Oleh
YAWAN ARIANTO
181148201061
Oleh
YAWAN ARIANTO
181148201051
Menyetujui
Tim Pembimbing
Februari 2022
Pembimbing I Pembimbing II
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul
“EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa),
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA MENCIT JANTAN
PUTIH "
Penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dirgahayu
Samarinda.
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada:
1. Ibu Ns. Vinsensia Tetty, M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Dirgahayu Samarinda
2. Ibu apt. Liniati Geografi, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S-1 Farmasi
3. Ibu Sister Sianturi, S.Si., M.Si. dan apt.Wiwi Erwina, M.P.H., selaku Dosen
pembimbing I dan pemimbing II
4. Bapak apt. Habel Roy Sulo,M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
5. Dosen Penguji yang memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini
6. Seluruh staf dosen, staf administrasi serta karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Dirgahayu Samarinda
7. Serta sahabat-sahabat angkatan 2018 yang telah memberikan inspirasi dan
kegembiraan selama penulis kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dirgahayu
Samarinda.
Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan karena
pengetahuan yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini akan memberikan manfaat bagi
penulis sendiri dan juga bagi pihak lain yang berkepentingan.
Samarinda 12 Oktober 2022
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
2.Variabel penelitian..............................................................................28
3.pembuatan ekstrak etanol karamuntin ..............................................28
vi
BAB I
PENDAHULU
1.1 Latar Belakang Masalah
Asam urat disebut juga artritis gout termasuk suatu penyakit
degeneratif yang menyerang persendian dan paling sering dijumpai di
masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia) (Syaifudin, 2015).
Asam urat termasuk salah satu bagian yang normal dari darah dan urin
melalui peroses pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan makanan
tertentu yang diproduksi oleh tubuh. Asam urat ini dibawa ke ginjal
melalui aliran darah untuk dikeluarkan bersama urin. Jika terjadi gangguan
eliminasi asam urat melalui ginjal yang disebabkan menurunnya sekresi
asam urat kedalam tubuli ginjal menyebabkan terjadi peningkatan kadar
asam urat dalam darah yang disebut hiperurisemia (Ningtiyas &
Ramadhian, 2016).
Salah satu tanaman yang diduga berkhasiat mengatasi penyakit asam
urat dengan cara menurunkan kadar asam urat dalam darah adalah ekstrak
daun karamuting (Rhodomyrtus tomentosa). Berdasarkan pengalaman
empiris biasanya menggunakan daun karamuting sebagai antioksidan, anti
diabetes, anti inflamasi, meencegah pendarahan, mencegagah diare, dan
anti kanker.
Penelitian tentang kandungan dan aktivitas biologis buah karamunting
sudah banyak dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa
buah mengandung banyak senyawa senyawa fenolik, antara lain senyawa
senyawa antosianin dan flavonoid. Kedua kelompok senyawa ini dikenal
berperan penting dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit
degeneratif termasuk penyakit-penyakit kardiovaskuler. Ada 19 senyawa
fenolik dalam buah karamunting yang telah diidentifikasi, di antaranya
golongan stilbena dan ellagitannin sebagai senyawa fenolik utama, diikuti
oleh senyawa-senyawa turunan antosianin, turunan flavonol, dan asam
galat. Di antara senyawa senyawa fenolik tersebut, yang paling dominan
dan merupakan senyawa polifenol utama di dalam buah karamunting
1
adalah piceatannol(Sinaga Sri & Rahayu, 2019).
Selain itu penelitian pernah dilakukan oleh Zulita et al., 2018 dengan
menggunakan daun karamunting sebagai anti bakteri yaitu pada
konsentrasi 80% menghambat bakteri Shigella sp. dan Staphyllococcus
aureus.Penelitian lain yaitu sebagai analgesik antipiretik pada mencit
dengan dosis efektif 200 mg/kg bb sebagi analgetik dan antipiretik dosis
400 mg/kg bb.
Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak
etanol daun karamuting untuk menurunkan kadar asam urat darah mencit
jantan putih. Adapun dosis ekstrak etanol daun karamunting yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu 200 mg/gr BB, 400 mg/gr BB, dan
800 mg/gr BB mengacu pada penelitian Tian Wida EHZ, dkk (2021) yang
melakukan uji efektivitas ekstrak etanol daun karamunting terhadap kadar
kolestrol tikus jantan.
2
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perbedaan aktivitas antihiperurisemia pada
ketiga dosis (200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB, dan 800 mg/kg BB) ekstrak
daun karamuting pada mencit jantan putih hiperurisemia,
2. Untuk mengetahui efektivitas antihiperurisemia ekstrak etanol daun
karamuting pada mencit jantan hiperurisemia jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif.
1.4. Hipotesis
Ekstrak etanol daun karamuting (Rhodomyrtus tomentosa)
memiliki efektivitas dalam menurunkan kadar asam urat
darah mencit jantan putih hiperurisemia.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Daun Karamuting (Rhodomyrtus tomentosa)
Gambar 1. Pohon karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) (Sinaga Sri & Rahayu, 2019).
4
Gambar 2. Daun karamunting (Sinaga Sri & Rahayu, 2019).
