Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG


NOMOR: 323/Pdt.G/2018/PNBdg TERKAIT PEMBERIAN WASIAT
DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM WARIS PERDATA

A. Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri


Bandung Nomor: 323/Pdt.G/2018/PNBdg Terkait Pemberian Wasiat
Dihubungkan Dengan Hukum Waris Perdata
Pengadilan Negeri Bandung Klas I A Khusus sebagai pengadilan tingkat
pertama, telah menyelesaikan perkara tanah warisan yang disebabkan karena
dengan tanpa hak telah menguasai dan menggarap tanah waris objek sengketa
milik almarhum Neneng Sastramidjaja, secara sepihak dan melawan hukum
dengan perkara Nomor 323/Pdt.G/2018/PNBdg. Berdasarkan ketentuan di atas,
untuk segala putusan yang dijatuhkan atau dikeluarkan oleh setiap pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum, selain memuat rumusan Kepala Putusan
Pengadilan Negeri, harus memuat pertimbangan.
Pertimbangan Majelis Hakim merupakan salah satu aspek terpenting
dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu
juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga
pertimbangan Hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila
pertimbangan Hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang
berasal dari pertimbangan Hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi
Mahkamah Agung.1
Pertimbangan (konsideran) merupakan dasar dari putusan. Pertimbangan
dari putusan merupakan alasan-alasan Hakim sebagai pertanggungjawaban kepada
masyarakat mengapa ia sampai mengambil putusan demikian (obyektif). Alasan
dan dasar daripada putusan harus dimuat dalam putusan. 2 Bagian pertimbangan
terdiri dari dua hal, yaitu:
1. Pertimbangan tentang duduk perkaranya (peristiwa), yakni pokok
persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak disangkal.
1
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hlm.140.
2
Pasal 184 HIR/195 RBG/53 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman.
Ketentuan tersebut mengharuskan setiap putusan memuat ringkasan
yang jelas dari gugatan penggugat, jawaban Tergugat, replik, duplik,
pembuktian atau fakta-fakta kejadian.
2. Pertimbangan tentang hukumnya
Pertimbangan tentang hukumnya memuat penilaian Majelis Hakim,
tentang segala hal yang termuat di dalam uraian pertimbangan tentang
duduk perkara atau peristiwanya, alasan-alasan hukum yang menjadi
dasar putusan, pasal-pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan, dan dasar hukum tidak tertulis yang menjadi dasar
untuk mengadili (jika ada).3
Pertimbangan hukum dan dasar hukum terdiri atas alasan memutus
(pertimbangan) yang dimulai dengan kata “menimbang” dan dari dasar memutus
yang dimulai dengan kata “mengingat.”
Majelis Hakim dalam memutus suatu perkara dalam menyelesaikan suatu
perkara yang telah diajukan kepadanya, Majelis Hakim harus mempunyai
pertimbangan-pertimbangan hukum yang jelas sebagai dasar dalam memutus
suatu perkara khususnya terkait masalah waris, guna membawa kemanfaatan serta
rasa keadilan bagi para pihak.
Pasal 62 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 menentukan bahwa segala
penetapan dan putusan Pengadilan, selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-
dasarnya juga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili. Selanjutnya ketentua Pasal 50 UU Kekuasaan Kehakiman menentukan
bahwa:
(1) “Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan,
juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
untuk mengadili.
(2) Tiap putusan pengadilan harus ditandatangani oleh ketua serta
Hakim yang memutus dan panitera yang ikut serta bersidang.”
Ketentuan Pasal 50 UU Kekuasaan Kehakiman rumusannya sama dengan
ketentuan Pasal 62 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989, hanya terdapat sedikit
tambahan setelah kata “segala” diawal bunyi pasal yakni kata “penetapan” dan

Taufiq Hamami, op.cit., hlm. 181.


