Anda di halaman 1dari 80

STABILITAS DAN MIKROBIOLOGI MASKER GEL PEEL OFF RUMPUT

LAUT Caulerpa racemosa

OLEH :

INDRIANTI
STK118030

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS MARITIM BALIK DIWA

MAKASSAR

2022
STABILITAS DAN MIKROBIOLOGI MASKER GEL PEEL OFF RUMPUT
LAUT Caulerpa racemosa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Institut
Teknologi dan Bisnis Maritim Balik Diwa

Program Studi

Teknologi Hasil Perikanan

Disusun dan Diajukan Oleh

Indrianti

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS MARITIM BALIK DIWA


MAKASSAR
2022
SKRIPSI

Stabilitas dan Mikrobiologi Masker Gel Peel Off Rumput Laut

Caulerpa racemosa

Disusun dan diajukan oleh

Indrianti

STK118030

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota

Dr. Harianti, S.Pi.,M.Si Yeni Savitri Andi Lawi, S.Pi.,M.Si


NIDN. 0030127604 NIDN. 0909039102

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perikanan

Zul Khairiyah, S.Pi., M.Si


NIK.81E21.H.I-01
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Dengan segala puji penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT

sebagai Tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian

ini dengan judul “Stabilitas dan Mikrobilogi Masker Gel Peel Off Rumput

Laut (Caulerpa racemosa)”. Allah SWT telah memberikan begitu banyak

nikmat untuk penulis, baik nikmat dari segi materi, nikmat kesehatan,

nikmat pikiran, nikmat umur yang panjang dan nikmat yang paling berarti

adalah nikmat Iman dan Islam

Tidak lupa pula penulis kirimkan shalawat kepada sosok yang

menjadi suri tauladan serta junjungan umat muslim yaitu Nabi Muhammad

SAW, yang senantiasa menjadi penutan umat muslim dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari. Penyususun skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan

doa dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ketua Yayasan Pendidikan Balik Diwa Makassar Ibu Dr. Hj. Andi

Aslinda, M.Si.

2. Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Maritim Balik Diwa Makassar

Bapak Prof. Dr. H. Muh. Akmal Ibrahim, M.Si.

3. Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Institut Teknologi

dan Bisnis Maritim Balik Diwa Makassar Bapak Ir.

Awaluddin, S.P.,M.Sc.
4. Ketua Program Studi Tekonologi Hasil Perikanan Institut Teknologi

dan Bisnis Maritim Balik Diwa Makassar Ibu Zul Khairiyah, S.Pi.,M.Si.

5. Pembimbing ketua Ibu Dr. Harianti, S.Pi., M.Si dan Pembimbing

anggota Ibu Yeni Savitri Andi Lawi, S.Pi., M.Si.

6. Penasehat Akademik Ibu Yeni Savitri Andi Lawi, S.Pi., M.Si.

7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Institut Teknologi dan Bisnis

Maritim Balik Diwa Makassar.

8. Orangtua serta seluruh keluarga, tanpa bantuan moril dan material dan

semangat serta doanya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

ini.

Semoga proposal penelitian ini memberikan tambahan informasi

bagi saya pribadi dan seluruh pembaca serta pelaku perikanan.

Diharapkan bermanfaat dalam pengembangan perikanan kedepannya.

Makassar, 27 Oktober 2022

Penulis
ABSTRAK

INDRIANTI. Stabilitas dan Mikrobiologi Masker Gel Peel Off


(Caulerpa racemosa). (dibimbing oleh Harianti sebagai pembimbing ketua
dan Yeni Savitri Andi Lawi sebagai pembimbing anggota).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur Stabilitas dan Mikrobiologi


pada Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa dengan dua
kemasan berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai
September 2022. Sampel Rumput Luat Caulerpa racemosa diambil di
BPAP Takalar dengan menggunakan metode laboratorium eksperimental
dan data hasil pengujian dianalisis menggunakan metode desktriptif.
Analisis menggunakan uji t dengan pengolahan data pada aplikasi SPSS
versi 21. Hasil uji Viskositas menunjukkan bahwa nilai rata-rata untuk
kemasan Tube yaitu 11.53, sedangkan untuk kemasan Alumunium foil
yaitu 10.89. Nilai pH masker gel peel off pada dua kemasan berbeda
memenuhi standar nilai pH yaitu 4-8. Pengamatan organoleptik yaitu
semakin lama penyimpanan maka bentuk, warna, dan bau akan berubah.
Hasil uji Angka Lempeng Total (ALT), berdasarkan hasil uji t menunjukkan
bahwa penggunaan dua kemasan berbeda terhadap bakteri berbeda
nyata (p<0,05).

Kata kunci; Caulerpa racemosa; masker gel peel off; ALT; Stabilitas.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... I

HALAMAN PERSYARATAN .............................................................. II

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. III

KATA PENGANTAR .......................................................................... IV

ABSTRAK .......................................................................................... V

DAFTAR ISI ....................................................................................... VI

DAFTAR TABEL ............................................................................... VII

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ VIII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumput Laut (Caulerpa racemosa) ................................... 7

B. Kemasan Aluminium Foil Sachet dan Kemasan Tube ....... 11

C. Jenis-Jenis Kemasan ........................................................ 12

D. Faktor Pemilihan Jenis Kemasan....................................... 14

E. Stabilitas Masker Gel Peel Off .......................................... 15

F. Masker .............................................................................. 16

G. Sediaan Masker Gel Peel Off ............................................ 18


BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................... 24

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ............................................. 28

C. Alat Dan Bahan .................................................................. 29

D. Unit Analisis ....................................................................... 30

E. Teknik Sampling ................................................................ 30

F. Objek Penelitian ................................................................. 31

G. Analisis Data ...................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Viskositas ........................................................................... 35

B. Uji pH (derajat keasaman) ................................................. 37

C. Organoleptik ..................................................................... 41

D. Angka Lempeng Total (ALT) .............................................. 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................... 54

