Anda di halaman 1dari 13

TUGAS HUKUM BISNIS

Tentang
Penyelesaian sengketa bisnis

Penulis
Selena Sev-vin
2006476461

Prodi Akuntansi kelas A


Fakultas program Vokasi
Universitas Indonesia 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penyelesaian
sengketa bisnis ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak yulius eka agung seputra, SAK, ST, MSI pada bidang studi Akuntansi
Hukum bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Penyelesaian sengketa bisnis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak yulius eka agung seputra, SAK, ST,
MSI selaku dosen pada bidang studi Akuntansi Hukum bisnis, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 06 desember 2020

Selena Sev-vin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Sengketa Bisnis.....................................................................................................................2
B. Penyebab Timbulnya sengketa bisnis...................................................................................3
C. Cara penyelesaian sengketa bisnis........................................................................................3
D. Persidangan bersifat terbuka.................................................................................................4
E. Bentuk upaya penyelesaian sengketa....................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................................8
PENUTUP......................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke berbagai
bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan salah satu pilar
penopang dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan pembangunan. Dalam
melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum karena hukum sangat
berperan dalam berbisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, dan aman,
sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut,
maka dari itu penting untuk kita mengetahui dari mana saja sumber hukum bisnis itu, apa
saja ruang lingkup hukum itu serta aspeknya dan bagaimana cara kita menjadi seorang
yang menggeluti dunia bisnis sesuai dengan hukum bisnis, dan apa saja fungsi hukum
bisnis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sengketa bisnis?


2. Bagaimana cara penyelesaian sengketa bisnis
3. Bentuk upaya apa saja yang bisa menyelesaikan sengketa bisnis?

C. Tujuan Penulisan

Untuk menambah pengetahuan baik dalam belajar maupun kehidupan. Membahas


penyelesaian sengketa bisnis terhadap dunia hukum bisnis dan menambah ilmu
pengetahuan mengenai hukum bisnis. Dan juga untuk langkah menuju ke pengetahuan
yang lebih luas, sehingga kedepannya tercipta sumber daya manusia yang unggul.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sengketa Bisnis

1. Pengertian

Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton “a commercial disputes is


one whick arises during the course of the exchange or transaction process is
central to market economy”. Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah
pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan
antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek permasalahan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sengketa adalah perilaku


pertentangan antara kedua lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat
hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara
keduanya. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan masalah yang
melatarbelakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para
pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai
macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Secara rinci
segketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai berikut:

A. Sengketa perniagaan
B. Sengketa perbankan
C. Sengketa keuangan
D. Sengketa penanaman modal
E. Sengketa perindustrian
F. Sengketa HKI
G. Sengketa konsumen
H. Sengketa kontrak
I. Sengketa pekerjaan
J. Sengketa perburuhan
K. Sengketa perusahaan
L. Sengketa hak
M. Sengketa property
N. Sengketa pembangunan konstruksi.

2
B. Penyebab Timbulnya sengketa bisnis

1. Scarce Resource, kelangkaan sumber-sumber yang signafikan terhadap


eksistensi partisipan konflik. Pada kondisi ini, pendekatan yang paling sering
digunakan adalah kompetisi yang bermuara pada zero-sum game (satu pihak
menang, yang lain kalah).

2. Ambiguous Jurisdictions, kondisi dimana batas-batas (kewenangan atau hak)


saling dilanggar, sehingga satu pihak mengambil keuntungan yang seharusnya
juga menjadi bagian dari keuntungan pihak lain

3. Intimacy, keterdekatan yang seringkali bermuara pada konflik mendalam jika


perbedaan-perbedaan yang terjadi tidak dikelola dengan matang. Konflik
berbasis intimacy biasanya bersifat lebih mendalam dibanding partisipan yang
tidak memiliki pengalaman “kenal” satu sama lain.