3
“putusan” itu dirumuskan kata-kata dasarnya (tanpa koma).4 Dalam pemeriksaan
suatu perkara juga memerlukan adanya pembuktian, yang mana hasil dari
pembuktian itu akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memutus
perkara.
Pembuktian merupakan tahap yang paling penting dalam pemeriksaan di
persidangan. Pembuktian bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa suatu
peristiwa atau fakta yang diajukan itu benar-benar terjadi, guna mendapatkan
putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat menjatuhkan suatu putusan
sebelum nyata baginya bahwa peristiwa atau fakta tersebut benar-benar terjadi,
yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga nampak adanya hubungan hukum antara
para pihak.5
Dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan
pengadilan perlu di dasarkan kepada teori dan hasil penelitian yang saling
berkaitan sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal dan seimbang
dalam tataran teori dan praktek. Salah satu usaha untuk mencapai kepastian
hukum kehakiman, yang mana Hakim merupakan aparat penegak hukum melalui
putusannya dapat menjadi tolak ukur tercapainya suatu kepastian hukum.
Dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Cimahi dalam memutus
perkara Nomor: 323/Pdt.G/2018/PNBdg , tentang gugat waris, yaitu:
Menimbang, setelah Majelis Hakim mencermati jawaban Tergugat terhadap
gugatan Para Penggugat, ternyata meskipun dalam jawaban itu tidak disebut
secara tegas sebagai gugatan Rekonpensi namun di dalamnya mengandung Gugat
Rekonpensi, maka rekonpensi itu harus ditempatkan dalam gugat rekonpensi,
sehingga dalam pertimbangan putusan ini akan disusun dalam Konpensi, Dalam
Rekonpensi, dan Dalam Konpensi dan Rekonpensi.
Gugatan Konpensi adalah gugatan yang mulanya diajukan oleh
Penggugat, yang memuat tuntutan hak kepada pihak Tergugat yang di dalamnya
mengandung suatu sengketa dan merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara
dan suatu pembuktian kebenaran suatu hak.6 Pertimbangan Majelis Hakim
terhadap Gugatan Konpensi yaitu:

4
Taufiq Hamami, Kedudukan dan Eksistensi.....,op.cit., hlm. 178
5
Ibid., hlm. 141.
6
Mardani, op.cit., hlm. 80.
Menimbang, para pihak telah melalui upaya penyelesaian perkara prosedur
Mediasi, seperti diamanatkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2016, telah ditempuh sedemikian rupa akan tetapi tidak berhasil,
Majelis Hakim juga telah berupaya mendamaikan para pihak untuk berdamai
seperti diamanatkan Pasal 130 HIR, akan tetapi tidak berhasil, sehingga perkara a
quo patut diselesaikan melalui proses litigasi.
Menimbang, bahwa Tergugat dalam eksepsinya mendalilkan pada
pokoknya Penggugat sebagaimana posita angka 2 yang mendalilkan pada
pokoknya pewaris meninggalkan harta warisan salah satunya objek sengketa
dalam gugatan a quo, telah bertentangan dengan posita angka 6 yang
menyatakan pada pokoknya Penggugat baru mengetahui atas adanya objek
sengketa sebagai harta warisan pewaris. Dan kemudian tidak jelasnya
hubungan antara Penggugat dan Tergugat dengan objek sengketa
Menimbang, bahwa Penggugat dalam repliknya menyatakan pada
pokoknya eksepsi Tergugat tersebut keliru karena yang menjadi pokok masalah
dari gugatan a quo adalah sengketa hak atas harta warisan, hal mana objek
sengketa tersebut berada dalam penguasaan Tergugat.
Permohonan demikian adalah tepat, oleh karena yang dimaksud dalam
Perkara ini adalah sengketa hak atas harta warisan dimana tanah warisan itu
dikuasai oleh Tergugat, Namun yang dipermasalahkan oleh Penggugat dalam
eksepsi Tergugat yaitu keliru dalam menarik pokok permasalahan.
Menimbang, bahwa berdasarkan jawaban Turut Tergugat I, dijelaskan
pada pokoknya menerangkan lokasi objek sengketa berupa persil Nomor 54 b S.II
Kohir Nomor C 548 kini termasuk dalam wilayah Kelurahan Wates, Kecamatan
Bandung Kidul, Kota Bandung, dan hingga kini buku C atas objek sengketa masih
berada di Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
tercatat atas nama N. Sastramidjaja Neneng dan belum diserahterimakan kepada
turut tergugat I.
Menimbang, bahwa berdasarkan jawaban turut tergugat II, dijelaskan pada
pokoknya menerangkan lokasi objek sengketa berupa persil Nomor 54 b S.II
Kohir Nomor C 548 kini termasuk dalam wilayah Kelurahan Wates, Kecamatan
Bandung Kidul, Kota Bandung, dan hingga kini buku C atas objek sengketa masih
berada di Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
tercatat atas nama N. Sastramidjaja Neneng dan belum diserahterimakan kepada
Turut Tergugat I. Dan hingga kini belum pernah terjadi mutase hak (kepemilikan)
dalam bentuk apapun kepada pihak manapun, dan masih tercatat atas nama N.
Sastramidjaja Neneng
Menimbang, bahwa yang menjadi persengketaan antara kedua belah pihak
adalah mengenai perbuatan melawan hukum berkenaan dengan penguasaan atas
objek sengketa berupa sebagian tanah dari persil Nomor 54 b S.II Kohir Nomor C
548 atas nama N. Sastramidjaja Neneng seluas ± 5.800 m2, terletak di wilayah
Kelurahan Wates, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, setempat dikenal
sebagai Blok Jantra/Mengger, yang dipergunakan sebagai kolam ikan oleh
Tergugat
Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut di atas maka Majelis Hakim
perlu mempertimbangkan terlebih dahulu tenggang waktu gugatan sebagaimana
dalam eksepsi Tergugat
Pertimbangan Majelis Hakim terhadap pembagian waris pada Putusan
Pengadilan Negeri Bandung Nomor : 323/Pdt.G/2018/PNBdg , di dasarkan pada
duduk perkara bahwa sebagian tanah pada Persil Nomor 54 b S.II Kohir Nomor C
548 seluas + 25.660 m2 atas nama N. Sastramidjaja Neneng, maka Penggugat
haruslah membuktikan kedudukannya tersebut dalam gugatan ini sebagai pihak
yang berkepentingan dengan objek sengketa;
Menimbang, bahwa mengenai gugatan Para Penggugat tentang permintaan
putusan dapat dijalankan atau dilaksanakan terlebih dahulu (Uitvoerbaar bij
voorrad), meskipun ada upaya hukum Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali
maupun Upaya Hukum lainnya, adalah tidak relevan dan karenanya harus ditolak.
Bahwa untuk menjatuhkan putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu dan
melaksanakan putusan tersebut, meskipun pihak yang dikalahkan mengajukan
upaya hukum, apabila salah satu syarat yang termuat dalam Pasal 54 Rv.
terpenuhi, mengingat syarat putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu tidak
bersifat kumulatif, melainkan bersifat alternatif. Sedangkan apabila hanya terdapat
syarat seperti apa yang termuat dalam Pasal 55 Rv/Pasal 180 ayat (1) HIR,
hendaknya berhati-hati sebelum putusan dengan ketentuan tersebut dijatuhkan.
Dalam persoalan warisan yang menyangkut tanah milik yang selama bertahun-
tahun dikuasai oleh pihak Tergugat, maka putusan tidak dapat diberikan dengan
ketentuan uitvoerbaar bij voorraad, mengingat pengabulan dan pelaksanaan
putusan tersebut dapat menimbulkan resiko yang sangat besar bagi Pengadilan,
terutama dalam mengembalikan kondisi para pihak kepada keadaan semula,
tentunya ketika putusan itu dibatalkan pada tingkat banding atau kasasi. Untuk itu
kiranya majelis Hakim yang menangani perkara senantiasa memperhatikan dan
menaati dengan sungguh-sungguh syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum
mengabulkan tuntutan putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu atau
uitvoerbaar bij voorraad sebagaimana yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan, seperti HIR. dan RBg., maupun dalam S.E.M.A yang telah dikeluarkan
oleh Mahkamah Agung. Sebab meskipun S.E.M.A bukanlah merupakan dasar
hukum yang dapat mengikat Hakim sebagaimana undang-undang, akan tetapi
S.E.M.A merupakan sumber tempat Hakim dalam menggali hukum acara perdata
maupun hukum perdata materiil.
Dalam rangka menghemat biaya, menyederhanakan prosedur dan
menghindarkan putusan-putusan yang bertentangan satu sama lain, Pasal 132 a
HIR dan 132 b HIR membuka kesempatan kepada pihak Tergugat untuk
mengajukan gugat balik (rekonpensi gugat balas). Gugatan Rekonpensi atau gugat
balik adalah gugatan yang diajukan oleh Tergugat terhadap Penggugat dalam
sengketa yang sedang berjalan antara mereka. 7 Dalam hal demikian, Penggugat
dalam gugatan pertama atau gugat konpensi disebut sebagai pihak Penggugat
dalam konpensi Tergugat dalam rekonpensi (gedaagde in reconventie), sedangkan
pihak Tergugat asli disebut Tergugat dalam Konpensi/Penggugat dalam
Rekonpensi (eisher in reconventie).8
Menimbang, bahwa tenyata dalam persidangan gugatan rekonpensi
dimaksud di samping ditolak oleh Para Penggugat juga objek-objek gugatannya
tidak jelas (kabur), dengan demikian maka gugatan rekonpensi yang demikian itu
harus dinyatakan kabur atau tidak jelas atau Obscuur Libel sehingga karenanya
tidak dapat diterima (NO/Niet Ontvankelijke Veklaard).

Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 117.


7

Krisna Harahap, Hukum Acara Perdata : Mediasi, Class Action, Arbitrase&Alternatife


8

(Bandung: Thursina Mediana Utama, 2017), hlm. 69.


Menimbang bahwa, para penggugat tidak seluruhnya di pihak yang
menang, dan demikian juga Tergugat tidak sepenuhnya dipihak yang kalah, maka
biaya perkara ini dibebankan kepada Para Penggugat dan Tergugat secara
tanggung renteng yang jumlahnya sebagaimana tersebut dalam dictum putusan ini.
Mengingat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syara’ yang
berkaitan dengan perkara ini.
Dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Cimahi tersebut sangat erat
kaitannya dengan Pasal 1965 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “itikad baik
harus selalu dianggap ada, dan barangsiapa mengajukan tuntutan atas dasar itikad
buruk, wajib membuktikannya.
Dari keseluruhan dasar pertimbangan hukum yang digunakan oleh Mejelis
Hakim dalam menyelesaikan perkara Nomor: 5113/Pdt.G/2016/PA.Cmi, dapat
diketahui bahwa yang dijadikan dasar hukum khususnya adalah Hukum Waris
Perdata dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Dasar pertimbangan hukum yang digunakan telah sesuai sebagaimana
yang diatur dalam hukum Waris Perdata, karena dasar hukum yang digunakan
harus dua macam yaitu hukum waris dan hukum positif. Hukum positif yang
digunakan dalam pertimbangan Majelis Hakim di atas yaitu ketentuan dalam
Pasal 830 dan Pasal 833 KUHPerdata.

B. Amar Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor:


323/Pdt.G/2018/PNBdg Terkait Pemberian Wasiat Dihubungkan Dengan
Hukum Waris Perdata
Setelah pertimbangan lalu Maelis Hakim menjatuhkan Amar putusan atau
dictum. Pada hakikatnya amar atau dictum merupakan jawaban terhadap petitum
daripada gugatan. Dalam mengadili suatu perkara Hakim wajib mengadili semua
bagian daripada tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang
tidak dituntut atau mengabulkan lebih daripada yang dituntut.9 Dalam memeriksa
dan memutus perkara Hakim harus bertanggung jawab atas penetapan atau
putusan yang dibuatnya. Putusan atau penetapan harus memuat pertimbangan
hukum Hakim yang di dasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan

Pasal 178 Ayat (2) dan (3) HIR/189 Ayat (2) dan (3) RBG.
9
benar.10 Amar atau dictum dapat bersifat deklaratif dan dispositif. Dikatakan
deklaratif apabila amar itu merupakan penetapan daripada hubungan hukum yang
menjadi sengketa, disebut dispositif apabila memberi hukum atau hukumnya
mengabulkan atau menolak gugatan. Amar putusan atau dictum adalah isi
daripada putusan itu sendiri sebagai jawaban daripada petitum. Penuangannya
diawali dengan kata-kata MENGADILI.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung sebagai pengadilan tingkat
pertama yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara Gugatan Warisan
dengan Nomor: 323/Pdt.G/2018/PNBdg diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum dengan dihadiri oleh Kuasa Para Penggugat dan Tergugat.
MENGADILI
Dalam Konpensi
1. Mengabulkan Gugatan Konpensi untuk sebagian.
Hal ini menandakan bahwa gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat
tidak dikabulkan semuanya, karena di dalam pertimbangan Majelis Hakim
terdapat gugatan yang tidak diterima, seperti:
a. Tidak ada melakukan sita jaminan dalam perkara ini. Karena
menurut Majelis Hakim penyitaan sebagai tindakan yang bersifat
eksepsional, harus benar-benar dilakukan dengan cermat
berdasarkan alasan yang kuat dan harus memenuhi alasan pokok
permintaan sita menurut Pasal 227 HIR maupun Pasal 720 RV
tentang adanya kekhawatiran atau persangkaan yang nyata dan
beralasan objektif tentang Tergugat mencari akal untuk
menggelapkan atau mengasingkan harta kekayaannya, oleh
karenanya petitum ini haruslah ditolak
b. Gugatan Para Penggugat tentang dihukum untuk membayar uang
paksa sebesar Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah) setiap hari jika
lalai melaksanakan putusan ini, menurut pendapat Majelis Hakim
tidak memiliki kepentingan yang urgent dan berlebihan, sehingga
oleh karena itu haruslah dinyatakan ditolak