B. Saran ................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 55

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
2.1 Komposisi kimia rumput laut Caulerpa racemosa ..................... 11
2.2 Syarat mutu sediaan masker SNI (16-6070-1999) .................... 18
3.1 Komposisi formula masker gel peel off Caulerpa racemosa ..... 25
3.2 Alat dan kegunaan ................................................................... 29
3.3 Bahan dan kegunaan ............................................................... 30
4.1 Hasil uji viskositas masker gel peel off .................................... 36
4.2 Uji organoleptik masker gel peel off ........................................ 42
4.3 Total koloni masker gel peel off ................................................ 46
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Rumput laut hijau jenis Caulerpa racemosa.............................. 9


3.1 Diagram alir penelitian masker gel peel off................................ 27
4.1 Hasil uji viskositas masker peel off ........................................... 36
4.2 Hasil uji Angka Lempeng Total...................................................
4.2 Hasil ukur pH pada masker gel peel off...................................... 27
5 Hasil uji Angka Lempeng Total................................................... 37
45
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pong-Masak et al. (2007), Caulerpa marupakan salah satu tipe

rumput laut yang potensial buat dibudidayakan sebab sudah diketahui

serta digandrumi oleh sebagian masyarakat. Di negeri Jepang serta

Philipina, C. racemosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang

dijadikan sebagai komoditas budidaya perikanan. Maslukah, et al.,

(2004) menyatakan bahwa C. racemosa mengandung Iodium 480,665

µg dalam 100 g berat basah. Caulerpa racemosa merupakan jenis

rumput laut yang kandungan Iodiumnya lebih besar dibandingkan jenis

rumput laut lainnya, seperti: Gracilaria gigas, Gram. verrucosa,

Sargassum sp. serta Eucheuma cottoni. Faktor ini dibutuhkan oleh

manusia buat perkembangannya. Selain itu di Jepang dan Filiphina,

Caulerpa dimanfaatkan sebagai dasar yang memberikan efek anastetik

dan sebagai bahan campuran untuk obat anti jamur (Sengkey, 2000

dalam Pong-Masak. et al., 2007).

Rumput laut adalah sumber daya laut yang memiliki senyawa

fenol yang berfungsi sebagai antioksidan, serta kaya akan serat Iodium

dan mineral-mineral penting lainnya. Selain itu rumput laut juga

memiliki senyawa-senyawa fitokimia yang lain yang berarti buat

kesehatan serta mempertahankan kualitas pangan. Antioksidan yang

terdapat pada rumput laut mampu menangkal radikal bebas dalam


2

tubuh, dimana radikal bebas tersebut merupakan suatu molekul

dimana pada orbit terluarnya memilki satu atau lebih partikel yang tidak

berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat reaktif sehingga dapat

menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia (Fithrani. 2009).

Rumput laut Caulerpa racemosa mampu menghasilkan sumber

antioksidan sendiri. Caulerpa racemosa merupakan sumber daya laut

yang aman untuk dikonsumsi dan telah banyak dimanfaatkan oleh

sebagian masyarakat pesisir sebagai sayuran segar, sehingga

memungkinkan rumput laut ini dapat diolah lebih lanjut sebagai sumber

antioksidan alami (Fithrani. 2009).

Pengembangan rumput laut Caulerpa racemosa dibidang non

pangan saat ini memiliki potensi dan kandungan dalam kecantikan,

dapat membantu meningkatkan ketersediaan bahan kosmetik alami,

salah satunya yang sering digunakan dan memudahkan dalam

perawatan adalah masker gel peel off. Pemakaian masker gel

berbahan alami lebih baik dibandingkan bahan sintetis karena

menimbulkan efek samping bahkan dapat merusak bentuk alami dari

kulit (Grace, et al., 2015).

Masker gel peel off merupakan produk kosmetik perawatan

wajah yang berupa gel serta dimana ketika diaplikasikan ke kulit dalam

waktu tertentu akan segera mengering, sediaan ini hendak membentuk

susunan membran yang elastis, sehingga bisa dikelupaskan (Morris,

K., 1993). Penggunaan produk masker gel peel off sangat mudah

diaplikasikan dalam pemakaian karena tidak menimbulkan rasa sakit


3

pada saat di angkat dari permukaan kulit, dapat dibersihkan dengan

cara mengangkat lapisan dari kulit tanpa menggunakan air, sehingga

lebih praktis pada saat digunakan (Hary, R. G, 1982). Gel adalah

sistem setengah padat terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar terpenetrasi oleh

suatu cairan (Dirjen Badan POM RI, 1995).

Stabilitas sediaan adalah suatu kemampuan sediaan atau

produk bertahan dalam batas waktu yang telah ditetapkan, dimulai dari

penyimpanan, pemakaian, sifat beserta karakteristiknya pada saat

dibuat (Vadas, 2010). Stabilitas suatu produk atau sediaan dipengaruhi

banyak faktor. Secara umum, stabilitas suatu produk dibedakan

menjadi dua, yaitu stabilitas fisika dan stabilitas kimia. Stabilitas fisika

dan stabilitas kimia. Stabilitas fisika yaitu mengevaluasi keadaan fisik

dari suatu produk (perubahannya) selama periode penyimpanan.

Sementara itu, stabilitas kimia yaitu berapa waktu suatu produk untuk

mempertahankan konsistensi kimia dan potensi yang dimilikinya. Profil

stabiltas suatu sediaan dapat dilihat selama masa penyimpanan. Profil

stabilitas berhubungan dengan daya tahan sediaan, efek potensial

yang tidak diinginkan diminimalkan serta membuat database untuk

formulasi produk lain (Wijayanti, et al., 2015).

