Anda di halaman 1dari 41

KAJI ULANG PARAMETER HIDROLIKA

BENDUNG CISOKAN DI KABUPATEN CIANJUR


JAWA BARAT

TULUS WIJAYA SAPTO AJI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kaji Ulang Parameter
Hidrolika Bendung Cisokan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat” adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2017

Tulus Wijaya Sapto Aji


NIM F44130040
ABSTRAK

TULUS WIJAYA SAPTO AJI. Kaji Ulang Parameter Hidrolika Bendung Cisokan
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh PRASTOWO.

Bendung merupakan bangunan yang digunakan untuk menyadap aliran air sehingga
muka air dapat dinaikkan hingga ketinggian tertentu. Fungsi bendung ini selain
dapat mempertinggi muka aliran sungai yaitu dapat pula membelokkan air sehingga
dapat mengalir ke saluran untuk keperluan irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan dimensi hidrolika serta debit limpasan pada Bendung dan saluran
irigasi di Sungai Cisokan untuk dibandingkan dengan debit banjir sungai dan debit
sungai selama bulan Maret 2017. Metode untuk menentukan dimensi bendung
sesuai dengan KP-02 untuk bendung, dan KP-03 untuk saluran dimana untuk
menentukan kapasitas bendung memerlukan perhitungan lebar efektif bendung, dan
tinggi energi, serta perhitungan-perhitungan lain untuk menentukan dimensi dalam
desain hidrolika bendung. Berdasarkan dari hasil pertimbangan elevasi muka air
rencana pada bangunan paling hulu, kehilangan tinggi dari alat ukur, kehilangan
tinggi energi pada intake, beda tinggi akibat sedimen, dan faktor keamanan. Elevasi
muka air di hulu bendung dari hasil perhitungan berada pada 371,24 meter. Lebar
rata-rata sungai diperoleh sebesar 53,99 meter, sedangkan untuk lebar total bendung
54,5. Lebar efektif bendung yang telah dihitung sebelumnya yaitu sebesar 54,21
meter. Kecepatan awal loncatan air pada bendung dari hasil perhitungan diperoleh
sebesar 10,54 m/detik dimana bilangan froudenya sebesar 3,76. Hal ini
menunjukkan bahwa aliran air tergolong pada aliran superkritis. Panjang kolam
olak dari hasil perhitungan diperoleh 12,5 meter.. Bendung Cisokan memiliki tinggi
terjun sebesar 2,26 m yang diperoleh dari selisih antara tinggi muka air hulu dengan
tinggi muka air hilir. Elevasi Dekzerk terletak pada 373, 44 mdpl yang diperoleh
dari dari penjumlahan antara elevasi mercu bendung, tinggi energi, dan tinggi
jagaan. Panjang ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir (Lpi) dihitung
berdasarkan total dari panjang ujung tembok pangkal bendung sepanjang 3 meter
dan setengah dari panjang lantai peredam energi, dimana panjang dari lantai
peredam energi sebesar 10,5 meter. Sehingga diperoleh panjang ujung pangkal
tembok sebesar 9,25 meter. Tinggi energi air diatas mercu dari hasil plot pada grafik
MDO diperoleh sebesar 1,2 meter. Kapasitas maksimum pembendungan dapat
ditentukan berdasarkan parameter koefisien limpasan, lebar efektif bendung, dan
tinggi energi maksimum. Hasil perhitungan koefisien limpasan diperoleh sebesar
1,57. Berdasarkan hasil perhitungan ketiga parameter tersebut, kapasitas bendung
maksimum diperoleh sebesar 112,10 m3/detik. Jika dibandingkan debit banjir aktual
di lapangan, pada musim curah hujan diluar bulan Maret air pada bendung sudah
melimpas saat debit menyentuh angka 99,615 m3/detik. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya tumpukan sedimen pada dasar bendung. Sedimen yang menumpuk
dapat menyebabkan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapasitas debit yang dapat ditampung oleh bendung.
Sehingga sebaiknya dilakukan pengerukan sungai di daerah sekitar bendung agar
ketinggian sungai dapat kembali sesuai dengan ketinggian sungai rencana.
Kata Kunci: bendung, kapasitas, debit, lebar efektif, limpasan
ABSTRACT

TULUS WIJAYA SAPTO AJI. Review of Hidrolika Parameter of Cisokan Weir of


Cianjur Regency, West Java. Guided by PRASTOWO.

Weir is a building used to tap airflow so it can be raised to a certain height. The
function of this weir can increase the river flow that can also deflect the water so
that it can flow into the channel for irrigation purposes. This study is intended to
determine the hydrolic and runoff dimensions of the irrigation canals and drains in
the Cisokan River to compare with river flood discharge and river discharge during
March 2017. Methods for determining the weir dimensions correspond to KP-02
for weirs, and KP-03 for The channels in which to determine the weir capacity
require the calculation of the effective width of the weir, and the high energy, as
well as other calculations to determine the dimensions in the hydraulic design of
the weir. Based on the consideration of the elevation of the water level plan in the
uppermost building, the high loss of the measuring instrument, the high energy loss
at the intake, the high difference due to sediment, and the safety factor. The
elevation of the upstream surface of the weir from the calculation is at 371.24
meters. The average width of the river yields 53.99 meters, while for the total width
of the curve 54.5. The effective width of bend that has been calculated earlier is
equal to 54.21 meters. The initial speed of water jump on the weir from the
calculation of 10.54 m / sec which produces froude number 3.76. This shows the
water flow belonging to the supercritical flow. The length of the stilling basin from
the calculation of the discharge is 12.5 meters. Cisokan weir has a plunge height of
2.26 m which is raised from the difference between the upstream water level and
the downstream water level. Dekzerk elevation is at 373, 44 mdpl obtained from
the sum of the elevation of the weir, the high energy, and the height of the guard.
The length of the base of the upstream downstream weir wall (Lpi) is calculated
based on the total length of the end of the base of the basin along the 3 meters and
half of the floor length of the energy damper, where the length of the energy
dampening floor is 10.5 meters. The resulting length of the base of the wall is 9.25
meters. Higher water energy above the location of the plot on the MDO graph
generates 1.2 meters. Maximum capacity can be determined based on runoff
parameters, effective weir width, and maximum energy level. The result of the
runoff coefficient calculation is obtained 1,57. Based on the calculation of the three
parameters, the maximum weir capacity is obtained at 112.10 m3 / sec. When
compared to the actual flood discharge in the field, in the rainy season in the moon
air month in the weir has been overflowing when the discharge approaches 99.615
m3 / sec. This can happen because of the presence of sediment on the base of the
weir. The accumulated sediments can cause siltation of the river. The silting of these
rivers can lead to a decrease in the discharge capacity that can be accommodated
by weirs. How to do river dredging in the area around the weir so that the height
can go back in accordance with the plan.
Keywords: capacity, discharge, effective width, runoff, weir
KAJI ULANG PARAMETER HIDROLIKA BENDUNG CISOKAN
DI KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

TULUS WIJAYA SAPTO AJI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
Judul : Kaji Ulang Parameter Hidrolika Bendung Cisokan di Kabupaten
Cianjur Jawa Barat
Nama : Tulus Wijaya Sapto Aji
NIM : F44130040

Bogor, Juli 2017

Disetujui oleh
Pembimbing

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng


NIP. 19580217 198703 1 004

Diketahui oleh
Ketua Departemen/Program Studi

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA


NIP. 19580527 198103 2 001
vii

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa dengan
karunia dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kaji Ulang Parameter
Hidrolika Bendung Cisokan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat" dapat diselesaikan
dengan baik. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam membantu secara langsung maupun tidak langsung,
khususnya kepada:
1. Dr. Ir. Prastowo, M.Eng selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan,
2. Ibunda Sri Wulandari dan Ayahanda Rajab Sapto Aji dan seluruh keluarga atas
doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan,
3. Bapak Hendra Selaku Petugas Bendung Cisokan yang telah membantu dalam
proses pengambilan data di bendung.
4. Teman-teman terbaik, yaitu Ruth Kartika, Astri Salatin, Nur Rizky Aulia,
Umniah Hanesti, Sinta Agustia, Abang Zuhri, Lucky Rizkia Putra, Mohammad
Hamdani, Fauzan Muhammad Ilmi yang selalu mendukung dalam proses
penelitian.
5. Teman-teman SIL 50 yang telah memberikan dukungan.
Karya ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini tetap
bermanfaat bagi akademisi khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bogor, Juli 2017

Tulus Wijaya Sapto Aji


viii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI viii


PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan 1
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Debit Banjir Sungai 2
Dimensi Hidrolik Bendung 3
Perencanaan Mercu 4
Dimensi Saluran Irigasi 8
METODOLOGI PENELITIAN 8
Waktu dan tempat 8
Alat dan Bahan 9
Pengumpulan dan analisis data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Elevasi mercu bendung 12
Dimensi bendung 13
Bilangan froude 15
Elevasi dekzerk 17
Kapasitas Bendung 20
Kapasitas saluran irigasi 22
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 26

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Perhitungan Elevasi Mercu Bendung 12


ix

Tabel 2 Hasil pengukuran lebar dan pilar bendung 13

Tabel 3 Hasil perhitungan lebar efektif bendung 14

Tabel 4 Hasil perhitungan tinggi bendung 15

Tabel 5 Hasil perhitungan kecepatan awal loncat air 16

Tabel 6 Perhitungan bilangan froude dan panjang kolam peredam energi 16

Tabel 7 Hasil perhitungan ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir 17

