Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS SIFAT FISIKA, GEOKIMIA DAN

PARAMETER MAGNETIK PADA SEDIMEN SUNGAI


MENGGUNAKAN PARAMETER MAGNETIK
(HISTERESIS PARAMETER, SEM-EDS, ARD, DAN ICP-
OES)
(STUDI KASUS: ZONA TENGAH SEGMEN 3 DAS
CILIWUNG, JAWA BARAT)

SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Program
Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran

SONIA FITRIA LENGGA KENCANA

140710170020

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS SIFAT FISIKA, GEOKIMIA DAN


PARAMETER MAGNETIK PADA SEDIMEN SUNGAI
MENGGUNAKAN PARAMETER MAGNETIK
(HISTERESIS PARAMETER, SEM-EDS, ARD, AAS DAN
ICP-OES) (STUDI KASUS: ZONA TENGAH SEGMEN
3 DAS CILIWUNG, JAWA BARAT)
PENYUSUN : SONIA FITRIA LENGGA KENCANA
NPM : 140710170020

Bandung
Desember 2020
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Kartika Hajar Kirana M. Si. Dr. Dini Fitriani M.T.


NIP. 19850925 201012 2 007 NIP. 19751004 199903 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Geofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran

Dr. Asep Harja, S.Si, M.Si


NIP. 19690419 199512 1 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Sifat Fisika,

Geokimia dan Parameter Magnetik pada Sedimen Sungai Menggunakan

Parameter Magnetik (Histerisis Parameter, SEM-EDS, ARD, AAS DAN ICP-OES)

(Studi Kasus : Zona Tengah Segmen 3 DAS Ciliwung, Jawa Barat)” ini dengan

lancar. Skripsi ini merupakan salah satu bukti pertanggungjawaban penulis.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, partisipasi, bimbingan,

dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan jasmani dan rohani sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Kedua orang tua tercinta, Dodi Mulyadi dan Teti Herawati serta kakak dan

adik tersayang Teh Naroh, Rangga Aji dan Mutiara Kania, yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan bantuan moril maupun

materil selama melakukan studi hingga selesainya skripsi.

3. Dr. Kartika Hajar Kirana, MT., selaku Dosen Pembimbing Utama yang

selalu memberikan arahan, motivasi, bantuan dan waktunya dalam

memberikan bimbingan.

4. Dr. Dini Fitriani, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

selalu memberikan arahan, motivasi, bantuan dan waktunya dalam

memberikan bimbingan.

ii
5. Seluruh dosen Program Studi Geofisika FMIPA Unpad yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan selama masa studi.

6. Pak Udin, selaku warga setempat yang telah menemani, pembimbing jalan

selama menelusuri Sungai Ciliwung dan membantu pengambilan sampel.

7. Rekan – rekan mahasiswa Geofisika 2017 yang memberikan dukungan

dalam masa studi dan selama penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis

sebutkan satu per satu.

8. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah

memberikan bantuannya dalam pelaksanaan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi

ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Jatinangor, Desember 2020 (amin)

Sonia Fitria Lengga Kencana

iii
ABSTRAK

Sungai Ciliwung . Keadaan sungai ini semakin memburuk, padahal

masyarakat masih memanfaatkannya sebagai pemenuhan kehidupan sehari-hari,

pembangkit listrik, irigasi, objek wisata, dll. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan karakteristik sifat fisika air dan tanah serta pola perlapisan tanah

Sungai Cikapundung dengan memanfaatkan pengukuran menggunakan metode

kelistrikan dengan parameter EC tanah dan air, VWC tanah, dan TDS air serta

analisis mineralogi dan morfologi bulir mineral batuan. Hasil analisis nilai EC dan

VWC menunjukkan zona hulu terdiri dari dua sub-lapisan dengan nilai tertinggi di

sub-lapisan pertama, zona tengah terdiri dari tiga sub-lapisan dengan nilai

tertinggi di sub-lapisan pertama, dan zona hilir terdiri dari tiga sub-lapisan

dengan nilai tertinggi di sub-lapisan ketiga. Berdasarkan analisis mineralogi dan

morfologi bulir mineral batuan, ditemukan bentuk mineral spherule dengan

kandungan logam berat Fe, Cr, Cu, Cd, Zn, Hg, dan Pb pada zona tengah dan

hilir. Data hidrogeologi berupa nilai EC dan TDS menunjukkan keadaan sungai

yang menurun dari hulu menuju hilir namun masih memenuhi standar baku mutu

air. Hasil analisis komposisi kimia pada sampel air menunjukkan adanya

peningkatan kandungan Fe pada zona tengah dan hilir. Berdasarkan hasil

penelitian, dari hulu menuju hilir perbedaan kondisi tanah dan air di Sungai

Cikapundung akibat meningkatnya aktivitas manusia dan industri.

Kata kunci : Sungai Cikapundung; kualitas tanah; kualitas air; EC; VWC; TDS

iv
ABSTRACT

Cikapundung River flows from Bukit Tunggul to downstream at

Dayeuhkolot that disembogue at Sungai Citarum, Jawa Barat. The condition of

this river was getting worse, even though people still used it as a fulfillment of

daily life, electricity generation, irrigation, attractions, etc. This study aims to

obtain the characteristics of the physical properties of water and soil as well and

the soil layers of the Cikapundung River by utilizing measurements using

electrical methods with soil and water EC parameters, soil VWC, and water TDS

as well as mineralogical and morphological analysis of rock mineral grains. The

result of analysis EC and VWC values showed the upstream zone consisted of two

sub-layers with the highest value on the first sub-layer, the middle zone consisted

of three sub-layers with the highest value on the first sub-layer, and the

downstream zone consisted of three sub-layers with the highest value on the third

sub-layer. Based on mineralogical and morphological analysis of rock mineral

grains analysis, spherule mineral forms were found with heavy metals Fe, Cr, Cu,

Cd, Zn, Hg, and Pb in the middle and downstream zones. Hydrological data in the

form of EC and TDS was decrease along the way downstream but still fulfil the

standards. The result of chemical composition analysis of water samples showed

an increase of Fe content in the middle and downstream zones. Based on the

results of the study, along the way to downstream there were differences of soil

and water conditions in the Cikapundung River due to increased human and

industrial activity.

v
Keywords : Cikapundung River; soil quality; water quality; EC; VWC; TDS

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

ABSTRAK...................................................................................................................iv

ABSTRACT.................................................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian.................................................................................1


1.2 Identifikasi Penelitian.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................3
1.4 Kegunaan Penelitian.........................................................................................4
1.5 Kerangka Penelitian..........................................................................................4
1.6 Metodologi Penelitian.......................................................................................5
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................7

2.1 Daerah Aliran Sungai Ciliwung........................................................................7


2.2 Pencemaran Sungai...........................................................................................9
2.3 Parameter Kemagnetan..................................................................................12
2.3.1 Histeresis Parameter....................................................................................12
2.3.2 (SEM)..........................................................................................................13
2.3.3 (EDS)).........................................................................................................14
2.3.4 (ARD))........................................................................................................14

vii
2.3.5 (AAS)).........................................................................................................14
2.3.6 (ICP-0ES))...................................................................................................14
2.3.7 Logam Berat................................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................18
3.1 Rancangan Penelitian......................................................................................19
3.2 Zona Pengukuran............................................................................................19
3.2.1 Zona Residential..........................................................................................19
3.2.2 Zona Non-Residential..................................................................................20
3.3 Pengukuran in-situ dan pengambilan sampel.................................................21
3.4 Pengukuran sampel tanah dengan...................................................................23
3.5 Preparasi sampel tanah dan pengukuran .......................................................24
3.6 Interpretasi data...............................................................................................27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................28

4.1 Sampel Tanah...................................................................................................28


4.1.1 Pengukuran Parameter Kemagnetan dengan Histeresis
Parameter.....................................................................................................28
4.1.2 Pengukuran Parameter Kemagnetan dengan ARD.....................................28
4.1.3 Pengukuran Parameter Kemagnetan dengan AAS......................................28
4.1.4 Pengukuran Parameter Kemagnetan dengan ICP-OES...............................28
4.1.5 Pengukuran Parameter Kemagnetan dengan Logam Berat.........................28
4.1.6 Analisis Bulir Magnetik dengan SEM-EDS................................................34
4.2 a.......................................................................................................................41
4.2.1 a...................................................................................................................41
4.2.2 a...................................................................................................................44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................45

5.1 Kesimpulan......................................................................................................45
5.2 Saran................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................47

viii
LAMPIRAN...............................................................................................................52

ix
DAFTAR TABEL

x
DAFTAR GAMBAR

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sungai Ciliwung merupakan salah satu anak sungai dari

Sungai Citarum, Jawa Barat. Sub-Daerah aliran sungai (Sub

1.2 Identifikasi Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1.4 Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan

1.5 Kerangka Penelitian

Sungai Ci

1.6 Metodologi Penelitian

1
2

Penelitian ini memanfaatkan sifat kemagnetan dengan

menggunakan sampel berupa sedimentasi

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung merupakan salah satu anak sungai dari

Sungai Citarum, Jawa Barat. Sub-Daerah aliran sungai (Sub

3
4

Gambar 2.1. DAS Ciliwung dan Pembagian Segmen

(Sumber; KLH, 2008)

2.2 Pencemaran Sungai

Pencemaran terjadi akibat perubahan fungsi lahan alami menjadi lahan

pertanian, pemukiman, serta aktivitas industri yang terus

meningkat. Selain itu limbah hasil pemenuhan kebutuhan hidup


5

seperti kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian juga ikut

memberi kontribusi penurunan kualitas air sungai (Agustiningsih

dkk., 2012). Semakin meningkatnya jumlah penduduk pada sekitar

suatu sungai maka akan meningkatkan pula beban pencemaran

domestik (Rahayu, 2018)..

2.3 Parameter Fisis

2.3.1 Electrical Conductivity (EC)

Konduktivitas listrik merupakan kemampuan suatu media dalam

menghantarkan arus listrik (Sulistiawaty dkk., 2013). Arus listrik dalam

larutan dihantarkan oleh ion bermuatan yang berasal dari kandungan

garam dalam larutan. Total kandungan garam dalam air menjadi definisi

lain untuk konduktivitas listrik, semakin tinggi kandungan garam maka

semakin tinggi pula nilai konduktivitas listrik (Sulistiawaty dkk., 2013).

Pada umumnya satuan konduktivitas listrik adalah deciSiemens per meter

(dS/m) atau milimhos per centimeter (mmhos/cm) yang dapat menyatakan

keadaan salinitas suatu media (Azhari dkk., 2017)

Berdasarkan penelitian Johnson dkk (2001), mengenai sifat

fisika tanah dan sifat kimia (densitas bulk, kadar clay dalam tanah,

kandungan bahan organik, dan sifat biologi tanah), pengukuran

konduktivitas listrik tanah dapat memberikan informasi sifat fisika

tanah, yaitu kadar fluida dan karakterisitik tanah. Semakin tinggi

nilai konduktivitas listrik maka semakin buruk pula kualitas media

(air atau tanah) yang membuat media terasa asin atau payau. Nilai

konduktivitas listrik yang rendah menunjukkan sulitnya media


6

menghantarkan listrik dan menjadi pertanda kualitas media yang

baik (Arlindia dan Afdal, 2015). Ketika musim kemarau,

kandungan garam akan tinggi karena air dalam tanah mengalami

evaporasi (Hanlon, 2015)

Jenis tanah juga menjadi faktor tinggi rendahnya nilai

konduktivitas listrik. Pada lempung konduktivitas listrik memiliki

nilai yang tinggi sedangkan pasir memiliki nilai yang rendah

(Fadhillah, 2019). Hal ini juga dijelaskan pada penelitian Golovko

dan Pozdnyakov (2007) yang menjelaskan bahwa tanah dengan

kapasitas tahan air yang tinggi seperti clay dan silt akan menaikan

mobilitas muatan listrik dan menurunkan resistivitas tanah secara

siginifikan. Standar baku mutu air untuk nilai EC adalah 1.500

mS/cm (WHO, 2011; Arlindia dan Afdal, 2015).

2.3.2 Total Dissoved Solid (TDS)

Total Dissolved Solid (TDS) adalah total terlarutnya zat

padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di dalam air (Nicola

dkk., 2015). Nilai TDS biasanya dipengaruhi oleh padatan terlarut

yang terdapat dalam larutan (Arlindia dan Afdal, 2015). Nilai TDS

akan meningkat ketika keadaan larutan terkontaminasi, begitu pula

nilai konduktivitas listrik yang ikut meningkat seiring

meningkatnya nilai TDS (Nasution dan Afdal, 2016). Berdasarkan

penilitian Das (2005) di India menunjukkan bahwa meningkatnya


7

nilai EC dan TDS menunjukkan peningkatan kandungan sulfat dan

ion lainnya (Irwan dan Afdal, 2016). Nilai TDS paling baik untuk

media air, adalah 600 ppm dan maksimum 1000 ppm (WHO, 2011;

Arlindia dan Afdal, 2015).