Pengemasan ialah salah satu yang mempengaruhi terhadap

kualitas produk selama penyimpanan. Kemasan merupakan desain

kreatif yang melibatkan berbagai macam faktor antara lain wujud,

struktur, material, warna, citra, tipografi, serta unsur- unsur desain


4

dengan data produk supaya produk bisa dipasarkan. Kemasan

berfungsi untuk menutupi, mempertahankan, menyimpan,

mengidentifikasi, mengenali, serta untuk membedakan atau

memberikan ciri khas terhadap suatu produk di pasar (Chuansin, et al.,

2006). Foil sachet merupakan tipe kemasan kecil berbahan aluminium

foil. Kemasan aluminium foil mempunyai kemampuan yang sangat baik

buat mengemas produk pangan ataupun non pangan, sebab terbuat

dari bahan tidak transparan serta sangat sempurna produk yang

memerlukan perlidungan dari cahaya maupun udara. Sifatnya yang

kedap udara dapat membuat kemasan berbahan aluminium foil selalu

dipakai untuk bahan-bahan yang memang dikemas untuk melindungi

produk dalam rentang waktu yang panjang (Wijayanti, et al., 2015).

Tube, squeeze tube, ataupun collapible tube merupakan kemasan

yang bisa dilipat yang bisa digunakan buat cairan kental semacam

pasta gigi, cat air, perekat, dempul, serta salep. Pada dasarnya

kemasan tube merupakan barang silindris, berongga dengan profil

bundar ataupun lonjong, dibuat dari plastik, aluminium, ataupun logam

yang lain. Secara universal, di salah satu sisi ujung tubuh tabung

terdapat lubang bulat, yang bisa di tutup dengan penutup yang

mempunyai bermacam berbagai wujud berbeda (Wikipedia, 2022).

Pemilihan kemasan tergantung pada banyak perihal. Faktor-

faktor yang pengaruhi pemilihan kemasan merupakan stabilitas serta

visikositas masker terhadap kemasan. Alasan saya menggunakan

kemasan aluminium foil serta kemasan tube ialah buat kemasan


5

aluminium foil sebab sifatnya yang kedap udara membuat kemasan

berbahan aluminium foil ini kerap digunakan untuk produk yang

memanglah dikemas buat melindungi produk dalam jangka waktu

panjang. Sebaliknya buat kemasan tube sendiri, kontaminasi dengan

udara ataupun polusi dapat diminimalisasi sehingga tidak mengusik isi

dari produk tersebut. Perihal ini berarti produk spesialnya buat produk

kecantikan, terlebih untuk mereka yang memilki keadaan kulit sangat

sensitif buat menggunakan produk yang betul-betul masih terpelihara

kesterilannya (Lu, 2007).

penelitian yang telah dilakukan oleh Jusmianty Febriani, (2019)

terkait aplikasi anggur laut Caulerpa racemosa pada pembuatan

masker gel serta sediaan yang dihasilkan tidak cocok dengan SNI,

oleh sebab itu penelitian tersebut dilanjutkan oleh Nurhayanah (2021)

dengan melakukan perubahan formulasi sediaan masker gel peel off

memakai anggur laut Caulerpa racemosa. Riset dilanjutkan oleh Andi

Fitri Ramadani (2022) terkait analisis kandungan senyawa bioaktif

masker gel peel off Caulerpa racemosa dengan analisis karekteristik

fisik yang meliputi uji organoleptik yang meliputi bantuk, warna, dan

bau. Uji pH, viskositas, homogenitas, daya sebar, waktu mengering,

daya lekat, uji mikrobiologi (ALT) serta analisis fitokimia. penelitian

yang dilakukan oleh Andi Fitri Ramadani, (2022) belum menguji

tentang stabilitas masker peel off rumput laut Caulerpa racemosa pada

kemasan. Terkait hal tersebut perlu dilakukan penelitian lanjutan

dengan judul “Stabilitas dan Mikrobiologi Masker Gel Peel Off Rumput
6

Laut Caulerpa racemosa” penelitian ini perlu dilakukan untuk mengukur

kestabilan masker di dalam kemasan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana

stabilitas dan mikrobiologi masker gel peel off rumput laut Caulerpa

racemosa?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stablitas dan

mikrobilogi masker gel peel off rumput laut (Caulerpa racemosa).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat bagaimana stabilitas dan mikrobiologi masker Gel Peel Off

Rumput Laut Caulerpa racemosa.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumput Laut Caulerpa racemosa

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan

sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah

satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia,

karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-

hari, baik sebagai sumber pangan, obat-obatan dan bahan baku

industri Maulida R. (2007). Selama ini, permintaan rumput laut secara

internasional terus meningkat, namun masih dominan pada kelompok

Eucheuma/Kappaphycus dan Gracilaria sp., sedangkan kelas

Chlorophyceae, seperti Caulerpa, masih belum bisa menembus pasar

internasional.

Caulerpa racemosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang

cukup menjanjikan atau potesial untuk dibudidayakan dan

dikembangkan karena telah dikenal serta digemari oleh sebagian

masyarakat. Jepang dan Filiphina, telah menjadikan C. racemosa

sebagai salah satu komoditas budidaya perikanan. Caulerpa

merupakan alga yang banyak dijumpai pada pantai dengan rataan

terumbu karang. Rumput laut jenis ini tersebar merata di perairan

Indonesia (Poncomulyo, et al., 2006). Caulerpa merupakan salah satu

dari genus alga laut dari Famili Caulerpaceae dan termasuk spesies

dari Kelas Chlorophyceae (alga hijau). Caulerpa racemosa pertama


8

kali ditemukan pada tahun 1926 di sepanjang pantai Tunisia di

perairan Mediterania. Makroalga laut jenis Caulerpa racemosa

mempunyai thallus berwarna hijau seperti tanaman rumput, terdiri dari

banyak cabang tegak yang tingginya sekitar 2,5 - 6,0 cm. Batang

pokok berukuran antara 16-22 cm. Terdapat bulatan-bulatan seperti

anggur pada puncak cabang, panjang setiap puncak cabang sekitar

2,5 - 10,0 cm (Raniello, et al., 2004).

Diantara pulau-pulau di Indonesia, Pulau Papua memiliki potensi

rumput laut yang dapat menjanjikan untuk dimanfaatkan. Salah satu

jenis rumput laut yang telah banyak dimanfaatkan adalah Caulerpa

racemosa. Fithriani (2009) melaporkan bahwa Caulerpa racemosa

adalah salah satu jenis rumput laut hijau yang tumbuh secara alami di

perairan Indonesia, bersifat edible atau dapat dikonsumsi oleh

masyarakat luas sebagai sayuran segar atau lalapan (makanan

kesehatan). Caulerpa racemosa tumbuh bergerombol atau

berkelompok dan memiliki butiran-butiran kecil pada tangkainya yang

menyerupai anggur oleh karena inilah Caulerpa racemosa sering

disebut sebagai anggur laut. Keberadaannya yang sering dijumpai di

paparan terumbu karang dengan kedalaman hingga 200 m. Sebagai

fitobentik, tumbuhan ini hidup di dasar perairan laut seperti karang

mati, fragmen karang, pasir dan lumpur. Pertumbuhannya bersifat

epifitik atau saprofitik dan kadang-kadang berasosiasi dengan

tumbuhan laut (Raniello, et al., 2004).


9

Jenis ini sangat kuat melekat pada dasar karena memiliki akar

yang kokoh dan bercabang pendek. Beberapa wilayah seperti

Tapanuli dan Kepulauan Seribu dapat mengkonsumsi rumput laut

jenis ini baik secara mentah maupun matang (Nurjannah, et al., 2018).

1. Klasifikasi Caulerpa racemosa

Klasifikasi dari rumput laut Caulerpa racemosa adalah

Kingdom : Plantae, division : Chlorophyta, class :

Thallophyta/Broypsidophyceae, order : Siphon ales/Bryopsidales,

family : Caulerpapacea, genus : Caulerpa, Spesies : Caulerpa

racemosa.

Gambar 2.1 Rumput laut hijau jenis Caulerpa racemosa


(Dokumentasi pribadi, 2022)

2. Morfologi Caulerpa racemosa

Ciri umum dari Caulerpa racemosa disebut juga anggur laut

yang keseluruhan dari bagian batang terdiri dari satu sel dengan

bagian bawah yang menjalar menyerupai stolon yang mempunyai

rhizoid sebagai alat pelakat pada subrat bagian yang tegak, terdiri
10

dari banyak cabang tegak yang tingginya sekitar 2.5-6.0 cm.

Batang pokoknya berukuran antara 16-22 cm. Keberadaannya

dapat dijumpai di sekitar terumbu karang dengan kedalaman

hingga 200 m (Nurjannah, et al., 2018)

Caulerpa racemosa memiliki ciri khas berwarna hijau, selain

mempunyai thallus dengan stolon berukuran kurang lebih 5 cm,

perakarannya relatif besar dan meruncing seperti paku dengan

panjang ramuli mencapai 8 cm. Ramuli adalah salah satu organ tau

percabangan dari stolon yang berfungsi sebagai organ utama,

substansinya agak lunak dan terkesan kosong (gembos). Ramuli

berukuran antara 2-4 mm timbul pada stolon yang bercabang dan

memiliki bulatan-bulatan dengan ujung yang rata dan bertangkai

serta tersusun di sekitar dan sepanjang ramuli. Caulerpa racemosa

memiliki bagian yang tegak disebut asimilator karena mempunyai

klorofil. Stulon dan rhizoid bentuknya hampir sama dari jenis ke

jenis. Sedangkan asimilatornya mempunyai bentuk yang

bermacam-macam tergantung jenisnya (Yudasmara, 2014).


11

3. Komposisi Gizi Rumput Laut Caulerpa racemosa.

Kandungan gizi pada rumput laut Caulerpa racemosa

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Dwihandita,

2009) disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komposisi kimia rumput laut Caulerpa racemosa (Dwihandita


2009).
Senyawa Kadar (%)
Kadar air 88,8 ± 0,5
Kadar abu 2,1 ± 0,2
Protein 1,5 ± 0,5
Kadar lemak 0,5 ± 0,1
Kadar serat 7,3 ± 0,5

Caulerpa racemosa mempunyai senyawa metabolit sekunder yang

cukup banyak. Metabolit yang dihasilkan adalah glycoglycerolipid serta

kelompok enol. Kandungan lainnya adalah algliceryldmannoside ammoniu

m yang digunakan sebagai antihelmintic (zat pembunuh cacing), juga

alkaloid yang digunakan sebagai penurun tekanan darah (Nurjannah, et

al., 2018).

B. Kemasan aluminium foil sachet dan kemasan tube

Kemasan aluminium foil memiliki potensi yang sangat baik untuk

mengemas produk pangan maupun non pangan, karena terbuat dari

bahan tidak transparan dan sangat ideal untuk produk yang

membutuhkan 24 perlindungan dari cahaya. Ketahanannya terhadap

pemindahan gas sangat penting untuk melindungi ketahanan produk

pangan maupun non pangan. Aluminium foil mampu menahan panas


12

sehingga dapat meningkatkan ketahanan dari produk (Wijayanti, et al.,

2015).

Kemasan tube merupakan salah satu jenis kemasan yang

memenuhi unsur kenyamanan (convenience), mudah serta gampang

digunakan, praktis terutama untuk produk yang memiliki viskositas

tingkat tinggi yang digunakan untuk mengatur keluarnya produk serta

mudah untuk di tutup kembali. Dengan kemasan ini, kontaminsi produk

dengan udara atau polusi di sekitar bisa diminimalsasi sehingga tidak

menganggu isi dari produk tersebut. Hal ini penting, terlebih bagi

mereka yang memiliki kondisi kulit yang sangat sensitif untuk

menggunakan produk yang benar-benar masih terjaga kesterilannya

(Fimela, 2015).