5
Gambar 4. Buah karamunting (Sinaga Sri & Rahayu,
2019).
6
2.1.3 Penelitian Sebelumnya
Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan potensi dari tanaman
karamunnting yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. penelitian sebelumnya terkait potensi daun karamunting
(Rhodomyrtusy)
No Aktivitas Bahan bioaktif Pustaka HASIL PENELITIAN
. biologis
Ekstrak kaya Wu et al. Menunjukkan bahwa ekstrak buah
flavonoid dari buah (2015) karamunting kaya flavonoid ini
karamunting memiliki daya antioksidan yang
kuat, hampir setara dengan asam
1 Antioksidan askorbat atau vitamin C dan dapat
meningkatkan aktivitas SOD
(sulfoksida dismutase) dan GSH-
Px (glutation), serta menurunkan
kadar MDA (malondialdehida)
dalam serum mencit.
7
aktivitas enzim SOD (superoksida
dismutase), CAT (katalase), dan
glutation peroksidase di dalam
darah, jaringan hati dan ginjal.
8
al. (2012); baik ekstrak etanol karamunting
maupun rhodomyrton efektif
terhadap bakteri
Propionibacterium acnes. Karena
baik ekstrak etanol daun
karamunting maupun
rhodomyrton masing-masing
menunjukkan toksisitas yang
rendah terhadap sel-sel kulit,
maka para peneliti menyarankan
kedua bahan dan zat ini untuk
dikembangkan lebih lanjut
menjadi obat jerawat.
9
Ekstrak etanol daun Voravuthikunchai et Menghasilkan zona
karamunting al. (2010) hambat yang besar (10,0
samai dengan 18 mm),
bahkan ekstrak dapat
menghambat
pertumbuhan sel dan
endosporanya. Ini
menunjukkan potensi
ekstrak metanol daun
karamunting sebagai
pengawet makanan.
10
inflamasi atau radang,
yaitu NO and PGE2
pada sel-sel RAW264.7
yang diaktivasi dengan
lipopolisakarida dan sel-
sel makrofag peritoneal,
dan aktivitasnya
dipengaruhi oleh dosis
yang diberikan.
11
(apoptotic bodies) pada
sel-sel A431. Dari hasil
penelitian ini
disimpulkan bahwa
apoptosis yang diinduksi
oleh rhodomyrton
berlangsung melalui
aktivasi kaspase-7 dan
polymerase cleavage
poli (ADP-ribosa).
Ekstrak etil asetat Abd Hamid et al.(2017) Ekstrak etil asetat akar
akar karamunting karamunting
menunjukkan aktivitas
antiproliveratif yang
kuat terhadap berbagai
jenis sel kanker, antara
lain sel HepG2 (IC50 =
11,47±0,280 μg/mL),
MCF-7 (IC50 =
2,68±0,529 μg/mL), dan
HT29 (IC50 =
16,18±0,538 μg/mL)
setelah perlakuan
selama 72 jam.
12
ultra-violet.
13
(Ferric-reducing antioxidant power) assay menunjukkan bahwa
ekstrak buah karamunting kaya flavonoid ini memiliki daya
antioksidan yang kuat, hampir setara dengan asam askorbat atau
vitamin C.
Nilai EC50 daya antioksidan ekstrak dengan metode DPPH
sebesar 10,97±0,18 ug/ml hanya sedikit lebih rendah
dibandingkan asam askorbat dengan nilai EC50 sebesar
8,03±0,11 ug/ml. Dalam penelitian ini juga dibuktikan bahwa
pemberian ekstrak buah karamunting kaya flavonoid dalam dosis
5, 25, 125 mg/kg bb selama tiga hari berturut-turut terhadap
mencit Kunming jantan umur 8 minggu dengan berat 20 ± 2 g,
ternyata dapat meningkatkan aktivitas SOD (sulfoksida
dismutase) dan GSH-Px (glutation), serta menurunkan kadar
MDA (malondialdehida) dalam serum mencit (Wu et al., 2015).
Maskam et al (2014) mengungkapkan bahwa ekstrak metanol
buah karamunting menunjukkan daya antioksidan tertinggi
dibandingkan dengan ekstrak air, ekstrak kloroform, dan ekstrak
petroleum eter, baik pada uji antioksidan menggunakan metode
DPPH, FRAP, maupun metal chelating assay.
Pada uji antioksidan dengan metode DPPH ekstrak metanol
menunjukkan nilai IC50 sebesar 107 μg/ml sedangkan nilai IC50
ekstrak air buah karamunting sebesar 154 ug/ml, pada uji
antioksidan dengan metode FRAP kapasitas antioksidan sebesar
0,162 nm ditunjukkan oleh ekstrak konsentrasi 500μg/ml,
sedangkan pada uji antioksidan dengan metode Metal Chelating
Assay kemampuan antioksidan 36% 47 ditunjukkan oleh ekstrak
konsentrasi 100μg/ml (Maskam et al., 2014).
Senyawa-senyawa antosianin yang diekstrak dari buah
karamunting yang sudah dikeringkan menunjukkan daya
antioksidan yang signifikan. Pengujian daya antioksidan in vitro
dengan metode DPPH, ABTS radical-scavenging activities, dan
uji kapasitas absorbans radikal oksigen atau oxygen radical
14
absorbance capacity tests (dalam μmol trolox ekuivalen/mg)
menunjukkan bahwa senyawa-senyawa antosianin ini memiliki
daya antioksidan yang lebih kuat dibandingkan vitamin C atau
asam askorbat (Cui et al., 2013).
Ekstrak aseton daun karamunting menunjukkan daya
antioksidan, baik secara in vitro maupun in vivo. Lavanya et al.
(2012) membuktikan bahwa ekstrak aseton daun karamunting
secara signifikan dapat menghambat pembentukan lipid
peroksidase dengan kapasitas penghambatan sebesar 0,93 mM
asam gallat pada 100 μg/mL. Ekstrak aseton daun karamunting
juga menunjukkan daya antioksidan yang kuat pada pengujian
dengan metode FRAP, 2,7 kali lebih kuat dibandingkan dengan
asam gallat dan 3 kali lebih kuat dibandingkan dengan asam
ellagat. Ekstrak aseton daun karamunting juga menunjukkan
aktivitas pengkelat (chelating activity) yang baik terhadap ion
ferro secara in vitro. Pemberian ekstrak aseton daun karamunting
dosis 0,2; 0.,4; dan 0,8 g/kg bb selama 14 hari pada mencit putih
Swiss yang dihepatoksikasi dengan karbon tetraklorida
menunjukkan daya hepatoprotektif yang kuat, yang ditunjukkan
dengan penurunan aktivitas enzim SOD (superoksida dismutase),
CAT (katalase), dan glutation peroksidase di dalam darah,
jaringan hati dan ginjal (Lavanya et al., 2012).
2.1.5 Aktivitas Antibakteri
Salah satu kandungan fitokimia dalam buah, daun, dan akar
karamunting adalah rhodomyrton, sebuah senyawa
asilfloroglusinol yang merupakan antibiotika alami untuk infeksi
Staphylococcal cutaneus. Rhodomyrton telah dibuktikan secara
in vitro memiliki aktivitas antibakteri yang luas terhadap bakteri-
bakteri Gram-positive, termasuk strain yang resisten terhadap
antibiotika konvensional (Limsuwan et al., 2011).
Ekstrak etanol kasar karamunting juga menunjukkan daya
antibakteri yang kuat terhadap bakteri-bakteri Gram-positive,
15
termasuk Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Enterococcus
faecalis, Staphylococcus aureus, methicillin- resistant S. aureus,
Staphylococcus epidermidis, Streptococcus gordonii,
Streptococcus mutans, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus
pyogenes, dan Streptococcus salivarius (Limsuwan et al., 2009).
Daya antibakteri rhodomyrton bahkan lebih kuat dibandingkan
dengan vancomisin. Daya hambat minimum atau minimum
inhibitory concentration (MIC) rhodomyrton 2-3 kali lebih
rendah dibandingkan dengan vancomisin, dan konsentrasi bunuh
minimum atau konsentrasi bakterisidal minimumnya 160-320
kali lebih rendah dibandingkan vancomisin. Penelitian lanjutan
yang dilakukan menunjukkan bahwa efek antibakteri
rhodomyrton terhadap bakteri pathogen S. pyogenes disebabkan
oleh penghambatan toksin S. pyogenes melalui gangguan
terhadap jalur metabolism bakteri tersebut. Rhodomyrton
memiliki aktivitas anti-infeksi yang baik sebab ia menghambat
ekspresi protein pengikat fibronektin (fibronectin-binding
protein) dari S. pyogenes, yaitu gliseraldehida-3-fosfat
dehydrogenase, yang menyebabkan S. pyogenes tidak dapat
melekat pada permukaan mukosa atau selsel mamalia
(Limsuwan, 2011).
Hasil penelitian lain mengungkapkan bahwa rhodomyrton sangat
efektif terhadap S. aureus, dengan MIC sebesar 0,5 ug/ml,
sangat dekat dengan MIC dari vancomisin (Saising et al., 2008).
Penelitian yang sama mengamati aktivitas antibakteri ekstrak
etanol R. tomentosa terhadap bakteri Staphylococcus yang
diisolasi dari jerawat, dan hasilnya menunjukkan bahwa
rhodomyrton efektif terhadap semua bakteri Staphylococcus baik
yang koagulase-positif maupun koagulase-negatif. Berdasarkan
penelitian mereka sebelumnya, kelompok peneliti ini melakukan
uji aktibakteri ekstrak etanol daun karamunting dan rhodomyrton
terhadap Propionibacterium acnes.
16
Hasilnya menunjukkan bahwa baik ekstrak etanol karamunting
maupun rhodomyrton efektif terhadap bakteri Propionibacterium
acnes. Karena baik ekstrak etanol daun karamunting maupun
rhodomyrton masing-masing menunjukkan toksisitas yang
rendah terhadap sel-sel kulit, maka para peneliti menyarankan
kedua bahan dan zat ini untuk dikembangkan lebih lanjut
menjadi obat jerawat (Saising et al., 2012).