4. We-They Distinctions, terjadi dalam kondisi dimana orang menciptakan


diskriminasi yang sifatnya berseberangan

C. Cara penyelesaian sengketa bisnis

1. Dari sudut pandang pembuat keputusan:

A. Adjukatif: mekanisme penyelesaian yang ditandai dimana kewenangan


pengambilan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa diantara para pihak.
B. Konsensual/Kompromi: cara penyelesaian sengketa secara kooperatif/
kompromi untuk mencapai penyelesaian yang bersifat win-win solution.
C. Quasi Adjukatif: Merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan adjukatif

2. Dari sudut pandang prosesnya:

A. Litigasi

1. Pengadilan umum

Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, dan mempunyai


karakterisitik:

A. Prosesnya sangat formal

3
B. Kuputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
C. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
D. Sifat keputusan memaksa dan mengikut

D. Persidangan bersifat terbuka

2. Pengadilan Niaga

Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan


pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa HAKI. Pengadilan Niaga
Mempunyai karakteristik sebagai berikut:

A. Prosesnya sangat formal


B. Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
C. Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
D. Sifat keputusan memaksa dan mengikat
E. Orientasi pada fakta umum
F. Proses persidangan bersifat terbuka
G. Waktu singkat.

 Non litigasi

Selain itu, banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu dengan
Arbitrase, Negoisasi, Mediasi, dan Konsiliasi. Ketiga cara penyelesaian ini bisa
digunakan agar pertikaian dapat segera teratasi bermula dari penyelesaian dengan
membicarakan baik-baik diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut bila pertikaian
tidak dapat diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan pihak ketiga yaitu sebagai
mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka dibutuhkan pihak yang
tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika tidak dapat diselesaikan juga
maka membutuhkan badan hukum seperti pengadilan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, cara ini disebut dengan Litigasi. Secara keseluruhan cara-cara tersebut dapat
digunakan sehingga pertikaian dapat terselesaikan.

4
Lembaga penyelesaian Non Litigasi melalui mekanisme:

 Arbitrase

Istilah Arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan.

Selain itu, pengertian Arbitrase juga termuat dalam pasal 1 angka 8 UU


Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa Nomor 30 tahun 1999. “Lembaga
Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam
hal belum timbul sengketa”.

Putusan Arbitrase bersifat mandiri, final dan mengikat (seperti putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap) sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan
memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan Arbitrase nasional tersebut

 Negosiasi

Negoisasi dalah proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak
mengubah) sikap dan perilaku orang lain. Tujuannya untuk mencapai kesepakatan
yang menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap,
sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
Negoisasi termasuk suatu bentuk pertemuan antara dua pihak dimana kedua belah
pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua pihak.

 Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau


mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah
perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus,
maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak suatu gagasan atau
penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya harus
memperoleh persetujuan dari para pihak.

 Konsiliasi

5
Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan penyelesaian. Namun. UU Nomor 30 tahun 1999 tidak
memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian dari konsiliasi. Akan
tetapi, rumusan itu dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 10 dan alinea 9 penjelasan
umum, yakni konsiliasi merupakan salah satu lembaga untuk menyelesaikan
sengketa.

E. Bentuk upaya penyelesaian sengketa

1. Upaya administratif

Upaya administratif adalah seperti yang disebutkan dalam penjelasan Pasal 48 ayat 1,
yaitu suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atatu badan hukum perdata
apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Dalam
kepustakaan hukum Tata Usaha Negara ditemukan beberapa istilah yang lazim
digunakan untuk menyebut istilah upaya administratif, antara lain administratif
beroep, quasi rechtspraak atau peradilan administrasi semu.

Dari penjelasan Pasal 48 ayat 1 dapat diketahui bahwa bentuk dari upaya
administratif dapat berupa:
A. Keberatan, yaitu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan hukum
perdata yang tidak puas terhadap Keputusan Tata Usaha Negara, yang penyelesaian
sengketa TataUsaha Negara sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha
Negara yang dimaksud.
B. Banding Administratif, yaitu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau
badan hukum perdata yang tidak puas terhadap Keputusan Tata Usaha Negara, yang
penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan
Tata Usaha Negara tersebut, dilakukan oleh atasan dari Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara atau instansi lain
dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata
Usaha Negara.

2. Upaya Gugatan

Disamping melalui upaya Administratif, penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara


dilakukan melalui gugatan. Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara melalui upaya
administratif relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan penyelesaian sengketa Tata
Usaha Negara melalui gugatan, karena penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
melalui upaya administratif hanya terbatas pada beberapa sengketa TUN tertentu saja.

6
Dengan adanya ketentuan tentang penyelesaian sengketa TUN melalui upaya
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat 1 dan 2.