Tabel 8 Debit desain persatuan pelimpah untuk bahaya banjir 17

Tabel 9 Hasil perhitungan tinggi terjun bendung untuk debit desain banjir 18

Tabel 10 Hasil perhitungan elevasi dekzerk pangkal bendung bagian hulu 19

Tabel 11 Hasil perhitungan debit kapasitas bendung 20

Tabel 12 Harga kekasaran koefisien strickler 22

Tabel 13 Hasil perhitungan kapasitas saluran irigasi Bendung Cisokan 22

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi Bendung Cisokan 9


Gambar 2 Diagram alir penelitian 10
Gambar 3 Parameter elevasi mercu bendung 13
Gambar 4 Denah Bendung Cisokan 14
Gambar 5 Potongan melintang Bendung Cisokan 15
Gambar 6 Parameter loncat air 17
Gambar 7 Kurva MDO-1 18
Gambar 8 Potongan memanjang bendung dengan peredam energi tipe MDO 19
Gambar 9 Grafik lengkung aliran debit 20
Gambar 10 Grafik debit Bendung Cisokan Bulan Maret 2017 21
Gambar 11 Parameter hidrolis potongan melintang saluran irigasi 23

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Hasil pengumpulan data debit Bendung Cisokan Maret 2017 26


Lampiran 2 Tabel debit Bendung Cisokan 27
Lampiran 3 Jadwal pelaksanaan penelitian 28
x

Lampiran 4 Denah Bendung Cisokan 29


Lampiran 5 Potongan A-A 30
Lampiran 6 Potongan B-B 31
Lampiran 7 Potongan C-C 32
Lampiran 8 Desain 3D Bendung Cisokan 33
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bendung merupakan salah satu bangunan air yang berfungsi untuk


mempertinggi elevasi muka air dan membelokkan air agar dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, Misalnya untuk kebutuhan irigasi, air minum,
pembangkit listrik, saluran pembagi ataupun sebagai pembilas pada berbagai
keadaan debit sungai. Bendung ini dibuat di daerah yang rawan terhadap
kekeringan, daerah-daerah yang memiliki lahan yang membutuhkan pasokan air
yang mencukupi, ataupun pada daerah yang memiliki beda elevasi tinggi yang bisa
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik mikrohidro. Lokasi bangunan pada bendung
umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah bentuk dan morfologi
sungai, kondisi hidrolis antara elevasi yang diperlukan untuk irigasi, topografi pada
lokasi yang direncanakan, kondisi geologi teknik pada lokasi, metode pelaksanaan,
aksesbilitas dan tingkat pelayanan (Dirjen Pengairan 1986).
Penelitian mengenai sistem hidrolis bendung ini dilakukan dengan
membandingkan antara debit kapasitas bendung dengan debit banjir yang terdapat
pada aliran sungai. Parameter-parameter yang dibutuhkan sebagai data pengukuran
diantaranya adalah dimensi hidrolika bendung, dimensi hidrolika saluran irigasi.
Sedangkan pengumpulan data dilakukan pada parameter-parameter data debit
sungai selama bulan Maret 2017, dan debit banjir aktual sungai. Berdasarkan
parameter-parameter tersebut akan dilakukan berbagai analisis untuk memperoleh
debit banjir maksimum dan debit kapasitas bendung untuk dilakukan komparasi.
Desain bendung yang baik apabila kapasitas debit limpasan maksimum bendung
lebih tinggi dari debit banjir maksimum (Handayani 2007). Sehingga dalam
perencanaan hidrolis bendung ini dibutuhkan data referensi data morfologi sungai
terbaru supaya bendung dapat direncanakan untuk tahan pada jangka waktu yang
lama (Rapar 2014).

Perumusan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa permasalahan utama yang harus diteliti.


Rumusan masalah pada penelitian ini diantaranya adalah:
1. Bagaimana dimensi hidrolika bendung dan saluran irigasi primer?
2. Berapakah debit maksimum yang dapat terjadi selama Bulan Maret 2017?
3. Berapakah debit banjir aktual Bendung Cisokan?
4. Berapakah kapasitas Bendung Cisokan dan saluran irigasi primer?

Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, penelitian ini dilakukan dengan


tujuan sebagai berikut:
2

1. Melakukan kaji ulang terhadap dimensi hidolika bendung dan saluran


irigasi berdasarkan data debit banjir maksimum dan debit kapasitas
maksimum bendung serta saluran irigasi.
2. Menentukan debit maksimum yang terjadi pada Sungai Cisokan selama
bulan Maret 2017
3. Menentukan debit banjir aktual Bendung Cisokan
4. Menentukan debit kapasitas debit maksimum Bendung Cisokan dan
saluran irigasi primer.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman untuk berbagai
pihak dalam proses desain bendung misalnya untuk instansi dinas Pekerjaan Umum
(PU), civitas akademisi, pemerintah, balai besar wilayah sungai (BBWS), hingga
masyarakat umum. Manfaat dari hasil penelitian ini diantaranya adalah:
1. Sebagai acuan untuk perhitungan debit kapasitas pembendungan
maksimum pada bendung yang akan diteliti.
2. Sebagai acuan untuk perhitungan dimensi hidrolika serta parameter
hidrolika bendung yang diteliti.
3. Sebagai acuan evaluasi kapasitas bendung untuk beroperasi pada daerah
yang akan diteliti.
4. Sebagai acuan untuk penelitian dengan topik yang serupa.

Ruang Lingkup Penelitian

Beberapa batasan pada penyusunan penelitian ini diantaranya adalah:


1. Debit sungai yang meliputi data debit sungai selama satu bulan yaitu pada
bulan Maret 2017, serta debit banjir sungai yang menyebabkan limpasan
pada bendung.
2. Analisis dimensi bendung yang dilakukan hanya terbatas pada wilayah
sungai yang dilakukan peneltian yang meliputi analisis kecepatan loncat air,
bilangan froude, panjang kolam olak, elevasi muka air di udik bendung,
tinggi terjun bendung, elevasi dekzerk, dan kapasitas bendung
3. Perencanaan saluran irigasi bendung yang dilakukan meliputi lebar dasar
saluran, kemiringan talut, tinggi air, luas perimeter terbasahkan, keliling
terbasahkan, koefisien strickler, jari-jari hidrolis, kemiringan saluran,
kecepatan aliran, dan kapasitas saluran irigasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Debit Banjir Sungai

Debit banjir pada sungai dapat ditentukan berdasarkan pengukuran dan


perhitungan. Debit banjir ini digunakan sebagai dasar untuk merencanakan tingkat
3

pengamanan bahaya banjir pada suatu kawasan. Debit banjir ini merupakan hal
yang harus direncanakan sedemikian rupa sehingga nantinya kerusakan atau
kerugian yang ditimbulkan baik secara langsung ataupun tidak langsung, tidak
terjadi selama banjir yang telah ditetapkan (Saleh 2011).
Debit banjir yang ditentukan dengan menggunakan perhitungan
menggunakan data curah hujan yang diperoleh dari hasil studi pustaka. Sehingga
debit yang dihasilkan dari perhitungan merupakan debit rencana berdasarkan
kemungkinan curah hujan yang pernah terjadi (Chow 1964). Debit banjir rencana
merupakan debit banjir yang digunakan untuk dasar perencanaan pengendalian
banjir, dan dinyatakan berdasarkan kala ulang tertentu (Basuki et al 2009).
Besarnya kala ulang ditentukan dengan mempertimbangkan segi keamanan dengan
resiko tertentu, serta kelayakannya baik teknis maupun lingkungan. Debit banjir ini
terjadi pada saat curah hujan sedang berada pada puncaknya sehingga berdampak
dengan meningkatnya debit sungai (Bunganaen et al 2013).

Dimensi Hidrolik Bendung

Bendung merupakan bangunan melintang sungai yang berfungsi


meninggikan muka air sungai agar bisa di sadap. Bendung merupakan salah satu
dari bagian bangunan utama. Bangunan utama ialah bangunan air (hydraulic
strucure) yang terdiri dari bagian-bagian bendung (dam structure), bangunan
pengelak (diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan
pembilas (fluching structure), dan bangunan kantong lumpur (sediment
trapstructure).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-2401-1991 tentang pedoman
perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk bangunan di sungai adalah bangunan ini
dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau
kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan
muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya air dapat
dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya.
Proses perancangan bendung harus mempertimbangkan berbagai aspek salah
satunya adalah peredam energi. Terdapat empat kasus yang berbeda yang
kemungkinan dapat terjadi pada pola aliran diatas bendung. Kasus Pertama
menunjukan bahwa aliran tenggelam yang menimbulkan sedikit saja gangguan di
permukaan berupa timbulnya gelombang.
Kasus kedua menunjukkan loncatan tenggelam yang diakibatkan oleh
kedalaman air hilir yang lebih besar dari kedalaman konjugasi. Kasus ketiga yaitu
keadaan loncat air saat kedalaman air hilir sama dengan kedalaman konjugasi loncat
air tersebut. Kasus keempat terjadi jika kedalaman air hilir kurang dari kedalaman
konjugasi (Tunissa et al 2014). Diantara keempat kasus tersebut, kasus keempat
yang tidak boleh terjadi, karena loncatan air akan menghempas bagian sungai yang
tidak terlindungi dan umumnya menyebabkan penggerusan luas (Dewandaru dan
Lasminto 2014).
Perencanaan hidrolis bendung meliputi bagian-bagian pokok bangunan
utama. Bangunan- bangunan tersebut meliputi bendung pelimpah, bendung
mekanis, bendung karet, pengambilan bebas, pompa, dan bendung saringan bawah
(Soemarto 1999). Namun, pada penelitian ini ruang lingkup penelitian hanya
4

dibatasi pada perencanaan mercu, lebar efektif bendung, kecepatan loncat, panjang
kolam olak, elevasi muka air udik bendung, tinggi terjun bendung, elevasi dekzerk,
serta debit limpasan pembendungan maksimum. Disamping itu dalam perencanaan
hidrolis bendung perlu mempertimbangkan aspek sedimentasi yang dapat terjadi.
Keberadaan sedimen yang berlebih dapat mempengaruhi dimensi hidrolika
bendung, karena kapasitas tampung air sungai, atau dengan kata lain kemampuan
sungai dalam mengalirkan air semakin kecil (Hambali dan Apriyanti 2016).
Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment), sebaiknya
sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Lebar maksimum
bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang
stabil.
Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka debit
aliran per satuan lebar hendaknya dibatasi sampai sekitar 12-14 m3/detik.m, yang
memberikan tinggi energi maksimum sebesar 3,5- 4,5 m (Dirjen Pengairan 1986).
Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B),
yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung atau tiang pancang, dalam
memperhitungkan lebar efektif bendung, lebar pembilas yang sebenarnya (dengan
bagian depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk
mengkompensasi perbedaan koefisiensi debit dibandingkan dengan mercu bendung
itu sendiri (Dimas dan Widyastuti 2009). Persamaan yang digunakan untuk
menentukan lebar efektif bendung adalah persamaan (1) (Hadisiswoyo 2011).

