USULAN SKRIPSI
USULAN SKRIPSI
DEPARTEMEN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
Lembar Pengesahan
USULAN SKRIPSI
Oleh :
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Kulit............................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit tersusun dari epidermis, dermis, dan subcutis/ jaringan lemak
subkutan (Paulsen & Waschke, 2012). Paparan lingkungan terhadap kulit seperti
radiasi UV dan polusi dapat memicu pembentukan radikal bebas yang disebut juga
reactive oxygen spesies (ROS) yang akan menyebabkan kerusakan sel, mempercepat
photoaging, imunosupresi, dan karsinogenesis (Andarina and Djauhari, 2017).
Pemberian antioksidan pada kulit merupakan hal mendasar untuk mengurangi
penuaan dan memberikan efek perlindungan pada kulit (Vinardell and Mitjans, 2015).
Antioksidan endogen enzimatik yang terdapat pada kulit yaitu katalase, superoksida
dismutase, dan glutation peroksidase (GPX). sedangkan antioksidan nonenzimatik
endogen yaitu alfa-tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), glutation, dan
ubikuinon (Baumann, L. et al., 2009)
Ubikuinon, yang biasanya disebut sebagai CoQ10 (CoQ10), merupakan
antioksidan endogen yang berfungsi membantu produksi energi di mitokondria sel
sehingga berperan penting untuk kesehatan semua jaringan dan organ manusia
(Baumann, L. et al., 2009; Garrido-maraver et al., 2014). Penggunaan CoQ10 secara
topikal dapat memberikan efek antioksidan, dan mendukung pemeliharaan energi
tingkat seluler yang memiliki efek sangat menguntungkan dalam mencegah dan
memperbaiki kerut pada kulit (Blatt and Littarru, 2011; Knott et al., 2015). Pada
industri kosmetik CoQ10 banyak digunakan sebagai produk anti-aging (Garrido-
maraver et al., 2014). CoQ10 mudah terdegradasi saat terkena cahaya. Karena sifat
CoQ10 yang memiliki berat molekul besar dan memiliki lipofilisitas tinggi, hal ini
menyebabkan penetrasinya rendah (Bank, Kagan and Madhavi, 2011; Qian et al.,
2012)
Adapun rute penetrasi obat melalui kulit meliputi penetrasi transelular yang
melalui korneosit stratum korneum, penetrasi interselular melalui ruang stratum
korneum, dan penetrasi apendiks melalui folikel rambut dan kelenjar keringat/sebasea
1
2
efisiensi jebakan yang lebih besar dibandingkan dengan kombinasi lipid padat dan
lipid cair dengan rasio 70:30 (b/b) dan 80:20 (b/b) (Erawati, T et al., 2019).
Kelebihan penggunaan kombinasi lipid padat beeswax-oleum cacao dibandingkan
penggunaan satu jenis lipid padat yaitu menghasilkan sediaan yang stabil selama
penyimpanan (Tan and Billa, 2014).
Karena NLC CoQ10 masih memiliki kemampuan menembus kulit lebih
rendah dibandingkan nanoemulsi sehingga salah satu upaya meningkatkan
penetrasinya yaitu dengan menambahkan enhancer. Enhancer dapat meningkatkan
penetrasi dengan memodifikasi barier kulit secara reversibel dengan meningkatkan
fluiditas membran atau dengan meningkatkan kelarutan obat di dalam kulit. Tipe
enhancer pada sistem penghantaran obat transdermal diantaranya enhancer fisika,
enhancer kimia, enhancer alami, enhancer sistem partikulat, pendekatan berbasis
drug-vehicle, dan pendekatan secara biokimia (P K Lakshmi et al., 2017).
Contoh enhancer alami yaitu essential oil, terpen yang diisolasi dari essential
oil, fixed oil (atau asam lemak), dan polisakarida kompleks (Fox et al., 2011).
