Anda di halaman 1dari 89

i

KARAKTERISTIK KUALITAS AIR MUARA SUNGAI CISADANE BAGIAN TAWAR DAN PAYAU DI KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

HENRY KASMANHADI SAPUTRA C24104046

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

ii

PERNYATAAN SIKAP MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar merupakan karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telahdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Henry Kasmanhadi Saputra C24104046

iii

HENRY KASMANHADI SAPUTRA. Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten. Dibimbing oleh Sigid Hariyadi dan Hefni Effendi

RINGKASAN
Sungai Cisadane memiliki luas wilayah 1100 km2, sungai ini merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Penurunan kualitas air tersebut dapat terjadi sehubungan dengan masuknya berbagai limbah yang masuk ke sungai yang cenderung meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik kualitas air (tingkat pencemaran) Sungai Cisadane pada daerah muara sungai bagian tawar dan payau untuk kepentingan pengelolaan Sungai Cisadane. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan Sungai Cisadane secara berkelanjutan. Dahuri (2003) mengatakan bahwa sirkulasi air di daerah estuaria sangat dipengaruhi oleh aliran tawar yang bersumber dari badan sungai di atasnya dan air pasang yang berasal dari laut. Metode penelitian yang dilakukan adalah analisa laboratorium dan survey lapangan. Pengambilan contoh air sampel dilakukan di 2 stasiun yakni stasiun tawar yang berada di bagian tawar dari muara Sungai Cisadane (dekat Bandara Soekarno-Hatta), stasiun payau berada di bagian payau dekat pintu masuk muara Sungai Cisadane. Pengambilan sampel disesuaikan dengan saat kondisi air laut pasang dan surut. Analisis data meliputi perbandingan kualitas air permukaan dengan dasar, saat pasang dengan saat surut, dan stasiun tawar dengan staiun payau dengan uji statistik (uji t) untuk mengetahui pengaruh antara dua karakteristik kondisi (Walpole, 1995) pada air contoh muara Sungai Cisadane yang diuji. Kualitas air diketahui dengan menggunakan menggunakan Indeks Kualitas Air (IKA) STORET (Canter, 1977) dengan baku mutu PP No.82 tahun 2001 kelas 3. Kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar baik pada bagian tawar, bagian payau, saat pasang, saat surut, lapisan permukaan, dan lapisan dasar. Kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar berat untuk baku mutu PP RI No. 82 Tahun 2001.

iv

KARAKTERISTIK KUALITAS AIR MUARA SUNGAI CISADANE BAGIAN TAWAR DAN PAYAU DI KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

HENRY KASMANHADI SAPUTRA C24104046

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Bogor 2009

SKRIPSI Judul : Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten : Henry Kasmanhadi Saputra : C24104046 : Manajemen Sumbedaya Perairan

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc NIP. 19591118 198503 1 005

Dr.Ir. Hefni Effendi, M.Phil NIP. 19640213 198903 1 014

Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 19610410 198601 1 002

Tanggal Lulus : 12 Mei 2009

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang serta atas berkat rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk memperbaiki usulan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi rekan-rekan seprofesi khususnya serta bagi para pembaca umumnya.

Bogor, Mei 2009

Penulis

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Sebagai ucapan rasa syukur kepada Alloh atas selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc dan Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku pembimbing skripsi I dan II, atas bimbingan, saran, dan motivasi serta

nasehat yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini 2. Dr.Ir.Yunizar Ernawati,MS selaku dosen penguji departemen dan Dr.Ir.Yusli Wardiatno, M.Sc selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 3. Bapak Ir. Zairion, M.Sc selaku pembimbing akademik (PA), atas bimbingan, doa, dan motivasinya selama penulis menjalankan studi 4. Kedua orang tua (Bapak Kasman dan Ibu Sulistyowati), Kakak (Dyan Ikawati Pusvita Rini), dan Adikku (Ayudyana Maya Desiska) yang telah memberi dan mencurahkan kebahagiaan dan semangat untuk survive dan berprestasi di IPB hingga terselesaikannya skripsi ini 5. Dr.Ir.Sulistiono,M.Sc (Kadep MSP) dan keluarga yang telah banyak membantu baik moral maupun materi dalam usaha penyelesaian skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung 6. Dr. Rimbawan (Direktur Kemahasiswaan IPB) yang telah memberikan tips dalam perolehan gelar sarjana 7. Tim Pendekar Cisadane; mahasiswa MSP angkatan 39,40,42,43, dan 44; teman-teman UKM Pramuka IPB; FKM C IPB; UKM FORCES IPB; OMDA Kabupaten Lamongan IPB (Formala); rekan-rekan ASEAN Student Exchange Programme 2008 Delegation dan seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1.3 Tujuan .......................................................................................... 1.4 Manfaat ........................................................................................ II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1 Keadaan Umum Sungai Cisadane ................................................. 2.2 Pencemaran Perairan .................................................................... 2.3 Beberapa Karakteristik Kualitas Air ............................................. 2.3.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) ................. 2.3.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan Nitrat (N-NO3)..................................................................... 2.3.3 pH ....................................................................................... 2.3.4 TSS (Total Suspended Solid) .............................................. 2.3.5 Suhu .................................................................................... 2.3.6 Salinitas ............................................................................... III. METODE PENELITIAN ............................................................... 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 3.3 Prosedur Pengamatan ................................................................. 3.4 Analisis Data .............................................................................. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 4.1 Karakteristik Kualitas Air ........................................................... 4.1.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen Demand) dan COD, (Chemical Oxygen Demand) ............. 4.1.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan Nitrat (N-NO3)................................................................... 4.1.3 pH ..................................................................................... 4.1.4 TSS (Total Suspended Solid).............................................. 4.1.5 Suhu .................................................................................. 4.1.6 Salinitas ............................................................................ 4.2 Tingkat Kualitas Air Menurut Indeks STORET .......................... 4.3 Upaya Pengelolaan Muara Sungai Cisadane ............................... V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 5.2 Saran .......................................................................................... iii iv vi 1 1 1 2 2 3 3 4 5 5 7 9 10 10 11 13 13 13 13 15 19 19 19 22 25 26 27 28 30 30 33 33 33

ii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ LAMPIRAN .......................................................................................... RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

34 38 76

ii

iii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Pemanfaatan air baku di Kabupaten Tangerang .......................... 2. Parameter kualitas perairan yang diamati beserta alat, metode pengukuran dan referensinya ..................................................... 3. Matriks uji t untuk setiap karakteristik kualitas air ..................... 4. Klasifikasi mutu air .................................................................... 5. Pemberian skor dalam penentuan indeks STORET ..................... 3 15 16 17 18

iii

iv

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2 14

1. Skema alur rumusan masalah penelitian ..................................... 2. Peta lokasi penelitian ................................................................. 3. Nilai rata-rata oksigen terlarut (DO) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau ................................................................ . 4.Nilai rata-rata Biochemical Oxygen Demand (BOD3) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau .................................................... . 5. Nilai rata-rata Chemical Oxygen Demand (COD) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau .............. 6. Nilai rata-rata amonia (N-NH3) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau ................................................... 7. Nilai rata-rata nitrit (N-NO2) pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau ........................................... 8. Nilai rata-rata nitrat (N-NO3) pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau...................................... 9. Nilai rata-rata pH pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau ................................................... 10. Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) pada stasiun tawar Dan payau di muara Cisadane payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau .......................... 11. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) musim kemarau ...........................................

19

20

21

22

23

24

25

26

27

iv

12. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) musim kemarau ........................................... 13. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) musim kemarau ........................................... 14. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan) musim kemarau ........................................... 15.Tingkat pencemaran perairan (baku mutu kelas 3, PP No.82 Tahun 2001) berdasarkan indeks kualitas air STORET di muara Sungai Cisadane stasiun tawar dan payau pada saat pasang dan surut pada musim kemarau........................................

28

28

29

31

vi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran n 1. Data lapangan ........................................................................... 38 2. Matriks hasil uji t antar variabel pada taraf nyata 95%................ 3. Indeks STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (kelas 3) ..................................................................................... 4. Indeks STORET dengan baku mutu KEPMEN LH No.51 Tahun 2004 (biota laut) .............................................................. 5. Tingkat pencemaran perairan ( baku mutu bagi peruntukan biota laut, Kepmen LH No. 51 tahun 2004) berdasarkan indeks kualitas air di muara Sungai Cisadane stasiun tawar dan stasiun pada saat surut pasang dan surut pada musim kemarau 6. Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane dasar t-Test: Paired Two Sample for Means ................................ 7. Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired Two Sample for Means .......................................... 8. Hasil uji uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cidadane t-Test: Paired Two Sample for Means ........................................ 9. Hasil uji statistik (uji t) stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut t-Test: Paired Two Sample for Means untuk indeks pencemaran STORET (PP RI No.82 tahun 2001) ............ 10. Hasil uji statistik (uji t) saat pasang dengan saat surut t-Test: Paired Two Sample for Means untuk indeks pencemaran STORET (Kepmen LH No.51 tahun 2004, biota laut) .............. 11. Foto stasiun penelitian dan sekitarnya ...................................... 43 44 47

48

49 57 65

73

74 75

vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk perairan yang dicirikan memiliki arus yang mengalir dari hulu ke hilir. Sungai oleh manusia digunakan sebagai sumber air minum, pengairan, pertanian dan berbagai kegiatan lainnya. Kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang mempengaruhi kondisi sungai misalnya hujan deras yang dapat meluap dan menjadi keruh, sedangkan faktor yang berasal dari manusia misalnya pembuangan limbah yang berasal dari industri, pertanian maupun domestik. Sungai Cisadane memiliki luas wilayah 1100 km2 dan merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Sumbernya berada di Gunung Salak Pangrango (Kabupaten Bogor) dan mengalir ke Laut Jawa melewati sebagian wilayah DKI Jakarta dan Tangerang, Banten (Umiyati, 2002). Bahan pencemar yang berasal dari pabrik, perumahan, tempat pembuangan sampah yang dekat dengan sungai, kegiatan pertanian dan tambak di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane dapat menyebabkan penurunan mutu kualitas air Sungai Cisadane. Hal ini karena sisa kegiatan produksi yang dihasilkan kemungkinan besar akan dibuang ke Sungai Cisadane. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diadakan pengkajian kualitas air Sungai Cisadane mengingat sungai ini berperan penting bagi masyarakat sekitar.

1.2 Rumusan Masalah Sungai Cisadane berhulu di Bogor dan berakhir di Tangerang. Sebelum sampai ke muara, Sungai Cisadane melewati salah satu sumber pencemar yakni Kota Tangerang. Di Kota Tangerang terdapat industri-industri besar yang selain menghasilkan limbah ke perairan juga mengakibatkan urbanisasi ke kota yang lebih lanjut akan berdampak pada berdirinya pemukiman-pemukiman yang jumlahnya besar sehingga menyebabkan permasalahan baru yakni adanya limbah domestik. Kegiatan manusia yang terdapat di sekitar daerah aliran Sungai Cisadane dapat mempengaruhi penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air perlu diwaspadai sehingga diperlukan pengamatan karakteristik kualitas air yang

nantinya diharapkan kedepannya diperoleh suatu rumusan bentuk rekomendasi pengelolaan muara Sungai Cisadane.

Kegiatan Manusia di DAS Cisadane, terutama di Kota Tangerang

Limbah Industri dan Domestik

Kualitas Air Sungai / Muara

Pengamatan Karaktersitik Kualitas Air

Rekomendasi Pengelolaan Gambar 1. Skema alur rumusan masalah penelitian

1.3 Tujuan Mengetahui karakteristik kualitas air (tingkat pencemaran) Sungai Cisadane pada daerah muara sungai bagian tawar dan payau untuk kepentingan pengelolaan Sungai Cisadane.

1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan Sungai Cisadane secara berkelanjutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Umum Sungai Cisadane Kabupaten Tangerang secara keseluruhan memiliki luas 111038 Ha. Setiap tahunnya Kota Tangerang mengalami peningkatan kegiatan industri, pertanian, pariwisata, perikanan, ekonomi dan jumlah penduduk (Departemen Lingkungan Hidup Provinsi Banten, 2007). Daerah aliran Sungai Cisadane dibatasi oleh sub DAS Cimanceuri di sebelah barat dan DAS Ciliwung di sebelah timur (Arwindrasti, 1997 in Anggoro, 2004). Sungai Cisadane memiliki panjang sungai dari hulu ke hilir 140 km, lebar 80 m. Air Sungai Cisadane dimanfaatkan untuk rumah tangga, industri, kantor pemerintahan, niaga, sosial dan air curah seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Pemanfaatan air baku di Kabupaten Tangerang No. Pelanggan Jumlah 1 Rumah Tangga 88622 2 Industri 84 3 Kantor Pemerintahan 92 4 Niaga 282 5 Sosial 734 6 Air Curah 16 Sumber : Departemen Lingkungan Hidup, 2007 Volume ( m3/ Tahun) 1958463 634434 156651 803688 770755 95605512

Kondisi perairan Sungai Cisadane pada bagian hilir (muara sungai) sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Muara merupakan bagian dari estuari yang mencakup sungai yang masih mendapat pengaruh laut. Muara Sungai Cisadane terdiri dari aluvium pantai dan aluvium sungai dengan luas 85% dari total keseluruhan luas muara Pada tahun 1994-1999 rata-rata daratan di depan muara Sungai Cisadane bertambah maju ke arah laut sejauh 25,22 m pertahun. Muara Sungai Cisadane termasuk dalam wilayah cekungan air tanah dimana air tanah payau berada di atas air tanah tawar (brackish water above fresh ground water) (Idawaty, 1999). Tinggi pasang semakin naik sejak hari pertama yang akan mencapai maksimum pada hari ke enam dan ke tujuh, kemudian akan turun pada ketinggian minimum di hari ke empat belas serta biasanya terjadi dua siklus

lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan (Hutabarat dan Evans, 1986). Salinitas pada saat pasang tertinggi (spring tide) di estuari dapat mencapai 1 PSU 31 PSU (Clark, 1986). Daerah muara sungai merupakan tempat yang menjadi akhir aliran air sungai dari daerah hulu dan merupakan awal mula masuk ke laut, sehingga terdapat akumulasi bahan-bahan tertentu yang terdapat di sungai demikian pula dengan limbah. Estuari merupakan daerah perairan yang mendapat pengaruh dari air laut dan air tawar (Larry, 1996). Odum (1996) menyatakan bahwa estuari merupakan bagian dari perairan pesisir yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelimpahan dan keanekaragaman yang cukup besar. Dahuri (2003) mengatakan bahwa sirkulasi air di daerah estuari sangat dipengaruhi oleh aliran tawar yang bersumber dari badan sungai di atasnya dan air pasang yang berasal dari laut. Besar atau kecilnya debit kedua aliran massa air tersebut akan mempengaruhi pola stratifikasi massa air berdasarkan salinitas. Sirkulasi air di muara sungai tergantung dari kisaran pasang surut, percampuran vertikal di antara air tawar dan air laut serta topografi dasar. Sifat khas dari estuari adalah dangkal dan gerak air turbulensi oksigen terlarut tinggi, meski di dasar oksigen rendah pengadukan massa air di estuari tidak menyeluruh dari permukaan ke dasar (Basmi, 1994). Estuari merupakan tempat sistem pembersih bahan pencemar (Knox dan Miyabara, 1984).