Dengan pengukuran TDS dapat diketahui jumlah garam

terlarut sehingga diketahui pula tingkat salinitas larutan. Jenis air

yang tidak baik untuk kesehatan ialah yang mengandung mineral

non-organik tinggi karena mineral ini tidak akan hilang walaupun

direbus (Khairunnas dan Gusman, 2018). Menurut Khairunnas dan

Gusman, (2018), untuk kriteria penilaian TDS berdasarkan tingkat

salinitasnya disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Klasifikasi salinitas berdasarkan nilai TDS

Nilai TDS (ppm) Tingkat Salinitas


0– air tawar
1.000
1.001 agak asin/payau
– 3.000 (slightly saline)
3.001 sedang/payau
– 10.000 (moderately saline)
10.00 asin (saline)
1 – 100.000
> sangat asin (brine)
100.000

2.3.3 Suseptibilitas Magnetik

2.3.4 Parameter Histerisis


8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer dan

bersifat eksperimental. Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari

lima tahapan utama, yaitu tahap persiapan, tahap pnegambilan

sampel, tahap pengukuran sampel, tahap pengolahan data, dan tahap

interpretasi data.

3.2 Pembagian Zona Pengukuran

Dalam pengambilan data, Sungai Cikapundung dibagi

menjadi tiga zona berdasarkan posisi (hulu, tengah, dan

hilir), kemudahan tempat untuk dilakukan pengukuran, serta

perbedaan tata guna lahan. Di tiap zona dilakukan

pengambilan sampel air dan tiga sampel tanah. Proses

pengambilan data dilakukan pada musim kemarau.

3.2.1 Zona hulu: Bukit Tunggul

Pada zona pertama terletak di bagian hulu Sungai Cikapundung,

9
10

yaitu daerah Wisata Kebun Kina Bukit


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel Tanah

Meningkatnya bahan organik di Sungai Ciliwung secara umum

disebabkan oleh aktivitas antropogenik yang bersumber dari pertanian,

perkebunan, limbah rumah tangga, pasar tradisional, pelindihan

tumpukan sampah, maupun industri yang berada di sekitar bantaran

sungai tersebut. Meningkatnya perubahan tutupan lahan yang terjadi di

DAS Ciliwung juga mendorong meningkatnya masukan beban organik

ke sungai tersebut. (Sudarso dkk, 2013)

4.1.1 Pengukuran Parameter Fisika dengan Decagon EM-50

Menurut Kirana, dkk (2019), hasil ini masih dalam rentang nilai pH

normal berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 yang menyebutkan bahwa pH yang

baik untuk air bersih dan dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga

(bukan minum) adalah 6,5 – 8,5.

Terdapat beberapa ketentuan yang mengatur standar nilai TDS dan

EC di dalam air. Untuk alasan kesehatan, Batasan yang dianjurkan untuk

11
12

nilai TDS adalah antara 500 mg/L dan 1000 mg/L (Rusydi, 2018).

Sementara untuk nilai EC tidak lebih dari 200 mS/cm (Davis dan Weist,

1996). Nilai EC yang berada di atas nilai baku mutu menunjukkan

adanya indikasi buruknya kualitas air pada daerah penelitian tersebut

(Kirana dkk, 2019).

Air yang diperuntukkan sebagai air minum sebaiknya memiliki pH

netral (+7) karena nilaipH berhubungan dengan efektifitas klorinasi. pH

pada prinsipnya dapat mengontrolkeseimbangan proporsikandungan

antara karbon dioksida, karbonat dan bikarbonat. Derajat keasaman (pH)

air yang lebih kecildari 6,5 atau pH asam meningkatkan korosifitas pada

bendabenda logam, menimbulkan rasa tidak enak dan dapat

menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun yang mengganggu

kesehatan(Anuar dan Ahmad, 2015, Indonesia, 2017 dalam Izatti dkk,

2019).

Ukuran bulir mejadi penting karena berkaitan dengan apa yang

disebutdomain magnetik. Bulir magnetik yang kecil akan cenderung

untuk memiliki satudomain dan karenanya disebut bulir berdomain

tunggal atau single domain (SD).Bulir yang lebih besar, sebaliknya, akan

mempunyai domain yang banyak dankarenanya disebut bulir berdomain

jamak atau multi domain (MD). Bulir-bulir SDmempunyai sifat magnetik

yang sangat berbeda dengan bulir-bulir MD. Stabilitas magnetisasi pada

bulir-bulir SD, misalnya, jauh lebih baik dibanding hal yangsama pada
13

bulir- bulir MD. Selain bulir- bulir SD dan MD, ada juga bulir-buliryang

berukuran transisi. Mereka mempunyai 2- 3 domain saja, tetapi

kelakuannyalebih mirip SD dibanding MD. Bulir-bulir ini disebut

sebagai bulir berdomaintunggal semu atau pseudo- single domain ( PSD)

(Bijaksana, 2002).