Penggunaan rosemary oil aman digunakan dalam kosmetik dan tidak menyebabkan
sensitisasi (Fiume et al., 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Akbari et al.,
2015 penggunaa rosemary oil dapat meningkatkan absorbsi perkutan natrium
diklofenak dari gel topikal. Pada penelitian NLC yang mengandung rosemary oil
pada kadar 1-3% (b/b) , semakin tinggi kadar rosemary oil maka ukuran partikel
semakin kecil, polydispersity index semakin kecil, sedangkan nilai zeta potensialnya
serupa (Montenegro et al., 2017). Penambahan minyak esensial berarti menambahkan
pula jumlah lipid cair pada sistem NLC, dimana akan berpengaruh ke sistem yang
terbentuk. Penelitian yang dilakukan oleh Ebtavanny, Soeratri dan Rosita, 2018 pada
formula NLC CoQ10 dengan lipid padat setil palmitat dan lipid cair asam kaprilat
menunjukkan penambahan jumlah lipid cair menyebabkan viskositas sistem
berkurang, ukuran partikel yang semakin kecil, efisiensi penjebakan yang semakin
besar,morfologi droplet lebih sferis dengan permukaan yang halus.
Pada penelitian ini, formula NLC CoQ10 yang akan dibuat menggunakan
lipid padat kombinasi beeswax dan oleum cacao, lipid cair VCO, dan penambahan
4
rosemary oil pada kadar 1% 1,5% dan 2% (b/b). NLC dibuat dengan metode high
shear homogenization. Aspek mutu Sediaan kosmetik diantaranya aman, efektif,
stabil dan dapat aseptabel sehingga pada penelitian ini akan menentukan pengaruh
penambahan konsentrasi rosemary oilpada NLC CoQ10 terhadap karakteristik
sediaan, penetrasi CoQ10, dan stabilitas sediaan. Uji karakteristik sediaan diantaranya
organoleptis (konsistensi,warna, bau), pH, ukuran partikel dan Polydispertion Index
(PDI), viskositas, indeks kristanilitas, efisiensi penjebakan, zeta potensial, dan
morfologi droplet. Untuk mengetahui penetrasi bahan aktif dalam sistem NLC
dilakukan uji penetrasi dengan mengaplikasikan sediaan yang diberi marker
fluoresens yaitu nile red pada kulit mencit yang selanjutnya diamati dengan
mikroskop fluoresens. Untuk mengetahui stabilitas sediaan dilakukan uji stabilitas
dengan metode real time dan thermal cycling.
3. Bagaimana pengaruh penambahan rosemary oil (1,0%, 1,5% dan 2,0%) pada
stabilitas sistem NLC CoQ10 dengan metode real time dan thermal cycling?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit terluar yang tipis, terutama di kulit
kelopak mata, ketebalannya sekitar sekitar 0,1 mm. Lapisan ini tersusun atas
keratinosit dan sel dendrit, sekitar 95% sel-sel epidermis terbentuk dari
keratinosit. Jenis sel lain yang ditemukan dalam epidermis termasuk melanosit,
sel Langerhans, dan sel Merkel. (Kolarsick, et al., 2011; Khavkin and Ellis,
2011; Shai, et al., 2011). Lapisan epidermis yang paling bawah adalah lapisan
basal atau stratum germinativum, pada lapisan ini, sel-sel epidermis yang baru
dibentuk dengan adanya pembelahan sel. Sel-sel yang terbentuk akan didorong
ke atas oleh sel-sel yang lebih muda sampai akhirnya terlepas dari permukaan
kulit. Proses ini akan berlanjut setiap saat, tanpa disadari, kulit dapat
memperbarui dirinya sendiri ketika terdapat banyak sel bergerak keluar secara
perlahan (Kolarsick, et al., 2011; Khavkin and Ellis, 2011; Shai, et al., 2011).
Sel langerhans merupakan sel yang berperan dalam sistem imun tubuh,
sedangkan melanosit merupakan sel yang dapat menghasilkan pigmen yang
disebut melanin, yang memberikan warna gelap pada kulit. Melanin yang
diproduksi oleh melanosit diteruskan ke keratinosit. Sekitar 1 dari 10 sel di
lapisan basal epidermis adalah melanosit (Kolarsick, et al., 2011; Khavkin and
Ellis, 2011; Shai, et al., 2011).
2.1.2 Dermis
Dermis merupakan lapisan yang terletak di bawah epidermis yang lebih
tebal dari epidermis. Dermis terdiri dari serat kolagen dan elastin dan di dalamnya
terdapat pembuluh darah, saraf, organ sensorik, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,
dan folikel rambut. Sel yang utama pada dermis adalah fibroblast. Sel ini
menghasilkan zat antar sel serta serat kolagen. Kolagen dan elastin merupakan
protein dalam bentuk serat. Serat-serat yang saling terkait di seluruh substansi antar
sel dan memberikan kekuatan dan elastisitas pada dermis. Serat-serat ini yang
bertanggung jawab terhadap elastisitas kulit terkait kemampuannya untuk kembali
ke bentuk aslinya setelah diregangkan. Jika serat-serat ini rusak akibat penuaan, atau
akibat paparan sinar matahari yang berlebihan dan kumulatif, kulit menjadi tidak
rapat dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke keadaan semula ketika
diregangkan, serta terlihat kurus dan keriput (Shai, et al., 2011).
8
2.1.3 Subkutan
Subkutan merupakan lapisan lemak yang terletak di bawah dermis yang
digunakan sebagai lapisan bantalan untuk melindungi organ vital tubuh dari trauma
mekanis dan dapat melindungi tubuh dari rasa dingin.
Model ini diperoleh saat pencampuran lipid padat dengan sejumlah kecil lipid cair.
Perbedaan struktur antara kedua lipid menyebabkan ketidaksempurnaan
pembentukan kristal sehingga membentuk ruang yang lebih besar untuk ditempati
molekul obat.
Model ini untuk meningkatkan kapasitas muatan berbagai obat. Multiple type
adalah tipe NLC dimana obat dimuatkan dalam lipid padat, sedangkan
peningkatan kelarutan bahan aktif dilakukan dengan menambahkan jumlah
lipid cair. Secara umum, obat akan lebih larut pada lipid cair daripada lipid
padat. Maka dalam proses pembuatannya jumlah lipid cair akan lebih tinggi.
Selama proses produksi akan terjadi proses pendinginan pada suhu kamar
yang menyebabkan partikel matriks lipid berubah dari bentuk cair ke padat.
Perbedaan ketercampuran antara kedua lipid menyebabkan pemisahan
sehingga akan membentuk oil nanocompartments di dalam partikel lipid padat
Dilakukan pada suhu diatas titik leleh dari lipid yang digunakan. Dengan
mencampurkan bahan aktif dengan lipid sebagai fase minyak dan fase air
yang mengandung surfaktan menggunakan high-shear mixing device pada
suhu yang sama akan membentuk pre-emulsi. Pre-emulsi kemudian
diberikan tekanan tinggi pada suhu diatas titik leleh lipid. NLC akan
terbentuk pada pendinginan di suhu ruang atau suhu dibawah titik leleh lipid.
Secara umum, suhu yang tinggi dapat memperkecil ukuran partikel karena
adanya penurunan viskositas dari fase dalam. Namun, suhu yang tinggi
dapat meningkatkan laju degradasi
nitrogen cair atau dry ice. Setelah memadat, massa lipid digiling dengan
menggunakan ball milling hingga mencapai ukuran mikropartikel,
kemudian didispersikan pada larutan mengandung emulsifier. Pre-suspensi
yang terbentuk kemudian diberikan tekanan yang tinggi pada suhu
dibawah temperatur ruang hingga partikel berukuran mikro membentuk
nanopartikel.
Biasanya campuran terdiri atas asam lemak titik leleh rendah (asam
stearat), emulsifier , co-emulsifier dan sodium (monooctylphosphate), dan
air. Teknik pembuatan dengan cara mengaduk campuran yang transparan
secara optik pada suhu 65-70ᴼC. Mikroemulsi panas didispersikan ke dalam
air dingin (2-3ᴼC) dibawah pengadukan. Rasio mikroemulsi dan air dingin
adalah 1:25 sampai 1:50. Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu
13
Obat hidrofob dan bahan lipofil dilarutkan dalam pelarut organik non
polar (kloroform, sikloheksana) lalu diemulsikan ke dalam fase air
menggunakan high speed homogenizer. Kemudian emulsi kasar segera
dilewatkan pada microfluidizer dan pelarut organik dihilangkan dari emulsi
melalui penguapan dengan pengadukan mekanis pada suhu ruang,serta
dilakukan penurunan tekanan yang akan menyebabkan pengendapan lipid.
Pada saat penguapan pelarut, dispersi nanopartikel terbentuk melalui
presipitasi lipid dalam media air dengan ukuran rata-rata 25 nm.
3. Viskositas
2
d ( ρ 1−ρ 2 ) g
v=
18 η
keterangan:
16
digunakan mengalami modifikasi menjadi bentuk yang lebih stabil. Obat yang
terjebak dalam sistem belum tentu berada ditengah. Penggabungan obat dalam
lipid nanopartikel memiliki berbagai macam bentuk (Muller et al.,2000).
2.7. Bahan-bahan Penelitian
2.7.1. Tinjauan Rosemary oil
Rosemary oil merupakan salah satu contoh penetration enhancer (P K
Lakshmi et al., 2017).Sebagai enhancer rosemary oil memiliki mekanisme yaitu
Menganggu keteraturan lipid bilayer pada stratum corneum tanpa merusak
jaringan kulit (Lakshmi et al., 2017) dan dapat meningkatkan nilai HLB di sistem
NLC (Montenegro et al., 2017). Rosemary oil diekstraksi dari tanaman
Rosmarinus officinalis, dari famili Lamiaceae. Berupa cairan jernih, tidak
berwarna hingga berwarna pucat dan memiliki bau seperti kamfer (Garcia,
Ladeiras and Reis, 2018). Terdapat 10 senyawa penyusun rosemary oil dengan
1,8-sineol memiliki persentase paling banyak (49,15%). Rosemary oil kompatibel
dengan bahan pengoksidasi. Semua essential oil tidak stabil dan akan
terdekomposisi oleh paparan panas langsung, kelembaban, cahaya, atau oksigen.
Ketidakstabilan ini ditandai dengan adanya perubahan terhadap viskositas
essential oil (Bilia et al., 2014). Rosemary oil harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, tempat sejuk, terhindar dari panas dan bahan yang mudah terbakar.
Berikut merupakan data fisika-kimia rosemary oil berdasarkan COA( Certificate
of Analysis):
Indeks Refraksi : 1,450-1,485, namun ada yang menyatakan 1,472
Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam alkohol atau minyak
Rumus bangun :
Kelarutan :Dapat larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam
minyak mineral dan minyak nabati.
Rumus bangun :
Kelarutan :Sedikit larut dalam air ±10 g/L, mudah larut pada
banyak pelarut organik seperti etanol dan 1,2-
propanadiol
2.8 Stabilitas
Stabilitas merupakan faktor penting dari kualitas, keamanan, dan
efikasi sebuah sediaan (Asean Guideline On Stability Study of Drug Product,
2013). Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk
bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan
penggunaan, sifat, dan karakteristiknya sama dengan yang dimiliki pada saat
produk dibuat (Troy,2006).Ketidakstabilan produk obat dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan sampai dengan hilangnya khasiat obat, obat dapat
berubah menjadi toksik atau terjadinya perubahan penampilan sediaan
(warna, bau, rasa, konsistensi dan lain-lain) yang berakibat merugikan.
Sediaan farmasi dapat dikatakan stabil apabila mulai dari pembuatan,
pengemasan , penyimpanan hingga penggunaannya tidak terjadi penurunan
aktivitas kimia dan biologi serta tidak terjadi perubahan karakteristik fisika
yang cukup besar (FI IV,1995).
c. Uji Mikrobiologi
Uji stabilitas terdiri dari tiga jenis, yaitu uji stabilitas jangka
panjang (real time), uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas
termodinamika.
Uji stabilitas jangka panjang dilakukan pada durasi yang lebih panjang
untuk mengetahui degradasi sebuah produk yang lebih signifikan
daripada uji stabilitas dipercepat (Anderson et al., 1991). Pengujian jangka
panjang pada sebuah produk farmasi dilakukan dengan menyimpan sediaan
dalam kondisi suhu 25°C ± 2°C dengan kelembaban relatif 60% RH ± 5%
RH atau dalam kondisi suhu 30°C ± 2°C dengan kelembaban relatif 65% RH
± 5% RH selama 12 bulan atau 6 bulan (WHO, 2009). Stabilitas jangka
panjang dilakukan minimal pada tiga batch utama dan harus dilanjutkan
untuk jangka waktu yang cukup sesuai dengan nilai shelf life.
a. Uji Setrifugasi
b. Thermal Cycling
Uji ini dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu yang berbeda yaitu
pada suhu 4°C dan 45°C. Penyimpanan sediaan pada suhu 45°C selama tidak
kurang dari 48 jam, kemudian menyimpan kembali sediaan pada suhu 4°C
selama tidak kurang dari 48 jam .Percobaan ini diulang sebanyak 3 siklus dan
28
c. Freeze-Thaw Cycle
Tiga Siklus Freeze-Thaw dilakukan pada suhu antara -21°C dan +25°C
pada sediaan. Sediaan diletakkan pada setiap suhu dan disimpan selama
tidak kurang dari 48 jam (Abood et al.,2013)
1. Umur kulit
Umur yang semakin bertambah menyebabkan permeabilitas kulit
menurun. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan elastisitas,struktur,
komposisi kimia, dan lapisan pelindung kulit. (Konda et al., 2012).
2. Kondisi kulit
Kondisi kulit yang baik dan kondisi kulit yang terluka akan
menghasilkan penetrasi yang berbeda. Kulit yang mengalami kerusakan
karena iritasi, kekeringan, reaksi alergi, radang dapat melukai sel pelindung
sehingga penetrasi kulit akan meningkat (Konda, et al.,2012)
3. Lokasi dan ketebalan kulit (Anatomi kulit)
Permeabilitas kulit tergantung anatomi ,sifat alamiah dan
ketebalan stratum korneum. Permeabilitas kulit berbanding terbalik dengan
ketebalan stratum korneum. Laju penetrasi akan meningkat apabila stratum
korneum terlepas. (Konda et al., 2012)
4. Hidrasi kulit
Hidrasi dapat mempengaruhi jaringan kulit secara fisik dan akan
mengubah koefisien difusi dari bahan hidrasi dari stratum corneum dapat
mempengaruhi laju penetrasi ke kulit. (Konda, et al., 2012)
5. Suhu
Kecepatan penetrasi obat melalui kulit dapat berubah apabila
tubuh mengalami peningkatan suhu. Suhu kulit dapat mempengaruhi
penetrasi obat karena oklusifitas. Dalam keadaan oklusif ,air pada kulit
tidak menguap sehingga suhu permukaan kulit meningkat .Selain itu,
oklusifitas dapat meningkatkan hidrasi kulit sehingga melunakan jaringan
dan membentuk sponge effect sehingga meningkatkan ukuran pori dan aliran
darah pada lapisan dermal akan meningkat (Konda et al., 2012).
31
6. Sirkulasi darah
Perubahan sirkulasi perifer dapat menyebabkan perubahan absorbsi
perkutan. Peningkatan aliran darah dapat menyebabkan waktu penetrasi lebih
kecil dan meningkatkan gradien konsentrasi yang melewati kulit sehingga
bahan obat yang menuju sistemik sistemik akan meningkat. Apabila
terjadi penyempitan pembuluh darah yang yang menuju dermis maka
kecepatan penetrasi kulit akan menurun (Konda et al., 2012).
7. Perbedaan spesies
Perbedaan spesies akan menyebabkan perbedaan anatomi kulit
seperti perbedaan ketebalan stratum korneum, jumlah kelenjar keringat dan
folikel rambut per unit permukaan kulit sehingga menyebabkan perbedaan
profil penetrasi obat (Barry, 1983).
B. Sifat fisikokimia bahan aktif
pH berkaitan dengan bentuk ion atau tak terion dari bahan aktif.
Bahan aktif dalam bentuk tak terion kan lebih mudah berpenetrasi ke
dalam kulit dibanding dengan bahan aktif dalam bentuk ion (Remington,
2005). Pemeriksaan pH perlu dilakukan, agar tidak mengiritasi kulit maka
diinginkan pH sediaan yang berada dalam rentang pH normal kulit (4,0
– 7,0) (Lambers et al., 2006).
2. Viskositas
3. Enhancer
enhancer dengan gugus kepala polar dari lipid. Interaksi gugus kepala lipid-
lipid dan urutan dari lipid akan terganggu sehingga akan memfasilitasi difusi
obat hidrofilik. Dengan hidrasi stratum korneum, penetrasi kebanyakan obat
dapat ditingkatkan. Biasanya dalam stratum korneum kadar air 5-10%. Kadar
air dapat meningkat hingga 50% dalam kondisi oklusi (misalnya dengan
menggunakan foil kedap atau oleh pembawa oklusif). Penetrasi obat lipofilik
difasilitasi dengan cara gangguan rangka akibat peningkatan fluidisasi
oleh rantai hidrokarbon. (Trommer, 2006).
dM D . ∆ C . K
=
dt h
Keterangan:
dM/dt : Fluks steady state menembus stratum korneum
35
tempat target obat, sirkulasi darah, dan pada hasil ekskresi. Keuntungan dari
metode in vivo adalah menggunakan sistem fisiologis dan metabolik utuh,
menggunakan spesies umum untuk banyak studi toksisitas dan dapat
dimodifikasi untuk digunakan dengan spesies lain. Kerugiannya adalah
penggunaan binatang hidup, kebutuhan 35 bahan radiolabelled untuk
memfasilitasi hasil yang dapat diandalkan, kesulitan dalam menentukan
fase penyerapan awal dan perbedaan permeabilitas spesies disukai (contoh
mencit) dan kulit manusia.