Voravuthikunchai et al. (2010) menguji daya antibakteri ekstrak
etanol daun karamunting terhadap 65 sampel B. cereus yang
diisolasi dari makanan, dan ternyata menghasilkan zona hambat
yang besar (10,0 samai dengan 18 mm), bahkan ekstrak dapat
menghambat pertumbuhan sel dan endosporanya. Ini
menunjukkan potensi ekstrak metanol daun karamunting sebagai
pengawet makanan.
Penelitian daya antibakteri ekstrak metanol daun karamunting
dan zat murni rhodomyrton juga dilakukan terhadap 47 isolat
klinis S. pyogenes yang diperoleh dari pasien tinsilitis atau
fatingitis. Baik ekstrak metanol daun karamunting maupun zat
murni rhodomyrton menunjukkan daya antibakteri yang kuat
terhadap ke 47 isolat tersebut dan 14 isolat klinis lainnya
(Limsuwan et al., 2012).
Rhodomyrton juga menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat
terhadap bakteri-bakteri yang membentuk kapsul (capsulated
bacteria) dan bakteri-bakteri yang membentuk biofilm (biofilm-
forming bacteria), termasuk S. epidermidis ATCC 35984
(biofilmpositive) and Streptococcus pneumonia (capsule-
positive), dan diperkirakan rhodomyrton memiliki efek yang
signifikan terhadap pembentukan biofilm dan kelangsungan
hidup bakteri yang berada di dalam biofilm tersebut. Dengan
demikian rhodomyrton juga diperkirakan akan dapat
dikembangkan menjadi antibiotika atau anti-infeksi untuk
pengobatan infeksi staphylococcus yang membentuk biofilm
17
(Saising et al., 2011).
Rhodomyrton yang diisolasi dari ekstrak etilasetat daun
karamunting menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat
terhadap Escherichia coli dan S. aureus (Salni et al., 2002).
Saureus dinkubasi dengan rhodomyrton 0,5 x MIC (0,25 ug/ml)
untuk menguji kerentanan bakteri yang telah diperlakukan
dengan rhodomyrton dan yang tidak. Setelah itu bakteri diberi
perlakuan dengan senyawa oksidan (H2O2) berbagai
konsentrasi. Ternyata bakteri-bakteri normal yang tidak diberi
perlakuan rhodomyrton memiliki kemampuan hidup yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang diberi perlakuan, sebagai
akibat berkurangnya pigmentasi setelah bakteri dinkubasikan
dengan rhodomyrton. Para peneliti ini juga mengindikasikan
bahwa mekanisme kerja antibakteri rhodomyrton bukan melalui
pengaruhnya terhadap membran sel yang kemudian akan
mengakibatkan lisisnya sel bakteri, sebab rhodomyrton tidak
menunjukkan efek yang signifikan terhadap kedua hal tersebut
(Leejae et al., 2013).
Fahmi et al. (2012) menguji aktivitas rhodomyrton yang
diisolasi dari ekstrak daun karamunting dalam bentuk krim
sediaan topikal rhodomyrtone 2% dalam vanishing cream. Uji
secara in vitro menggunakan Staphylococcus aureus ATTC 6538
dan Staphylococcus epidermidis 12228 sebagai bakteri uji,
sedangkan secara uji secara in vivo dilakukan terhadap kulit
kelinci yang telah diinfeksi dengan Staphylococcus aureus.
Kedua uji ini menggunakan krim kloromfenikol 2% sebagai
pembanding. Krim sediaan topikal rhodomyrtone 2% dengan
basis vanishing cream memberikan diameter hambatan berturut-
turut 15 mm dan 26 mm terhadap Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis. Daya hambat ini lebih rendah
dibanding sediaan krim kloromfenikol 2% yang memberikan
diameter hambatan 30 mm dan 32 mm, masingmasing untuk
18
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada
kondisi yang sama. Selanjutnya uji secara in vivo menunjukkan
bahwa krim sediaan topikal rhodomyrtone 51 2% dapat
mengurangi infeksi kulit dan tidak menimbulkan iritasi pada
kelinci percobaan.
2.1.6 Aktivitas Antifungi
19
2.1.8 Aktivitas Antikanker
Beberapa senyawa yang sudah berhasil diisolasi dari tumbuhan
karamunting sudah dibuktikan memiliki aktivitas antikanker
yang cukup signifikan, antara lain rhodomyrton dan piceatannol.
Rhodomyrton yang diisolasi dari daun karamunting telah
dibuktikan dapat menghambat proliferasi dan menginduksi
apoptosis sel-sel keratinosit HaCaT. Persentase aktivitas
antiproliferasi rhodomyrton terhadap sel-sel HaCaT pada
konsentrasi 2-32 ug/ml setelah 24, 48, dan 72 jam berturutturut
adalah 13,62-61,61%, 50,59-80,16%, dan 61,82-85,34%. Sel-sel
keratinosit HaCaT yang diberi perlakuan rhodomyrton
menunjukkan kondensasi kromatin dan fragmentasi nucleus
ketika diberi pewarnaan Hoechst 33342. Hal ini mengindikasikan
bahwa rhodomyrton dapat menginduksi apoptosis sel-sel
keratinosit tersebut. Analisis flow cytometric menunjukkan
bahwa persentase apoptosis sel-sel keratinosit meningkat setelah
diberi perlakuan rhodomyrton konsentrasi 2-32 ug/ml, masing-
masing sebesar 1,2-10%, 8,2-35,4%, dan 21,0-77,8%
dibandingkan kontrol setelah 24, 48, dan 72 jam (Chorachoo et
al., 2016).