𝐵𝑒 = 𝐵 − 2 (𝑛𝐾𝑝 + 𝐾𝑎) 𝐻1 (1)

Keterangan:

n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi (m)

Perencanaan Mercu

Umumnya mercu yang digunakan di Indonesia yaitu tipe ogee dan tipe bulat.
Kedua bentuk mercu tersebut dapat digunakan baik untuk konstruksi beton maupun
pasangan batu atau bentuk kombinasi dari keduanya. Kemiringan maksimum muka
bendung dengan muka hilir vertikal mungkin menguntungkan jika bahan
pondasinya dibuat dari batu keras dan tidak diperlukan kolam olak, dalam hal ini
kavitasi dan aerasi tirai luapan harus diperhitungkan dengan baik (Mulyana et al
2013).
1. Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibanding dengan koefisien bendung ambang lebar. Hal ini
akan lebih banyak menguntungkan pada sungai karena memberikan
keuntungan untuk mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga
koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline dan tekanan
negatif pada mercu. Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara
5

H1 dan r (H1/r), untuk bendung dengan dua jari-jari (R2), jari-jari hilir akan
digunakan untuk menemukan harga koefisien debit. Kavitasi lokal dapat
dihindari dengan menimimumkan tekanan pada mercu bendung sampai
dengan batas -4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton, untuk pasangan
batu tekanan subatmosfer dibatasi sampai dengan -1 m tekanan air
(Mangore 2013).
2. Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
aerasi. Oleh karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan
subatmosfir pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada
debit rencana, untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan
ke bawah pada mercu.

Kolam loncat berfungsi untuk menjaga loncatan tetap dekat dengan muka
miring bendung dan diatas lantai, sehingga lantai harus diturunkan sesuai dengan
kedalaman air hilir sekurang-kurangnya sama dengan kedalaman konjugasi
(Pamungkas 2014). Kecepatan awal loncatan merupakan salah satu parameter yang
dibutuhkan dalam proses desain parameter hidrolika kolam olak. Kecepatan awal
loncatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.

1
𝑣1 = √2𝑔 (2 𝐻1 + 𝑧) (2)

Keterangan:

V1 = kecepatan awal loncatan


g = percepatan gravitasi (m/detik2)
H1 = tinggi energi diatas ambang (m)
z = tinggi jatuh (m)

Bilangan Froude ditentukan untuk mengetahui karakteristik aliran yang


mengalir pada suatu bidang. Jika nilai Froude berada dibawah 1, maka terjadi aliran
subkritis. Jika bilangan Froude sama dengan 1 maka aliran yang terjadi adalah
aliran kritis. Jika bilangan Froude diatas 1, maka aliran yang terjadi adalah
superkritis (Prastumi dan Primadi 2009). Bilangan Froude dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 5.
𝑣1
𝐹𝑟 = (3)
√𝑔 𝑦𝑢

Keterangan :

Fr = Bilangan Froude
v1 = kecepatan awal loncatan (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
yu = kedalaman air di awal loncat (m)
6

Panjang kolam loncat dihitung berdasarkan dua parameter yaitu tinggi


ambang ujung dan kedalaman air di atas ambang (Yulianto et al 2014). Ambang ini
berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan pada jarak yang
dapat ditunjukkan pada persamaan 6.

𝐿𝑗 = 5 (𝑛 + 𝑦2) (4)

Keterangan:

Lj = panjang kolam (m)


n = tinggi ambang ujung (m)
y2 = kedalaman air di atas ambang (m)

Kedalaman kritis merupakan jarak antara tinggi muka air diatas mercu denga
tinggi mercu. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kedalaman air kritis
ditunjukkan pada persamaan 7.

𝑞2
ℎ𝑐 = √ 𝑔 (5)

Keterangan:

hc = kedalaman air kritis (m)


q = debit per lebar satuan m3/dt.m
g = percepatan gravitasi (m2/dt)

Persamaan lain yang digunakan dalam desain hidrolika ini meliputi:


1. Debit desain persatuan lebar pelimpah untuk bahaya banjir:

𝑞𝑑𝑓 = 𝑄𝑑𝑓/𝐵𝑝 (6)

2. Tinggi elevasi muka air di hulu bendung

𝐸𝑙𝑢𝑑𝑓 = 𝑀 + 𝐻𝑢𝑑𝑓, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑏𝑎𝑛𝑗𝑖𝑟 (7)

3. Tinggi terjun bendung

𝑍𝑑𝑓 = 𝐻𝑢𝑑𝑓 − 𝐻𝑖𝑑𝑓 (8)

4. Elevasi tembok Dekzerk pangkal bendung

𝐸𝑖𝐷𝑧𝑢 = 𝑀 + 𝐻1 + 𝐹𝑏 (9)

5. Panjang ujung tembok pangkal bendung


1
𝐿𝑝𝑖 = 𝐿𝑝 + 𝐿𝑠 (10)
2
7

Keterangan:

Qdf = debit desain bahaya banjir (m3/detik)


Bp = Lebar Pelimpah (m)
Eludf = tinggi elevasi muka air di udik bendung (m)
M = elevasi mercu bendung
H1 = tinggi air di atas bendung pada debit desain banjir (m)
Zdf = Perbedaan elevasi muka air udik dan hilir pada debit desain banjir (m)
Hidf = Tinggi air di hilir bendung pada debit desain banjir (m)
EiDzu = Elevasi tembok Dekzerk pangkal bendung (m)
Fb = Tinggi Jagaan (m)
Lpi = Panjang ujung tembok pangkal bendung tegak arah hilir (m)
Lp = Panjang ujung tembok pangkal bendung (m)
Ls = Panjang Lantai Peredam Energi (m)

Bendung yang didesain pada suatu kawasan harus mampu membendung debit
air yang terdapat pada sungai dalam berbagai kondisi, terutama pada kondisi curah
hujan yang tinggi sehingga menyebabkan debit yang berada di sungai mencapai
keadaan maksimum (Prambudi 2012). Jika suatu bendung tidak dapat melakukan
pembendungan hingga pada debit maksimum suatu sungai, tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya limpasan. Limpasan ini dapat menimbulkan
penggerusan pada badan sungai (Kalimanto et al 2016).
Penggerusan badan sungai ini dapat menyebabkan perluasan pada daerah
aliran sungai. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan yang berada disekitar
daerah aliran sungai. Limpasan sendiri memiliki definisi intensitas hujan yang jatuh
di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi air akan
mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Limpasan yang terjadi selain
dapat menyebabkan penggerusan dapat pula berdampak tergenangnya bantaran di
sekitar sungai. Jika hal tersebut sudah terjadi maka lama-kelamaan dapat
menimbulkan banjir pada area di sekitar sungai bahkan hingga ke pemukiman
warga.
Limpasan permukaan terjadi ketika laju hujan lebih besar dari pada laju
infiltrasi dan persamaan limpasan permukaan selalu dikembangkan berdasarkan
pada kondisi tersebut (Dimas et al 2014). Persamaan yang digunakan untuk
menghitung debit kapasitas pembendungan maksimum adalah persamaan (13) dan
(14) (Taufiq 2012).

𝑄𝑤 = 𝐶𝑤 𝐿 ℎ13/2 (11)

ℎ1 ℎ1
𝐶𝑤 = 1,77 ( 𝐻 ) + 1,05 (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 0 < < 0,3) (12)
𝐻

Keterangan :

Qw = debit kapasitas bendung (m3/s)


Cw = koefisien limpasan (m1/2 /s)
L = panjang bentang bendung (m)
H = tinggi bendung (m)
h1 = tinggi energi bendung (m)
8

Dimensi Saluran Irigasi

Saluran irigasi dalam perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran
tetap, dan untuk itu digunakan persamaan strickler. Berikut ini merupakan beberapa
persamaan yang digunakan dalam desain hidrolis saluran irigasi Bendung Cisokan:

1. Luas Potongan Melintang Saluran


𝐴 = (𝑏 + 𝑚 ℎ)ℎ (13)

2. Keliling Terbasahkan
𝑃 = (𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2 (14)

3. Jari-jari Hidrolis
𝐴
𝑅=𝑃 (15)

4. Kecepatan Aliran
𝑉 = 𝐾 𝑅 2/3 𝐼1/2 (16)

5. Debit saluran
𝑄=𝑉𝐴 (17)

Keterangan:

V = kecepatan aliran (m/detik)


K = Koefisien kekasaran strickler, m1/3/detik
I = kemiringan saluran
A = luas perimeter terbasahkan saluran (m2)
P = keliling terbasahkan (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
b = lebar dasar saluran (m)
m = kemiringan talut (vertikal : horizontal)
Q = Debit saluran (m3/detik)
H = tinggi air (m)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Bendung Cisokan Kabupaten Cianjur Waktu


penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 hingga bulan Mei 2017.
Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap dari awal pembuatan proposal
penelitian hingga sidang skripsi dilakukan. Bendung Cisokan ini tepatnya terdapat
pada Daerah Cisuru Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Secara geografis bendung
ini terletak pada 6o55’24,99’’ LS dan 107o12’32,86” BT. Bendung ini berada pada
elevasi 371,24 mdpl. Denah lokasi penelitian dapat ditunjukkan pada Gambar 1.
9

Skala 1:200

Gambar 1 Lokasi Bendung Cisokan

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah tapping, alat
duga air, laptop, aplikasi Autocad, aplikasi olah data Microsoft Excel, aplikasi
Sketch Up serta peralatan penunjang lainnya. Tapping dan alat duga air digunakan
untuk melakukan pengukuran di lapangan secara langsung. Laptop beserta aplikasi
pengolah data yang lainnya seperti Sketch Up, Microsoft Excel, dan Autocad
digunakan untuk mencari data sekunder dan melakukan pengolahan data.
Sementara itu untuk bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu data hidrologi
yang meliputi data debit sungai, peta aliran Sungai Cisokan dan saluran irigasi
Bendung Cisokan, dan data hidrolika berupa data dimensi Bendung Cisokan.
Debit Sungai Cisokan diperoleh dari kantor pemantauan Bendung Cisokan
di daerah Cisuru, Bojongpicung. Peta Sungai Cisokan diperoleh di stasiun curah
hujan di daerah Ciranjang. Data dimensi Bendung Cisokan diperoleh sebagian
melalui pengukuran langsung di lapangan sebagian lagi diperoleh berdasarkan
analisa gambar teknik yang meliputi gambar denah, potongan memanjang,
potongan melintang, peta lokasi dan peta kontur. Beberapa program yang
digunakan seperti Autocad untuk proses penggambaran 2D bendung, Sketch Up
digunakan untuk penggambaran 3D bendung, Microsoft Excel digunakan untuk
proses perhitungan dan pengolahan data. Gambar 2 menunjukkan diagram alur
penelitian .
10
Mulai

Studi
literatur

Survei dan pengumpulan


data

Pengumpulan data Pengukuran Pengukuran


Pengumpulan data peta dan daerah aliran Dimensi Saluran dimensi
debit harian
sungai Irigasi bendung.