Pengukuran suseptibilitas magnetik pada dua frekuensi

menunjukkan bahwa sampel pada daerah kajian memiliki nilai FD (%)

kurang dari 4 %. Sebagaimana dikutip dari Bijaksana dan Huliselan

(2010), nilai suseptibilitas bergantung frekuensi yang rendah (1-4%)

sering ditemukan pada tanah yang terkontaminasi, sementara kelimpahan

mineral magnetik pada tanah yang berasal dari proses

pedogenikmemilikinilai yang lebihtinggi (~10%). Berdasarkan hal

tersebut, dapat diduga bahwa mineral magnetik di daerah kajian

merupakan sumber antropogenik (Kirana dkk, 2014).

Lu dan Bai (2008), menyatakan bahwa adanya korelasi negatif

antara XLF dan XFD mengindikasikan bahwa mineral magnetik berasal

dari polusi industri.


14

Hasil histeresis 0,3 T, karena mereka mewakili fraksi mineral

magnetik lunak. polusi antropogenik terutama terwakili dalam fraksi

lunak (didominasi magnetit) ini, yang biasanya cukup jenuh pada bidang

maksimum yang diterapkan sebesar 0,3 T (Franke, 2009).

Ini menyiratkan bahwa mineral magnetik yang terkandung dalam

dua sampel perwakilan ini didominasi oleh mineral feromagnetik dengan

koersivitas rendah, seperti magnetit (Fe3O4). Perbedaan ini menyiratkan

bahwa kontribusi antropogenik dan litogenik pada sedimen danau dapat

diidentifikasi dengan parameter magnetit, yaitu% magnetit, SIRM, dan

SIRM / xLF.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat

diambil beberapa kesimpulan. Nilai EC dan VWC tana

5.2 Saran

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, dapat

diambil beberapa kesimpulan. Nilai EC dan VWC tana

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Kirana, K.H, Fitriani, D, Supriyana, E, dan Agustine, E. 2014. Sifat Magnetik

Sedimen Sungai Sebagai Indikator Pencemaran (Studi Kasus:

Sungai Citarum Kabupaten Karawang). Spektra : Jurnal Fisika

dan Aplikasinya, Vol 13. No 2. Bandung : Universitas

Padjadjaran.

Malita, Y. A., Ratnawulan, dan Mufit, F. 2015. Karakterisasi Mineral Magnetik

Lindi (Leachate) Tpa Air Dingin Kota Padang Menggunakan

Scanning Electron Microscopice (SEM). Pillar of Physics, 5, 81-

88.

Maradelta, Daris, dkk. 2016. Karakterisasi Jenis Mineral Magnetik Sedimen

Guan Liang Luar Kabupaten Manggarai Barat Provonsi Nusa

Tenggara Timur Menggunakan Metode X-RAY Diffraction (XRD).

Pillar of Physics Vol. 7. Padang: Universitas Negeri Padang.

Mujamilah, Ridwan, M dkk. 2000. Virating Sample Magnetometer (VSM) Tipe

Oxford VSM 1.2 H. Prosiding Seminar Nasional Bahan Magnet I

Batan : Puslitbang Iptek Bahan (P3IB) : ISSN 1411 -7630

Pratama, Dola, dkk. 2014. Identifikasi Jenis Mineral Magnetik Guano dari Gua

Bau-Bau Kalimantan Timur Menggunakan X-RAY Diffraction (XRD).

Pillar of Physics Vol. 4. Padang: Universitas Negeri Padang.

Rahmaniah, Reskywijaya, dkk. 2020. Analisis Mineral Tanah Rawan Longsor

Menggunakan X-RAY Diffraction Desa Sawaru Kabupaten Maros..

17
18

Jambura Geoscience Review 2020 Vol. 2(1): 41-49. Makassar:

Universitas Tadulako

S. Bijaksana, Analisa mineral magnetik dalammasalah lingkungan, Jurnal

Geofisika, 1, (2002), p. 19-27.

https://konservasidasciliwung.wordpress.com/ diakses pada tanggal 27 Agustus

2020 pukul 20.00WIB


19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai