Anda di halaman 1dari 16

TUGAS I

MATA KULIAH PERATURAN LELANG


Dosen Pengampu : Bapak Marjo, S.H., M.Hum.

PENERAPAN ASAS-ASAS EKSEKUSI PERKARA PERDATA DALAM


LEMBAGA LELANG PENJUALAN BARANG: RELEVANSI,
PELUANG DAN TANTANGANNYA

Disusun Oleh:
ANGRY FELLIAWAN
NIM: 11000221410128
KELAS: B

MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
1

A. PENDAHULUAN
Eksekusi dalam perkara perdata merupakan proses yang membutuhkan
waktu lama, menyita energi, biaya dan pikiran. Putusan perkara perdata belum
memiliki makna apapun ketika pihak yang kalah tidak bersedia menjalankan
putusan secara sukarela. Kemenangan yang sesungguhnya baru dapat diraih
setelah eksekusi dilaksanakan. Proses eksekusi menjadi lama dan rumit karena
pihak yang dikalahkan sulit untuk menerima putusan dan tidak mau menjalankan
kewajiban yang dibebankan kepadanya. Selain itu proses eksekusi membutuhkan
waktu yang lama karena harus melalui beberapa tahap.
Tahap-tahap pelaksanaan eksekusi dimulai dari adanya permohonan
eksekusi. Permohonan diajukan oleh pihak yang menang kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang berwenang. Kemudian dilakukan aanmaning yaitu
tindakan dan upaya yang dilakukan Ketua Pengadilan Negeri yang memutus
perkara memberikan “teguran” kepada pihak yang kalah agar ia menjalankan isi
putusan secara sukarela dalam waktu yang ditentukan. Setelah aanmaning
kemudian diajukan Permohonan Sita Eksekusi, pengadilan kemudian menetapkan
sita eksekusi. Setelah adanya permohonan sita eksekusi maka tahap selanjutnya
adalah dikeluarkannya Penetapan Eksekusi yang berisi perintah Ketua Pengadilan
Negeri kepada Panitera dan juru sita untuk menjalankan eksekusi. Setelah
Pengadilan mengeluarkan Penetapan Eksekusi berikut Berita Acara Eksekusi
maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan lelang.1
Lelang menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang disebutkan bahwa
“Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang.” Penjualan
secara lelang merupakan suatu tahap proses lanjutan dari sita eksekusi dalam
perkara perdata. Tujuan dari penjualan lelang adalah untuk menjual secara umum
harta kekayaan tergugat sehingga dari hasil penjualan utangnya akan dibayarkan
1
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hal 4
2

kepada pihak penggugat sebesar yang ditetapkan dalam putusan. Sesuai dengan
Pasal 200 ayat 1 Herzien Inlandsch Reglement (HIR) atau Pasal 215
Rechtreglement voor de Buitengewesten (Rbg), penjualan barang yang disita di
muka umum dilakukan dengan ‘perantara’ atau ‘bantuan’ Kantor Lelang Negara.
Merujuk pada Pasal 7 angka (1) PMK No. 213/PMK.06/2020 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang, lelang dapat diselenggarakan oleh Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL); Balai Lelang; dan Kantor
Pejabat Lelang Kelas II. Keberadaan lembaga lelang ini dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat diantaranya penyelesaian sengketa yang telah
memperoleh putusan pengadilan. Lembaga lelang dalam konteks perkara perdata
adalah untuk membantu mewujudkan peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
serta berkeadilan baik bagi pemohon maupun termohon eksekusi. Berdasarkan
uraian di atas maka perlu dikaji bagaimana lembaga lelang menerapkan asas-asas
eksekusi dalam perkara perdata.

B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dikaji dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan asas-asas eksekusi perkara perdata dalam
lembaga lelang penjualan barang?
2. Bagaimanakah relevansi lelang penjualan barang oleh lembaga lelang
terhadap asas-asas eksekusi perkara perdata? (kepastian hukum)
3. Bagaimanakah peluang dan tantangan yang dihadapi lembaga lelang
dalam melaksanakan lelang eksekusi perkara perdata?

