Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, TEKANAN KETAATAN,


KOMPLEKSITAS TUGAS DAN INDENPENDENSI AUDITOR
TERHADAP AUDIT JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DI PROVINSI BALI

OLEH :

NAMA : NI LUH PUTU RIKA SUTRISNAWATI

NIM : 1802622010500

PRODI : AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-

tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan

tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan

dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak pihak yang berkepentingan.

Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan

historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, perusahaan yang

cukup besar, dan perusahaan serta organisasi non-komersial yang lebih kecil.

Audit judgment dapat dipengaruhi oleh faktor tenis dan non-teknis. Faktor

teknis seperti lingkup audit dan pendidikan, sedangkan faktor non-teknis

seperti aspek-aspek perilaku dari induvidu.

Aspek perilaku menarik banyak peehatian dari praktisi akuntansi maupun

akademisi. Namun meningkatnya perhatian tidak diimbangi dengan

pertumbuhan penelitian tentang akuntansi perilaku dimana dalam banyak

penelitian hal tersebut justru tidak menjadi focus utama (Siti Jamilah dkk,

2007). Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan

tidak akan dapat menyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang

disajikan manajemen perusahaan berisi informasi yang dapat dipercaya.

Karena dari sudut pandang pihak luar, manajemen mempunya kepentingan

lainnya (Hariasih, 2012).Akuntansi publik adalah akuntan yang berpraktik

1
dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang

diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yaitu jasa auditing,

jasa astestasi, jasa akuntansi (review), dan jasa konsultan. Akuntan publik

yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang

menyrdiakan jasa audit atas dasar auditing yang tercantum dalam SPAP. Kode

Etik Ikatan Akuntansi Indonesia di jabarkan kedalam Etika Kompartemen

Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berpraktik dalam Profesi Akuntan Publik

(Mulyadi, 2004). Salah satu pekerjaan auditor adalah melakukan audit untuk

mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan oleh suatu entitas yang

diperiksa, membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, dan

menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang

tindakan-tindakan perbaikan. Ketika melakukan tugasnya, tidak semua auditor

dapat melakukan tugasnya dengan baik, namun masih ada beberapa akuntan

publik yang melakukan kesalahan. Ketika menjalankan proses audit, seorang

auditor dapat mengeluarkan opini atas hasil laporan keuangan yang

diperiksanya, berupa audit judgment. (Agustini dan Merkusiwati, 2016).

Audit merupakan salah satu bidang akuntansi yang membahas tentang

prinsip, prosedur dan metode perolehan dan penilaian bukti yang berkaitan

dengan laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan pendapat

mengenai kewajaran atau keselarasan laporan keuangan tersebut dengan

criteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum.

(Mulyadi 2010:9). Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh

dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pertanyaan- pertanyaan

2
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan

tingkat kesesuaian antara pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan. Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya

melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan menarik

kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan. Auditor mengumpulkan bukti

dalam waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dan bukti tersebut

untuk membuat suatu audit judgment.

Pengalaman Audit dinilai memiliki manfaat atau pengaruh yang besar

terhadap penilaian kinerja auditor dalam membuat judgment (pendapat),

semakin berpengalaman seorang auditor maka judgment yang diberikan

semakin dipercaya. Selain itu pengalaman menjadi salah satu persyaratan

dalam mempeloreh ijin menjadi akuntan publik (Rahmawati 2012).

Pengalaman auditor adalah gabungan dari semua yang diperoleh auditor

melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama

benda, alam, keadaan, gagasan dan pengideraan. Pengalaman merupakan

atribut penting yang dimiliki auditor. Pengalaman auditor adalah pengalaman

yang dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan audit atas laporan

keuangan suatu entitas. Pengalaman dapat memberikan peluang bagi seorang

untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Pengalaman merupakan suatu

proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku

(Asih, 2006). Zulaikha (2006) dan Mardiana (2010) menemukan bahwa

auditor berpengaruh positif terhadap audit judgment. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Astriningrum menemukan bahwa pengalaman auditor

3
tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Semakin luas pengalaman

seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola

berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Puspaningsih, 2004). Menurut Mayangsari (2009), auditor yang

berpengalaman mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik atas

laporan keuangan. Penelitian Herliansyah dan ilyas (2006) memberikan bukti

tambahan bahwa pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment.

Tekanan Ketaatan dapat berpengaruh dalam audit judgment, auditor akan

merasa berada dalam tekanan ketika mendapat perintah maupun permintaan

dari atasan atau klien untuk melaksanakan kehendak atau perintah dari atasan

atau klien yang bertentangan dengan standar dan etika profesi untuk auditor.

Auditor yang berada dibawah tekanan akan menunjukan perilaku

dysfunctional dengan mengiyakan penrintah dari atsan atau klien biarpun

perintah itu menyimpang. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan ketaatan

dapat mempengaruhi judgment (pendapat) yang di buat oleh auditor. Tekanan

ketaatan yang diterima oleh auditor junior dari auditor senior atau atasan dan

entitas yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari

standar profesionalisme. Tekanan ketaatan adalah jenis tekanan pengaruh

sosial yang dihasilkan ketika induvidudengan perintah langsung dari perilaku

induvidu lain. Menurut Jamilah, dkk. (2007) dalam penelitian tekanan

ketaatan merupakan kondisi dimana seseorang auditor dihadapakan pada

sebuah dilemma penerapa standar profesi auditor. Dalam penelitian nya

tekanan ketaatan merupakan kondisi dimana seorang auditor dihadapkan pada

seluruh dilemapenerapan standar profesi auditor. Yuliani (2010) dan jamilah

4
dkk (2010) menemukan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh negative

terhadap audit judgment. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Fitrianingsih (2011) dan Daljono (2012) menemukan bahwa tekanan ketaatan

tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Bagi auditor dalam melaksanakan

tugasnya harus mematuhi dan berpegang teguh pada etika profesi dan standar

auditing (Praditaningrum, 2012). Namun tidak jarang muncul potensi konflik

ketika auditor berusaha untuk memenuhi tanggung jawab professional tetapi

di sisi lain di tuntut pula untuk memenuhi perintah dari atasan maupun entitas.

Kompleksitas tugas adalah tugas yang kompleks, terdiri atas bagian-

bagian yang banyak, berbeda- beda dan saling terkait satu sama lain.

Kompleksitas tugas juga merupakan persepsi individu tentang kesulitan suatu

tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapasitas dan daya ingat serta

kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang

pembuat keputusan. (Sanusi dan iskandar, 2011) menyatakan bahwa

kompleksitas tugas adalah tugas yang tidak terstruktur, membingungkan, dan

sulit. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi

tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan

informasi (Engko, 2008:5 ). Pamuji 2007 menemukan bahwa kompleksitas

tugas berpengaruh negative terhadap audit judgment. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Zulaikha (2006) dan idris (2012) menemukan bahwa

Kompleksitas tugas tidak berpengaryh terhadap audit judgment. Kompleksitas

tugas juga dapat dijadikan sebagai alat dalam meningkatkan kualitas hasil

pekerjaan (Mardisar dan Nellysari, 2007). Kompleksnya suatu pekerjaan juga

dinilai dapat mempengaruhi seseorang dalam menjalankan tugasnya. Dengan

5
kerumitan dan kompleksya suatu pekerjaan dapat mendorong seseorang untuk

melakukan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya. Dalam bidang audit,

kesalahan-kesalahan dapat memproses dan mengevaluasi informasi

(Rahmawati 2012).

Independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan

profesinya pada judgment yang diambil auditor. Teori yang berkaitan dengan

independensi juga diungkapkan oleh Mayangsari (2003) menyatakan bahwa

auditor yang memiliki keahlian dan independensi akan memberikan pendapat

tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung besar di- bandingkan

yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki

keduanya. Penelitian lain oleh Boynton, dkk (2003) bahwa independensi

auditor merupakan dasar dari proses auditing. Seksi 290 menjelaskan dengan

sangat rinci persyaratan independensi bagi Tim Assurance, KAP, dan Jaringan

KAP. Selain harus memiliki kompetensi, seorang akuntan juga harus

mempertahankan independensi. Semahir apapun akuntan publik apabila tidak

independen, akuntan tersebut tidak dapat menggunakan kemahirannya untuk

kepentingan publik yang menuntut independensi. Independensi yang diatur

dalam kode etik mewajibkan akuntan publik dalam pemikiran dan dalam

penampilan. Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP 2011) menyatakan bahwa

independen seorang akuntan publik berarti bahwa auditor tidak mudah

dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan

pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang

meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Nilai auditing sangat

6
bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor (Arens et al.,

2008).

Penelitian ini dilakukan Karena judgment auditor merupakan sebuah

pertimbangan subyektif dari seorang auditor dan sangat tergantung dari

persepsi individu mengenai suatu situasi. Selain itu hasil penelitian tedahulu

juga belum dapat digenelisir untuk seluruh Indonesia dalam pengambilan

judgment auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sehingga

membutuhkan tambahan bukti emperis tentang “ Pengaruh Pengalaman Audit,

Tekanan Ketaatan, Kompeksitas Tugas, Indenpendensi Auditor terhadap Audit

Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas,

maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu :

1. Apakah Pengalaman Audit berpengaruh terhadap audit judgment ?

2. Apakah Tekanan Ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment ?

3. Apakah Kompeksitas Tugas berpengaruh terhadap audit judgment ?

4. Apakah Indenpendensi berpengaruh terhadap audit judgment ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah di

sampaikan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Pengalaman Audit terhadap audit judgment.

2. Untuk mengetahui pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap audit judgment.

7
3. Untuk mengetahui pengaruh Kompeksitas Tugas terhadap audit judgment.

4. Untuk mengetahui pengaruh Indenpendensi terhadap audit judgment.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

tentang audit judgment, dan dapat memberikan bukti emperis

mengenai pengaruh pengalaman audit, tekanan ketaatan,

kompleksitas tugas, independensi Auditor terhadap Audit

judgment pada kantor akuntan publik di provinsi bali.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan

memberikan sumbangan konseptul bagi peneliti sejenis

maupun citivitas academia lainnya dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan

kemajuan dunia penelitian.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Kantor Akuntan Publik

Hasil ini, diharapkan dapat memahami Variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap audit judgment hasil pemeriksaan guna

sebagai bahan kajian dan evaluasi dalam melaksanakan tugas

ke kantor akuntan public sehingga hasil audit judgment dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

b. Bagi Peneliti

8
Hasil penelitian ini, diharapkan untuk menambah wawasan dan

cakrawala berfikir mengenail variable-variabel yang

berpengaruh terhadap audit judgment.

c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini, diharapkan agar dijadikan referensi dalam

melakukan penelitian yang sejenis dan dapat mengembangkan

melalui keterbatasan-keterbatasan yang ada.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Motivasi

Gibson (1994 ) dalam Irwnti (2011) menjelaskan motivasi sebagai

konsep yang mengurangi kekuatan yang ada dalam diri seorang yang akan

memulai atau mengarahkan perilakunya. Motivasi dapat mempengaruhi

hasil kinerja seseorang baik secara positif atau negative tergantung pada

kekuatan yang dihadapi oleh orang yang bersangkutan. Motivasi adalah

suatu kekuatan potensi yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat

dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan dari

luar ( Mutmainah,2006)

Motivasi adalah konsep penting auditor terutama dalam melakukan

audit. Auditor harus selalu mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan

organisasi dan tujuan audit dengan baik. Auditor yang memiliki motivasi

yang kuat dalam dirinya tidak akan dipengaruhi oleh perbedaan gender

diantara mereka, tekanan ketaaran dari atasan maupun entitas yang

diperikasa, dan kompleksitas tugas audit yang mereka emban dalam

menghasilkan suatu judgment yang relevan atas hasil auditnya. Auditor

yang memiliki motivasi kuat juga akan terus berusaha menambah keahlian

dan pengalaman auditnya untuk mendukung kinerjanya.

2.1.2 Teori Penetapan Tujuan

10
Teori ini ditemukan oleh Edwin Locke pada tahun 1978. Teori ini

menjelaskan hubungan antara tujuan dengan perilaku. Seorang yang

memahami tujuan maka akan terpengaruh kinerjanya (Irwanti, 2011)

Locke mengemukakan bahwa niat mencapai sebuah tujuan merupakan

sumber motivasi kerja yang utama. Tujuan akan member tahu seorang

induvidu apa yang harus dilakukan banyak usaha yang harus dikeluarkan.

Teori penetapan tujuan menegaskan bahwa tujuan yang lebih spesifik, sulit

dan menentang akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dan baik

dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas, seperti tujuan yang mudah

atau tidak ada tujuan sama sekali (Nadhiroh, 2010). Teori ini

mengasumsikan bahwa ada hubungan langsung antara definisi dari tujuan

yang spesifik dan terukur dengan kinerja juka manajer mengetahui apa

sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh mereka, maka mereka akan

lebih termotivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat meningkatkan

kinerja mereka (Locke dan Latham, 1990). Tujuan yang memiliki

tantangan biasanya diimplementasikan dalam ouput dengan level yang

spesifik yang haris dicapai.

Auditor yang dapat memahami apa yang menjadi tujuannya dan

apa yang ada harapkan atas hasil kinerjanya tidak akan bersikap

menyimpang ketika mendapat tekanan dari atas atau entitas yang diperiksa

dan tugas audit yang kompleks. Pemahaman mengenail tujuannya dapat

membantu auditor membuat suatu audit judgment yang baik. Auditor

seharusnya memahami bahwa tugas auditor adlah memberikan jasa

professional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan

11
menajemen kepada masyarakat yang berkepentingan terhadap laporan

keuangan tersebut. Melalui pemahaman ini auditor akan tetaap bersikap

professional sesuai dengan etika profesi dan standar professional yang

berlaku meskipun menghadapi rintangan dalam tugas auditnya.

2.1.3 Teori X dan Y McGregor

McGregor mengemukakan dua pandangan nyata mengenai

manusia yaitu X (negatif) dan teori Y (positif). Individu yang bertipe X

memiliki locus of control eksternal dimana mereka pada dasarnya tidak

menyukai pekerjaan, berusaha menghindari tanggung jawab, sehingga

mereka harus dipaksa atau di ancam dengan hukuman untuk mencapai

tujuan. Bertentangan dengan individu bertipe X, McGregor menyebutkan

individu yang bertipe Y memiliki locus of control internal dimana mereka

menyukai pekerjaan, mampu mengendalikan diri untuk mencapai tujuan,

bertanggung jawab, dan mampu membuat keputusan inovatif.

Auditor yang termasuk dalam tipe X jika mendapat tekanan

ketaatan dan tugas audit yang kompleks akan cenderung membuat

judgment yang kurang baik dan tidak tepat. Auditor dengan tipe ini tidak

dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai auditor yang

mengakibatkan tujuan audit tidak dapat tercapai dengan baik. Auditor juga

lebih suka menaruh keamana diatas semua faktor yang dikaitkan dengan

kerja, sehingga ketika mendapat tekanan ketaatan maupun menghadapi

tugas yang kompleks maka dia akan cenderung mecari jalan yang aman

dan bahkan berperilaku disfungsional dalam membuat judgment.

Sedangkan auditor yang termasuk dalam tipe Y dapat bertangguang jawab

12
atas tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugas

sebagai auditor. Auditor dengan tipe ini tidak akan terpengaruh meskipun

dia mendapat tekanan ketaatan dan menghadapai tugas auidit yang

kompleks, sehingga dapat membuat judgment yang lebih baik dan tepat.

Seseorang auditor pada dasarnya termasuk dalam tipe Y dimana auditor

dapat bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai auditor. Dalam

melaksanakan indenpendensi dan tanggung jawabnya dalam semua hal

yang berhubungan dengan perikatan. Auditor tidak boleh terpengaruh oleh

gangguan yang dapat merusak tanggung jawabnya, baik gangguan pribadi

ekstern dan organisasi.

2.1.4 Pengalaman Audit

Pengalaman auditor adalah gabungan dari semua yang diperoleh

auditor melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan

sesame, benda, alam keadaan, gagasan dan penginderaan. Pengalaman

auditor adalah pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor dalam

melakukan audit atas laporan keuangan suatu entis. Menurut asih (2006),

pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku. Pengalaman seseorang dapat

diartikan sebagai suatu proses yang dapat membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman dapat memberikan

peluang bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Semakin

luas seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Semakin luas

pengalaman seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan

semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk

13
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004). Mardiana

(2010) menemukan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif

terhadap audit judgment. Sedngkan penelitian yang dilakukan oleh

sumiartini (2009) menemukan bahwa pengalaman auditor tidak

berpengaruh terhadap audit judgment.

Ada perbedaan judgment yang dihasilkan antara auditor yang lebih

berpengalaman dengan auditor yang memiliki pengalaman yang masih

minim. Berkat pengalaman, seseorang dapat belajar untuk tidak

melakukan kesalahan- kesalahan yang sama di masa lalu, sehingga akan

meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas di masa yang akan

datang. Pengalaman memengaruhi kemampuan auditor dalam mendeteksi

maupun memprediksi kecurangan yang mungkin terjadi dalam laporan

keuangan yang dibuat perusahaan yang diaudit, sehingga dapat

berpengaruh terhadap judgment yang dibuat dan akan mengurangi

kesalahan auditor di masa kini dan masa yang akan datang. Pengalaman

merupakan keahlian yang berhubungan dengan auditing serta merupakan

suatu faktor vital yang dapat mempengaruhi judgment yang komplek,

suatu komponen yang sangat penting dalam tugas-tugas yang dilak-

sanakan oleh seorang akuntan. Pengalaman diukur dengan skala likert lima

point yaitu: (1) sangat tidak setuju sampai dengan (5) sangat setuju

(Elfarani,2007).

2.1.5 Tekanan Ketaatan

14
Tekanan ketaatan pada umumnya dihasilkan oleh individu yeng

memiliki kekuasaan. Dalam hal ini tekanan ketaatan diartikan sebgai

tekanan tang diterima oleh auditor junior dari auditor senior atau atasan

dan entitas yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang

dari standra etika dan profesionalisme. Intruksi atasan dalam suatu

organisasi akan mempengaruhi perilaku bawahan karena atasan memiliki

otoritas (Gredian dan Slamet, 2007). Tekanan ketatan dapat berupa

perintah dari atasan untuk melakukan sesuatu berkaitan dengan

pekerjaannya. Tekanan yeng diterima akan mempengaruhi perilaku dari

seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Seorang bawahan yang

diberikan tekanan oleh atasannya akan mematuhi intruksi atasan

bagaimanapun arahan professional. Individu yang dimiliki kekuasaan

merupakan suatu sember yang dapat mempengaruhi perilaku orang dengan

perintah yang diberikannya (Yendrawati dan Mukti, 2015:09). Hal ini

disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan

bentuk dari legitimate power.

Teori ketaatan menyatakan bahwa induvidu yang memiliki

kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku

orang dengan perintah yang diberikannya (Jamilah dkk, 2007). Hal ini

disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan

bentuk legitimasi power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi

bawahan karena ada posisi khusus dalam struktur hierarki organisasi

milgran (1974) dalam Hartanto dan indra (2001). Menurut jamilah dkk,

(2007), tekanan ketaatan merupakan kondisi dimana seorang auditor

15
dihadapkan pada sebuah dilemma penerapan standar profesi auditor. Klien

atau pimpinan dapat saja menekankan auditor untuk menggelar standar

profesi auditor. Hal ini tentunya akan menimbulkan tekanan darp pada

auditor untuk menurut atau tidak menuruti kemauan dari klien maupun

pimpinannya.

Tekanan dari atasan maupun entitas yang diperiksa juga dapat

memberikan pengaruh yang buruk seperti hilangnya professionalism dan

hilang nya kepercayaan public dan kreaditabilitas social. Tekanan ketaatan

dapat semakin kompleks ketika aduditor diharapkan pada situasi konflik.

Di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, akan tetap disisi lain

auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh entitas

yang diperiksa puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa

auditor yang sama di waktu yang akan datang.

Tekanan ketaatan ini timbul akibat adanya kesengajaan ekspektasi

yang terjadi antara entitas yang diperiksa dengan auditor telah

menimbulkan suatu konflik tersendiri bagi auditor. Oleh sebab itu seorang

auditor seringkali diharapkan kepada suatu dilemma penerapan standar

propesi auditor dalam pengambilan keputusannya. Hartanto (2001)

mengatakan bahwahan yang mendapat tekanan dari atasan dapat

mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku

autonomis, dimana dia yang biasanya berperilaku mandiri, menjadi

perilaku agen. Perubahan perilaku seperti ini dapat terjadi karena bawahan

tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan atasan, dan dirinya

16
beranggapan bahwa dia terlepas dari tanggung jawab atas apa yang

dilakukannya. Dia akan kehilangan kebebasannya sebagai seorang

manusia untuk mengambil keputusan sesuai dengan hati nuraninya,

dimana kesimpulan yang dibuat tersebut didasarkan pada sikap, nilai, dan

kepercayaan yang mewakili tingkat pergeseran pertanggung jawaban.

2.1.6 Kompleksitas Tugas

Kompleksitas tugas merupakan tugas tugas yang tidak terstruktur,

membingungkan, dan sulit, Sanusi dan Iskandar (2011). Tingkat sulitnya

juga selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut,

sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi (Engko,

2008:5). Magdalena, dkk (2014) menemukan bahwa komplekitas tugas

berpengaruh negative terhadap audit judgment. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh siagian (2014) menemukan bahwa kompleksitas tugas tidak

berpengaruh terhadap audit judgment. Kompleksitas tugas adalah tugas

yang terdiri atas bagian-bagian yang banyak berbeda-beda dan saling

terkait satu sama lain. Kompleksitas tugas juga merupakan persepsi

individu tentang kesulitan suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya

kapasitas dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan

masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan.

Adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment

yang dibuat oleh auditor. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tugasnya,

auditor junior sebgai anggota suatu tim audit yang memerlukan kehalian,

kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi. Ketika melakukan tugas

yang lebih kompleks, auditor tidak cukup termitivasi oleh mereka yang

17
tinggi self-efficacy untukberkerja lebih keras atau menunjukan penilaian

audit kenerja yeng lebih baik. Menurut bonner (1994) dalam trianingsih

(2010) terdapat tiga alasan mengapa kompleksitas tugas perlu diperiksa

pada situasi audit, yaitu :

1. Kompleksitas tidak mungkin berpengaruh signifikan terhadap kinerja

seorang auditor.

2. Jika penelitian memahami tugas audit yang berbeda-beda mungkin saat ini

bantuan keputusan dan teknik pelatihan itu diperbaiki.

3. Memahami kompleksitas tugas mempermudah manajemen KAP

menemukan keselarasan antara tugas audit dengan staf audit.

2.1.7 Independensi audit

Independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya

kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan

keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti:

kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah

(terutama instansi pajak). Untuk berpraktik sebagai auditor independen,

seseorang harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja

tertentu. Auditor Independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi

fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat

gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan,

dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.

Indepedensi dalam auditing berarti berpegang pada pandangan

yang tidak memihak di dalam penyelenggaraan pengujian audit, evaluasi

18
hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit. Apabila auditor adalah

seorang pengacara klien, seorang bankir atau yang lainnya, dia tidak dapat

dikatakan independen. Indepedensi harus dipandang sebagai salah satu ciri

auditor yang paling penting. Alasan mengapa begitu banyak pihak yang

menggantungkan kepercayaan mereka terhadap kelayakan laporan

keuangan berdasarkan laporan auditor adalah karena harapan mereka

untuk mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak. Auditor harus

memiliki sikap jujur terhadap entitas yang diperiksa dan pengguna laporan

hasil pemeriksaan.

Indepedensi dapat diklasifikasikan kedalam tiga aspek. Pertama:

Independen dalam fakta (Independence in Fact) Indepedensi dalam fakta

adalah independen dalam diri auditor, yaitu kemampuan auditor untuk

bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit.

Kedua: Independen dalam penampilan (Independence in appearance)

Independen dalam penampilan adalah independen yang dipandang dari

pihak-pihak berkepentingan terhadap perusahaan yang diaudit yang

mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya. Ketiga: Independen

dari keahlian atau kompetensinya (Independence in Competence).

Indepedensi dari sudut keahlian berhubungan erat dengan kompetensi atau

kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.24

Ketiga jenis indepedensi tersebut harus dimiliki oleh seorang akuntan

publik sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas. Auditor yang professional

harus memiliki indepedensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya;

memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi; dan

19
melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan

eksekutif atau lembaga.

2.1.8 Auditor Judgment

Audit Judgment adalah suatu cara pandang auditor dalam

menanggapi informasi yang ada akan mempengaruhi dokumentasi bukti

serta pembuatan keputusan pendapatan auditor atas laporan keuangan

suatu entitas. Audit judgment merupakan suatu pertimbangan yang

mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat yang dibuat

oleh auditor, maka didalam tugasnya memeriksa laopran keuangan

perusahaan, auditor dituntut untuk bersikap professional dan memberikan

pendapatnya sesuaidengan kenyataan yang ditemuinya selama audit

berlangsung. Menurut Jamilah, dkk (2007) audit judgment adalah

kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya

yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan

suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Proses judgment

juga tergantung pada kedatangan informasi yang terus menerus sehingga

mempengaruhi pilihan dan cara pilihan tersebut dibuat. Sebuah langkah

dalam proses incremental judgment, juka informasi terus menerus datang

akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru.

Pertimbangan pribadi auditor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, salah satunya adalah faktor perilaku individu. Profesional audit

judgment merupakan hal yang sangat penting dalam pekerjaan audit.

Sementara itu audit judgment merupakan proses kognitif yang merupakan

perilaku pemilihan keputusan (wibowo,2011).

20
Judgment sering dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan

audit atas laporan keuangan suatu entitas oleh (Zulaika, 2006). Ausit

judgment melekat pada setiap tahapan dalam proses audit laporan

keuangan, yaitu penerimaan perikatan audit, perencanaan audit,

pelaksanaan pengujian audit dan pelaporan audit, contoh penggunaan audit

dalam pengambilan keputusan terkait dengan penetapan materialitas,

penilaian sistem pengendalian internal, penetapan tingkat resika,

penetapan strategi audit yang digunakan, penentuan proseduraudit,

evaluasi bukti yang sering diperoleh, penilaian going concern perusahaan,

dan sampai pada opini yang akan diberikan oleh auditor.american institute

of cerified public accountant (AICPA) menyatakan bahwa judgment

merupakan faktor penting dalam semua tahapan pengauditan, tetapi dalam

banyak situasi adalah tidak mungkin secara praktikal untuk menetapkan

standar mengenai bagaimana pertimbangan diterapkan oleh auditor.

Judgment adalah perilaku yang paling dipengaruhi oleh persepsi situasi

(Mutmainah, 2006). Puspitasari(2010) menjelaskan judgment sebagai

perilaku yang paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana

faktor utama yang mempengaruhnya adalah materialitas dari apa yang

diyakni sebagai kebenaran.

Materialitas berhubungan dengan judgment, ketika dikaitkan

dengan avaluasi resiko, pertimbangan ini yang akan mempengaruhi cara-

cara pencapaian tujuan audit, ruang lingkup dan arahan pekerjaan

terperinci serta diposisi kesalahan dan kelalaian (Yendrawati, 2008).

Sedangkan risiko menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk

21
mengubah pendapat atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah

satu material (Arifuddin, 2002). Hubungan judgment didasari oleh dua

konsep yaitu konsep material dan risiko dan dikaitkan dengan laporan

keuangan judgment yang dipuitiskan dengan mempertimbangkan kedua

konsep tersebut akan berpengaruh pada opini mengenail kewajaran

laporan keuangan. Persoalannya adalah, mateialitassuatu error sangat sulit

diukur dan dibentukan dan sangat tergantung pada pertimbangan judgment

dari auditor. Keadaan tersebut mengidentifikasi bahwa dalam suatu audit

dibutuhkan akurasi prosedur-prosedur audit yang tinggi untuk mengetahui

atau bila mungkin meminimalkan unsure resiko dalam suatu audit.

Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap

seluruh bukti. Bukti ini yang digunakan untuk menyatakan tergadap atas

laporan keuangan auditan sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment

ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Rochmawati (2009)

menjelaskan tahpan-tahapan yang dilakukan pada saat melakukan audit

judgmentyaitu merumuskan persoalan mengumpulkan informasi yang

relevan, mencari alternative tindakan, menganalisis alternative yang

fleksibel, memilih alternative yang terbaik, kemudian pelaksanaan dan

evaluasi hasilnya.

Jika auditor memiliki keyakinan tentang orang tersebut, halo effect

diterapkan pada auditor lama dan pekerjaan mereka. Audit judgment

cenderung dipengaruhioleh persepsi aktivitas sebelumnya. Dalam standar

pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan dijelaskan bahwa pemeriksa

harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk hal-hal yang

22
terkait dengan periksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan

keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

2.2 Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian Yuliani (2010), meneliti tentang “Pengaruh Tekanan Ketaatan,

Kompleksitas tugas, Independensi, Pengetahuan dan Pengalaman Auditor

tergadap Audit Judgment. Sampel yang digunakan adalah 95 Auditor yang

bekerja pada KAP di semarang, DIY dan Surakarta yang terdaftar pada

Direktori Kantor Akuntan Publik. Alat pengujian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisi regresi linear berganda. Hasil penelitiannya

adalah tekanan ketaatan, Kompleksitas tugas dan pengalaman auditor

berpengaruh terhadap audit judgment sedangkan Independensi dan

pengetahuan atau keahlian tidak berpengaruh terhadap audit judgment.

2. Sumiartini (2009), meneliti tentang “Pengaruh Keahlian Auditor dan

Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment”. Penelitian ini adalah

auditor senior dan junior pada KAP di Ujung Pandang. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui arah dan besarnya pengaruh keahlian auditor

dan pengalaman auditor terhadap judgment yang diambil oleh auditor.

Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linear berganda penelitiannya terhadap audit judgment audit senior dan

junior pada KAp di Ujung Pandang.

3. Drupadi dan sudana (2015), meneliti tentang “ Pengaruh Keahlian

Auditor, Tekanan Ketaatan dan Indenpendensi pada Audit Judgment “.

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada 7 KAP

diwilayah Bali yang terdaftar di IAPI, yaitu sebanyak 80 orang. Penelitian

23
ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh keahlian auditor,

tekanan ketaatan dan indenpendensi pada audit judgment. Alat pengujian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan hasil sebagai berikut, pertama keahlian

auditorberpengaruh positif pada audit judgment. Kedua tekanan ketaatan

berpengaruh negarif pada auditjudgment. Ketiga indenpendensi

berpengaruh positif pada audit judgment.

4. Rozali (2016), meneliti tentang “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan ,

Tekanan Anggaran Wktu dan Pengalaman Audit Terhadap Audit

Judgment” populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor

yang berkerja di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi

daerah Istimewa Yodyakarta. Sampel penelitian ini sebanyak 32 orang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gender, tekanan

ketaatan, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman audit terhadap

judgment yang diambil oleh auditor. Alat pengujian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini

menunjukan gender tidak berpengaruh terhadap audit judgment pada

auditor yang bekerja di BPK Perwakilan Provinsi Daerah istimewa

Yogyakarta. Sampel penelitian ini sebanyak 32 orang. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh gender, tekanan ketaatan, tekanan

anggaran waktu, dan pengalaman audit terhadap judgment yang diambil

oleh auditor. Alat penguji yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukan gender

tidak berpengaruh terhadap audit judgment pada auditor yang bekerja di

24
BPK perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tekanan

Ketaatan, Pengalam Audit dan Tekanan anggaran Waktu berpengaruh

terhadap audit judgment pada auditor yang bekerja di BPK p Perwakilan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

5. Penelitian Astriningrum (2011), meneliti tentang “Pengaruh Gender,

Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan dan Pengalaman Audit Terhadap

Audit Judgment”. Sampel yang digunakan adalah 92 auditor yang bekerja

pada KAP di Jakarta. Alat pengujian yang digunakan penelitian ini adalah

analisis regresi linear berganda. Hasil penelitiannya adalah tekanan

ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment sedangkan gender,

kompleksitas tugas dan pengalaman audit tidak berpengaruh terhadap

audit judgment.

6. Dr.H.Sugeng Pamudji, Msi.,Akt (2007), meneliti “Pengaruh Tekanan

Ketaatan, Tekanan anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan

dan Pengalaman Terhadap Audit Judgment”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh tekanan ketaatan tekanan anggaran waktu,

kompleksitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi regresi

linear berganda. Maka hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan

ketaatan, tekanan anggaran waktu dan kompleksitas tugas mempunyai

pengaruh negative terhadap audit judgment, sedangkan pengetahuan dan

pengalaman berpengaruh positif terhadap audit judgment.

7. Sanger (2016) meneliti tentang “Pengaruh Pengalaman Audit, Keahlian

Audit dan Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgment BPK RI

Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara”. Besarnya sampel yang diambil

25
adalah menggunakan prinsip sampel besar yaitu menurut statistic sampel

besar adalah minimal 30. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil

sebesar 50 pemeriksa (syarat ini telah memenuhi sampel minimal). Alat

pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear

berganda. Hasil penelitian ini menunjukan pengalaman audit berpengaruh

secara signifikan terhadap audit judgment, keahlian audit tidak

berpengaruh terhadap audit judgment, tekanan ketaatan berpengaruh

secara signifikan terhadap audit judgment.

8. Angreasri (2010) meneliti tentang “pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan,

Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment”.

Sampel penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntansi

pblik di Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel menggunakan porpusive

sampling dengan kriteria yaitu auditor pada KAP di Pekanbaru dengan

level pada senior dan junior auditor. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan

pengalaman auditor terhadap judgment yang diambil olh auditor. Alat

pengujian yang dilakukan dalam penelitian analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan variable aindependen gender, tekanan

ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor berpengaruh

terhadap variable dependen Audit Judgment

9. Fitriani (2012), meneliti tentang “Pengaruh Tekanan Ketaatan,

Komplesitas Tugas, Pengetahuan dan persepsi Etis Terhadap Audit

Judgment”. Sampel yang digunakan adlah 61 auditor yang bekerja pada

BPKP Jakarta. Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

26
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitiannya adalah keahlian dan

persepsi etis berpengaruh terhadap audit judgment sedangkan tekanan

ketaatan dan kompleksitas tidak berpengaruh terhadap audit judgment.

10. Tielamn (2012) dengan judul Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran

Waktu, Komplesitas Tugas, penegtahuan dan pengalaman Auditor

Terhadap Audit Judgment”. Penelitiannya ini bertujuan untuk menganalisi

pengaruh tekanan ketaatan, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas,

pengaruh dan pengalaman aditor terhadap audit judgment. Alat pengujian

yang digunakan dalam pnelirian ini adalh analisi tegresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tekanan ketaatan,tekanan anggaran

waktu, kompleksitas tugas berpengaruh negative terhadap audit judgment.

Sedangkan variable pengetahuan dan pengalaman berpengaruh positif

terhadap audit judgement. Ringkasan hasil penelitian sebelum tentang

Pengaruh Pengalaman audit, Tekanan Ketaatan,Kompleksitas Tugas,

Independen Auditor terhadap KAP Provinsi Bali dapat di lihat pada Tabel

2.1 (Lampiran 1).

27
BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan

hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh penelitian

berdasarkan tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun dan

hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang terkait. Profesionalisme

sesorang secara umum di pengaruh oleh aspek-aspek yang bersifat

individual meliputi antara lain: pengaruh pengalaman auditor, tekanan

ketaatan, kompleksitas tugas, independensi auditor terhadap audit

judgment pada kantor akuntan public provinsi bali. Keempat aspek ini

memiliki peran yang besar terhadap judgment yang dibuat oleh auditor.