Perhitungan Perhitungan
Data debit puncak Pengukuran panjang lebar efektif
Sungai Cisokan luas
lintasan air bendung
penampang
terbasahkan
saluran
Perhitungan
Pengukuran debit pada
kemiringan daerah Perhitungan mercu
aliran sungai Kecepatan bendung
Aliran
Tidak memenuhi
Perhitungan
Perhitungan Debit limpasan
Debit Saluran pembendungan
Irigasi maksimum

Kapasitas
bendung > debit Selesai
Komparasi puncak sungai
Memenuhi

Gambar 2 Diagram Alir Penelitian


11

Pengumpulan dan Pengukuran data

Pengumpulan data yang dilakukan pada awal penelitian diantaranya adalah


data debit harian pada daerah penelitian, peta daerah aliran sungai, dan data gambar
teknik Bendung Cisokan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran yaitu dimensi-
dimensi hidrolika bendung. Pengukuran data dilakukan meliputi dimensi hidrolika
pada bendung. Pengukuran ini dilakukan menggunakan beberapa alat ukur seperti
tapping/ meteran.

Analisis Data

Elevasi Mercu Bendung

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perhitungan


elevasi mercu bendung. Perhitungan elevasi mercu bendung ini dipengaruhi oleh
beberapa parameter diantaranya adalah elevasi muka air rencana, kehilangan tinggi
dari alat ukur, kehilangan tinggi pada intake, beda tinggi akibat sedimen, dan faktor
keamanan.

Lebar efektif

Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perhitungan


lebar efektif bendung dengan menggunakan persamaan (1), pada perhitungan ini
diperlukan data dimensi yang meliputi lebar total bendung, jumlah pilar, koefisien
kontraksi pilar, koefisien kontraksi pangkal bendung, dan tinggi energi bendung.

Bilangan Froude

Tahap selanjutnya adalah perhitungan kecepatan awal loncat air yang dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (2). Kecepatan awal loncat ini
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, tinggi energi, dan tinggi jatuh. Kecepatan loncat
ini selanjutnya akan digunakan untuk menentukan bilangan Froude yang digunakan
sebagai kriteria golongan aliran yaitu aliran subkritis, kritis, dan superkritis.
Perhitungan bilangan froude dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (3).

Elevasi Dekzerk

Panjang Kolam loncat diperoleh berdasarkan parameter tinggi ambang ujung,


dan kedalaman air di atas ambang. Panjang kolam loncat ini dapat dihitung dengan
persamaan (4). Kedalaman air kritis diperoleh dengan persamaan (5) dengan
pertimbangan parameter debit persatuan lebar, dan percepatan gravitasi.
Persamaan hidrolika lain yang digunakan pada perhitungan hidrolika
bendung ini dapat ditunjukkan pada persamaan (6) untuk menentukan debit desain
persatuan lebar pelimpah, persamaan (7) yang digunakan untuk menentukan tinggi
elevasi muka air hulu bendung, tinggi terjun bendung yang dapat dihitung dengan
persamaan (8), elevasi tembok Dekzerk dihitung dengan persamaan (9), dan
persamaan (10) yang digunakan untuk menghitung panjang ujung tembok pangkal
bendung.
12

Kapasitas Bendung

Debit kapasitas bendung dapat dihitung dengan persamaan (11), namun


sebelum perhitungan debit limpasan terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan
terhadap koefisien limpasan dengan menggunakan persamaan (12). Perhitungan
koefisien limpasan ini dipengaruhi oleh parameter tinggi energi dan tinggi bendung.
Setelah koefisien limpasan diperoleh maka perhitungan debit kapasitas bendung
dapat dilakukan. Kapasitas bendung ini yang kemudian diandingkan dengan debit
banjir sungai dan debit sungai yang diperoleh selama bulan Maret tahun 2017.

Kapasitas Saluran Irigasi

Tahap awal perhitungan parameter hidrolis pada saluran irigasi dapat


dilakukan dengan menghitung luas potongan melintang saluran. Luas potongan
melintang saluran dapat dihitung dengan persamaan (13). Namun terlebih dahulu
harus dilakukan pengukuran terhadap lebar dasar saluran (b), kemiringan talut (m),
dan tinggi air (h).
Setelah itu dapat dilakukan perhitungan terdapat keliling terbasahkan dengan
menggunakan persamaan (14), dimana keliling terbasahkan ini dipengaruhi oleh
parameter lebar dasar saluran, tinggi air, dan kemiringan talut. Tahap selanjutnya
yaitu dengan perhitungan jari-jari hidrolis yang dapat dihitung dengan persamaan
(15).
Jari-jari hidrolis ini merupakan perbandingan antara luas potongan melintang
aliran dengan keliling perimeter terbasahkan. Setelah itu dapat dilakukan
perhitungan kecepatan aliran dengan menggunakan persamaan (16), namun terlebih
dahulu harus dilakukan perhitungan terhadap kemiring saluran, dan jari-jari hidrolis
yang telah diihitung pada perhitungan sebelumnya. Koefisien strickler pada
persamaan ini diperoleh berdasarkan tabel koefisien kekasaran sesuai dengan
material penyusun saluran tersebut. Terakhir adalah perhitungan debit saluran yang
dihitung dengan persamaan (17).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Elevasi Mercu Bendung

Elevasi mercu Bendung Cisokan dihitung berdasarkan beberapa parameter


yang dijadikan acuan dalam proses pembuatannya. Hasil observasi yang dilakukan
pada lokasi bendung dan analisa pada gambar teknik menunjukkan bahwa
parameter yang menjadi acuan penentuan elevasi mercu Bendung Cisokan
diantaranya adalah elevasi muka air rencana pada bangunan bagi paling hulu,
kehilangan tinggi dari alat ukur, kehilangan tinggi energi pada intake, beda tinggi
energi akibat sedimen, dan faktor keamanan. Parameter-parameter tersebut
merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam penentuan elevasi mercu
Bendung Cisokan. Hasil pengukuran dari masing-masing parameter dapat
ditunjukkan pada dapat Tabel 1.
13

Tabel 1 Hasil perhitungan elevasi mercu bendung


Parameter Kuantitas Satuan
elevasi muka air rencana pada bangunan bagi paling hulu 368,18 mdpl
kehilangan tinggi dari alat ukur 0,2 m
kehilangan tinggi energi pada intake 1,2 m
beda tinggi akibat sedimen 0,66 m
faktor keamanan 1 m
elevasi mercu bendung 371,24 mdpl

Bangunan bendung paling hulu untuk menentukan elevasi muka air rencana
terdapat pada aliran sungai sebelum mercu bendung dimana pada bagian hulu ini
terdapat bangunan bagi yang memisahkan antara aliran ke sungai dengan aliran
menuju saluran irigasi. Kehilangan tinggi alat ukur diperoleh berdasarkan analisa
gambar teknik. Alat ukur yang digunakan pada Bendung Cisokan ini merupakan
alat duga tinggi muka air yang dipasang pada dinding di sisi sungai.
Kehilangan tinggi energi pada intake diperoleh berdasarkan data desain
gambar teknik Bendung Cisokan, sama halnya dengan data kehilangan tinggi energi
pada intake, beda tinggi akibat sedimen dan faktor kemanan juga diperoleh dari
analisa pada gambar teknik. Tinggi sedimen ini dimasukan dalam faktor
perencanaan bendung dikarenakan seiring dengan waktu aliran sungai dapat
membawa partikel-partikel yang lama-kelamaan dapat menumpuk pada mercu
bendung. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan kapasitas debit bendung. Faktor
keamanan juga menjadi hal yang sangat penting dalam perencanaan elevasi mercu
bendung, karena merupakan jarak jaga antara muka air dengan bantaran sungai.
Berdasarkan parameter-parameter tersebut, elevasi mercu berdung diperoleh
sebesar 371, 24 mdpl. Nilai ini merupakan hasil dari penjumlahan kelima parameter
tersebut. Masing-masing parameter tersebut untuk lebih jelasnya penempatannya
dapat ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Parameter elevasi mercu bendung

Berdasarkan hasil analisa pada peta ikhtisar untuk daerah irigasi Bendung
Cisokan, elevasi tertinggi lahan persawahan yang akan diairi terdapat pada ± 364
mdpl dengan jarak 3,1 km dari Bendung Cisokan. Hal ini menunjukkan bahwa
14

dengan elevasi mercu bendung sebesar 371,24 mdpl maka beda tinggi antara mercu
bendung dengan lahan adalah 7,24 m. Sehingga diperoleh gradien saluran sebesar
0,002. Berdasarkan standar pada KP-03 kemiringan minimum saluran hendaknya
lebih besar dari akar jari-jari hidrolis yang dikalikan dengan kemiringan saluran.
Hasil perhitungan dari perkalian antara akar jari-jari hidrolis dengan kemiringan
saluran hidrolis diperoleh sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
gradien 0,002 air dapat mengalir hingga lahan yang dituju. Maka tidak perlu
dilakukan perubahan terhadap elevasi mercu bendung Gambar 4 menunjukkan
elevasi tertinggi lahan persawahan yang perlu diberikan irigasi.

