Anda di halaman 1dari 129

STUDI NORMALISASI SUNGAI LAPRI UNTUK

PENGENDALIAN BANJIR

SKRIPSI

OLEH:
ZULKARNAIN
15.301010.023

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

i
2021STUDI NORMALISASI SUNGAI LAPRI UNTUK
PENGENDALIAN BANJIR

SKRIPSI

OLEH:
ZULKARNAIN
15.301010.023

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Zulkarnain lahir pada tanggal 29 Juli 1995 di Sinjai, Sulawesi


Selatan. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Putra
dari Bapak M.Aras dan Ibu Jumriana. Memulai Pendidikan pada
tahun 2003 di Sekolah Dasar Negeri 018 Desa Lapri, Sebatik
dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Sebatik, dan lulus pada tahun
2012. Meneruskan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sebatik jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 2015.

Pada tahun 2015 penulis melanjutkan Pendidikan Tinggi di Universitas Borneo


Tarakan, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil. Pada tahun 2018 melakukan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Sekatak Puji, dan pada Bulan September 2018
melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Kota Tarakan. Kemudian untuk menyandang
gelar sarjana (S1) Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan penulis
melakukan penelitian tentang “Studi Normalisasi Sungai Lapri Untuk
Pengendalian Banjir”.

v
vi
STUDI NORMALISASI SUNGAI LAPRI
UNTUK PENGENDALIAN BAJIR

Abstrak

Desa Lapri terletak di Kabupaten Nunukan Sebatik Utara, dimana ketika


musim hujan, sering terjadinya banjir/peluapan air yang di akibatkan sungai di Desa
Lapri sudah tidak dapat menampung besarnya debit air sehingga terjadinya banjir.
Penyebab terjadinya banjir di derah Aliran Sungai Lapri diakibatkan beberapa titik
aliran Sungai Lapri terjadinya sedimentasi, longsor, dan penyumbatan aliran
drainase. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit banjir eksisting
Sungai Lapri dan dimensi saluran eksisting Sungai Lapri yang dapat mengalirkan
debit banjir. Dari hasil analisis perhitungan diperoleh debit banjir rencana metode
Nakayasu, dengan periode ulang 100 tahun (Q100) sebesar 86.947 m3/detik.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan, maka diperoleh debit banjir exsisting
Sungai Lapri, untuk masing-masing STA sebagai berikut, STA 10 = 87.742 m3/detik,
STA 9 = 87.953 m3/detik, STA 8 = 88.192 m3/detik, STA 7 = 88.481 m3/detik, STA 6 =
87.912 m3/detik, STA 5 = 88.028 m3/detik, STA 4 = 87.532 m3/detik, STA 3 = 87.730
m3/detik, STA 2 = 88.233 m3/detik, STA 1 = 87.874 m3/detik dan STA 0 = 88.624 m3/detik.
Dari hasil debit tersebut, diperoleh dimensi penampang saluran Sungai Lapri yang
mampu mengalirkan debit banjir rencana, dengan tinggi bagunan (h) = 5.37 m,
dengan tinggi jagaan (W) = 1.64 m, dan lebar bawah saluran (b) = 6.20 m.

Kata kunci : Debit Banjir, Nakayasu, dan Sungai

Dosen Pembimbing,

Rosmaliah Handayani, S.T.,M.T


NIDN 1108087901

vii
LAPRI RIVER NOR A STUDY OF LAPRI RIVER NORMALIZATION FOR
CONTROLLING OF FLOOD
Abstract
Lapri Village was located in North Sebatik Nunukan district. The flood often occurred there
because Lapri river Village was unable to accommodate the amount of water discharge
during the rainy season. The flood in the Lapri River Basin area was caused by
sedimentation, landslides, and drainager blockage along Lapri River flow. This study
aimed to determine the existing flood discharge and dimensions of existing Lapri River
channel capable of draining the flood discharger. The result of analysis showed that planned
flood discharger using the Nakayasu method with a return period of 100 years (Q100) was
86,947 m3/second. Thus, the existing flood discharger of Lapri River for each STA were
found as follows : STA 10 was 87,742 m3/second, STA 9 was 87,953 m3/second, STA 8
was 88,192 m3/second, STA 7 was 88,481 m3/second, STA 6 was 87,912 m3/second, STA
5 was 88,028 m3/second, STA 4 was 87,532 m3/second, STA 3 was 87,730 m3/second,
STA 2 was 88,233 m3/second, STA 1 was 87,874 m3/second and STA 0 was 88,624
m3/second. Based on the discharger results, Lapri River channel’s cross-sectional
dimensions were capabe of draining flood discharger with 5,37 m building height, 1,64 m
guard height, and 6,20 m channel of bottom width.

Keywords: Flood Discharge, Nakayasu, and River

MALIZATION STUDY FOR FLOOD CONTROL

Abstract

Lapri Village is located in Nunukan Sebatik Utara Regency, where during


the rainy season, frequent flooding / overflow of water caused by the river in Lapri
Village cannot accommodate the amount of water discharge resulting in flooding.
The cause of flooding in the area of the Lapri River was due to several flow points
of the Lapri River, sedimentation, landslides, and blockage of drainage flow. This
study aims to determine the existing flood discharge of the Lapri River and the
dimensions of the existing Lapri River channel that can drain the flood discharge.
From the analysis of the calculation of flood discharge plan Nakayasu method, with
a 100-year return period (Q of 86 947 m / sec. Based on the analysis of calculation,
100)
3

the obtained debit flood exsisting River Lapri, for each STA as follows, STA 10 =
87 742 m / sec, STA 9 = 87 953 m / sec, STA 8 = 88 192 m / sec, STA 7 = 88 481
3 3 3

m / sec, STA 6 = 87 912 m / sec, STA 5 = 88 028 m / sec, STA 4 = 87 532 m / sec,
3 3 3 3

STA 3 = 87 730 m / sec, STA 2 = 88 233 m / second, STA 1 = 87 874 m / sec and
3 3 3

STA 0 = 88 624 m / sec. From the results of the discharge, it is obtained that the
3

cross-sectional dimensions of the Lapri River channel are able to flow the planned
flood discharge, with building height (h) = 15.37 m, with guard height (W) = 1.64
m, and channel botto

m width (b) = 6.20 m.


viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu’


Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’alah,
atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Normalisasi Sungai Lapri Untuk
Pengendalian Banjir”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik, pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehubungan dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Borneo Tarakan Bapak Prof. Dr. Adri Patton, M.Si
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan Ibu Asta, S.T.,M.Eng
3. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan Ibu Rosmalia
Handayani, S.T.,M.T
4. Pembimbing Skripsi Ibu Rosmalia Handayani, S.T.,M.T
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik khususnya Jurusan Teknik Sipil
6. Kepala BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)
Kabupaten Nunukan, yang telah memberikan informasi dan data serta
dukungan dalam penyususnan skripsi ini.
7. Terimakasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada kedua orang tua
tercinta, Ayahanda Muhammad Aras dan Ibunda Julyana, yang telah
melahirkan, mengasuh, mendidik, dan membesarkan serta senantiasa
memberikan dukungan baik moral, material, maupun do’a yang mereka
mohonkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Saudara-saudari Jurusan Tekni Sipil khususnya Angkatan 2015 Fakultas
Teknik yang telah banyak membantu dalam memberikan masukan kepda
penulis.
Atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis, mengucapkan banyak-
banyak terimakasih semoga amal baik dan bantua yang telah diberikan
mendapatkan ridha dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Penulis menyadari dalam penyusuna skripsi ini tidak luput dari berbagai
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap semoga apa yang
terdapat dalam skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuhu
Tarakan, 16 Juni 2021
Penulis,

ZULKARNAIN
NPM 15.301010.023

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. i


Pernyataan Orisinalitas .................................................................................... ii
Halaman Pengesahan .................................................................................... . iii
Kata Pengantar ............................................................................................... iv
Abstrak ............................................................................................................. v
Abstract ......................................................................................................... . vi
Daftar Isi .......................................................................................................... vii
Daftar Tabel ..................................................................................................... ix
Daftar Gambar ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Landasan Hukum .............................................................................. 3
2.2 Defenisi Sungai ................................................................................. 3
2.3 Morfologi Sungai .............................................................................. 4
2.4 Hidrolika Sungai ................................................................................ 6
2.5 Gerusan .............................................................................................. 6
2.6 Banjir ................................................................................................. 7
2.7 Peluapan Aliran ................................................................................. 9
2.8 Daerah Rawan Banjir.......................................................................... 9
2.9 Perhitungan Curah Hujan Rencan .................................................... 10
2.10 Uji Kecocokan Distribusi ................................................................. 21
2.11 Analisis Debit Banjir Rencana ......................................................... 25
2.12 Kapasitas Eksisting Sungai (fullbank capacity) ............................... 29
2.13 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 36
3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................. 36
3.2 Time Schedule Penelitian ................................................................. 37
3.3 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................... 37
3.4 Bagan Alir Penelitian ....................................................................... 38
3.5 Tahapan Penelitian .......................................................................... 39
3.6 Metode Pengambilan Data ............................................................... 39
3.7 Metode Pengolahan Data .................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 42
4.1 Data Hidrolika Sungai Lapri ............................................................ 42
4.2 Data Hidrometri ............................................................................... 42
4.3 Pemilihan Jenis Sebaran .................................................................. 43
4.4 Analisis Curah Hujan Rencana ........................................................ 46
4.5 Uji Kecocokan Distribusi ............................................................... 54
4.6 Pemilihan Distribusi ......................................................................... 65
x
4.7 Analisis Debit Banjir Rencana ........................................................ 66
4.8 Debit Aliran ..................................................................................... 88
4.9 Desain Penampang Saluran Sungai Lapri ........................................ 99
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 104
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 104
5.2 Saran ............................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 106
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 108
LAMPIRAN ..................................................................................................... 109

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pedoman Pemilihan Sebaran ............................................................ 13


Tabel 2.2 Nilai ( k ) Variabel Reduksi Gauss .................................................. 14
Tabel 2.3 Reduced Variate (Yt) Metode Gumbel Type-I ................................. 16
Tabel 2.4 Reduced mean (Yn) Metode Gumbel Type-I ................................... 17
Tabel 2.5 Reduced Standard Deviation (Sn) Metode Gumbel Type-I ............. 17
Tabel 2.6 Harga K T untuk Metode Sebaran Log Pearson Type-III ................. 19
Tabel 2.7 Nilai 𝑥 2 Kritis Untuk Uji Kecocokan Chi-Square ........................... 23
Tabel 2.8 Nilai D0 Kritis Untuk Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorof ........... 25
Tabel 2.9 Koefisien Pengaliran ........................................................................ 26
Tabel 2.10 Koefisien Aliran ............................................................................... 27
Tabel 2.11 Nilai n Kekasaran Manning ............................................................. 31
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..........................................................37
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Curah Hujan Maksimum Harian .........................43
Tabel 4.2 Perhitungan Besar Statistik ...............................................................44
Tabel 4.3 Pedoman Pemilihan Sebaran .............................................................46
Tabel 4.4 Perhitungan Distribusi Probabilitas Gumbel Type-I .........................47
Tabel 4.5 Nilai Yt Berdasarkan Periode Ulang T ( Tahun ) ...............................48
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Distribusi Gumbel Type-I ....................................50
Tabel 4.7 Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Perason Type-III ..............51
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Pearson Type-III ......54
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Curah Hujan Rencana Dua Metode ......54
Tabel 4.10 Uji Kecocokan Chi-Kuadrat Distribusi Gumbel Type-I ...................55
Tabel 4.11 Uji Chi-Kuadrat Kuadrat Distribusi Gumbel Type-I ........................59
Tabel 4.12 Uji Kecocokan Chi-Kuadrat Distribusi Log Perason Type-III .........59
Tabel 4.13 Uji Chi-Kuadrat Kuadrat Distribusi Log Pearson Type-III ..............61
Tabel 4.14 Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov Distribusi Gumbel Type-I ...62
Tabel 4.15 Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov Distribusi Log Pearson Type-
III .....................................................................................................64
Tabel 4.16 Perbandinga Nilai Chi-Kuadrat (X2) dengan Nilai Simirnov -
Kolmogorov (Dmax) ..........................................................................66
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Curah Hujan Jam-Jaman .....................................69
Tabel 4.18 Koefisien Pengaliran (Ci) ..................................................................70
Tabel 4.19 Koefisien Aliran (C) ..........................................................................70
Tabel 4.20 Distribusi Hujan Jam-Jaman .............................................................71
Tabel 4.21 Koefesien Aliran (α) ..........................................................................73
Tabel 4.22 Batas Waktu (T) 0 < T < 0.334 .........................................................74
Tabel 4.23 Batas Waktu (T) 0.334 < T < 0.811 ..................................................75
Tabel 4.24 Batas Waktu (T) 0.811 < T < 1.527 .................................................75
Tabel 4.25 Batas Waktu (T) T ˃ 1.527 ..........................................................75
Tabel 4.26 Rekapitulasi Q (m3/detik) ..................................................................76
Tabel 4.27 Hidrograf Banjir Rancangan Q 5 Tahnun Metode Nakayasu ............78
Tabel 4.28 Hidrograf Banjir Rancangan Q10 Tahnun Metode Nakayasu ...........79
Tabel 4.29 Hidrograf BanjirRancangan Q20 Tahnun Metode Nakayasu ............81
Tabel 4.30 Hidrograf BanjirRancangan Q50 Tahnun Metode Nakayasu ............83
xii
Tabel 4.31 Hidrograf BanjirRancangan Q100 Tahnun Metode Nakayasu ...........84
Tabel 4.32 Rekapitulasi Debit (Q) Periode 5, 10, 20, 50 dan 100 Tahun ...........86
Tabel 4.33 Hasil Rekapitulasi Debit Banjir Rencana ..........................................88
Tabel 4.34 Data Exsisting Sungai Lapri .............................................................88
Tabel 4.35 Data Exsisting Sungai Lapri Aliran ..................................................90
Tabel 4.36 Hasil Perhitungan Debit Aliran Sungai Lapri ...................................93
Tabel 4.37 Data Exsisting Sungai Lapri .............................................................94
Tabel 4.38 Debit Kapasitas Penampang Saluran Sungai Lapri (Q Kapasitas) ..........98
Tabel 4.39 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase Sungai Lapri ..........................99
Tabel 4.40 Data Untuk Mendesain Sungai Lapri .............................................101
Tabel 4.41 Hasil Desain Saluran Drainase Sungai Lapri ..................................102
Tabel 5.1 Hasil Desain Saluran Drainase Sungai Lapri ..................................104

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Meandering Reaches ........................................................................ 5


Gambar 2.2 Parameter Bentuk Alur Sungai ......................................................... 5
Gambar 2.3 Koefisien kurtosis ........................................................................... 12
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 36
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 38
Gambar 4.1 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ................................... 77
Gambar 4.2 Grafik Debit Banjir Rencana 5 Tahun Metode Nakayasu .............. 79
Gambar 4.3 Grafik Debit Banjir Rencana 10 Tahun Metode Nakayasu............. 81
Gambar 4.4 Grafik Debit Banjir Rencana 20 Tahun Metode Nakayasu ............ 82
Gambar 4.5 Grafik Debit Banjir Rencana 50 Tahun Metode Nakayasu ............ 84
Gambar 4.6 Grafik Debit Banjir Rencana 100 Tahun Metode Nakayasu .......... 86
Gambar 4.7 Grafik Debit Banjir Rencana Metode Nakayasu ............................ 87
Gambar 4.8 Penampang Saluran ......................................................................... 89
Gambar 4.9 Desai Penampang Sungai Lapri .................................................... 103
Gambar 5.1 Penampang Saluran ....................................................................... 105

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Nunukan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi
Kalimantan Utara, Kabupaten Nunukan sendiri terdiri dari beberapa kecamatan
salah satunya pulau Sebatik. Pulau Sebatik sendiri adalah sebuah pulau kecil yang
berada di Provinsi baru yakni Provinsi Kalimantan Utara, Secara administratif
Desa Lapri terletak di Kabupaten Nunukan Sebatik Utara, dimana ketika musim
hujan sering terjadinya peluapan air yang di akibatkan sungai di Desa Lapri sudah
tidak dapat menampung besarnya debit air sehingga terjadinya banjir. Penyebab
terjadinya banjir di derah Aliran Sungai Lapri diakibatkan beberapa titik aliran
Sungai Lapri terjadinya sedimentasi, longsor, dan penyumbatan aliran drainase.
Sehingga eksisting sungai tidak mampu menampung besarnya curah hujan, maka
dari itu penulis menggangkat permasalahan ini sebagai judul penelitian saya yang
berjudul “Studi Normalisasi Sungai Lapri Untuk Pengendalian Banjir ’’.
Adapun factor-faktor penyebab terjadinya banjir, yaitu faktor alam dan faktor
non alam. Faktor alam misalnya curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan
sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai dan pengaruh
air pasang dan non alam misalnya perubahan kondisi Daerah Pengaliran Sungai
(DPS), kawasan kumuh, sampah, drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali
banjir dan pengendalian sistem pengendalian banjir tidak tepat. (Kodoatie dan
Sugiyanto) dalam Jaswadi dkk (2012:123).
Maka dari itu Penulis menganalisis faktor penyebab terjadinya erosi, dan
sedimentasi, di Daerah Aliran Sungai Lapri Kabupaten Nunukan agar
penanggulangan banjir pada musim penghujan dapat diatasi. Kebutuhan air bersih
sangat perlu dianalisis untuk memperoleh data dan informasi tentang air bersih serta
jumlah kebutuhan air bersih di suatu daerah aliran sungai yang lengkap dan akurat.

1
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang perlu di perhatikan dalam perencanaan
Normalisasi Sungai Lapri :
1. Berapa debit banjir eksisting Sungai Lapri?
2. Berapa dimensi saluran eksisting Sungai Lapri yang dapat mengalirkan
debit banjir?

1.3 Tujuan Penelitian


Aadapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Mengetahui debit banjir eksisting Sungai Lapri.
2. Mengetahui dimensi saluran eksisting Sungai Lapri yang dapat mengalirkan
debit banjir.

1.4 Batasan Masalah


Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini diperlukan batasan-batasan
sebagai berikur:
1. Hanya menghitung debit banjir rencana Sungai Lapri.
2. Hanya menghitung dimensi saluran rencana Sungai Lapri.
3. Tidak menghitung laju sedimentasi pada Sungai Lapri.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan DAS
(Daerah Aliran Sungai) pada Sungai Lapri untuk kebutuhan air untuk
domestik dan non domestik.
2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memperkaya khasanah kepustakaan,
khususnya mengenai pengelolaan daerah aliran Sungai Lapri, serta dapat
menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Nunukan dalam
pelaksanaan pembangunan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa
Lapri secara komprehensif dan integral, serta kepada yang berminat untuk
menindaklanjuti hasil penelitian ini.

2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
Dalam rangka konservasi sungai, pengembangan sungai, dan pengendalian
daya rusak air sungai sebagaimana yang dimaksud dalam “Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2004” tentang sumber daya air, maka Pemerintah perlu menetapkan
peraturan tentang sungai.
Untuk menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 maka
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2011 tentang sungai,
yang dimana mengatur tentang :
1. Ruang sungai adalah bagian-bagian sungai yang terdiri atas palung sungai dan
sempadan sebagai mana dimaksud dalam (BAB II pasal 5).
2. Pengelolaan sungai haruslah pengelolaan yang dilakukan secara menyeluruh,
terpadu, dan berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk mewujudkan
kemanfaatan fungsi sungai yang berkelanjutan Sebagai mana dimaksud dalam
(BAB I pasal 1).
3. Perizinan adalah setiap orang yang akan melakukan kegiatan pada ruang sungai
wajib memperoleh izin Sebagai mana dimaksud dalam (BAB IV pasal 57).
4. Sistem informasi sungai haruslah bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap
orang Sebagai mana dimaksud dalam (BAB V pasal 61).
5. Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kegiatan:
a. Sosialisasi;
b. Konsultasi publik; dan
c. Partisipasi masyarakat.

2.2 Defenisi Sungai


Menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011, sungai adalah alur atau
wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di
dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis

3
sempadan. Suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air
yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Perpaduan antara alur sungai dan aliran
air didalamnya disebut sebagai sungai. Proses terbentuknya sungai itu sendiri
berasal dari mata air yang berasal dari gunung/pegunungan yang mengalir di atas
permukaan bumi. Dalam proses selanjutnya aliran air ini akan bertambah seiring
dengan terjadinya hujan, karena limpasan air hujan yang tidak dapat diserap bumi
akan ikut mengalir ke dalam sungai, mengakibatkan terjadinya banjir.
Dalam perjalanannya dari hulu menuju hilir, aliran sungai secara berangsur-
angsur berpadu dengan banyak sungai lainnya. Perpaduan ini membuat tubuh
sungai menjadi semakin besar. Apabila suatu sungai mempunyai lebih dari dua
cabang, maka sungai yang daerah pengaliran, panjang dan volume airnya paling
besar disebut sebagai sungai utama (main river). Sedangkan cabang yang lain
disebut anak sungai (tributary). Suatu sungai kadang-kadang sebelum aliran airnya
mencapai laut, sungai tersebut membentuk beberapa cabang yang disebut cabang
sungai (enfluent) (Sosrodarsono, 1984).

2.3 Morfologi Sungai


Sifat-sifat suatu sungai dipengaruhi oleh luas, dan bentuk daerah pengaliran
serta kemiringannya. Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap
morfologi sungai yang ada, daerah dengan bentuk pegunungan pendek-pendek
mempunyai daerah pengaliran yang tidak luas dan kemiringan dasarnya besar.
Sebaliknya daerah dengan kemiringan dasarnya kecil biasanya mempunyai daerah
pengaliran yang luas. Kategori kelas bentuk sungai berkelok (meandering), sungai
berburai (braided), dan sungai lurus (straight) (Leopold dan Wolman 1957).
2.3.1 Sungai Berkelok (Meandering Reaches)
Sungai yang mengandung aliran satu arah dengan kelokan-kelokan yang
tajam. Bentuk geometrik sungai cenderung berubah seiring waktu menyesuaikan
dengan erosi pengendapan yang terjadi (Leopold dan Wolman 1957).

4
Gambar 2.1 Meandering Reaches
Sumber : Google Image

2.3.2 Tinjauan Morfologi Sungai


“Leopold dan Walman dan Brice” menyebutkan bahwa kondisi morfologi
sungai (river morphology) berkaitan dengan bentuk alur sungai, geometri saluran,
kemiringan sungai. Penentuan bentuk alur sungai didasarkan pada nilai Sinousity
Index (SI) sebagai berikut:
𝑇𝑎𝑙𝑤𝑒𝑔 𝑙𝑒𝑔ℎ𝑡
 Menurut Leopold dan Walman : SI = 𝑣𝑎𝑙𝑙𝑒𝑦 𝑙𝑒𝑔ℎ𝑡
𝐿𝑒𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙
 Menurut Brice : SI = 𝑙𝑒𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝑚𝑒𝑎𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑙𝑡 𝑎𝑥𝑖𝑠

Dengan :
 SI < 1,05 sungai lurus
 SI > 1,5 sungai berkelok ((meandering)
 1,05 > SI < 1,5 sungai sinous

Gambar 2.2 Parameter Bentuk Alur Sungai


Sumber : Google Image

5
2.4 Hidrolika Sungai
Martopo, 1988 (dalam Kusuma, 2005) menyebutkan bahwa gejala air sungai
adalah berupa diam dan mengalir. Air sungai yang mengalir dapat memiliki sifat-
sifat laminer, turbuler, pusaran, loncatan dan sebagainya. Air mengalir diakibatkan
adanya perbedaan tinggi suatu wilayah. Semakin besar volume air dan perbedaan
tingginya, maka tekanan airnya semakin besar. Oleh karena itu pengaliran air di
sungai dapat menyeret partikel dasar sungai, tergantung dari jenis tanah dan
batuannya.
Pengaliran itu berupa tenaga angkut dan tenaga angkat sedimen. Angkutan
sedimen itu dapat berupa muatan dasar dan muatan layang. Faktor sedimen meliputi
jenis material, diameter butiran dan volume persatuan waktu. Angkutan sedimen
yang ikut mengalir mengakibatkan gaya seret menjadi lebih besar. Hal ini dapat
menyebabkan degradasi atau penurunan dasar alur atau palung sungai.
Aliran sungai yang lambat menyebabkan butiran yang berat diendapkan
terlebih dahulu. Pengendapan sedimen lazim disebut agradasi. Agradasi berarti
kenaikan dasar alur sungai atau dasar palung sungai. Parameternya adalah panjang
lebar dan tinggi. Aliran sungai bersifat sembarang bergantung pada kondisi alam.
Aliran sembarang ini mengakibatkan berbagai macam tenaga yaitu:
1. Pengerusan lokal pengaliran terhadap struktur dasar sungai
2. Penggerowongan tebing sungai akibat aliran helikoidal, aliran spiral atau
pusaran air.
3. Angkutan material lain berupa biotis, abiotis dan bahan-bahan kimia.
4. Penghanyutan material oleh rembesan-rembesan pada tebing sungai.
5. Karakter sungai dapat membentuk sungai menjadi meander atau berjalin.

2.5 Gerusan
Gerusan adalah fenomena alam yang terjadi karena erosi terhadap aliran
air pada dasar dan tebing saluran alluvial atau proses menurunya atau semakin
dalamnya dasar sungai di bawah elevasi permukaan alami (datum) karena interaksi
antara aliran dengan material dasar sungai (Hoffmans and Verheij 1997).
Gerusan dapat dibagi menjadi :

6
1. Gerusan umum (general scour), gerusan yang terjadi akibat dari proses
alam dan tidak berkaitan sama sekali dengan ada tidaknya bangunan
sungai.
2. Gerusan di lokalisir (constriction scour), gerusan yang diakibatkan
penyempitan alur sungai sehingga aliran menjadi terpusat.
3. Gerusan lokal (local scour) merupakan akibat langsung dari struktur pada alur
sungai.

2.6 Banjir
Dalam Suadnya dkk (2017:143) menyebutkan bahwa banjir merupakan
bencana alam yang seringkali terjadi di musim penghujan yang merebak di berbagai
Daerah Aliran Sungai (DAS) di sebagian besar wilayah Indonesia. Banjir adalah
suatu kondisi dimana terjadi peningkatan debit air sungai sehingga meluap dan
menggenangi daerah sekitarnya. Adapun jumlah kejadian banjir dalam musim
hujan selama beberapa tahun terakhir ini terus meningkat, dan menyebabkan
berbagai kerugian bagi masyarakat yang terkena bencana ini.
Menurut Bakornas dalam Jaswadi dkk (2012:123) banjir memiliki dua
pengertian yaitu;
1. Banjir adalah aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal
sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada
lahan rendah disisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin
meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati
aliran air.
2. Gelombang banjir berjalan kearah hilir sistem sungai yang berinteraksi
dengan kenaikan muka air di muara akibat badai.
Menurut UNDP dalam Jaswadi dkk (2012:123) jenis banjir dibagi ke dalam
tiga tipe yaitu:
a. Banjir bandang (flash flood),
b. Banjir luapan sungai (river floods),
c. Banjir pantai (coastal floods).

7
Faktor penyebab terjadinya banjir dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor
alam dan faktor non alam. Faktor alam misalnya curah hujan, pengaruh fisiografi,
erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai dan
pengaruh air pasang dan non alam misalnya perubahan kondisi Daerah Pengaliran
Sungai (DPS), kawasan kumuh, sampah, drainase lahan, kerusakan bangunan
pengendali banjir dan pengendalian sistem pengendalian banjir tidak tepat
(Kodoatie dan Sugiyanto) dalam Jaswadi dkk (2012:123).
Banjir menjadi bencana bila menimbulkan kerugian materi (seperti kerusakan
pada sarana dan prasarana, dll) dan kerugian non materi (seperti korban jiwa dan
kekacauan perekonomian). Menurut Bakornas dalam Jaswadi dkk (2012:123-124),
dalam mengkaji masalah banjir yang telah terjadi diperlukan data historis dan
empiris yang dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat kerawanan dan upaya
antisipasi banjir suatu daerah, yang mencakup:
1. Rekaman atau catatan kejadian bencana yang telah terjadi memberikan
indikasi awal akan datangnya banjir dimasa yang akan datang atau dikenal
dengan dengan banjir periodik (tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, lima
puluh tahunan atau seratus tahunan).
2. Data curah hujan sangat diperlukan untuk menghitung kemungkinan
kelebihan beban atau terlampauinya kapasitas penyaluran sistem pengaliran
air baik sistem sungai maupun sistem drainase.
Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat disebut sebagai genangan air
yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh:
1. Perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS).
2. Pembuangan sampah.
3. Erosi dan sedimentasi.
4. Kawasan kumuh sepanjang jalur drainase.
5. Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat.
6. Curah hujan yang tinggi.
7. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai.
8. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.
9. Pengaruh air pasang.
10. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang surut air laut).

8
11. Drainase lahan.
12. Bendung dan bangunan air.
13. Kerusakan bangunan pengendali banjir.

2.7 Peluapan Aliran


Apabila debit aliran permukaan yang masuk ke sungai melebihi kapasitas
aliran sungai, maka akan terjadi luapan aliran dari sungai. Luapan aliran sungai
inilah merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir di suatu wilayah. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peluapan aliran antara lain sebagai
berikut :
1. Kerusakan lingkungan mempunyai andil penyebab terjadinya banjir.
Misalnya pohon-pohon yang merupakan vegetasi penahan air banyak
ditebangi sehingga air hujan yang seharusnya tertahan, namun tumpah ke
perkotaan.
2. Selain itu pasir juga memiliki pengaruh terhadap banjir. Hal tersebut
dikarenakan pasir mudah terbawa arus air ketika terjadi hujan deras dan
masuk ke drainase serta sungai-sungai yang pada akhirnya menyebabkan
pendangkalan sungai (sedimentasi).

2.8 Daerah Rawan Banjir


Untuk mereduksi kerugian akibat banjir, maka lebih dulu harus diketahui
secara pasti daerah rawan banjir. Daerah rawan banjir dapat dikenali berdasarkan
karakter wilayah banjir yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Limpasan dari tepi sungai.
2. Wilayah cekungan.
3. Banjir akibat pasang surut.
Menurut Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang garis sempadan
sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai.
Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau
daerah sempadan. Elevasi dan debit banjir daerah rawan banjir sekurang-
kurangnya ditentukan berdasarkan analisis perioda ulang 50 tahunan.

9
2.9 Perhitungan Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramalkan besarnya
hujan dengan periode ulang tertentu (Soewarno) dalam Alexander dan Harahab
(2009:10). Berdasarkan curah hujan rencana dapat dicari besarnya intesitas hujan
(analisis frekuensi) yang digunakan untuk mencari debit banjir rencana. Analisis
frekuensi ini dilakukan dengan menggunakan sebaran kemungkinan teori
probability distribution dan yang biasa digunakan adalah sebaran Normal dan
sebaran Log Normal. Secara sistematis metode analisis frekuensi perhitungan hujan
rencana ini dilakukan sebagai berikut:
Secara sistematis metode analisis frekuensi perhitungan hujan rencana ini
dilakukan secara berurutan sebagai berikut :
a. Parameter statistik
b. Pemilihan jenis sebaran
c. Uji kecocokan sebaran
d. Perhitungan hujan rencana
a. Parameter Statistik
Parameter yang digunakan dalam perhitungan analisis frekuensi meliputi
parameter nilai rata-rata ( X ), standar deviasi (𝑆𝑑 ), koefisien variasi (𝐶𝑣),
koefisien kemiringan (𝐶𝑠) dan koefisien kurtosis (𝐶𝑘). Perhitungan parameter
tersebut didasarkan pada data catatan tinggi hujan harian rata-rata maksimum 20
tahun terakhir.
 Nilai rata-rata
∑ 𝑋𝑖
X = …………………………………...………………....… (2.01)
𝑛
Dimana :
X = nilai rata-rata curah hujan
𝑋𝑖 = nilai pengukuran dari suatu curah hujan ke-i
𝑛 = jumlah data curah hujan
 Standar deviasi
Ukuran sebaran yang paling banyak digunakan adalah deviasi standar. Apabila
penyebaran sangat besar terhadap nilai rata-rata maka nilai Sd akan besar, akan
tetapi apabila penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata-rata maka nilai Sd

10
akan kecil. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagi berikut (Sumber
: Soewarno, 1995) :

∑𝑛
𝑖=1{𝑋𝑖 − X }
2
𝑆𝑑 = √ ……………………………..……………. (2.02)
𝑛−1

Dimana :
𝑆𝑑 = standar deviasi curah hujan
X = nilai rata-rata curah hujan
𝑋𝑖 = nilai pengukuran dari suatu curah hujan ke-𝑖
𝑛 = jumlah data curah hujan
 Koefisien variasi
Koefisien variasi (coefficient of variation) adalah nilai perbandingan antara standar
deviasi dengan nilai rata-rata dari suatu sebaran. Koefisien variasi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Sumber : Soewarno, 1995) :
𝑆𝑑
Cv = …………………………………………..…………….. (2.3)
X
Dimana :
Cv = koefisien variasi curah hujan
𝑆𝑑 = standar deviasi curah hujan
X = nilai rata-rata curah hujan
 Koefisien kemencengan
Koefisien kemencengan (coefficient of skewness) adalah suatu nilai yang
menunjukkan derajat ketidak simetrisan (assymetry) dari suatu bentuk distribusi.
Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagi berikut (Soewarno, 1995) :
𝛼
Untuk populasi : 𝐶𝑠 = ..………………….……….…… (2.04)
𝜎3
𝑎
Untuk sampel : 𝐶𝑠 = ..………………………..……… (2.05)
𝑆 𝑑3
1
𝛼= ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝜇)3 ………………………….....… (2.06)
𝑛
𝑛 3
𝑎= ∑𝑛 (𝑋𝑖 − X) .………………………..…….. (2.07)
(𝑛−1)(𝑛−2) 𝑖=1

11
Dimana :
𝐶𝑆 = koefisien kemencengan curah hujan
𝜎 = standar deviasi dari populasi curah hujan
𝑆𝑑 = standar deviasi dari sampel curah hujan
𝜇 = nilai rata-rata dari data populasi curah hujan
X = nilai rata-rata dari data sampel curah hujan
𝑋𝑖 = curah hujan ke-𝑖
𝑛 = jumlah data curah hujan
𝑎, 𝛼 = parameter kemencengan
 Koefisien kurtosisKoefisien kurtosis adalah suatu nilai yang menunjukkan
keruncingan dari bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan
dengan distribusi normal yang mempunyai 𝐶𝑘 < 3 yang dinamakan
mesokurtik, 𝐶𝑘 < 3 berpuncak tajam yang dinamakan leptokurtik, sedangkan
𝐶𝑘 < 3 berpuncak datar dinamakan platikurtik.

Gambar : 2.3 Koefisien kurtosis


Sumber : Dok Pribadi
Koefisien kurtosis biasanya digunakan untuk menentukan keruncingan kurva
distribusi, dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑀𝐴(4)
𝐶𝑘 = ....………………………………………………… (2.08)
𝑆𝑑

Dimana :
𝐶𝑘 = koefisien kurtosis
𝑀𝐴(4) = momen ke-4 terhadap nilai rata-rata
𝑆𝑑 = standar deviasi

12
Untuk data yang belum dikelompokkan, maka :
4
1 𝑛
∑ (𝑋 − X)
𝑛 𝑖=1 𝑖
𝐶𝑘 = ………………………………………….. (2.09)
𝑆𝑑 4
dan untuk data yang sudah dikelompokkan
4
1 𝑛
∑ (𝑋 − X ) 𝑓𝑖
𝑛 𝑖=1 𝑖
𝐶𝑘 = ……………………………………….. (2.10)
𝑆𝑑 4
Dimana :
𝐶𝑘 = koefisien kurtosis curah hujan
𝑛 = jumlah data curah hujan
𝑋𝑖 = curah hujan ke-𝑖
X = nilai rata-rata dari data sampel
𝑓𝑖 = nilai frekuensi variat ke-𝑖
𝑆𝑑 = standar deviasi
b. Pemilihan Jenis Sebaran
Masing-masing sebaran memiliki sifat-sifat khas sehingga harus diuji
kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing sebaran tersebut. Pemilihan
sebaran yang tidak benar dapat mengundang kesalahan perkiraan yang cukup besar.
Pengambilan sebaran secara sembarang tanpa pengujian data hidrologi sangat tidak
dianjurkan. Penentuan jenis sebaran yang akan digunakan untuk analisis frekuensi
dapat dipakai beberapa cara sebagai berikut.
Tabel 2.1 Pedoman Pemilihan Sebaran
Jenis Sebaran Syarat
Cs ≈ 0
Normal
Ck ≈ 3
Cs ≤ 1,1396
Gumbel Tipe I
Ck ≤ 5,4002
Log Pearson Tipe Cs ≠ 0
III Ck ≈1,5Cs2+3
Cs ≈ 3Cv + Cv
Log normal
Cv ≈ 0
Sumber : Soewarno, 1995

13
2.9.1 Distribusi Normal
Distribusi normal biyasa digunakan dalam analisis hidrologi, misal dalam analisis
frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi rata-rata curah hujan tahunan,
debit rata-rata tahunan dan sebagainya. Sebaran normal atau kurva normal disebut
pula sebaran Gauss Probability Density Function dari sebaran normal, adapun
persamaan umum yang biyasa digunakan adalah sebagai berikut (Soewarno, 1995).

̅ + k. S ………....………..…………...…………………… (2.11)
X=X

Dimana :
X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan besar peluang tertentu
atau pada periode ulang tertentu.
̅
X = Nilai rata-rata hitung variat.
k = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari pada peluang atau periode
ulang dan tipe model matematika dari distribusi peluang yang digunakan
untuk analisis peluang pada tabel 2.2.
S = Deviasi standar nilai variat.

Tabel 2.2 Nilai ( k ) Variabel Reduksi Gauss


Periode Ulang
Peluang K
T (Tahun)
1.001 0.999 -3.05
1.005 0.995 -2.58
1.010 0.990 -2.33
1.050 0.950 -1.64
1.110 0.900 -1.28
1.250 0.800 -0.84
1.330 0.750 -0.67
1.430 0.700 -0.52
1.670 0.600 -0.25
2.000 0.400 0
2.500 0.300 0.25
3.330 0.250 0.52
Sumber: Soewarno, 1995

14
Lanjutan Tabel 2.2
Periode Ulang
Peluang K
T (Tahun)
4.000 0.200 0.67
5.000 0.200 0.84
10.000 0.100 1.28
20.000 0.050 1.64
50.000 0.200 2.05
100.000 0.010 2.33
200.000 0.005 2.58
500.000 0.002 2.88
1000.000 0.001 3.09
Sumber: Soewarno, 1995

2.9.2 Distribusi Log Normal


Sebaran log normal merupakan hasil transformasi dari sebaran normal, yaitu
dengan mengubah nilai variat X menjadi nilai logaritmik variat X. Sebaran log-
Pearson III akan menjadi sebaran log normal apabila nilai koefisien kemencengan
Cs = 0,00. Metode log normal apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik
akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model
matematik dangan persamaan sebagai berikut (Soewarno,1995) :
Log X = ̅̅̅̅̅̅̅̅
log X + k . SlogX ……..……….………….....……..…… (2.12)

Dimana :
LogX = Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada peluang atau periode
ulang tertentu.
̅̅̅̅̅̅
log X =Rata-rata nilai X hasil pengamatan
k = Karakteristiki dari distribusi log normal. Nilai k dapat diperoleh
dari tabel 2.2, yang merupakan fungsi peluang kumulatif dan periode ulang,
lihat
Slog = Deviasi standar logaritmik nilai X hasil pengamatan.
2.9.3 Distribusi Gumbel Type-I
Distribusi Gumbel Type-I digunakan untuk analisis data maksimum, misal
untuk analisis frekuensi banjir. Untuk menghitung curah hujan rencana dengan

15
metode sebaran Gumbel Type-I digunakan persamaan distribusi frekuensi empiris
sebagai berikut (CD.Soemarto, 1999) :
̅ + S. k ………….………………………..………..….…... (2.13)
XT = X

Dimana :
XT = Nilai hujan rencana dengan data ukur T tahun.
̅
X = Nilai rata-rata hujan.
S = Standar deviasi.
k = Faktor frekuensi Gumbel.

Yt −Yn
k= …………………………………..………….....…..….. (2.14)
Sn

Dimana :
Yt = Nilai reduksi variat (reduced variate) dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang T (tahun) yang dapat dilihat pada tabel 2.3.
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variat (reduce mean) nilainya tergantung
dari jumlah data (n), yang dapat dilihat pada tabel 2.4.
Sn = Deviasi standar dari reduksi variat (reduced standart deviation)
nilainya tergantung dari jumlah data (n), yang dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.3 Reduced Variate (Yt) Metode Gumbel Type-I


Periode Ulang
Reduced Variate
T (Tahun)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
20 2.9606
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
200 5.2960
500 6.2140
Sumber : CD.Soemarto,1999

16
Lanjutan Tabel 2.3
Periode Ulang
Reduced Variate
T (Tahun)
1000 6.9190
5000 8.5390
10000 9.9210
Sumber : CD.Soemarto,1999

Tabel 2.4 Reduced mean (Yn) Metode Gumbel Type-I


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5300 0.5820 0.5882 0.5343 0.5353
30 0.5363 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5400 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5463 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5468 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600
Sumber: CD. Soemarto,1999

Tabel 2.5 Reduced Standard Deviation (Sn) Metode Gumbel Type-I


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0315 1.0961 1.1004 1.1047 1.1080
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590
50 1.1607 1.1923 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734
60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2046 1.2049 1.2055 1.2060
100 1.2065
Sumber: CD.Soemarto, 1999

17
2.9.4 Distribusi Log Pearson Type-III
Distribusi Log Pearson Type-I digunakan dalam analisis hidrologi, terutama
dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai
ekstrim. Bentuk sebaran Log-Pearson Type-III merupakan hasil transformasi dari
sebaran Pearson Type-III dengan menggantikan variat menjadi nilai logaritmik.
Metode Log-Pearson Type-III apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik
akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model
matematik dengan persamaan sebagai berikut (CD.Soemarto, 1999) :
Log XT = LogX + (K T . S LogX) ……..……….……..………...….. (2.15)

Dimana :
LogXT = Nilai logaritma hujan rencana dengan periode ulang T
LogX = Nilai rata-rata dari Log X
KT = Variabel standar, besarnya tergantung koefisien kepencengan (Cs
atau G pada table 2.6 frekuensi KT untuk distribusi Log Perason Type-III)
SLogX = Deviasi standar dari Log X = 0.5
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Mengubah data curah hujan sebanyak 𝑛 buah X1, X2, X3,... Xn menjadi
log(X1), log(X2), log(X3),...., log(Xn )

2. Menghitung harga rata-ratanya dengan rumus :


∑n
i=1 log(Xi)
Log X = …..……………...……………...…..……... (2.16)
n

Dimana :
Log X = Harga rata-rata logaritmik
n = Jumlah data
Xi = Nilai curah hujan tiap-tiap tahun (R24 maks)
3. Menghitung harga standar deviasinya dengan rumus berikut :
2
𝑛
√∑𝑖=1{log(𝑋𝑖)− log(X ) }
S Log X = 𝑛−1
……………...…..…………. (2.17)

Dimana :
S Log X = Standar deviasi

18
4. Menghitung koefisien skewness (Cs) dengan rumus :
3
∑𝑛
𝑖=1{log(𝑋𝑖)− log(X ) }
Cs = ......................................................... (2.18)
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆𝑑3

Dimana :
Cs = Koefisien skewness
5. Menghitung logaritma hujan rencana dengan periode ulang T tahun dengan
rumus :
Log XT = LogX + K T . S LogX …………...……………….....… (2.19)
Dimana :
XT = Curah hujan rencana periode ulang T tahun
K T = Harga yang diperoleh berdasarkan nilai Cs
6. Menghitung koefisien kurtosis (Ck) dengan rumus :
4
n2 ∑ni=1{log(Xi)− log(X ) }
Ck = ………...…………..……...…….. (2.20)
(n−1)(n−2)(n−3)Sd4

Dimana :
Ck = Koefisien kurtosis
7. Menghitung koefisien variasi (Cv) dengan rumus :
𝑆𝑑
𝐶𝑣 = …………………..……………...……………… (2.21)
log(X )
Dimana :
Cv = Koefisien variasi
𝑆𝑑 = Standar devias

Tabel 2.6 Harga 𝐊 𝐓 untuk Metode Sebaran Log Pearson Type-III


Periode Ulang Tahun
Koefisien
2 5 10 25 50 100 200 1000
Kemencengan
Peluang (%)
(Cs)
50 20 10 4 2 1 0.5 0.1
3.0 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
Sumber : CD. Soemarto,1999