Aspek individual memiliki peranan yang cukup penting dalam

mempengaruh audit judgment, hal ini terjadi karena aspek-aspek

individual mempunyai pengaruh yangsangat besar terhadap perilaku

individu. Dengan demikian pengaruh pengalaman auditor, tekanan

ketaatan, kompleksitas tugas, independensi auditor terhadap audit

judgment pada kantor akuntan public provinsi bali sebagai dimensi dari

aspek individual akan berpengaruh terhadap judgment yang akan diambil

oleh seorang auditor. Baik atau buruknya kinerja seorang auditor dapat

dilihat dari kualitas judgment yang dibuat. Auditor membuat judgment

sebagai suatu pertimbangan dalam menanngapi kepastian dan keterbatasan

informasi yang didapat sebelum menetapkan opini atas laporan keuangan

28
yang diperiksa. Landasan teori pada bab sebelumnya mengatakan bahwa

audit judgment dapat dipengaruhi oleh pengaruh pengalam auditor,

tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, independensi auditor.

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka berpikirdalam penelitian ini


dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1

Kerangka berpikir

Pengaruh Pengalaman Audit, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas


Tugas, Indenpendensi Auditor terhadap Audit Judgment Pada kantor
Akuntan Publik (KAP) Di Bali

Pengalaman Audit

(X1)

Tekanan Ketaatan

(X2)
Audit Judgment

(Y)

Kompleksitas Tugas

(X3)

Independensi Auditor

(X4)

Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti (2020)

29
Gambar 3.2

Kerangka berpikir

Pengaruh Pengalaman Audit, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas


Tugas, Indenpendensi Auditor terhadap Audit Judgment Pada kantor
Akuntan Publik (KAP) Di Bali

Fenomena/Gap
Kajian Penelitian
Sebelumnya :
Pengaruh Pengalaman Audit, Tekanan Ketaatan,
Kompleksitas Tugas dan Independensi Auditor 1. Yuliani (2010)
Terhadap Audit Judgment Pada Kontor Akuntan 2. Sumiartini
Publik di Provinsi Bali (2009)
3. Drupadi dan
H1 : Pengalaman Audit Berpengaruh positif sudana (2015)
4. Astriningrum
Terhadap Audit Judgment.
(2011)
5. Dr.H.Sugeng
H1 : Pengalaman Audit Berpengaruh positif
Teori
Pamudji,
1. Teori Terhadap Audit Judgment.
Msi.,Akt (2007)
Motivasi
6. Sanger (2016)
H3: Kompleksitas tugas berpengaruh Negatif
7. Angreasri
Terhadap Audit Judgment. (2010)
8. Angreasri
H4 : Independensi berpengaruh Positif
(2010)
Terhadap Audit Judgment 9. Fitriani (2012)
Teknik Analisis Regresi Linier Berganda 10. Tielamn

Pembahasan

Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran

30
Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti (2020)

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan

pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku (Anugrah, 2012)

pengalaman seseorang dapat diartikan sebagai suatu proses yang dpat

membawa seseorang kepada pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Pengalaman dapat memberikan peluang bagi seseorang untuk melakukan

pekerjaan dan semakin sempurna pola pikir dan sikap dalam bertindak

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004).

Pengalaman audit adalah pengalaman yang dimiliki oleh seseorang

auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan entitas.

Abdolmohammadi dan wright (1987) menemukan bahwa judgment

auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat populasi kesalahan

yang secara signifikan lebih besar dibandingkan auditor berpengalaman.

Semakin berpengalaman seorang auditor maka dia akan semakin mampu

dalam menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan

pemeriksaaan. Mardiana (2010) menemukan bahwa pengalaman auditor

berpengaruh positif terhadap audit judgment. Sedngkan penelitian yang

dilakukan oleh sumiartini (2009) menemukan bahwa pengalaman auditor

tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Penelitian Yuliani (2010),

pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment. Sumiartini

(2009), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah dan besarnya

pengaruh keahlian auditor dan pengalaman auditor terhadap judgment

31
yang diambil oleh auditor. Sedangkan Penelitian Astriningrum (2011),

pengalaman audit tidak berpengaruh terhadap audit judgment.

Dr.H.Sugeng Pamudji, Msi.,Akt (2007), pengalaman berpengaruh positif

terhadap audit judgment. Tielamn (2012), pengalaman berpengaruh

positif terhadap audit judgement.

H1 : Pengalaman Audit Berpengaruh positif Terhadap Audit Judgment.

3.2.2 Pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap Audit Judgment

Pengaruh tekanan ketaatan biasanya dialami oleh auditor pemula,

karena mereka biasanya masih cenderung untuk menaati perintah

atasan maupun entitas yang diperiksa meskipun terintah tersebut tidak

benar bahkan dapat melanggar standar professional. Tekanan ketaatan

dapat menghasilkan variasi pada judgment auditor dan memperbesar

kemungkinan pelanggran standar etika professional. Tekanan ketaatan

yang dialami auditor terkadang menimbulkan pelanggaran standar

profesi oleh auditor tersebut. Berdasarkan tekanan yang dihadapi

menjadikan auditor tidak dapat berprilaku independen dan melanggar

etika profesi sebagai seorang auditor ( Fuadi,2018). Penelitian Yuliani

(2010), meneliti tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit

judgment. Tielamn (2012) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

tekanan ketaatan, berpengaruh negative terhadap audit judgment.

Fitriani (2012), Hasil penelitiannya adalah tekanan ketaatan tidak

berpengaruh terhadap audit judgment. Berdasarkan penjelasan diatas

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

32
H2: Tekanan Ketaatan Berpengaruh Negatif Terhadap Audit Judgment

3.2.3 Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment

Kompleksitas tugas adalah persepsi auditor tentang kesulitan suatu

tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas dan daya ingat serta

kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah ( Ayuni & Suprasto,

2016). Penelitian yang dilakukan oleh Mukti (20150 menunjukan bahwa

Kompleksitas Tugas meningkat maka audit judgment akan mengalami

peningkatan. Hal ini bisa disebabkan karena auditor sudah professional

sehingga banyakya tugas atau kejelasan tugas yang harus dikerjakan dan

bisa menghasilkan audit yang baik. Maka mendapatkan hasil bahwa

kompleksitas tugas berpengaruh positif terhadap judgment. Magdalena,

dkk (2014) menemukan bahwa komplekitas tugas berpengaruh negative

terhadap audit judgment. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

siagian (2014) menemukan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh

terhadap audit judgment. Kompleksitas tugas adalah tugas yang terdiri atas

bagian-bagian yang banyak berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain.

Kompleksitas tugas juga merupakan persepsi individu tentang kesulitan

suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapasitas dan daya ingat

serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh

seorang pembuat keputusan. Penelitian Astriningrum (2011), Hasil

penelitiannya adalah kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit

judgment. Fitriani (2012), Hasil penelitiannya adalah kompleksitas tidak

berpengaruh terhadap audit judgment. Berdasarkan penjelasan diatas maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

33
H3: Kompleksitas tugas berpengaruh Negatif Terhadap Audit Judgment.

3.2.4 Pengaruh Independensi Terhadap Audit Judgment

Independensi adalah sikap tidak memihak kepda kepentingan

siapapun dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat

oleh pihak manajemen (persadi 2012) sehingga auditor harus memiliki

kemampuan untuk mampu bersikap tegas dalam mengambil keputusan

tidak berpihak oleh pihak manapun atau konsisten dalam keputusan

tersebut sesuai dengan informasi yang ada. Independensi sebagai

kemampuan auditor untuk mengambil sudut pandang yang tidak biasa

dalam pelaksanaan jasa profesional sehingga dalam membuat judgment

seorang auditor tidak boleh memihak pada kepentingan apapun yang

berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan. Seorang auditor yang

memiliki independensi yang tinggi maka kinerjanya akan lebih baik dan

tepat sehingga menghasilkan pemberian opini yang sesuai dengan fakta

atau informasi yang diperoleh. Auditor tidak boleh memposisikan diri atau

pertimbangannya dibawah kelompok apapun dan siapapun. Independensi,

integritas dan objektivitas auditor mendorong pihak ketiga untuk

menggunakan laporan keuangan yang tercakup dalam laporan auditor

dengan rasa yakin dan percaya sepenuhnya (Baynton dkk,2003).