Gambar 4 Elevasi tertinggi sawah yang perlu diberikan irigasi

Dimensi Bendung

Dimensi bendung yang dianalisa pada penelitian ini merupakan dimensi yang
menjadi dasar untuk perhitungan lebar efektif bendung dan tinggi bendung. Data
dimensi ini sebagian diperoleh langsung dari pengukuran di lapangan dan sebagian
lagi diperoleh dari analisa pada gambar teknik. Tabel 2 menunjukkan data hasil
pengukuran lebar dan pilar bendung.

Tabel 2 Hasil pergukuran lebar dan pilar bendung


Parameter Kuantitas Satuan
lebar rata-rata sungai 53,99 m
lebar total bendung 54,5 m
lebar pembilas 7,5 m
lebar pilar 1 m
banyak pilar (n) 3 buah
Total lebar pilar 3 m

Lebar rata-rata sungai diperoleh dari analisa pada gambar teknik dengan
mengambil lima garis lebar bentang bendung yang berbeda lalu kemudian diambil
15

rata-ratanya. Lebar total bendung merupakan hasil dari penjumlahan antara lebar
mercu dengan lebar pembilas dimana lebar mercu sebesar 44 m dan lebar pembilas
beserta pilarnya 10,5 m. Sementara itu untuk pilar bendung terbuat dari batu candi.
Batu candi ini dibuat dari batu keras yang berasal dari batu andesit dan basalt.
Menurut (Dirjen Pengairan 1986), lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih
dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas sungai yang stabil.
Hasil pengukuran untuk lebar rata-rata sungai sebesar 53,99 m dan lebar total
sungai 54,5 m menunjukkan bahwa lebar maksimum bendung kurang dari 1,2 kali
lebar rata-rata sungai, sehingga lebar total bendung ini telah sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Sehingga tidak perlu dilakukan perubahan dimensi untuk
lebar total bendung, untuk mengetahui lebar ruas sungai lebih jelas dapat
ditunjukkan oleh Gambar 5.

Gambar 5 Denah Bendung Cisokan

Lebar efektif bendung diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dari beberapa


parameter yakni koefisien kontraksi pangkal bendung, koefisien kontraksi pilar, dan
lebar total bendung. Nilai dari masing-masing parameter dapat ditunjukkan pada
Tabel 3.

Tabel 3 Hasil perhitungan lebar bendung efektif


Parameter Kuantitas Satuan
Koefisien kontraksi pangkal bendung, Ka 0,10
Koefisien kontraksi pilar, Kp 0,01
lebar total bendung (B) 54,5 m
lebar efektif bendung 54,21 m

Menurut (Dirjen Pengairan 1986), Koefisien kontraksi pangkal bendung (Ka)


bernilai 0,1 karena pilar yang berujung bulat dengan tembok hulu pada 90o arah
aliran. Sedangkan untuk koefisien kontraksi pilar (Kp) bernilai 0,01 karena ujung
pilar yang berbentuk bulat. Lebar total bendung berdasarkan hasil perhitungan juga
kurang dari 1,2 dari lebar rata-rata sungai sehingga telah sesuai dengan ketentuan
16

yang terdapat pada KP-02 Sementara itu untuk perhitungan lebar efektif bendung
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1). Berdasarkan (Dirjen
Pengairan 1986) lebar efektif bendung sebaiknya 80% dari lebar rencana atau lebar
total. Akan tetapi lebar efektif bendung ini mencapai 99% dari lebar rencana. Lebar
total bendung lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Potongan melintang Bendung Cisokan

Tinggi bendung diperoleh berdasarkan parameter elevasi mercu bendung


dan elevasi dasar sungai. Jari-jari mercu mercu bendung diperoleh berdasarkan
hasil analisa pada gambar teknik. Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan tinggi
bendung.

Tabel 4 Hasil perhitungan tinggi bendung


Parameter Kuantitas Satuan
Tinggi energi bendung (H1) 1,2 m
Elevasi mercu bendung 371,24 m
Elevasi muka air banjir 372,44 m
Elevasi dasar sungai 367,18 m
Jari-jari mercu bendung 1 m
Tinggi bendung (weir height) 4,06 m

Tinggi energi bendung diperoleh berdasarkan hasil plot pada grafik MDO-1.
Grafik ini ditunjukkan untuk kolam olak datar dengan ambang ujung hilir.
Penjelasan mengenai grafik MDO-1 untuk lebih jelasnya akan dilakukan pada topik
bahasan debit persatuan peplimpah untuk bahaya banjir. Elevasi mercu bendung
dan elevasi dasar sungai merupakan parameter yang digunakan untuk menghitung
tinggi bendung, dimana tinggi bendung diperoleh dari selisih kedua parameter
tersebut. Jari-jari bendung yang berbentuk bulat diperoleh dari hasil analisa pada
gambar teknik. Jari-jari ini mempengaruhi tinggi energi bendung karena jari-jari
mercu bendung menjadi parameter yang sangat berpengaruh pada grafik MDO-1.
Elevasi muka air banjir diperoleh berdasarkan penjumlahan antara elevasi mercu
bendung dengan tinggi energi bendung.
Hasil analisa beberapa parameter dimensi bendung yaitu lebar total bendung,
lebar efektif bendung, dan tinggi bendung menunjukkan bahwa untuk lebar total
yaitu sebesar 54,5 m dan lebar rata-rata sungai dari hasil perhitungan diperoleh
sebesar 53,99 m . Berdasarkan ketentuan dari (Dirjen pengairan 1986) dimana lebar
17

total bendung kurang dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai. Hasil perhitungan
diperoleh lebar total bendung hanya 1,01 kali lebar rata-rata sungai. Hasil ini
menunjukkan bahwa lebar total bendung telah sesuai dengan standar tersebut.
Sehingga tidak perlu dilakukan perubahan dimensi.
Lebar efektif bendung berdasarkan ketentuan yang dari KP-02 yaitu
sebaiknya 80% dari lebar total bendung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
lebar efektif bendung mencapai 99%. Sehingga lebar efektif bendung ini tidak
sesuai dengan kriteria pada standar yang berlaku. Sebaiknya lebar efektif bendung
dikurangi menjadi 80% dari lebar rencana. Tinggi bendung berdasarkan peraturan
yang terdapat pada KP-02 kurang dari 10 meter. Hasil perhitungan diperoleh untuk
tinggi bendung sebesar 4,06 meter. Hal ini menunjukkan tinggi bendung sesuai
dengan standar pada KP-02 dimana tinggi bendung maksimum 10 m. Sehingga
tidak perlu dilakukan perubahan untuk dimensi tinggi bendung.

Bilangan Froude

Loncatan air pada mercu bendung dipengaruhi oleh empat parameter


diantaranya adalah tinggi energi, percepatan gravitasi, dan tinggi jatuh. Nilai dari
masing-masing parameter untuk perhitungan kecepatan awal loncatan dapat
ditunjukkan Tabel 5.

Tabel 5 Perhitungan kecepatan awal loncat air


Parameter Kuantitas Satuan
∆z (tinggi jatuh) 5,06 meter
g 9,81 m/detik2
Tinggi energi (H1) 1,2 meter
kecepatan awal loncatan (v1) 10,54 m/detik

Tinggi jatuh air berdasarkan hasil analisa pada gambar teknik diperoleh
sebesar 5,06 m. Tinggi jatuh ini ditinjau berdasarkan selisih dari elevasi mercu
bendung dengan elevasi kolam olak. Tinggi energi diperoleh berdasarkan grafik
MDO-1. Kecepatan awal loncatan pada bendung dapat dihitung dengan persamaan
(2). Kecepatan aliran air ini akan mempengaruhi terjadinya sedimentasi ataupun
terjadinya pengikisan pada bagian bendung. Oleh karena itu dilakukan juga
perhitungan bilangan froude. Proses perhitungan bilangan froude ini juga
membutuhkan data kecepatan awal loncatan dari hasil perhitungan sebelumnya.
Sementara itu untuk meredam energi air pada bendung dilakukan juga perhitungan
untuk panjang kolam olak. Tabel 6 merupakan hasil perhitungan bilangan froude
dan panjang kolam olak.

Tabel 6 Perhitungan bilangan froude dan panjang kolam peredam energi


Parameter Kuantitas Satuan
y2 2 meter
Yu 0,8 meter
Fr 3,76
Tinggi ambang ujung (n) 0,5 m
Panjang Kolam peredam energi (Ls) 12,5 m
18

Parameter y2 merupakan jarak dari dasar sungai ke muka air sungai di bagian
hilir sungai atau dapat juga disebut kedalaman air di atas ambang. Lambang Yu
menunjukkan kedalaman air di awal loncat air. Perhitungan bilangan froude
diperoleh berdasarkan 3 parameter diantaranya adalah kecepatan awal loncat air,
percepatan gravitasi, dan kedalaman air di awal loncat air. Menurut (Prastumi dan
Primadi 2009), jika nilai bilangan froude menunjukkan nilai Fr <1 maka aliran
tersebut pada aliran subkritis, jika bilangan Froude sama dengan 1 maka aliran
tergolong aliran kritis, dan jika aliran tersebut memiliki bilangan froude lebih dari
1, maka aliran termasuk pada aliran super kritis. Tabel 7 menunjukkan hasil
perhitungan ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir.

Tabel 7 Hasil perhitungan ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir
Parameter Kuantitas Satuan
Ujung tembok pangkal bendung (Lb) 3 m
panjang lantai peredam energi (Ls) 12,50 m
Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir (Lbi) 9,25 m

Ujung tembok pangkal bendung diperoleh berdasarkan dari hasil pengukuran.