C. PEMBAHASAN
1. Penerapan Asas-Asas Eksekusi Perkara Perdata Dalam Lembaga Lelang
Penjualan Barang
Tujuan para pihak yang berperkara di pengadilan selain untuk
menyelesaikan perkara adalah agar hak-haknya yang dirugikan oleh pihak lain
dapat dipulihkan melalui putusan pengadilan. Pemulihan tersebut dapat tercapai
apabila putusan dapat dilaksanakan/dapat dieksekusi. Menurut R. Subekti,
3

eksekusi adalah upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna
mendapatkan menjadi haknya dengan bantuan kekuatan hukum, memaksa pihak
yang dikalahkan untuk melaksanakan putusan Hakim.2 Putusan pengadilan yang
dapat dilaksanakan adalah putusan yang mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu
putusan yang menetapkan secara tegas terhadap hak dan hukumnya untuk
kemudian direalisasikan melalui eksekusi yang dilakukan oleh alat negara.3
Adapun yang memberikan kekuatan eksekutorial pada putusan pengadilan
adalah terletak pada putusan yang memuat irah-irah yang berbunyi “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Putusan yang tidak
mempunyai kepala putusan irah-irah ini, maka putusan tersebut tidak mempunyai
kekuatan eksekutorial sehingga putusan hakim tersebut tidak dapat dilaksanakan
eksekusi secara paksa. 4
Kemudian amar putusan harus bersifat kondemnator,
yaitu putusan yang menyatakan suatu penghukuman untuk melakukan sesuatu,
dengan menetapkan suatu keadaan hukum dan menetapkan suatu penghukuman,
misalnya penghukuman untuk membayar sejumlah uang tertentu atau
penghukuman untuk menyerahkan sesuatu benda tertentu. 5
Pelaksanaan putusan hakim tidak lain merupakan realisasi dari kewajiban
pihak yang bersangkutan tertutama pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi
yang tercantum dalam putusan Hakim. Prestasi merupakan kewajiban pihak
yang dilakahkan untuk melaksanakan putusan Hakim sesuai dengan bunyi
putusan Hakim. Pelaksanaan eksekusi dikenal asas-asas eksekusi sebagai berikut:
a. Putusan telah berkekuatan hukum tetap: putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap telah terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti
antara pihak yang berperkara. 6 Ada pengecualian terhadap asas ini yakni

2
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Bina Cipta, 1989), Hal12
3
Muhammad Nasir, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Djambatan, 2003), Hal 194.
4
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. V. cet. I. (Yogyakarta:
Liberty, 1998), Hal 209
5
Syprianus Aristeus, Eksekusi Ideal Perkara Perdata Berdasarkan Asas Keadilan
Korelasinya Dalam Upaya Mewujudkan Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan, (Jurnal
Penelitian Hukum De Jure; Volume 20, Nomor 3, September 2020), Hal 382
6
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hal 6
4

pelaksanaan putusan lebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad), walaupun


terhadap putusan tersebut dimintakan banding ataupun verset.
b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela: 1) Pihak yang kalah tidak mau
menjalankan isi putusan secara sukarela, 2) Adanya permohonan oleh pihak
yang menang kepada pengadilan agar isi putusan dipenuhi oleh pihak yang
kalah.
c. Putusan bersifat kondemnatoir: adalah putusan yang amar atau diktumnya
mengandung unsur “penghukuman”, sedang putusan yang amar atau
diktumnya tidak mengandung unsur penghukuman tidak dapat dieksekusi
atau non eksekutabel.
d. Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan: adanya surat
penetapan tersebut, akan tampak jelas dan terperinci batas-batas eksekusi
yang akan dijalankan oleh Panitera atau Jurusita. 7.
Setelah Pengadilan mengeluarkan Penetapan Eksekusi berikut Berita
Acara Eksekusi maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan lelang. Lelang
merupakan penjualan di muka umum atas harta kekayaan termohon yang telah
disita eksekusi atau menjual di muka umum barang sitaan milik termohon yang
dilakukan di depan juru lelang atau penjualan lelang dilakukan dengan
perantaraan atau bantuan kantor lelang. Istilah lelang berasal dari bahasa
Belanda,yaitu Vendu, sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan istilah
Auction. Istilah lainnya merupakan terjemahan bahasa Belanda openbare veiling,
atau openbare verkopingen, yang berarti lelang atau penjualan di muka umum.8
Penjualan umum adalah alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan yang
paling menguntungkan untuk si penjual dengan cara menghimpun para peminat. 9
Tujuan lelang ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si tergugat. Penggunaan
kantor lelang dimaksudkan agar harga yang didapat tidak merugikan si tergugat
dan sesuai dengan harga yang sewajarnya di pasaran. Hasil lelang digunakan
untuk membayar kewajiban yang telah ditetapkan dalam putusan hakim.