Tayeh et al. (2018) juga telah membuktikan efek sitotoksik dan
antiproliferatif rhodomyrton terhadap sel-sel karsinoma
epidermoid manusia A431 menggunakan metode MTT.
Perubahan morfologi sel dan sel-sel apoptotik setelah diberi
perlakuan dengan rhodomyrton diamati dengan pewarnaan
Hoechst 33342. Analisis flow cytometry dan western blotting
dilakukan untuk mendeteksi siklus sel dan induksi apoptosis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rhodomyrton dapat
menghambat proliferasi sel-sel A431 dengan IC50 sebesar
8,04±0,11 µg/ml. Rhodomyrton juga meningkatkan kondensasi
kromatin, fragmentasi nucleus dan benda-benda apoptosis
(apoptotic bodies) pada sel-sel A431. Dari hasil penelitian ini
20
disimpulkan bahwa apoptosis yang diinduksi oleh rhodomyrton
berlangsung melalui aktivasi kaspase-7 dan polymerase cleavage
poli (ADP-ribosa).
Analisis flow cytometri mengungkapkan bahwa rhodomyrton
menginduksi penghentian siklus sel pada fase G1. Lebih jauh
lagi dapat dibuktikan bahwa rhodomyrton pada konsentrasi non-
toksik, secara nyata menghambat migrasi sel-sel A431 dan
penghambatan bersifat dose-dependent dan time-dependent.
(Tayeh et al., 2018).
Sebelumnya, Tayeh et al. (2017) juga telah membuktikan bahwa
rhodomyrton memiliki aktivitas antimetastasis terhadap sel-sel
karsinoma epidermoid A431. Pada konsentrasi subsitotoksik,
yaitu 0,5 dan 1,5 ug/ml rhodomyrton terbukti dapat menghambat
metastasis kanker dengan jalan mereduksi migrasi sel,
kemampuan adhesif sel dan invasi sel-sel A431. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rhodomyrton dapat menghambat FK (focal
adhesion kinase) dan fosforilasi protein kinase B (AKT), c-Raf,
extracellular signal-regulated kinase 1/2 (ERK1/2), dan p38
MAPK yang terlibat dalam downregulation aktivitas enzim dan
ekspresi protein dari matrix metalloproteinase-2 (MMP-2) dan
MMP-9. Rhodomyrton juga dibuktikan dapat meningkatkan
ekspresi TIMP-1 dan TIMP-2, yaitu inhibitor-inhibitor MMP-9
dan MMP2.
Rhodomyrton juga menghambat ekspresi dan fosforilasi NFκB.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesan bahwa rhodomyrton
menghambat metastasis sel-sel A431 dengan jalan mereduksi
aktivitas dan ekspresi MMp-2 dan MMP-9 melalui
pemghambatan jalur signaling ERK1/2, p38 dan FAK/Akt via
aktivitas NF-κB. Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rhodomyrton berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat
kanker dan antimetastatic agent untuk kanker kulit pada manusia
(Tayeh et al., 2017).
21
Tomentodione M (TTM) sebuah senyawa monoterpen
terkonjugasi asam sinkarpat (syncarpic acid-conjugated
monoterpene) juga terbukti dapat membalikkan proses multidrug
resistance (MDR) pada sel-sel kanker. Sebagaimana diketahui,
MDR adalah salah satu proses dimana sel-sel kanker dapat
“beradaptasi” dengan obat-obat kanker, yang menyebabkan
gagalnya pengobatan kanker.
Zou et al. (2017) membuktikan bahwa tomentodione M dapat
meningkatkan sitotoksisitas obat-obat kemoterapetik seperti
docetaxel dan doxorubicin terhadap sel-sel kanker MCF-7/MDR
dan K562/MDR, dan efek ini bersifat dose-dependent dan time-
dependent. Tomentodione M mereduksi pembentukan koloni dan
meningkatkan apoptosis sel-sel MCF-7/MDR dan K562/MDR
yang diberi perlakuan docetasel. Tomentodione M juga
meningkatkan akumulasi intraseluler doxorubicin dan rhodamin
123 dalam sel-sel kanker dengan jalan mereduksi efflux yang
dimediasi oleh P-gp. Tomentodione M menekan ekspresi, baik
mRNA maupun protein P-gp, dengan jalan menghambat
signaling p38 MAPK. Aktivitas tomentodione M ini serupa
dengan aktivitas inhibitor p38 MAPK, SB203580, yang bekerja
membalikkan MDR dalam sel-sel kanker melalui penekanan
ekspresi P-gp. Sebaliknya, sel-sel kanker MCF-7 dan K562 yang
overexpressing p38 MAPK (p38 MAPKoverexpressing MCF-7
and K562 cells) menunjukkan ekspresi P-gp yang lebih tinggi
dibandingkan kontrol. Dari hasil peneitian dapat disimpulkan
bahwa tomentodione M dapat membalikkan proses multi-drug
resistance (MDR) pada sel-sel kanker dengan jalan menekan
ekspresi P-gp melalui penghambatan signaling p38 MAPK (Zou
et al., 2017).
