
merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.
Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan
tidak memihak kepentingan siapapun karena auditor tersebut melakukan
pekerjannya untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak
hanya pada ,manajemen dan pimpinan dalam instansi, namun juga kepada
masyarakat dan pihak lain yang meletakan kepercayaan pada pekerjaan auditor
tersebut.
Menurut penelitian Singgih dan Bawono (2010), independen bagi seorang
akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan
memihak kepada siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis
yang dimilikinya, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat
diperlukan untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Mulyadi (2002:87)
menjelaskan bahwa independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihal lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Dari pengertian tersebut dapat ditarik
STIE INDONESIA
27

kesimpulan bahwa auditor yang menegakan independensinya akan menyadari


bahwa hasil audit yang dikerjakan merupakan kepentingan umum, sehingga
auditor harus bersifat jujur, netral, dan tidak terpengaruh oleh pihak manapun.
Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in
fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance).
1. Independen dalam fakta adalah independen dalam diri auditor, yaitu
kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
melakukan penugasan audit. Hal ini berarti bahwa auditor harus memiliki
kejujuran yang tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya dan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian
independen dalam fakta atau independen dalam kenyataan harus
memelihara kebebasan sikap dan senantiasa jujur menggunakan ilmunya
2. Sedangkan independen dalam penampilan adalah independen yang
dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap entitas yang di
audit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya.
Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut
mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga, hubungan
keuangan) dengan audit yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor
tersebut akan memihak atau tidak independen. Oleh karena itu, auditor tidak
hanya harus bersikap bebas menurut faktanya, tapi juga harus menghindari
keadaan-keadaan yang membuat orang lain meragukan kebebasannya
Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga
oleh akuntan publik. Hasil penelitian Pany dan Reckers dalam M. Nizarul Alim,
Trisni Hapsari, dan Lilliek Purwanti, menunjukan bahwa hadiah meskipun
jumlahnya sedikit berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor.
Independensi berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi karena ia
melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan publik tidak
dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur
tidak hanya kepada mamanejemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada
kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan
publik. Sikap mental independensi tersebut meliputi independen dalam fakta (in
fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

STIE INDONESIA
28

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada


umumnya adalah untuk memberikan pendapat tentang kewajaran, dalam semua
hal yang material, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan
sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan
mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal
auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia
harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah,
laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia dan, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.

2.3. Hubungan antar Variabel Penelitian

2.3.1. Pengaruh Etika Auditor terhadap Kualitas Audit

Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan
oleh seorang yang kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang
sistematis dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara
objektif tentang informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas
ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Seorang auditor dalam membuat
keputusan pasti menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional yang
didasarkan pemahaman etika yang berlaku dan membuat suatu keputusan yang
adil (fair) serta tindakan yang diambil itu harus mencerminkan kebenaraan dan
keadaan yang sebenarnya.
Akuntan yang professional dalam menjalankan tugasnya memiliki
pedoman-pedoman yang mengikat seperti kode etik dalam hal ini adalah Kode
Etik Akuntan Indonesia, sehingga dalam melaksanakan aktivitasnya akuntan
STIE INDONESIA
29

publik memiliki arah yang jelas dan dapat memberikan keputusan yang tepat dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil
keputusan auditor. Auditor dalam penelitian ini adalah auditor yang masih muda
dan masih baru bekerja, sehingga akan berusaha untuk berkomitmen kepada
organisasinya untuk mendapatkan pengalaman yang banyak. Dengan masa kerja
yang relatif kecil ini, auditor tidak memiliki banyak pilihan untuk bekerja di
tempat lain, sehingga berkomitmen terhadap organisasinya. Hasil ini mendukung
penelitian Carolita dan Rahardjo (2012) dan Kurnia et al. (2014) menyatakan
bahwa etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan
demikian, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut.
Ha1 : Etika Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas
Audit.

2.3.2. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit

Bagi seorang auditor, penting sekali untuk meyakinkan klien dan pemakai
laporan keuangan akan kualitas hasil audit pemeriksaan selama penugasan audit.
Jika pemakai jasa auditor tidak memiliki keyakinan pada auditor, kemampuan
para profesional itu untuk memberikan jasa kepada klien dan masyarakat secara
efektif akan berkurang.
Untuk menjalankan tugas secara profesional, auditor harus membuat
perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan. Seorang akuntan publik
yang memiliki sikap profesionalisme tinggi akan mempertimbangkan material
atau tidaknya informasi dengan tepat atau informasi mengenai laporan keuangan
yang tepat, karena hal ini erat hubungannya dengan jenis pendapat yang akan
diberikan oleh auditor. Jadi, semakin tinggi profesionalisme seorang auditor,
maka Kualitas Audit yang dihasilkan dalam laporan keuangan akan semakin baik.
Hasil ini mendukung penelitian Pramesti dan Wiratmaja (2017) menyatakan
bahwa profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Dengan demikian, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut.
Ha2 : Profesionalisme Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit.

STIE INDONESIA
30

2.3.3. Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit

Komisi audit adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien atau pihak lain untuk
memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain. Ketika fee audit semakin tinggi,
maka kualitas audit yang dihasilkan semakin tinggi pula karena semakin luas pula
prosedur audit yang akan dilakukan auditor, dengan demikian hasil audit yang
dihasilkan dapat dipercaya dan akurat.
Auditor dengan fee audit yang tinggi akan melakukan prosedur audit lebih
luas dan mendalam terhadap perusahaan klien sehingga kemungkinan
kejanggalan-kejanggalan yang ada pada laporan keuangan klien dapat terdeteksi.
Semakin baiknya reputasi kantor akuntan publik akan menjadi pertimbangan
dalam penentuan besaran fee audit. KAP besar mempunyai insentif lebih besar
untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan
spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang
tidak akurat. Kekuatan KAP besar untuk menghasilkan audit yang berkualitas
juga diperkuat adanya sumber daya manusia yang lebih berkualitas dibandingkan
dengan KAP kecil. Hasil ini mendukung penelitian Sulistiarini (2017) menyatakan
bahwa fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian,
maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut.
Ha3 : Fee Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

2.3.4. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Porter (1920) dalam Nandri dan Latrini,
(2015) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari audit pada awalnya adalah untuk
mengungkap kekeliruan. Dengan bersifat obyektif dan tanpa pengaruh dari orang
lain akan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan karena auditor dapat
melaksanakan kewajibannya sesuai aturan yang ada.
Tandirerung (2001) dalam Pratistha dan Widhiyani, (2014), menyatakan
sikap independen sudah melekat pada pribadi setiap auditor karena hal tersebut
merupakan tuntutan profesi akuntan pubik, namun karena adanya desakan atau

STIE INDONESIA
31

“pengaruh” dari klien untuk mendukung kepentingannya, maka independensi


tidak lagi didefinisikan secara sempurna dalam pendirian auditor.
Hasil audit yang berkualitas dapat memudahkan pemakai laporan
keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Jika auditor kehilangan
independensinya, maka laporan hasil audit tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh auditor, maka kualitas audit yang
dihasilkan akan semakin baik. Hasil ini mendukung penelitian Zam dan Rahayu
(2015) menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Maka hipotesis yang dapat disusun dari pernyataan di atas adalah
sebagai berikut :
Ha4 : Independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit.

Kerangka Pemikiran Penelitian

ETIKA AUDITOR (XI) H1 (+)

PROFESIONAL H2 (+)
AUDITOR (X2)
H3 (+) KUALITAS AUDIT (Y)

FEE AUDIT (X3)


H4 (+)

INDEPENDENSI
AUDITOR (X4)

STIE INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai