Anda di halaman 1dari 6

DOSEN : NITA HASNITA , S.Ak., M.

E
MATA KULIAH : TOPIK KHUSUS AKUNTANSI

Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor:


Whistleblowing Intention sebagai Variabel Pemoderasi
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi
Bali)

NAMA : MUH. ADITIA GUNAWAN


NIM : 186602041

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKNOMI ENAM-ENAM KENDARI
TAHUN 2020/2021
JUDUL JURNAL : Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor:
Whistleblowing Intention sebagai Variabel Pemoderasi
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi
Bali)

TAHUN : 2012
PENULIS : Putu Sita Crusyta Dewi

PUBLIKASI : sinta.unud.ac.id

REVIEW

TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor.
2. Untuk mengetahui kemampuan whistleblowing intention dalam memoderasi
pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor

KEGUNAAN PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu.

1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahanilmu
pengetahuan bagi pihak yang melakukan kajian lebih luas mengenaiteori keagenan
dan teori atribusi yang digunakan dalam penelitian ini danmembantu memberikan
bukti empiris bagi akademisi dan peneliti lainmengenai faktor-faktor yang yang
memengaruhi kinerja auditor.13

2. Kegunaan Praktis
Bagi auditor, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
saran dan pemikiran serta bahan pertimbangan dalam melakukan analisis untuk
meningkatkan kinerja auditor. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian
ini dapat menambah referensi berkaitan dengan faktor-faktor dalam perilaku auditor
dan kondisi kerja yang dapat memengaruhi kinerja auditor.
HASIL PENELITIAN
Audit adalah proses sistematik yang bertujuan untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas pernyataan atau asersi dari
kejadiankejadian ekonomi dan mengkomunikasikan hasil audit ke pihak yang
berkepentingan. Audit bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian dan kewajaran
laporan keuangan antara pernyataan atau asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen (Elder,dkk.,
2013:4). Akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen sangat diperlukan
untuk menilai dan memastikan kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen perusahaan. Pengguna laporan keuangan baik dari pihak internal
perusahaan (manajemen perusahaan) maupun pihak eksternal perusahaan (kreditur,
investor, supplier, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan membutuhkan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik yang bebas dari salah saji
material, dapat dipercaya, dan sesuai dengan prinsipprinsip yang berlaku umum di
Indonesia. Akuntan publik berperan untuk melakukan audit terhadap laporan
keuangan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dimata
masyarakat (Mustikayani, 2016). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2011 tentang Akuntan Publik menyatakan bahwa akuntan publik adalah
seseorang yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan
jasa akuntan publik di Indonesia. Akuntan publik dalam melaksanakan proses audit
wajib berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang terdiri atas
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan pertama, kedua,
ketiga, keempat, serta Kode Etik Profesi Akuntan Publik sebagai panduan utama yang
wajib dipahami dan dipatuhi oleh auditor untuk memenuhi tanggung jawab
profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan dan menjaga kualitas
audit yang dihasilkan (Abdul, 2015:25). Kualitas audit yang baik dapat tercapai
dengan adanya kinerja auditor yang baik dan profesional.
Berbagai kasus skandal akuntansi mengenai audit belakangan ini terjadi
baik di dalam maupun di luar negeri yang mencerminkan bahwa sikap profesional
dan prilaku etis para akuntan masih buruk (Sari dan Laksito, 2014). Kasus yang
terjadi di Indonesia yaitu pembekuan izin praktek akuntan publik oleh Menteri
Keuangan Republik Indonesia. Dikutip dari hukumonline.com, Menteri Keuangan
Sri Mulyani Indrawati membekukan izin akuntan publik Drs. Petrus Mitra Winata
dari KAP Drs Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15
Maret 2007. Akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap SPAP
yang berkaitan dengan pelaksanaan audit laporan keuangan PT Muzatek Jaya.
Pada 4 Januari 2007, Menteri Keuangan juga membekukan izin akuntan publik
Djoko Sutardjo dari KAP Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrino selama 18
bulan. Hal ini terjadi karena telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP
berkaitan dengan pelaksanaan audit laporan keuangan PT Myoh Technology Tbk
(MYOH). Kasus pelanggaran akuntansi lainnya terjadi di Provinsi Bali, dikutip
dalam Detik Finance, kasus pembekuan izin akuntan publik D. K. G. tahun 2007
2oleh Menteri Keuangan mencerminkan perilaku tidak etis seorang akuntan publik
dengan melanggar SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan Bali Hai
Resort and Spa untuk tahun buku 2004 yang berpotensi berpengaruh signifikan
terhadap Laporan Auditor Independen.
Kasus pelanggaran akuntansi lainnya terjadi di Amerika yaitu kasus Enron.
Selama tujuh tahun Enron merekayasa laba bersih dengan cara melakukan mark
up pada pendapatan perusahaan dan menutupi utang yang dimiliki agar terlihat
menunjukkan kinerja yang baik. Namun, pada 2 Desember 2001 perusahaan
Enron dinyatakan pailit yang turut menyeret KAP Arthur Andersen. KAP Arthur
Andersen terlibat dalam manipulasi laporan keuangan Enron. Hal ini
mengindikasikan bahwa KAP memiliki keengganan dalam mengungkapkan
kecurangan yang ditemukan serta KAP bersama manajemen perusahaan bekerja
sama untuk melakukan tindakan pelanggaran akuntansi. Kasus di atas dapat
memengaruhi kinerja auditor dan menimbulkan dampak yang kurang baik
sehingga dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja akuntan
publik.
Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,
dan menjadi salah satu tolok ukur yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya (Kalbers dan Forgarty,
dalam Fembriani dan Budhiarta, 2016). Kinerja auditor merupakan usaha dan
perilaku individu yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Widodo
(2008) dalam Gautama (2016) menyatakan bahwa kinerja individu perorangan
3(individual performance) dan organisasi (organizational performance) memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa lepas dari
sumber daya yang dimiliki organisasi tersebut. Sumber daya manusia pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
suatu organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja auditor sangat berperan
penting dalam kinerja KAP.
Kinerja auditor dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator penilaian
yaitu: petama, kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan;
kedua, kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu
tertentu dan ketiga, ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah
direncanakan (Trisnaningsih, 2007).
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinerja auditor seperti pemanfaatan
informasi yang efisien, dan kompleksitas tugas (Triany, dkk., 2016), struktur
audit, konflik peran, ketidakjelasan peran, gaya kepemimpinan, budaya organisasi,
dan komitmen organisasi (Arianti, 2015; Prajitno, 2012), independensi auditor
(Arifah, 2012), pemahaman good governance (Fembriani dan Budhiarta, 2016),
etika profesi dan profesionalisme auditor (Arumsari, 2014), integritas auditor dan
etos kerja (Sekarsari, 2014), disiplin kerja (Gayatri dan Suputra, 2016), motivasi
(Pratama, dkk., 2013) dan tekanan waktu (Mustikayani, 2016).

KESIMPULAN DAN SARAN


atau tidak tepat waktu), altering audit process dan gathering unsufficient
evidence
(mengganti proses audit dan mengumpulkan bukti yang tidak cukup) akan berdampak
terhadap penurunan kualitas audit. Dampak dari adanya tekanan waktu tersebut dapat
dimoderasi (diperkuat atau diperlemah) pengaruhnya terhadap kinerja auditor, jika di
dalam diri auditor telah tertanam minat atau motivasi untuk tetap melakukan
pengungkapan kecurangan yang berimplikasi bahwa auditor akan berkeja lebih keras
dalam mengefisiensikan waktu dalam proses audit sehingga segala prosedur audit
yang semestinya dapat dilaksanakan. Tindakan penghentian prematur atas prosedur
audit tidak akan terjadi. Penghentian prematur atas prosedur audit menjadi peluang
tidak terdeteksinya suatu kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan dan berdampak
pada kinerja dan opini auditor akibat dari adanya prosedur yang dilewatkan oleh
auditor dalam pelaksanaan proses audit.
Motivasi dilakukannya penelitian ini yaitu pertama, auditor seringkali
mengalami tekanan dalam memperbaiki produktivitasnya sehingga solusinya
adalah dengan membenahi kinerja auditor (Sari dan Suryanawa, 2016). Kedua,
demi mendapatkan generalisasi hasil penelitian karena terdapat ketidak
konsistenan pada beberapa hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Tekanan
Waktu terhadap Kinerja Auditor: Whistleblowing Intention sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali)”.

Anda mungkin juga menyukai