FARMAKOGNOSI II
PENENTUAN KADAR AIR, MINYAK ATSIRI, TANIN,
ALFATOKSIN
KELOMPOK V:
UNIVERSITAS MEGAREZKY
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Penentuan Kadar Air, Minyak
Atsiri, Tanin, Alfatoksin” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Farmakognosi II. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang penentuan kadar pada sediaan dalam bidang farmasi bagi para pembaca
Alyidrus, S.Farm., M.Si. selaku dosen teori Farmakognosi II kelas D/S1 Farmasi
Angkatan 2021.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................
.
KATA
PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR
ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................
1.2 Identifikasi
Masalah.....................................................................................
1.3
Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penentuan Kadar
Air....................................................................................
2.2 Penentuan Kadar Minyak
Atsiri...................................................................
2.3 Penentuan Kadar
Tanin................................................................................
2.4 Penentuan Kadar
Alfatoksin.........................................................................
BAB III PENUTUP
1.1
Kesimpulan..................................................................................................
1.2
Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
yang diturunkan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Disini peran ilmu
bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika
Kadar air merupakan parameter yang sangat penting pada saat proses
menghilangkan kandungan air pada suatu bahan hingga mencapai kadar air
yang dinginkan. Semakin besar penurunan kadar air pada suatu bahan maka
industri makanan dan minuman. Minyak atsiri adalah zat berbau yang
terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak
eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah
esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya.
Tanin Senyawa tanin merupakan kelompok senyawa yang bersumber
dari tanaman yang digunakan untuk membuat kulit binatang menjadi awet dan
kedap air.
jamur ini pada kondisi yang sesuai, tumbuh pada banyak tanaman pangan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Kadar air merupakan parameter yang sangat penting pada saat proses
menghilangkan kandungan air pada suatu bahan hingga mencapai kadar air
yang dinginkan. Semakin besar penurunan kadar air pada suatu bahan maka
persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi
biak, sehingga akan teriadi perubahan pada bahan pangan (Persagi, 2009)
Pengukuran kadar air pada suatu bahan dapat diukur atas 2 cara, yaitu
ialah dengan cara penentuan kadar air langsung terhadap bahan. Metode
penentuan kadar air tidak langsung menentukan atau mengukur kandungan air
yang ada pada bahan dengan cara mengukur tahanan tau tegangan listrik yang
mikro, sonik atau ultrasonik oleh air bahan, atau dengan mengukur sifat
Metode yang paling sering digunakan karena kemudahan dan harga analisis
bahan dengan memanaskan diatas titik penguapan air, kurang lebih suhu
konstan yang menunjukkan semua kadar air telah diuapkan Jika telah
antaranya bahan selain air juga dapat ikut menguap dan hilang bersama
dengan menguapnya uap air seperti kandungan zat aktif seperti polifenol,
turnan alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lainnya (Purba, dkk, 2022).
cara kalsium karbit dan cara asetil klorida, serta cara fisika dengan tetapan
menguap dan mempunyai bau aromatik yang khas untuk tap tanaman.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar, berbentuk cair
seperti minyak sehingga tidak dapat bercampur dengan air. Minyak atsiri
sudah banyak diteliti, sehingga banyaknya minyak atsiri dalam bahan bat
herbal sangat menentukan kualitasnya. Oleh karena itu, dalam rangka untuk
menjaga kualitas bahan obat herbal, perlu dilakukan penepatan kadar minyak
yang dihasilkan dari tumbuhan yang berbeda akan menghasilkan kualitas dan
jenis yang berbeda pula. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan
menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik (Novari, dkk, 2007).
yang digunakan hampir sama dengan metode penetapan kadar air, tetapi pada
metode ini pelarut yang digunakan adalah air, sehingga air dan minyak atsiri
ditampung dan terpisah dari air. Minyak dapat berada di atas air atau di
bawah air tergantung bobot jenis minyak yang terdestilasi. Volume minyak
memisahkan komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau
pada suatu bahan tersebut sehingga membentuk dua fasa atau dua lapisan.
Biasanya pada proses ini menggunakan bantuan air maupun uap air. Cara
seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan
diproses. Air didihkan dengan api secara langsung. Sehingga disebut juga
pembatas antara air dan bahan baku sehingga minyak atsiri akan terikut
dihasilkan dengan metode ini memiliki mutu yang tinggi, namun dalam
Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap
yang dihasilkan lazimnnya memiliki tekanan yang lebih besar dari pada
sehingga minyak atsiri akan menguap terbawa oleh aliran uap air yang
dengan beberapa gugus hidroksi fenol bebas, terbentuk ikatan stabil dengan
mengidentifikasi adanya tanin dan jenis tanin. Untuk identifikasi adanya tanin
menggunakan larutan uji FeCl3, uji katekin, uji HCI, uji asam asetat ditambah
Pb asetat, uji KBr. Jika hasil uji menunjukkan hasil positif pada pengujian
(formaldehid 3%-asam korida 2:1) dan uji penambahan FeCI, pada filtrat
yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Metode
senyawa kompleks berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang
765 nm. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali) atau gugus fenolik-
Ciocalteau hanya dalam susana basa agar terjadi disosiasi proton pada
senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Untuk membuat kondisi basa digunakan
Na2CO3 15%. Gugus hidroksil pada senyawa fenolik bereaksi dengan reagen
senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam
tungsten sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Dan sebagai
panas dan lembap, terutama pada suhu 27-40°C (80-104° F) dan kelembapan
relatif 85%.' Sebagai mikotoksin, senyawa tersebut lebih stabil dan tahan
sebesar 20 ppb dan dalam susu sebesar 0,5 ppb (Nurul, 2012).
untuk digunakan antara lain, jas lab atau penutup tubuh sekali pakai yang
tahan terhadap bahan kimia, kacamata lab (googles), masker sekali pakai atau
respirator, dan sarung tangan sekali pakai yang dipakai secara rangkap atau
sarung tangan khusus yang tahan terhadap bahan kimia (Nurul, 2012).
gelombang eksitasi maksimum 354 nm dan emisi 400 nm. Metode ini
sebesar 9,62 pg dan untuk aflatoksin G1 sebesar 10,9 pg. Sementara itu, batas
sistem KCKT fase terbalik dengan kondisi sebagai berikut: kolom silika yang
menggunakan konjugat antibodi atau antigen yang dilabel enzim. Hasil dari
ELISA adalah suatu warna sebagai hasil reaksi antara enzim dan substrat.
Warna yang dihasilkan dapat diidentifikasi secara kasat mata dan dibaca
dapat disimpan dan dianalisis secara statistik. Reaksi spesifik antara antigen
dan antibodi, waktu analisis yang cepat, dan dapat digunakan untuk
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
keamanan suatu sediaan. Kadar air, salah satu karakteristik yang sangat penting
pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan
tersebut, karena minyak yang dihasilkan dari tumbuhan yang berbeda akan
dalam kategori senyawa polifenol. Senyawa ini terdapat pada berbagai bagian
tumbuhan secara alami. Tanin memiliki banyak manfaat dalam bidang farmasi
3.2 Saran
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi. Buku Kompas: Jakarta
Novari, Firna, dkk. 2007. Isolasi dan Penentuan Kadar Minyak Atsiri dari Daun
dan Kulit Kayu Manis (Cinamomum burmannii BL.,) dengan Metode
Kromatografi Gas. Jurnal Kehutanan UNMUL. Vol 3. No. 1.
Maulana, Vebi., dkk. 2023. Pengembangan Sistem Kontrol Suhu dan Berat
Berbasis Arduino Uno Untuk Pengeringan Ikan Teri. Uwais Inspirasi
Indonesia: Jawa Timur.
Purba, Deasy H., dkk. 2022. Ilmu Gizi. Yayasan Kita Menulis: Jakarta.
Putri, Imas Ayu, dkk. 2021. Pembuatan Minyak Atsiri Kemangi (Ocinum
Basilicum L.,) Dengan Menggunakan Metode Distalasi Uap Langsung.
Universitas PGRI Palembang. Vol. 6. No. 2.
Sudarsono & Indah Purwantini. 2022. Standarisasi Obat Herbal. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Ryanata, Ebry. 2014. Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin dari
Kulit Buah Pisang Masak (Musa paradisiaca L.) Secara
Spektrofotometri dan Permanganometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol. 4 No. 1.
Nurul, Aini. 2012. Aflatoksin: Cemaran dan Metode Analisisnya dalam Makanan.
Jurnal Kefarmasian Indonesia Vol. 2 No. 2.