C. Jenis-jenis kemasan

1. Kemasan gelas

Kemasan gelas merupakan bahan kemas yang telah lama

digunakan serta telah populer sejak 3000 SM. Kemasan gelas telah

digunakan oleh bangsa Mesir Kuno. Secara fisika gelas dapat

didefenisikan sebagai kemasan yang mampu menghambat dingin

(supercolled liquid), tidak mempunyai titik lebur tertentu dan

mempunyai viskositas yang tinggi (> 103 Poise) untuk mencegah

kristalisasi (Syarief, et al, 1989).

2. Kemasan plastik

Bahan pembuatan plastik pada awalnya ialah minyak dan

gas yang berfungsi sebagai sumber alami, tetapi di seiring dari


13

perkembangan zaman, bahan-bahan ini lalu digantikan dengan

bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang

diinginkan. Bagian utama dari plastik sebelum membentuk polimer

adalah monomer yang merupakan bagian dari rantai paling pendek.

Misalnya plastik polivinil klorida mempunyai monomer vinil klorida.

Di samping dari bahan dasar berupa monomer plastik, maka

terdapat bahan-bahan tinambah non plastik atau bahan aditif yang

diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan dasar

dalam pembuatan plastik ini ialah bahan dengan berat molekul

rendah, yaitu terdiri dari pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis,

pelumas, penyerap sinar ultraviolet, bahan pengisi dan penguat

(Syarief, et al, 1989)

3. Kemasan kertas

Kemasan kertas adalah kemasan yang mudah dibentuk

pertama sebelum ditemukannya plastik dan aluminium. Sifat-sifat

kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan

perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Bebarapa jenis

kertas yang bisa digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah

kertas kraft, kertas tahan lemak (grease proof). Wadah kertas

biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan lain

seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif (Syarief,

et al, 1989).
14

4. Kemasan aluminium foil

Alumunium foil banyak digunakan sebagai bagian dari

kemasan bentuk kantong bersama-sama dilaminasi dengan

berbagai jenis plastik, dan banyak digunakan oleh industri makanan

ringan, susu bubuk dan sebagainya. Sifat-sifat dari aluminium foil

ialah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga sering

digunakan sebagai mengemas produk-produk yang berlemak

ataupun produk yang peka terhadap cahaya seperti margarin dan

yoghurt. Aluminium foil biasa digunakan sebagai bahan pelapis

atau laminan (Syarief, et al, 1989).

5. Kemasan aerosol

Kemasan aerosol banyak digunakan untuk mengemas

produk-produk yang merupakan non pangan seperti kosmetika

(parfum), pembersih kaca, pengharum ruangan, cat semprot,

pemadam kebakaran dan pestisida. Selain itu kemasan aerosol

untuk produk yang merupakan pangan sering digunakan untuk

whipped cream yaitu krim sebanyak 90% terdiri dari susu, sirup

jagung, sukrosa dan minyak nabati yang diberi cita rasa dan bahan

penstabil (Syarief, et el, 1989).

D. Faktor pemilihan jenis kemasan

Pemilihan jenis kemasan bergantung pada banyak hal. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilihan kemasan diantaranya adalah

stabilitas masker, ketahanan masker terhadap lingkungan, dan strategi

pemasaran. Alumunium foil memiliki beberapa ketebalan (bersatuan


15

mikron) tergantung pada jenis sediaannya. Sedangkan pada kemasan

Tube merupakan kemasan yang sering digunakan karena memenuhi

unsur kenyamanan, mudah, serta gampang untuk digunakan karena

praktis terutama untuk produk yang memiliki stabilitas tinggi.

Pengemasan sangat berpegaruh terhadap daya simpan sehingga

harus dilakukan pengemasan dan penyimpanan yang baik. Menurut

(Azriani, 2006), hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan produk

agar tetap baik dan memberikan perlindungan pada produk dari

kerusakan fisik seperti air, oksigen, sinar, dan pencemaran lain seperti

kotoran.

E. Stabilitas masker gel peel off

Stabilitas suatu sediaan dilihat dari profil stabilitasnya selama

masa penyimpanan berlangsung. Pentingnya untuk melihat profil

stabilitas itu sendiri terkait dengan keawetan (daya tahan) sediaan gel,

meminimalisir efek yang potesial yang tidak diinginkan dari

ketidakstabilan suatu sediaan dan dapat membuat database yang

penting untuk formulasi produk lain (Vadas, 2010).

Stabilitas produk merupakan fungsi dari perubahan yang terjadi

pada komponen produk karena lingkungan dan faktor pemprosesan

misalnya paparan cahaya, kelembaban, suhu. Pelindung yang

diberikan selama pemrosesan, penyimpanan, dan penanganan tidak

hanya memperlambat kerusakan produk, tetapi juga dapat

meningkatkan kualitasnya. Pelindung yang dimaksud adalah kemasan

produk. Kemasan yang cocok bisa memperlambat 15 tingkat


16

kerusakan serta mampu memperpanjang umur simpan produk.

Berbagai macam kemasan dan pendekatan telah digunakan untuk

mengetahui interaksi dengan produk dan memberikan efek yang

diinginkan (Fimela, 2015).

F. Masker

Masker gel merupakan kosmetik yang digunakan untuk

merawat kondisi wajah seseorang agar tetap sehat dan dengan

penggunaannya masalah kulit wajah dapat teratasi (Melayanti, 2017).