7
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. V. cet. I. (Yogyakarta:
Liberty, 1998), Hal 209
8
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Hal 19
9
Rahmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, (Jakarta: Eresco, 1997), Hal 106
5

Penerapan asas-asas eksekusi perkara perdata di lembaga lelang adalah


hanya melaksanakan lelang terhadap putusan yang berkekuatan hukum tetap atau
putusan yang bersifat kondemnatoir (menghukum). Hal ini sejalan dengan PMK
No.:40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, ada beberapa macam
lelang yaitu: Lelang Eksekusi; Lelang Noneksekusi Wajib; dan Lelang
Noneksekusi Sukarela. Lelang Eksekusi dilaksanakan berdasarkan putusan atau
penetapan pengadilan atau dokumen yang dipersamakan dengan itu. Lelang
Noneksekusi Wajib dilakukan kepada barang-barang yang oleh perundang-
undangan diharuskan dijual secara lelang. Sedangkan Lelang Noneksekusi
Sukarela biasanya dilakukan atas barang milik swasta baik individu/badan usaha
yang dilakukan secara sukarela. Penjualan secara lelang dilaksanakan oleh
lembaga lelang.
Lembaga lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai fungsi
menciptakan nilai dari suatu barang atau mencairkan suatu barang menjadi
sejumlah uang dengan nilai objektif. 10
Lembaga yang berwenang melaksanakan
lelang eksekusi adalah Kantor Lelang Negara sedangkan untuk lelang sukarela
dapat dilaksanakan oleh Kantor Lelang Negara atau Balai Lelang Swasta.
Menurut Pasal 7 angka (1) PMK No. 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
adalah instansi vertikal yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Menteri Keuangan melalui Kepala Kantor Wilayah. KPKNL berwenang
untuk melakukan ketiga jenis lelang. Sedangkan untuk Balai Lelang dan Kantor
Pejabat Lelang Kelas II hanya berwenang melakukan lelang yang berjenis Lelang
Noneksekusi Sukarela.
Lelang eksekusi adalah lembaga lelang untuk melaksanakan putusan atau
penetapan pengadilan yang sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku dalam rangka membantu penegakan hukum, antara lain: Lelang eksekusi
PUPN; Lelang eksekusi pengadilan; Lelang eksekusi Pajak; Lelang eksekusi
Harta Pailit; Lelang eksekusi Pasal 6 UUHT; Lelang eksekusi dikuasai/tidak
dikuasai Bea Cukai; Lelang eksekusi Barang Sitaan Pasal 45 KUHAP; 8)
10
Eni Suarti dan Atika Ismail, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang dan
Lelang, (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September 2021), hal 29
6

Lelang eksekusi Barang rampasan; 9) Lelang eksekusi barang temuan; 10)


Lelang eksekusi Fidusia; 11) Lelang eksekusi gadai. Pejabat lelang yang
berwenang melakukan semua jenis lelang diatas adalah Pejabat lelang Kelas
I yang berkedudukan di KPKNL. Adapun kewenangan yang diberikan kepada
Pejabat Lelang Kelas II meliputi: Lelang non eksekusi sukarela; Lelang aset
BUMN/D berbentuk Persero; dan Lelang aset milik bank dalam likuidasi. 11

2. Relevansi Lelang Penjualan Barang oleh Lembaga Lelang Terhadap


Asas-Asas Eksekusi Perkara Perdata
Pelaksanaan lelang penjualan barang pada perkara perdata yang telah
diputus dan mempunyai hukum tetap, maka prosedurnya dimulai dari permohonan
lelang oleh Panitera Pengadilan kepada Kepala KPKNL sesuai wilayah kerja;
Penentuan tanggal pelaksanaan lelang oleh KPKNL; Pengumuman lelang oleh
Pengadilan; adanya uang jaminan dari peserta lelang yang disetorkan ke
bendahara KPKNL; Pelaksanaan lelang; Pengesahan pembeli; Pembayaran harga
lelang oleh pemenang lelang; Penyerahan dokumen kepemilikan barang; setelah
lelang selesai maka pejabat lelang membuat berita acara lelang yang disebut
risalah lelang yang ditanda tangani oleh pejabat lelang, penjual, dan pembeli.12
Pelaksanaan lelang dalam perkara perdata tersebut harus menerapkan asas-
asas lelang yang merujuk pada peraturan perundang-undangan di bidang lelang
antara lain adalah:13
a. Asas Keterbukaan, adanya ketentuan pengumuman lelang terlebih dahulu
sebagaimana Pasal 18 Peraturan Menteri Keuangan Nomor :40/PMK.07/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang menyebutkan penjualan secara
lelang wajib didahului dengan Pengumuman Lelang yang dilakukan oleh