Pasal 56 menentukan gugatan harus memuat nama, kewarganegaraan, tempat tinggal


dan pekerjaan penggugat atau kusanya, nama jabata dan tempat tinggal tergugat,
dasar gugatan-gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan.
Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa penggugat, maka
gugatan harus disertai surat kuasa yang sah. Gugatan sedapat mungkin juga disertai
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan oleh penggugat.

Syarat-syarat gugatan untuk sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dalam pasal
56 ayat 1 diatas, untuk perkara perdata di dalam HIR atau RBG tidak ada
ketentuannya, sehingga terpaksa syarat-syarat gugatan untuk perkara perdata
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 angka 3.

Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 56 ayat 1 dapat diketahui bahwa
syaratsyarat yang harus dimuat dalam surat gugatan adalah sebagai berikut:

A. Identitas dari penggugat dan tergugat


B. Dasar gugatan
C. Hal yang diminta untuk diputus oleh pengadilan.

Syarat-syarat gugatan tersebut harus mendapat perhatian, karena jika tidak


dipenuhi, akan menjadi alasan dari Ketua pengadilan di lingkungan Peradilan
Tata Usaha Negara untuk memutus dengna penetapan bahwa gugatan tidak
diterima atau tidak berdasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat 1 huruf
b.

3. Perdamaian

Gugatan untuk penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara adalah gugatan tentang sah
atau tidak sahnya Keputusan Tata Usaha Negara yang menimbulkan terjadinya
sengketa Tata Usaha Negara. Mengingat gugatan untuk penyelesaian sengketa
menyangkut tentang sah atau tidak sahnya keputusan, maka sebenarnya untuk
penyelesaian sengketa tidak dikenal adanya perdamaian, yang terbukti dalam UU
Nomor 5 Tahun 1986 sendiri, tidak ada ketentuan tentang perdamaian seperti yang
terdapat dalam penyelesaian perkara perdata.

Oleh karena itu, sudah tepat jika Mahkamah Agung memberikan petunjuk bahwa
kemungkinan adanya perdamaian antara para pihak-pihak hanya terjadi diluar
persidangan. Jika antara para pihak dalam sengketa di luar pemeriksaan sidang

7
Pengadilan sampai terjadi perdamaian, Surat Edaran Mahkamah Agung RI tersebut
memberikan petunjuk lebih lanjut sebagai berikut:

A. Penggugat mencabut gugatannya secara resmi dalam sidang terbuka untuk umum
dengan menyebutkan alasan pencabutannya.

B. Apabila pencabutan gugatan dimaksud dikabulkan, maka hakim memerintahkan


agar panitera mencoret gugatan tersebut dari register perkara.

C. Perintah pencoretan tersebut diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk


umum.

Yang menarik pehatian dari petunjuk Mahkamah Agung tersebut adalah pencabutan
gugatan oleh penggugat dalam sidang terbuka untuk umum tersebut harus mendapat
persetujuan dari pengadilan, maksudnya agar pengadilan dapat mengadakan penelitian
apakah dalam pencabutan gugatan oleh penggugat ini terdapat unsur paksaan,
mengelirukan atau tipuan yang dilakukan oleh tergugat. Jika sampai ternyata dijumpai
adanya unsur tersebut, dengan sendirinya pengadilan tidak akan mengabulkan pencabutan
gugatan yang akan dilakukan oleh penggugat. Petunjuk dari Mahkamah Agung RI
tersebut dapat dimengerti, karena dalam penyelesaian sengketa, kedudukan tergugat lebih
dominan jika dibandingkan dengan kedudukan penggugat.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sengketa bisnis adalah perilaku pertentangan antara kedua orang tua lembaga atau
lebih
yang menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum
bagi salah satu diantara keduanya yang melakukan bisnis atau kerjasama. Cara
menyelesaikan sengketa bisnis tersebut bisa dilalui dengan cara Adjukatif,
Konsensual/Kompromi, Quasi Adjukatif, Litigasi, Non Litigasi. Bentuk upaya
menyelesaikan sengketa bisnis terdiri dari Upaya Administratif, Upaya Gugatan,
Perdamaian.

B. Saran

Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Karena saya hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan, dan saya juga sangat mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga
dapat diterima di hati dan saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Samadani Adil, Dasar-dasar Hukum Bisnis, Jakarta: MitraWacana Media, 2013

Wiyono R, Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta: Sinar Grafika, 2010

Kadir A, Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Quran, Amzah

10

Anda mungkin juga menyukai