Kosmetik wajah yang umum digunakan hadir dalam berbagai bentuk

sediaan, salah satunya adalah masker gel yang dapat dilepas. Masker

yang dapat dilepas terbuat dari bahan karet seperti polivinil alkohol

atau damar vinil asetat (Evrilia, et al., 2014). Masker gel peel off

kebanyakan digunakan dalam bentuk gel atau pasta yang dioleskan

pada kulit wajah. Saat alkohol yang terkandung di dalam masker telah

menguap, lapisan tipis dan transparan terbentuk di kulit wajah. Setelah

lapisan tersebut bersentuhan dengan wajah selama 15-30 menit,

lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikupas

(Slavtcheff, 2000 dalam Izzati, 2014). Masker gel peel off memiliki

beberapa manfaat antara lain dapat merileksasikan otot wajah,

membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan melembutkan kulit

wajah (Vieira, 2009). Masker yang dapat dilepas memiliki beberapa

keunggulan seperti, kemudahan penggunaan serta kemudahan dalam

mencuci dan membersihkan. Selain itu juga dapat diangkat atau

dilepaskan sebagai membran elastis (Harry, 1973).


17

Efek antioksidan dan anti jerawat pada perawatan wajah lebih

baik diformulasikan dalam bentuk topikal daripada bentuk oral karena

bahan aktifnya berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah. Kosmetika

wajah tersedia dalam beberapa bentuk sediaan, salah satunya adalah

masker gel yang dapat dilepas (Vieira, et al., 2009). Masker wajah

merupakan kosmetik perawatan kecantikan yang sangat populer untuk

meningkatkan kualitas kulit (Melayanti, 2017).

Masker gel peel-off terbuat dari polivinil alkohol (PVA) dan

setelah diaplikasikan dan dikeringkan membentuk lapisan penutup

pada wajah (Vieira, et al., 2009). Bahan aktif ditambahkan ke formula

untuk meningkatkan efek oklusi dan pengencangan. Formulasi ini

mengandung bahan pelunak, pelembab, pengawet, surfaktan,

pewangi dan bahan aktif (Zague, et al., 2008).

SNI 16-6070-1999 Bentuk dari sediaan masker yang digunakan

yang dapat memberikan rasa kencang pada kulit serta memberikan

efek membersihkan atau menyegarkan kulit wajah. Berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Badan POM RI No.HK.00.06.4.02894

menunjukkan uji mikrobiologi hasil sedian masker terdapat mikroba

dengan jumlah dalam batas yang ditentukan SNI yaitu < 10 sehingga

sediaan masker hanya dapat digunakan selama 7 hari (Putri, 2019).


18

Tabel 2.2 Syarat mutu sediaan masker SNI (16-6070-1999)

Kriteria Uji Satuan Persyaratan


Deskripsi - Homogen
Bebas partikel asing
Zat aktif % Sesuai PerMenkes RI No.
445/Menkes RI/V/1998
Zatr Warna % Sesuai PerMenkes RI No.
445/Menkes/Per/V/1998
Zat Pengawet % Sesuai PerMenkes RI No.
445/Menkes/Per/V/1998
Raksa dan - Sesuai PerMenKes RI No.
Senyawanya 445/ MenKes/Per/V/1998.
Hidrokinon - Sesuai PerMenKes RI No.
445/ MenKes/Per/V/1998.
Hidrokinon - Sesuai PerMenKes RI No.
Monobenzileter 445/ MenKes/Per/V/1998.
Cemaran Koloni/g Maks. 105
Mikroba
Angka lempeng Koloni/g Negatif
total
Staphylococcus Koloni/0,01g Negatif
Auerus Koloni/0,01g Negatif
Pseudomonas
aeruginosa
Candida albicans Koloni/0,01g Negatif

G. Sediaan Masker Gel Peel Off

Sediaan gel untuk masker peeling mengandung beberapa bahan

antara lain, zat aktif dan basis gel yang dapat membentuk lapisan film tipis

(gelling agent). Ada juga zat tambahan lainnya seperti humektan,

pengawet, chelating agent (pengikat logam), pewarna dan pewangi.

Beberapa senyawa pembentuk gel yaitu gum arab, karbomer turunan

selulosa, HPMC dan PVA. Kandungan PVA adalah faktor terpenting yang

mempengaruhi kemampuan pembentukan film dari masker gel yang dapat

dilepas. Gel mengandung bahan aktif atau bahan obat dan dapat juga
19

bahan aktif sebagai bahan pembersih atau penyegar, seperti pada masker

gel kosmetik (Beringhs, et al., 2013).

Konsentrasi bahan pengental atau pembentuk gel pada formula

masker peel off gel juga dapat mempengaruhi viskositas dan waktu

pengeringan produk, sehingga diperlukan formula optimasi untuk

menghasilkan masker peel off dengan sifat fisik yang baik (Haerani, 2018).

Bahan yang digunakan dalam sediaan masker gel peel off antara

lain:

1. Zat Aktif

Bahan aktifnya dapat membersihkan, mencerahkan dan

menyegarkan kulit. Salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi dalam

kosmetika adalah alga. Alga mengandung senyawa fenolik yang

berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu, ganggang juga mengandung

fitokimia lain yang penting untuk kesehatan dan menjaga kualitas

makanan. Penggunaan antioksidan sintetik pada semua bahan pangan

harus dikontrol dengan baik karena bila digunakan secara berlebihan,

fungsi antioksidan dalam tubuh kita menjadi toksin. Untuk lebih

memanfaatkan antioksidan alami untuk meningkatkan penyerapan

antioksidan yang dibutuhkan tubuh kita, salah satu bahan makanan

yang menjadi sumber antioksidan alami adalah rumput laut (Tri

Dewanti. 2006). Peneliti lain juga telah melaporkan (Chew. et al., 2007)

dan (Suresh Kumar, et al., 2008) bahwa rumput laut mengandung

fenol dengan aktivitas antioksidan yang ditunjukkan oleh

konsentrasinya dan aktivitas antioksidan pada rumput laut


20

menggunakan metode uji yang berbeda. Antioksidan rumput laut dapat

melawan radikal bebas di dalam tubuh karena radikal bebas adalah

molekul dengan satu atau lebih elektron tidak berpasangan di orbit

luarnya, yang sangat tidak stabil dan sangat reaktif, sehingga dapat

membahayakan tubuh manusia. Efek antioksidan untuk perawatan kulit

wajah lebih baik diformulasikan dalam bentuk topical dibandingkan oral

karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah (Tri

Dewanti. 2006).