19
Lanjutan Tabel 2.6
Periode Ulang Tahun
Koefisien
2 5 10 25 50 100 200 1000
Kemencengan
Peluang (%)
(Cs)
50 20 10 4 2 1 0.5 0.1
2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.8 -0.132 0.780 1.336 2.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.7 -0.116 0.790 1.333 2.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.6 -0.099 0.800 1.328 2.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.5 -0.083 0.808 1.323 2.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.4 -0.066 0.816 1.317 2.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.3 -0.050 0.824 1.309 2.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -0.033 0.830 1.301 2.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -0.017 0.836 1.292 2.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 0.000 0.842 1.282 2.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 0.017 0.836 1.270 2.761 2.000 2.252 2.482 3.950
-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 0.132 0.856 1.166 1.488 1.606 1.733 1.837 2.035
Sumber : CD. Soemarto,1999

20
2.10 Uji Kecocokan Distribusi
Uji kecocokan distribusi/sebaran dilakukan dengan maksud, untuk
menentukan apakah persamaan sebaran peluang yang telah dipilih dapat
menggambarkan atau mewakili dari sebaran statistik sampel data yang dianalisis
tersebut (Soemarto,1999).
Ada dua jenis uji kecocokan (Goodness of fit test) yaitu uji kecocokan Chi-
Square dan Smirnov-Kolmogorof. Umumnya pengujian dilaksanakan dengan cara
mengambarkan data pada kertas peluang dan menentukan apakah data tersebut
merupakan garis lurus, atau dengan membandingkan kurva frekuensi dari data
pengamatan terhadap kurva frekuensi teoritisnya (Soewarno,1995).
2.10.1 Uji Kecocokan Chi-Square
Uji kecocokan Chi-Square dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan sebaran peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi
statistik sampel data yang dianalisis didasarkan pada jumlah pengamatan yang
diharapkan pada pembagian kelas dan ditentukan terhadap jumlah data pengamatan
yang terbaca di dalam kelas tersebut atau dengan membandingkan nilai Chi-Square
(𝑥 2 )dengan nilai Chi-Square kritis (𝑥 2 cr). Uji kecocokan Chi-Square
menggunakan persamaan rumus (Soewarno,1995) :
(𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
𝑥ℎ2 = ∑𝐺𝑖=1 ………………….…..…………………………… (2.22)
𝐸𝑖

Dimana :
𝑥ℎ2 = Harga Chi-Square terhitung
Oi = Jumlah data yang teramati terdapat pada sub kelompok ke-i
𝐸𝑖 = Jumlah data yang secara teoritis terdapat pada sub kelompok ke-I
G = Jumlah sub kelompok
K = 1 + 3.33 ln(N) ………………...…...…………………………… (2.23)
Dimana :
K = Jumlah kelas distribusi
N = Jumlah data
Parameter 𝑥ℎ2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai 𝑥ℎ2 sama atau
lebih besar dari pada nilai Chi-Square yang sebenarnya(𝑥 2 ). Suatu distrisbusi
dikatakan selaras jika nilai 𝑥 2 hitung < 𝑥 2 kritis. Nilai 𝑥 2 kritis dapat dilihat di
tabel 2.6. Dari hasil pengamatan yang didapat dicari penyimpangannya dengan Chi-
21
Square kritis paling kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang
sering diambil adalah 5%.
Prosedur uji kecocokan Chi-Square adalah :
a. Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya).
b. Kelompokkan data menjadi G sub-group, tiap-tiap sub-group minimal
terdapat lima buah data pengamatan.
c. Hitung jumlah pengamatan yang teramati di dalam tiap-tiap sub-group (Oi).
d. Hitung jumlah atau banyaknya data yang secara teoritis ada di tiap-tiap sub-
group (Ei).
(𝑂𝑖 −𝐸𝑖 )2
e. Tiap-tiap sub-group hitung nilai : (𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 ) dan 𝐸𝑖

(𝑂𝑖 −𝐸𝑖 )2
f. Jumlah seluruh G sub-group nilai ∑ untuk menentukan nilai Chi-
𝐸𝑖

Square hitung.
g. Tentukan derajat kebebasan dk = G − R − 1 (nilai R = 2, untuk distribusi
normal dan binomial, dan nilai R = 1, untuk distribusi Poisson).
Derajat kebebasan yang digunakan pada perhitungan ini adalah dengan rumus
sebagai berikut :
dk = G – R − 1 ………….………..……………….…..………… (2.24)
Dimana :
dk = Derajat kebebasan
G = Banyaknya group
Adapun kriteria penilaian hasilnya adalah sebagai berikut :
- Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
- Apabila peluang lebih kecil dari 1%, maka persamaan distribusi teoritis
yang digunakan tidak dapat diterima.
- Apabila peluang lebih kecil dari 1% - 5%, maka tidak mungkin mengambil
keputusan, misal perlu penambahan data.

22
Tabel 2.7 Nilai 𝒙𝟐 Kritis Untuk Uji Kecocokan Chi-Square
α Derajat Kepercayaan
Dk
0.995 0.99 0.975 0.95 0.05 0.025 0.01 0.005
0.0009 0.0031
1 0.00004 0.00016 3.841 5.024 6.635 6.635
8 0
2 0.0100 0.0201 0.0506 0.103 5.991 7.378 9.210 10.597
3 0.0717 0.115 0.216 0.352 7.815 9.348 11.345 12.838
4 0.207 0.297 0.484 0.711 9.488 11.143 13.277 14.860
5 0.412 0.554 0.831 1.145 11.070 12.832 15.086 16.750
6 0.676 0.872 1.237 1.635 12.592 14.449 16.812 18.548
7 0.989 1.239 1.690 2.167 14.067 16.013 18.475 20.278
8 1.344 1.646 2.180 2.733 15.507 17.535 20.090 21.955
9 1.735 2.088 2.700 3.325 16.919 19.023 21.666 23.589
10 2.156 2.558 3.247 3.940 18.307 20.483 23.209 25.188
11 2.603 3.053 3.816 4.575 19.675 21.920 24.725 26.757
12 3.074 3.571 4.404 5.226 21.026 23.337 26.217 28.300
13 3.565 4.107 5.009 5.892 22.362 24.736 27.688 29.819
14 4.075 4.660 5.629 6.571 23.685 26.119 29.141 31.319
15 4.601 5.229 6.262 7.261 24.996 27.488 30.578 32.801
16 5.142 5.812 6.908 7.962 26.296 28.845 32.000 34.267
17 5.697 6.408 7.564 8.672 27.587 30.191 33.409 35.718
18 6.265 7.015 8.231 9.390 28.869 31.526 34.805 37.156
19 6.844 7.633 8.907 10.117 30.144 32.852 36.191 38.582
20 7.434 8.260 9.591 10.851 31.410 34.170 37.566 39.997
21 8.034 8.897 10.283 11.591 32.671 35.479 38.932 41.401
22 8.643 9.542 10.982 12.338 33.924 36.781 40.289 42.796
23 9.260 10.196 11.689 13.091 36.172 38.076 41.683 44.181
24 9.886 10.856 12.401 13.848 36.415 39.364 42.980 45.558
25 10.520 11.524 13.120 14.611 37.652 40.646 44.314 46.928
26 11.160 12.198 13.844 15.379 38.885 41.923 45.642 48.290
27 11.808 12.879 14.573 16.151 40.113 43.194 46.963 49.645
28 12.461 13.565 15.308 16.928 41.337 44.461 48.278 50.993
29 13.121 14.256 16.047 17.708 42.557 45.722 49.588 52.336
Sumber: Soewarno,1995

23
Lanjutan Tabel 2.7
α Derajat Kepercayaan
Dk
0.995 0.99 0.975 0.95 0.05 0.025 0.01 0.005
30 13.787 14.953 16.791 18.493 43.773 46.979 50.892 53.672
Sumber: Soewarno,1995
2.10.2 Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorof
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorof dilakukan dengan membandingkan
probabilitas untuk tiap-tiap variabel dari distribusi empiris dan teoritis didapat
perbedaan (∆). Perbedaan maksimum yang dihitung (∆ maks) dibandingkan
dengan perbedaan kritis (∆cr) untuk suatu derajat nyata dan banyaknya variat
tertentu, maka sebaran sesuai jika (∆maks) < (∆cr).
Rumus yang dipakai (Soewarno, 1995).
𝑃max 𝑃(𝑥𝑖)
𝛼= − ………………...….……………………………….…… (2.25)
𝑃(𝑥) ∆𝐶𝑟

Prosedur uji kecocokan Smirnov-Kolmogorof adalah :


a. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya nilai
masing-masing data tersebut :
X1 → P(X1 )
X2 → P(X2 )
Xm → P(Xm )
Xn → P(Xn )
b. Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya) :
X1 → P′(X1)
X2 → P′(X2 )
Xm → P′(Xm )
Xn → P′(Xn )
c. Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antara pluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
D = maksimum [ P′(Xm) – P(Xm)] ……………...……………..… (2.26)
d. Berdasarkan tabel 2.8 nilai kritis (Smirnov – Kolmogorof test), dapat
ditentukan harga D0.

24
Tabel 2.8 Nilai 𝐃𝟎 Kritis Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorof
Jumlah Data α (Derajat Kepercayaan)
N 0.20 0.10 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.30 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.20 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.20 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
n ˃ 50 1.07/n 1.22/n 1.36/n 1.63/n
Sumber: Soewarno,1995

2.11 Analisis Debit Banjir Rencana


Debit banjir rencana dapat ditentukan dengan metode hubungan empiris
antara curah hujan dengan limpasan, yakni dengan metode Nakayasu, namun ada
beberapa hal yang harus di tentukan terlebih dahulu, sebelum melakukan
menganalisis debit banjir dengan metode Nakayasu :
a. Distribusi Hujan Jam-Jaman
Soewarno dalam (Manahan dan Haekal, 2015), untuk menghitung distribusi
hujan diperlukan suatu pendekatan yang mungkin terjadi pada selang waktu
tertentu, dan dalam selang waktu tersebut dapat diambil suatu pendekatan 5 jam
tiap harinya. Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan curah hujan
jam-jaman, adalah sebagai berikut :
R24
Ro = ……………………………………….……...……….…… (2.27)
t
2
t 3
Rt = RO (T) ………………………...……………….…………… (2.28)

Dimana :
𝑅𝑂 = Hujan harian rerata (mm)
𝑅24 = Curah hujan netto dalam 24 jam (mm)

25
𝑅𝑡 = Rerata hujan dari awal sampai T (mm)
𝑇 = Waktu mulai hujan hingga ke-t (jam)
𝑡 = Waktu konsentrasi (jam)
Adapun persamaan yang akan digunakan untuk menentukan jam ke-t, adalah
sebagai berikut :
R′t = tRt − (t − 1)R (t−1) ……………………….…………………. (2.29)
Dimana :
R′t = Tinggi hujan pada jam ke-T (mm)
T = Waktu konsentrasi (jam)
Rt = Rata-rata hujan sampai T (mm)
R(t−1) = Rata-rata hujan dari awal sampai ke-T jam (jam)
b. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran tergantung pada faktor-faktor untuk menentukan
koefisien pengaliran rata-rata (C) dengan berbagai kondisi permukaan dapat
ditentukan melalui tabel 2.8 atau ditentukan dengan mengunakan persamaan
berikut ini Soewarno dalam (Manahan dan Haekal, 2015).
∑n
i=1 Ai Ci
C= ∑n
………………………………………………………… (2.30)
i=1 Ai

Dimana :
C = Koefesien pengaliran rata-rata
A = Luas masing-masing tata guna lahan (km2)
Ci = Koefesien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan
n = Banyak jenis tata guna lahan dalam satu daerah

Tabel 2.9 Koefisien Pengaliran


Kondisi DAS
No Angka Pengaliran
(Daerah Aliran Sungai)
1. Bergunung 0.75 – 0.9
2. Pengunungan Tersier 0.7 – 0.8
Sungai dengan tanah dan hutan di
3. 0.5 – 0.75
bagian atas dan bawahnya
4. Tanah berelief berat dan berhutan 0.5 – 0.75
Sumber : Soewarno dalam (Manahan dan Haekal, 2015)

26
Lanjutan Tabel 2.9
Kondisi DAS
No Angka Pengaliran
(Daerah Aliran Sungai)
5. Tanah dasar yang ditanam 0.45 – 0.6
6. Sawah waktu diairi 0.7 – 0.8
7. Sungai bergunung 0.75 – 0.85
8. Sungai dataran 0.45 – 0.75
Sumber : Soewarno dalam (Manahan dan Haekal, 2015)

c. Koefisien Aliran
Koefisien aliran dapat diartikan sebagai hubungan antara aliran dan curah
hujan pada selang waktu tertentu dan pada kondisi fisik DAS (daerah aliran sungai)
tertentu. Untuk mengukur besarnya koefisien aliran dapat ditentukan dengan cara
debit aliran tahunan, maupun debit aliran sesaat dan laju aliran serta dapat pula
ditentukan dengan melihat tabel 2.9, seperti pada tabel berikut ini Suyono dalam
(Manahan dan Haekal, 2015).
Tabel 2.10 Koefisien Aliran
No Daerah Koefisien Aliran
1. Perumahan tidak begitu rapat 0.25 – 0.4
2. Perumahan kerapatan sedang 0.4 – 0.7
3. Perumahan rapat 0.7 – 0.8
4. Taman dan daerah rekreasi 0.2 – 0.3
5. Daerah industry 0.8 – 0.9
6. Daerah perniagaan 0.9 – 0.95
Sumber : Wesli dalam (Manahan dan Haekal, 2015)

d. Hujan Efektif
Hujan efektif adalah jumlah hujan yang jatuh selama periode tertentu. Jumlah
curah hujan efektif pada areal, tergantung pada intensitas hujan, topografi areal,
sistem pengolahan tanah serta tingkat pertumbuhan tanaman. Perhitungan curah
hujan efektif dapat dilakukan dengan persamaan 2.21, dimana curah hujan
rancangan menggunakan hasil analisis curah hujan rencana. Hujan efektif Rn dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Manahan dan Haekal, 2015).
Rn = C × R …………………………………………………………. (2.31)
Dimana :
27
Rn = Hujan efektif
C = Koefisien pengaliran
R = Intensitas curah hujan
e. Metode Nakayasu
Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa
sungai di Jepang. Penggunaan metode ini memerlukan beberapa karakteristik
parameter di daerah alirannya, seperti (Soemarto, 1987) :
1. Tenggang waktu dari permukaan hujan sampai puncak hidrograf (time of
peak)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time
lag)
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4. Luas daerah aliran sungai
5. Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)
Bentuk persamaan HSS Nakayasu adalah :
𝐶𝐴.𝑅𝑜
𝑄𝑝 = 3,6(0,3𝑇𝑝+𝑇 ……………........……………..………….…...... (2.32)
0,3 )

Dengan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/detik)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak
sampai 30% dari debit puncak (jam)
CA = Luas daerah pengaliran sampai outlet (Km2)
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus sebagai
berikut :
𝑇𝑝 = 𝑡𝑔 + 0,8 𝑡𝑟 …...…….………….………………...……..… (2.33)
𝑇0,3 = 𝛼 𝑡𝑔 ………………….…………………………...…..….. (2.34)
𝑇𝑟 = 0,5 𝑡𝑔 sampai 𝑡𝑔 ……...………….…...……………..…... (2.35)
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir
(jam). tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

28
 Sungai dengan panjang alur L > 15 km : tg = 0,4 + 0,058 L
 Sungai dengan panjang alur L < 15 km : tg = 0,21 L0,7
Perhitungan T0,3 menggunakan ketentuan:
 α = 2 pada daerah pengaliran biasa
 α = 1,5 pada bagian naik hidrograf lambat, dan turun cepat
 α = 3 pada bagian naik hidrograf cepat, dan turun lambat
Pada waku naik : 0 < t < Tp
𝑄𝑎 = (𝑡/𝑇𝑝)2,4 …….……..………………………………...…… (2.36)
dimana 𝑄𝑎 adalah limpasan sebelum mencapai debit puncak (m 3/detik)
Pada kurva turun (decreasing limb) :
a. Selang nilai : 0 ≤ 𝑡 ≤ (𝑇𝑝 + 𝑇0,3 ) ……………..……..……... (2.37)
𝑡−𝑇𝑝
( )
𝑄𝑑1 = 𝑄𝑝 . 0,3 𝑇0,3
………………..………..………….. (2.38)
b. Selang nilai : (𝑇𝑝 + 𝑇0,3) ≤ 𝑡 ≤ (𝑇𝑝 + 𝑇0,3 + 1,5 𝑇0,3) …..… (2.39)
𝑡−𝑇𝑝+0,5𝑇0,3
( )
𝑄𝑑2 = 𝑄𝑝 . 0,3 1,5𝑇0,3
………………………….……. (2.40)
c. Sedang nilai : 𝑡 > (𝑇𝑝 + 𝑇0,3 + 1,5 𝑇0,3 ) …….………………... (2.41)
𝑡−𝑇𝑝+1,5𝑇0,3
( )
𝑄𝑑3 = 𝑄𝑝 . 0,3 2𝑇0,3
…………...……..……..……. (2.42)

2.12 Kapasitas Eksisting Sungai (fullbank capacity)


Kapasitas eksisting merupakan besaran daya tampung suatu saluran/sungai
yang di hitung berdasarkan debit maksimum yang masuk ke dalam saluran. Dari
perhitungan kapasitas saluran/sungai tersebut akan diketahui apakah saluran
eksisting masih mampu menampung debit yang mengalir atau tidak. Dalam
perhitungan fullbank capacity tersebut digunakan persamaan kontinuitas dan
persamaan sebagai berikut (Suripin, 2004).
 Persamaan untuk menentukan debit Q (m3/detik), berikut ini :
Q=VxA …………………………………………………… (2.43)
Dimana :
Q = Debit (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang (m2)

29
 Persamaan untuk menentukan kecepatan aliran V (m/detik), berikut ini :
1 2⁄ 1⁄
V=n R 3 S 2 ………………………………………. (2.44)

 Persamaan untuk menentukan luas penampang saluran A (m 2), berikut ini :


A = (b + m . h)h ………………………………………… (2.45)
Atau
A = h2 √3 ………………………………………… (2.46)
Dimana :
A = Luas penampang (m2)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
 Persamaan untuk menentukan kemiringan dinding saluran m (m), berikut :
m = √x 2 + y2 ………………………………………. (2.47)
Dimana :
m = Kemiringan dinding saluran (m)
x = Sisi vertikal (m)
y = Sisi horizontal (m)
 Persamaan untuk menentukan jari-jari hidrolis R (m), berikut ini :
A
R=P ……………………………………………………… (2.48)

Atau
h
R=2 ……………………………………………………… (2.49)

Dimana :
A = Luas penampang (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
 Persamaan untuk menentukan keliling basah saluran P (m), berikut ini :
P = b + 2h2 (m2 + 1)0.5 …………………………...... (2.50)
Dimana :
P = Keliling basah saluran (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
30
 Persamaan untuk menentukan kemiringan saluran S (m), berikut ini :
T1−T2
S= …………………………………………….. (2.51)
L

Dimana :
S = Kemiringan saluran (m)
T1 = Tinggi saluran hulu (m)
T2 = Tinggi saluran hilir (m)
L = Panjang Saluran (m)
 Untuk menentukan nilai dari koefisien manning n dapat ditentukan dengan
melihat tabel 2.11, berikut ini.
Tabel 2.11 Nilai n Kekasaran Manning
Harga n
No Tipe saluran & jenis bahan Maksim
Minimum Normal
um
1. Beton
 Gorong-gorong lurus dan 0,010 0,011 0,013
bebas dari kotoran
 Gorong-gorong dengan 0,011 0,013 0,014
lengkungan dan sedikit
kotoran/gangguan
 Beton dipoles 0,011 0,012 0,014
 Saluran pembuang dengan bak 0,013 0,015 0,017
kontrol
2. Tanah, lurus dan seragam
 Bersih baru 0,016 0,018 0,020
 Bersih telah melapuk 0,018 0,022 0,025
 Berkerikil 0,022 0,025 0,030
 Berumput pendek, sedikit 0,022 0,027 0,033
tanaman pengganggu
3. Saluran alam
 Bersih lurus 0,025 0,030 0,033
 Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
 Banyak tanaman pengganggu 0,050 0,070 0,08
 Dataran banjir berumput 0,025 0,030 0,035
pendek – tinggi
 Saluran di belukar 0,035 0,050 0,07
Sumber: Chow, Ven Te

 Persamaan untuk menentukan tinggi jagaan W (m), berikut ini :


W = √0.5 h ……………………………………..…. (2.52)
Dimana :

31
W = Tinggi jagaan (m)
h = Tinggi muka air (m)

2.13 Penelitian Terdahulu


Suroso (2014) didalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Dan
Perencanaan Ulang Saluran Drainase Pada Kawasan Perumahan Sawojajar
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang’’ Penelitian ini berisi tentang
perencanaan mengunakan perhitungan banjir rencana dengan pereode ulang 5, 10
dan 25 tahun. Didapatkan hasil evaluasi saluran, didapatkan saluran B, D’, L, dan
L’ masih aman untuk debit banjir rancangan kala ulang 10 tahun dan 25 tahun,
sedangkan saluran lainnya masih diperlukan perencanaan ulang karena
kapasitasnya tidak memenuhi debit banjir rencana.

Chandra Apriansyah (2018) didalam penelitiannya yang berjudul “Analisis


Sistem Drainase Perkotaan Di Jalan Semangka Tanjung Selor Kabupaten Bulungan
(Menggunakan Hec-Ras 5.0.1)”. Pada penelitian ini didapatkan kapasitas debit
banjir rencana saluran drainase kiri kanan dan output pada jalan Semangka Tanjung
Selor sebesar 3,231 m3/dtk, 4,205 m3/dtk dan 7,436 m3/dtk.
Dari hasil perhitungan debit rencana didapatkan perbandingan dimensi
saluran rencana pada Drainase kanan lebar bawah (B) = 1,23 m; tinggi saluran (H)
= 1,93 m; dengan tinggi air (hair) = 1,17 dan untuk Drainase Outputnya lebar bawah
(B) = 1,68 m; tinggi saluran (H) = 2,30 m; dengan tinggi air (hair) = 1,45 m.

