Disusun Oleh:
ANGRY FELLIAWAN
NIM: 11000221410128
KELAS: B
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
1
A. PENDAHULUAN
Eksekusi dalam perkara perdata merupakan proses yang membutuhkan
waktu lama, menyita energi, biaya dan pikiran. Putusan perkara perdata belum
memiliki makna apapun ketika pihak yang kalah tidak bersedia menjalankan
putusan secara sukarela. Kemenangan yang sesungguhnya baru dapat diraih
setelah eksekusi dilaksanakan. Proses eksekusi menjadi lama dan rumit karena
pihak yang dikalahkan sulit untuk menerima putusan dan tidak mau menjalankan
kewajiban yang dibebankan kepadanya. Selain itu proses eksekusi membutuhkan
waktu yang lama karena harus melalui beberapa tahap.
Tahap-tahap pelaksanaan eksekusi dimulai dari adanya permohonan
eksekusi. Permohonan diajukan oleh pihak yang menang kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang berwenang. Kemudian dilakukan aanmaning yaitu
tindakan dan upaya yang dilakukan Ketua Pengadilan Negeri yang memutus
perkara memberikan “teguran” kepada pihak yang kalah agar ia menjalankan isi
putusan secara sukarela dalam waktu yang ditentukan. Setelah aanmaning
kemudian diajukan Permohonan Sita Eksekusi, pengadilan kemudian menetapkan
sita eksekusi. Setelah adanya permohonan sita eksekusi maka tahap selanjutnya
adalah dikeluarkannya Penetapan Eksekusi yang berisi perintah Ketua Pengadilan
Negeri kepada Panitera dan juru sita untuk menjalankan eksekusi. Setelah
Pengadilan mengeluarkan Penetapan Eksekusi berikut Berita Acara Eksekusi
maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan lelang.1
Lelang menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang disebutkan bahwa
“Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang.” Penjualan
secara lelang merupakan suatu tahap proses lanjutan dari sita eksekusi dalam
perkara perdata. Tujuan dari penjualan lelang adalah untuk menjual secara umum
harta kekayaan tergugat sehingga dari hasil penjualan utangnya akan dibayarkan
1
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hal 4
2
kepada pihak penggugat sebesar yang ditetapkan dalam putusan. Sesuai dengan
Pasal 200 ayat 1 Herzien Inlandsch Reglement (HIR) atau Pasal 215
Rechtreglement voor de Buitengewesten (Rbg), penjualan barang yang disita di
muka umum dilakukan dengan ‘perantara’ atau ‘bantuan’ Kantor Lelang Negara.
Merujuk pada Pasal 7 angka (1) PMK No. 213/PMK.06/2020 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang, lelang dapat diselenggarakan oleh Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL); Balai Lelang; dan Kantor
Pejabat Lelang Kelas II. Keberadaan lembaga lelang ini dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat diantaranya penyelesaian sengketa yang telah
memperoleh putusan pengadilan. Lembaga lelang dalam konteks perkara perdata
adalah untuk membantu mewujudkan peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
serta berkeadilan baik bagi pemohon maupun termohon eksekusi. Berdasarkan
uraian di atas maka perlu dikaji bagaimana lembaga lelang menerapkan asas-asas
eksekusi dalam perkara perdata.
B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dikaji dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan asas-asas eksekusi perkara perdata dalam
lembaga lelang penjualan barang?
2. Bagaimanakah relevansi lelang penjualan barang oleh lembaga lelang
terhadap asas-asas eksekusi perkara perdata? (kepastian hukum)
3. Bagaimanakah peluang dan tantangan yang dihadapi lembaga lelang
dalam melaksanakan lelang eksekusi perkara perdata?
C. PEMBAHASAN
1. Penerapan Asas-Asas Eksekusi Perkara Perdata Dalam Lembaga Lelang
Penjualan Barang
Tujuan para pihak yang berperkara di pengadilan selain untuk
menyelesaikan perkara adalah agar hak-haknya yang dirugikan oleh pihak lain
dapat dipulihkan melalui putusan pengadilan. Pemulihan tersebut dapat tercapai
apabila putusan dapat dilaksanakan/dapat dieksekusi. Menurut R. Subekti,
3
eksekusi adalah upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna
mendapatkan menjadi haknya dengan bantuan kekuatan hukum, memaksa pihak
yang dikalahkan untuk melaksanakan putusan Hakim.2 Putusan pengadilan yang
dapat dilaksanakan adalah putusan yang mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu
putusan yang menetapkan secara tegas terhadap hak dan hukumnya untuk
kemudian direalisasikan melalui eksekusi yang dilakukan oleh alat negara.3
Adapun yang memberikan kekuatan eksekutorial pada putusan pengadilan
adalah terletak pada putusan yang memuat irah-irah yang berbunyi “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Putusan yang tidak
mempunyai kepala putusan irah-irah ini, maka putusan tersebut tidak mempunyai
kekuatan eksekutorial sehingga putusan hakim tersebut tidak dapat dilaksanakan
eksekusi secara paksa. 4
Kemudian amar putusan harus bersifat kondemnator,
yaitu putusan yang menyatakan suatu penghukuman untuk melakukan sesuatu,
dengan menetapkan suatu keadaan hukum dan menetapkan suatu penghukuman,
misalnya penghukuman untuk membayar sejumlah uang tertentu atau
penghukuman untuk menyerahkan sesuatu benda tertentu. 5
Pelaksanaan putusan hakim tidak lain merupakan realisasi dari kewajiban
pihak yang bersangkutan tertutama pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi
yang tercantum dalam putusan Hakim. Prestasi merupakan kewajiban pihak
yang dilakahkan untuk melaksanakan putusan Hakim sesuai dengan bunyi
putusan Hakim. Pelaksanaan eksekusi dikenal asas-asas eksekusi sebagai berikut:
a. Putusan telah berkekuatan hukum tetap: putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap telah terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti
antara pihak yang berperkara. 6 Ada pengecualian terhadap asas ini yakni
2
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Bina Cipta, 1989), Hal12
3
Muhammad Nasir, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Djambatan, 2003), Hal 194.
4
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. V. cet. I. (Yogyakarta:
Liberty, 1998), Hal 209
5
Syprianus Aristeus, Eksekusi Ideal Perkara Perdata Berdasarkan Asas Keadilan
Korelasinya Dalam Upaya Mewujudkan Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan, (Jurnal
Penelitian Hukum De Jure; Volume 20, Nomor 3, September 2020), Hal 382
6
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hal 6
4
7
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. V. cet. I. (Yogyakarta:
Liberty, 1998), Hal 209
8
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Hal 19
9
Rahmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, (Jakarta: Eresco, 1997), Hal 106
5
11
Depri Liber Sonata, Permasalahan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Putusan Pengadilan
Dalam Perkara Perdata dalam Praktik, (Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-
Agustus 2012), Hal 13
12
A Hashfi Luthfi, Ro’fah Setyowati, Siti Malikatun Badriyah, Akibat Hukum Terhadap
Eksekusi Lelang Dengan Tanpa Adanya Putusan Pengadilan, (Jurnal Law Reform Program Studi
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Volume 12, Nomor 2, Tahun
2016), Hal 174
13
Zulkarnaen, Penyitaan dan Eksekusi, (Bandung: Pustaka setia, 2017), Hal 375
7
Penjual. Asas ini mencegah adanya persaingan usaha yang tidak sehat dan
mencegah adanya praktek Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN).14
b. Asas Keadilan, adanya ketentuan tidak berpihak sebagaimana Pasal 11 huruf a
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 119/PMK.07 /2005 tentang Pejabat
Lelang Kelas II yang menyebutkan bahwa Pejabat Lelang dalam
melaksanakan jabatannya berkewajiban antara lain bertindak jujur, seksama,
mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait. Asas
keadilan mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan lelang
harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap pihak yang
berkepentingan. Asas ini untuk mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat
Lelang kepada peserta lelang tertentu atau berpihak hanya pada kepentingan
penjual. Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi, penjual tidak boleh
menentukan nilailimit secara sewenang-wenang yang berakibat merugikan
pihak tereksekusi. 15
c. Asas Kepastian Hukum, pelaksanaan lelang harus memberikan perlindungan
hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Asas Kepastian Hukum
menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya
perlindungan hukum bagi pihak-Pihak yang berkepentingan dalam
pelaksanaan Lelang. Setiap pelaksanaan lelang dibuat risalah Lelang oleh
pejabat Lelang yang merupakan akte Otentik. Risalah Lelang digunakan
penjual/pemilik barang, pembeli dan pejabat Lelang untuk mempertahankan
dan melaksanakan hak dan kewajibannya. 16 Setiap pelaksanaan lelang dibuat
Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik. Risalah
lelang dipergunakan penjual/pemilik barang, pembeli dan Pejabat Lelang
untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajibannya. Adanya
ketentuan tersebut sebagaimana Pasal 11 huruf g Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 119/PMK.07/2005 tentang kewajiban Pejabat Lelang Kelas II untuk
membuat minuta Risalah Lelang dan menyimpannya.
14
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Hal 25
15
Ibid, Hal 26
16
Zulkarnaen, Penyitaan dan Eksekusi, (Bandung: Pustaka Setia, 2017), Hal 376
8
d. Asas Efisiensi. Asas ini berkaitan dengan waktu, dimana lelang dilakukan
pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan, dan transaksi terjadi
pada saat itu juga. Lelang merupakan penjualan tanpa perantara dalam
mencari pembeli secara cepat, dan barang terjual cepat. Disamping itu,
pembayaran harga lelang juga harus tunai yaitu 3 (tiga) hari kerja setelah
lelang dilakukan sehingga terdapat efisiensi waktu.
e. Asas Akuntabilitas. Lelang harus dilakukan dihadapan Pejabat Lelang yang
merupakan pejabat umum yang diangkat oleh Menteri Keuangan dan
hasilnya harus dituangkan dalam risalah lelang oleh pejabat lelang sebagai
bukti pelaksanaan lelang. Artinya, pelaksanaan lelang harus dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini Pejabat Lelang harus bersifat
imparsial yaitu tidak boleh memihak. Lelang yang dilaksanakan oleh Pejabat
Lelang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang
berkepentingan. Pertanggungjawaban Pejabat Lelang meliputi adminitasi
lelang dan pengelolaan uang lelang. 17
Relevansi penerapan asas-asas lelang dengan asas-asas eksekusi perkara
perdata adalah untuk menjamin keadilan dan kepastian hukum. Keadilan pada
dasarnya adalah sikap tidak memihak, saling menguntungkan, saling menghargai
secara timbal balik. Adanya keharusan bahwa negara dengan aparaturnya harus
tunduk pada hukum yang berlaku, maka dibuka akses yang luas untuk
memperoleh keadilan bagi yang membutuhkan dan hukum harus ditegakkan
secara adil, sama rata, dan pasti. 18
Pelaksanaan lelang dilakukan di muka umum
adalah untuk menjamin terlaksananya lelang secara transparan dan dapat
menghindari kolusi antara penjual dengan sekelompok pembeli sehingga proses
lelang dapat dikategorikan telah memenuhi asas akuntabilitas yang baik. 19
Lelang difungsikan untuk mendukung upaya penegakan hukum dan
pengelolaan kekayaan negara. Peranan Pejabat Lelang sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kepastian hukum. Agar Risalah Lelang dapat sempurna dilaksanakan
17
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), Hal 28
18
Diah Sulistyani Ratna Sediati, Peranan Pejabat Lelang Kelas II Dalam Pelaksanaan
Lelang di Indonesia, (Jurnal MMH Vol 39 No. 2, Juni 2010), Hal 142
19
Suarti, Eni., dan Ismail, Atika, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang dan
Lelang., (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September 2021), hal 29
9
dan menjamin kepastian hukum, maka Pejabat Lelang harus menguasai peraturan
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat menjalankan
secara jujur, tegas dan konsekuen, mandiri, tidak berpihak, tidak menjalankan
jabatan di luar wilayah kewenangannya, menjaga kepentingan para pihak. Pejabat
Lelang tidak hanya menyaksikan lelang tetapi justru menyelenggarakan lelang itu
sendiri dan juga membuat akta otentik. Risalah Lelang yang merupakan produk
hukum Pejabat Lelang statusnya sama dengan Akta Otentik karena memenugi
syarat-syarat sebagai akta otentik.20
Dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan lelang memiliki 3 (tiga) manfaat
umum. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan penjualan lelang, sebagaimana
diatur dalam banyak peraturan perundang-undangan. Kedua, untuk memenuhi
atau melaksanakan putusan peradilan atau lembaga penyelesaian sengketa
berdasarkan undang-undang dalam rangka penegakan keadilan (law enforcement).
Ketiga untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha pada umumnya, produsen atau
pemilik benda pribadi dimungkinkan melakukan penjualan lelang.21
menjual barang yang akan dilelang. Biasanya peserta lelang datang ke KPKNL
tanpa dibekali pengetahuan tentang tata cara lelang sehingga pelaksanaan lelang
akan terhambat, dan selesai lebih lama. Masalah yang kemudian timbul,
akan terjadinya penundaan pelaksanaan lelang oleh petugas lelang sehingga
peserta yang lain juga akan mengalami penundaan acara lelang yang sudah
teragenda.22 Upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut antara lain
adalah: melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi KPKNL,
menyebarkan brosur mengenai lelang, dan mempersilahkan masyarakat untuk
melihat secara langsung proses lelang yang diadakan Kantor Pelayanan Piutang
dan Lelang Negara (KP2NL).
Peluang saat ini adalah masyarakat diberi kemudahan di dalam mengikuti
lelang karena Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) melalui KPKNL
mengembangkan lelang secara online melalui aplikasi E-Auction. Aplikasi
berbasis internet ini dapat diakses melalui https://www.lelang.go.id. atau dapat
diunduh melalui Play Store atau App Store. Aplikasi E-Auction ini adalah produk
layanan unggulan DJKN sehingga lelang semakin modern, dilaksanakan dengan
tidak mengharuskan peserta lelang datang ke tempat pelaksanaan lelang.
Kemudahan memberikan dampak peserta tidak perlu mengeluarkan biaya besar
untuk hadir dalam pelaksanaan lelang serta melakukan penawaran lelang sebatas
kemampuannya tanpa ada tekanan dari peserta pesaing dari pihak lain.23
Adanya E-Auction ini diharapkan menjadi suatu modernisasi lelang
mengikuti perkembangan dunia teknologi, selanjutnya akan menciptakan citra
lelang semakin membaik dan akan lebih memasyarakat untuk lebih mewujudkan
pelaksanaan lelang yang lebih efisien, transparan dan akuntabel, mengikuti
perkembangan teknologi serta menjawab kebutuhan masyarakat, sekaligus
meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berupa Bea Lelang. 24
22
Eni Suarti dan Atika Ismail, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang dan
Lelang, (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September 2021), Hal 48.
23
Arifin Nurhartanto, Bedah Sistem Lelang di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Keuangan
Republik Indonesia, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13139/Bedah-Sistem-Lelang-
di-Indonesia.html, Mei 2020), Hal 4
24
Shinta Oktaviani, Keabsahan Pelaksanaan Lelang Melalui Sosial Media Instagra, (Jurnal
Kertha Semaya, Vol. 9 No. 12 Tahun 2021), Hal 2409
11
sendiri. Merujuk pada Pasal 2 PMK No.27/2016 yang mengatur bahwa “Setiap
pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau di hadapan Pejabat Lelang,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah”. Oleh
karena itu pelaksanaan lelang online ke depan harus dipimpin oleh seorang
Pejabat Umum, yaitu Pejabat Umum yang mandiri disertai alat bukti akta
autentik berupa Risalah Lelang.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Penerapan asas-asas eksekusi perkara perdata di lembaga lelang adalah
hanya melaksanakan lelang terhadap putusan yang berkekuatan hukum
tetap atau putusan yang bersifat kondemnatoir. Lembaga yang berwenang
melaksanakan lelang eksekusi adalah Kantor Lelang Negara sedangkan
untuk lelang sukarela dapat dilaksanakan oleh Kantor Lelang Negara atau
Balai Lelang Swasta
b. Relevansi penerapan asas-asas lelang dengan asas-asas eksekusi perkara
perdata adalah untuk menjamin asas keterbukaan, keadilan, kepastian
hukum, efisiensi dan akuntabilitas. Pelaksanaan lelang dilakukan di muka
umum adalah untuk menjamin terlaksananya lelang secara transparan dan
akuntabel. Lelang difungsikan untuk mendukung upaya penegakan hukum
dan menjamin kepastian hukum.
c. Peluang lembaga lelang adalah sudah diakuinya keabsahan lelang secara
online sehingga semakin memudahkan masyarakat mengikuti lelang.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana risalah lelang yang telah
diikuti secara online dapat diakui sebagai akta otentik.
2. Saran
a. Saran bagi masyarakat adalah diharapkan dengan berbagai keunggulan dan
kemudahan yang ada, masyarakat lebih mudah mengikuti lelang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Eni Suarti dan Atika Ismail, Pelaksanaan Lelang oleh Kantor Pelayanan Piutang
dan Lelang, (Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 06 No. 01 September
2021).
Ralang Hartati dan Syafrida, Hambatan Dalam Eksekusi Perkara Perdata. (ADIL:
Jurnal Hukum Vol.12 No.1, 2021).