Sementara itu panjang lantai peredam energi memiliki panjang yang sama dengan
panjang kolam olak yaitu 12,5 meter. Ujung tembok pangkal bendung dapat
dihitung dari kedua parameter tersebut dengan menggunakan persamaan (10).
Hasil perhitungan kecepatan awal loncatan menunjukkan bahwa aliran pada
saat memasuki awal loncatan mengalami kondisi superkritis. Sementara itu untuk
panjang kolam peredam energi dipengaruhi oleh tinggi ambang ujung dan
kedalaman air di atas ambang sesuai dengan persamaan (4). Masing-masing
parameter loncat air lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7 Parameter Loncat Air

Perhitungan ujung tembok pangkal bendung tegak hilir dipengaruhi oleh dua
parameter yaitu ujung tembok pangkal bendung dan panjang lantai peredam energi.
Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir (Lpi) ditempatkan kurang lebih
di tengah-tengah panjang lantai peredam energi. Menurut (Chow 1997) ketika
bilangan froude berkisar antara 2,5 hingga 4,5 maka akan terjadi semburan
19

berisolasi, setiap isolasi menghasilkan gelombang tak teratur yang besar, seringkali
menjalar jauh hingga menimbulkan kerusakan pada tanggul. Bilangan froude hasil
perhitungan pada Bendung Cisokan sebesar 3,76, sehingga hal yang sama dapat
terjadi pada bendung tersebut. Sebaiknya Bendung Cisokan menggunakan kolam
olak dengan tipe USBR IV karena kolam olak tersebut didesain untuk bilangan
froude dengan kisaran 2,5 hingga 4,5. Kolam olak tipe USBR IV dapat ditunjukkan
pada Gambar 8.

Gambar 8 Kolam olak tipe USBR IV

Elevasi Dekzerk

Sebelum dilakukan perhitungan elevasi dekzerk terlebih dahulu dilakukan


perhitungan desain debit persatuan pelimpah. Debit ini digunakan untuk
menentukan tinggi energi bendung dengan menggunakan Grafik MDO-1. Berikut
ini merupakan hasil perhitungan debit desain persatuan pelimpah dan kedalaman
kritis yang ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Debit desain persatuan pelimpah untuk bahaya banjir


Parameter Kuantitas Satuan
Debit banjir aktual (Qdf) 99,61 m3/detik
Lebar mercu (Bp) 44 m
Debit desain persatuan pelimpah(qdf) 2,26 m2/dtk
Kedalaman kritis (hc) 0,8 m

Debit banjir aktual ini merupakan debit banjir yang terjadi saat bendung
sudah mencapai kapasitas maksimumnya berdasarkan dari data debit yang berada
di lapangan. Debit desain persatuan pelimpah merupakan pembagian antara debit
banjir aktual dengan lebar mercu. Sehingga diperoleh debit desain persatuan
pelimpahnya sebesar 2,26 m2/detik. Perhitungan kedalaman kritis sesuai dengan
persamaan (5) dipengaruhi oleh dua parameter yaitu debit desain persatuan
pelimpah, dan percepatan gravitasi. Kedalaman kritis merupakan kedalaman air
yang dapat menyebabkan aliran kritis (Harianja dan Gunawan 2007). Kedalaman
kritis bernilai sama dengan 2/3 dari tinggi energi (H1). Berdasarkan hasil
perhitungan Debit persatuan pelimpah dengan jari-jari mercu bendung dapat
20

ditentukan tinggi energi bendung dengan menggunakan grafik MDO-1. Grafik ini
dapat ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Grafik MDO-1

Grafik MDO-1 pada Gambar 8 menunjukkan hasil plot nilai debit desain
persatuan pelimpah dimana nilai debit tersebut sebesar 2,26 m2/detik. Jari-jari
mercu bendung telah diketahui sebelumnya yaitu sebesar 1 m, sehingga tinggi
energi bendung dapat diperoleh sebesar 1,2 m. Grafik MDO-1 juga menunjukkan
bahwa semakin besar jari-jari mercu bendung maka tinggi energi yang dihasilkan
juga semakin besar. Sementara itu untuk hasil perhitungan tinggi terjun bendung
untuk desain banjir dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil perhitungan tinggi terjun bendung untuk debit desain banjir
Parameter Kuantitas Satuan
tinggi air diatas mercu desain banjir (H1) 1,20 m
tinggi air dari dasar sungai desain banjir 5,26 m
elevasi muka air di hulu bendung (untuk debit banjir) 372,44 mdpl
Tinggi air di hilir bendung pada debit desain banjir (Hsi) 3 m
Tinggi terjun bendung (Zdf) 2,26 m

Tinggi air dari dasar sungai desain banjir diukur berdasarkan ketinggian
antara dasar sungai di bagian hulu hingga tinggi energi diatas mercu. Elevasi muka
air pada hulu bendung untuk debit banjir diperoleh dari penambahan antara elevasi
mercu bendung dengan tinggi energi diatas mercu pada desain banjir, sehingga
diperoleh elevasi muka air di hulu bendung untuk desain banjir sebesar 372,44
mdpl. Tinggi air di hilir bendung pada debit desain banjir diperoleh berdasarkan
grafik lengkung aliran debit tinggi muka air di hilir pada desain banjir sebesar 1
meter, dengan kedalaman sungai sebesar 2 meter maka tinggi air di hilir bendung
pada desain banjir diperoleh sebesar 3 meter. Tinggi Terjun bendung diperoleh
berdasarkan seleisih dari tinggi air dari dasar sungai sebesar 5,26 m dengan tinggi
21

air di hilir bendung pada debit desain banjir sebesar 3 meter. Sehingga tinggi terjun
bendung diperoleh 2,26 m.
Elevasi dekzerk merupakan elevasi dimana terdapat bantaran sungai. Jika
ditinjau dari elevasi mercu, elevasi dekzerk ini hanya dipisahkan oleh dua
parameter yaitu tinggi energi dan freeboard. Tabel 10 menunjukkan hasil
perhitungan elevasi dekzerk pada Bendung Cisokan.

Tabel 10 Hasil perhitungan elevasi dekzerk pangkal bendung bagian hulu


Parameter Kuantitas Satuan
Fb (Freeboard) 1 m
elevasi Mercu 371,24 mdpl
Tinggi energi (H1) 1,2 m
EiDzu (elevasi dekzerk) 373,44 mdpl

Tinggi jagaan atau freeboard diperoleh berdasarkan hasil pengukuran di


lapang. Sementara itu elevasi mercu diperoleh berdasarkan hasil analisa pada data
gambar teknik. Tinggi energi yang telah diperoleh melalui hasil plot pada grafik
MDO-1 digunakan dalam perhitungan elevasi dekzerk, dimana elevasi dekzerk
sendiri merupakan hasil penjumlahan antara elevasi mercu, tinggi energi dan
freeboard. Menurut (Sosrodarsono dan Tominaga 1985), tinggi jagaan disarankan
sebesar 1 meter untuk debit banjir rencana antara 500-2000 m3/detik. Sementara itu
hasil perhitungan debit banjir rencana sebesar 112,10 m3/detik. Sehingga freeboard
pada Bendung Cisokan telah memenuhi kriteria sesuai dengan literatur. Hal ini juga
berdampak pada elevasi dekzerk yang dipengaruhi oleh freeboard. Elevasi dekzerk
ini masih sesuai dengan batas aman. Maka dari itu tidak perlu dilakukan perubahan
terhadap elevasi dekzerk. Elevasi dekzerk beserta dimensi bendung lain lebih
jelasnya dapat ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Potongan memanjang bendung dengan Peredam Energi Tipe MDO


22

Kapasitas Bendung

Kapasitas Bendung Cisokan diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan


mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya adalah lebar efektif bendung,
tinggi energi bendung, serta koefisien limpasan. Lebar efektif dan tinggi energi
telah ditentukan nilainya pada perhitungan sebelumnya. Sementara itu koefisien
limpasan dapat dihitung sesuai dengan persamaan (12). Hasil Perhitungan kapasitas
bendung dapat ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil perhitungan debit kapasitas bendung


Parameter Kuantitas Satuan
Tinggi dari dasar sungai ke mercu (H) 4,06 m
tinggi energi pada bendung (h1) 1,20 m
h1/H 0,29
koefisien limpasan 1,57
Lebar efektif bendung (L) 54,21 m
Debit kapasitas bendung (discharge capacity) 112,10 m3/detik

Hasil analisa pada gambar teknik diperoleh tinggi dari dasar sungai ke mercu
sebesar 4,06 m. Perbandingan antara tinggi energi dengan tinggi bendung (h1/H)
digunakan untuk menentukan koefisien limpasan pada bendung. Menurut (Dirjen
pengairan 1986). Terdapat koefisien sebesar 1,05 yang terdapat pada persamaan
koefisien limpasan dengan syarat nilai perbandingan h1/H antara 0 sampai 0,3.
Hasil perhitungan h1/H diperoleh sebesar 0,29, sehingga dari hasil perhitungan
tersebut nilai koefisien pada rumus tersebut dapat digunakan. Setelah itu kapasitas
bendung baru dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (11), hingga
diperoleh kapasitas bendung sebesar 112,10 m3/detik. Sementara itu grafik
lengkung aliran debit pada Bendung Cisokan dapat ditunjukkan pada Gambar 11.

120

100
Tinggi Muka Air (cm)

80

60

40

20

0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
Debit(L/detik)

Gambar 11 Grafik Lengkung Aliran Debit


23

Pembuatan grafik lengkung aliran debit Bendung Cisokan ini berdasarkan


data tabel debit Bendung Cisokan untuk ketinggian air 0 hingga ketinggian 100 cm.
Tabel debit Bendung Cisokan ini dapat ditunjukkan pada Lampiran 1. Hasil
observasi di lapang menunjukkan bahwa air yang melintas melewati Bendung
Cisokan mengalami limpasan saat debit menyentuh 99,61 m3/detik, sehingga dapat
diasumsikan bahwa debit tersebut merupakan debit banjir aktual di lapang.
Sementara itu grafik hasil pengumpulan data debit di Bendung Cisokan Selama
Bulan Maret 2017 dapat ditunjukkan pada gambar 12.