Sinarno, (2021) didalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Bangunan


Pelimpah Tipe Saluran Terbika Pada Embung Binalatung” Berdasarkan hasil
analisis, maka diperoleh debit banjir rencana periode ulang 100 tahun dengan nilai
Q = 20.047 m3/detik, yang digunakan untuk menganalisis bentuk bagunan pelimpah
(Spillway) dan saluran pengarah pelimpah (Controle Structures) pada embung
Binalatung Kota Tarakan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Dari hasil analisis, dapat diperoleh bentuk bagunan pelimpah (Spillway)
dengan mengunakan debit banjir rencana periode ulang 100 tahun. Maka diperoleh
bentuk bagunan pelimpah dengan tinggi bagunan pelimpah (H) = 1.002 m, tinggi

32
jagaan/freeboar (W) = 1 m, dan lebar bawah (B) dengan asumsi = 10 m, maka
bentuk bagunan pelimpah (Spillway) dapat digambarkan seperti gambar berikut ini.
Dari hasil analisis, dapat diperoleh bentuk saluran pengarah pelimpah
(Controle Structures) dengan mengunakan debit banjir rencana periode ulang 100
tahun. Maka diperoleh bentuk saluran pengarah pelimpah (Controle Structures)
dengan tinggi bagunan (h) = 0.542 m, tinggi jagaan/freeboar (W) = 1 m, dan lebar
bawah (B) dengan asumsi = 4 m, maka bentuk saluran pengarah pelimpah
(Spillway) dapat digambarkan seperti berikut ini.

Muhammad Ramadhan (2021) didalam penelitiannya yang berjudul “Studi


Potensi Terjadinya Peluapan Aliran Sungai Kampung Empat dan Kampung Bugis”
Berdasarkan pembahasan dari bab 1 sampai dengan bab 4 guna menjawab
permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Maka hasil dari penelitian yang
telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi dengan software HEC-RAS di
sungai Mahakam Kampung Empat dengan menggunakan debit rencana periode
ulang 100 Tahun, pada semua Stasiun (STA) tidak mengalami peluapan aliran.
Adapun debit maksimum diperoleh dengan nilai (QAliran+ Q100th) = 34,18 m3/dtk
dan (QSaluran) = 92,89 m3/dtk. Dari hasil tersebut didapatkan perbandingan bahwa
(QAliran+ Q100th) < (QSaluran) yang berarti saluran dapat menampung debit yang
mengalir, tetapi masih terjadi potensi peluapan aliran pada waktu pasang dan hujan.
Sedangkan di sungai Kampung Bugis dengan menggunakan debit rencana periode
ulang 100 Tahun, pada semua Stasiun (STA) mengalami peluapan aliran. Adapun
debit maksimum diperoleh dengan nilai (QAliran+ Q100th) = 51,44 m/dtk. Dari
hasil tersebut didapatkan perbandingan bahwa (QAliran+ Q100th) > (QSaluran)
yang berarti saluran tidak dapat menampung debit yang mengalir.
Pada sungai Kampung Bugis terjadi peluapan debit aliran dikarenakan adanya
beberapa hal sebagai berikut :
Pendangkalan (sedimentasi) di beberapa titik alur sungai yang dikarenakan
adanya pengendapan material alami seperti tanah dan pasir, sehingga terjadi
penyempitan alur sungai yang menyebabkan daya tampung volume air sungai
tersebut berkurang.

33
Intensitas curah hujan yang cukup tinggi dalam waktu yang lama juga
berpengaruh terhadap peluapan aliran. Jadi, saat hujan deras dalam durasi waktu
yang lama dan berkurangnya sudah daya tampung volume air di sungai tersebut
akibat sedimentasi, sehingga sistem drainase tersebut tidak berfungsi secara
maksimal.

Dhani Pratama, dkk (2014) didalam penelitiannya yang berjudul “Studi


Normalisasi Kapasitas Penampang Sungai (Studi Kasus Engkulik di Kabupaten
Sintang)”. Dari hasil kajian sungai yang disurvey maka dapat di simpulkan bahwa
banjir di Kota Sintang khususnya DAS Engkulik disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
Faktor eksternal yang disebabkan oleh meluapnya sungai utama (Sungai
Kapuas dan Sungai Malawi) yang berdampak kepada tergenangnnya daerah-daerah
bantaran sungai tersebut serta daerah sekitranya yang memiliki elevasi yang rendah.
Faktor internal yang disebabkan oleh hujan lokal di Kota Sintang khususnya
DAS Engkulik dimana debit limpasan banjir yang diakibatakan hujan tersebut tidak
mampu ditampung dan dialirkan dengan cepat oleh sungai Engkulik dan sistem
drainase internalnya.

Liany Amelia Hendratta (2014) didalam penelitiannya yang berjudul


“Optimalisasi Sitem Jaringan Drainase Jalan Raya Sebagai Alternatif Penanganan
Masalah Genangan Air” Berdasarkan hasil kajian dan analisis mengenai
permasalahan genangan air yang terjadi di kompleks kantor kecamatan Tumintin,
maka dapat disimpukan bahwa dari saluran eksisiting berjumlah 14 ruas saluran,
yang memenuhi syarat kapasitas adalah 12 saluran sedangkan yang tidak memenuhi
syarat kapasitas berjumlah 2 saluran.

Restu Wigati, dkk (2016) didalam penelitiannya yang berjudul “Normalisasi


Sungai Ciliwung Mengunakan Program HEC-RAS 4.1 (Studi Kasus Cililitan-
Bidara Cina)’’ Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnnya, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam analisis penampang sungai Ciliwung mengunakan
program HEC-RAS dimensi yang telah direncanakn mampu menampung debit

34
rencana, contoh pada profil 159 untuk steady flow kala ulang 100 tahun di dapat Qs
= 370,688 m3/s ≥ Q100 = 307,012 m3/s atau debit yang diperlukan lebih besar dari
debit rencana (Qperlu ≥ Qrencana).

Dimaz Pradana Putra, dkk (2014) didalam penelitiannya yang berjudul


“Perencanaan Normalisasi Sungai Beringin di Kota Semarang” Berdasarkan hasil
kesimpulan pada penelitian ini, adalah rencana normalisasi sungai dilaksanakan di
kelurahan Wonosari-Muara Sungai Beringi, bermula pada STA 23-STA 00 dengan
jarak 7,810 km dengan debit banjir rencana periode ulang 10 tahu sebesar 180,59
m3/detik.

Fiyan Putra Satria Jaya (2016) didalam penelitiannya yang berjudul


“Normalisasi Sungai Remeneng Untuk Pengendalian Banjir di Kelurahan Babakan
Kota Mataram” Dari hasil perhitungan diperoleh debit banjir dengan kala ulang 25
tahun sebesar 13,693 m3/detik, yang digunakan untuk simulasi hidrolik dengan
software HEC-RAS pada kondisi eksisiting dan perencanaan normalisasi sungai
Remeneng.

Sribanun Laila Sa’adah Heremba (2012) didalam penelitiannya yang berjudul


“Studi Perencanaan Normalisasi Sungai Kali Sono di Kota Madiun” Berdasarkan
sistem operasi pengendalian banjir dengan kala ulang 5 tahun diperoleh debit banjir
rencana sebesar 87,623 m3/detik.

35
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penenlitian ini dilaksanakan di Desa Lapri yang secara administratif terletah
di Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara dan
secara geografis Desa Lapri tersebut berada pada titik koordinat untuk hulu E =
597441.399 m., N = 458248.030m dan Z = 20.37m. dengan titik koordinat untuk
hilir E = 597917.606m., N = 458938.067m dan Z = 20.35m.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


Sumber : Google Maps

Sungai Lapri merupakan sungai yang terbentuk secara alami dan berfungsi
sebagai sumber pengairan untuk kebutuhan air irigasi untuk persawahan di Desa
Lapri itu sendiri, selain berfunsi sebagai sumber air irigasi untuk persawahan juga
berfunsi sebagai tempat mengalirkan air hujan ketika hujan turun. Namun
belakagan ini kondisi eksisting penampang Sungai Lapri tidak mampu lagi
mengalirkan debit air ketika terjadi hujan yang intensitas curah hujannya cukup
tinggi, hal ini terlihat saat hujan turun Sungai Lapri seringkali mengalami banjir,
sehingga mengakibatkan beberapa rumah warga yang berada di sekitar bantaran
sungai tergenang air akibat debit air Sungai Lapri yang meluap.

36
3.2 Time Schedule Penelitian
Jadwal pelaksanaan (time schedule) merupakan suatu alat pengendali
kegiatan dalam pelaksanaan penelitian secara menyeluruh, agar pelaksanaan
penelitian tersebut dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah
dijadwalkan.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun
No Tahapan 2020 2021
Jan Feb Mar Jul Okt Des Jan Feb Mar Apr Mar
Tahapan Persiapan
a. Pengumpulan Refrensi √
b. Pengajuan Judul √
1.
c. Penyusunan Proposal √ √
d. Pengajuan Proposal √
e.Seminar Proposal √
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data √ √
b. Pengolahan Data √ √ √
c. Penyusunan Hasil

Penelitian
d. Pengajuan Seminar

2. Hasil
e. Seminar Hasil √
f. Revisi Seminar Hasil √
g. Pengajuan Seminar

Pendadaran
h. Ujian √
Skripsi/Pendadaran
Sumber : Dok Pribadi

3.3 Bahan dan Alat Penelitian


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan untuk
mengetahui kecepatan aliran dan kondisi eksisting penampang dari Sungai Lapri.
Adapun peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Meteran
2. Tongkat Ukur
3. Alat Tulis
4. Stopwatch
5. GPS (Global Policy and Strategy)
6. Kamera

37
3.4 Bagan Alir Penelitian
Berikut adalah kerangka penelitian yang dilakukan dan dapat dilihat pada
Gambar 3.2

Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

3 Data Sekunder
Data Primer
 Data Curah Hujan Maksimum
 Data tinggi muka air, kondisi 15 Harian
eksisting penampang, kecepatan  Panjang Sungai Lapri (L)
aliran dan debit aliran.  Luas Daerah Aliran Sungai
 Dokumentasi Lapangan Lapri (DAS)

Pengolahan Data :

1. Analisis Curah Hujan Rencana


2. Uji Kecocokan
3. Analisis Intensitas Curah Hujan
4. Analisa Debit Banjir Rencana
5. Analisa Potensi Banjir & Ridesain
dengan Rumus Manning

Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


Sumber : Dok Pribadi
3.5 Tahapan Persiapan
38
Tahapan persiapan adalah rangkaian kegiatan sebelum melaksanankan
pengumpulan data dan pengolahannya. Pada tahap awal ini disusun hal-hal penting
yang dilakukan dengan tujuan, agar kegiatan penelitian terstruktur, terkoordinasi
dan hasil sesuai dengan yang direncanakan. Berikut ini tahapan-tahapan dalam
persiapan penelitian :
a. Melakukan studi pustaka tentang permasalah yang berkaitan dengan sungai,
terutama tentang kecepatan aliran dan kondisi eksisting penampang sungai.
b. Mengadakan persyaratan administarasi.
c. Menentukan jenis dan sumber data yang digunakan.
d. Mendata instansi yang dijadikan narasumber.
e. Melakukan survey tempat penelitian untuk memperoleh gambaran umum,
serta situasi dan kondisi tempat penelitan.

3.6 Metode Pengambilan Data


Dalam proses penelitian, dibutuhkan analisis yang akurat. Untuk dapat
melakukan analisis yang baik, dibutuhkan data, teori konsep dasar, sehingga
kebutuhan akan data sangat mutlak diperlukan. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini terdiri atas :
1. Data Primer
Data yang dalam pengambilannya dengan turun langsung ke tempat
penelitian. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
a. Data hasil pengukuran kondisi eksisting penampang Sungai Lapri.
b. Data hasil pengukuran kecepatan aliran Sungai Lapri.
c. Dokumentasi kondisi eksisting penampang Sungai Lapri.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan mencari informasi
secara ilmiah pada instansi maupun lembaga yang terkait.
Adapun data-data yang diperlukan sebagai berikut :
a. Data curah hujan 15 tahun terakhir.
b. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Lapri
c. Panjang sungai Lapri (L)
3.7 Metode Pengolahan Data

39
Dalam proses analisi data sangat bergantung pada jenis data yang di peroleh
serta metode yang digunakan dalam analisi data. Maka dari itu dalam proses
pengolahan data pada penelitian ini meliputi :
3.7.1 Pemilihan Jenis Distribusi
Pemilihan jenis distribusi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 2.1,
dengan membandingkan nilai Cs, Ck dan Cv yang telah ditentukan sebelumnya.
3.7.2 Analisis Curah Hujan Rencana
Pada analisis curah hujan rencana dihitung dengan menggunakan beberapa
metode yaitu metode Distribusi Normal dan Distribusi Log Normal, serta data yang
diperlukan dalam perhitungan adalah data curah hujan harian maksimum :
 Distribusi Normal (Menggunakan Persamaan 2.11).
 Distribusi Log Normal (Menggunakan Persamaan 2.12).
3.7.3 Uji Kecocokan
Uji distribusi probabilitas dilakukan untuk mengetahui dari dua metode yang
digunakan untuk menghitung curah hujan rencana, yang manakah yang paling
sesuai untuk digunakan menghitung debit banjir rencana. Maka dari itu untuk
mengetahuinya dapat digunakan beberapa metode, seperti metode :
d. Uji Kecocokan Chi-Square (Menggunakan Persamaan 2.22).
e. Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorof (Menggunakan Persamaan 2.26).
3.7.4 Analisis Debit Banjir Rencana
Untuk memperkirakan debit banjir yang akan terjadi dapat dilakukan analisis
hidrologi dengan menggunakan Metode Nakayasu. Analisis debit banjir dilakukan
pada periode ulang 2 th, 5 th, 10, 50 th, dan 100 th. Adapun metodenya sebagai
berikut:
 Metode Nakayasu (Menggunakan Persamaan 2.32).
3.7.5 Menganalisis Potensi Banjir dan Ridesain Sungai Lapri
Untuk menentukan apakah pada Sungai Lapri terdapat potensi banjir dapat
dilakukang dengan membandingkan debit aliran pada saat kondisi normal yang di
ditambah dengan debit banjir rencana hasil analisis metode Nakayasu yang di
bandingkan dengan kapasitas tampung Sungai Lapri.

40
Adapun untuk menetukan desain Sungai Lapri yang dapat mengalirkan
debit banjir rencana ditambah dengan debit aliran pada kondisi normal, dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan manning pada persamaan 2.43.

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hidrolika Sungai Lapri


Data Hidrolika merupakan data yang diperoleh baik dari LAB maupun dari
hasil lapangan yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung dilapangan yang
meliputi kondisi Hidrologi, Luas Daera Aliran Sungai (DAS), dan Panjang Saluran.
Adapun data hasil pengukuran dari Sungai Lapri tersebut, disajikan sebagai berikut
:
 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) A = 2.400 km2
 Panjang Sungai (L) = 1.200 km

4.2 Data Hidrometri


Data hidrometri adalah data yang diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Nunukan berupa data curah hujan
maksimum harian selama 15 tahun terakhir, mulai dari tahun 2006 s/d 2020 yang akan
digunakan sebagai data input dalam analisa pada penelitian ini. Adapun data curah hujan
maksimum harian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi Harian

 Data : Curah Hujan Maksimum Harian


 Satuan : Millimeter (MM)
 Lokasi Pengamatan : Stasiun Meteorologi Kab. Nunukan
 Koordinat : 040 08’ LU dan 1170 47’ BT
 Elevasi : 27 DPL (Dari Permukaan Laut)
Berdasarkan data curah hujan maksimum harian yang diperoleh dari BMKG (Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Kabupaten Nunukan yang tertuang dalam tabel
4.1, sebagai berikut:

42
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Curah Hujan Maksimum Harian

Curah Hujan Maksimum


No Tahun
(mm)
1. 2006 111.2
2. 2007 131.2
3. 2008 97.3
4. 2009 112.8
5. 2010 182.5
6. 2011 98.5
7. 2012 67.4
8. 2013 85.8
9. 2014 133.5
10. 2015 111.8
11. 2016 132.9
12. 2017 157.2
13. 2018 115.8
14. 2019 132.0
15. 2020 130.4
Sumber : Stasiun Meteorologi Kabupaten Nunukan

4.3 Pemilihan Jenis Sebaran


Masing-masing sebaran memiliki sifat-sifat khas sehingga harus diuji kesesuaiannya
dengan sifat satatistik masing-masing sebaran tersebu. Pemilihan sebaran yang tidak
sesuai, dapat menggundang kesalahan perkiraan yang cukup besar. Penentuan jenis sebaran
yang akan digunakan untuk analisis frekuensi dapat dipakai beberapa cara, salah satunya
dengan menetukan parameter dari nilai Cs, Ck dan Cv.

Untuk menentukan metode apa yang akan digunakan dalam analisis curah hujan
rencana, yakni dengan menentukan beberapa nilai parameter dari nilai Cs, Ck, dan Cv,
kemudian dibandingkan nilai dari masing-masing parameter tersebut. Adapun pedoman

43
yang digunakan dalam membandingkan parameter tersebut terdapat pada table 2.1
pedoman pemilihan sebaran.

1. Menentukan besar statistik data yang ada


Tabel 4.2 Perhitungan Besar Statistik

Curah
n Tahun Hujan 𝐗𝐢 ̅
𝐗 ̅)
(𝐗𝐢 − 𝐗 ̅ )𝟐
(𝐗𝐢 − 𝐗 ̅ )𝟑
(𝐗𝐢 − 𝐗
(mm)
1. 2010 182.5 120.0 62.5 3903.750 243906.325
2. 2017 157.2 120.0 37.2 1382.352 51395.862
3. 2014 133.5 120.0 13.5 181.710 2449.456
4. 2016 132.9 120.0 12.9 165.894 2136.720
5. 2019 132.0 120.0 12.0 143.520 1719.374
6. 2007 131.2 120.0 11.2 124.992 1397.415
7. 2020 130.4 120.0 10.4 107.744 1118.387
8. 2018 115.8 120.0 -4.2 17.808 -75.151
9. 2009 112.8 120.0 -7.2 52.128 -376.367
10. 2015 111.8 120.0 -8.2 67.568 -555.412
11. 2006 111.2 120.0 -8.8 77.792 -686.129
12. 2011 98.5 120.0 -21.5 463.110 -9966.136
13. 2008 97.3 120.0 -22.7 516.198 -11728.028
14. 2013 85.8 120.0 -34.2 1171.008 -40071.907
15. 2012 67.4 120.0 -52.6 2768.864 -145697.645
Jumlah 1800.3 0.0 11144.444 94966.764
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

 Jumlah data (n) :


n = 15

 Nilai rata-rata X :
Xi
̅
X = n

44
1800.3
= 15

= 120.020

 Standar Deviasi (Sd) :


(𝑋𝑖−𝑋)2
Sd = √
n−1

11144.444
= √
14

= 28.214

 Koefisien fariasi (Cv) ditentukan dengan persamaan :


Sd
Cv = ̅
X

28.214
= 120.020

= 0.235

 Koefisien kepencengan /skewness (Cs) ditentukan dengan persamaan :


̅̅̅̅)3
n x ( Xi−𝐗
Cs = (n−1).(n−2)3

15 x 94966.764
= 14 x 13 x 22459.266

1424501.464
= 4087586.384

= 0.348

 Koefisien Kepuncakan/curtosis (Ck) dihitung dengan persamaan :


n2 x ( Xi− X̅ )2
Ck = ( n−1 ) . ( n−2 ) . ( n−3 ) x S 4

225 x 11144.444
=
2184 x 633666.490

45
2507499.900
= 1383927614.485

= 0.002

2. Menentukan jenis Distribusi yang digunakan :


Untuk menentukan distribusi yang sesuai dengan data, dilakukan dengan mencocokkan
besar statistik yang telah dihitung dengan syarat masing-masing jenis distribusi yang sesuai
pada table 2.1. Adapun hasil dari mencocokan hasil perhitungan dengan syarat-syarat pada
tabel 2.1, terdapat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Pedoman Pemilihan Sebaran

Hasil
No Distribusi Pernyataan Keterangan
Hitungan
Cs = 0 0.348
1 Normal Tidak
Ck ≈ 3 0.002
Cs = 3 Cv +
0.940
2 Log Normal Cv Tidak
Cv = 0 0.235
Cs ≤ 1.1396 0.348
3 Gumbel Type-I Ya
Ck ≤ 5.4002 0.002
Log Pearson Cs ≠ 0 0.348
4 Ya
Type-III Ck ≈ 1,5Cs2+3 3.182
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Berdasarkan table 4.3, maka diperolehlah metode yang dapat digunakan untuk
analisis curah hujan rencana dengan curah hujan pada table 4.2 adalah Metode Gembel
Type-I dan Log Pearson Type-III.

4.4 Analisis Curah Hujan Rencana


Menurut Soewarno (1995) dalam bukunya, menyatakan bahwa perhitungan curah
hujan rencana digunakan untuk memperkirakan besarnya hujan dengan periode ulang
tertentu. Maka dari itu, ada beberapa metode distribusi probabilitas yang digunakan, antara
lain :

46
4.4.1 Distribusi Gumbel Type-I
Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode sebaran Gumbel Type-I
digunakan persamaan distribusi frekuensi empiris sebagai berikut :

XT = ̅
X + S. k

Dimana :

XT = Nilai hujan rencana dengan data ukur T tahun.

̅ = Nilai rata-rata hujan.


X

S = Standar deviasi.

k = Faktor frekuensi Gumbel.

Yt −Yn
k= Sn

Dimana :

Yt = Nilai reduksi variat ( reduced variate ) dari variabel yang diharapkan


terjadi pada periode ulang T (tahun) yang dapat dilihat pada tabel 2.3.

Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variat (reduce mean) nilainya tergantung


dari jumlah data (n), yang dapat dilihat pada tabel 2.4.

Sn = deviasi standar dari reduksi variat (reduced standart deviation)


nilainya tergantung dari jumlah data (n), yang dapat dilihat pada tabel 2.5.