Audit judgment mengacu pada penelitian professional auditor

independen dalam pekerjaan audit mereka (Gibbins, 1984). Penilaian

professional mencerminkan penilaian kolektif pada semua tahap pekerjaan

audit, termasuk perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit dan

pelaporan audit. Menurut Cohen(2011) independensi sangat penting dalam

34
memastikan integritas proses pelaporan keuangan. Independensi berarti

seorang auditor tidak bisa dioengaruhi, dimana seorang auditor tidak

dioerbolehkan memihak pada siapapun saat melakukan audit. Penelitian

Yuliani (2010), Hasil penelitiannya adalah Independensi tidak

berpengaruh terhadap audit judgment. Berdasarkan penjelasan diatas maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Independensi berpengaruh Positif Terhadap Audit Judgmen

35
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang tepat merupakan hal penting dalam penelitian

karena dengan memilih lokasi yang tepat maka data yang diperoleh

hasilnya baik dan terjamin tingkat keakuratannya. Penelitian ini dilakukan

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Provinsi Bali yang terdaftar sebagai

anggota Institut Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) tahun 2020. Tabel 4.1

yang berisi daftar dan alamat KAP disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.1
Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Bali Tahun 2020
Nama Kantor Akuntan
No Alamat
Publik
1 KAP Amachi, Arifin, Jl. Pura Demak I B No.8, Pemecutan Kelod,
Mardani & Muliadi Denpasar 80119, Telp : 08123888989
(Cabang)
2 KAP Arimbawa Jl. Tukad Citarum No.28 A Panjer, Denpasar
Selatan Denpasar 80225, Telp: (0361)
4781201, 08123992391
3 KAP Arnaya & Jl. Cargo Indah III A Perum. Melang Hill No.
Darmayasa 1, Ubung, Denpasar Utara, Denpasar 80116
Telp (0361) 4714308
4 KAP Artayasa Jl. Buana Raya, Ling. Buana Mas Indah
No.D2/6, Kel. Padangsambian, Kec. Denpasar
Barat, Denpasar 80117, Telp : (0361) 9073749
5 KAP Budhananda Jl. Tukad Irawadi No.18a, Panjer, Denpasar
Munidewi Selatan, Denpasar, Bali 80225 Telp. (0361)
245644
6 KAP I Gede Bandar Jl. Halmahera No.21, Dauh Puri Klod, Kec.
Wira Putra Denpasar Barat, Denpasar, Bali 80233, Telp:
(0361) 4745848
7 KAP I Gede Oka Jl. LC Batubidak V No.1, Gatot Subroto Barat,
Kel. Kerobokan Kaja, Kec. Kuta Utara, Badung
Bali, Bali 80361, Telp : (0361) 9069498

36
8 KAP Ida Bagus Djagera Jl. Hasanuddin No. 1 Denpasar 80112 Telp.
(0361) 234960, 225138, 227460
9 KAP I Wayan Ramantha Jl. Rampai No. IA Lt. 3 Denpasar, Bali Telp
(0361)263643
10 KAP Johan Malonda Jl. Muding Indah 1/5 Kerobokan, Kuta Utara,
Mustika &Rekan (Cab) Badung, ali. Telp (0361)434884
11 KAP K.Gunarsa Jl. Tukad Banyusari Gg II No.5. TELP
(0361)222580
12 KAP Ketut Budiartha JL. Gunung Agung Perum Padang Pesona,
Dan Anggiriawan Graha Adi A6, Denpasar. Telp (0361)8849168
13 KAP Drs. Ketut Jl. Drupadi No.28, Denpasar, Bali. Telp (0361)
Muliartha R.M 248110, 265117
14 KAP Rama Wendra Jl. PB. Sudirman, Denpasar 80113, Telp:
(Cabang) (0361) 3073333
15 KAP Sri Marmo Jl. Gunung Muria No. 4, Monang-Maning,
Djogosarkoro & Rekan Denpasar 80119 Telp. (0361) 485567, (0361)
480032
16
KAP Tjahjo, Machdjud Jl. Drupadi XIV No.3, Kel. Sumerta Kelod,
Modopuro & Rekan Kec. Denpasar Timur, Denpasar 80235, Telp:
(Cabang) (0361) 4745880
Sumber: Directory IAPI Bali 2020

4.

4.1.

4.2 Obyek Penelitian

Sugiyono (20012:38) objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah pengalaman

auditor, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan independensi auditor

terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali.

4.3 Identifikasi Variabel

4.3.1 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2016:59), variabel dependen sering disebut

sebagai variabel output, criteria atau konsekuen, dalam bahasa Indonesia

37
sering disebut variabel terikat, variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah audit judgment (Y).

4.3.2 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2016:59), variabel independen sering disebut

sebagai variabel stimulus, predictior atau antecendent, dalam bahasa

Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas, variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengalaman Auditor (PA)

2. Tekanan Ketaatan (TK)

3. Kompleksitas Tugas (KT)

4. Independensi Auditor (IA)

4.4 Definisi Operasional Variabel

4.4.1 Variabel Dependen

Menurut Jamilah, dkk (2007) audit judgment adalah kebijakan

auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang

mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan suatu

objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Audit judgment dapat

diukur dengan indikator sebagai berikut:

1) Materialitas

2) Perekayasaan transaksi oleh entitas

3) Memperluas pengujian berdasarkan bukti audit

38
Kuesioner yang dipergunakan untuk mengukur variabel audit

judgment yaitu diambil dari penelitian Septy (2018) dan masing-masing

item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 1

sampai 5, dimana pemberian skor 1 untuk pilihan Sangat Tidak Setuju

(STS), skor 2 untuk pilihan Tidak Setuju (TS), skor 3 untuk pilihan Cukup

Setuju (CS), skor 4 untuk pilihan Setuju (S), skor 5 untuk pilihan Sangat

Setuju (SS).

4.4.2 Variabel Independen

1. Pengalaman Auditor

Pengalaman auditor adalah pengalaman yang dimiliki oleh

seorang auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan suatu

entis. Menurut asih (2006), pengalaman merupakan suatu proses

pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku.

Adapun indikator pada pengalaman auditor adalah sebagai berikut:

1) Intensitas penugasan audit

2) Intensitas lama waktu audit

3) Tugas diberbagai daerah

Kuesioner yang dipergunakan untuk mengukur variabel

pengalaman auditor yaitu diambil dari penelitian Septy (2018) dan

masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan

skala likert 1 sampai 5, dimana pemberian skor 1 untuk pilihan Sangat

Tidak Setuju (STS), skor 2 untuk pilihan Tidak Setuju (TS), skor 3

untuk pilihan Cukup Setuju (CS), skor 4 untuk pilihan Setuju (S), skor

5 untuk pilihan Sangat Setuju (SS).

39
2. Tekanan Ketaatan

Menurut jamilah dkk, (2007) tekanan ketaatan merupakan kondisi

dimana seorang auditor dihadapkan pada sebuah dilemma penerapan

standar profesi auditor. Tekanan ketaatan pada umumnya dihasilkan

oleh individu yeng memiliki kekuasaan. Tekanan ketaatan dalam

penelitian ini dapat diukur melalui beberapa indikator, yaitu:

1) Intruksi atasan

2) Perubahan psikologis

3) Standar etika

Kuesioner yang dipergunakan untuk mengukur variabel audit

judgment yaitu diambil dari penelitian Septy (2018) dan masing-masing

item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 1

sampai 5, dimana pemberian skor 1 untuk pilihan Sangat Tidak Setuju

(STS), skor 2 untuk pilihan Tidak Setuju (TS), skor 3 untuk pilihan

Cukup Setuju (CS), skor 4 untuk pilihan Setuju (S), skor 5 untuk

pilihan Sangat Setuju (SS).

3. Kompleksitas Tugas

Kompleksitas tugas adalah tugas yang terdiri atas bagian-bagian

yang banyak berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain.

Kompleksitas tugas merupakan tugas tugas yang tidak terstruktur,

membingungkan, dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2011). Adapun

indikator dari kompleksitas tugas yaitu:

1) Perbedaan pendapat

2) Ambiugitas

40
3) Struktur yang lemah

Kuesioner yang dipergunakan untuk mengukur variabel audit

judgment yaitu diambil dari penelitian Septy (2018) dan masing-masing

item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 1

sampai 5, dimana pemberian skor 1 untuk pilihan Sangat Tidak Setuju

(STS), skor 2 untuk pilihan Tidak Setuju (TS), skor 3 untuk pilihan

Cukup Setuju (CS), skor 4 untuk pilihan Setuju (S), skor 5 untuk

pilihan Sangat Setuju (SS).

4. Independensi Auditor

Indepedensi dalam auditing berarti berpegang pada pandangan

yang tidak memihak di dalam penyelenggaraan pengujian audit,

evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit. Adapun

indikator dari independensi auditor adalah sebagai berikut:

1) Lama hubungan dengan klien

2) Tekanan dari klien

3) Telaah dari rekan auditor

4) Pemberian Jasa Non Audit

Kuesioner yang dipergunakan untuk mengukur variabel audit

judgment yaitu diambil dari penelitian Widyanti (2018) dan masing-

masing item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala

likert 1 sampai 5, dimana pemberian skor 1 untuk pilihan Sangat Tidak

Setuju (STS), skor 2 untuk pilihan Tidak Setuju (TS), skor 3 untuk

pilihan Cukup Setuju (CS), skor 4 untuk pilihan Setuju (S), skor 5

untuk pilihan Sangat Setuju (SS).

41
42
4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data

kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2016:15) Data kuantitaif dalam

penelitian ini adalah jumlah auditor yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik di Provinsi Bali dan hasil kuesioner yang berupa

jawaban responden yang diukur dengan skala likert.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan analisis yang dilakukan terhadap data-data

yang non-angka seperti hasil wawancara dan bacaan dari buku-buku

yang terkait dengan penelitian (Sugiyono, 2016:13).

4.5.2 Sumber Data


1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati, dicatat untuk pertamakalinya. Data primer dalam penelitian

ini adalah data pertanyaan responden dalam menjawab kuesioner

(Sugiyono, 2016:16).