11
Depri Liber Sonata, Permasalahan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Putusan Pengadilan
Dalam Perkara Perdata dalam Praktik, (Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-
Agustus 2012), Hal 13
12
A Hashfi Luthfi, Ro’fah Setyowati, Siti Malikatun Badriyah, Akibat Hukum Terhadap
Eksekusi Lelang Dengan Tanpa Adanya Putusan Pengadilan, (Jurnal Law Reform Program Studi
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Volume 12, Nomor 2, Tahun
2016), Hal 174
13
Zulkarnaen, Penyitaan dan Eksekusi, (Bandung: Pustaka setia, 2017), Hal 375
7

Penjual. Asas ini mencegah adanya persaingan usaha yang tidak sehat dan
mencegah adanya praktek Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN).14
b. Asas Keadilan, adanya ketentuan tidak berpihak sebagaimana Pasal 11 huruf a
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 119/PMK.07 /2005 tentang Pejabat
Lelang Kelas II yang menyebutkan bahwa Pejabat Lelang dalam
melaksanakan jabatannya berkewajiban antara lain bertindak jujur, seksama,
mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait. Asas
keadilan mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan lelang
harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap pihak yang
berkepentingan. Asas ini untuk mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat
Lelang kepada peserta lelang tertentu atau berpihak hanya pada kepentingan
penjual. Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi, penjual tidak boleh
menentukan nilailimit secara sewenang-wenang yang berakibat merugikan
pihak tereksekusi. 15
c. Asas Kepastian Hukum, pelaksanaan lelang harus memberikan perlindungan
hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Asas Kepastian Hukum
menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya
perlindungan hukum bagi pihak-Pihak yang berkepentingan dalam
pelaksanaan Lelang. Setiap pelaksanaan lelang dibuat risalah Lelang oleh
pejabat Lelang yang merupakan akte Otentik. Risalah Lelang digunakan
penjual/pemilik barang, pembeli dan pejabat Lelang untuk mempertahankan
dan melaksanakan hak dan kewajibannya. 16 Setiap pelaksanaan lelang dibuat
Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik. Risalah
lelang dipergunakan penjual/pemilik barang, pembeli dan Pejabat Lelang
untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajibannya. Adanya
ketentuan tersebut sebagaimana Pasal 11 huruf g Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 119/PMK.07/2005 tentang kewajiban Pejabat Lelang Kelas II untuk
membuat minuta Risalah Lelang dan menyimpannya.

14
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Hal 25
15
Ibid, Hal 26
16
Zulkarnaen, Penyitaan dan Eksekusi, (Bandung: Pustaka Setia, 2017), Hal 376
8

d. Asas Efisiensi. Asas ini berkaitan dengan waktu, dimana lelang dilakukan
pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan, dan transaksi terjadi
pada saat itu juga. Lelang merupakan penjualan tanpa perantara dalam
mencari pembeli secara cepat, dan barang terjual cepat. Disamping itu,
pembayaran harga lelang juga harus tunai yaitu 3 (tiga) hari kerja setelah
lelang dilakukan sehingga terdapat efisiensi waktu.
e. Asas Akuntabilitas. Lelang harus dilakukan dihadapan Pejabat Lelang yang
merupakan pejabat umum yang diangkat oleh Menteri Keuangan dan
hasilnya harus dituangkan dalam risalah lelang oleh pejabat lelang sebagai
bukti pelaksanaan lelang. Artinya, pelaksanaan lelang harus dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini Pejabat Lelang harus bersifat
imparsial yaitu tidak boleh memihak. Lelang yang dilaksanakan oleh Pejabat
Lelang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang
berkepentingan. Pertanggungjawaban Pejabat Lelang meliputi adminitasi
lelang dan pengelolaan uang lelang. 17
Relevansi penerapan asas-asas lelang dengan asas-asas eksekusi perkara
perdata adalah untuk menjamin keadilan dan kepastian hukum. Keadilan pada
dasarnya adalah sikap tidak memihak, saling menguntungkan, saling menghargai
secara timbal balik. Adanya keharusan bahwa negara dengan aparaturnya harus
tunduk pada hukum yang berlaku, maka dibuka akses yang luas untuk
memperoleh keadilan bagi yang membutuhkan dan hukum harus ditegakkan
secara adil, sama rata, dan pasti. 18
Pelaksanaan lelang dilakukan di muka umum
adalah untuk menjamin terlaksananya lelang secara transparan dan dapat
menghindari kolusi antara penjual dengan sekelompok pembeli sehingga proses
lelang dapat dikategorikan telah memenuhi asas akuntabilitas yang baik. 19
Lelang difungsikan untuk mendukung upaya penegakan hukum dan
pengelolaan kekayaan negara. Peranan Pejabat Lelang sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kepastian hukum. Agar Risalah Lelang dapat sempurna dilaksanakan
17
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Hal 28
18
Diah Sulistyani Ratna Sediati, Peranan Pejabat Lelang Kelas II Dalam Pelaksanaan
Lelang di Indonesia, (Jurnal MMH Vol 39 No. 2, Juni 2010), Hal 142
19
Suarti, Eni., dan Ismail, Atika, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang dan
Lelang., (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September 2021), hal 29
9