Perhitungan Distribusi Probabilitas Gumbel Type-I dapat di lihat pada tabel 4.4 berikut ini
:

Tabel 4.4 Perhitungan Distribusi Probabilitas Gumbel Type-I

Curah Hujan
n Tahun 𝐗𝐢 ̅
𝐗 ̅)
(𝐗𝐢 − 𝐗 ̅ )𝟐
(𝐗𝐢 − 𝐗
(mm)
1. 2006 111.2 120.020 -8.820 77.792
2. 2007 131.2 120.020 11.180 124.992

47
3. 2008 97.3 120.020 -22.720 516.198
4. 2009 112.8 120.020 -7.220 52.128
5. 2010 182.5 120.020 62.480 3903.750
6. 2011 98.5 120.020 -21.520 463.110
7. 2012 67.4 120.020 -52.620 2768.864
8. 2013 85.8 120.020 -34.220 1171.008
9. 2014 133.5 120.020 13.480 181.710
10. 2015 111.8 120.020 -8.220 67.568
11. 2016 132.9 120.020 12.880 165.894
12. 2017 157.2 120.020 37.180 1382.352
13. 2018 115.8 120.020 -4.220 17.808
14. 2019 132 120.020 11.980 143.520
15. 2020 130.4 120.020 10.380 107.744
Jumlah 1800.3 11144.444
̅)
Rata-rata ( 𝐗 120.020
Standar Deviasi (S) 28.214
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.4 di atas, maka nilai rata-rata ( ̅
X ) debit
hujan harian maksimum tahunan di Kabupaten Nunukan, nilainya ( ̅
X ) = 120.020 dan
untuk standar deviasi (S) nilainya = 28.214. Hitungan debit dengan menggunakan data
curah hujan maksimum harian 15 tahun terakhir, dengan menggunakan metode distribusi
probabilitas Gumbel Type-I. Adapun untuk langkah-langkah perhitungan distribusi
probabilitas Gumbel Type-I, adalah sebagai berikut :

∑ Xi
 Menghitung nilai rata-rata ( ̅
X) =
n
1800.3
=
15

= 120.020 mm
(Xi−X)2
 Menghitung nilai standar deviasi (S) = √
n−1

11144,444
=√
15−1

= 28.214 mm
 Menentukan nilai factor frekuensi ( k ) dan hujan rencana ( Xt ) dengan jumlah
data ( n ) = 15 maka didapat nilai Sn = 1.0566 dari tabel 2.5 dan Yn = 0.5220
yang diperoleh dari table 2.4.
48
Nilai Yt diperoleh dari tabel 2.3, yang terdapat pada tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Nilai Yt Berdasarkan Periode Ulang T ( Tahun )

Periode Ulang
Yt
T (Tahun)
5 1.4999
10 2.2502
20 2.9606
50 3.9019
100 4.6001
Sumber : CD.Soemarto,1999

 Menghitung nilai faktor reduksi frekuensi (k) :


- Nilai k untuk t = 5 Tahun
Yt −Yn
k= Sn

1.4999−0.5220
= 1.0566

= 0.926

- Nilai k untuk t = 10 Tahun


Yt −Yn
k= Sn

2.2502−0.5220
= 1.0566

= 1.636

- Nilai k untuk t = 20 Tahun


Yt −Yn
k= Sn

49
2.9606−0.5220
= 1.0566

= 2.308

- Nilai k untuk t = 50 Tahun


Yt −Yn
k= Sn

3.9019−0.5220
= 1.0566

= 3.199

- Nilai k untuk t = 100 Tahun


Yt −Yn
k= Sn

4.6001−0.5220
= 1.0566

= 3.860

 Menghitung hujan rencana ( Xt ) :


1. Hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun (X5 ) :
X5 =̅
X+(SxK)
= 120.020 + ( 28.214 x 0.926 )
= 146.133 mm
2. Hujan rencana untuk periode ulang 10 tahun (X10 ) :
X10 ̅+(SxK)
=X
= 120.020 + (28.214 x 1.636 )
= 166.168 mm
3. Hujan rencana untuk periode ulang 20 tahun (X20 ) :
X20 ̅+(kxS)
=X
50
= 120.020 + (28.214 x 2.308 )
= 185.137 mm
4. Hujan rencana untuk periode ulang 50 tahun (X50 ) :
X50 =̅
X+(SxK)
= 120.020 + (28.214 x 3.199 )
= 210.272 mm
5. Hujan rencana untuk periode ulang 100 tahun (X100 ) :
X100 ̅+(SxK)
=X
= 120.020 + (28.214 x 3.860 )
= 228.916 mm

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Distribusi Gumbel Type-I

Periode Faktor Hujan


No Ulang 𝐘𝐭 𝐘𝐧 𝐒𝐧 𝐗 𝐒 Frekuensi Rencana
(Tahun) k (mm) 𝐗 𝐓
1. 5 1.4999 0.5220 1.0566 120.020 28.214 0.926 146.133
2. 10 2.2502 0.5220 1.0566 120.020 28.214 1.636 166.168
3. 20 2.9606 0.5220 1.0566 120.020 28.214 2.308 185.137
4. 50 3.9019 0.5220 1.0566 120.020 28.214 3.199 210.272
5. 100 4.6001 0.5220 1.0566 120.020 28.214 3.860 228.916
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

4.4.2 Distribusi Log Person Type-III


Metode Log Pearson Type-III apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik
akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model
matematik dengan persamaan sebagai berikut:

Log XT = LogX + (K T . S LogX)


Dimana :
LogXT = Nilai logaritma hujan rencana dengan periode ulang T
LogX = Nilai rata-rata dari Log X
KT = Variabel standar, besarnya tergantung koefisien kepencengan (Cs atau
G pada table 2.6 frekuensi KT untuk distribusi Log Perason Type-III)

51
SLogX = Deviasi standar dari Log X = 0.5

Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Perason Type-III dapat di lihat pada tabel 4.7
berikut ini

Tabel 4.7 Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Perason Type-III

Curah
Hujan 𝐗𝐢 (𝐋𝐨𝐠 𝐗𝐢 (𝐋𝐨𝐠 𝐗𝐢
n Tahun 𝐋𝐨𝐠 𝐗𝐢 ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐋𝐨𝐠 𝐗
(mm) − ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐋𝐨𝐠 𝑿)𝟐 − ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐋𝐨𝐠 𝐗)𝟑
1. 2006 111.2 2.046 2.068 0.0005 -0.000010
2. 2007 131.2 2.118 2.068 0.0025 0.000127
3. 2008 97.3 1.988 2.068 0.0063 -0.000503
4. 2009 112.8 2.052 2.068 0.0002 -0.000004
5. 2010 182.5 2.261 2.068 0.0375 0.007258
6. 2011 98.5 1.993 2.068 0.0055 -0.000409
7. 2012 67.4 1.829 2.068 0.0571 -0.013650
8. 2013 85.8 1.933 2.068 0.0180 -0.002415
9. 2014 133.5 2.125 2.068 0.0033 0.000193
10. 2015 111.8 2.048 2.068 0.0004 -0.000007
11. 2016 132.9 2.124 2.068 0.0031 0.000174
12. 2017 157.2 2.196 2.068 0.0166 0.002137
13. 2018 115.8 2.064 2.068 0.0000 0.000000
14. 2019 132 2.121 2.068 0.0028 0.000148
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.7

Curah
Hujan 𝐗𝐢 (𝐋𝐨𝐠 𝐗𝐢 (𝐋𝐨𝐠 𝐗𝐢
n Tahun 𝐋𝐨𝐠 𝐗𝐢 ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐋𝐨𝐠 𝐗
(mm) − ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐋𝐨𝐠 𝑿)𝟐 − ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐋𝐨𝐠 𝐗)𝟑
15 2020 130.4 2.115 2.068 0.0023 0.000108
Jumlah 1800.3 31.015 0.1562 -0.00685
Rata-rata
120.020 2.068 0.0104 -4.57E-04
( ̅̅̅̅̅̅̅
𝐥𝐨𝐠 𝐗 )
Standar Deviasi
0.106
(𝐒𝐥𝐨𝐠 𝐗)

52
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

̅̅̅̅̅̅̅
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.7 di atas, maka nilai rata-rata (Log X)
̅̅̅̅̅̅̅
debit hujan harian maksimum tahunan di Kabupaten Nunukan, nilainya (Log X) = 2.068
dan untuk standar deviasi (S log X) nilainya = 0.106. Hitungan debit dengan menggunakan
data curah hujan maksimum harian 15 tahun terakhir, dengan menggunakan metode
distribusi probabilitas Log Pearson Type-III. Adapun untuk langkah-langkah perhitungan
distribusi probabilitas log Pearson Type-III , adalah sebagai berikut :

∑ Log Xi
 ̅̅̅̅̅̅̅) =
Menghitung nilai rata-rata (LogX
n
31.015
=
15

= 2.068 mm
(Log Xi− ̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X)2
 Menghitung nilai standar deviasi (S Log X) = √
n−1

0.1562
=√
15−1

= 0.106 mm
n x ∑(LogXi−LogX)3
 Menghitung nilai (Cs ) =
(n−1)(n−2)(SLogX)3
15 x 8.77E−05
=
14 x 13 x 0.00034

= 0.0 mm

 Menentukan nilai faktor frekuensi (k) :


Untuk menentukan nilai k, maka nilai T yang digunakan berasal dari tabel 2.2
Nilai (k) Variabel Reduksi Gauss. Nilai T untuk beberapa periode ulang tahun
adalah sebagai berikut :
- T = 5 Tahun, dengan CS = 0.0 maka nilai KT = 0.842
- T = 10 Tahun, dengan CS = 0.0 maka nilai KT = 1.282
- T = 20 Tahun, dengan CS = 0.0 maka nilai KT = 1.861
- T = 50 Tahun, dengan CS = 0.0 maka nilai KT = 2.054
- T = 100 Tahun, dengan CS = 0.0 maka nilai KT = 2.326
 Menghitung hujan rencana Log 𝑋𝑡 :
1. Hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun (Log X5 ) :
53
Log X5 = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + ( 𝐾𝑡 x S Log X )
= 2.068 + (0.842 x 0.106)
= 143.441 mm
2. Hujan rencana untuk periode ulang 10 tahun (Log X10 ) :
Log X10 = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + ( 𝐾𝑡 x S Log X )
= 2.068 + (1.282 x 0.106)
= 159.608 mm
3. Hujan rencana untuk periode ulang 20 tahun (Log X20 ) :
Log X20 = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + ( 𝐾𝑡 x S Log X )
= 2.068 + (1.861 x 0.106)
= 183.742 mm
4. Hujan rencana untuk periode ulang 50 tahun (Log X50 ) :
Log X50 = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + ( 𝐾𝑡 x S Log X )
= 2.068 + (2.054 x 0.106)
= 192.571 mm
5. Hujan rencana untuk periode ulang 100 tahun (Log X100 ) :
Log X100 = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + ( 𝐾𝑡 x S Log X )
= 2.068 + (2.326 x 0.106)
= 205.741 mm

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Distribusi Probabilitas Log Pearson Type-III

Periode Faktor
No Ulang Log X Frekuensi 𝐒𝐋𝐨𝐠 𝐗 Log Xt’ Log Xt
(Tahun) (Kt)
1. 5 2.068 0.842 0.106 2.157 143.411
2. 10 2.068 1.282 0.106 2.203 159.608
3. 20 2.068 1.861 0.106 2.264 183.742
4. 50 2.068 2.054 0.106 2.285 192.571
5. 100 2.068 2.326 0.106 2.313 205.741
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Setelah melakukan perhitungan analisis curah hujan rencana, dengan


menggunakan dua metode distribusi probabilitas, maka pada tabel 4.9 ditampilkan hasil

54
analisis curah hujan rencana, berdasarakan dua metode yang digunakan dengan periode
ulang yang berbeda. Adapun hasil analisnya dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Curah Hujan Rencana Dua Metode

Metode Perhitungan Hujan Rencana (mm)


No Periode Ulang
Gumbel Type-I (*) Log Perason Type-III
1. 5 Tahun 143.133 143.411
2. 10 Tahun 166.168 159.608
3. 20 Tahun 185.137 183.742
4. 50 Tahun 210.272 192.571
5. 100 Tahun 228.916 205.741
Sumber : Hasil Perhitungan, 2021

(*) Catatan : Metode yang dipilih untuk menghitung analisis debit banjir rencana,
berdasarkan hasil uji kecocokan masing-masing metode.

4.5 Uji Kecocokan Distribusi


Uji sebaran dilakukan dengan uji kecocokan distribusi yang dimaksudkan untuk
menentukan apakah persamaan sebaran peluang yang telah dipilih dapat menggambarkan
atau mewakili dari sebaran statistik sampel data yang dianalisis tersebut. Adapun metode
yang digunakan dalam uji kesesuaian distribusi probabilitas, adalah sebagai berikut.

4.5.1. Uji Kecocokan Chi-Kuadrat (Chi-Square)


Uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal, apakah
distribusi pengamatan dapat diterima oleh distribusi teoritis. Agara distribusi frekuensi
yang dipilih dapat diterima, maka harga X2 < X2cr. Harga X2cr dapat diperoleh dengan
menentukan taraf signifikasi α dengan derajat kebebasanya (level of significant). Untuk
perhitungan menggunakan persamaan :

(𝑂𝑖−𝐸𝑖 )2
𝑥ℎ2 ∑𝐺𝑖=1 (
𝐸𝑖

Dimana :

𝑥ℎ2 = Harga Chi-Square terhitung

Oi = Jumlah data yang teramati terdapat pada sub kelompok ke-i


55
𝐸𝑖 = Jumlah data yang secara teoritis terdapat pada sub kelompok ke-I

G = Jumlah sub kelompok

Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus berikut ini :

K= 1 + 3.33In (N)

Dimana :

K = Jumlah kelas distribusi

N = Jumlah data

Untuk uji kecocokan, dengan menggunakan metode Chi-Kuadrat, terhadap empat metode
yang akan diuji, yakni metode Gumbel Type-I dan Log Perason Type-III, berikut ini
langkah-langkah pengujiannya :

a. Uji Kecocokan Chi-Kuadrat Metode Distribusi Gumbel Type-I


Untuk pengujian kecocokan Chi-Kuadrat metode distribusi Gumbel Type-I dapat di lihat
pada tabel 4.10, berikut ini :

Tabel 4.10 Uji Kecocokan Chi-Kuadrat Distribusi Gumbel Type-I

CH Max Peringkat Peluang


No Tahun
(mm) (m) (p)
1. 2010 182.5 1 0.063
2. 2017 157.2 2 0.125
3. 2014 133.5 3 0.188
4. 2016 132.9 4 0.250
5. 2019 132.0 5 0.313
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.10

CH Max Peringkat Peluang


No Tahun
(mm) (m) (p)
6. 2007 131.2 6 0.375
7. 2020 130.4 7 0.438
8. 2018 115.8 8 0.500
9. 2009 112.8 9 0.563
10. 2015 111.8 10 0.625
56
11. 2006 111.2 11 0.688
12. 2011 98.5 12 0.750
13. 2008 97.3 13 0.813
14. 2013 85.8 14 0.875
15. 2012 67.4 15 0.938
Jumlah 1800.3
N 15 Data
̅
𝐗 120.020 mm
S 28.214 mm
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Adapun langkah-langkah untuk uji kecocokan metode distribusi probabilitas Normal


dengan mengunakan metode uji Chi-Kuadrat , adalah sebagai berikut :

 Menghitung jumlah kelas :


Jumlah kelas (K) = 1 + 1.33 × ln(N)
= 1 + 1.33 × ln(15)
= 4.6 ≈ 5
 Menentukan nilai k, berdasarkan nilai interval kelas :
100 100
= = 20
𝑘 5
Interval 20 adalah : 80 ; 60 ; 40 ; 20
𝑇𝑟
Yt= -In (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )

 Batas 1
100
Tr = 80 = 1.25
80
𝑇𝑟
Yt = (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )
𝑇𝑟
= -In (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )
1.25
= -In (𝐼𝑛 )
( 1.25−1 )

= -In ( In 5 )
= -0.476

57
𝑌𝑡−𝑌𝑛
K =
𝑆𝑛
−0.476−0.5220
=
1.0566

= -0.944
Xt = ̅
X+KxS
= 120.020 + -0.944 x 28.214
= 93.374
 Batas 2
100
Tr = 60 = 1.67
60

𝑇𝑟
Yt = (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )

𝑇𝑟
= -In (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )

1.67
= -In (𝐼𝑛 )
( 1.67−1 )

= -In ( In 2.5 )

= 0.487

𝑌𝑡−𝑌𝑛
K =
𝑆𝑛

0.087 −0.5220
=
1.0566

= -0.411

Xt = ̅
X+KxS

= 120.020 + -0.411 x 28.214

= 108.416

 Batas 3
100
Tr = 80 = 2.50
40

𝑇𝑟
Yt = (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )

58
𝑇𝑟
= -In (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )

1.25
= -In (𝐼𝑛 )
( 2.50−1 )

= -In ( In 1.667 )

= 0.672

𝑌𝑡−𝑌𝑛
K =
𝑆𝑛

0.672−0.5220
=
1.0566

= 0.142

Xt = ̅+KxS
X

= 120.020 + 0.142 x 28.214

= 124.018

 Batas 4
100
Tr = 80 = 5.00
20

𝑇𝑟
Yt = (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )

𝑇𝑟
= -In (𝐼𝑛 )
( 𝑇𝑟−1 )

5.00
= -In (𝐼𝑛 )
( 5.00−1 )

= -In ( In 1.250 )

= 1.500

𝑌𝑡−𝑌𝑛
K =
𝑆𝑛

1.500−0.5220
=
1.0566

= 0.926

Xt = ̅+KxS
X

= 120.020 + 0.926 x 28.214

59
= 146.134

Tabel 4.11 Uji Chi-Kuadrat Kuadrat Distribusi Gumbel Type-I

No Batas Nilai Batas Oi Ei (Oi-Ei)2 X2

1. Batas 1 x≤ 93.374 2 3 1.000 0.333


2. Batas 2 93.374 <x≤ 108.416 4 3 1.000 0.333
3. Batas 3 108.416 <x≤ 124.018 1 3 1.000 0.333
4. Batas 4 124.018 <x≤ 146.134 5 3 4.000 1.333
5. Batas 5 146.134 <x≤ 2 3 1.000 0.333
Jumlah 15 15 2.667
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Keterangan :

Oi = Banyaknya data dari batas tersebut

Ei = Jumlah Oi dibagi jumlah data

Dk = G – R – 1

=5–2–1

=2

Berdasarkan tabel Chi-Square di peroleh, nilai X2cr = 5.991 (tabel 2.7 Nilai X2 Kritis Untuk
Uji Kecocokan Chi-Square) untuk dk = 2 dan α = 5% kemudian X2Hitungan = 4.667, karena
X2Hitungan < Xcr(Nilai Kritis Untuk Chi-Square).

Maka Kesimpulan : X2(Hitungan) < X2(Nilai kritis untuk Chi-Square)

2.667 < 5.991 Diterima

b. Uji Kecocokan Chi-Kuadrat Distribusi Log Perason Type-III

Untuk pengujian Chi-Kuadrat metode distribusi Log Perason Type-III dapat di lihat pada
tabel 4.12, berikut ini :

Tabel 4.12 Uji Kecocokan Chi-Kuadrat Distribusi Log Perason Type-III

60
Log CH Peringkat Peluang
No Tahun CH Max
Max (m) (p)
1. 2010 182.5 2.26 1 0.063
2. 2017 157.2 2.20 2 0.125
3. 2014 133.5 2.13 3 0.188
4. 2016 132.9 2.12 4 0.250
5. 2019 132.0 2.12 5 0.313
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan 4.12

Log CH Peringkat Peluang


No Tahun CH Max
Max (m) (p)
7. 2020 130.4 2.12 7 0.438
8. 2018 115.8 2.06 8 0.500
9. 2009 112.8 2.05 9 0.563
10. 2015 111.8 2.05 10 0.625
11. 2006 111.2 2.05 11 0.688
12. 2011 98.5 1.99 12 0.750
13. 2008 97.3 1.99 13 0.813
14. 2013 85.8 1.93 14 0.875
15. 2012 67.4 1.83 15 0.938
Jumlah 31.01
N 15 Data
̅̅̅̅̅̅̅
𝐋𝐨𝐠𝐗 2.068 mm
S LogX 0.106 mm
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Adapun langkah-langkah untuk uji kecocokan metode distribusi probabilitas Log


Perason Type-III dengan mengunakan metode uji Chi-Kuadrat, adalah sebagai berikut :

 Menghitung jumlah kelas :


Jumlah kelas (K) = 1 + 1.33 × ln(N)
= 1 + 1.33 × ln(15)
= 4.60 ≈ 5
 Menentukan nilai k, berdasarkan nilai interval kelas :
100 100
= = 20
𝑘 5
61
Interval 20 adalah : 80 ; 60 ; 40 ; 20
Dimana diketahui Cs = 0.0
80
- Nilai 𝐾𝑇 untuk kelas 1 = = 0.8 → −0.84 (Nilai k dari tabel 2.2)
100
60
- Nilai 𝐾𝑇 untuk kelas 2 = = 0.6 → −0.25 (Nilai k dari tabel 2.2)
100

40
- Nilai 𝐾𝑇 untuk kelas 3 = = 0.4 → 0.25 (Nilai k dari tabel 2.2)
100
20
- Nilai 𝐾𝑇 untuk kelas 4 = = 0.2 → 0.84 (Nilai k dari tabel 2.2)
100

 Menentukan batas-batas kelas, dengan sebaran peluang :


 Batas 1 = LogX+K T × SLogX
= 2.068 + (-0.84) × 1.106
= 1.98
 Batas 2 = LogX+K T × SLogX
= 2.068 + (-0.25) × 1.106
= 2.04
 Batas 3 = LogX+K T × SLogX
= 2.068 + 0.25 × 1.106
= 2.09
 Batas 4 = LogX+K T × SLogX
= 2.068 + 0.84 × 1.106
= 2.16

Tabel 4.13 Uji Chi-Kuadrat Kuadrat Distribusi Log Pearson Type-III

No Batas Nilai Batas Oi Ei (Oi-Ei)2 Xh2

1. Batas 1 x≤ 1.98 2 3 1 0.333


2. Batas 2 1.98 <x≤ 2.04 2 3 1 0.333
3. Batas 3 2.04 <x≤ 2.09 4 3 1 0.333
4. Batas 4 2.09 <x≤ 2.16 5 3 4 1.333
5. Batas 5 2.16 <x≤ 2 3 1 0.333
Jumlah 15 15 8 2.667
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Keterangan :

Oi = Banyaknya data dari batas tersebut


62
Ei = Jumlah Oi dibagi jumlah data

Dk = G – R – 1

=5–2–1

=2

Berdasarkan tabel Chi-Square di peroleh, nilai X2cr = 5.991 (tabel 2.7 Nilai X2 Kritis Untuk
Uji Kecocokan Chi-Square) untuk dk = 2 dan α = 5% kemudian X2Hitungan = 2.667, karena
X2Hitungan < Xcr(Nilai Kritis Untuk Chi-Square).