Di samping senyawa-senyawa bioaktif murni yang diisolasi dari
buah dan daun karamunting, ekstrak dari berbagai bagian
tumbuhan karamunting juga telah dibuktikan memiliki aktivitas
22
antikanker. Ekstrak etil asetat akar karamunting menunjukkan
aktivitas antiproliveratif yang kuat terhadap berbagai jenis sel
kanker, antara lain sel HepG2 (IC50 = 11,47±0,280 μg/mL),
MCF-7 (IC50 = 2,68±0,529 μg/mL), dan HT29 (IC50 =
16,18±0,538 μg/mL) setelah perlakuan selama 72 jam (Abd
Hamid et al., 2017).
23
2.1.10 Aktivitas osteogenik
Senyawa glikosida antrasena yang diisolasi dari bagian di atas
tanah (aerial parts) tumbuhan karamunting dan ditentukan
strukturnya oleh Tung et al. (2009), yaitu 4,8,9,10- tetrahydroxy-
2,3,7-trimethoxyanthracene-6-O-β-Dglucopyranoside dan
2,4,7,8,9,10-hexahydroxy-3-methoxyanthracene-6-O-α-L-
rhamnopyranoside, secara signifikan dapat meningkatkan
aktivitas alkalin fosfatase, sintesis kolagen, dan mineralisasi
nodul sel-sel osteoblastik MC3T3-E1 dibandingkan dengan
control. Diferensiasi sel-sel osteoblast adalah tahap yang penting
dalam proses pembentukan tulang.
24
diisolasi antara lain senyawa golongan flavon glikosida seperti
myrisetin-3-O-α-L-rhamnoshida dan golongan ellagitannin seperti
2,3-heksahidrosksidifenilD-glukosa (Sinata & Arifin, 2016).
Batang dan rantingnya mengandung senyawa flavonoid dan
terpenoid. Senyawa flavonoid diketahui mampu menginduksi
terjadinya apoptosis. Apoptosis adalah kematian sel terprogram dan
berperan penting dalam penghambat kanker (Juniar & Hairil
Alimuddin, 2017).
25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2023 sampai Maret 2023
Tempat penelitian adalah di Laboratorium Farmakologi Program Studi
Farmasi STIKES Dirgahayu Samarinda. Laboratorium Fitokimia untuk
pembuatan ekstrak etanol dan skrining fitokimia dau karamunting.
Determinasi daun karamunting dilakukan di “Herbarium Mulawarman”,
Laboratorium Ekologi dan Konservasi Biodeversitas Hutan Tropis
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda.
26
2009). Berikut perhitungan yang digunakan dalam penelitian.
(t-1)(n-1) ≥ 15
(6-1)(n-1) ≥ 15
5(n-1) ≥ 15
n≥4
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang
mencit, Microlab 300, perkolator (Pyrex), rotary evaporator
(Heidolph), corong buchner (Pyrex), neraca analitik digital
(Ohaus), oven, cawan, blender, spatula, pinset, hot plate
(Barnstead), seperangkat alat gelas (Pyrex), jarum sonde,
spuit dengan jarum suntik (Terumo), kertas saring, pipa
kapiler hematokrit, mikrosentrifuge (eppendorf), mikropipet,
mikrotip, sentrifuge (Hermle), masker, vial, ayakan no 40,
timbang, blender, shaker,rotary vacuum evaporator, beaker
glass, erlenmeyer, petri disk, tabung reaksi, alumunium foil,
kapas, laminar flow, kaca perata dan desikator.
27
Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun Karamuting
(Rhodomyrtus tomentosa),CMC Na 1% (Brataco), allopurinol
(Kalbe Farma), kalium oksonat (Sigma Aldrich), hati ayam,
melinjo, dan pereaksi kit untuk pengukuran asam urat
(Fluitest® UA). Bahan untuk uji fitokimia yaitu : etanol 70%
seagai pelarut, NaOH, Pb asetat, asam asetat, reagen
Dragendroff, reagen Meyer, asam sulfat pekat, FeCl 3%,
gelatin 1%.
2. Variabel Penelitian
28
dicuci, diangin-anginkan pada suhu kamar dan dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 40°C selama 24 jam sampai didapatkan daun kering.
Daun kering kemudian dihaluskan lalu diayak dengan ayakan mesh no
40 dan ditimbang. Setiap 250 g serbuk daun karamunting dimaserasi
dengan 6000 ml etanol 70% selama 5 hari. Maserat kemudian
diendapkan semalam kemudian dipisahkan dari residu dan dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sampai diperoleh
ekstrak kental etanol. Sebelum dilakukan percobaan hewan uji
dipuasakan selama 3 jam tetapi tetap diberi air minum.
29
Terbentuknya endapan kuning menunjukkan adanya alkaloid
(Tiwari et al., 2011).
4.3 Uji Tanin
4.3.1 Uji Besi (III) Klorida:
Sampel (100 mg) dilarutkan dalam 10 mL pelarut. Sampel
disaring, filtrat (2 mL) ditambah dengan 1 mL FeCl3 3%.
Adanya endapan hijau kehitaman menandakan adanya tanin
(Koleva, et al., 2002).
4.3.2 Uji Gelatin:
Sampel (100 mg) dilarutkan dalam 10 mL pelarut. Sampel
disaring, filtrat (2 mL) ditambah dengan 2 mL larutan gelatin
1% yang mengandung NaCl. Jika terbentuk endapan putih
menunjukkan adanya tanin (Tiwari et al., 2011).
4.4 Uji Saponin
4.4.1 Metode Froth:
Sampel (100 mg) dilarutkan dalam 10 mL air dan disaring.
Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dikocok.
Terdapatnya busa yang stabil menunjukkan adanya saponin
(Tiwari et al., 2011)
30
Salkowski’s Test: 50 mg sampel diekstraksi dengan
kloroform kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat, lalu dikocok.
Jika campuran berwarna kuning menunjukkan adanya
triterpen (Tiwari et al., 2011).
31
Dosis Mencit = Dosis manusia x 0,0026g
2. Dosis jus hati ayam yang diberikan 0,5mL/20g BB. Makanan ini
dibuat dengan cara menghaluskan hati ayam yang sudah direbus
dalam air suling dengan perbandingan 1:3 Sebanyak 2 kali sehari tiap
pagi dan sore hari dengan volume pemberian 3 mL. (Masruroh,
2016).
32
Memberikan pakan standard dan air
.
Dosis jus hati ayam yang diberikan secara per oral pada
hewan uji untuk menginduksi hiperurisemia adalah 0,5 ml/20kg BB.
Hati ayam ditimbang sebanyak 5 gram, kemudian dibuat jus
menggunakan air sebanyak 15 ml. Perbandingan antara berat hati
ayam dengan air adalah 1 : 3. Sebanyak 2 kali sehari tiap pagi dan
33
sore hari dengan volume pemberian 3 mL. (Masruroh, 2016)..
34
Kelompok III (kontrol positif) : mencit diinduksi dengan kalium
oksanat, jus hati ayam dan emping melinjo selama 12 hari lalu
diberikan suspensi allopurinol 10 mg/kg BB secara per oral selama
12 hari.
35
darah untuk mengetahui penurunan masingmasing dosis ekstrak
selama perlakuan, lalu dibandingkan dengan kontrol positif dan
kontrol negative (Masruroh, 2016).
14. Pengambilan Darah
Keterangan: Kadar (p)= kadar asam urat darah kelompok uji; Kadar
(-)= kadar asam urat darah kelompok kontrol negative. Pengukuran
ini berdasarkan penentuan perubahan arus yang disebabkan oleh
reaksi asam urat dengan reagen pada elektroda dari strip tersebut.
Ketika sampel darah menyentuh area target sampel dari strip, darah
secara otomatis ditarik ke zona reaksi dari strip. Hasil tes akan
ditampilkan pada layar setelahh 20 detik (Bioptik technologi Inc).
36
diperoleh terdistribusi normal dan homogen, sehingga dianalisis
menggunakan uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji
LSD (Least Significant Difference) untuk melihat hasil yang
berbeda signifikan. Hasil uji One Way Anova dan LSD urikase
Allantoin + H2O2 + CO2 POD 2 H2O2 + H+ + DHBSA +
Aminoantipirin Kuinondiimin + 4 H2O Asam urat + O2 + H2O
menunjukkan nilai yang signifikan bila diperoleh nilai p<0,05
dengan tingkat kepercayaan 95% (Masruroh, 2016).
37
DAFTAR PUSTAKA
Abd Hamid, H.; Mutazah, R.; Yusoff, M.M.; Abd Karim, N.A.; Abdull Razis, A.F. Comparative
analysis of antioxidant and antiproliferative activities of Rhodomyrtus tomentosa extracts
prepared with various solvents. Food Chem. Toxicol. 2017, 108, 451–457.
Cui C, Zhang S, You L, Ren J, Luo W, Chen W, et al. Antioxidant capacity of anthocyanins from
Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) and identification of the major anthocyanins. Food Chem
2013;139(1-4):1-8.
Chorachoo, J.; Saeloh, D.; Srichana, T.; Amnuaikit, T.; Musthafa, K.S.; Sretrirutchai, S.;
Voravuthikunchai, S.P. Rhodomyrtone as a potential anti-proliferative and apoptosis inducing
agent in HaCaT keratinocyte cells. Eur. J. Pharmacol. 2016, 772, 144–151.
Fahmi R, Rullah K, Rahmat RD, Lucida H, Manjang Y, Lajis N, dan Dachriyanus. Pengembangan
potensi rhodomyrtone sebagai bahan aktif sediaan topikal. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6
No.1 Januari 2012: 7-12.
Imanuel, C., Rambi, J., Queljoe, E. De, & Simbala, H. E. (2019). Uji Aktivitas Penuruna Kadar Asam
urat Tikus Putih Galur Wistar( Rattus norvegicus ). 8, 465–471.