dan menjamin kepastian hukum, maka Pejabat Lelang harus menguasai peraturan
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat menjalankan
secara jujur, tegas dan konsekuen, mandiri, tidak berpihak, tidak menjalankan
jabatan di luar wilayah kewenangannya, menjaga kepentingan para pihak. Pejabat
Lelang tidak hanya menyaksikan lelang tetapi justru menyelenggarakan lelang itu
sendiri dan juga membuat akta otentik. Risalah Lelang yang merupakan produk
hukum Pejabat Lelang statusnya sama dengan Akta Otentik karena memenugi
syarat-syarat sebagai akta otentik.20
Dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan lelang memiliki 3 (tiga) manfaat
umum. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan penjualan lelang, sebagaimana
diatur dalam banyak peraturan perundang-undangan. Kedua, untuk memenuhi
atau melaksanakan putusan peradilan atau lembaga penyelesaian sengketa
berdasarkan undang-undang dalam rangka penegakan keadilan (law enforcement).
Ketiga untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha pada umumnya, produsen atau
pemilik benda pribadi dimungkinkan melakukan penjualan lelang.21

3. Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Lembaga Lelang Dalam


Melaksanakan Lelang Eksekusi Perkara Perdata
Pelaksanaan lelang tidak selamanya terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan, seringkali terdapat hambatan yang mengakibatkan pelaksanaan lelang
menjadi terlambat ataupun tertunda. Hambatan-hambatan tersebut tentunya
menjadi tantangan yang harus diatasi. Ada beberapa hambatan yang dihadapi saat
pelaksanaan lelang antara lain: (1) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
fungsi KPKNL. (2) Kurangnya minat masyarakat terhadap penjualan secara
lelang, serta kurang memahami prosedur untuk mengikuti lelang. Masyarakat
beranggapan sistem lelang terlalu memakan waktu, dan sehingga masyarakat
lebih memilih menggunakan sistim jual beli secara langsung. Masyarakat
merasa malas untuk belajar sesuatu yang baru. (3) Kurangnya pengetahuan
peserta lelang terhadap tata cara pelaksanaan lelang dalam membeli atau
20
Diah Sulistyani Ratna Sediati, Peranan Pejabat Lelang Kelas II Dalam Pelaksanaan
Lelang di Indonesia, (Jurnal MMH Vol 39 No. 2, Juni 2010), hal 144
21
Suarti, Eni., dan Ismail, Atika, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang dan
Lelang., (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September 2021), hal 29
10

menjual barang yang akan dilelang. Biasanya peserta lelang datang ke KPKNL
tanpa dibekali pengetahuan tentang tata cara lelang sehingga pelaksanaan lelang
akan terhambat, dan selesai lebih lama. Masalah yang kemudian timbul,
akan terjadinya penundaan pelaksanaan lelang oleh petugas lelang sehingga
peserta yang lain juga akan mengalami penundaan acara lelang yang sudah
teragenda.22 Upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut antara lain
adalah: melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi KPKNL,
menyebarkan brosur mengenai lelang, dan mempersilahkan masyarakat untuk
melihat secara langsung proses lelang yang diadakan Kantor Pelayanan Piutang
dan Lelang Negara (KP2NL).
Peluang saat ini adalah masyarakat diberi kemudahan di dalam mengikuti
lelang karena Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) melalui KPKNL
mengembangkan lelang secara online melalui aplikasi E-Auction. Aplikasi
berbasis internet ini dapat diakses melalui https://www.lelang.go.id. atau dapat
diunduh melalui Play Store atau App Store. Aplikasi E-Auction ini adalah produk
layanan unggulan DJKN sehingga lelang semakin modern, dilaksanakan dengan
tidak mengharuskan peserta lelang datang ke tempat pelaksanaan lelang.
Kemudahan memberikan dampak peserta tidak perlu mengeluarkan biaya besar
untuk hadir dalam pelaksanaan lelang serta melakukan penawaran lelang sebatas
kemampuannya tanpa ada tekanan dari peserta pesaing dari pihak lain.23
Adanya E-Auction ini diharapkan menjadi suatu modernisasi lelang
mengikuti perkembangan dunia teknologi, selanjutnya akan menciptakan citra
lelang semakin membaik dan akan lebih memasyarakat untuk lebih mewujudkan
pelaksanaan lelang yang lebih efisien, transparan dan akuntabel, mengikuti
perkembangan teknologi serta menjawab kebutuhan masyarakat, sekaligus
meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berupa Bea Lelang. 24

22
Eni Suarti dan Atika Ismail, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang dan
Lelang, (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September 2021), Hal 48.
23
Arifin Nurhartanto, Bedah Sistem Lelang di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Keuangan
Republik Indonesia, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13139/Bedah-Sistem-Lelang-
di-Indonesia.html, Mei 2020), Hal 4
24
Shinta Oktaviani, Keabsahan Pelaksanaan Lelang Melalui Sosial Media Instagra, (Jurnal
Kertha Semaya, Vol. 9 No. 12 Tahun 2021), Hal 2409
11

Beberapa keunggulan dari e-auction ini adalah modernisasi lelang yang


memberikan kesempatan lebih luas kepada masyarakat untuk mengikuti lelang
dengan lebih menghemat waktu dan biaya, membentuk databased pelaksanaan
lelang, dan menjadikan lelang sarana jual beli yang utama di masyarakat serta
transparan dan akuntabel sekaligus memberikan potensi optimalisasi hasil lelang
yang akan meningkatkan penerimaan negara bukan pajak berupa bea lelang.
Tantangan yang dihadapi lembaga lelang ke depan adalah bagaimana agar
E-auction dapat berhasil meningkatkan daya tarik masyarakat untuk mengikuti
lelang. E-auction perlu diberikan kemudahan pilihan bagi pemohon untuk
menentukan sistem penawaran lelang melalui internet, yakni melalui mekanisme
closed bidding maupun open biding. Untuk mekanisme closed bidding peserta
dapat melakukan penawaran setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan
lelang dan menawar sejak objek lelang ditayangkan di aplikasi (internet) sampai
batas akhir penawaran. Sedangkan open bidding adalah sistem penawaran lelang
melalui internet dimana peserta dapat melakukan penawaran secara real-time
(dapat melihat penawaran dari peserta pesaing) dilakukan sekurang-kurangnya 2
(dua) jam sebelum batas waktu akhir penawaran. Pilihan ini perlu diberikan
mengingat masyarakat di Indonesia masih sangat beragam dalam penguasaan
teknologi.25
Tantangan berikutnya adalah terkait keabsahan lelang online melalui E-
Auction. Pada dasarnya unsur-unsur yang wajib dipenuhi dalam lelang adalah
menurut Pasal 1 Vendu Reglement, yaitu: penjualan yang diadakan di muka
umum; cara penawaran yang khas; dan didahului dengan pengumuman sebagai
upaya untuk mengumpulkan orang banyak. Merujuk pada unsur-unsur tersebut,
sebenarnya lelang online atau e-auction telah memenuhi ketiga unsur lelang
tersebut. PMK Nomor 27/2016 juga mengakomodasi bahwa lelang melalui
internet telah diakui secara yuridis. Oleh karena itu lembaga penyelenggara lelang
online perlu menyesuaikan pelaksanaan lelang sesuai dengan peraturan yang
berlaku agar terciptanya tertib hukum dan mengoptimalkan fungsi lelang itu
25
Arifin Nurhartanto, Bedah Sistem Lelang di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Keuangan
Republik Indonesia, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13139/Bedah-Sistem-Lelang-
di-Indonesia.html, Mei 2020), Hal 4
12

sendiri. Merujuk pada Pasal 2 PMK No.27/2016 yang mengatur bahwa “Setiap
pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau di hadapan Pejabat Lelang,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah”. Oleh
karena itu pelaksanaan lelang online ke depan harus dipimpin oleh seorang
Pejabat Umum, yaitu Pejabat Umum yang mandiri disertai alat bukti akta
autentik berupa Risalah Lelang.