Maka Kesimpulan : X2(Hitungan) < X2(Nilai kritis untuk Chi-Square)

2.667 < 5.991 Diterima

4.5.2. Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov


Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering disebut uji kecocokan non parametik
(non parametik test), karena pengujianya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu,
agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat di terima, maka harga ∆Maks < ∆Cr dan apabila
∆Maks > ∆Cr maka tidak diterima.

𝐷 = 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 [𝑃′(𝑋𝑚) − 𝑃(𝑋𝑚)]

a. Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov pada distribusi Gumbel Type-I


Tabel 4.14 Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov Distribusi Gumbel Type-I

Tabel
CH Pering F
No Tahun P(X) P(Xm) III-1 P’(X) P’(Xm) D
Max kat (t)
Normal
1. 2010 182.5 1 0.06 0.94 2.2 0.9878 0.012 0.988 0.050
2. 2017 157.2 2 0.13 0.88 1.3 0.9115 0.089 0.912 0.037
3. 2014 133.5 3 0.19 0.81 0.5 0.7088 0.291 0.709 -0.104
4. 2016 132.9 4 0.25 0.75 0.5 0.7088 0.291 0.709 -0.041
5. 2019 132.0 5 0.31 0.69 0.4 0.6736 0.326 0.674 -0.014
6. 2007 131.2 6 0.38 0.63 0.4 0.6736 0.326 0.674 0.049
7. 2020 130.4 7 0.44 0.56 0.4 0.6736 0.326 0.674 0.111
8. 2018 115.8 8 0.50 0.50 -0.1 0.4404 0.560 0.440 -0.060
9. 2009 112.8 9 0.56 0.44 -0.3 0.3632 0.637 0.363 -0.074
10. 2015 111.8 10 0.63 0.38 -0.3 0.3632 0.637 0.363 -0.012

63
11. 2006 111.2 11 0.69 0.31 -0.3 0.3632 0.637 0.636 0.051
12. 2011 98.5 12 0.75 0.25 -0.8 0.1977 0.802 0.198 -0.052
13. 2008 97.3 13 0.81 0.19 -0.8 0.1977 0.802 0.198 0.010
14. 2013 85.8 14 0.88 0.13 -1.2 0.1056 0.894 0.106 -0.019
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.14

CH Tabel
Perin F
No Tahun Ma P(X) P(Xm) III-1 P’(X) P’(Xm) D
gkat (t)
x Normal
15. 2012 67.4 15 0.94 0.06 - 0.0256 0.974 0.026 -0.037
1.9
D max 0.111
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

N = 15 Data

̅
X = 120.02 mm

S = 28.214 mm

Langkah-langkah perhitungan :

m
 Menentukan nilai P (X) =
N+1
1
P (X) =
15+1

= 0.06
 Menentukan nilai P (Xm) = 1 – P ( X )
= 1 – 0.06
= 0.94
X−X̅
 Menentukan nilai f (t) =
S
182.5−120.020
f (t) =
28.2140

= 2.215
 Menentukan nilai P’ ( X ) = 1 – Nilai Tabel III-1
= 1 – 0.9878
= 0.012
 Menentukan nilai P’ (Xm) = 1 – P’(X)
64
= 1− 0.012
= 0.988
 Menetukan nilai D = P’ (Xm) – P (Xm)
= 0.988 – 0.94
= 0.050

Berdasarkan tabel Smirnov-Kolmogorof di peroleh, nilai D0 = 0.340 ( Tabel 2.8 Nilai D0


Kritis Untuk Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorof ) dengan jumlah data (N) = 15 data dan
untuk nilai Dmax diperoleh = 0.111 , karena Dmax < D0.

Maka Kesimpulannya : Dmax < D0

0.111 < 0.340 Diterima

b. Uji Smirnov-Kolmogorov pada Distribusi Probabilitas Log Pearson Type-III


Tabel 4.15 Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov Distribusi Log Pearson Type-III

TabelI
Peri
CH F II-1 P’(X
No Tahun LogX ngka P(X) P(Xm) P’(X) D
Max (t) Norm m)
t
al
1. 2010 182.5 2.261 1 0.06 0.94 1.8 0.9678 0.032 0.968 0.030
2. 2017 157.2 2.196 2 0.13 0.88 1.2 0.8944 0.106 0.894 0.019
3. 2014 133.5 2.125 3 0.19 0.81 0.5 0.7088 0.291 0.709 -0.104
4. 2016 132.9 2.124 4 0.25 0.75 0.5 0.7088 0.291 0.709 -0.041
5. 2019 132.0 2.121 5 0.31 0.69 0.5 0.7088 0.291 0.709 0.021
6. 2007 131.2 2.118 6 0.38 0.63 0.5 0.7088 0.291 0.709 0.084
7. 2020 130.4 2.115 7 0.44 0.56 0.5 0.7088 0.291 0.709 0.146
8. 2018 115.8 2.064 8 0.50 0.50 0.0 0.5199 0.480 0.520 0.020
9. 2009 112.8 2.052 9 0.56 0.44 -0.1 0.4404 0.560 0.440 0.003
10. 2015 111.8 2.048 10 0.63 0.38 -0.2 0.4013 0.599 0.401 0.026
11. 2006 111.2 2.046 11 0.69 0.31 -0.2 0.4013 0.599 0.401 0.089
12. 2011 98.5 1.993 12 0.75 0.25 -0.7 0.2266 0.773 0.227 -0.023
13. 2008 97.30 1.988 13 0.81 0.19 -0.8 0.1977 0.802 0.198 0.010
14. 2013 85.8 1.933 14 0.88 0.13 -1.3 0.0885 0.912 0.089 -0.037
15. 2012 67.4 1.829 15 0.94 0.06 -2.3 0.0094 0.991 0.009 -0.053

65
D max 0.146
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

N = 15 Data

̅̅̅̅̅̅̅
LogX = 2.068 mm

SLogX = 0.106 mm

Langkah-langkah perhitungan :

m
 Menentukan nilai P (X) =
N+1
1
P (X) =
15+1

= 0.06
 Menentukan nilai P (Xm) = 1 – P ( X )
= 1 – 0.06
= 0.94
̅̅̅̅̅̅̅
LogX−LogX
 Menentukan nilai f (t) =
SLogX
2.261−2.068
f (t) =
0.106

= 1.8
 Menentukan nilai P’ ( X ) = 1 – Nilai Tabel III-1
= 1 – 0.9678
= 0.032
 Menentukan nilai P’ (Xm) = 1 – P’(X)
= 1− 0.032
= 0.968
 Menetukan nilai D = P’ (Xm) – P (Xm)
= 0.968 – 0.94
= 0.030

Berdasarkan tabel Smirnov-Kolmogorof di peroleh, nilai D0 = 0.340 ( Tabel 2.8 Nilai D0


Kritis Untuk Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorof ) dengan jumlah data (N) = 15 data dan
untuk nilai Dmax diperoleh = 0.146 , karena Dmax < D0.

Maka Kesimpulannya : Dmax < D0

0.146 < 0.340 Diterima

66
4.6 Pemilihan Distribusi
Untuk pemilihan distribusi probabilitas yang dapat dingunakan untuk analisis debit
banjir rencana, maka dapat dilakukan dengan membandingkan nilai hasil uji kecocokan
metode Chi-Kuadrat dengan nilai hasil uji kecocokan metode Simirnov-Kolmogorov yang
diperoleh dari masing-masing distribusi probabilitas yang telah di uji kecocokan. Adapun
hasil pengujian untuk masing-masing distribusi yang telah di uji mengunakan uji
kecocokan Chi-Kuadarat dan uji kecocokan Simirnov-Kolmogorov, dapat di lihat pada
tabel 4.16 berikut ini.

Tabel 4.16 Perbandinga Nilai Chi-Kuadrat (X2) dengan Nilai Simirnov-Kolmogorov


(Dmax)

Jenis Distribusi Chi-Kuadrat Simirnov-Kolmogorov


No
Probabilitas (X2) (Dmax)
1. Gumbel Type-I 2.667 0.111
2. Log Pearson Type-III 2.667 0.146
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Berdasarkan hasil pengujian masing-masing distribusi dengan metode uji kecocokan


distribusi Chi-Kuadrat, maka diperoleh untuk nilai dari masing-masing distribusi yaitu
2.667 sedangkan untuk hasil pengujian masing-masing distribusi probabilitas dengan
metode uji kecocokan Simimov–Kolmogorov, untuk distribusi Gumpel Type-I memiliki
nilai 0.111 dan bentuk distribusi Log Pearson Type-III memiliki nilai 0.146. Jika
membandingkan kedua hasil pengujian tersebut, maka distribusi Gumpel Type-I adalah
yang terbaik. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini, untuk menentukan analisis
debit banjir rencana, maka curah hujan rencana hasil dari metode Gumpel Type-I yang
digunakan.

4.7 Analisis Debit Banjir Rencana


Berdasarkan data yang tersedia, bahwa periode pengamatan mengenai debit banjir
di lokasi tidak ada, maka perkiraan banjir analisis berdasarkan data curah hujan yang ada.
Untuk menentukan hidrograf di daerah aliran sungai digunakan Metode Nakayasu. Adapun
tahapan-tahapan menentukan analisis debit banjir rencana adalah sebagai berikut.

4.7.1 Distribusi Hujan Jam-Jaman


Untuk menghitung distribusi hujan diperlukan suatu pendekatan yang mungkin
terjadi pada selang waktu tertentu, dan dalam selang waktu tersebut dapat diambil suatu
67
pendekatan pada selang waktu tertentu, dan dalam selang waktu tersebut dapat diambil
suatu pendekatan setiap 5 jam tiap harinya.

Perhitungan rata-rata hujan sampai jam ke T. Adapun persamaan rumus yang digunakan
untuk menentukan hujan rata-rata samapai jam ke T adalah sebagai berikut.

R24
RO =
t

2
t 3
Rt = RO ( )
T

Dimana :

R O = Hujan harian rerata (mm)

R 24 = Curah hujan netto dalam 24 jam (mm)

R t = Rerata hujan dari awal samapi T (mm)

T = Waktu mulai hujan hingga ke-t (jam)

t = Waktu konsentrasi (jam)

Untuk perhitungan digunakan, rata-rata hujan (t) = 5 jam, maka :

2
𝑅24 5 3
 t = 1 → 𝑅𝑡 = ( )
5 1
2
1 5 3
= ×( )
5 1

= 0.585 mm/jam
2
𝑅24 5 3
 t = 2 → 𝑅𝑡 = ( )
5 2
2
1 5 3
= ×( )
5 2

= 0.368 mm/jam
2
𝑅24 5 3
 t = 3 → 𝑅𝑡 = ( )
5 3
2
1 5 3
= ×( )
5 3

68
= 0.281 mm/jam
2
𝑅24 5 3
 t = 4 → 𝑅𝑡 = ( )
5 4
2
1 5 3
= ×( )
5 4

= 0.232 mm/jam

2
𝑅24 5 3
 t = 5 → 𝑅𝑡 = ( )
5 5
2
1 5 3
= ×( )
5 5

= 0.200 mm/jam

Curah Hujan pada jam ke-t

Persamaan rumus yang digunakan untuk menghitung curah hujan pada jam ke-t adalah
sebagai berikut.

R′t = tR t − (t − 1)R (t−1)

Dimana :

R′t = Tinggi hujan pada jam ke-T (mm)

T = Waktu konsentrasi (jam)

Rt = Rata-rata hujan sampai T (mm)

R (t−1) =Rata-rata hujan dari awal sampai ke-T jam (jam)

Untuk presentase intensitas curah hujan jam-jaman, sebagai berikut :

 t = 1 jam → R t = 0.585 R 24 maka :


R′t =1 × 0.585 R 24 − (1 − 1) × 0.585

= 0.585 R 24 – 0 × 0.585

= 0.585 R 24 – 0
= 0.585 mm/jam
= 58%
 t = 2 jam → R t = 0.368 R 24 maka :
R′t = 2 × 0.368 R 24 − (2 − 1) × 0.585

69
= 0.736 R 24 – 1 × 0.585

= 0.736 R 24 – 0.585
= 0.152 mm/jam
= 15%
 t = 3 jam → R t = 0.281 R 24 maka :
R′t = 3 × 0.281 R 24 − (3 − 1) × 0.368

= 0.843 R 24 – 2 × 0.368

= 0.843 R 24 – 0.737
= 0.107 mm/jam
= 11%
 t = 4 jam → R t = 0.232 R 24 maka :
 R′t = 4 × 0.232 R 24 − (4 − 1) × 0.281
= 0.928 R 24 – 3 × 0.281

= 0.928 R 24 – 0.843
= 0.085 mm/jam
= 8%
 t = 5 jam → R t = 0.200 R 24 maka :
 R′t = 5 × 0.200 R 24 − (5 − 1) × 0.232
= 1.000 R 24 – 4 × 0.232

= 1.000 R 24 – 0.928
= 0.072 mm/jam
= 7%

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Curah Hujan Jam-Jaman

Distribusi hujan
No Jam ke-T 𝐑′𝐭
(%)
1. 1 0.585 58
2. 2 0.152 15
3. 3 0.107 11
4. 4 0.085 8
5. 5 0.072 7
RO 1 100
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021
70
4.7.2 Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran tergantung pada faktor-faktor, untuk menentukan koefisien
pengaliran rata-rata (C) dengan berbagai kondisi permukaan dapat ditentukan atau dihitung
dengan mengunakan persamaan sebagai berikut.

∑n
i=1 Ai Ci
C= ∑n
i=1 Ai

Dimana :

C = Koefisien pengaliran rata-rata

Ai = Luas masing-masing tata guna lahan (km2)

Ci = Koefisien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan

n = Banyaknya jenis tata guna lahan dalam satu daerah

 Menentukan nilai koefisien pengaliran (C)


∑n
i=1 Ai Ci
C= ∑n
i=1 Ai

1 × 19.8 × 0.75
=
1 × 19.8
= 0.75

Tabel 4.18 Koefisien Pengaliran (Ci)

Angka
Kondisi DAS (Daerah Aliran Sungai)
Pengaliran
Bergunung 0.75 – 0.9
Pegunungan Tersier 0.7 – 0.8
Sungai dengan tanah dan hutan di bagian 0.5 – 0.75
atas dan bawahnya
Tanah berelief berat dan berhutan 0.5 – 0.75
Tanah dasar yang ditanami 0.45 – 0.6
Sawah waktu diairi 0.7 – 0.8
Sungai bergunung 0.75 – 0.85
Sungai dataran 0.45 – 0.75
Sumber : Soewarno dalam (Manahan dan Haekal, 2015)

Tabel 4.19 Koefisien Aliran (C)


71
Koefisien
Daerah
Pengaliran
Perumahan tidak begitu rapat 0.25 – 0.4
Perumahan kerapatan sedang 0.4 – 0.7
Perumahan rapat 0.7 – 0.8
Taman dan daerah rekreasi 0.2 – 0.3
Daerah industry 0.8 – 0.9
Daerah perniagaan 0.9 – 0.95
Sumber : Wesli dalam (Manahan dan Haekal, 2015)

Nilai C yang digunakan = 0.75 (berdasarkan tabel 4.19)

4.7.3 Hujan Efektif


Perhitungan curah hujan efektif mengunakan persamaan 2.21, dimana curah hujan
rancangan menggunakan hasil perhitungan metode Normal yang telah di uji kecocokan.
Menentukan hujan efektif (Rn) dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini.

Rn = C × R

Dimana :

R n = Hujan efektif
C = Koefisien pengaliran
R = Intensitas curah hujan

Tabel 4.20 Distribusi Hujan Jam-Jaman

Hujan Rencana 146.133 166.168 185.137 210.272 228.916


Koef. Pengaliran 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75
Hujan Efektif 109.599 124.626 138.853 157.704 171.687
Hujan jam-jaman
T Distribusi R5 R10 R20 R50 R100
(Jam) (%)
1. 0.585 64.094 72.882 81.202 92.226 100.403
2. 0.152 16.659 18.943 21.106 23.971 26.097
3. 0.107 11.686 13.288 14.805 16.815 18.306

72
4. 0.085 9.303 10.579 11.787 13.387 14574
5. 0.072 7.856 8.933 9.953 11.305 12.307
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

4.7.4 Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Untuk penentuan hidrograf satuan Metode Nakayasu dalam penerapannya
memerlukan karakteristik parameter daerah alirannya sebagai berikut :

a. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf ( time to peak
magnitude)
b. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
c. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
d. Luas Daerah Aliran Sungai (catchmen area)

e. Panjang alur sungai utama terpanjang (length of longest channel)


f. Koefisien pengaliran
Persamaan rumus hidrograf satuan Nakayasu adalah :

C A RO
Qp =
3.6(0.3 Tp +T0.3)

Dimana :

Qp = Debit puncak banjir (m3/detik)

R O = Hujan satuan (mm)

Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

T0.3 = Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak

C = Koefisien pengaliran

A = Luas daerah pengaliran sampai outlet (Km2)

1. Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan (lihat gambar) mempunyai
persamaan :
2.4
t
Qa = Qp ( )
Tp

Dimana :

73
Q a = Limpasan sebelum mencapai (m3/detik)
t = Waktu (jam)
2. Bagian lengkung turun (decreasinglimb).
Qd > 0.3Q p
t−Tp
Qd = Q p . 0.3 T0.3
0.3 Q p > Qd > 0.32 Q p
t−Tp +0.5T0.3
Qd = Q p . 0.3 1.5T0.3

0.32 Q p = Q d
t−Tp +1.5T0.3
Qd = Q p . 0.3 2T0.3

Tenggang waktu Tp = Tg + 0.8 Tr

L > 15 km → Tg = (0.40) + (0.058L)

L < 15 km → Tg = 0.21 . L0.7

Tr = 0.5 tg sampai tg (jam)

T0.3 = α . tg (jam)

Dimana :

L = Panjang sungai (Km)

Tg = Waktu konsentrasi pada daerah pengaliran

Tr = Satuan waktu hujan atau time duration

α = Koefisien perbandingan

Tabel 4.21 Koefesien Aliran (𝛂)

𝛂 Kriteria
2 Daerah Aliran
Bagian naik landau,
1.5
Bagian turun tajam
Bagian naik tajam,
3
Bagian turun lanadai
Sumber : Soewarno, 1997

74
Untuk menganalisis debit banjir rancangan, terlebih dahulu harus dibuat hidrograf
banjir pada sungai yang bersangkutan dengan menggunakan persamaan 2.32.

Data-data yang diperoleh :

 Luas DAS (A) = 2.400 km2


 Panjang Sungai (L) = 1.200 km
 Koefisien Pengaliran (L) = 0.75
 Hujan Satuan (RO) = 1 mm
 α = 2
Dilakukan langkah-langka perhitungan sebagai berikut :

1. Time Lag (Tg) : Waktu antara hujan sampai debit banjir untuk sungai yang
mempunyai panjang < 15 km.
Tg = 0.21 × L0.7
= 0.21 × (1.200)0.7
= 0.239 jam
2. Satuan waktu hujan (Tr), ditentukan dengan persamaan rumus berikut.
Tr = 0.5 × Tg
= 0.5 × 0.239
= 0.119 jam
3. Tenggang waktu permulaan hujan sampai puncak banjir (Tp) dengan persamaan
rumus berikut.
Tp = Tg + 0.8 × Tr
= 0.239 + 0.8 × 0.119
= 0.334 jam
4. Penurunan debit puncak sampai menjadi 30% (T0.3) dengan persamaan rumus
berikut.
T0.3 = α × Tg
= 2 × 0.239
= 0.477 jam

Menentukan debit puncak dengan persamaan rumus berikut ini :

C × A ×Ro
Q p = 3.6 × (0.3 ×T
p +T0.3 )

0.75 × 2.400 × 1
= 3.6 × (0.3 × 0.334 + 0.477)

75
= 0.866 m3 /detik

Perhitungan kurva :

Kurva naik :

2.4
t
Qa = Q p ( )
Tp

t 2.4
Qa = 0.866 ( )
0.334

Tabel 4.22 Batas Waktu (T) 0 < T < 0.334


t (jam) Q (m3/detik)
0 0
0.334 0.866
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Kurva turun :
t−Tp
Qd = Qp × 0.3 T0.3
t−0.334
Qd = 0.866 × 0.3 0.477

Tabel 4.23 Batas Waktu (T) 0.334 < T < 0.811


t (jam) Q (m3/detik)
0 0
0.811 0.260
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Kurva turun :
t−Tp+0.5T0.3
Qd = Qp × 0.3 1.5T0.3

𝑡−0.334+0.5×0.477
Qd = 0.866 × 0.3 1.5×0.477

Tabel 4.24 Batas Waktu (T) 0.811 < T < 1.527


t (jam) Q (m3/detik)
1 0.189
1.527 0.078
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

76
Kurva turun :
t−Tp+1.5T0.3
Qd = Qp × 0.3 2T0.3

t−0.334+1.5 ×0.477
Qd = 0.866 × 0.3 2 ×0.477

Tabel 4.25 Batas Waktu (T) T ˃ 1.527


t (jam) Q (m3/detik)
2 0.043
3 0.012
4 0.003
5 0.001
6 0.000
7 0.000
8 0.000
9 0.000
10 0.000
11 0.000
12 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.25


t (jam) Q (m3/detik)
13 0.000
14 0.000
15 0.000
16 0.000
17 0.000
18 0.000
19 0.000
20 0.000
21 0.000
22 0.000
23 0.000

77
24 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021
Tabel 4.26 Rekapitulasi Q (m3/detik)
t (jam) Q (m3/detik)
0 0
0.334 0.866
0.811 0.260
1 0.189
1.527 0.078
2 0.043
3 0.012
4 0.003
5 0.001
6 0.000
7 0.000
8 0.000
9 0.000
10 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.26

t (jam) Q (m3/detik)
11 0.000
12 0.000
13 0.000
14 0.000
15 0.000
16 0.000
17 0.000
18 0.000
19 0.000
20 0.000

78
21 0.000
22 0.000
23 0.000
24 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Gambar 4.1 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Tabel 4.27 Hidrograf Banjir Rancangan Q 5 Tahnun Metode Nakayasu

Hujan Rencana 5 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 64.094 16.659 11.686 9.303 7.856 (m3/detik)
0 0 0.000 0.000
0.334 0.866 54.504 0.000 54.504
1 0.260 16.651 14.427 0.000 31.078
1.000 0.189 12.121 4.328 10.120 0.000 26.569
1.527 0.078 4.995 3.150 3.036 8.057 0.000 19.238
2 0.043 2.705 1.298 2.210 2.417 6.803 15.479
3 0.012 0.779 0.715 0.911 1.759 2.041 6.205