2.11 Hewan Coba (Walters, 2002)
Dalam uji penetrasi baik secara in vivo atau in vitro kulit yang sering
digunakan untuk mengantikan kulit manusia adalah kulit hewan. Pada kulit
hewan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penetrasi obat antara
lain:
2.11.1 Perbedaan umur
Perbedaan umur memiliki pengaruh pada absorbsi perkutan. Hal ini
terbukti dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mencit
tidak berambut (Hairless mouse) akan meningkat dengan bertambahnya usia
sehingga menyebabkan permeasinya meningkat.Pada manusia
penambahan umur akan menyebabkan penurunan permeabilitas obat
hidrofobik.
2.11.2 Variasi bagian anatomis
Variasi bagian kulit diperoleh dari metode tape stripping dan
dikorelasi dengan diameter korneosit, dan jarak difusi. Beberapa bagian kulit
seperti dahi dan bagian genitial lebih permeable dibandingkan bagian
ekstremitas. Serta beberapa obat seperti metil salisilat, hidrokortison,
asam benzoat dan kafein mempunyai permeabilitas yang meningkat pada
bagian abdomen. Ketebalan kulit pada bagian perut lebih tipis daripada
bagian punggung (Bronaugh et al., 2005).Ketebalan stratum korneum hewan
mempunyai rentang antara 15 – 30µm namun bisa meningkat dengan
37
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konseptual
NLC merupakan pengembangan dari NE dan SLN. NLC adalah sistem
penghantaran obat yang terdiri dari campuran lipid padat dan lipid cair,
membentuk matrik inti lipid yang distabilkan oleh surfaktan (Cirri et al.,
2012). Keterbatasan pada sistem NE adalah ketidakstabilan terhadap suhu dan
pH. ketidakstabilan ini dapat disebabkan oleh Oswald ripening effect (Bhosale
et al., 2014). Sedangkan, sistem SLN memiliki keterbasan yaitu kapasitas
loading drug yang buruk dari obat-obatan yang memiliki kelarutan terbatas
dalam lipid dan adanya pengusiran obat selama penyimpanan (Pardeshi et al.,
2012). Susunan struktur dari lipid padat dan lipid cair dalam NLC fleksibel
sehingga dapat mencapai efisiensi enkapsulasi dan loading drug yang tinggi
(Li et al., 2017). NLC mampu mencegah pengusiran bahan aktif dari sistem
karena menghambat pembentukan kristal lipid sehingga meningkatkan
stabilitas selama penyimpanan. Kelebihan NLC lainnya yaitu memberikan
efek oklusif pada kulit dan pelepasan bahan aktifnya terkontrol (Rochman,
Isnaeni and Hendradi, 2018).
Sistem penghantaran NLC dapat memperbaiki kekurangan CoQ10.
Karena sifat fisikokimia CoQ10 yang memiliki berat molekul besar dan
memiliki lipofilisitas tinggi, hal ini menyebabkan penetrasinya rendah (Bank,
Kagan and Madhavi, 2011; Qian et al., 2012). Penggunaan CoQ10 secara
topikal dapat memberikan efek antioksidan, dan dapat mendukung
pemeliharaan energi tingkat seluler yang memiliki efek yang sangat
menguntungkan dalam mencegah dan memperbaiki kerut pada kulit (Blatt a
Pada uji penetrasi yang dilakukan oleh Elaimi et al., 2017 penetrasi NLC lebih
rendah dibandingkan Nanoemulsi CoQ10. oleh karena itu perlu ditambahkan
enhanser. Salah satu enhanser yang dapat ditambahkan yaitu rosemary oil.
39
3.2. Hipotesis
1. Peningkatan konsentrasi Rosemary oil berpengaruh pada karakteristikyang
meliputi (organoleptis (konsistensi,warna, bau), pH, ukuran partikel dan
Polydispertion Index (PDI), viskositas, indeks kristanilitas, efisiensi
penjebakan, zeta potensial, dan morfologi droplet pada sistem NLC
CoQ10.
2. Peningkatan konsentrasi Rosemary oil menyebabkan peningkatan
penetrasi NLC CoQ10 pada kulit mencit.
3. Peningkatan konsentrasi Rosemary oil berpengaruh pada stabilitas NLC
CoQ10.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Bahan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan bahan yang apabila tidak dinyatakan
lain, memiliki kemurnian pharmaceutical grade. Bahan-bahan yang digunakan
yaitu CoQ10 (Kangcare Bioindustri), oleum cacao (Balai Penelitian Kopi dan
Kakao, Jember), beeswax (PT. Kurniajaya Muktisentosa), Virgin Ccconut Oil
(VCO) (PT. Prambanan Kencana), Rosemary oil , Tween 80 sebagai surfaktan
(PT. Brataco), Span 80 (UD. Sari Rahayu), propilenglikol (PT.
Brataco),Nipaguard EHP , aquadest, dan dapar fosfat pH 6,0 ± 0,5 yang dibuat
dari Na2HPO4.2H2O dan larutan NaH2PO4.H2O pro analisis sebagai fase air.
4.4.1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis secara visual meliputi pemeriksaan bentuk,
warna, dan bau. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan sertifikat analisis.
Ad
lebur VCO
+ CoQ10 + Nile
+ Rosemary Oil red*
dicampur ad dicampur
larut
Fase Minyak 65oC
Fase Air 65oC 47
Keterangan :
Cf = Konsentrasi CoQ10 yang berada pada fase air (diluar sistem NLC)
Larutan baku kerja CoQ10 dibuat melalui pengenceran larutan baku induk
CoQ10 dengan etanol sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan
konsentrasi serapan larutan baku kerja CoQ10 dalam etanol pada konsentrasi
1, 5, 10, 16, 20, 30, dan 40 ppm. Larutan ini kemudian digunakan untuk
menentukan panjang gelombang CoQ10 dan membuat kurva baku. Larutan
blanko yang digunakan adalah etanol.
Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran serapan larutan baku kerja
pada panjang gelombang maksimum kemudian dibuat kurva absorban versus
kadar larutan baku kerja CoQ10. Cara pengukuran absorban yaitu sampel
larutan baku kerja dimasukkan ke dalam kuvet kemudian diamati absorban
pada panjang gelombang maksimum. Selanjutnya dibuat persamaan garis
regresi linear.D. Pengukuran Efesiensi Penjebakan
(t-1) (n-1) ≥ 15
Keterangan:
t = banyak taraf perlakuan (t=8)
n = jumlah hewan yang dibutuhkan untuk penelitian
(8-1) (n-1) ≥ 15
7n – 7 ≥ 15
n≥3
52
penetrasi, tiap mencit diberi kandang yang telah dimodifikasi agar mencit
tidak dapat menyentuh bagian yang akan dioleskan sampel uji (M.E.M.J.
van Kuijk-Meuwissen, et al., 1998)
Perihal Harga
Biaya penyusunan usulan skripsi Rp. 200.000
Biaya pembelian bahan penelitian Rp 4.452.000
Biaya pemakaian alat Rp.14.000.000
Biaya penyusunan skripsi Rp. 400.000
Total Rp. 19.052.000
56
Akbari, J. et al. (2015) ‘Transdermal absorption enhancing effect of the essential oil
of Rosmarinus officinalis on percutaneous absorption of Na diclofenac from topical
gel’, Pharmaceutical Biology, 53(10), pp. 1442–1447. doi:
10.3109/13880209.2014.984855.
Andarina, R. and Djauhari, T. (2017) ‘Antioksidan dalam dermatologi’, 4(1), pp. 39–
48.
Bank, G., Kagan, D. and Madhavi, D. (2011) ‘Coenzyme Q 10: Clinical update and
Bioavailability’, Complementary Health Practice Review, 16(2), pp. 129–137. doi:
10.1177/2156587211399438.
Herman, A. and Herman, A. P. (2015) ‘Essential oils and their constituents as skin
penetration enhancer for transdermal drug delivery: A review’, Journal of Pharmacy
62
Li, Q. et al. (2017) ‘A review of the structure, preparation, and application of NLCs,
PNPs, and PLNs’, Nanomaterials, 7(6), pp. 1–25. doi: 10.3390/nano7060122.