D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Penerapan asas-asas eksekusi perkara perdata di lembaga lelang adalah
hanya melaksanakan lelang terhadap putusan yang berkekuatan hukum
tetap atau putusan yang bersifat kondemnatoir. Lembaga yang berwenang
melaksanakan lelang eksekusi adalah Kantor Lelang Negara sedangkan
untuk lelang sukarela dapat dilaksanakan oleh Kantor Lelang Negara atau
Balai Lelang Swasta
b. Relevansi penerapan asas-asas lelang dengan asas-asas eksekusi perkara
perdata adalah untuk menjamin asas keterbukaan, keadilan, kepastian
hukum, efisiensi dan akuntabilitas. Pelaksanaan lelang dilakukan di muka
umum adalah untuk menjamin terlaksananya lelang secara transparan dan
akuntabel. Lelang difungsikan untuk mendukung upaya penegakan hukum
dan menjamin kepastian hukum.
c. Peluang lembaga lelang adalah sudah diakuinya keabsahan lelang secara
online sehingga semakin memudahkan masyarakat mengikuti lelang.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana risalah lelang yang telah
diikuti secara online dapat diakui sebagai akta otentik.

2. Saran
a. Saran bagi masyarakat adalah diharapkan dengan berbagai keunggulan dan
kemudahan yang ada, masyarakat lebih mudah mengikuti lelang.
13

b. Saran bagi lembaga lelang adalah perlu mengupayakan peningkatan


pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti lelang
c. Pejabat Lelang perlu mengupayakan untuk berbuat adil dan tidak
memihak, sehingga peranannya harus mencerminkan rasa keadilan dan
kepastian hukum, sehingga pelaksanaan lelang lebih oleh masyarakat.
14

DAFTAR PUSTAKA

A Hashfi Luthfi, Ro’fah Setyowati, Siti Malikatun Badriyah, Akibat Hukum


Terhadap Eksekusi Lelang Dengan Tanpa Adanya Putusan Pengadilan,
(Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro Volume 12, Nomor 2, Tahun 2016).

Arifin Nurhartanto, Bedah Sistem Lelang di Indonesia, (Jakarta: Kementrian


Keuangan Republik Indonesia, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/
artikel/baca/13139/Bedah-Sistem-Lelang-di-Indonesia.html, Mei 2020).

Depri Liber Sonata, Permasalahan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Putusan


Pengadilan Dalam Perkara Perdata dalam Praktik, (Fiat Justitia Jurnal
Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012).

Diah Sulistyani Ratna Sediati, Peranan Pejabat Lelang Kelas II Dalam


Pelaksanaan Lelang di Indonesia, (Jurnal MMH Vol 39 No. 2, Juni 2010).

Eni Suarti dan Atika Ismail, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang
dan Lelang, (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September
2021).

Muhammad Nasir, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Djambatan, 2003).

Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016).

Rahmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, (Jakarta: Eresco, 1997)

Ralang Hartati dan Syafrida, Hambatan Dalam Eksekusi Perkara Perdata. (ADIL:
Jurnal Hukum Vol.12 No.1, 2021).

R. Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Bina Cipta, 1989).

Shinta Oktaviani, Keabsahan Pelaksanaan Lelang Melalui Sosial Media Instagra,


(Jurnal Kertha Semaya, Vol. 9 No. 12 Tahun 2021)

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. V. cet. I.


(Yogyakarta: Liberty, 1998).

Syprianus Aristeus, Eksekusi Ideal Perkara Perdata Berdasarkan Asas Keadilan


Korelasinya Dalam Upaya Mewujudkan Peradilan Sederhana, Cepat dan
Biaya Ringan, (Jurnal Penelitian Hukum De Jure; Volume 20, Nomor 3,
September 2020)
15

Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi


Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009).

Zulkarnaen, Penyitaan dan Eksekusi, (Bandung: Pustaka setia, 2017).

Anda mungkin juga menyukai