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dibuat secara tidak langsung

melalui media perantara seperti orang lain atau dokumen. Data

sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum dan struktur

organisasi Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali (Siguyono,

2016:17).

43
4.6 Metode Penentuan Sampel

4.6.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2016:90). Populasi pada penelitian ini

berjumlah 138 auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di

Provinsi Bali. Rincian auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di

Provinsi Bali disajikan dalam Tabel 4.2 sebagai berikut.

Jumlah
No Nama Kantor Akuntan Publik
Auditor
1 KAP Amachi, Arifin, Mardani & Muliadi (Cabang) 10
2 KAP Arimbawa 3
3 KAP Arnaya & Darmayasa 4
4 KAP Artayasa 6
5 KAP Budhananda Munidewi 6
6 KAP I Gede Bandar Wira Putra 10
7 KAP I Gede Oka 11
8 KAP Ida Bagus Djagera Tidak Aktif
9 KAP I Wayan Ramantha 4
10 KAP Johan Malonda Mustika &Rekan (Cab) 17
11 KAP K.Gunarsa 19
12 KAP Ketut Budiartha Dan Anggiriawan 10
13 KAP Drs. Ketut Muliartha R.M 8
14 KAP Rama Wendra (Cabang) 5
15 KAP Sri Marmo Djogosarkoro & Rekan 20
16 KAP Tjahjo, Machdjud Modopuro & Rekan (Cabang) 5
Jumlah 138
Sumber: Data Diolah, 2020

4.6.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016:91). Metode

44
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling dengan teknik sampling jenuh. Teknik sampling

jenuh merupakan teknik penentuan sampel apabila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel dikenal juga dengan istilah sensus

(Sugiyono, 2016:122). Alasan metode ini digunakan karena

dipertimbangkan dari ketersediaan waktu dan jumlah yang memungkinkan

untuk dilakukan secara keseluruhan. Sampel yang dipilih dari penelitian

ini adalah sebesar populasi penelitian yang berjumlah 138 orang auditor.

4.7 Metode Pengumpulan Data

4.7.1 Metode Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2016:162). Kuesioner dalam

penelitian ini bersifat tertutup dimana alternatif-alternatif jawaban telah

disediakan. Kuesioner yang disebar berkaitan dengan pengalaman auditor,

tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan independensi auditor terhadap

audit judgment yang diantarkan langsung ke kantor akuntan publik yang

bersangkutan. Setiap jawaban kuisioner mempunyai bobot atau skor nilai

dengan skala likert sebagai berikut:

1) Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) : Skor 1

2) Jawaban TS (Tidak Setuju) : Skor 2

3) Jawaban CS (Cukup Setuju) : Skor 3

4) Jawaban S (Setuju) : Skor 4

5) Jawaban SS (Sangat Setuju) : Skor 5

45
4.8 Teknik Analisis Data

4.8.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah bagian dari statistik mempelajari cara

pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah untuk dipahami.

Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau

memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan atau

fenomena (Hasan, 2001:7). Statistik deskriptif dalam penelitian ini

disajikan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata–rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis / skewness / kemencengan distribusi

(Ghozali, 2016:19).

4.8.2 Uji Instrumen

Mengingat adanya pengumpulan data menggunakan kuisioner, maka

kesungguhan responden menjawab merupakan suatu hal yang penting

untuk tujuan tersebut, di dalam penelitian ini dilakukan pengujian

instrument melalui:

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah (valid) atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan ada

kuesioner mampu unyuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016:52). Uji validitas dilakukan

dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor

indikator dengan total skor konstruk dengan mengunakan Correlation

46
Coefficients Pearson (Ghozali, 2016:54). Validnya suatu kesioner dapat

dilihat dari nilai r hitung lebih besar dari 0,3 (Ghozali, 2016:55).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2016:47).

Pengukuran realibilitas menggunakan uji statistik Cronbachs Alpha.

Suatu konstruk atau variabel diatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbachs Alpha > 0,70 (Ghozali, 2016:48). Uji realibitas akan diukur

dengan menggukan program SPSS.

4.8.3 Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2016:154), terdapat lima bagian dari uji asumsi

klasik yaitu: uji normalitas, uji multikolenieritas, uji autokolerasi, uji

heteroskedastisitas dan uji linieritas. Uji asumsi klasik yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolenieritas, uji

heteroskedastisitas yang secara rincian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji apakah

dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2016:154). Untuk menguji normal atau

tidaknya sebuah model dapat dilakukan dengan melakukan uji

kolmogorov-smirnov, dengan melihat nilai signifikan pada 0,05. Jika

nilai signifikan yang dihasilkan < 0,05 maka data tidak berdistribusi

normal, sedangkan jika nilai signifikan yang dihasilkan > 0,05 maka

data berdistribusi normal.

47
2. Uji Multikolenearitas

Uji multikolenearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2016:103).

Apabila suatu model regresi mengandung gejala multikolinearitas

dipaksakan untuk digunakan, maka memberikan hasil prediksi yang

menyimpang. Korelasi akan antar sesama variabel bebas dapat dilihat

dari tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10, maka dapat

dikatakan tidak terdapat multikolinearitas (Ghozali, 2016:103).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. (Ghozali, 2016:134). Model regresi yang baik

adalah yang tidak mengandung gejala heteroskedastisitas dilakukan

dengan uji Glejser (Ghozali, 2016:137). Model regresi dikatakan tidak

mengandung gejala heteroskedatisitas apabila nilai signifikansi lebih

dari 0,05.

4.8.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi pada dasarnya berkaitan dengan studi

ketergantungan suatu variabel terkait (dependent) pada satu atau lebih

variabel bebas atau penjelas (independent) dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linierberganda

yaitu regresi linier yang menggunakan variabel independen lebih dari satu.

Analisis linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

48
seberapa besar pengaruh antara variabel pengalaman auditor, tekanan

ketaatan, kompleksitas tugas dan independensi auditor terhadap audit

judgment. Model tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

AJ = α + β 1 PA + β 2TK + β 3 KT + β 4 IA + e ……………………… (1)

Keterangan:
AJ = Audit Judgment
α = Konstanta
PA = Pengalaman Auditor
TK = Tekanan Ketaatan
KT = Kompleksitas Tugas
IA = Independensi Auditor
b = Koefisien Regresi
e = Standar Error

4.8.5 Kelayakan Model (Goodness of Model Fit)

Untuk membuktikan ketepatan fungsi regresi sampel dalam

menaksirkan nilai actual dengan cara mengukur nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. untuk membuktikan

hipotesis yang diajukan benar atau tidaknya maka dilakukan pengujian

hipotesis yang dilakukan dengan uji sebagai berikut:

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut Ghozali (2016:95) koefisien determinasi merupakan

ikhtisar yang menyatakan seberapa baik garis regresi mencocokkan

data. Tujuan dilakukannya uji koefisien determinasi adalah untuk

mengetahui kemampuan model regresi untuk menjelaskan variasi dari

variabel bebas. Nialai (R2) berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤1). Nilai

yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang

mendeteksi satu berarti variabel-variabel independen memberikan

49
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Kelemahan mendasar menggunakan R2 adalah bias

terhadap jumlah variabel yang dimasukkan ke dalam model. Setiap

penambahan satu variabel bebas, maka nilai R2 pasti meningkat. Oleh

karena itu, pada penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat

mengevaluasi mana model regresi yang baik.

2. Uji F

Menurt (Ghozali, 2016:99) uji statistik F pada dasarnya

menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang

dimasukan dalam metode ini mempunyai pengaruh secara simultan atau

secara keseluruhan terhadap variabel dependen atau terikat. Adapun

criteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah jika probabilitas

< 0,05 maka variabel independen secara silmultan atau secara

keseluruhan berbengaruh terhadap variabel dependen.

3. Uji t

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. menurut Ghozali

(2016:97), uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikan individu. Uji

ini menunjukkan seberapa jauh berpengaruh variabel independen secara

individu atau persial terhadap dependen. Adapun criteria pengembalian

keputusan adalah:

a. Jika signifikansi < 0,05, maka H2 diterima.

b. Jika signifikansi > 0,05, maka H1 ditolak.

50
Daftar pustaka

Arens, et al., (2008). Auditing dan Jasa Pendekatan Assurance Pendekatan


Terintegrasi. Jilid 1, Edisi Kedua Belas. Jakarta: Erlangga.

Agustini, N. K. R. dan Merkusiwati.N.K.L.A. (2016). Pengaruh Tekanan


Ketaatan, Senioritas Auditor dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap
Audit Judgment. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 15 No. 1,
433-462.

Asih, Dwi Ananing Tyas, 2006. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan


Keahlian Auditor DAlam Bidang Auditing, Yogyakarta :Skripsi
Universitas Islam Indonesi.

Abdolmohammadi, M dan A. Wright. 1987. An Examination of The Effect of


Experience and Task Complexcity on Audit judgment., Journal of The
Acconting Review, 62 :1 -13.

Ayuni, L. W. A., & Suprasto, B. (2016) Integritas Sebagai Pemoderasi Pengaruh


kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit. E-JurnalAkuntansi
Universitas Udayana, Vol/ :15 (No/ :3), 1-26.