79
4 0.003 0.221 0.202 0.501 0.725 1.486 3.135
5 0.001 0.062 0.057 0.142 0.399 0.612 1.273
6 0.000 0.018 0.016 0.040 0.113 0.337 0.524
7 0.000 0.005 0.005 0.011 0.032 0.095 0.148
8 0.000 0.001 0.001 0.003 0.009 0.027 0.042
9 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.008 0.012
10 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002 0.003
11 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001
12 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
16 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
18 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
19 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
21 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
22 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.27

Hujan Rencana 5 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 64.094 16.659 11.686 9.303 7.856 (m3/detik)
23 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
24 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

80
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Gambar 4.2 Grafik Debit Banjir Rencana 5 Tahun Metode Nakayasu

Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Tabel 4.28 Hidrograf Banjir Rancangan Q10 Tahnun Metode Nakayasu

Hujan Rencana 10 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 72.882 18.943 13.288 10.579 8.933 (m3/detik)
0 0 0.000 0.000
0.334 0.866 63.114 0.000 63.114
1 0.260 18.934 16.405 0.000 35.339
1.000 0.189 13.782 4.921 11.507 0.000 30.211
1.527 0.078 5.680 3.582 3.452 9.161 0.000 21.876
2 0.043 3.127 1.476 2.513 2.748 7.736 17.601
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.28

Hujan Rencana 10 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 72.882 18.943 13.288 10.579 8.933 (m3/detik)

81
3.000 0.012 0.886 0.813 1.036 2.001 2.321 7.056
4 0.003 0.251 0.230 0.570 0.824 1.689 3.565
5 0.001 0.071 0.065 0.161 0.454 0.696 1.448
6 0.000 0.020 0.018 0.46 0.129 0.383 0.596
7 0.000 0.006 0.005 0.013 0.036 0.109 0.169
8 0.000 0.002 0.001 0.004 0.010 0.031 0.048
9 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.009 0.014
10 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002 0.004
11 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001
12 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
16 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
18 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
19 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
21 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
22 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
23 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
24 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

82
Gambar 4.3 Grafik Debit Banjir Rencana 10 Tahun Metode Nakayasu

Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Tabel 4.29 Hidrograf BanjirRancangan Q20 Tahnun Metode Nakayasu

Hujan Rencana 20 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 81.202 21.106 14.805 11.787 9.953 (m3/detik)
0 0 0.000 0.000
0.334 0.866 70.319 0.000 70.319
1 0.260 21.096 18.277 0.000 39.373
1.000 0.189 15.356 5.483 12.821 0.000 33.660
1.527 0.078 6.329 3.991 3.846 10.207 0.000 24.373
2 0.043 3.484 1.645 2.800 3.062 8.619 19.611
3.000 0.012 0.987 0.906 1.154 2.229 2.586 7.861
4 0.003 0.279 0.257 0.635 0.919 1.882 3.972
5 0.001 0.079 0.073 0.180 0.506 0.776 1.613
6 0.000 0.022 0.021 0.051 0.143 0.427 0.664
7 0.000 0.006 0.006 0.014 0.041 0.121 0.188
8 0.000 0.002 0.002 0.004 0.011 0.034 0.053
9 0.000 0.001 0.000 0.001 0.003 0.010 0.015
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021
83
Lanjutan Tabel 4.29

Hujan Rencana 20 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 81.202 21.106 14.805 11.787 9.953 (m3/detik)
10 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.004
11 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001
12 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
16 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
18 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
19 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
21 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
22 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
23 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
24 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Gambar 4.4 Grafik Debit Banjir Rencana 20 Tahun Metode Nakayasu

84
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Tabel 4.30 Hidrograf BanjirRancangan Q50 Tahnun Metode Nakayasu

Hujan Rencana 50 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 92.226 23.971 16.815 13.387 11.305 (m3/detik)
0 0 0.000 0.000
0.334 0.866 79.866 0.000 79.866
1 0.260 23.960 20.759 0.000 44.719
1.000 0.189 17.440 6.228 14.562 0.000 38.230
1.527 0.078 7.188 4.533 4.369 11.593 0.000 27.682
2 0.043 3.958 1.868 3.180 3.478 9.790 22.273
3.000 0.012 1.121 1.029 1.311 2.532 2.937 8.928
4 0.003 0.317 0.291 0.722 1.043 2.138 4.511
5 0.001 0.090 0.083 0.204 0.574 0.881 1.832
6 0.000 0.025 0.023 0.058 0.163 0.485 0.754
7 0.000 0.007 0.007 0.016 0.046 0.137 0.214
8 0.000 0.002 0.002 0.005 0.013 0.039 0.061
9 0.000 0.001 0.001 0.001 0.004 0.011 0.017
10 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.005
11 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001
12 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
16 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
18 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
19 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
21 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

85
22 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.30

Hujan Rencana 50 Tahun

Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q


T (jam)
Hidrograf 92.226 23.971 16.815 13.387 11.305 (m3/detik)
23 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
24 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Gambar 4.5 Grafik Debit Banjir Rencana 50 Tahun Metode Nakayasu

Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Tabel 4.31 Hidrograf BanjirRancangan Q100 Tahnun Metode Nakayasu

Hujan Rencana 100 Tahun


Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q
T (jam)
Hidrograf 100.403 26.097 18.306 14.574 12.307 (m3/detik)
0 0 0.000 0.000
0.334 0.866 86.947 0.000 86.947
1 0.260 26.084 22.599 0.000 48.684
1.000 0.189 18.987 6.780 15.853 0.000 41.620

86
1.527 0.078 7.825 4.935 4.756 12.621 0.000 30.137
2 0.043 4.308 2.034 3.462 3.786 10.658 24.248
3.000 0.012 1.220 1.120 1.427 2.756 3.197 9.720
4 0.003 0.346 0.317 0.786 1.136 2.327 4.911
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.31

Hujan Rencana 100 Tahun


T Unit R1 jam R2jam R3jam R4jam R5jam Q
(jam) Hidrograf 100.403 26.097 18.306 14.574 12.307 (m3/detik)
5 0.001 0.098 0.090 0.222 0.625 0.959 1.995
6 0.000 0.028 0.025 0.063 0.177 0.528 0.821
7 0.000 0.008 0.007 0.018 0.050 0.150 0.233
8 0.000 0.002 0.002 0.005 0.014 0.042 0.066
9 0.000 0.001 0.001 0.001 0.004 0.012 0.019
10 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.005
11 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.001
12 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
16 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
18 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
19 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
21 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
22 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
23 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
24 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

87
Gambar 4.6 Grafik Debit Banjir Rencana 100 Tahun Metode Nakayasu

Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Tabel 4.32 Rekapitulasi Debit (Q) Periode 5, 10, 20, 50 dan 100 Tahun

Q5Thn Q10Thn Q20Thn Q50Thn Q100Thn


t (jam)
(m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik)
0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.334 55.504 63.114 70.319 79.866 86.947
0.811 31.078 35.339 39.373 44.719 48.684
1 26.569 30.211 33.660 38.230 41.620
1.527 19.238 21.876 24.373 27.682 30.137
2 15.479 17.601 19.611 22.273 24.248
3 6.205 7.056 7.861 8.928 9.720
4 3.135 3.565 3.972 4.511 4.911
5 1.273 1.448 1.613 1.832 1.995
6 0.524 0.596 0.664 0.754 0.821
7 0.148 0.169 0.188 0.214 0.233
8 0.042 0.048 0.053 0.061 0.066
9 0.012 0.014 0.015 0.017 0.019
10 0.003 0.004 0.004 0.005 0.005

88
11 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
12 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
13 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
14 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
15 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.32

Q5Thn Q10Thn Q20Thn Q50Thn Q100Thn


t (jam)
(m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik)
16 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
18 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
19 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
21 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
22 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
23 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
24 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

80
2 Tahun
70
60 5 Tahun
Q (Debit) m3/detik

50 10 Tahun
40
20 Tahun
30
20 50 Tahun

10 100 Tahun
0

t (Waktu) jam
Gambar 4.7 Grafik Debit Banjir Rencana Metode Nakayasu

Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

89
Berdasarkan hasil perhitungan dan gambar grafik 4.7, maka diperoleh grafik
Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Menggunakan Metode Nakayasu pada titik puncak
terjadi pada saat 0.334 jam dengan periode ulang 5 tahun nilai Q = 54.588 m3/detik, periode
ulang 10 tahun nilai Q = 59.303 m3/detik, periode ulang 20 tahun nilai Q = 63.161 m3/detik,
periode ulang 50 tahun nilai Q = 67.555 m 3/detik dan untuk periode ulang 100 tahun nilai
Q = 70.555 m3/detik.

Tabel 4.33 Hasil Rekapitulasi Debit Banjir Rencana

Periode Hujan
Debit Rencana
Ulang T Rencana
(m3/detik)
(tahun) (mm)
5 146.1 55.504
10 166.2 63.114
20 185.1 70.319
50 210.3 79.866
100 228.9 86.947
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Berdasarkan hasil analisis perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan


metode Nakayasu, diperolehlah debit banjir untuk masing-masing periode ulang, adapun
untuk periode ulang 5 tahun Q = 55.504 m3/detik, pada periode 10 tahun mendatang
didapatkan Q = 63.114 m3/detik, pada perhitungan 20 tahun mendatang didapatkan hasil
perhitungan Q = 70.319 m3/detik, pada perhitugan ulang 50 tahun didapatkan hasil
perhitungan Q = 79.866 m3/detik dan untuk periode ulang 100 tahun diperoleh debit sebesar
Q = 86.947 m3/detik.

Untuk menetukan Studi Normalisasi Sungai Lapri Untuk Pengendalian Banjir, maka
debit banjir rencana yang di gunakan adalah debit banjir rencana periode ulang 100 tahun
dengan debit banjir rencana sebesar Q = 86.947 m3/detik.

4.8 Debit Aliran

90
Debit aliran dihasilkan dari data tinggi muka air dan data kecepatan arus sungai pada
suatu penampang di titik keluaran pada suatu daerah tangkapan air. Adapun data exsisting
Sungai Lapri, berdasarkan hasil pengukuran tersebut terdapat pada tabel 4.34, berikut ini :

Tabel 4.34 Data Exsisting Sungai Lapri

STA a1 (m) a2 (m) b (m) h1 (m) h2 (m)


10 4.73 3.00 1.56 1.64 0.45
9 4.15 2.80 1.46 1.73 0.53
8 3.92 3.57 2.09 1.83 0.50
7 5.12 4.43 3.01 1.72 0.47
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.34

STA a1 (m) a2 (m) b (m) h1 (m) h2 (m)


6 5.16 4.09 2.93 1.54 0.37
5 4.25 3.23 1.54 1.63 0.52
4 4.34 3.34 1.83 2.43 0.35
3 4.10 2.89 1.46 2.12 0.46
2 5.00 3.17 1.68 1.95 0.56
1 4.17 2.98 1.90 2.00 0.46
0 4.79 3.65 1.73 2.03 0.61
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Gambar 4.8 Penampang Saluran


Sumber : Dok Pribadi, 2021

Catatan :

91
a1 = Lebar atas saluran (m)
a2 = Lebar atas permukaan air (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h1 = Tinggi saluran (m)
h2 = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
4.8.1 Menentukan Debit Aliran Pada Sungai Lapri
Debit aliran merupakan banyaknya volume zat (air) yang melalui suatu jarak dari
suatu penampang tiap satuan waktu. Sementara itu debit adalah volume zat (air) persatuan
waktu, maka satuan debit itu satuan volume persatuan waktu, misal m3/detik.

Tabel 4.35 Data Exsisting Sungai Lapri Aliran

STA a2 (m) b (m) h2 (m) x (m) y (m) √𝐱 𝟐 + 𝐲 𝟐 m (m)


10 3.00 1.56 0.45 1.44 0.45 2.276 1.509
9 2.80 1.46 0.53 1.34 0.53 2.077 1.441
8 3.57 2.09 0.50 1.48 0.50 2.440 1.562
7 4.43 3.01 0.47 1.42 0.47 2.237 1.496
6 4.09 2.93 0.37 1.16 0.37 1.483 1.218
5 3.23 1.54 0.52 1.69 0.52 3.127 1.768
4 3.34 1.83 0.35 1.51 0.35 2.403 1.550
3 2.89 1.46 0.46 1.43 0.46 2.257 1.502
2 3.17 1.68 0.56 1.49 0.56 2.534 1.592
1 2.98 1.90 0.46 1.08 0.46 1.378 1.174
0 3.65 1.73 0.61 1.92 0.61 4.059 2.015
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Catatan :

a2 = Lebar atas permukaan air (m)


b = Lebar dasar saluran (m)
h2 = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
 Persamaan untuk menentukan kemiringan dinding saluran (m) :

m = √x 2 + y 2

92
Dimana :

m = Kemiringan dinding saluran (m)

x2 = Nilai dari a2 – b

y2 = Nilai dari h2

Contoh perhitungan :

x = a2 – b

= 3.00 – 1.56

= 1.44 m

y = 0.45 m

m = √x 2 + y 2

= √1.442 + 0.452

= 2.0736 + 0.2025

= 1.509 m

 Persamaan untuk menetukan luas penampang saluran (A) :


A′ = (b + m . h2 ) . h2
Dimana :
A’ = Luas penampang basah (m2)
b = Lebar dasar saluran (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
h2 = Tinggi muka air (m)
Contoh perhitungan :
A′ = (b + m . h2 ) . h2
= (1.56 + 1.509 x 0.45) x 0.45
= 2.24 x 0.45
= 1.008 m2

93
 Persamaan untuk menentukan keliling basa saluran (P) :
P = b + 2h2 (m2 + 1)0.5
Dimana :
P = Keliling basah saluran (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h2 = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
Contoh perhitungan :
P = b + 2h2 (m2 + 1)0.5
= 1.56 + 2 x 0.45 (1.509 + 1)0.5
= 3.189 m

 Persamaan untuk menentukan jari-jari hidrolis (R) :


A′
R=
P

Dimana :
R = Jari-jari hidrolis (m)
A’ = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Contoh perhitungan :
A′
R=
P
1.008
=
3.189

= 0.316 m
 Untuk menentukan besarnya nilai n (koefisien manning), maka kita dapat melihat
pada lampiran tabel 2.11, berdasarkan kondisi exsisting pada Sungai Lapri.
 Untuk menentukan besarnya nilai S (kemiringan dasar saluran), maka dapat dilihat
T1 −T2
pada kondisi exisisting Sungai Lapri. S=
P

Dimana :
S = Kemiringan dasar saluran (m)
T1 = Tinggi saluran hulu (m)
T2 = Tinggi saluran hilir (m)
P = Panjang Saluran (m)

94
Contoh perhitungan :
T1 −T2
S=
P
2.030−1.64
=
110
0.390
=
110

= 0.004 m

 Persamaan menetukan kecepatan aliran (V) :


2 1
1
V = . R3 . S 2
𝑛

Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/detik)
n = Nilai koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran (m)
Contoh perhitungan :

2 1
1
V = . R3 . S 2
𝑛
2 1
1
= . 0.316 3 . 0.004 2
0.050

= 0.552 m/detik

 Persamaan untuk menghitung debit ( QAliran ) : Q Aliran = A′ x V


Dimana :
QAliran = Debit (m3/detik)
A’ = Luas penampang basah (m2)
V = Kecepatan alira rata-rata (m/detik)
Contoh Perhitungan :
Q Aliran = A′ x V
= 1.008 x 0.552
= 0.557 m3/detik

Tabel 4.36 Hasil Perhitungan Debit Aliran Sungai Lapri

a2 b h2 A’ P R V QAliran
STA n S
(m) (m) (m) (m2) (m) (m) (m/detik) (m3/detik)

95
10 3.00 1.56 0.45 1.008 3.189 0.316 0.050 0.004 0.552 0.557
9 2.80 1.46 0.53 1.179 3.319 0.355 0.050 0.004 0.597 0.704
8 3.57 2.09 0.50 1.436 3.945 0.364 0.070 0.004 0.434 0.622
7 4.43 3.01 0.47 1.745 4.701 0.371 0.040 0.004 0.769 1.342
6 4.09 2.93 0.37 1.251 4.096 0.305 0.040 0.004 0.675 0.844
5 3.23 1.54 0.52 1.279 3.653 0.350 0.030 0.004 0.986 1.261
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Lanjutan Tabel 4.36

a2 b h2 A’ P R V QAliran
STA n S
(m) (m) (m) (m2) (m) (m) (m/detik) (m3/detik)
4 3.34 1.83 0.35 0.830 3.121 0.266 0.030 0.004 0.821 0.682
3 2.89 1.46 0.46 0.989 3.120 0.317 0.070 0.004 0.396 0.391
2 3.17 1.68 0.56 1.440 3.785 0.380 0.035 0.004 0.893 1.286
1 2.98 1.90 0.46 1.122 3.319 0.338 0.050 0.004 0.578 0.649
0 3.65 1.73 0.61 1.805 4.474 0.403 0.050 0.004 0.650 1.174
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

4.8.2 Menentukan Kapasitas Debit Penampang Sungai Lapri


Perhitungan kapasitas saluran drainase bertujuan untuk mengetahui kemampuan
saluran dalam menampung atau mengalirkan debit (air). Adapun untuk data exsisting
saluran darinase Sungai Lapri terdapat pada tabel 4.37, berikut ini :

Tabel 4.37 Data Exsisting Sungai Lapri

STA a1 (m) b (m) h1 (m) x (m) y (m) √𝐱 𝟐 + 𝐲 𝟐 m (m)


10 4.73 1.56 1.64 3.17 1.64 12.739 3.569
9 4.15 1.46 1.73 2.69 1.73 10.229 3.198
8 3.92 2.09 1.83 1.83 1.83 6.698 2.588
7 5.12 3.01 1.72 2.11 1.72 7.411 2.722
6 5.16 2.93 1.54 2.23 1.54 7.345 2.710
5 4.25 1.54 1.63 2.71 1.63 10.001 3.162
4 4.34 1.83 2.43 2.51 2.43 12.205 3.494
3 4.10 1.46 2.12 2.64 2.12 11.464 3.386
2 5.00 1.68 1.95 3.32 1.95 14.825 3.850

96
1 4.17 1.90 2.00 2.27 2.00 9.153 3.025
0 4.79 1.73 2.03 3.06 2.03 13.485 3.672
Sumber : Hasil Pengukuran, 2021

Catatan :

a1 = Lebar atas saluran (m)


b = Lebar dasar saluran (m)
h1 = Tinggi saluran (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)

 Persamaan untuk menentukan kemiringan dasar saluran (m) :


m = √x 2 + y 2

Dimana :

m = Kemiringan dinding saluran (m)

x2 = Nilai dari a1 – b

y2 = Nilai dari h1

Contoh perhitungan :

x = a1 – b

= 4.73 – 1.56

= 3.17 m

y = 1.64 m

m = √x 2 + y 2

= √3.172 + 1.642

= 10.049 + 2.690

= 3.569 m

 Persamaan untuk menetukan luas penampang saluran (A) :


A′ = (b + m . h1 ) . h1
Dimana :

97
A’ = Luas penampang (m2)
b = Lebar dasar saluran (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
h1 = Tinggi saluran (m)
Contoh perhitungan :
A′ = (b + m . h1 ) . h1
= (1.56 + 3.569 x 1.64) x 1.64
= 7.41 x 1.64
= 12.158 m2

 Persamaan untuk menentukan keliling basa saluran (P) :


P = b + 2h1 (m2 + 1)0.5
Dimana :
P = Keliling basah saluran (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h1 = Tinggi saluran (m)
m = Kemiringan dinding saluran (m)
Contoh perhitungan :
P = b + 2h1 (m2 + 1)0.5
= 1.56 + 2 x 1.64 (3.569 + 1)0.5
= 13.717 m
 Persamaan untuk menentukan jari-jari hidrolis (R) :
A′
R=
P

Dimana :
R = Jari-jari hidrolis (m)
A’ = Luas penampang (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Contoh perhitungan :
A′
R=
P
12.158
=
13.717

= 0.886 m

98
 Untuk menentukan besarnya nilai n (koefisien manning), maka kita dapat melihat
pada lampiran tabel 2.11, berdasarkan kondisi exsisting pada Sungai Lapri.
 Untuk menentukan besarnya nilai S (kemiringan dasar saluran), maka dapat dilihat
T1 −T2
pada kondisi exisisting Sungai Lapri. S=
P

Dimana :
S = Kemiringan dasar saluran (m)
T1 = Tinggi saluran hulu (m)
T2 = Tinggi saluran hilir (m)
P = Panjang Saluran (m)
Contoh perhitungan :
T1 −T2
S=
P
2.030−1.64
=
110
0.390
=
110

= 0.004 m
 Persamaan menetukan kecepatan aliran (V) :
2 1
1
V = . R3 . S 2
𝑛

Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/detik)
n = Nilai koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran (m)
Contoh perhitungan :

2 1
1
V = . R3 . S 2
𝑛
2 1
1
= . 0.8863 . 0.0042
0.050

= 1.099 m/detik

 Persamaan untuk menghitung debit ( QAliran ) : Q Aliran = A′ x V


Dimana :
QAliran = Debit (m3/detik)
A’ = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan alira (m/detik)

99
Contoh Perhitungan :
Q Aliran = A′ x V
= 12.158 x 1.099
= 13.359 m3/detik

Setelah dilakukan serangkayan perhitung seperti pada contoh di atas, maka diperolehlah
debit kapasitas drainase Sungai Lapri untuk masing-masing STA, seperti yang terdapat
pada tabel 4.38, berikut ini.