10
Pasal 60 A UU No. 50 Tahun 2009.
c. Bahwa terhadap petitum angka 10 yang menuntut agar putusan
ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, walaupun ada upaya
hukum verzet dan banding (uitvoerbaar bij voorraad), haruslah
memenuhi persyaratan sebagaimana dikehendaki pasal 180 HIR
serta Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor: 3 Tahun 2000
dan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor: 4 Tahun 2001,
dan setelah meneliti bukti-bukti yang diajukan Penggugat,
Majelis Hakim menilai tidak memenuhi syarat untuk dikabulkan,
sehingga oleh karena itu tuntutan pada petitum ini haruslah
dinyatakan ditolak
2. Menyatakan (1). Eucharia binti Sastramidjaja (PENGGUGAT)
(2).Ir. Sulaeman Sastramidjaja bin Neneng Sastramidjaja
(3).Achmad Hidayat bin Sastramidjaja
(4) Colih Sastramidjaja bin Neneng Sastramidjaja (5). Dewi
Trijati binti Ilen Surianegara alias Dewi Djarot (6). Kemal
Surianegara bin Ilen Surianegara dan (7) Mira binti Ilen
Surianegara alias Mira Rahardjo Djarot adalah ahli waris yang sah
dari almarhum Neneng Sastramidjaja
Pernyataan Majelis Hakim terhadap meninggalnya almarhumah
di dasarkan atas pertimbangan majelis Hakim dengan adanya
berdasarkan bukti P-1 berupa Penetapan Pengadilan Agama Kelas IA
Bandung Nomor 272/Pdt.P/2017/PA.Bdg, tertanggal 15 Juni 2017,
diperoleh fakta bahwa ahli waris N. Sastramidjaja Neneng tersebut
antara lain :
1. Ir. Sulaeman Sastramidjaja bin Neneng Sastramidjaja,
2. Eucharia binti Neneng Sastramidjaja,
3. Achmad Hidayat Sastramidjaja bin Neneng Sastramidjaja,
4. Colih Sastramidjaja bin Neneng Sastramidjaja,
5. Dewi Trijati binti Ilen Surianegara,
6. Kemal Surianegara bin Ilen Surianegara, dan
7. Mira binti Ilen Surianegara
oleh karena itu cukup beralasan bagi Majelis Hakim untuk mengabulkan
petitum angka 2 dan angka 4.
1. Menyatakan tanah waris objek sengketa seluas + 5800 M²
merupakan bagian dari luas tanah Persil Nomor 54 b S.II Kohir
Nomor C 548 seluas + 25.660 M² terletak di Blok
Jantra/Mengger, Kelurahan Wates, Kecamatan Bandung Kidul,
Kota Bandung tercatat dalam Buku C Kelurahan Pasawahan
atas nama N. Sastramidjaja Neneng alias Neneng Sastramidjaja
dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara : Tanah
Persil 52 ;
Selatan : Tamanjalan
Tol Barat :Persil 51
dan tanah Batununggal
Timur :Tanah
Batununggal;
adalah harta warisan peninggalan dari almarhum Neneng
Sastramidjaja alias N. Sastramidjaja Neneng.
objek sengketa seluas 5800 M2 merupakan bagian dari Persil Nomor
54 b S.II Kohir Nomor C 548 seluas ± 25.660 M² terletak di Blok
Jantra/Mengger, Kelurahan Wates, Kecamatan Bandung Kidul, Kota
Bandung tercatat dalam Buku C Kelurahan Pasawahan atas nama N.
Sastramidjaja Neneng alias Neneng Sastramidjaja, maka beralasan
hukum pula petitum angka angka 5 untuk dikabulkan
2. Menyatakan PENGGUGAT dan segenap ahli waris lain pada
petitum butir 2 di atas adalah sebagai ahli waris yang sah dari
almarhum Neneng Sastramidjaja alias N. Sastramidjaja Neneng dan
karenanya selaku pemilik sah dari tanah waris objek sengketa
3. Menyatakan penguasaan dan penggarapan TERGUGAT atas
sebagian tanah waris objek sengketa adalah tanpa alas hak sah dan
karenanya merupakan perbuatan melawan hukum yang telah
merugikan PENGGUGAT selaku ahli waris dari dan segenap ahli
waris lain yang sah dari almarhum Neneng Sastramidjaja
4. Menghukum TERGUGAT atau pihak lain yang menerima hak dari
padanya untuk mengosongkan dan menyerahkan tanah waris objek
sengketa
objek sengketa tercatat dalam Buku C Kelurahan Pasawahan atas
nama N. Sastramidjaja Neneng alias Neneng Sastramidjaja maka
Tergugat atau siapa saja yang memperoleh hak dari padanya
haruslah dihukum untuk mengosongkan dan menyerahkan objek
sengketa kepada Penggugat
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya yang timbul
akibat adanya gugatan ini
oleh karena gugatan Penggugat dikabulkan sebagian dan Tergugat
berada di pihak yang kalah, maka Tergugat harus dihukum untuk
membayar biaya perkara yang besarnya sebagaimana disebutkan
dalam amar putusan ini
6. Menghukum TURUT TERGUGAT I dan TURUT TERGUGAT II
untuk tunduk dan taat pada bunyi putusan perkara ini
dengan demikian Turut Tergugat I dan Tergugat II haruslah
dihukum untuk tunduk dan patuh terhadap putusan ini
7. Menolak gugtan Penggugat untuk selain dan selebihnya
berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim
berpendapat gugatan Penggugat dapat dikabulkan sebagian
Dalam Rekonpensi
Menyatakan gugat rekovensi tidak dapat diterima.
Gugatan rekopensi tidak diterima karena di dalam pertimbangannya
majelis Hakim berpendapat bahwa tenyata dalam persidangan gugatan
rekonpensi dimaksud di samping ditolak oleh Para Penggugat juga objek-
objek gugatannya tidak jelas (kabur), dengan demikian maka gugatan
rekonpensi yang demikian itu harus error in persona maupun error in
objecto sehingga karenanya tidak dapat diterima (NO/Niet Ontvankelijke
Veklaard).
Dalam Konpensi dan Rekonpensi
Menghukum Tergugat dalam Konvensi / Penggugat dalam Rekonvensi
untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp2.586.000,00 ( dua juta lima
ratus delapan puluh enam ribu rupiah).
Para Pihak yaitu Para Penggugat dan Tergugat secara tanggung renteng
membayar biaya perkara ini. Amar putusan demikian mengandung arti
Condemnatoir. Demikian ditetapkan pada hari Rabu tanggal 07 Februari
2019 oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri di Bandung yang terdiri dari
JUDIJANTO HADI LAKSANA, S.H.sebagai Ketua Majelis dan SRI
KUNCORO, S.H.M.H. serta TARDI, S.H masing-masing sebagai Hakim
Anggota dengan dibantu UMIYATI, S.H.sebagai Panitera Pengganti,
putusan mana pada hari itu juga diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
dengan dihadiri oleh Kuasa Para Penggugat dan Tergugat. Setiap putusan
harus diberi materai dan ditandatangi oleh Majelis Hakim serta Panitera yang
ikut bersidang (Pasal 184 Ayat 3 HIR, 195 Ayat 3 RBG, Pasal 50 ayat (2) UU
Kekuasaan Kehakiman).

Anda mungkin juga menyukai