Struktur anatomi batang bambu mempunyai kaitan erat dengan sifat-sifat fisik dan mekaniknya. Menurut Liese
(1980), bambu memiliki ciri-ciri antara lain pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan
sekunder, batangnya beruas-ruas semua sel yang terdapat pada internodia mengarah pada sumbu aksial,
sedang pada nodia mengarah pada sumbu transversal, dalam internodia tidak ada elemen-elemen radial
(misalnya jari-jari) kulit bagian luar terdiri dari satu lapis epidermis, sedang kulit bagian dalam terbentuk dari
sklerenkim. Struktur melintang ruas ditentukan oleh ikatan pembuluh. Pada bagian tepi, ikatan pembuluh
berukuran kecil dan berjumlah banyak. Pada bagian dalam ikatan pembuluh berukuran besar dan berjumlah
sedikit, secara umum dalam batang jumlah ikatan pembuluh menurun dari pangkal ke ujung dan kerapatannya
meningkat.
Ukuran daun bambu umumnya 4,4-8×5-40cm. Ukuran daun terkecil yaitu pada jenis B.multiplex (1-1,5×5-
10cm) dan yang terbesar adalah pada D.asper (5- 10×5-40cm).
Warna daun bambu umumnya hijau, kecuali pada B.glaucophylla berwarna hijau bergaris putih. Permukaan
atas daun bambu umumnya tidak berbulu kecuali pada G.kuring (berbulu halus). Permukaan bawah daun
bambu yang tidak berbulu terdapat pada jenis B.glaucophylla, B.multiplex, B.tuldoides, B.vulgaris
var.vulgaris, G.atter, G.kuring, G.pseudoarundinacea dan T.siamensis; yang berbulu halus adalah D.asper,
D.giganteus, G.apus, G.atroviolacea, P.bambusoides, S.brachycladum,
S.iraten dan S.silicatum.
Kuping pelepah daun umumnya kecil berukuran 0,1-0,2 cm dengan bentuk menggaris, kecuali pada G.kuring
bentuknya membundar. Kuping pelepah daun yang berbulu kejur terdapat pada jenis B.multiplex, B.tuldoides,
B.vulgaris var.vittata, P.bambusoides, S.brachycladum, S.iraten, dan S.silicatum, sedangkan pada jenis
lainnya tidak berbulu kejur.
Karakter warna daun telah dipakai oleh Widjaja (2001) untuk mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan
takson jenis, sedangkan karakter permukaan atas daun, dan bentuk kuping pelepah daun belum digunakan
sebagai karakter pembeda, padahal kedua karakter inipun dapat digunakan dalam membedakan bambu ke
dalam jenis yang berbeda. Hal ini dapat terlihat dari lima jenis bambu marga Gigantochloa, hanya G.kuring
yang permukaan atas daunnya berbuluh halus dan bentuk kuping pelepah daunnya membulat, jenis
Gigantochloa lainnya memiliki permukaan atas daun yang gundul dan bentuk kuping pelepah daun kecil dan
menggaris.
Panjang ligula pelepah daun umumnya 0,05-1 cm. Ligula dengan pinggiran yang rata terdapat pada
B.glaucophylla, B.tuldoides, B.vulgaris var.vulgaris, B.vulgaris var.vittata, D.asper, G.apus, G.kuring,
G.pseudoarundinacea, S.silicatum, S.iraten dan T.siamensis; dan yang pinggirannya menggerigi yaitu
D.giganteus, G.atter, G.atroviolacea, P.bambusoides dan S.brachycladum; sedangkan pada B.multiplex
ligulanya tidak berkembang. Ligula pelepah daun umumnya tidak berbulu kejur kecuali pada S.silicatum.
Setiap bambu pasti berbunga, hanya saja kapan bunga bambu itu muncul masih merupakan misteri. Tidak diketahui
dengan pasti kapan dia berbunga, pada tahun ke berapa dia berbunga, setiap berapa tahun sekali dan seterusnya.
Beberapa bambu diketahui berbunga sepanjang tahun, Beberapa bambu ditemukan mati setelah berbunga. Beberapa
berbunga di pembibitan. Beberapa bambu berbunga di pot tanaman hias dan lain sebagainya.
Buah bambu
Berbasarkan ukuran dan bentuknya, buah bambu setidaknya terdapat tiga bentuk :
1. Pipih. Buah kecil, seperti buah padi, panjang 10 - 20 mm, diameter 2-3mm. Contoh bambu Dendrocalamus
asper.
2. Lonjong. Buah sedang, lebih besar dari buah padi, panjang 10-20mm, diameter 3-5mm. Contoh Bambu
Rambat Dinochloa matmat.
3. Bulat. Buah besar, seperti buah tanaman lain pada umumnya. Contoh bambu Meloccana baccifera.
IDENTIFIKASI BAMBU
dentifikasi dan klasifikasi spesies bambu bergantung pada observasi dan deskripsi dari semua
bagian bambu. Sangat jarang hanya satu bagian saja dapat digunakan untuk mengenal spesies
bambu sercara langsung. Biasanya identifikasi dengan kombinasi karakteristik yang dapat
menunjukkan spesies bambu secara tepat. Berikut ini adalah karakteristik dan fitur umum yang
dapat digunakan untuk identifikasi bambu:
Rizoma
Panjang dan diameter rizoma: pendek dan tebal, panjang dan tipis.
Sifat rizoma: sebagai penopang batang, merambat di permukaan, atau merambat di bawah
tanah.
Kehadiran mata tunas pada rizoma: Ada atau tidak ada
Posisi Akar: hanya di sekeliling nodes atau acak.
Batang
Jarak antar batang: berdekatan dan membentuk rumpun, atau terpisah dan tidak membentuk
rumpun rapat.
Sifat batang: Tegak lurus, tegak dan melengkung, bersandar, merambat
Ukuran batang: TInggi dan diameter
Kehadiran nodes: menyendiri atau rapat.
Bentuk nodes: Paralel, kecil dibawah dan lebar diatas.
Permukaan nodes: licin, tidak.
Warna nodes: Hijau, hijau terang, hijau dengan garis putih, kuning dengan garis hijau.
Permukaan ruas Kasar, licin, kasar di bawah dan licin semakin ke atas.
Bentuk ruas, bulat, tidak.
Isi ruas (jika berongga): Kosong, berdebu, ada cairan.
Kelopak Batang
Cabang
Posisi cabang: dibagian atas batang saja, diseluruh batang.
Sifat dan panjang cabang: cabang utama, cabang atas atau bawah.
Jumlah cabang: tunggal, dua, tiga.
Tempat muncul cabang: pada garis node, diatas node.
Postur cabang: horizontal, menyudut ke atas, menyudul ke bawah.
Modifikasi: memiliki duri
Daun
Bunga
TIPE PERKECAMBAHAN
Bambu termasuk dalam tipe perkecambahan hipogeal yaitu proses pertumbuhan memanjang dari epikotil biji yang
membuat plumula dari biji tersebut muncul ke permukaan tanah. Sementara, kotiledon dari biji itu tetap berada di dalam
tanah. Pada umumnya, proses perkecambaan hipogeal ini terjadi pada tumbuhan yang berjenis monokotil.
2. Penyiapan bibit Bibit stek batang/cabang yang sudah dipolybag dipilih berumur 4-5 bulan karena
kurang dari 4 bulan bibit mudah mati/tidak tahan di lapangan. Jika batangnya terlalu tinggi, banyak
percabangan, lakukan pangkasan sampai 1 (satu) meter untuk memudahkan pengangkutan dan
menjaga penguapan berlebihan. Tetapi jika harus ditunda, bibit stek batang/cabang/rhizom
disimpan dikumpulkan di tempat teduh dan disiram tiap hari sampai siap di bawa ke lapangan baik
sebagai bahan sulaman atau akan diperbanyak kembali untuk tahun berikutnya.
3. Mengangkut bibit Kegiatan angkut bibit meliputi muat dan susun bibit dalam unit angkutan,
kemudian bongkar di lapangan. Muat dan bongkar bibit harus hati-hati agar tidak rusak/lepas dari
polybag. Jika bibit lepas dari polybag secepatnya dikembalikan ke dalam polybag, disiram dan dijaga
jangan sampai akar-akarnya kering.
4. Ecer bibit Mengecer bibit bambu ditujukan agar tidak ada lubang tanam yang terlewati. Taruhlah
bibit tepat di dekat lubang tanam yang sudah diberi ajir. Hindari menaruh/mengecer bibit dengan
cara dilempar. Setiap lubang tanam di ecer satu bibit
E. Penanaman 1. Waktu tanam Penanaman bambu harus dilakukan pada musim hujan yaitu bulan-
bulan Desember, Januari dan paling lambat bulan Pebruari. Penanaman bibit yang tidak tepat waktu
menyebabkan banyak kematian. 8 2. Penggalian kembali lubang tanam Setelah dikomposkan selama
hampir 2 bulan maka lubang tanam digali kembali. Caranya ajir dicabut, gali tanahnya, kemudian
hasil galian dionggokan di kanan kiri lubang. Setelah itu ajir dipasang kembali sebagai tanda. 3.
Penanaman bibit dari stek batang dan stek cabang Bibit yang sudah diecer segera ditanam. Polybag
dilepas kemudian bibit dimasukan ke dalam lubang tanam. Tetapi untuk menghindari kerusakan
akar-akar bibit, polybag dapat tidak lepas terutama penanaman bulan Pebruari. Urug dengan galian
kemudian padatkan (diinjak) setelah itu disiram air supaya akar-akarnya kontak dengan tanah. Jika
penanaman terpaksa dilakukan pada musim kemarau beri mulsa rerumputan agar kelembaban
tanahnya tetap terjaga. Pasang ajir kembali dan sobekan polybag ditaruh di atasnya sebagai tanda.
4. Penanaman bibit dari stek rhizom Bibit stek rhizom dimasukan dalam lubang tanam dengan posisi
mata tunas menghadap ke atas kemudian diurug tanah galian, dipadatkan, siram air dan pasang
ajirsebagai tanda.
F. Pemeliharaan 1. Penyulaman Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati. Kegiatan
penyulaman tidak dapat ditunda-tunda dan lakukan kontrol setiap bulan. Jika penyulaman dilakukan
berlarut-larut maka pertumbuhan bibit sulaman akan terhambat karena akan tertutupi oleh
tanaman sekitar. Bibit sulaman dapat berasal dari bibit stek batang dalam polybag atau stek rhizom
yang sudah disemaikan terlebih dahulu. 2. Penyiangan Penyiangan dikerajakan dengan mengkoret
rumput sekitar tanaman dan bekas koretan digunakan menaburkan pupuk. Kegiatan penyiangan
dilakukan pada tanaman bambu berumur 1-2 tahun dengan frekuensi 3 kali setahun. yaitu awal ,
tengah dan akhir musim hujan masing-masing bulan Oktober, Desember dan Maret. 3. Babat semak
Bambu industri yang ditanam dengan jarak tanam lebar 8x8 meter dan 6x8 meter jika tidak
dimanfaatkan maka pada umur 1 – 2 tahun tumbuh semak/belukar/alang-alang. Oleh karena itu
harus dibersihkan. Hasil babat semak dapat ditumpuk di tempat-tempat tertentu dan setelah
menjadi kompos dapat ditaruh di sekitar tanam sebagai pupuk
4. Pemangkasan (Prunning) Untuk mendapatkan tegakan rumpun bambu yang rapi, teratur, mudah
melakukan pemeliharaan dan penebangan maka cabang-cabang perlu dipangkas sampai setinggi 2
meter. Kegiatan pemangkasan dilakukan di seluruh batang yang sudah mulai mengeluarkan cabang.
5. Pemupukan Pemupukan pada tanaman bambu yang diusahakan secara intensif ditujukan untuk
memelihara kesuburan tanah sehubungan dengan diangkutnya biomas yang cukup besar (40-60
ton/ha/tahun). Selain itu, pemupukan ditujukan untuk menstimulir tunastunas batang yang terdapat
pada rhizom di dalam tanah dan mempertahankan produktivitas batang/rumpun. Jenis pupuk dapat
menggunakan urea (N) dan TSP dan kompos/pupuk kandang dengan dosis tergantung dari umur
rumpun
G. Penebangan 1. Teknik penebangan Tanaman bambu dipanen pertama kali pada umur 5 tahun
yang dilakukan terhadap batang generasi ketiga. Setelah itu, panen dilakukan setiap tahun terhadap
batang-batang bambu generasi keempat, kelima dan seterusnya. Penebangan dilakukan pada musim
kemarau agar diperoleh kualitas batang yang baik. Batang ditebang pada bagian pangkal (5 – 10 cm)
dengan kapak atau golok dan setelah itu ditarik untuk dipangkas cabang-cabangnya. Selanjutnya
batang dipotong-potong sekitar 4 (empat) meter dari pangkal untuk memudahkan pengangkutan.
Bersamaan dengan kegiatan penjarangan sebenarnya bambu sudah dimulai penebangan pertama.
Batang-batang yang ditebang adalah batang-batang generasi pertama dan kedua. Penebangan
pertama ini sebenarnya produk dari kegiatan pemeliharaan sehingga batang-batang yang ditebang
tergolong masih kecil-kecil. Penebangan kedua, ketiga dan seterusnya akan dilakukan setiap tahun
dan batang-batang yang ditebang adalah batang-batang dari generasi ketiga, keempat dan
seterusnya.
Habitat
Bambu adalah tumbuhan jenis rerumputan yang dapat tumbuh mulai dari dataran rendah di
daerah pesisir dengan ketinggian 0-1 meter diatas permukaan laut hingga di ketinggian
pegunungan himalaya. Dengan sifat tumbuhan rumput yang dimilikinya bambu merupakan
tumbuhan pionir yang dapat tumbuh dilahan yang sulit ditumbuhi oleh jenis tumbuhan lainnya.
Saat ini diketahui ada labih dari 1500 jenis bambu di seluruh dunia yang sudah dinamai. Jumlah
ini dapat saja terus bertambah dengan semakin banyaknya consern, penelitan dan perhatian
terhadap bambu.
Kandungan kimia
Komponen Kandungan ( % ) Selulosa 42.4 – 53.6 Lignin 19.8 – 26.6 Pentosan 1.24 – 3.77 Zat
ekstraktif 4.5 – 9.9 Air 15 – 20 Abu 1.24 – 3.77 SiO2 0.10 – 1.78