Jeong D, Yang WS, Yang Y, Nam G, Kim JH, Yoon DH, et al. In vitro and in vivo anti-inflammatory
effect of Rhodomyrtus tomentosa methanol extract. J Ethnopharmacol 2013;146(1):205-13.
Juniar, E., & Hairil Alimuddin, A. (2017). Aktivitas Sitotoksik dan Antioksidan Ekstrak Batang
Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 6(2), 37–43.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/19697
Koleva, I. I., Van Beek T. A., Linssen J. P. H., Groot A. De, Evstatieva L. N. 2002. Screening of
Plant Extract for Antioxidant Activity: A Comparative Study On Three Testing Methods.
38
Phytochemical Analysis. 13 : 8-17
Lavanya G, Voravuthikunchai SP, Towatana NH. Acetone extract from Rhodomyrtus tomentosa: A
potent natural antioxidant. Evid Based Complement Alternat Med 2012;2012:535479.
Maskam MF, Mohamad J, Abdulla MA, Afzan A, dan Wasiman I. Antioxidant Activity of
Rhodomyrtus tomentosa (Kemunting) Fruits and Its Effect on Lipid Profile in Induced-
cholesterol New Zealand White Rabbits. Sains Malaysiana 2014; 43(11): 1673– 1684.
Masruroh, I. N. (2016). Uji Aktivitas Antihiperusemia Ekstrantaak Metanol Biji Juwet (Syzygiumi
cumini (L.) Skeels) Pada Mencit Jantan Galur Balb-C Hiperusemia.
Megayanti, N. L. S. (2018). Gambaran Kadar Asam Urat Di Desa Sobangan Kecamatan Mengwi.
Kesmas: National Public Health Journal, 5–22.
Ningtiyas, I. F., & Ramadhian, M. R. (2016). Efektivitas Ekstrak Daun Salam untuk Menurunkan
Kadar Asam Urat pada Penderita Artritis Gout. Medical Journal of Lampung University, 5(3),
105–110.
Rizki, & Selaras, G. H. (2012). Studi Morfologi Organ Vegetatif Karamunting Rhodomyrtus
tomentosa ( Ait .) Hassk. Jurnal Agricultural Sciense, 2(1), 1–6.
39
Saising J, Hiranrat A, Mahabusarakam W, Ongsakul M, Voravuthikunchai SP. Rhodomyrtone from
Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. as a natural antibiotic for 61 staphylococcal cutaneous
infections. J Health Sci 2008;54(5):589-95.
Saising J, Ongsakul M, Voravuthikunchai SP. Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. ethanol extract
and rhodomyrtone: A potential strategy for the treatment of biofilm-forming staphylococci. J
Med Microbiol 2011;60(12):1793-800.
Salni D, Sargent MV, Skelton BW, Soediro I, Sutisna M, White AH, Sukandar EY, et al.
Rhodomyrtone, an antibotic from Rhodomyrtus tomentosa. Aust J Chem 2002;55(3):229-232.
Shiratake, S., Nakahara, T., Iwahashi, H., Onodera, T., Mizushina, Y."Rose myrtle (Rhodomyrtus
tomentosa) extract and its component, piceatannol, enhance the activity of DNA polymerase and
suppress the inflammatory response elicited by UVB-induced DNA damage in skin cells".
Molecular Medicine Reports 12.4 (2015): 5857-5864.
Simamora, R. H. (2018). Aplikasi Media Udiovisual Penyuluhan Kesehatan : Danpak Asam Urat T
rhadap Kesehatan Di Wilayah Desa Binaan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara
Tahun 2018 Roymond H . Simamora Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jalan
Prof T Ma As.
Sinaga Sri, E., & Rahayu, E. (2019). Potensi Medisinal Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) (Vol.
1). www.Agrofolio.eu/db
Sinata, N., & Arifin, H. (2016). Antidiabetes dari Fraksi Air Daun Karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa (Ait.) Hassk.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Diabetes. Jurnal Sains Farmasi
& Klinis, 3(1), 72. https://doi.org/10.29208/jsfk.2016.3.1.102
Syaifudin. (2015). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Herba Kaca-kaca (Peperomia pellucida (L) Khunt)
Terhadap Penurunan Kadar AsamUrat Dalam Darah Pada Mencit (Mus musculus). Ekp, 13(3),
1576–1580.
40
Tayeh, M.; Nilwarangkoon, S.; Tanunyutthawongse, C.; Mahabusarakum, W.; Watanapokasin, R.
Apoptosis and antimigration induction in human skin cancer cells by rhodomyrtone. Exp. Ther.
Med. 2018, 15, 5035–5040.
Tiwari, Prashant., Bimlesh Kumar, Mandeep Kaur, Gurpreet Kaur, Harleen Kaur. 2011.
Phytochemical Screening and Extraction : A Review. International Pharmaceutica Scienca. 1
(1) : 98-106.
Zhou, X.W.; Xia, Y.Z.; Zhang, Y.L.; Luo, J.G.; Han, C.; Zhang, H.; Zhang, C.; Yang, L.; Kong, L.Y.
Tomentodione M sensitizes multidrug resistant cancer cells by decreasing P-glycoprotein via
inhibition of p38 MAPK signaling. Oncotarget 2017, 8, 101965– 101983.
41
42