50000

45000

40000

35000

Pagi
30000
Debit (L)

sore
25000

20000

15000

10000

5000

0
2/24/2017 3/1/2017 3/6/2017 3/11/2017 3/16/2017 3/21/2017 3/26/2017 3/31/2017 4/5/2017

Waktu (Tanggal)

Gambar 12 Grafik debit Bendung Cisokan Bulan Maret 2017

Berdasarkan dari data hasil pengumpulan di lapangan debit tertinggi terjadi


pada tanggal 1 Maret 2017 yaitu sebesar 45.675 liter/detik atau 45,67 m3/detik.
Setelah itu debit mengalami penurunan tajam. Debit mengalami kenaikan kembali,
namun kenaikan debit tersebut tidak setinggi debit sungai pada awal bulan Maret.
Setelah itu Debit mengalami fluktuasi hingga pada akhir bulan Maret debit
mengalami penurunan terendah baik pada pengukuran pagi dan sore yaitu sebesar
1131 liter/detik. Jika dibandingkan dengan kapasitas pembendungan pada Bendung
Cisokan, debit sungai selama bulan Maret tahun 2017 masih berada di bawah
kapasitas debit bendung yang sebesar 112,10 m3/detik. Sehingga pada Bulan Maret
debit sungai masih berada dalam kategori aman. Karena termasuk dalam kategori
aman tidak perlu dilakukan perubahan dimensi.
Sementara itu jika dibandingkan dengan debit banjir aktual kapasitas debit
bendung mengalami penurunan sebesar 12,49 m3/detik dari kapasitas rencana
sebesar 112,10 m3/detik menjadi 99,61 m3/detik. Hal ini dapat disebabkan karena
adanya tumpukan sedimen pada dasar bendung. Sedimen yang menumpuk dapat
menyebabkan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai ini dapat menyebabkan
berkurangnya kapasitas debit yang dapat ditampung oleh bendung. Sehingga
24

sebaiknya dilakukan pengerukan sungai di daerah sekitar bendung agar ketinggian


sungai dapat kembali sesuai dengan ketinggian sungai rencana. Daerah yang
mengalami rawan penumpukan sedimen pada bendung yang perlu dilakukan
pengerukan dapat ditunjukkan pada Gambar 13.

(A) (B)

Gambar 13 (A) Area penumpukan sedimen pada potongan memanjang. (B) Area
penumpukan sedimen pada denah

Kapasitas Saluran Irigasi

Kapasitas saluran irigasi Bendung Cisokan dapat dihitung berdasarkan


perhitungan dimensi saluran dan bahan pembuat saluran. Parameter yang ditinjau
pertama ialah bahan pembentuk saluran. Hasil observasi di lapang dan analisa pada
gambar teknik dapat diketahui bahwa saluran irigasi pada Bendung Cisokan terbuat
dari pelat baja yang dilapisi dengan beton. Menurut (Dirjen Pengairan 1986)
mengenai kriteria perencanaan bagian bangunan. Material pembentuk saluran
tersebut tergolong kedalam ferrocemen. Material ini memiliki harga kekasaran
koefisien strickler tersendiri. Tabel 12 menunjukkan harga kekasaran koefisien
strickler untuk beberapa material.

Tabel 12 Harga kekasaran koefisien strickler


Debit rencana (m3/detik) K (m1/3/dtk)
Pasang Batu 60
Pasang Beton 70
Pasang Tanah 35-45
Ferrocemen 70
Sumber: (Dirjen Pengairan 1986)

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai koefisien kekasaran strickler


untuk material ferrocemen sebesar 70. Koefisien ini yang kemudian digunakan
dalam perhitungan kecepatan aliran. Parameter yang ditinjau selanjutnya ialah
dimensi saluran. Hasil pengukuran, analisa gambar teknik, hingga perhitungan
kapasitas saluran irigasi dapat ditunjukkan Tabel 13.
25

Tabel 13 Hasil perhitungan kapasitas saluran irigasi Bendung Cisokan


Parameter Kuantitas Satuan
b (lebar Dasar Saluran) 70 cm
m (kemiringan talut) 1
h(tinggi air) 60 cm
A (Luas potongan melintang aliran) (Area) 7800 cm2
P (Keliling terbasahkan) 239,70 cm
Q aktual kebutuhan tanaman 6,64 m3/detik
k (koefisien strickler) 70
R jari-jari hidrolis 0,32 m
panjang saluran 362,55 m
beda tinggi 13,99 m
kemiringan saluran 0,038
kecepatan aliran (v) 6,50 m/detik
Debit Saluran 5,07 m3/detik
Kapasitas saluran irigasi 10,15 m3/detik

Dimensi saluran irigasi untuk lebar dasar saluran, kemiringan talut, hingga
tinggi air diperoleh berdasarkan analisa pada gambar teknik. Sedangkan untuk
panjang saluran dan beda tinggi diperoleh berdasarkan peta saluran irigasi untuk
Bendung Cisokan. Debit Aktual kebutuhan air tanaman pada saat musim tanam
merupakan data ketentuan dari kebijakan pemerintah di Kabupaten Cianjur
mengenai kebutuhan air tanaman pada saat musim tanam. Sementara itu sisa
parameter yang terdapat pada tabel diperoleh melalui perhitungan dengan
persamaan yang tertera pada metodologi untuk bagian perhitungan saluran irigasi.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa debit saluran irigasi untuk satu buah
saluran pada Bendung Cisokan sebesar 5,07 m3/detik, karena intake saluran irigasi
Bendung Cisokan terdapat dua buah maka kapasitas saluran irigasi diperoleh
sebesar 10,15 m3/detik. Jika dibandingkan dengan kebutuhan air tanaman
berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 6,64 m3/detik,
debit kapasitas saluran irigasi lebih besar dari debit air kebutuhan tanaman.
Sehingga kapasitas saluran irigasi telah mencukupi untuk mengalirkan debit
kebutuhan irigasi dan tidak perlu dilakukan perbesaran dimensi saluran. Gambar 14
menunjukkan potongan melintang yang menunjukkan parameter hidrolika dari
saluran irigasi.

(A) (B)

Gambar 14 (A) Parameter hidrolika saluran irigasi rencana. (B) parameter


hidrolika saluran irigasi aktual
26

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Desain hidrolika untuk bagian-bagian bendung dan saluran irigasi dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
a. Elevasi mercu Bendung Cisokan berada pada 371,24 mdpl dengan
gradien saluran hingga lahan irigasi sebesar 0,002.
b. Lebar total bendung sebesar 54,5 m dan lebar efektif sebesar 54,21 m
c. Tinggi Bendung Cisokan yaitu sebesar 4,06 m
d. Kecepatan awal loncatan diperoleh sebesar 10,54 m/detik dengan tinggi
jatuh air sebesar 5,06 meter. Sedangkan untuk bilangan Froude
diperoleh sebesar 3,76.
e. Panjang kolam olak pada Bendung Cisokan yaitu sebesar 12,5 meter,
Debit persatuan lebar diperoleh sebesar 2,26 m2/detik, kedalaman kritis
sebesar 0,8 m, dan elevasi muka air di hulu bendung untuk debit banjir
diperoleh sebesar 372,44 mdpl.
f. Bendung Cisokan memiliki tinggi terjun air sebesar 2,26 meter, dan
elevasi dekzerk 373,44 mdpl.
g. Saluran irigasi Bendung Cisokan memiliki luas sebesar 0,78 m2, keliling
terbasahkan saluran irigasi 0,24 m, jari-jari hidrolis pada saluran irigasi
sebesar 0,32 m, dan kecepatan aliran pada saluran irigasi sebesar 6,5
m/detik.
2. Debit sungai maksimum yang terjadi selama bulan Maret tahun 2017 yaitu
sebesar 45,67 m3/detik
3. Debit banjir aktual Bendung Cisokan dari hasil pengumpulan data diperoleh
sebesar 99,61 m3/detik
4. Debit kapasitas bendung berdasarkan hasil perhitungan diperoleh sebesar
112,10 m3/detik. Sedangkan debit kapasitas saluran irigasi primer sebesar
10,15 m3/detik.

Saran

1. Tidak perlu dilakukan perubahan elevasi pada mercu bendung. Karena


gradien pada mercu bendung lebih besar dari standar minimal gradien untuk
saluran pada KP-03.
2. Tidak perlu dilakukan perubahan dimensi untuk lebar total bendung. Karena
lebar total kurang dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai. Lebar efektif bendung
sebaiknya dikurangi agar menjadi 80% dari lebar rencana. Sementara itu
tinggi bendung tidak perlu dilakukan perubahan dimensi, karena telah
sesuai dengan ketentuan pada KP-02 dimana tingginya kurang dari 10
meter.
3. Disarankan menggunakan kolam olak dengan tipe USBR IV, karena kolam
olak tersebut didesain untuk bilangan froude dengan kisaran 2,5 hingga 4,5.
4. Tidak perlu dilakukan perubahan terhadap elevasi dekzerk, karena elevasi
ini masih sesuai dengan batas aman.
27