Boynton, William.C, Johnson, Raymond.N dan Kell, Walter.G. 2003. Modern


Auditing. Jakarta : Erlangga.

Chistin Lisa Sanger, 2007. Pengaruh Pengalaman Audit, Keahlian Audit dan
Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgment.

Cohen, J. D ; Greene, J. D Sommerville, R. B., Nystrom, L. E., &. Darley, J. M.


Wright. 2011. The Impact on Auditor Judgment of CEO influence on
audit Committee Independence. Auditing: A Journal Of Practice dan
Theory, 30(4):89-100.

Faudi, S (2018). Pengaruh Kompleksitas tugas, Pengalaman audit, Tekanan


ketaatan dan Budaya Organisasi Terhadap Audit Judgment (studi
Emperis pada Auditor KAP di kota Padang).

Gibbins, Michael dan James D. Newton. 1984. An Empirical Exploration of


Complex Accountabulity in Public Accounting. Jonrnal of Accounting
Research Vol. 32 No. 2 Autumn 1994 Printed in U.S.A

Jamilah, Siti Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin. 2007.”Pengaruh Gender,


Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment”.
Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makasar.

Lulu Khairiyah, (2020) Pengaruh independensi , kompetensi dan freeaudit.


Universitas islam negeri Sumatra utara.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

51
Mulayadi, 2008. Sistem Akuntansi, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap


Pendapat Audit: Sebuah Kuesieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol. 6

Mardiana, Dina, 2016 Pengaruh Keahlain Audit dan Audit Judgment Terhadap
Ketepatan Pemberian Opini Oleh Akuntan Publik Dengan Pengalaman
sebagai Variabel Moderating. Jakarta : Skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatulah Jakarta

Puspitasari, Rahmi Ayu. 2011. Analisis Pengaruh gender, tekanan ketaatan,


kompleksitas tugas dan pengalaman auditor dalam pembuatan Audit
Judgment. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Rahmawati Hanny Yustrianthe. "Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Audit


Judgment Auditor Pemerintah." Jurnal Dinamika Akuntansi 4.2 (2012).

Siti Jamilah, Zaenal Fanani dan Grahita Chandrarin. “Pengaruh Gender, Tekanan
Ketaatan, Pengalaman Audit dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit
Judgment”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar (2007): Hal. 46-
58.

Tielman, Elisabeth Mariana Andita. 2012. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan


Anggaran Waktu, Komplesitas Tugas, Pengetahuan dan Pengalaman
Auditor pada Audit judgment. Skripsi Jurusan Akuntasi Pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Yuliani, Nur Laiala. 2012. Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Independensi,


Pengetahuan, dan Pengalaman Auditor Judgment. Jurnal Akuntansi, 5
(3):40-53.

52
Lampiran Kuesioner

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin (L/P) :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Jabatan :
6. Lama Bekerja :

Cara pengisian kuesioner

Bapak/Ibu cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang

tersedia (rentang angka dari 1 sampai dengan 5) sesuai dengan pendapat

Bapak/Ibu. Setiap pernyataan mengharapkan hanya satu jawaban. Setiapa angka

akan mewakili tingkat kesesuain dengan pendapat Bapak/Ibu :

Keterangan Nilai

SS Sangat Setuju 5

S Setuju 4

KS Kurag Setuju 3

TS Tidak Setuju 2

STS Sangat Tidak Setuju 1

Untuk Pertanyaan yang tidak ada angka pilihannya, Bapak/Ibu diminta untuk

menjawab pertanyaan sesuai dengan kondisi yang dialami pada pekerjaan saat ini.

53
ALTERNATIF JAWABAN
NO DAFTAR PERTANYAAN
STS TS KS S SS

Pengalaman (X1)
Sesuai dengan jabatan dan masa kerja saya
1. di Kap, pengalaman audit saya terus
bertambah terutama dalam praktek audit.          
Saya dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
2. prosedur karena pengalaman yang dimiliki          
Saya mengetahui prosedur audit seiring
3. frekuensi mengaudit yang saya lakukan.          
Saya paham karakter audit tertentu karena
4. saya seiring mengaudit tersebut.          
Saya dapat mengurangi kesalahan
5. pekerjaan karena telah terbiasa
mengerjakannya.          
Saya selalu mengikuti perkembangan dunia
profesi saya sendiri melalui training
( seminar, workshop, simposium, dan yang
6. lainnya) baik yang diselenggarakan oleh
kantor sendiri maupun organisasi
profesional.
         
Hasil dari training tentang ketentuan-
ketentuan baru dalam "prinsip akuntansi"
7. dan "standar auditing", saya pelajari,
pahami, dan terapkan dalam pekerjaan
pemeriksaan.          
Sumber: Nathania(2013) Dalam Setiawan (2015)

ALTERNATIF JAWABAN
NO DAFTAR PERTANYAAN STS TS KS S SS

Tekanan Ketaatan (X2)


1. Saya tidak ingin mendapatkan masalah
dengan klien jika saya tidak memenuhi
keinginan klien untuk berprilaku
menyimpang dari standar profesional.          
2. Saya Khawatir jika klien saya akan pindah
ke KAP lain, jika saya tidak menuruti
keinginannya unyuk menyimpang terhadap
standar profesional auditor          
3. Saya akan menentang keinginan klien
karena secara profesional saya telah
berhasil menegakan profesionalisme.          

54
4. Saya akan menuruti keinginan klien
walaupun bertentangan dengan standar
profesional auditor.          
5. Saya tidak ingin mendapatkan masalah
dengan atasan, jika tidak menuruti
keinginan untuk menyimpang dari standar
profesional.          
6. Saya akan menaati perintah atasan karena
saya ingin terus bekerja di kantor tersebut
walaupun harus bertentangan dengan
standar profesional.          
7. Saya akan menaati perintah atasaan
walaupun saya akan memiliki beban moral
karena bertentangan dengan standar
profesional.          
8. Saya akan menentang perintah atasan dan
memilih keluar dari pekerjaan saya jika
saya dipaksa untuk melakukan hal yang
bertentangan dengan standar profesional.          
9. Saya akan menentang perintah atasan
karena secara moral telah berhasil
menegakan profesionalisme.          
Sumber: Jamilaj et.a., (2007) dalah Rahmawati (2016)

ALTERNATIF JAWABAN
NO DAFTAR PERTANYAAN
STS TS KS S SS
Kompleksitas Tugas (X3)
1. selalu jelas tugas mana yang harus saya
kerjakan          
Sangatlah tidak jelas alasan bagi saya
2. mengapa saya harus mengerjakan
bermacam-macam tugas yang ada          
3. Saya selalu dapat mengetahui bahwa suatu
tugas telah dapat saya selesaikan.          
4. Sejumlah tugas yang berhubungan dengan
seluruh fungsi bisnis sangat tidak jelas.          
Saya selalu dapat mengetahui dengan jelas
5. bahwa saya harus mengerjakan suatu tugas
khusus.          

Sangat tidak jelas bagi saya cara


6. mengerjakan setiap tugas yang saya
lakukan selama ini.          

55
ALTERNATIF JAWABAN
NO DAFTAR PERTANYAAN
STS TS KS S SS
Independensi (X4)
Menurut saya, seorang auditor harus
1. menjalankan peranannya dengan tidak
memihak salah satu pihak          
Dalam bekerja, saya tidak menilai dengan
2. subyektif.
         
Personal auditor harus melakukan
3. pekerjaan dengan optimal.
         
Pendapat dan kesimpulan yang saya
4. berikan kepada klien tidak memihak
         
Rekan seprofesi saya tidak pernah
5. mempengaruhi saya dalam bekerja.
         
Dalam memberikan pendapat saya tidak
6.
terpengaruh oleh rekan seprofesi saya.          
Hubungan saya dengan klien tidak
7. mempengaruhi saya dalam memberikan
penilaian.          
Pertimbangan atau rekomendasi yang saya
8. berikan kepada klien dipandang tidak
memihak manapun.          
Sumber: Prastio, (2012)

ALTERNATIF JAWABAN
NO DAFTAR PERTANYAAN
STS TS KS S SS
Audit Judgment (Y)
Saya akan mencegah akuntan klien untuk
merubah catatan akuntansi tertentu yang
1. menjadi sampel pengujian yang saya pilih.          
Saya tidak akan mencegah akuntan klien
untuk merubah catatan akuntansi tertentu
yang menjadi sampel pengujian yang saya
2. pilih.          
Saya akan mengikuti intruksi atasan saya
dan mengeluarkan pelanggaran dari proses
3. konfirmasi seperti yang diminta oleh klien.          
Saya tidak akan mengikuti intruksi atasan
saya menolak untuk menghilangkan
pelanggaran dari proses konfirmasi seperti
4. yang diminta oleh klien.          

56
Saya tidak akan menyampaikan adanya
salah saji material dalam laporan keuangan
audit yang diterbitkan untuk melindungi
reputasi berkembang dan untuk menjaga
5. hubungan baik yang selama ini terjalin.          
Saya akan menyampaikan adanya salah saji
material dalam laporan keuangan auditan
6. yang diterbitkan.          
Sumber : Jamillah,dkk(2007) dalam Puspitasari (2014)

57

Anda mungkin juga menyukai