Tabel 4.38 Debit Kapasitas Penampang Saluran Sungai Lapri (QKapasitas)

a1 b h1 A’ R V QKapasitas
STA 2
P (m) n S
(m) (m) (m) (m ) (m) (m/detik) (m3/detik)
10 4.73 1.56 1.64 12.158 13.717 0.886 0.050 0.004 1.099 13.359
9 4.15 1.46 1.73 12.098 13.054 0.927 0.050 0.004 1.132 13.695
8 3.92 2.09 1.83 12.492 12.245 1.020 0.070 0.004 0.862 10.768
7 5.12 3.01 1.72 13.231 12.986 1.019 0.040 0.004 1.507 19.941
6 5.16 2.93 1.54 10.939 11.827 0.925 0.040 0.004 1.413 15.459
5 4.25 1.54 1.63 10.912 12.353 0.883 0.030 0.004 1.827 19.941
4 4.34 1.83 2.43 25.076 19.491 1.287 0.030 0.004 2.348 58.875
3 4.10 1.46 2.12 18.313 16.429 1.115 0.070 0.004 0.914 16.746
2 5.00 1.68 1.95 17.917 17.194 1.042 0.035 0.004 1.749 31.329
1 4.17 1.90 2.00 15.902 14.645 1.086 0.050 0.004 1.258 20.005
0 4.79 1.73 2.03 18.644 17.182 1.085 0.050 0.004 1.258 23.446
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

4.8.3 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase


Evaluasi saluran drainase bertujuan untuk mengetahui seberapa besar debit yang
dapat ditampung saluran dengan dimensi saluran yang ada pada saat ini (eksisting).
Kemampuan kapasitas saluran drainase dapa dikatakan aman terhadap debit banjir rencana
yang ditambahkan dengan debit pada kondisi normal, apabila kapasitas saluran drainase
yang ada lebih besar dari debit rencana atau memenuhi ketentuan seperti berikut ini :

 QAliran + QRencana < QKapasitas → Penampang saluran saat ini masih mampu
menampung debit QAliran + QRencana

100
 QAliran + QRencana ˃ QKapasitas → Penampang saluran saat ini sudah tidak mampu
menampung debit QAliran + QRencana
Untuk mengetahui apakah saluran pada Sungai Lapri masi dapat, atau tidak dapat lagi
menampung debit Q Aliran + QRencana, dapat diketahui dengan membandingkan QAliran +
QRencana dengan QKapasitas. Adapun hasil perbandingan tersebut, terdapat pada tabel 4.39,
berikut ini :

Tabel 4.39 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase Sungai Lapri

QAliran QRencana QAliran + QRencana QKapasitas


STA 3 3 3
Keterangan
(m /detik) (m /detik) (m /detik) (m3/detik)
10 0.557 86.947 87.504 13.359 Meluap
9 0.704 86.947 87.651 13.695 Meluap
8 0.622 86.947 87.570 10.768 Meluap
7 1.342 86.947 88.289 19.941 Meluap
6 0.844 86.947 87.792 15.459 Meluap
5 1.261 86.947 88.208 19.941 Meluap
4 0.682 86.947 87.629 58.875 Meluap
3 0.391 86.947 87.339 16.746 Meluap
2 1.286 86.947 88.233 31.329 Meluap
1 0.649 86.947 87.596 20.005 Meluap
0 1.174 86.947 88.121 23.446 Meluap
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Berdasarkan hasil analisis potensi terjadinya banjir pada tabel 4.39 di atas, maka dapat di
peroleh hasil untuk masing-masing STA mengalami peluapan, oleh karena itu perlu
dilakukan desain ulang untuk penampang saluran pada Sungai Lapri dengan menggunakan
debit QAliran + QRencana yang maksimum = 88.289 m3/detik.

4.9 Desain Penampang Saluran Sungai Lapri


Penampang saluran adalah salah satu bangunan yang bertujuan untuk mengalirkan
debit air, dengan harapan agar air tidak meluap keberbagai area atau tidak menyebabkan
banjir. Adapun untuk mendesain saluran pada Sungai Lapri dapat digunakan persamaan
berikut ini : Q= AxV

Dimana :

Q = Debit (m3/detik)

101
A = Luas penampang (m2)

V = Kecepatan alira (m/detik)

Sebelum mendesain saluran drainase pada Sungai Lapri, ada beberapa data yang perlu
diketahui terlebih dahulu, diantaranya data debit banjir rencana yang telah ditambahakan
dengan debit aliran pada kondisi normal, kemiringan dasar saluran (S), dan koefisien
manning (n). Adapun langkah-langkah dalam mendesain saluran drainase pada Sungai
Lapri, adalah sebagai berikut :

 Untuk menentukan besarnya nilai n (koefisien manning), maka dapat diperoleh


pada tabel 2.11, berdasarkan kondisi exsisting pada Sungai Lapri.
 Untuk menentukan besarnya nilai S (kemiringan dasar saluran), maka dapat
diperoleh pada kondisi exisisting Sungai Lapri. Dimana nilai S dapa ditentukan
T1−T2
dengan persamaan berikut ini : S=
P

Dimana :

S = Kemiringan dasar saluran (m)


T1 = Tinggi saluran hulu (m)
T2 = Tinggi saluran hilir (m)
P = Panjang Saluran (m)

Menentukan kemiringan dasar saluran (m) :

Diketahui :

T1 = 2.03 m
T2 = 1.64 m
P = 110 m

Tentukan :

S = ………….?

Jawab : S=
T1−T2
S=
P
2.03−1.64
110

= 0.004 m

102
Menentukan desain saluran drainase Sungai Lapri dengan menggunakan persamaan
manning. Adapun data-data yang diperlukan dalam mendesain saluran drainase pada
Sungai Lapri, terdapat pada tabel 4.40.

Tabel 4.40 Data Untuk Mendesain Sungai Lapri

Q
STA S n
(m3/detik)
10 87.504 0.004 0.050
9 87.651 0.004 0.050
8 87.570 0.004 0.070
7 88.289 0.004 0.040
6 87.792 0.004 0.040
5 88.208 0.004 0.030
4 87.629 0.004 0.030
3 87.339 0.004 0.070
2 88.233 0.004 0.035
1 87.596 0.004 0.050
0 88.121 0.004 0.050
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Menentukan desain penampang saluran Sungai Lapri :

 Menentukan tinggi saluran (h) : Q =


AxV
2⁄
1 h 3 1⁄
Q = h2√3 x x ( ) x (s) 2
𝑛 2
2⁄
1 h 3 1⁄
Q = h2√3 x x( ) x (0.004) 2
0.050 2

8⁄
h 3 = 87.442

3⁄
h = 87.442 8

103
h = 5.35 m

 Menentukan lebar dasar saluran (b) :


2
B = h√3
3
2
B = x 5.35√3
3

= 6.17 m

 Menentukan tinggi jagaan (W) : W=


√0.5 h
W = √0.5 x 5.35

= 1.64 m

Setelah dilakukan serangkain analisis perhitungan, seperti pada proses di atas, maka pada
tabel 4.41, ditampilkan hasil desai saluran drainase Sungai Lapri, berdasarkan debit banjir
rencana yang telah ditambahkan dengan debit pada kondisi normal, untuk masing-masing
STA.

Tabel 4.41 Hasil Desain Saluran Drainase Sungai Lapri

Q
STA h (m) B (m) W (m)
(m3/detik)
10 87.504 5.35 6.17 1.64
9 87.651 5.35 6.18 1.64
8 87.570 5.35 6.18 1.64
7 88.289 5.37 6.20 1.64
6 87.792 5.35 6.18 1.64
5 88.208 5.36 6.19 1.64
4 87.629 5.35 6.18 1.64
3 87.339 5.34 6.17 1.64
2 88.233 5.36 6.19 1.64

104
1 87.596 5.35 6.18 1.64
0 88.121 5.36 6.19 1.64
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

Catatan :

Q = Debit rencana (m3/detik)

h = Tinggi saluran (m)

B = Lebar dasar saluran (m)

W = Tinggi jagaan saluran (m)

Gambar 4.9 Desai Penampang Sungai Lapri

Sumber: Dok Pribadi, 2021

Dengan ketentuan untuk saluran pada gambar 4.9 adalah Q = Debit rencana
(m3/detik), h = Tinggi saluran (m), B = Lebar dasar saluran (m), a = Lebar atas saluran
(m) dan W = Tinggi jagaan saluran (m).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan persamaan 2.43, maka diperoleh


desain penampang saluran rencana untuk Sungai Lapri yang dapat mengalirkan debit banjir
rencana, dengan lebar dasar saluran (B), lebar atas saluran (a), tinggi saluran (h) dan tinggi
jagaan (W) untuk masing-masing STA dapat dilihat untuk masing-masing ukurannya pada
tabel 4.41.

105
BAB 5
PENUTUP

a) Kesimpulan
Dari hasil analisis perhitungan serta analisis potensi banjir dengan persamaan
manning maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis perhitungan, maka diperoleh debit banjir
exsisting Sungai Lapri, untuk masing-masing STA sebagai berikut :
STA 10 = 87.504 m3/detik, STA 9 = 87.651 m3/detik, STA 8 = 87.570 m3/detik,
STA 7 = 88.289 m3/detik, STA 6 = 87.792 m3/detik, STA 5 = 88.208 m3/detik,
STA 4 = 87.629 m3/detik, STA 3 = 87.339 m3/detik, STA 2 = 88.233 m3/detik,
STA 1 = 87.596 m3/detik dan STA 0 = 88.121 m3/detik.
2. Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan menggunakan persamaan
manning, maka diperoleh dimesi saluran drainase yang mampu untuk mengalirkan
debit banjir rencana untuk masing-masing STA, adapun untuk dimensi yang
mampu untuk mengalirkan debit banjir rencana untuk masing-masing STA adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Desain Saluran Drainase Sungai Lapri
Q
STA h (m) b (m) W (m)
(m3/detik)
10 87.504 5.35 6.17 1.64
9 87.651 5.35 6.18 1.64
8 87.570 5.35 6.18 1.64
7 88.289 5.37 6.20 1.64
6 87.792 5.35 6.18 1.64
5 88.208 5.36 6.19 1.64
4 87.629 5.35 6.18 1.64
3 87.339 5.34 6.17 1.64
2 88.233 5.36 6.19 1.64
1 87.596 5.35 6.18 1.64
0 88.121 5.36 6.19 1.64
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan, 2021

106
Gambar 5.1 Desai Penampang Sungai Lapri
Sumber: Dok Pribadi, 2021
Catatan :
Q = Debit rencana (m3/detik)
h = Tinggi saluran (m)
B = Lebar dasar saluran (m)
W = Tinggi jagaan saluran (m)

b) Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini, berdasarkan
dari hasil pengolahan data, maka ada beberapa hal yang menjadi point utama,
diantaranya iyalah :
1. Untuk penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat digunakan
untuk menentukan perhitungan stabilitas konstruksi untuk penampang
saluran Sungai Lapri.
2. Dalam pengambilan data, pada saat penelitian di lokasi atau objek
penelitian diperlukan peralatan yang memadai.

107
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Teknik Universutas Borneo


Tarakan. Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan. Tarakan.

Anonim. 2015. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor:


122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAN AIR MINUM. Jakarta:
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA-RI.

Chow, Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics).
Jakarta: Erlangga.

Google Inc.2018 Google Maps: Peta Lokasi Sungai Lapri Kecamatan Sebatik Utara
dalam https://maps.google.com,_diakses 06 Oktober 2020.

Dhani Pratama, dkk. 2014. Studi Normalisasi Kapasitas Penampang Sungai (Studi
Kasus Engkulik di Kabupaten Sintang). Universitas Tanjungpura. Pontianak
Kalimatan Barat.

Heremba Sa’adah Laila Sribanun. 2012. Studi Perencanaan Normalisasi Sungai


Kali Sono di Kota Madiun. PT. Bank Papua Cabang Fakfak. Papua.

Hendratta Amelia Liany. 2014. Optimalisasi Sitem Jaringan Drainase Jalan Raya
Sebagai Alternatif Penanganan Masalah Genangan Air. Universitas Sam
Ratulangi. Sulawesi Utara.

Jaya Satria Putra Fiyan. 2016. Normalisasi Sungai Remeneng Untuk Pengendalian
Banjir di Kelurahan Babakan Kota Mataram. Universitas Mataram. Nusa
Tengara Barat.

Ramadhan Muhammad. 2021. Studi Potensi Terjadinya Peluapan Aliran Sungai


Kampung Empat dan Kampung Bugis. Universitas Borneo Tarakan.
Kalimantan Utara.

Puspasari, R., Harisuseno, D., Chandrasasi, D. 2018. Kajian Perbandingan Metode


Perhitungan Intensitas Hujan Yang Sesuai Di Lingkungan Universitas
Brawijaya Malang. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang. Jawa
Timur.

Putra Pradana Dimaz, dkk. 2014. Perencanaan Normalisasi Sungai Beringin di


Kota Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sarminingsih, Anik. 2018. Pemilihan Metode Analisis Debit Banjir Rancangan


Embung Coyo Kabupaten Grobogan. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi
dan Pengembangan Teknik Lingkumgan, Vol. 15 No. 1.

108
Sinarno. 2021. Analisis Bangunan Pelimpah Tipe Saluran Terbuka Pada Embung
Binalatung. Universitas Borneo Tarakan. Kalimantar Utara.

Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik Jilid. Surabaya : Usaha Nasional.

Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data.


Bandung: Nova.

Sosrodarsono. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Wigati Restu, dkk. 2014. Normalisasi Sungai Ciliwung Mengunakan Program


HEC-RAS 4.1 (Studi Kasus Cililitan-Bidara Cina). Universitas Sultan
Agung Tirtayas. Banten.

109
LAMPIRAN

Lampiran 1

Dokumentasi Kegiatan Penelitian Tugas Akhir/Skrip

Gambar : Kondisi Sekitar Wilayah Sungai Lapri, Pada Saat Banjir


Sumber : Dok Pribadi

Gambar : Kondisi Sungai Lapri Pada Saat Banjir


Sumber : Dok Pribadi

110
Lanjutan Lampiran 1

Gambar : Kondisi Sungai Lapri, Pada Kondisi Normal


Sumber : Dok Pribadi

Gambar : Pengukuran Exsisting Pada Sungai Lapri


Sumber : Dok Pribadi

111
Tabel III-1
Wilayah Luas Di bawah Kurva Normal
1 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09

-3,4 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003 0,0003 0,0002
-3,3 0,0005 0,0005 0,0005 0,0004 0,0004 0,0004 0,0004 0,0004 0,0004 0,0003
-3,2 0,0007 0,0007 0,0006 0,0006 0,0006 0,0006 0,0006 0,0005 0,0005 0,0005
-3,1 0,0010 0,0009 0,0009 0,0009 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008 0,0007 0,0007
-3,0 0,0013 0,0013 0,0013 0,0012 0,0012 0,0011 0,0011 0,0011 0,0010 0,0010
-2,9 0,0019 0,0018 0,0017 0,0017 0,0016 0,0016 0,0015 0,0015 0,0014 0,0014
-2,8 0,0026 0,0025 0,0024 0,0023 0,0022 0,0022 0,0021 0,0021 0,0020 0,0019
-2,7 0,0036 0,0034 0,0033 0,0032 0,0030 0,0030 0,0029 0,0028 0,0027 0,0026
-2,6 0,0047 0,0045 0,0044 0,0043 0,0040 0,0040 0,0039 0,0038 0,0037 0,0036
-2,5 0,0062 0,0060 0,0059 0,0057 0,0055 0,0054 0,0052 0,0051 0,0049 0,0048
-2,4 0,0082 0,0080 0,0078 0,0075 0,0073 0,0071 0,0069 0,0068 0,0066 0,0064
-2,3 0,0107 0,0104 0,0102 0,0099 0,0096 0,0094 0,0094 0,0089 0,0087 0,0084
-2,2 0,0139 0,0136 0,0132 0,0129 0,0125 0,0122 0,01119 0,0116 0,0113 0,0110
-2,1 0,0179 0,0174 0,0170 0,0166 0,0162 0,0158 0,0154 0,0150 0,0146 0,0143
-2,0 0,0228 0,0222 0,0217 0,0212 0,0207 0,0202 0,0197 0,0192 0,0188 0,0183
-1,9 0,0287 0,0281 0,0274 0,0268 0,0262 0,0256 0,0250 0,0244 0,0239 0,0233
-1,8 0,0359 0,0352 0,0344 0,0336 0,0329 0,0322 0,0314 0,0307 0,0301 0,0294
-1,7 0,0446 0,0436 0,0427 0,0418 0,0409 0,0401 0,0392 0,0384 0,0375 0,0367
-1,6 0,0548 0,0537 0,0526 0,0516 0,0505 0,0495 0,0485 0,0475 0,0465 0,0455
-1,5 0,0668 0,0655 0,0643 0,0630 0,0618 0,0606 0,0594 0,0582 0,0571 0,0559
-1,4 0,0808 0,0793 0,0778 0,0764 0,0749 0,0735 0,0722 0,0708 0,0694 0,0681
-1,3 0,0968 0,0951 0,0934 0,0918 0,0901 0,0885 0,0869 0,0853 0,0838 0,0823
-1,2 0,1151 0,1131 0,1112 0,01093 0,1075 0,1056 0,1038 0,1020 0,1003 0,0985
-1,1 0,1357 0,1335 0,1314 0,1292 0,1271 0,1251 0,1230 0,1210 0,1190 0,1170
-1,0 0,1587 0,1562 0,1539 0,1515 0,1492 0,1469 0,1446 0,1423 0,1401 0,1379
-0,9 0,1841 0,1814 0,1788 0,1762 0,1736 0,711 0,1685 0,1660 0,1635 0,1611
-0,8 0,2119 0,2090 0,2061 0,2033 0,2005 0,1977 0,1949 0,1922 0,1894 0,1867
-0,7 0,2420 0,2389 0,2358 0,2327 0,2296 0,2266 0,2236 0,2206 0,2177 0,2148
-0,6 0,2743 0,2709 0,2676 0,2643 0,2611 0,2578 0,2546 0,2514 0,2483 0,2451
-0,5 0,3085 0,3050 0,3015 0,2981 0,2946 0,2912 0,2877 0,2843 0,2810 0,2776
-0,4 0,3446 0,3409 0,3372 0,3336 0,3300 0,3264 0,3228 0,3192 0,3156 0,3121
-0,3 0,3821 0,3783 0,3745 0,3707 0,3669 0,3632 0,3594 0,3557 0,3520 0,3483
-0,2 0,4207 0,4168 0,4129 0,4090 0,4052 0,4013 0,3974 0,3936 0,3897 0,3859
-0,1 0,4602 0,4562 0,4522 0,4483 0,4443 0,4404 0,4364 0,4325 0,4286 0,4247
0,0 0,5000 0,4960 0,4920 0,4880 0,4840 0,4801 0,4761 0,4721 0,4681 0,4641
0,0 0,5000 0,50470 0,5080 0,5120 0,5160 0,5199 0,5239 0,5279 0,5319 0,5359
0,1 0,5398 0,5438 0,5478 0,5517 0,5557 0,5596 0,5636 0,5675 0,5714 0,5753
0,2 0,5793 0,5832 0,5871 0,5910 0,5948 0,5987 0,6026 0,6064 0,6103 0,6141
0,3 0,6179 0,6217 0,6255 0,6293 0,6331 0,6368 0,6406 0,6443 0,6480 0,6517
0,4 0,6554 0,6591 0,6628 0,6664 0,6700 0,6736 0,6772 0,6808 0,6844 0,6879
0,5 0,6915 0,6950 0,6985 0,7019 0,7054 0,7088 0,7123 0,7157 0,7190 0,7224
0,6 0,7257 0,7291 0,7324 0,7357 0,7389 0,7422 0,7454 0,7486 0,7517 0,7549
0,7 0,7580 0,7611 0,7642 0,7673 0,7704 0,7734 0,7764 0,7794 0,7823 0,7852
0,8 0,7881 0,7910 0,7939 0,7967 0,7995 0,8023 0,8051 0,8078 0,8106 0,8133
0,9 0,8159 0,8186 0,8212 0,8238 0,8264 0,8289 0,8315 0,8340 0,8365 0,8389

112
1,0 0,8413 0,8438 0,8461 0,8485 0,8505 0,8531 0,8554 0,8577 0,8599 0,8621
1,1 0,8643 0,8665 0,8686 0,8708 0,8729 0,8749 0,8770 0,8790 0,8810 0,8830
1,2 0,8849 0,8869 0,8888 0,8907 0,8925 0,8944 0,8962 0,8980 0,8997 0,9015
1,3 0,9032 0,9049 0,9066 0,9082 0,9099 0,9115 0,9131 0,9147 0,9162 0,9177
1,4 0,9192 0,9207 0,9222 0,9236 0,9251 0,9265 0,9278 0,9292 0,9306 0,9319
1,5 0,9332 0,9345 0,9357 0,9370 0,9382 0,9394 0,9406 0,9418 0,9429 0,9441
1,6 0,9452 0,9463 0,9474 0,9484 0,9495 0,9505 0,9515 0,9525 0,9535 0,9545
1,7 0,9554 0,9564 0,9573 0,9582 0,9591 0,9599 0,9608 0,9616 0,9625 0,9633
1,8 0,9541 0,9649 0,9656 0,9664 0,9671 0,9678 0,9686 0,9693 0,9699 0,9706
1,9 0,9713 0,9719 0,9726 0,9732 0,9738 0,9744 0,9750 0,9756 0,9761 0,9767
2,0 0,9772 0,9778 0,9783 0,9788 0,9793 0,9798 0,9803 0,9808 0,9812 0,9817
2,1 0,9821 0,9826 0,9830 0,9834 0,9838 0,9842 0,9846 0,9850 0,9854 0,9857
2,2 0,9861 0,9864 0,9868 0,9871 0,9875 0,9878 0,9891 0,9884 0,9887 0,9890
2,3 0,9893 0,9896 0,9896 0,9901 0,99990 0,99990 0,9909 0,9911 0,9913 0,9916
4 6
2,4 0,9918 0,9920 0,9922 0,9925 0,9927 0,9929 0,9931 0,9932 0,9934 0,9936
2,5 0,9938 0,9940 0,9941 0,9943 0,9945 0,9946 0,9948 0,9949 0,9951 0,9952
2,6 0,9953 0,9955 0,9956 0,9957 0,9959 0,9960 0,9961 0,9962 0,9963 0,9964
2,7 0,9965 0,9966 0,9967 0,9968 0,9969 0,9970 0,9971 0,9972 0,9973 0,9974
2,8 0,9974 0,9975 0,9976 0,9977 0,9977 0,9978 0,9979 0,9979 0,9980 0,9981
2,9 0,9981 0,9982 0,9982 0,9983 0,9984 0,9984 0,9985 0,9985 0,9986 0,9986
3,0 0,9987 0,9987 0,9987 0,9988 0,9988 0,9989 0,9989 0,9989 0,9990 0,9990
3,1 0,9990 0,9991 0,9991 0,9991 0,9992 0,9992 0,9992 0,9992 0,9993 0,9993
3,2 0,9993 0,9993 0,9994 0,9994 0,9994 0,9994 0,9994 0,9995 0,9995 0,9995
3,3 0,9995 0,9995 0,9995 0,9996 0,9996 0,9996 0,9996 0,9996 0,9996 0,9997
3,4 0,9997 0,9997 0,9997 0,9997 0,9997 0,9997 0,9997 0,9997 0,9997 0,9998

Sumber :Soewarno,1995

113
114
cxv

Anda mungkin juga menyukai