2. Basis Gel

Polivinil Alkohol adalah polimer sintetis yang larut dalam air

dengan rumus (C2H4O)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara

komersial terletak di antara 500 dan 5000, setara dengan rentang

berat molekul sekitar 20.000 - 200.000. Polivinil alkohol berupa bubuk

granular berwarna putih hingga krem, dan tidak berbau (Rowe et al,

2009).

Basis gel atau zat pembentuk gel adalah polimer yang

membentuk matriks tiga dimensi yang mengikat air dan pengisi gel

lainnya. Basis gel yang umum digunakan adalah polimer polivinil

alkohol sintetik (PVA) atau polimer hidroksipropil metilselulosa semi-

sintetik (HPMC), yang berperan penting dalam membentuk lapisan

film tipis saat masker digunakan. Polivinil alkohol merupakan bahan

pembentuk film yang banyak digunakan pada sediaan topikal dengan

konsentrasi 10-16%. Sifatnya dapat membuat gel yang cepat kering,

membentuk lapisan film yang transparan, kuat, elastis dan melekat


21

dengan baik. Polyvinyl alcohol dapat melembabkan, mengangkat sel

kulit mati dan membersihkan kulit (Chakraborty, et al., 2017).

Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) adalah polimer sintetik yang

digunakan sebagai pembentuk film dalam pembuatan sediaan masker

gel peel off. Penggunaan HPMC meliputi peningkatan viskositas,

pendispersi, pengemulsi, penstabil dan zat pensuspensi, pengikat

dalam formulasi tablet dan pengental. HPMC dapat digunakan dalam

konsentrasi 2-4%. HPMC berbentuk bubuk granular atau off-white.

HPMC larut dalam air dingin membentuk larutan koloid kental yang

hampir tidak larut dalam air panas (Rowe, 2009).

3. Gliserin

Gliserin bersifat higroskopis dan kurang beracun dibandingkan

glikol lainnya. Gliserin merupakan larutan bening, tidak berwarna,

kental, tidak berbau dan berasa manis dan sedikit menyengat (Kibbe,

2004). Pelarut, ekstraktan, pengawet. Antiseptik seperti etanol dan

antijamur seperti gliserin dan hanya sedikit kurang efektif

dibandingkan etanol. Gliserin juga digunakan dalam kosmetik dan

makanan sebagai pembawa, pengemulsi dan rasa. Humektan,

pengawet meningkatkan aktivitas pengawet (Rowe, et al, 2009)

Gliserin bersifat humektan, sehingga dapat berfungsi sebagai

pelembab kulit. Dalam kondisi atmosfer sedang atau kondisi

kelembapan tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah

dibersihkan. Gliserin adalah cairan bening, tidak berwarna, tidak


22

berbau, kental, higroskopis dan berasa manis. Gliserin larut dalam air

(Arita, et al., 2009).

Gliserin umumnya digunakan dalam sediaan oral, topikal dan

parenteral. Dalam formulasi topikal dan kosmetik, gliserin digunakan

sebagai humektan dan emolien dengan konsentrasi 30%. Selain itu,

digunakan dalam gel cair dan non-cair sebagai pelarut dan pelarut

bersama. Bahan ini tidak kompatibel dengan oksidator kuat seperti

kalium permanganat (Rowe, 2009).

4. Trietanolamin (TEA)

Triethanolamine (TEA) juga dikenal dengan trolamine, adalah

senyawa kimia organik cair, kental, dengan bau amonia ringan.

Kelarutannya dapat bercampur dengan aseton dalam benzene 1:24

larut dalam kloroform, bercampur dengan etanol. TEA akan bereaksi

dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan

adanya asam lemak tinggi. Stabilitas TEA dapat berubah menjadi

warna cokelat dengan paparan udara dan cahaya (Rowe, 2009).

5. Pewangi

Tujuan pewangi pada produk gel masker peel off adalah untuk

meningkatkan kenyamanan dan estetika pada saat digunakan . Bahan

yang digunakan biasanya disesuaikan dengan zat berkhasiat seperti

oleum sitrat untuk pengunaan zat vitamin C. Parfum memegang

peranan penting dalam kehidupan manusia karena dapat memberikan

keceriaan hidup (joy of live) dan memberikan aroma wangi pada bahan

yang memiliki aroma yang tidak sedap (Arita, et al., 2009).


23

6. Aquades

Aquades adalah cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak berasa. Aquadest digunakan sebagai pelarut.

Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1979).

Aquades tidak kompatibel dengan bahan yang mudah terhidrolisis,

bereaksi dengan garam anhidrat dan bahan kalsium organik koloid

(Syarifah, et al., 2015).

7. Pengawet

Propylene glycol banyak digunakan sebagai pelarut dan

pengawet dalam formulasi parenteral dan non-parerenteral. Propilen

glikol umumnya digunakan sebagai pelarut, pengawet, plasticizer,

emulsifier, dan humektan dalam berbagai formulasi farmasi. Propilen

glikol digunakan dalam berbagai formulasi farmasi dan umumnya

dianggap sebagai zat tidak beracun (Rowe et al., 2009). Propilen

glikol digunakan sebagai humektan untuk menjaga stabilitas formulasi

gel dengan mengurangi penguapan air dari formulasi, dan selain

menjaga stabilitas, humektan juga berperan dalam menjaga hidrasi

kulit (Andini, et al., 2017).