2.2 Pencemaran Perairan Miller dan Connell (1995) mengatakan bahwa pencemaran perairan merupakan peristiwa masuknya senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan ke lingkungan perairan, menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Makhluk hidup memiliki berbagai reaksi mulai dari pengaruh yang sangat kecil sampai ke subletal seperti, berkurangnya pertumbuhan, perkembangbiakan pengaruh perilaku, atau kematian yang nyata. Sedangkan menurut (Williams, 1979) pencemaran merupakan keadaan perubahan dari kondisi normal, satu atau lebih parameter yang menyebabkan lingkungan terdegradasi.

Miller dan Connell (1995) mengatakan bahwa ekosistem alamiah yang rumit pada makhluk hidup merupakan suatu bagian integral dapat bereaksi dalam berbagai cara untuk mempengaruhi komponen makhluk hidup mulai dari sumber (pencemar) sampai dengan tanggapan dari populasi, komunitas dan ekosistem Kegiatan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sungai adalah untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya serta menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air. Radojevic dan Bashkin (2007) mengatakan bahwa pencemar dapat berasal dari daerah khusus (point souirce) dan terdistribusi (nonpoint source). Sumber pencemar point source, misalnya: saluran buangan pabrik, dan sumur pengeboran minyak. Sumber pencemar non-point source, misalnya: limpasan pestisida yang berasal dari sawah dan domestik. Limbah organik dengan kadar yang tinggi akan menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut karena dalam perombakan limbah organik membutuhkan oksigen terlarut untuk proses perombakan (dekomposisi). Sumber limbah organik adalah limbah rumah tangga, food processing, perkotaan, lumpur sisa produksi industri (Radojevic dan Bashkin, 2007). Parameter yang umumnya digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah organik yaitu padatan total, BOD, COD, nitrogen total, amonia-nitrogen, klorida, alkalinitas dan minyak dan lemak (Rump dan Krist, 1992 in Effendi, 2003). Pencemaran diperairan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut secara tajam sehingga mengancam kehidupan biota perairan (Davis dan Masten, 2004; Radojevic dan Bashkin, 2007).

2.3 Beberapa Karakteristik Kualitas Air 2.3.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) DO (Dissolved Oxygen) merupakan oksigen yang terlarut di perairan dipengaruhi oleh pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air (Boyd, 1990 ; Nemerow, 1991; Effendi, 2003). Nemerow (1974 dan 1991) mengatakan bahwa kadar oksigen terlarut dalam

perairan yang mencapai 0.5 mg/l termasuk

perairan yang tercemar. Adanya

dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik di suatu perairan dapat mengurangi kadar oksigen terlarut sehingga dapat mengganggu metabolisme organisme sungai. Populasi organisme di sungai yang meningkat berdampak pada peningkatan penggunaan oksigen terlarut sehingga mengurangi kadar oksigen terlarut di perairan (Williams, 1979). Kadar oksigen terlarut di perairan yang baik untuk kelangsungan hidup biota biasanya lebih dari 5 mg/l (Nemerow, 1974; Nybakken, 1992; Effendi, 2003; Radojevic dan Bashkin, 2007). Kadar oksigen yang rendah pada perairan akan membahayakan organisme akuatik karena akan meningkatkan toksisitas zinc, copper, lead, sianida, hydrogen sulfide, dan ammonia. Masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuari yang dangkal mendukung terpenuhinya kadar oksigen di kolom perairan. Kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, jumlah oksigen dalam air (Nybakken, 1992). Pentingnya pengukuran oksigen terlarut di perairan adalah untuk mengetahui laju oksigen yang digunakan oleh organisme. Adanya laju yang sangat rendah akan mengindikasikan perairan yang bersih atau kemungkinan minimnya mikroorganisme untuk mengkonsumsi bahan organik yang tersedia di perairandan kemungkinan lainnya adalah mikroorganisme mati. Laju penggunaan oksigen umumnya disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD). Nilai BOD di sungai dapat dipengaruhi oleh tiga variabel penting yang tidak konstan, yaitu : suhu, waktu, dan cahaya (Vesilind et al., 1993). BOD merupakan metode untuk mengetahui banyaknya kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk

mendekomposisi bahan organik secara biologi (Biodegradable) di perairan dalam sebuah unit volume air dengan memanfaatkan mikroorganisme (Reid, 1961; Boyd, 1982; Davis dan Masten, 2004; Manahan, 2005; Radojevic dan Bashkin, 2007). Dekomposisi bahan organik dimulai saat limbah masuk ke sunga. BOD 5 menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi mikroba dalam proses respirasi aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi sekitar 20 0C, pada umumnya selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd, 1982). Bahan organik ini, yaitu : lemak, protein, kanji, glukosa, aldehida, dan ester (Effendi, 2003). Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan

organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau hasil buangan dari limbah domestik dan industri. Polii (1994) dan Ginting (2007) menyatakan bahwa pengukuran nilai BOD suatu perairan di daerah tropis dapat dilakukan pada suhu 300C selama 3 hari inkubasi setara dengan suhu 200 C selama 5 hari (BOD5). Wilson dan Halcrow (1985) mengatakan bahwa BOD di perairan estuari dapat mencapai 1.5 mg/l. Pengukuran bahan organik yang dilakukan dengan cara oksidasi secara kimia dapat menjadi lebih singkat. Oksidasi ini sering disebut dengan uji Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran COD pada suatu perairan menggambarkan seberapa besar jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan organik yang biodegradable (terdegradasi secara biologi) maupun yang non-biodegradable (tidak terdegradasi secara biologi) menjadi CO2 dan H2O (Boyd, 1990; Boyd dan Tucker, 1992; Nemerow, 1991). Pada perairan yang tercemar biasanya memiliki nilai lebih dari 200 mg/l dan pada limbah industri mencapai 60000 mg/l (UNESCO / WHO / UNEP, 1992 in Effendi, 2003). Pengukuran COD didasarkan pada prinsip bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat K2Cr2O7 (kalium dikromat) dalam suasana asam. Oksidator ini diperkirakan dapat mengoksidasi bahan organik sekitar 95-100% (Effendi, 2003; Ginting, 2007).

2.3.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan Nitrat (N-NO3) Nitrogen di suatu perairan dapat berasal dari nitrogen dalam bentuk gas (N2) dan sebagian besar telah diubah oleh mikroorganisme melalui proses fiksasi biologi. Bentuk nitrogen di perairan antara lain amonia (NH 3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonium (NH4+) serta sebagian besar N yang berkaitan dalam organik komplek (Alaerts dan Santika, 1987). Senyawa nitrogen dalam perairan berasal dari luar (allochthonous) yaitu presipitasi tanah yang mengandung senyawa dan amonia, limpasan permukaan, limbah industri, rumah tangga dan pertanian. Senyawa nitrogen yang berasal dari dalam air (autochthonous) berawal dari proses perombakan yang dilakukan oleh bakteri (Pescod, 1973; Knox dan

Miyabara, 1984). Pada dasar perairan kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah

yang lebih banyak dibandingkan perairan di bagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih kecil (Welch, 1952). Amonia merupakan salah satu bentuk nitrogen di alam yang dapat menyebabkan kematian ikan pada kisaran 0.4 mg/l-3.1 mg/l (Tchobanoglous, 1976 in Boyd, 1982). Semakin meningkat salinitas di perairan maka semakin meningkat prosentase amonia bebas di perairan. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik meningkat dengan penurunan kadar oksigen terlarut, penigkatan pH, dan suhu. Kadar amonia yang tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan (run-off) pupuk pertanian, hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, dekomposisi bahan organik (biota akuatik yang mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur (dikenal dengan istilah amonifikasi), hasil ekskresi dari biota akuatik, dan reduksi gas N2 yang berasal dari proses difusi udara atmosfir (Pescod, 1973). Daya racun amonia ini meningkat dengan konsentrasi CO2 yang rendah di perairan (Boyd, 1982). Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) serta antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah sedikit di perairan dan bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen. Pada kondisi oksigen yang cukup (oksik) nitrit akan berubah menjadi nitrat, sedangkan pada kondisi kekurangan oksigen (anoksik) nitrit akan berubah menjadi amonia. Perubahan ini karena nitrit merupakan nitrogen yang tidak stabil (Novotny dan Olem, 1994). Nitrit akan cepat berubah menjadi nitrat melalui oksidasi. Nitrit merupakan gas beracun di perairan sehingga dapat membahayakan kehidupan ikan (Darmono, 2001). Kandungan nitrit dapat dikurangi ataupun dihilangkan dengan cara penggantian air, pemberian aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan oksigen. Nitrit merupakan senyawa tak stabil yang merupakan bentuk peralihan antara amonia dengan nitrat dengan bantuan bakteri (Basmi, 1994). Nitrit tidak diserap fitoplankton karena bersifat racun (Welch, 1952). Ion nitrat (NO3-) merupakan bentuk senyawa nitrogen yang dominan. Konsentrasi nitrat di suatu perairan diatur dalam proses nitrifikasi sedangkan nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia yang berlangsung dalam kondisi

aerob. Oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter sp. Proses nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keberadaan senyawa beracun dalam air, suhu, derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut dan salinitas. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari amonium (Novotny dan Olem, 1994). Kadar nitrat yang melebihi 0,5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran yang berasal aktivitas manusia dan tinja hewan. Nitrat merupakan produk akhir dari proses oksidasi biokimia amonia. Konsentrasi nitrat di perairan dikontrol dalam proses nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi senyawa amonia dalam kondisi aerob oleh bakteri autotrof. Pada perairan yang mengalami banjir kandungan nitratnya akan meningkat secara nyata (Hasan, 1993).

2.3.3 pH Nilai pH menggambarkan keadaan ion hidrogen di suatu perairan (Boyd,1982). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktivitas biologis (fotosintesis dan respirasi organisme), suhu, dan keberadaan ion-ion dalam perairan (Pescod, 1973). Perubahan asam atau basa di perairan laut dapat mengganggu sistem keseimbangan ekologi. Sebagian material yang bersifat racun akan meningkat toksisitasnya pada kondisi pH rendah (Williams, 1979). Vesilind et al., (1993) mengatakan bahwa pH merupakan sebuah cara untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen pada suatu perairan. Fardiaz (1992) mengatakan bahwa nilai pH air yang terpolusi, misalnya air buangan berbeda-beda bergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh air buangan pabrik pengalengan mempunyai pH 6.2 7.6 , air buangan pabrik susu dan produk-produk susu biasanya mempunyai pH 5.3 7.8 , air buangan pabrik bir mempunyai pH 5.3 7.8 sedangkan air buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6 9.5 . Pada industri makanan, peningkatan keasaman air buangan produksi umumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Nilai pH yang kurang dari 4 dan lebih dari 11 akan menyebabkan kematian ikan (Boyd, 1982). Pada perairan yang mendapatkan pengaruh dari laut (estuari), pH normal sekitar 8.0 .

10

2.3.4 TSS (Total Suspended Solid) Residu di perairan dapat dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total (Boyd, 1990; Effendi, 2003). Padatan Tersuspensi Total (TSS) dapat meningkatkan nilai kekeruhan sehingga akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air dan selanjutnya akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dan meningkatkan pasokan karbondioksida di perairan. Padatan tersuspensi merupakan bahan-bahan tersuspensi dan tidak larut dalam air serta tersaring pada kertas saring miliopore dengan ukuran pori-pori sebesar 0.45 m (APHA; 1998). Einstein (1971) in Taufik (2003) berpendapat bahwa padatan tersuspensi yang hanyut di sungai memiliki banyak variasi ukuran, bentuk, kerapatan dan ketahanan terhadap perubahan kondisi sungai secara fisika dan kimia. Ia juga berpendapat bahwa ukuran partikel dapat berpengaruh terhadap pergerakannya di dalam aliran sungai, misalnya: jumlah dan ukuran partikel besar dapat mengendap lebih cepat di dalam sungai. Nybakken (1992) mengatakan bahwa besarnya jumlah partikel tersuspensi yang terdapat di perairan estuari menyebabkan air sangat keruh pada waktu tertentu dalam setahun. Jumlah partikel tersuspensi minimum biasanya terdapat di dekat mulut sungai karena penuhnya air laut dan jumlah partikel tersuspensi maksimum biasanya terdapat di daerah pedalaman estuari. Air tawar, sungai, dan kali mengangkut partikel lumpur dalam bentuk suspensi sedangkan partikel di estuari pada umumnya dimanfaatkan oleh makhluk hidup khususnya partikel organik (Knox dan Miyabara, 1984).

2.3.5 Suhu Suhu perairan mempunyai kaitan yang cukup erat dengan besarnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan. Semakin besar intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula suhu air (Fardiaz, 1992). Semakin bertambahnya kedalaman akan menurunkan

10

11

suhu perairan. Terjadinya kenaikan suhu juga sangat berpengaruh terhadap komposisi nitrogen yang ada dalam suatu perairan. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula kandungan amonia karena tingginya suhu suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kandungan oksigen terlarut sehingga proses amonifikasi yang terjadi adalah pada kondisi kurang oksigen dan dengan kondisi kurang oksigen tersebut maka kandungan nitrat mengalami penurunan konsentrasi (Welch, 1952). Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Air pendingin setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Peningkatan suhu diikuti dengan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam perairan (Fardiaz, 1992). Suhu air di estuari lebih bervariasi daripada di perairan pantai di dekatnya. Hal ini sebagian karena biasanya di estuari volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada air di estuari lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Air tawar di sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman daripada air laut sehingga titik tertentu di estuari akan memperlihatkan variasi suhu yang besar sebagai fungsi dari perbedaan antara suhu air laut dan air sungai. Pada perairan estuari suhu perairannya dapat mencapai kisaran antara 240C - 340C (Eyre, 1993). Suhu air estuari yang bervariasi disebabkan juga karena adanya masukan air tawar. Kisaran suhu terbesar terdapat di daerah hulu estuari dan kisaran suhu terkecil terdapat di daerah hilir estuari. Suhu bervariasi secara vertikal. Perairan permukaan mempunyai kisaran yang terbesar, dan perairan yang lebih dalam kisaran suhunya lebih kecil (Nybakken, 1992). Hugh (1964) menyatakan bahwa di estuari dapat terjadi variasi relatif suhu yang luas dan terjadi dalam waktu yang singkat dengan interval waktu yang pendek.

2.3.6 Salinitas Salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Salinitas menunjukkan jumlah garam yang terlarut dalam 1 kilogram air laut. Salinitas di estuari berfluktuatif, pola gradien akan tampak pada suatu saat tertentu tetapi pola gradiennya bervariasi bergantung dengan musim, topografi estuari, pasang surut,

11

12

dan jumlah air tawar (Nybakken, 1992). Salinitas di perairan estuari dapat menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen termasuk yang terdapat pada badan sungai yang mendapat pengaruh dari perairan estuari. Seluruh organisme memiliki beberapa kisaran salinitas dan apabila kisaran tersebut terlampaui maka organisme tersebut akan mati atau pindah ke tempat lain (Williams, 1979). Secara definitif, suatu gradien salinitas pada perairan estuari akan tampak pada suatu saat tertentu, tetapi pola gradien bervariasi bergantung pada musim, topografi estuari, pasang surut, dan jumlah air tawar. Faktor yang paling mempengaruhi perubahan pola salinitas adalah pasang surut air laut. Tempat yang memiliki perbedaan pasang surut yang cukup besar, pasang naik mendorong air laut lebih jauh ke hulu estuari, menggeser isohalin ke hulu sehingga air bersalinitas maksimum (Dahuri, 2003). Hugh (1964) menyatakan bahwa di estuari dapat terjadi variasi relatif salinitas yang luas dan terjadi dalam waktu yang cepat dengan interval waktu yang pendek. Pada saat pasang turun, menggeser isohalin ke hilir sehingga air bersalinitas minimum. Akibatnya ada daerah di estuari yang salinitasnya berubah sesuai dengan keadaan pasang surut (Nybakken, 1992). Salinitas perairan tawar berkisar 0 PSU 0.4 PSU dan salinitas estuari di Asia Tenggara berkisar antara 0.5 PSU sampai dengan 30 PSU (Boyd, 1990)

12

13

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian kualitas air di muara Sungai Cisadane dilakukan dengan cara survey lapang dan analisis di laboratorium. Penelitian dilaksanakan pada saat musim kemarau tahun 2007 (September November) dan musim kemarau tahun 2008 (Juni-Agustus). Lokasi penelitian di Desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan analisis karakteristik kualitas air di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah GPS Garmin Clathe-USA, SCT meter Hach, injection tools dengan ketelitian 0.1 ml untuk titrasi (sebagai pengganti buret), gelas erlenmeyer Pyrex volume (125 ml, 300 ml, dan 1 L), botol BOD Duran 250 ml, gelas ukur Pyrex volume 100 ml, corong kaca, ember kecil, jerigen plastik 1 L dan 600 ml, wadah sampel, perahu, pipet tetes kecil, boks pendingin Marina dan Igloo Cooler, botol semprot akuades, Van Dorn sampler, Kemmerer sampler, Current meter, tali panjang, meteran gulungan, DO meter digital TOA model DO-20A, botol BOD, dan pH Tester digital Waterproof dengan ketelitian 0.01 dan beberapa peralatan analisis air di laboratorium (Vacum pump Dry Vane Pump 200/200 Volt 50/60 Hz, lemari inkubasi, buret Assislent volume 25 ml dengan ketelitian 0.01 ml, pipet volumetrik Pyrex volume 50 ml dengan ketelitian 0.01 ml, pipet volumetrik Pyrex volume 25 ml dengan ketelitian 0.03 dsb.) . Bahan yang digunakan adalah MnSO4, sulfami acid, NaOHKI, K2Cr2O7, larutan FAS, brucine, phenol, sodium nitroprusit, alkaline hipoklorit, pereaksi warna, dan H 2SO4.

3.3 Prosedur Pengamatan Pengambilan contoh air sampel dilakukan di stasiun tawar dan payau pada saat pasang dan surut. Semula contoh air diambil pada tiga kedalaman tetapi, kenyataannya hanya dua bagian kedalaman yang sesuai, yakni : bagian 13

14

permukaan (20% kedalaman) dan bagian dasar (80% kedalaman). Pengambilan contoh air dilakukan di dua stasiun yakni stasiun tawar dari muara Sungai Cisadane (dekat Bandara Soekarno-Hatta), dan stasiun payau yang berada di bagian payau muara Sungai Cisadane. Antar kedua stasiun berjarak 5 km. Pengambilan sampel contoh air sebanyak 7 kali.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Penentuan pengambilan contoh air dilakukan berdasarkan penelitian pendahuluan dengan mengetahui kadar salinitas pada sungai sehingga dapat diketahui bagian sungai yang termasuk air tawar dan salinitas payau. Pengamatan pada saat pasang dan surut dilakukan dengan menggunakan data pendukung pasang surut dari daftar pasang surut perairan Tanjung Burung Dinas Hidrooseanografi (Dishidros) TNI AL, sedangkan penentuan titik pengambilan sampel menggunakan alat GPS dengan stasiun tawar pada koordinat 106o 38' 06.0" BT - 06o 05' 45.4" LS dan stasiun payau 106o 38' 03.7" BT - 06o 02' 59.0" LS. Pengamatan untuk beberapa karakteristik seperti suhu, DO, salinitas, dan pH langsung dilakukan di lapangan. Sebagian contoh air yang lain didinginkan

14

15

(untuk BOD3, TSS, nitrat, dan nitrit) dan diawetkan dengan menggunakan asam (H2SO4) untuk COD dan amonia, untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium. Pengukuran BOD di perairan tropis dilakukan dengan inkubasi air contoh selama 3 hari pada suhu 300C karena setara dengan pengukuran BOD dengan inkubasi air contoh sampel selama 5 hari pada suhu 200C (Polii, 1994). Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis dilakukan dengan mengikuti prosedur standar APHA (1998) seperti yang tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter kualitas perairan yang diamati berserta alat, metode pengukuran dan referensinya
Parameter
Suhu

Alat
SCT meter

Unit
0

Metode
Elektrometri, sensor thermistor Gravimetri (Penimbangan dan pengeringan 103-105 0C) Elektrometri Elektrometri Elektrometri dan iodometri Iodometri dan Inkubasi 3 hari suhu 300C Titrimetri dengan oksidator K2Cr2O7 Pencahayaan (Phenate) Pencahayaan (Brucine) Pencahayaan (Sulfanilamide)

Keterangan
Lapangan

Referensi
APHA,1998

TSS

timbangan, oven, peralatan gelas, filter SCT meter pH tester DO meter dan peralatan titrasi Botol BOD plastik gelap, dan peralatan titrasi Gelas erlenmeyer,kaca arloji dan peralatan titrasi Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer

mg/l

Laboratorium

APHA,1998

Salinitas pH DO BOD3

PSU mg/l mg/l

Lapangan Lapangan Lapangan Laboratorium

APHA,1998 APHA,1998 APHA,1998 APHA,1998

COD

mg/l

Laboratorium

APHA,1998

Amonia Nitrat Nitrit

mg/l mg/l mg/l

Laboratorium Laboratorium Laboratorium

APHA,1998 APHA,1998 APHA,1998

3.4 Analisis Data Analisa data meliputi pembandingan nilai karakteristik kualitas air yang terukur dengan baku mutu, sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan menggunakan Indeks Kualitas Air (IKA) STORET (Canter, 1977). Baku

15

16

mutu yang digunakan dalam indeks STORET adalah PP RI No. 82 tahun 2001 kelas 3 (baku mutu air peruntukan budidaya perikanan). Uji statistik yang digunakan adalah uji t dan untuk mempermudah analisis uji t digunakanlah matriks (Tabel 3). Uji t digunakan untuk mengetahui beda nyata atau tidak pada dua kondisi yang diuji (Walpole, 1995) yang meliputi bagian permukaan dengan dasar, pasang dengan surut, dan stasiun tawar dengan stasiun payau. Hipotesis H0 : 1 = 2 H1 : 1 2 : 0,05 Keterangan : 1 : Nilai karakteristik kondisi A1 2 : Nilai karakteristik kondisi A2

Kesimpulan dan Keputusan T Hit > T Tab : Tolak H0, terima H1 sehingga nilai karakteristik kondisi A1 berbeda nyata dengan nilai karakteristik kondisi A2 T Hit < T Tab : Gagal tolak H0, terima H0 sehingga nilai karakteristik kondisi A1 tidak berbeda nyata (sama dengan) nilai karakteristik kondisi A2 Tabel 3. Matriks uji t untuk setiap karakteristik kualitas air
Uji t Permukaan dengan Dasar
B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar

Stasiun Tawar

Stasiun Payau

Stasiun Tawar Saat Surut

Stasiun Payau

Saat Pasang

Teladan : uji t nilai karakteristik kondisi A1 (bagian permukaan, stasiun tawar, saat pasang) dengan nilai karakteristik kondisi A2 (bagian dasar,stasiun tawar,saat pasang ) Uji t Saat Pasang dengan Saat Surut Saat Saat Saat Saat Saat Pasang Saat Pasang Saat Pasang Saat Pasang Surut Surut Surut Surut B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar Stasiun Tawar Stasiun Payau Teladan : uji t nilai karakteristik kondisi A1 (saat pasang,bagian permukaan, stasiun tawar) dengan nilai karakteristik kondisi A2 (saat surut, bagian permukaan, stasiun tawar) Uji t Stasiun Tawar dengan Stasiun Payau Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Tawar Payau Tawar Payau Tawar Payau Tawar Payau B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar Saat Pasang Saat Surut Teladan : uji t nilai karakteristik kondisi A1 (stasiun tawar, bagian permukaan, saat pasang) dengan nilai karakteristik kondisi A2 (stasiun payau, bagian permukaan, saat pasang)

16

17

Menurut Kepmen LH Nomor 115 Tahun 2003 (www. bplhd. jakarta. go. id) salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui parameterparameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu adalah metode STORET. Prinsip dari metode STORET adalah membandingkan data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas sebagaimana tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi mutu air Skor Kelas Karakteristik Kualitas Air 0 A Baik sekali -1 s/d -10 B Baik -11 s/d -30 C Tercemar sedang -31 D Tercemar berat Sumber : Canter (1977)

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Hitung nilai maksimum, minimum dan rata-rata setiap parameter kualitas air yang diamati, kemudian cantumkan dalam satu tabel. 2. Bandingkan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-masing parameter kualitas air tersebut dengan nilai baku mutu. 3. Jika nilai-nilai dari hasil pengukuran tersebut memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor 0 (nol). 4. Jika nilai-nilai tersebut tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor tertentu sebagai berikut (Tabel 4): a. Bila jumlah data (pengamatan) kurang dari 10, maka untuk nilai maksimum, minimum, dan rata-rata untuk parameter fisika berturut-turut diberi skor (-1,-1,-2) , untuk parameter kimia (-2,-2,6) dan untuk parameter biologi (-3,-3,-9).

17

18

b. Bila

jumlah data sama atau lebih dari 10, maka untuk nilai

maksimum, minimum, dan rata-rata untuk parameter fisika berturut-turut diberi skor (-2, 2,-6) , untuk parameter kimia (-4,-4,12) , dan untuk parameter biologi (-6,-6,-18). 5. Nilai IKA STORET adalah nilai penjumlahan dari seluruh skor yang ada. 6. Berdasarkan nilai total skor tersebut kualitas perairan dapat digolongkan apakah baik sekali, baik, tercemar sedang atau tercemar berat sebagaimana pada Tabel 5.

Tabel 5. Pemberian skor dalam penentuan indeks STORET Jumlah Data < 10 Nilai Fisika -1 -1 -3 -2 -2 -6 Parameter Kimia Biologi -2 -3 -2 -3 -6 -9 -4 -6 -4 -6 -12 -18

Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum 10 Minimum Rata-rata Sumber : Canter (1977)

18

19

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Kualitas Air 4.1.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) Nilai oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang terukur di muara Sungai Cisadane kurang dari 3 mg/l (Gambar 3) sehingga tidak memenuhi baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t nilai DO menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7) , saat pasang dengan saat surut (p 0.05 , n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai DO yang tidak berbeda nyata karena debit air muara Sungai Cisadane kecil dan pasang suurut yang ada tidak menyebabkan air berubah dengan baik.

Gambar 3. Nilai rata-rata oksigen terlarut (DO) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Nilai DO stasiun tawar bagian dasar relatif lebih tinggi daripada nilai DO stasiun payau bagian dasar. Keadaan ini dapat terjadi karena pengaruh dorongan dari bagian lebih hulu stasiun tawar dan juga di stasiun tawar memiliki dasar perairan berbatu dengan kemiringan yang tinggi daripada stasiun payau. Hal ini dapat menyebabkan peluang pengadukan perairan yang tinggi sehingga oksigen terlarut yang terbentuk relatif tinggi.

19

20

Nilai BOD3 yang terukur di muara Sungai Cisadane sebagian lebih dari 6 (Gambar 4) sehingga tidak memenuhi baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t nilai BOD3 menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai BOD3 secara statistik tidak berbeda nyata, meskipun demikian di stasiun tawar dan payau ada yang melebihi baku mutu.

Gambar 4. Nilai rata-rata Biochemical Oxygen Demand (BOD3) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Hal ini dapat disebabkan di stasiun tawar saat pasang terdapat bahan organik yang dalam jumlah besar yang berasal dari bagian sungai lebih hulu dan hidrologi sungai yang sebenarnya (debit air muara Sungai Cisadane kecil dan pasang surut yang ada tidak menyebabkan air sungai berubah dengan baik) menyebabkan massa air yang berada di muara sungai tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Nilai BOD3 stasiun payau saat surut relatif lebih tinggi daripada stasiun tawar. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan organik yang relatif tinggi yang berasal dari limbah organik di sekitar stasiun payau (outlet pembuangan limbah kandang sapi) dan ketika masuk ke perairan cenderung bertahan di permukaan sungai sebagai akibat hidrologi sungai. Nilai COD kurang dari 50 mg/l (Gambar 5) sehingga memenuhi baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t menunjukkan tidak berbeda 20

21

nyata (Lampiran 2,6,7,8) untuk nilai COD pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 6), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 6), dan pada stasiun tawar dengan stasiun (p 0.05, n : 6). Nilai COD lebih besar dari BOD karena dengan pengukuran COD dapat mendegradasi bahan organik secara biologis maupun yang sukar secara biologis, dan bahan yang stabil terhadap reaksi biologi (komposisi limbah organik yang yang berbeda dengan BOD). Pengukuran COD menggunakan oksidator kuat yakni kalium dikromat (K2Cr2O7) sehingga dengan pengukuran COD nilai limbah organik yang terukur mendekati keadaan limbah sebenarnya (Boyd, 1982; Fardiaz, 1992; Polii, 1994; Baird dan Cann, 2005; Ginting, 2007; Mukhtasor, 2007).

Gambar 5. Nilai rata-rata Chemical Oxygen Demand (COD) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Nilai COD lebih besar daripaa nilai BOD3 (Gambar 5), keadaan ini karena pada saat pengukuran BOD masih banyak mengandung bahan organik yang stabil terhadap reaksi biologis (fenol, tanin, selulosa, benzena, dll.) . Adanya fluktuasi debit air yang tidak signifikan menyebabkan nilai COD di setiap titik pengambilan sampel air tidak jauh berbeda. Penggunaan BOD dan COD sebagai indikator pendugaan pencemaran organik, didasarkan pada inti masalah pencemaran bahan organik, yaitu berhubungan dengan banyaknya oksigen yang diperlukan untuk semua reaksi metabolik mikroba yang terjadi sebagai akibat masuknya bahan organik ke suatu perairan (Polii, 1994).

21

22

4.1.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2) dan Nitrat (N-NO3), Nilai amonia yang terukur di muara sungai Sungai Cisadane terendah 0.81 mg/l dan tertinggi 3.39 mg/l (Gambar 6). Nilai amonia yang lebih dari 0.02 mg/l tidak memenuhi baku mutu PP No.82 tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7).

Gambar 6. Nilai rata-rata amonia (N- NH3) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Nilai amonia stasiun payau saat pasang bagian permukaan berbeda nyata sebesar 3.39 mg/l dengan stasiun payau saat surut bagian dasar sebesar 0.86 mg/l (p 0.05, n : 7). Hal ini karena limbah dari kotoran sapi berupa tinja dan urin yang berasal dari outlet pembuangan limbah sapi disekitar stasiun payau yang merupakan sumber amonia belum tercampur dengan bagian dasar perairan. Toksisitas amonia di perairan meningkat jika terjadi penurunan oksigen terlarut, peningkatan pH, dan temperatur (Boyd, 1990). Perairan muara Sungai Cisadane bagian tawar dan payau memiliki kadar oksigen terlarut yang tidak memenuhi baku mutu sehingga menyebabkan kadar amonia tinggi. Nilai nitrit yang terukur di muara Sungai Cisadane terendah 0.04 mg/l dan tertinggi 0.41 mg/l. Sebagian besar nilai nitrit lebih dari 0.06 mg/l (Gambar 8)

22

23

sehingga tidak memenuhi baku mutu menurut PP No.82 tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t secara statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) tetapi pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7).

Gambar 7.Nilai rata-rata nitrit (N-NO2) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Meskipun secara statistik terlihat tidak berbeda nyata,tetapi dari data terlihat kecenderungan terjadi perbedaan sehingga melebihi baku mutu seperti nilai nitrit pada bagian permukaan lebih besar daripada bagian dasar, hal ini karena pada perairan payau dipengaruhi air tawar dan air laut . Air laut memiliki massa jenis air yang lebih besar daripada air tawar (adanya salinitas pada air laut) sehingga air laut cenderung tenggelam atau berada di bawah air tawar. Pada saat pengadukan terjadi air laut mendorong air tawar ke permukaan dari dasar perairan dan air tawar mendorong air laut ke dasar sehingga terbentuk putaran. Air tawar yang mendominasi bagian permukaan menyebabkan peluang untuk melarutkan bahan organik seperti nitrit besar sehingga bagian permukaan memiliki konsentrasi nitrit yang tinggi daripada bagian dasar karena air tawar mudah melarutkan bahan organik seperti nitrit daripada air laut (Boyd, 1982). Nilai nitrit pada stasiun tawar saat surut bagian permukaan lebih besar (0.41 mg/l) daripada 23

24

stasiun tawar saat surut bagian dasar (0.11 mg/l). Hal ini dapat disebabkan DO pada stasiun tawar saat surut bagian permukaan lebih rendah (1.37 mg/l) daripada DO stasiun tawar pada saat surut bagian dasar (2.39 mg/l) sehingga pembentukan nitrit lebih besar karena kadar DO rendah. Nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah (Effendi, 2003). Nilai nitrit stasiun payau saat pasang bagian permukaan (0.19 mg/l) lebih besar dari stasiun payau saat pasang bagian dasar (0.04 mg/l). Hal ini karena muara Sungai Cisadane termasuk estuari tercampur sebagian sehingga pada waktu tertentu (terutama saat pasang) air laut masuk ke sungai sampai jauh ke bagian lebih hulu dari stasiun tawar. Nilai nitrat di muara Sungai Cisadane kurang dari 20 mg/l (PP No.82 Tahun 2001) dimana nilai nitrat terbesar pada stasiun tawar saat surut bagian permukaan sebesar 0.74 mg/l dan pada stasiun tawar saat surut bagian dasar sebesar 0.80 mg/l (Gambar 8) sehingga memenuhi baku mutu (Lampiran 3).

Gambar 8. Nilai rata-rata nitrat (N-NO3) dengan nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Hasil uji t nilai nitrat menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai nitrat yang kecil ini disebabkan karena hidrologi perairan muara Sungai Cisadane

24

25

dimana sungai memiliki debit air kecil dan pasang surut yang tidak mampu berubah sehingga tidak terjadi pergerakan massa air yang signifikan.

4.1.3 pH Nilai pH sekitar 6-9 (Gambar 9) pada suatu perairan tergolong perairan yang memenuhi baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t nilai pH menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai pH di muara Sungai Cisadane semakin arah payau semakin besar antara 6.5-6.9 . Nilai pH pada stasiun tawar 6.54-6.58 dan stasiun payau 6.70-6.91 . Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa pH stasiun payau lebih tinggi daripada pH stasiun tawar. Semakin ke arah laut salinitas semakin tinggi dan pH semakin basa sedangkan nilai pH menurun (lebih asam) dapat terjadi karena bahan pencemar yang masuk ke perairan (Baird dan Cann, 2005).

Gambar 9. Nilai rata-rata pH dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Nilai pH juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas biologis meliputi fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion yamg masuk ke perairan (Pescod, 1973).

25

26

4.1.4 TSS (Total Suspended Solid) Nilai TSS yang terukur di muara Sungai Cisadane kurang dari 400 mg/l (Gambar 10) sehingga memenuhi baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Uji t nilai TSS menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7).

Gambar 10. Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) dengan batas nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Ott (1978) menyatakan bahwa suatu perairan tergolong tercemar jika memiliki konsentrasi TSS 100 mg/l atau lebih. Nilai TSS pada saat pasang di stasiun payau lebih besar dibandingkan stasiun tawar, hal ini karena terjadi akumulasi partikel tersuspensi dari bagian perairan yang lebih hulu dari stasiun tawar (Kota Tangerang). Nilai TSS yang tinggi berasal dari limbah kandang sapi di sekitar stasiun payau, erosi alamiah dari pinggir sungai, dan pengadukan air laut yang kuat pada saat pasang. Pada saat surut nilai TSS kecil dan hampir sama, hal ini karena pada saat surut TSS ikut terbawa sungai ke laut. TSS dapat terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa air sungai selain itu juga berasal dari limbah yang masuk ke sungai (Darmono, 2001).

26

27

4.1.5 Suhu Kisaran suhu stasiun tawar 26.8 0C 320C dan kisaran suhu stasiun payau 26.8 0C 320C. Suhu perairan pada saat pengambilan contoh air relatif sama yakni berkisar antara 270C - 310C (Gambar 11). Knox dan Miyabara (1984) menyatakan bahwa suhu perairan Asia Tenggara bagian muara di daerah tropis umumnya berkisar antara 250C - 320C. Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perairan menjadi panas.

Gambar 11. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Proses ini berlangsung secara instensif pada lapisan permukaan sehingga memiliki suhu yang lebih tinggi daripada lapisan dasar. Pada tanggal 26-27 September 2007, 6-7 Oktober 2007 dan 19-21 Oktober 2007 di stasiun tawar saat pasang dan surut, suhu lapisan permukaan lebih besar daripada suhu lapisan dasar. Hal ini karena pengadukan pada saat pasang menyebabkan partikel tersuspensi bagian dasar terdorong ke permukaan sehingga dapat menyebabkan perairan keruh pada bagian permukaan dan menyerap panas . Pada tanggal 6-7 Oktober 2007 menunjukkan terjadi fluktuasi suhu yang cukup besar pada stasiun payau saat pasang bagian permukaan sebesar 320C dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar sebesar 280C (Gambar 12). Hal ini karena pada saat pengambilan sampel pada saat sore hari yakni cuaca cerah dan cukup panas sekitar pukul 15.20-15.50 WIB.

27

28

Gambar 12. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Perbedaan suhu di perairan dapat disebabkan adanya perbedaan kemampuan menyerap panas dan kecepatan rambat suhu. Cepat rambat suhu ke dasar perairan yang rendah menyebabkan suhu di lapisan permukaan lebih besar daripada lapisan dasar.

4.1.6 Salinitas Salinitas pada stasiun tawar saat surut berkisar 0 PSU 0,3 PSU dan salinitas stasiun tawar saat pasang berkisar 0 PSU 10 PSU (Gambar 13).

Gambar 13. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

28

29

Knox dan Miyabara (1983) menyatakan bahwa fluktuasi salinitas di perairan pesisir dipengaruhi oleh topografi pasang surut, dan jumlah air tawar. Boyd (1990) mengatakan bahwa salinitas air tawar berkisar 0 PSU 0.4 PSU. Salinitas pada tanggal 06 Agustus 2008 di stasiun tawar pasang permukaan (9.5 PSU) dan stasiun tawar pasang dasar (10 PSU). Hal ini karena muara Sungai Cisadane termasuk estuari tercampur sebagian sehingga pada waktu tertentu air tawar air laut masuk ke muara sungai dalam jumlah besar. Air laut yang masuk ke sungai dalam jumlah besar menyebabkan air laut masuk ke sungai sampai bagian lebih hulu pada bagian tawar sehingga menyebabkan salinitas di stasiun tawar melebihi 0.5 PSU. Salinitas stasiun payau pada saat pasang bagian permukaan berkisar antara 0 PSU 31.8 PSU sedangkan salinitas stasiun payau pada saat pasang bagian dasar berkisar antara 0.1 PSU 31.8 PSU (Gambar 14). Salinitas mendekati nol terjadi pada tanggal 26-27 September 2007 di stasiun payau baik saat saat pasang maupun surut. Hal ini karena pada waktu tersebut jumlah air tawar banyak masuk ke sungai.

Gambar 14. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau . Pada tanggal 19-21 Oktober 2007 salinitas di stasiun payau saat pasang bagian permukaan mendekati nol. Hal ini disebabkan di bagian dasar sungai di dominasi oleh air laut yang mempunyai densitas lebih berat dibandingkan air

29

30

tawar sehingga air tawar bergerak ke atas dan mendominasi di permukaan. Pada tanggal 19 Juli 2008 di stasiun payau saat pasang bagian dasar mendekati nol. Hal ini disebabkan tipe muara Sungai Cisadane bertipe tercampur sebagian sehingga pada waktu tertentu air tawar mendominasi muara sehngga salinitas mendekati nol. Fluktuasi salinitas yang terjadi di muara Sungai Cisadane ini

mengindikasikan tipe estuari tercampur sebagian dimana pengaruh dominan dari air tawar atau air laut pada waktu tertentu (Lauff, 1967).

4.2 Tingkat Kualitas Air Menurut Indeks STORET Perairan muara Sungai Cisadane merupakan daerah paling hilir Sungai Cisadane sehingga memungkinkan bahan organik termasuk juga hasil buangan limbah domestik maupun non domestik dari aktivitas manusia dan industri di sekitar Tangerang terakumulasi dan terjadi pencemaran sungai. Indikasi adanya pencemaran tersebut perlu diuji kebenarannya sehingga dibutuhkan upaya untuk mengetahui tingkat pencemaran di muara sungai tersebut dengan menggunakan metode tertentu. Salah satu metode yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan menurut Canter (1977) adalah dengan menggunakan Indeks Kualitas Air (IKA) STORET. Hasil uji t bagian permukaan dengan dasar pada stasiun tawar dan stasiun payau saat pasang dan surut menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 9) sehingga pada bagian permukaan dan dasar dirata-ratakan. Pada stasiun tawar, saat pasang dan surut nilainya -36 sedangkan pada stasiun payau saat pasang nilainya -32.5 dan saat surut nilainya -32. Pada stasiun payau berdasarkan baku mutu peruntukan biota laut, Kepmen LH no.52 tahun 2004 nilainya lebih kecil dari PP RI no.81 tahun 2001 yakni -43 dan -34 (Lampiran 5,10) sehingga termasuk tercemar berat. Faktor lain yang dapat mempengaruhi berkurangnya beban limbah adalah limbah yang masuk ke perairan bercampur dengan air

sungai sehingga limbah yang masuk ke perairan tidak pekat atau lebih encer dan memudahkan mikroorganisme dalam mendekomposisi limbah dengan

memanfaatkan air dan oksigen yang ada di perairan. Tingkat pencemaran perairan muara Sungai Cisadane berdasarkan indeks kualitas air STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Gambar 15)

30

31

menunjukkan kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar berat. Pada stasiun tawar tingkat pencemarannya lebih besar daripada stasiun payau karena di stasiun tawar air laut yang masuk sedikit sehingga salinitas rendah, dan sehingga bahanbahan organik mudah larut di dalam air daripada stasiun payau.
Baik Sekali

Baik

Sedang

Buruk

Gambar 15.Tingkat pencemaran perairan (terhadap baku mutu kelas 3, PP RI No.82 Tahun 2001) berdasarkan indeks kualitas air STORET di muara Sungai Cisadane stasiun tawar dan payau pada saat pasang dan surut pada musim kemarau.

4.3 Upaya Pengelolaan Muara Sungai Cisadane Muara Sungai Cisadane merupakan hilir dari Sungai Cisadane yang mengalir dari hulu di wilayah Bogor hingga melalui daerah pemukiman di Bogor dan daerah perkotaan dan industri di Tangerang, Provinsi Banten. Secara umum kualitas air muara Sungai Cisadane termasuk tercemar. Beberapa parameter kualitas yang yang tidak memenuhi baku mutu, seperti DO, BOD3, amonia, dan nitrit, mengindikasikan terjadi pencemaran organik karena sebagian besar limbah yang dihasilkan berasal dari aktivitas manusia di sekitar sungai, seperti : MCK, pembuangan sampah, peternakan sapi, dan limbah buangan dari Kota Tangerang. Adanya bukti terdapatnya pencemaran di muara Sungai Cisadane mendorong perlunya alternatif solusi pemecahan. Beberapa upaya yang dapat dirumuskan

31

32

untuk menanggulangi permasalahan kualitas air muara Sungai Cisadane antara lain sebagai berikut : a. Pembuatan dan pengawasan dalam penggunaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpadu (IPALT) dimana dalam satu kawasan industri yang sama terdapat satu tempat pengolahan limbah bersama. b. Pembuatan dan sosialisasi penggunaan tempat MCK dengan tempat pengolahan limbahnya sebelum dibuang di sungai. c. Pembuatan tempat pembuangan limbah organik yang berasal binatang ternak yang jauh dari sungai dan diupayakan pemanfaatan limbahnya untuk keperluan masyarakat, misalnya: pupuk organik,biogas, dan bahan pembuatan gerabah. d. Sosialisasi kepada masyarakat sekitar sungai tentang pentingnya memelihara kebersihan sungai dengan tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah.

32

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini kualitas air muara Sungai Cisadane, khususnya pada musim kemarau, sudah tergolong tercemar, baik di bagian tawar maupun di bagian payau. Hal ini terlihat dari beberapa karakteristik kualitas air seperti DO, BOD3, amonia dan nitrit yang tidak memenuhi baku mutu pada beberapa pengamatan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kualitas air di bagian tawar dan bagian payau. Demikian juga antara bagian permukaan dan bagian dasar, maupun kondisi pasang dan surut 5.2 Saran Kondisi muara Sungai Cisadane yang tercemar tersebut disebabkan oleh pembuangan limbah di bagian hulu dan sepanjang Sungai Cisadane, terutama dari pemukiman, industri dan berbagai kegiatan di kota Tangerang. Hal ini antara lain karena kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah ke sungai masih berlangsung. Sehubungan dengan itu, maka perlu sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai, baik untuk kelestarian dan kesehatan lingkungan maupun dalam rangka menjaga kualitas air sungai sehingga dapat dimanfaatkan lebih baik. Selain itu limbah industri tetap perlu diolah sebelum dibuang ke sungai dengan pengawasan yang baik dan ketat, pembuatan tempat MCK untuk masyarakat di sepanjang sungai yang dilengkapi dengan septic tank, dan untuk limbah peternakan dibuatkan tempat pengolahan limbah yang dapat mengolah limbah menjadi biogas.

33

34

DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G dan S. S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. PT Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. 309 h. APHA (American Public Health Assosiation). 1998. Standard Methods for The Examinations of Water and Wastewater. 20th Edition. APHA, AWWA (American Water Works Association) dan WEF (Water Environment Federation). United Book Press.Inc. Maryland, US. 4-144 h. Anggoro, H. 2004. Pencemaran Beberapa Unsur Logam Berat di Sungai Cisadane Periode Tahun 1998-2002. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Peraiaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 125 h. Baird, C. dan M. Cann. Environmental Chemistry. W.H. Freeman and Company. New York. US. 129 h. Basmi, J. J. 1994. Ekosistem Perairan : Habitat dan Biota. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 h. Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Ponds Fish Culture. Elsevier Sciences Publishers. Amsterdam. Netherland. 318 h. Boyd, C. E. 1990. Water Quality In Warmwater Fish Ponds Agricultural Experiment Station, Auburn University Press. Auburn. Alabama. US. 482 h. Boyd, C. E. dan C. C. Tucker. 1992. Water Quality and Pond Soil Analyses for Aquaculture. Auburn University Press. Auburn. Alabama. US. 183 h. Canter, L. W. 1977. Environmental Impact Assesment. University Oklahoma Press. US. 331 h. Clark, R. B. 1986. Marine Pollution. Clarendon Press. Oxford. 213 h. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 h. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam . UI Press. Jakarta. 168 Davis, M. L. dan S. J. Masten. 2004. Principles of Environmental Engineering and Science. Mac. Graw Hill. Boston. US. 704 h. Departemen Lingkungan Hidup Provinsi Banten. 2007. Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Laporan. Banten. 15 h.

34

35

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius Press. Yogyakarta. 257 h. Eyre, B. 1993. Nutrients in the Sediment of a Tropical North-eastern Australian Estuary, Cathment and Nearshore Coastal Zone. Australian Journal of Marine and Freshwater Research. 42 (4): 92-95 Fakultas Hukum UNSRAT. 2005. Kepmen LH No.51 Tahun 2004 Lampiran III (baku mutu untuk biota laut).www.unsrat. ac. id Fardiaz , S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius Press. Yogyakarta. 190 h. Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. CV. Yrama Widya. Bandung. 222 h Hasan, Z. 1993. Pengaruh Kegiatan Budidaya Ikan dalam Jaring Apung terhadap Tingkat Kesuburan Perairan dan Komunitas Fitoplankton di Waduk Saguling, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. 71 h. Humas BPLHD Jakarta. 2005. Pedoman untuk menentukan status mutu air dengan metoda STORET dalam Kepmen LH No.115 tahun 2003. http : // www. bplhd. jakarta. go. id Hugh, J. L. 1964. Management of Estuarine Fisheries. Allen Press, Inc. Kansas. US. 85 h. Hutagalung, H. P. dan H. Rozak, 1982. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb dan Cd dalam Air dan Biota Estuari Muara Angke. LIPI. Jakarta. Idawaty. 1999. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan Mangrove di Muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat. Disertasi. Program Studi Lingkungan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 123 h. Larry,W. M. 1996. Water Resources Handbook. Mac Graw-Hill. New York. US. Lauff, G. H. 1967. Estuaries. The Horn-Shafer Company. Maryland. US. 757 h. Knox, G. A. dan T. Miyabara, 1984. Coastal Zone Resource Development and Conservation in South East Asia, with Special Reference to Indonesia. UNESCO Press. Jakarta. 182 h. Manahan, S. E. 2005. Environmental Chemistry. CRC Press. Boca Raton. Florida. US. 783 h. Miller, G. J. dan Connel, D. W. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UI Press. Jakarta. 520 h.

35

36

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 322 h. Nemerow, N. L. 1974. Scientific Stream Pollution Analysis. Van Nostrand Reinhold L.td. New York .US. 358 h. Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary, and Ocean Pollution.2 nd. Van Nostrand Reinhold Ltd. New York . US. 472 h. Novotny V. dan H. Olem. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold. New York. 1054 h. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan oleh M. Eidman, Koesoebiono, M. Hutomo, S. Sukardjo, dan D. G. Bengen. PT Gramedia. Jakarta . 458 h. Ott, W. R. 1978. Environmental Indices : Theory and Practice. Ann Arbor Science Publishers Inc. Washington. Odum, E. P. 1996. Dasar dasar Ekologi. Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh Tjahjono Samingan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 546 h. Pemerintah Kabupaten Tangerang. 2008. Peta Muara Sungai Cisadane. Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Environmental Engineering Division. Bangkok : Asian Intsitut Technologi Press. 148 h. Polii, B. 1994. Kajian Konsep Pengukuran BOD sebagai Indikator Pendugaan Pencemaran Bahan Organik di Perairan Daerah Tropis. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Radojevic, M. dan, V. N. Bashkin. 2007. Practical Environmental Analysis. RSC Publishing. UK. 457 h. Reid, G. K. 1961. Ecology of Inland Waters and Estuaries. Reinhold Publishing Corporation. Florida. US. 375 h. Tim Editor Tempo Interaktif. 2004. Peraturan PP RI No.82 Tahun 2001. http:// www. tempointeraktif. com Taufik, K. L. 2003. Kualitas Air Hulu dan Tengah Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Peraiaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 85 h.

36

37

Umiyati. 2002. Kualitas Air Cisadane Bagian Hulu dan Tengah yang Melalui Wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat Selama Periode 1996-2000. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Peraiaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 103 h. Vesilind, P. A., J. J. Pierce dan R. T. Weiner. 1990. Environmental Pollution and Control. Butterworth-Heineman Inc. Boston.US. 389 h. Vesilind, P. A., J. J. Pierce dan R. T. Weiner. 1993. Environmental Engineering. Butterworth-Heineman Inc. Boston. US. 544 h. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistik edisi ke 3. PT Gramedia Pustaka. Jakarta. 515 h. Welch, S. 1952. Limnology. Mac Graw-Hill Inc. New York . US. 318 h. Wetzel, R. G. 1983. Limnology 2nd Edition. CBS College Publishing. US. 767 h. Wilson, J. G. dan W. Halcrow. 1985. Estuarine Management and Quality Assesment. Spring Street : Plenum Publishing Corporation. 225 h. Williams, J. 1979. Introduction to Marine Pollution Control. A WileyInterscience Publication. New York. US. 173 h.

37

38

LAMPIRAN

38

39

Lampiran 1.Data lapangan


Stasiun Tawar DO Pasang Surut Stasiun Payau Pasang Surut Stasiun Tawar Pasang Surut Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Rata 2.03 2.03 0.81 2.49 0.32 0.43 0.82 1.27 3.24 3.24 0.41 1.22 0.17 0.40 0.92 1.37 2.86 2.86 0.00 2.27 0.53 0.00 3.89 1.77 0.82 0.82 0.00 1.70 0.72 1.25 6.15 1.64 2.43 2.43 0.00 2.72 1.05 3.76 0.00 1.77

Bagian Dasar 3.24 3.24 0.00 1.01 0.64 7.88 0.00 2.29 2.43 2.43 0.00 1.22 0.85 0.00 0.61 1.08 0.40 0.40 0.00 4.94 0.85 0.43 0.00 1.00

Stasiun Tawar BOD3 Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Stasiun Tawar Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Rata 1.50 0.10 3.40 0.52 13.49 6.52 18.03 6.22 4.60 2.70 6.21 1.00 9.27 6.74 8.64 5.59 3.20 3.61 4.20 2.40 3.16 0.00 3.13 2.82 15.67 0.90 6.81 12.81 8.33 3.90 5.10 7.64 3.70 0.80 3.60 1.60 11.39 4.95 18.05 6.30

Bagian Dasar 3.61 3.90 7.81 1.40 10.32 6.43 8.62 6.01 2.40 4.01 4.20 2.01 3.76 0.00 5.30 3.10 1.60 1.10 7.00 1.01 2.11 3.99 3.53 2.91

Stasiun Tawar COD Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Stasiun Tawar Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Rata 5.12 6.17 73.37 51.18 51.18 30.11 36.19 13.52 20.87 75.47 39.14 39.14 36.13 37.38 9.11 47.12 69.17 28.98 0.00 6.76 26.86 15.62 56.57 19.82 49.18 24.94 6.76 28.81 5.12 13.52 73.37 69.24 63.22 42.15 44.44

Bagian Dasar 14.36 22.97 83.87 63.22 0.00 30.11 35.76 9.32 38.72 48.17 20.90 73.42 18.88 34.90 15.62 68.12 57.62 28.98 0.00 10.80 30.19

39

40 Lampiran 1.( lanjutan)


Stasiun Tawar Amonia Pasang Surut Stasiun Payau Pasang Surut Stasiun Tawar Pasang Surut Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Rata 2.0212 1.0585 1.9627 0.8015 1.7853 1.6684 2.3789 1.6681 0.1777 0.6160 2.2648 1.1397 1.1119 1.8669 2.3371 1.3592 1.7212 0.9309 1.5106 0.7531 1.0938 17.1783 0.5829 3.3958 1.9882 0.9798 2.2616 1.0086 1.4206 1.4851 1.0910 1.4621 1.7680 1.0479 2.3584 0.7246 1.6618 1.4424 2.0208 1.5748

Bagian Dasar 2.2297 0.7128 2.3796 1.2185 1.3835 1.5250 2.2921 1.6773 0.9606 0.6947 1.9169 0.8680 0.5715 0.6019 0.4736 0.8696 0.6841 1.2383 0.6213 0.9165 0.6902 0.7092 0.8156 0.8107

Stasiun Tawar Nitrit Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Stasiun Tawar Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Rata 0.0524 0.1238 0.0022 0.1476 0.0088 0.0091 0.0099 0.0505 2.2077 0.0797 0.0057 0.1996 0.0945 0.4130 0.0056 0.4294 0.7459 0.2119 0.0000 0.1635 0.2422 0.0323 0.0486 0.2063 0.0683 0.1432 0.0013 0.1485 0.0038 0.3112 0.0501 0.1038 0.0974 0.1353 0.0000 0.7388 0.0077 0.0081 0.0084 0.1422

Bagian Dasar 0.0489 0.0824 0.0004 0.1899 0.0928 0.4546 0.0095 0.1255 0.0154 0.2198 0.0000 0.0000 0.0024 0.0049 0.0312 0.0391 0.0137 0.0242 0.0022 0.0859 0.1045 0.1436 0.0148 0.0556

Stasiun Tawar Nitrat Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Stasiun Tawar Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Rata 0.0079 0.4757 0.0344 2.2169 0.0344 0.0344 0.0923 0.4137 0.3817 0.6035 0.1284 1.2595 0.0344 1.9227 0.0802 0.6301 0.1863 0.9243 0.0585 1.3608 0.0006 0.2852 0.6059 0.4888 0.0272 0.2201 0.1839 1.0256 0.0452 1.6695 0.1718 0.4776 0.0778 0.5746 0.0344 1.9347 0.0344 0.0127 0.1260 0.3992

Bagian Dasar 0.0802 0.7410 0.0754 2.1783 0.1309 1.3656 0.0706 0.6631 0.0368 0.2153 0.0000 0.5818 0.0103 0.0320 0.4130 0.1842 0.0199 0.0079 0.0000 0.8929 0.0006 0.6493 0.0706 0.2345

40

41 Lampiran 1. (lanjutan)
Stasiun Tawar pH Pasang Surut Stasiun Payau Pasang Surut Stasiun Tawar Pasang Surut Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Rata 5.41 6.36 6.63 6.55 7.16 7.24 6.7 6.58 5.5 6.22 6.51 6.95 7.2 7.15 6.25 6.54 5.47 6.36 6.77 7.32 7.05 7.4 6.5 6.70 5.7 6.33 6.6 7.49 7.03 7.05 6.75 6.71 5.64 6.38 6.62 6.53 7.09 7.25 6.5 6.57

Bagian Dasar 5.95 6.26 6.49 6.88 7.1 7.21 6.25 6.59 5.52 6.3 6.69 7.09 7.41 7.55 7.1 6.81 5.92 6.68 6.58 7.7 7.36 7.41 6.75 6.91

Stasiun Tawar TSS Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Stasiun Tawar Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 8 28.8 25 18 22 22 44 6 17.2 26 36 13 18 41 16 9.2 37 20 16 412 41 14.4 12.4 30 33 19 20 40 8 36 94 28 23 19 39

Bagian Dasar 8 14.4 40 17 12 18 62 20.8 45.2 71 14 11 192 94 25.2 29.6 51 33 18 38 10

Stasiun Tawar Salinitas Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Stasiun Tawar Pasang Surut

Stasiun Payau Pasang Surut

Bagian Permukaan 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 0.1 0 0.5 0.2 0.2 0.4 11.5 0.1 0.5 1 0.3 0.2 0.2 0 22.3 0 25 1 23 23 24.2 22.3 0.5 31.3 18 17 1.8 7.8 0.1 0 25.5 0.2 0.2 0.8 11

Bagian Dasar 0.1 0.5 1 0.3 0.3 0.2 0 29.1 0.1 26.8 27.2 23.5 31 26.5 29.5 10 31.8 30.3 24 30.4 31.8

41

42 Lampiran 1. (lanjutan) Stasiun Tawar Suhu 22-Sep-07 26-Sep-07 6 Okt 07 20 Ok 07 26 Jun 08 19 Jul 08 06 Agus 08 Pasang 32 28 30.5 28 29 28 29 Surut 29.1 29.5 29.8 29 28.1 27.3 27.8 Stasiun Payau Pasang 32 29 32 29 29 28.5 28.8 Surut 30.5 30 29 28.5 32 28 29.8 Stasiun Tawar Pasang 31.9 26.8 28.5 26.8 28.5 28 28.8 Surut 29.1 29.5 29.9 29 28.3 27.5 28 Stasiun Payau Pasang 32 29 28 29 28.8 29 28.8 Surut 30.5 30.1 27.5 29 31 28.5 30.2

Bagian Permukaan

Bagian Dasar

42

43 Lampiran 2. Matriks hasil uji t antar variable pada taraf nyata 95%

Variabel uji t
Uji t karakteristik kualitas air stasiun tawar dengan stasiun payau Stasiun tawar,permukaan,saat pasang dengan stasiun payau,permukaan,saat pasang Stasiun tawar,dasar,saat pasang dengan stasiun payau,dasar,saat pasang Stasiun tawar,permukaan,saat surut dengan stasiun payau,permukaan,saat surut Stasiun tawar,dasar,saat surut dengan stasiun payau,dasar,saat surut Uji t karakteristik kualitas air saat pasang dengan saat surut Saat pasang,bagian permukaan,stasiun tawar dengan saat surut,bagian permukaan,stasiun tawar Saat pasang,bagian dasar,stasiun tawar dengan saat surut,bagian dasar,stasiun tawar Saat pasang,bagian permukaan,stasiun payau dengan saat surut,bagian permukaan,stasiun payau Saat pasang,bagian dasar,stasiun payau dengan saat surut,bagian dasar,stasiun payau Uji t karakteristik kualitas bagian permukaan dengan bagian dasar Bagian permukaan,stasiun tawar,saat pasang dengan bagian dasar,stasiun tawar,saat pasang Bagian permukaan,stasiun payau,saat pasang dengan bagian dasar,stasiun payau,saat pasang Bagian permukaan,stasiun tawar,saat surut dengan bagian dasar,stasiun tawar,saat surut Bagian permukaan,stasiun payau,saat surut dengan bagian dasar,stasiun payau,saat surut Keterangan + : berbeda nyata - : tidak berbeda nyata

Karakteristik Kualitas Air


DO BOD3 COD Amonia Nitrit Nitrat pH TSS

+ -

43

44 Lampiran 3. Indeks STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (kelas 3)
Stasiun tawar, pada saat surut, bagian permukaan No Parameter Satuan Kelas III Maks. Fisika 1 2 Suhu TSS Kimia 1 2 3 4 5 6 7 pH DO BOD3 COD Amonia Nitrat Nitrit Jumlah Skor Stasiun tawar, pada saat surut, bagian dasar Hasil Pengamatan No Parameter Fisika 1 2 Suhu TSS Kimia 1 2 3 4 5 6 7 pH DO BOD3 COD Amonia Nitrat Nitrit Jumlah Skor mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 6--9 3 6 50 0,02 20 0,06 7,7400 7,8819 14,1422 104,0000 2,3796 2,1783 0,4520 6,7500 0,0000 1,9194 10,8000 0,7128 0,0706 0,0004 7,1686 2,2873 8,2371 44,8000 1,6773 0,8015 0,1077 0 -8 -8 -2 -10 0 -8 -36
0 0

Hasil Pengamatan Skor Baku Mutu Min. Rata

Deviasi 3 400

29,8 41

27,3 6

28,6571 22,4571

0 0

mg/l

6--9 mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 3 6 50 0,02 20 0,06

7,2 3,2438 12,6963 69,0000 2,3371 1,9124 2,2077

6,22 0,1711 1,3732 10,0000 0,1777 0,0344 0,0056

6,7133 1,3726 7,6627 27,6667 1,3592 0,7407 0,4108

0 -8 -8 -2 -10 0 -8 -36

Satuan

Kelas III Maks. Min. Rata

Skor Baku Mutu

Deviasi 3 400

29,8 55

27,3 11,6

28,7143 27,2286

0 0

mg/l

44

45 Lampiran 3. (lanjutan)
Stasiun payau pada saat surut, bagian permukaan Kelas III No Parameter Fisika 1 2 Suhu TSS Kimia 1 2 3 4 5 6 7 pH DO BOD3 COD Amonia Nitrat Nitrit Jumlah Skor Stasiun payau pada saat surut, bagian dasar Kelas III No Parameter Fisika 1 2 Suhu TSS Kimia 1 2 3 4 5 6 7 pH DO BOD3 COD Amonia Nitrat Nitrit Jumlah Skor mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 6--9 3 6 50 0,02 20 0,06 7,5500 2,4290 7,2542 72,0000 1,9169 0,5818 0,2198 5,5200 0,0000 2,7536 9,3200 0,4736 0,0000 0,0000 6,8086 1,0768 5,1085 32,7200 0,8696 0,1808 0,0447 -2 -10 -2 -2 -10 0 -2 -28
0 0

Hasil Pengamatan Skor Baku Mutu Maks. Min. Rata

Satuan

Deviasi 3 400

31,8 412

28,5 9,2

29,4714 78,7429

0 -1

mg/l

6--9 mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 3 6 50 0,02 20 0,06

7,4000 3,8933 332,3815 63,0000 17,1783 1,3608 0,7459

5,4700 0,0000 3,2907 6,0000 0,5829 0,0006 -0,0066

6,6957 1,7730 51,3406 98,0183 3,3958 0,4888 0,1915

-2 -8 -8 -8 -10 0 -8 -45

Hasil Pengamatan Skor Baku Mutu Maks. Min. Rata

Satuan

Deviasi 3 400

31,9 192

28 11

29,4286 64,0000

0 0

mg/l

45

46 Lampiran 3. (Lanjutan)
Staiun tawar pada saat surut bagian permukaan No Parameter Satuan Kelas III Maks. Fisika 1 2 Suhu TSS Kimia 1 2 3 4 5 6 7 pH DO BOD3 COD Amonia Nitrat Nitrit Jumlah Skor Stasiun tawar pada saat surut bagian dasar Hasil Pengamatan No Parameter Fisika 1 2 Suhu TSS Kimia 1 2 3 4 5 6 7 pH DO BOD3 COD Amonia Nitrat Nitrit Jumlah Skor mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 6--9 3 6 50 0,02 20 0,06 7,7400 7,8819 14,1422 104,0000 2,3796 2,1783 0,4520 6,7500 0,0000 1,9194 10,8000 0,7128 0,0706 0,0004 7,1686 2,2873 8,2371 44,8000 1,6773 0,8015 0,1077 0 -8 -8 -2 -10 0 -8 -36
0 0

Hasil Pengamatan Skor Baku Mutu Min. Rata

Deviasi 3 400

29,8 41

27,3 6

28,6571 22,4571

0 0

mg/l

6--9 mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 3 6 50 0,02 20 0,06

7,2 3,2438 12,6963 69,0000 2,3371 1,9124 2,2077

6,22 0,1711 1,3732 10,0000 0,1777 0,0344 0,0056

6,7133 1,3726 7,6627 27,6667 1,3592 0,7407 0,4108

0 -8 -8 -2 -10 0 -8 -36

Satuan

Kelas III Maks. Min. Rata

Skor Baku Mutu

Deviasi 3 400

29,8 55

27,3 11,6

28,7143 27,2286

0 0

mg/l

46

47 Lampiran 4. Indeks STORET dengan baku mutu KEPMEN LH No.51 Tahun 2004 (biota laut)
Stasiun Payau Saat Pasang Bagian Permukaan
Hasil Pengamatan No 1 2 1 2 3 4 5 Jumlah Skor Parameter Suhu TSS pH DO BOD Nitrat Amonia mg/l mg/l mg/l mg/l Satuan 0C mg/l 20 7-8,5 5 20 0,008 0,3 BM Maks. 31,8 412 7,4000 3,8933 0,0000 1,3608 17,1783 Min. 28,5 9,2 5,4700 0,0000 3,2907 0,0006 0,5829 Rata 29,47 78,74 6,6957 1,7730 51,3406 0,4888 3,3958 0 -4 -8 -10 -6 -8 -10 -46 Skor

Stasiun Payau Saat Pasang Bagian Dasar


Hasil Pengamatan No 1 2 1 2 3 4 5 Jumlah Skor Parameter Suhu TSS pH DO BOD Nitrat Amonia mg/l mg/l mg/l mg/l Satuan 0C mg/l 20 7-8,5 5 20 0,008 0,3 BM Maks. 31,9 192 7,55 2,4290 7,25417354 0,5818 1,91692373 Min. 28 11 5,52 0,0000 2,753620573 -0,0235 0,473644221 Rata 29,42857143 64 6,808571429 1,0768 5,108529177 0,1808 0,869612414 0 -4 -8 -10 0 -8 -10 -40 Skor

Stasiun Payau Saat Surut Bagian Permukaan


Hasil Pengamatan No 1 2 1 2 3 4 5 Parameter Suhu TSS pH DO BOD Nitrat Amonia mg/l mg/l mg/l mg/l Satuan 0C mg/l 20 7-8,5 5 20 0,008 0,3 BM Maks. 31 40 7,49 6,1453 21,4734592 1,6592 2,26156792 Min. 28 12,4 5,7 0,0000 1,23574 0,0272 0,979789384 Rata 29,4 24,11428571 6,707142857 1,6365 10,47322675 0,5110 1,462117483 0 -4 -8 -8 -2 -10 -10 Skor

Jumlah Skor

-42

Stasiun Payau Saat Surut Bagian Dasar


Hasil Pengamatan No 1 2 1 2 3 4 5 Jumlah Skor Parameter Suhu TSS pH DO BOD Nitrat Amonia mg/l mg/l mg/l mg/l Satuan 0C mg/l 20 7-8,5 5 20 0,008 0,3 BM Maks. 31 51 7,7000 4,9391 9,5954 0,8929 1,2383 Min. 27,5 10 5,9200 0,0000 1,3800 0,0500 0,6200 Rata 29,54 29,26 6,9143 1,0037 3,9812 0,2182 0,8107 0 -4 -8 -10 0 -8 -10 -26 Skor

47

48 Lampiran 5. Tingkat pencemaran perairan (baku mutu bagi peruntukan biota laut, Kepmen LH No.51 Tahun 2004) berdasarkan indeks kualitas air STORET di muara Sungai Cisadane stasiun tawar dan payau pada saat pasang dan surut pada musim kemarau.

48

49 Lampiran 6.Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample for Means
DO Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=DO pasang tawar permukaan =DO pasang payau permukaan H1=DO pasang tawar permukaan DO pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Variable 2 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 1.27446 0.7778902 7 0 1.77296677 2.48806270 2 7 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=DO pasang tawar dasar =DO pasang payau dasar H1=DO pasang tawar dasar DO pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 1.769200 1.07680560 1 7 Variance 2.085201 1.04356558 5 7 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

6 -1.020852

P(T<=t) two- 0.3467085 tail T tab t Critical 2.4469118 two-tail Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=DO surut tawar permukaan =DOsurut payau permukaan H1=DO surut tawar permukaan DO surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 1.372644 1.63646965 1 Variance 1.757816 4.22360714 7 1 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

1.223699 9 P(T<=t) two0.266936 tail 2 T tab t Critical two- 2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=DO surut tawar dasar =DOsurut payau dasar H1=DO surut tawar dasar DO surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 2.287316 1.00373809 6 7 Variance 7.986074 3.09600612 9 4 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

6 -0.270373

6 0.956955 1 0.375543

T tab Kesimpula n

P(T<=t) two0.795933 tail 2 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

P(T<=t) twotail t Critical two- 2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

49

50 Lampiran 6. (lanjutan)
BOD3 Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=BOD3 pasang tawar permukaan =BOD3 pasang payau permukaan H1=BOD3 pasang tawar permukaan BOD3 pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 6.221737 37.4749041 2 5 Variance 48.75249 8182.93295 5 3 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail 0 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=BOD3 pasang tawar dasar =BOD3 pasang payau dasar H1=BOD3 pasang tawar dasar BOD3 pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 6.299228 3.72885341 5 4 Variance 38.69475 1.32696449 1 9 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

6 -0.91267

0.396605 5 T tab t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=BOD3 surut tawar permukaan = BOD3surut payau permukaan H1=BOD3 surut tawar permukaan BOD3 surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 5.593241 7.64469105 1 5 Variance 9.149233 26.3789406 7 1 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

1.216883 4 P(T<=t) two-tail 0.269337 9 T tab t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=BOD3 surut tawar dasar =BOD3 surut payau dasar H1=BOD3 surut tawar dasar BOD3 surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 6.012480 2.9059778 4 Variance 10.04228 4.59678832 4 5 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpula n 0

6 1.354121

T tab Kesimpula n

0.828235 P(T<=t) two-tail 0.439232 7 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

0.231522 1 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

50

51 Lampiran 6. (lanjutan)
COD Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=COD pasang tawar permukaan =COD pasang payau permukaan H1=COD pasang tawar permukaan COD pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 26.18666 98.0183333 7 3 Variance 556.3530 28518.0860 7 2 Observations 6 6 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=BOD3 pasang tawar dasar =BOD3 pasang payau dasar H1=COD pasang tawar dasar COD pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 32.02 32.72 Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 535.1064 6 0 515.2544 6

1.062113 P(T<=t) two-tail 0.336768 7 T tab t Critical two2.570581 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=COD surut tawar permukaan = COD surut payau permukaan H1=COD surut tawar permukaan COD surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 27.66666 26.1666666 7 7 Variance 438.6666 361.766666 7 7 Observations 6 6 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

0.072063 P(T<=t) two-tail 0.945345 6 T tab t Critical two2.570581 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=COD surut tawar dasar =COD surut payau dasar H1=COD surut tawar dasar COD surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 44.8 44.6666666 7 Variance 1420.88 1284.26666 7 Observations 6 6 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

T tab Kesimpula n

0.118740 1 P(T<=t) two-tail 0.910104 3 t Critical two2.570581 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

0.014098 1 P(T<=t) two-tail 0.989296 9 t Critical two2.570581 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

51

52 Lampiran 6. (lanjutan)
Nitrogen Amonia Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=Amonia pasang tawar permukaan =Amonia pasang payau permukaan H1=Amonia pasang tawar permukaan Amonia pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 1.668063 3.39581798 3 4 Variance 0.308807 37.097694 6 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=Amoniapasang tawar dasar =Amonia pasang payau dasar H1=Amonia pasang tawar dasar Amonia pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 1.574834 0.86961241 8 4 Variance 0.312630 0.24218505 5 6 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

T tab Kesimpula n

0.748682 P(T<=t) two-tail 0.482355 4 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

1.045201 3 P(T<=t) two-tail 0.315912 4 t Critical two2.446911 tail 8 T hit > T tab maka tolak h0 sehingga tak berbeda nyata.

Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=Amonia surut tawar permukaan = Amonia surut payau permukaan H1=Amonia surut tawar permukaan Amonia surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 1.359151 1.46211748 3 Variance 0.681934 0.24903222 4 4 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=Amonia surut tawar dasar =Amonia surut payau dasar H1=Amonia surut tawar dasar Amonia surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 1.677324 0.81072367 3 7 Variance 0.404447 0.04512617 4 8 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

T tab Kesimpula n

0.294138 P(T<=t) two-tail 0.778562 5 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

1.201234 4 P(T<=t) two-tail 0.473212 3 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka tolak h0 sehingga tak berbeda nyata.

52

53 Lampiran 6. (lanjutan)
Nitrogen Nitrat Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=Nitrat pasang tawar permukaan =Nitrat pasang payau permukaan H1=Nitrat pasang tawar permukaan Nitrat pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.413697 0.48880154 4 3 Variance 0.659163 0.25335017 9 6 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab 0 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=Nitrat pasang tawar dasar =Nitrat pasang payau dasar H1=Nitrat pasang tawar dasar Nitrat pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.399227 0.18080577 8 1 Variance 0.497017 0.05493756 9 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

6 0.434479 0.679131

t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=Nitrat surut tawar permukaan = Nitrat surut payau permukaan H1=Nitrat surut tawar permukaan Nitrat surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.740728 0.51095704 9 2 Variance 0.583428 0.37638310 1 4 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat 0

1.081268 1 P(T<=t) two-tail 0.321109 9 T tab t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=Nitrat surut tawar dasar =Nitrat surut payau dasar H1=Nitrat surut tawar dasar Nitrat surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.801522 0.21821608 3 7 Variance 0.846260 0.14704876 8 4 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

T tab Kesimpula n

1.729121 8 P(T<=t) two-tail 0.134518 1 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

2.202793 8 P(T<=t) two-tail 0.069832 9 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

53

54 Lampiran 6.(lanjutan)
Nitrogen Nitrit Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=Nitrit pasang tawar permukaan =Nitrit pasang payau permukaan H1=Nitrit pasang tawar permukaan Nitrit pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.068701 0.19154766 2 8 Variance 0.010125 0.06849121 6 2 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat 0 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=Nitrit pasang tawar dasar =Nitrit pasang payau dasar H1=Nitrit pasang tawar dasar Nitrit pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.040015 0.03828531 8 1 Variance 0.002910 0.00655738 7 7 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

1.145646 P(T<=t) two-tail 0.295571 5 T tab t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=Nitrit surut tawar permukaan = Nitrit surut payau permukaan H1=Nitrit Nitrat surut tawar permukaan Nitrit surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.410821 0.08845699 4 Variance 0.646906 0.01122424 4 4 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat 0

0.091242 5 P(T<=t) two-tail 0.930269 9 T tab t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=Nitrit surut tawar dasar =Nitrit surut payau dasar H1=Nitrit surut tawar dasar Nitrit surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 0.107694 0.04760870 9 Variance 0.024250 0.00284543 3 8 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

T tab Kesimpula n

1.061468 6 P(T<=t) two-tail 0.329322 9 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

1.401215 6 P(T<=t) two-tail 0.210695 7 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

54

55 Lampiran 6. (lanjutan)
pH Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=pH pasang tawar permukaan =pH pasang payau permukaan H1=pH pasang tawar permukaan pH pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 6.578571 6.69571428 4 6 Variance 0.367847 0.44502857 6 1 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=pH pasang tawar dasar =pH pasang payau dasar H1=pH pasang tawar dasar pH pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 6.572857 6.80857142 1 9 Variance 0.273790 0.50144761 5 9 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

0.981936 P(T<=t) two-tail 0.364052 2 T tab t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=pH surut tawar permukaan =pHsurut payau permukaan H1=pH surut tawar permukaan pH surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 6.54 6.70714285 7 Variance 0.374133 0.33409047 3 6 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

2.154395 P(T<=t) two-tail 0.074652 1 T tab t Critical two2.446911 tail 8 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=pHsurut tawar dasar =pH surut payau dasar H1=pH surut tawar dasar pH surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 6.591428 6.91428571 6 4 Variance 0.228781 0.37399523 8 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

T tab Kesimpula n

1.623539 P(T<=t) two-tail 0.155600 3 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

3.002146 P(T<=t) two-tail 0.023941 8 t Critical two2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

55

56 Lampiran 6. (lanjutan)
TSS Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan stasiun payau saat pasang bagian permukaan Ho=TSS pasang tawar permukaan =TSS pasang payau permukaan H1=TSS pasang tawar permukaan TSS pasang payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Variable 2 Mean Variance Observation s Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 23.971429 120.67238 7 0 78.74285714 21731.26286 7 Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan stasiun payau saat pasang bagian dasar Ho=TSS pasang tawar dasar =TSS pasang payau dasar H1=TSS pasang tawar dasar TSS pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 35.28571 64 4 Variance 779.2381 4143.61333 3 Observatio 7 7 ns Hypothesiz 0 ed Mean Difference df 6 T hit t Stat 1.106191 0.311013

6 -0.977951

P(T<=t) 0.3658667 two-tail T tab t Critical 2.4469118 two-tail Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak n berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan stasiun payau saat surut bagian permukaan Ho=TSS surut tawar permukaan =TSS surut payau permukaan H1=TSS surut tawar permukaan TSS surut payau permukaan t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 22.45714 24.1142857 3 1 Variance 157.9295 106.771428 2 6 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

P(T<=t) two-tail T tab t Critical 2.446911 two-tail 8 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun payau saat surut bagian dasar Ho=TSS surut tawar dasar =TSS surut payau dasar H1=TSS surut tawar dasar TSS surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 24.48571 29.2571428 4 6 Variance 379.2514 179.556190 3 5 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0

T tab Kesimpula n

0.906434 P(T<=t) two-tail 0.399642 7 t Critical two-tail 2.446911 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

0.496141 P(T<=t) two0.637443 tail 7 t Critical two- 2.446911 tail 8 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

56

57 Lampiran 7. Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample for Means
DO Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=DO pasang=DO surut H1= DO pasang DO surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 1.2744 6 0.7778 9 7 0 Variable 2 1.37264401 2 1.75781669 3 7 Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=DO pasang=DO surut H1= DO pasang DO surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 1.7692000 6 2.0852014 8 7 0

Variable 2 2.28731662 2 7.98607489 7 7

Mean Variance Observation s Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.2932

P(T<=t) 0.7792 two-tail 2 T tab t Critical 2.4469 two-tail 1 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=DO pasang=DO surut H1= DO pasang DO surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 1.7729 7 2.4880 6 7 0 Variable 2 1.63646965 1 4.22360714 1 7

0.7601123 P(T<=t) two-tail 0.4759840 5 T tab t Critical two-tail 2.4469118 5 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak n berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=DO pasang=DO surut H1= DO pasang DO surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observation s Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 1.0768056 1 1.0435655 9 7 0

Variable 2 1.00373809 7 3.09600612 4 7

Mean Variance Observation s Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

T tab Kesimpulan

0.2268 7 P(T<=t) 0.8280 two-tail 6 t Critical 2.4469 two-tail 1 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpulan

0.0996638 8 P(T<=t) 0.9238577 two-tail 5 t Critical 2.4469118 two-tail 5 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

57

58 Lampiran 7.(lanjutan)
BOD3 Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=BOD pasang=BOD\ surut H1= BOD pasang BOD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 6.22174 48.7525 7 0 Variable 2 5.59324111 7 9.14923374 7 Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=BOD pasang=BOD surut H1= BOD pasang BOD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 6.2992284 8 38.694751 1 7 0

Variable 2 6.01248039 8 10.0422835 1 7

Mean Variance Observation s Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 0.36037

P(T<=t) 0.73092 two-tail T tab t Critical 2.44691 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=BOD pasang=BOD surut H1= BOD pasang BOD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 37.4749 8182.93 7 0 Variable 2 7.64469105 5 26.3789406 1 7

0.1703153 4 P(T<=t) two-tail 0.8703600 4 T tab t Critical two-tail 2.4469118 5 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak n berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=BOD pasang=BOD surut H1= BOD pasang BOD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observation s Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 3.7288534 1 1.3269645 7 0

Variable 2 2.9059778 4.59678832 5 7

Mean Variance Observation s Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 0.8555

T tab Kesimpulan

P(T<=t) 0.42511 two-tail t Critical 2.44691 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpulan

1.2160294 7 P(T<=t) 0.2696400 two-tail 7 t Critical 2.4469118 two-tail 5 T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

58

59 Lampiran 7.(lanjutan)
COD Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=COD pasang=COD surut H1= COD pasang COD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 26.1867 556.353 6 0 Variable 2 27.66666667 438.6666667 6 Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=COD pasang=COD surut H1= COD pasang COD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 32.02 535.1064 6 0

Variable 2 44.8 1420.88 6

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat

5 -0.4304

5 -1.1988349

P(T<=t) two- 0.6848 tail T tab t Critical two- 2.57058 tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=COD pasang=COD surut H1= COD pasang COD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 98.0183 28518.1 6 0 Variable 2 26.16666667 361.7666667 6

P(T<=t) two- 0.2843053 tail T tab t Critical two- 2.57058183 tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=COD pasang=COD surut H1= COD pasang COD surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Variable 2 Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 32.72 515.2544 6 0 44.66666667 1284.266667 6

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat

5 1.0343

5 -1.9147616

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.34841 tail t Critical two- 2.57058 tail T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.11368981 tail t Critical two- 2.57058183 tail T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

59

60 Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Amonia Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=Amonia pasang=Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 1.66806 0.30881 7 0 Variable 2 1.35915099 0.68193444 6 7 Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=Amonia pasang=Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 1.5748348 3 0.3126305 3 7 0

Variable 2 1.67732431 2 0.40444736 9 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 1.05132

6 -0.8212455

P(T<=t) two- 0.3336 tail T tab t Critical 2.44691 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=Amonia pasang=Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 3.39582 37.0977 7 0 Variable 2 1.46211748 3 0.24903222 4 7

P(T<=t) two- 0.4429066 tail 7 T tab t Critical 2.4469118 two-tail 5 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak n berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=Amonia pasang=Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 0.8696124 1 0.2421850 6 7 0

Variable 2 0.81072367 7 0.04512617 8 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 0.84266

6 0.2590084 4 0.8042857

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.43172 tail t Critical 2.44691 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

P(T<=t) twotail t Critical 2.4469118 two-tail 5 T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

60

61 Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrat Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 0.4137 0.65916 7 0 Variable 2 0.74072891 5 0.58342810 1 7 Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 0.3992278 3 0.4970170 2 7 0

Variable 2 0.80152232 0.84626078 7 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.98

6 -1.8186097

P(T<=t) two- 0.36492 tail T tab t Critical 2.44691 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 0.4888 0.25335 7 0 Variable 2 0.51095704 2 0.37638310 4 7

P(T<=t) two- 0.1188490 tail 1 T tab t Critical 2.4469118 two-tail 5 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak n berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 0.1808057 7 0.0549375 7 7 0

Variable 2 0.21821608 7 0.14704876 4 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.0919

6 -0.3023449

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.92976 tail t Critical 2.44691 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

P(T<=t) two- 0.7725960 tail 9 t Critical 2.4469118 two-tail 5 T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

61

62 Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrit Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 0.0687 0.01013 7 0 Variable 2 0.41082096 1 0.64690636 7 7 Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 0.0400158 1 0.0029107 3 7 0

Variable 2 0.10769396 4 0.02425026 7 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -1.1039

6 -1.0307723

P(T<=t) two- 0.31195 tail T tab t Critical 2.44691 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 0.19155 0.06849 7 0 Variable 2 0.08845699 4 0.01122424 4 7

P(T<=t) two- 0.3423951 tail 1 T tab t Critical 2.4469118 two-tail 5 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak n berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 0.0382853 1 0.0065573 9 7 0

Variable 2 0.04760870 9 0.00284543 8 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 0.9218

6 -0.2297608

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.39219 tail t Critical 2.44691 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

P(T<=t) two- 0.8259100 tail 9 t Critical 2.4469118 two-tail 5 T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak berbeda nyata.

62

63 Lampiran 7. (lanjutan)
pH Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=pH pasang=pH surut H1= pH pasang pH surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 6.57857 0.36785 7 0 Variable 2 6.54 0.37413333 3 7 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=pH pasang=pH surut H1= pH pasang pH surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 6.5728571 4 0.2737904 8 7 0 Variable 2 6.59142857 1 0.22878095 2 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 0.39333

6 -0.2155815

P(T<=t) two- 0.70767 tail T tab t Critical 2.44691 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=pH pasang=pH surut H1= pH pasang pH surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 6.69571 0.44503 7 0 Variable 2 6.70714285 7 0.33409047 6 7

P(T<=t) two- 0.8364556 tail 1 T tab t Critical 2.4469118 two-tail 5 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=pH pasang=pH surut H1= pH pasang pH surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 6.8085714 3 0.5014476 2 7 0

Variable 2 6.91428571 4 0.37399523 8 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.1361

6 -0.7884843

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.89618 tail t Critical 2.44691 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

P(T<=t) two- 0.4604227 tail 5 t Critical 2.4469118 two-tail 5 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

63

64 Lampiran 7. (lanjutan)
TSS Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=TSS pasang=TSS surut H1= TSS pasang TSS surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 23.9714 120.672 7 0 Variable 2 22.4571428 6 157.929523 8 7 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar Ho=TSS pasang=TSS surut H1= TSS pasang TSS surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 35.285714 3 779.23809 5 7 0 Variable 2 24.4857142 9 379.251428 6 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 0.41713

P(T<=t) two- 0.6911 tail T tab t Critical 2.44691 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian permukaan Ho=TSS pasang=TSS surut H1= TSS pasang TSS surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 78.7429 21731.3 7 0 Variable 2 24.1142857 1 106.771428 6 7

1.2114347 6 P(T<=t) two- 0.2712710 tail 6 T tab t Critical 2.4469118 two-tail 5 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut, stasiun payau bagian dasar Ho=TSS pasang=TSS surut H1= TSS pasang TSS surut t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 64 4143.6133 3 7 0 Variable 2 29.2571428 6 179.556190 5 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 0.97072

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.36918 tail t Critical 2.44691 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

1.4720625 5 P(T<=t) two- 0.1914219 tail 9 t Critical 2.4469118 two-tail 5 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

64

65 Lampiran 8.Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample for Means
DO Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=DO pasang tawar permukaan =DO pasang tawar dasar H1=DO pasang tawar permukaan DO pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 1.2745 0.7779 7 0 Variable 2 1.76920005 6 2.08520147 8 7 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang Ho=DO pasang payau permukaan =DO pasang payau dasar H1=DO pasang payau permukaan DO pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 1.77296 7 2.48806 3 7 0 Variable 2 1.07680560 7 1.04356558 7 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.94

6 1.50904

P(T<=t) two- 0.3834 tail T tab t Critical 2.4469 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=DO surut tawar permukaan =DO surut tawar dasar H1=DO surut tawar permukaan DO surut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 1.3726 1.7578 7 0 Variable 2 2.287316622 7.986074897 7

P(T<=t) two- 0.18202 tail 4 T tab t Critical 2.44691 two-tail 2 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 n sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=DO surut payau permukaan =DO surut payau dasar H1=DO surut payau permukaan DO surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 1.63647 4.22360 7 7 0 Variable 2 1.00373809 7 3.09600612 4 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.827

T tab Kesimpula n

P(T<=t) two0.4398 tail t Critical two2.4469 tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpula n

0.60150 6 P(T<=t) two- 0.56951 tail 7 t Critical 2.44691 two-tail 2 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

65

66 Lampiran 8. (lanjutan)
BOD3 Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=BOD3 pasang tawar permukaan =BOD3 pasang tawar dasar H1=BOD3 pasang tawar permukaan BOD3 pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 6.2217 6.29922848 4 Variance 48.752 38.6947510 9 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpulan t Critical two-tail 0 Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saatpasang Ho=BOD3 pasang payau permukaan =BOD3 pasang payau dasar H1=BOD3 pasang payau permukaan BOD3 pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 37.4749 8182.93 3 7 0 Variable 2 3.72885341 4 1.32696449 9 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.138 0.8951 2.4469

T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=BOD3 surut tawar permukaan =BOD3 surut tawar dasar H1=BOD3 surut tawar permukaan BOD3 surut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 5.5932 6.01248039 8 Variance 9.1492 10.0422835 1 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpulan t Critical two-tail 0

0.99032 4 P(T<=t) two- 0.36025 tail 7 T tab t Critical 2.44691 two-tail 2 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 n sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=BOD3 surut payau permukaan =BOD3 surut payau dasar H1=BOD3surut payau permukaan BOD3surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 7.64469 1 26.3789 4 7 0 Variable 2 2.9059778 4.59678832 5 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -1.199 0.2756 2.4469 T tab Kesimpula n

6 2.06389

T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

P(T<=t) two- 0.0846 tail t Critical 2.44691 two-tail 2 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

66

67 Lampiran 8. (lanjutan)
COD Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=COD pasang tawar permukaan =COD pasang tawar dasar H1=COD pasang tawar permukaan COD pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable e1 2 Mean 26.187 32.02 Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 556.35 6 0 535.106 4 6 Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang Ho=COD pasang payau permukaan =COD pasang payau dasar H1=COD pasang payau permukaan COD pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 98.0183 3 28518.0 9 6 0 Variable 2 32.72 515.2544 6

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

5 -2.956

5 1.07586 2 0.33114

P(T<=t) two- 0.0317 tail T tab t Critical 2.5706 two-tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=COD surut tawar permukaan =COD surut tawar dasar H1=COD surut tawar permukaan COD surut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable e1 2 Mean 27.667 44.8 Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat 438.67 6 0 1420.88 6

P(T<=t) twotail T tab t Critical 2.57058 two-tail 2 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=COD surut payau permukaan =COD surut payau dasar H1=COD surut payau permukaan COD surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 26.1666 7 361.766 7 6 0 Variable 2 44.6666666 7 1284.26666 7 6

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

5 -1.33

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two- 0.241 tail t Critical 2.5706 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpulan

1.28900 8 P(T<=t) two- 0.25380 tail 7 t Critical 2.57058 two-tail 2 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

67

68 Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Amonia Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=Amonia pasang tawar permukaan =Amonia pasang tawar dasar H1=Amonia pasang tawar permukaan Amonia pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl e1 1.6681 0.3088 7 0 Variable 2 1.57483483 0.31263052 8 7 Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang Ho=Amonia pasang payau permukaan =Amonia pasang payau dasar H1=Amonia pasang payau permukaan Amonia pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 3.39581 8 37.0976 9 7 0 Variable 2 0.86961241 4 0.24218505 6 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference Df T hit t Stat

6 1.0064

6 2.56721

P(T<=t) two- 0.3531 tail T tab t Critical 2.4469 two-tail Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 n sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=Amonia surut tawar permukaan =Amonia surut tawar dasar H1=Amonia surut tawar permukaan Amoniasurut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 1.3592 1.67732431 2 Variance 0.6819 0.40444736 9 Observations 7 7 Hypothesize d Mean Difference Df T hit t Stat 0

P(T<=t) two- 0.0331 tail T tab t Critical 2.4469 two-tail Kesimpulan T hit > T tab maka tolak H0 sehingga berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=Amoniasurut payau permukaan =Amoniasurut payau dasar H1=Amonia surut payau permukaan Amonia surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 3.39581 8 37.0976 9 7 0 Variable 2 0.86961241 4 0.24218505 6 7

Mean Variance Observations Hypothesize d Mean Difference df T hit t Stat

6 -1.069

T tab Kesimpula n

P(T<=t) two- 0.3263 tail t Critical 2.4469 two-tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpulan

1.07670 6 P(T<=t) two- 0.32298 tail 7 t Critical 2.44691 two-tail 2 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

68

69 Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrat Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=Nitrat pasang tawar permukaan =Nitrat pasang tawar dasar H1=Nitrat pasang tawar permukaan Nitrat pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 0.4137 0.39922782 9 Variance 0.6592 0.49701702 Observations Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab 7 0 7 Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang Ho=Nitrat pasang payau permukaan =Nitrat pasang payau dasar H1=Nitrat pasang payau permukaan Nitrat pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 0.48880 2 0.25335 7 0 Variable 2 0.18080577 1 0.05493756 9 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail

6 0.3052 0.7705

6 1.03671

t Critical two2.4469 tail Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=Nitrat surut tawar permukaan =Nitrat surut tawar dasar H1=Nitrat surut tawar permukaan Nitrat surut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 0.7407 0.80152232 Variance Observations Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpula n 0.5834 7 0 0.84626078 7 7

0.03905 1 T tab t Critical two2.44691 tail 2 Kesimpula T hit < T tab maka tolak H0 sehingga n berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=Nitrat surut payau permukaan =Nitrat surut payau dasar H1=Nitrat surut payau permukaan Nitrat surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 0.51095 7 0.37638 3 7 0 Variable 2 0.21821608 7 0.14704876 4 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpula n

6 -0.34 0.7453

6 1.03671 9 0.0390

t Critical two2.4469 tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

t Critical two2.44691 tail 2 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

69

70 Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrit Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=Nitrit pasang tawar permukaan =Nitrit pasang tawar dasar H1=Nitrit pasang tawar permukaan Nitrit pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 0.0687 0.04001581 2 Variance 0.0101 0.00291073 3 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab 0 Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang Ho=Nitrit pasang payau permukaan =Nitrit pasang payau dasar H1=Nitrit pasang payau permukaan Nitrit pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 0.19154 8 0.06849 1 7 0 Variable 2 0.03828531 1 0.00655738 7 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat

6 0.7713 0.4698

t Critical two2.4469 tail Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=Nitrit surut tawar permukaan = Nitrit surut tawar dasar H1=Nitrit surut tawar permukaan Nitrit surut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 0.4108 0.10769396 4 Variance 0.6469 0.02425026 7 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpula n 0

1.51083 4 P(T<=t) two-tail 0.18157 9 T tab t Critical two2.44691 tail 2 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=Nitrit surut payau permukaan =Nitrit surut payau dasar H1=Nitrit surut payau permukaan Nitrit surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 0.08845 7 0.01122 4 7 0 Variable 2 0.04760870 9 0.00284543 8 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat

6 0.9799 0.365 T tab Kesimpula n

t Critical two2.4469 tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

1.28575 7 P(T<=t) two-tail 0.24591 8 t Critical two2.44691 tail 2 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

70

71 Lampiran 8. (lanjutan)
pH Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=pH pasang tawar permukaan =pH pasang tawar dasar H1=pH pasang tawar permukaan pH pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 6.5786 6.57285714 3 Variance 0.3678 0.27379047 6 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat 0 Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang Ho=pH pasang payau permukaan =pH pasang payau dasar H1=pH pasang payau permukaan pH pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 6.69571 4 0.44502 9 7 0 Variable 2 6.80857142 9 0.50144761 9 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat

6 0.118

P(T<=t) two-tail T tab

0.91

t Critical two2.4469 tail Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=pH surut tawar permukaan =pH surut tawar dasar H1=pH surut tawar permukaan pH surut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variabl Variable 2 e1 Mean 6.54 6.59142857 1 Variance 0.3741 0.22878095 2 Observations 7 7 Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpula n 0

1.04662 5 P(T<=t) two-tail 0.33559 2 T tab t Critical two2.44691 tail 2 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga n tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=pH surut payau permukaan =pH surut payau dasar H1=pH surut payau permukaan pH surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 6.70714 3 0.33409 7 0 Variable 2 6.91428571 4 0.37399523 8 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat P(T<=t) two-tail T tab Kesimpula n

6 -0.737 0.4889

6 -3.42594

t Critical two2.4469 tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

0.01404 1 t Critical two2.44691 tail 2 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

71

72 Lampiran 8. (lanjutan)
TSS Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang Ho=TSS pasang tawar permukaan =TSS pasang tawar dasar H1=TSS pasang tawar permukaan TSS pasang tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 23.971 120.67 7 0 Variable 2 35.28571429 779.2380952 7 Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang Ho=TSSpasang payau permukaan =TSS pasang payau dasar H1=TSS pasang payau permukaan TSS pasang payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 78.74286 21731.26 7 0 Variable 2 64 4143.613333 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat

6 -1.152

6 0.418093

P(T<=t) two0.2932 tail T tab t Critical two2.4469 tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut Ho=TSS surut tawar permukaan =TSS surut tawar dasar H1=TSS surut tawar permukaan TSS surut tawar dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 2 1 Mean 22.457 24.48571429 Variance Observations Hypothesized Mean Difference Df T hit t Stat 157.93 7 0 379.2514286 7

P(T<=t) two0.69043 tail T tab t Critical two2.446912 tail Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut Ho=TSS surut payau permukaan =TSS surut payau dasar H1=TSS surut payau permukaan TSS surut payau dasar t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 24.11429 106.7714 7 0 Variable 2 29.25714286 179.5561905 7

Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df T hit t Stat

6 -0.42

6 0.765976 0.472738

T tab Kesimpulan

P(T<=t) two0.6894 tail t Critical two2.4469 tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

T tab Kesimpulan

P(T<=t) twotail t Critical two2.446912 tail T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

72

73 Lampiran 9. Hasil uji statistik (uji t) stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut t-Test: Paired Two Sample for Means untuk indeks pencemaran STORET (PP RI No.82 tahun 2001) - Stasiun tawar dan payau, saat pasang, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat pasang,dasar
Stasiun Tawar Variable 1 Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df Thit t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail T Tab Kesimpulan -38 8 2 0 1 -1 0,25 6,313752 0,5 Variable 2 -34 8 2 Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail Stasiun Payau Variable 1 -41,5 24,5 2 0 1 -5,8 0,054346706 6,313751514 0,108693411 Variable 2 -27 2 2

t Critical two-tail 12,7062 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

t Critical two-tail 12,70620473 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

- Stasiun tawar dan payau, saat surut, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat surut,dasar
Pasang Mean Variance Observations Hypothesized 0 Mean Difference df 1 t Stat 0 P(T<=t) one-tail 0,5 t Critical one-tail 6,313751514 P(T<=t) two-tail 1 t Critical two-tail 12,70620473 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Variable 1 -36 32 2 Variable 2 -36 0 2 Variable 2 Mean -32 Variance 72 Observations 2 Hypothesized 0 Mean Difference df 1 t Stat -1,8 P(T<=t) one-tail 0,161414467 t Critical one-tail 6,313751514 P(T<=t) two-tail 0,322828934 t Critical two-tail 12,70620473 T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata. Surut Variable 1 -36,5 144,5 2

Thit

T Tab Kesimpulan

73

74 Lampiran 10. Hasil uji statistik (uji t) stasiun payau, saat pasang dan surut, permukaan dengan stasiun payau, saat pasang dan surut,dasar t-Test: Paired Two Sample for Means untuk indeks pencemaran STORET (KEPMEN LH No.51 Tahun 2004,biota laut) - Stasiun payau, saat pasang, permukaan dengan stasiun payau, saat pasang,dasar t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Variable 1 Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat : t hit P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail : t tab Kesimpulan -43 18 2 25 0 2 0,2 0,429986 2,919986 0,859972 4,302653
T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

Variable 2 -44 32 2

- Stasiun payau, saat surut, permukaan dengan stasiun payau, saat surut,dasar t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Variable 1 Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat : t hit P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail : t tB Kesimpulan -41 2 2 17 0 2 -2,66789 0,058229 2,919986 0,116459 4,302653
T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak berbeda nyata.

Variable 2 -30 32 2

74

75 Lampiran 11. Foto stasiun penelitian dan sekitarnya Stasiun Tawar

Stasiun payau

Muara sungai

Beberapa pencemar sungai

75

76 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Madiun, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 05 Februari 1986 hari Rabu Pon dari Bapak Kasman dan Ibu Sulistyowati sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis diawali dari TK ABA Parengan (1991-1992), SD N Pangkatrejo (1992-1999), SLTP N 1 Sekaran (1999-2001), SMU N 2 Lamongan (2001-2004), Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2004 penulis diterima masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif mengikuti organisasi sebagai Staf DPM TPB IPB Bidang Internal (2004), Staf pengurus Himasper Divisi Pendidikan (2005-2006), Ketua Buletin Majalah FKM C, FPIK (2005-2006), Wakil Ketua PSDM UKM FORCES (2005-2006), Koordinator Rumah Tangga Racana Surya Tirta Kencana-Inggita Puspa Kirana UKM PRAMUKA IPB (2005-2006), Ketua Umum Himasper MSP (2006-2007), Ketua Forum UKM IPB I (20072008), Ketua Majelis Pertimbangan UKM FORCES (2008-sekarang), dan Vice President of ASEAN Students Exchange Programme 2008 . Asisten dosen luar biasa yang pernah penulis ikuti, yakni : mata kuliah Dasar-Dasar Limnologi (2006-2007), Avertebrata Air (2007-2008) dan Ikhtiologi Fungsional (2008-2009). Penulis pernah magang di Laboratorium Kualitas Air dan Laboratorium Penyakit Ikan, Balai Besar Air Tawar (BBAT), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Sukabumi, Jawa Barat. Penulis pernah mengikuti kegiatan PKM (Progrm Kreativitas Mahasiswa) sejak tahun 2005-2008 dan lolos didanai oleh Dikti-Depdiknas. Penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

76

Anda mungkin juga menyukai