5. Sebaiknya dilakukan pengerukan sungai di daerah sekitar bendung agar


ketinggian sungai dapat kembali sesuai dengan ketinggian sungai rencana
dan kapasitas bendung dapat kembali sesuai dengan kapasitas rencana.
6. Tidak perlu dilakukan perbesaran saluran irigasi, karena kapasitas saluran
irigasi telah mencukupi untuk mengalirkan debit kebutuhan irigasi.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Winarsih L, Adhyani N.L. 2009. Analisis Periode Ulang Hujan Maksimum
dengan Berbagai Metode. Jurnal Agromet. 23(2). 76-92.
Bunganaen W, Krisnayanti D.S. 2013. Analisis Hubungan Tebal Hujan dan Durasi
Hujan pada Stasiun Klimatologi Lasiana Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil.
2(2): 181-190.
Chow V.T. 1964. Handbook of Applied Hydrology. New York (US). McGraw-Hill
Book Company.
Chow V.T. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta (ID): Erlangga.
Dewandaru G.G.T, Lasminto U. 2014. Studi Penanggulangan Banjir Kali
Lamongan Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik. Jurnal Teknik Pomits.
3(2): 35-40.
Dimas A.N, Muhammad, Sudarsono M.S, Bambang Sasmito, Bandi, Yuwono,
Bambang. 2014. Identifikasi Zona Rawan Banjir dengan Sistem Informasi
Geografis [tesis]. Semarang(ID): Universitas Diponegoro.
Dimas D.P.B, Widyastuti. 2009. Perencanaan Teknis dan Kajian Sistem
Pengendalian Proyek dengan Metode Earned Value pada Bendung Susukan
Kabupaten Magelang [skripsi]. Semarang(ID). Universitas Diponegoro.
Dirjen Pengairan. 1986. Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (KP-02).
No.185/KPTS/A/1986. Jakarta (ID). Yayasan Penerbitan Pekerjaan Umum.
Dirjen Pengairan. 1986. Kriteria Perencanaan Bagian Saluran (KP-03). No.
185/KPTS/A/1986. Jakarta(ID). Yayasan Penerbitan Pekerjaan Umum.
Dirjen Pengairan. 1986. Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan (KP-04). No.
185/KPTS/A/1986. Jakarta(ID). Yayasan Penerbitan Pekerjaan Umum.
Hadisiswoyo S. 2011. Aspek Analisis Debit Aliran terhadap Efisiensi dan
Penampang hidraulik Bendung. E-Journal Unpar. 2(1): 1-9
Hambali R, dan Apriyanti Y. 2016. Studi Karakteristik Sedimen dan Laju
Sedimentasi Sungai Daeng Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Fropil. 4(2):
165-173
Handayani Y L, Hendri A, Suherly H. 2007. Pemilihan Metode Intensitas Hujan
yang Sesuai dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru. Jurnal Teknik Sipil.
8(1): 1-15.
Harianja J.A. dan Gunawan S. 2007. Tinjauan Energi Spesifik Akibat Penyempitan
pada Saluran Terbuka[makalah]. Yogyakarta (ID): UKRIM
Kalimanto D, Surjandari N S, Dananjaya R H. 2016. Analisis Stabilitas Lereng
Akibat Beban Hujan Harian Maksimum Bulanan dan Beban Lalu Lintas.
Jurnal Matriks Teknik Sipil. 4(2): 458-462.
[KPU] Kementrian Pekerjaan Umum. 1991. Tata Cara Perencanaan Bendung. SNI
03-2401-1991. Jakarta (ID). Kementrian Pekerjaan Umum.
28

Mangore. V.R. 2013. Perencanaan Bendung untuk Daerah Irigasi Sulu. Jurnal Sipil
Statik. 1(7): 533-541.
Mulyana W P, Permana S, Farida I. 2013. Pengaruh Curah Hujan Harian Terhadap
Ketersediaan Air pada Perencanaan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Minihidro (PLTM) Sungai Cisanggiri Kecamatan Cihurip Kabupaten
Garut. Jurnal Hidrologi. 11(1): 1-11.
Prambudi Y. 2012. Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen Pada Sungai
Sampean[skripsi]. Jember(ID). Universitas Jember.
Prastumi, dan Primadi H. 2009. Kajian Hidrolika Saluran Transisi dan Saluran
Peluncur pada Uji Model Fisik Waduk Jehem Kabupaten Bangli Bali. Jurnal
Rekayasa Sipil. 3(3): 227-236
Rapar S.M.E. 2014. Analisis Debit Banjir Sungai Tondano Menggunakan Metode
HSS Gama I dan HSS Limantara. Jurnal Sipil Statik. 2(1): 13-2.
Saleh C. 2011. Kajian Penanggulangan Limpasan Permukaan dengan
Menggunakan Sumur Resapan (Studi Kasus di Daerah Perumnas Made
Kabupaten Lamongan). Jurnal Media Teknik Sipil. 9(2): 116-124
Soemarto C.D. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta(ID). Erlangga.
Sosrodarsono S dan Tominaga M. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta
(ID): Pradnya Paramita.
Taufiq M. 2012. Pemberian Sill (Z) pada Awal Saluran Pengisi pelimpah samping
Studi Kasus pada Pelimpah Bendungan Bayang-Bayang Kabupaten
Bulukumba. Jurnal Teknik Pengairan. 2(1): 1-8.
Tunnisa L, Suryanto, Solichin. 2014. Potensi Banjir di DAS Siwaluh Menggunakan
Conservation Service dan Soil Conservatory Service Modifikasi SUB Dinas
Pengairan Jawa Tengah. Jurnal Matriks Teknik Sipil. 2(4): 688-694.
Yulianto A E, Jonatan Y, Edhisono S, Kadir A. 2014. Perencanaan Check DAM
Kali Gung Kabupaten Tegal. Jurnal Karya Teknik Sipil. 3(3): 638-648.
Pamungkas E.V.J. 2014. Analisis Gerusan di Hilir Bendung Tipe USBR-IV (Uji
Model Di Laboratorium). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2(3): 389-396
29

Lampiran 1 Hasil Pengumpulan Data Debit Bendung Cisokan Maret 2017

Tanggal Pagi Sore


Tinggi Tinggi
muka air muka air
(m) Debit (L/detik) (m) Debit (L/detik)
01-Mar-17 40 25230 60 45675,00
02-Mar-17 30 16313 40 25230
03-Mar-17 30 16313 25 12180
04-Mar-17 20 9135 35 19575
05-Mar-17 30 16313 25 12180
06-Mar-17 30 16313 30 16313
07-Mar-17 25 12180 50 35235
08-Mar-17 30 16313 20 9135
09-Mar-17 35 19575 30 16313
10-Mar-17 25 12180 20 9135
11-Mar-17 20 9135 25 12180
12-Mar-17 30 16313 25 12180
13-Mar-17 20 9135 15 5829
14-Mar-17 15 5829 20 9135
15-Mar-17 20 9135 15 5829
16-Mar-17 10 3089 10 3089
17-Mar-17 10 3089 10 3089
18-Mar-17 20 9135 20 9135
19-Mar-17 15 5829 15 5829
20-Mar-17 20 9135 15 5829
21-Mar-17 20 9135 15 5829
22-Mar-17 15 5829 15 5829
23-Mar-17 15 5829 15 5829
24-Mar-17 10 3089 5 1131
25-Mar-17 10 3089 5 1131
26-Mar-17 5 1131 5 1131
27-Mar-17 10 3089 5 1131
28-Mar-17 15 5829 10 3089
29-Mar-17 10 3089 10 3089
30-Mar-17 10 3089 5 1131
31-Mar-17 5 1131 5 1131
30

Lampiran 2 Tabel Debit Bendung Cisokan

Tinggi Tinggi Tinggi


Muka Debit Muka Debit Muka Debit Tinggi Debit
Air (l/detik) Air (l/detik) Air (l/detik) Muka (l/detik)
(cm) (cm) (cm) Air (cm)
1 131 26 13050 51 36105 76 65250
2 305 27 13833 52 36975 77 66555
3 522 28 14573 53 38280 78 67860
4 870 29 15225 54 39150 79 68730
5 1131 30 16313 55 40020 80 70035
6 1392 31 16748 56 41325 81 71340
7 1871 32 17183 57 42195 82 72645
8 2436 33 18705 58 43500 83 73950
9 2697 34 19140 59 44370 84 75255
10 3089 35 19575 60 45675 85 76995
11 3826 36 21315 61 46980 86 78300
12 4568 37 22185 62 47850 87 79605
13 4785 38 22620 63 49155 88 80910
14 5220 39 24360 64 50465 89 82650
15 5829 40 25230 65 51765 90 83955
16 6308 41 26100 66 53070 91 85260
17 6960 42 26970 67 54375 92 87000
18 7743 43 28275 68 55245 93 88305
19 8305 44 29145 69 56550 94 89610
20 9135 45 30015 70 57855 95 91350
21 9744 46 30885 71 59160 96 93090
22 10440 47 31755 72 60465 97 94830
23 10875 48 33060 73 61770 98 96135
24 11528 49 34365 74 62640 99 97875
25 12180 50 35235 75 63945 100 99615
31

Lampiran 3 Jadwal pelaksanaan penelitian


Waktu Kegiatan Luaran

Minggu ke 1 s.d. 4 Penyusunan dan konsultasi


Februari 2017 proposal penelitian Proposal penelitian

Survei Lokasi penelitian 1. Lokasi penelitian


Minggu ke 1 s.d. 2
dan mengurus surat
Maret 2017
perizinan
2. Surat perizinan penelitian

Minggu ke 3 s.d. 4 Pengukuran Curah Hujan, 1. Data curah hujan harian


Maret 2017 pengumpulan data debit, 2. Data debit sungai harian
1. Data kemiringan sungai
Minggu ke 1 s.d. 2 Pengukuran kemiringan
April 2017 aliran sungai, lebar dan 2. Data lebar sungai
kedalaman Sungai Cisokan 3. Data kedalaman sungai
1. Data panjang lintasan
Pengumpulan data panjang sungai
lintasan sungai, 2. Data jumlah pilar
Minggu ke 3 s.d. 4
pengukuran jumlah pilar,
April 2017 3. Data lebar bendung
lebar bendung, bahan pilar,
dan tinggi energi 4. Data bahan pilar
5. Data tinggi energi

Perhitungan hasil debit 1. Data debit banjir sungai


Minggu ke 1 s.d. 2 2. Data debit kapasitas
April 2017 banjir sungai, debit
kapasitas bendung, dan bendung
dimensi bendung 3. Data dimensi bendung
Minggu ke 3 April s.d. Penyusunan dan konsultasi
Minggu ke 2 Juni 2017 hasil penelitian Draft skripsi
Minggu ke 3 Juni 2017 Seminar Makalah seminar
Minggu ke 3 Juli 2017 Sidang Skripsi

Anda mungkin juga menyukai