24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian percobaan

(experimental laboratories). Metode eksperimental laboratories

merupakan metode penelitian uji coba hal yang baru terhadap

stabilitas pada masker gel peel off rumput laut (Caulerpa racemosa).

Dengan parameter uji Viskositas, pH, Organoleptik dan Angka

Lempeng Total (ALT). Pembuatan masker gel peel off rumput laut

Caulerpa racemosa terdiri dari beberapa tahap antara lain;

1. Persiapan (Preparasi sampel)

Tahap persiapan penelitian, meliputi persiapan alat dan

bahan pembuatan masker, rumput laut Caulerpa racemosa sebagai

bahan baku yang diperoleh dari nelayan dalam bentuk segar

kemudian dilakukan beberapa tahap pembersihan. Rumput laut

jenis Caulerpa racemosa segar dicuci dan disortir dari kotoran,

seperti pasir, batu, dan cangkang kerang dan rumput laut jenis

lainnya. Setelah bersih, rumput laut hijau Caulerpa racemosa

dicuci kembali dengan air tawar yang mengalir sebanyak lima kali.

kemudian dikemas dengan kantong plastik yang telah terisi air

bersih dan dibawa ke tempat penelitian.

2. Tahap pembuatan formula masker gel peel off Caulerpa racemosa

Rumput laut (Caulerpa racemosa) yang telah dicuci bersih


25

selanjutnya dilumatkan dengan menggunakan blender, kemudian

ditimbang sesuai dengan formula yang digunakan.

a. Komposisi formulasi masker gel Peel off Caulerpa racemosa

Adapun komposisi formula rumput laut Caulerpa racemosa

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komposisi formula masker gel Peel Off Caulerpa racemosa
(Nurhayanah, 2021)
Bahan Konsentrasi (b/b)
Caulerpa racemosa 10%
Polivinil Alkohol 10 %
Carbomer 940 0,5 %
Gliserin 5%
Trietinolamin (TEA) 0,5 ml
Pengawet 1%
Parfum 0,01 ml
Aquades Add 100 ml

b. Pembuatan masker

Pembuatan sediaan masker gel peel off Caulerpa racemosa

mengacu pada penelitian (Luthfiyana, et al., 2019) yang

dimodifikasi sebagai berikut;

1. Pembuatan masker gel feel off diawali dengan penimbangan

bahan.

2. Polivinil alkohol (PVA) digerus hingga lebih halus kemudian

dikembangkan dengan cara dilarutkan kedalam aquadest panas

diatas penangas air pada suhu 70-80⁰C.

3. Carbomer 940 dikembangkan dengan aquades dingin hingga

larut, kemudian dicampur kedalam basis polivinil alkohol sambil

diaduk membentuk campuran yang homogen.


26

4. Gliserin dan TEA dihomogenkan kedalam basis polivinil alkohol

5. Di tambahkan konsentrasi 10 grumput laut Caulerpa racemosa

6. Pengawet ditambahkan dengan konsentrasi 1 % kedalam

rumput laut Caulerpa racemosa

7. Parfum di tambahkan kedalam basis gel sambil lakukan

pengadukan hingga diperkirakan homogen.

8. Aquades di tambahkan hingga mencapai 10 ml sampai

membentuk campuran basis gel yang homogen.

9. Terakhir dilakukan penyimpanan ke dalam dua kemasan

berbeda yaitu Aluminium foil sachet dan kemasan tube.

3. Tahap pengujian stabilitas dan mikrobiologi

Hasil dari optimasi formula terbaik dilanjutkan dengan pengujian

kualitas fisik sediaan masker gel peel off terhadap parameter uji

Viskositas, organoleptik, nilai pH dan Angka Lempeng Total (ALT)

(Lisdawati, 2006).
27

Alur proses pembuatan masker gel peel off rumput laut (Caulerpa

racemosa) dapat dilihat pada Gambar 3.1

Pembuatan masker gel peel off

Penambahan konsentrasi 10 g
rumput laut Caulerpa racemosa

Pengemasan

Aluminium foil Tube


sachet

H-0 H-7 H-14 H-28

Uji Uji stabilitas


mikrobiologi

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian stabilitas dan mikrobiologi masker gel
pell off Caulerpa racemosa.
28

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakasanakan pada bulan Juli – Agustus

Tahun 2022 di Kampus Universitas Hasanuddin yang terletak di Jl.

Perintis Kemerdekaan Km 10 dan di kampus Politeknik Pertanian

Negeri Pangkep. Pengujian kualitas masker gel peel off rumput laut

(Caulerpa racemosa) dilaksanakan di dua tempat yaitu di

Laboratorium Kimia Terpadu FMIPA Universitas Hasanuddin dan

Laboratorium TPHP Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.


29

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat disajikan dalam

tabel berikut ini;

Table 3.2 Alat dan kegunaan pembuatan masker gel peel off rumput laut
Caulerpa racemosa (Nurhayanah, 2021).
No. Alat Kegunaan
1. Timbangan Mengukur berat bahan
2. Blender Pelumat rumput laut ( Caulerpa
racemosa)
3. Penangas air Pemanas air
4. Thermometer Pengukur suhu
5. Spatula Penghomogen campuran
6. Tube Kemasan masker
7. Aluminium foil sachet Kemasan
7. Timbangan Pengukur berat sampel dan
media
8. Erlenmeyer Wadah pembuatan media
9. Autoclave Pensteril alat
10. Botol pengencer Wadah larutan
11. Tabung reaksi wadah pengenceran
12. Cawan petri Wadah medium agar
13. Pipet volume Mengambil larutan pengencer
14. Bunsen Sterilisasi dan pemijaran
16. Colony counter Penghitung koloni
17. Timbangan Menimbang sampel
18. pH meter Pengukuran asam basa
19. Gelas ukur Wadah sampel
20. Scoresheet Lembar penilaian
23. Timbangan analitik Menimbang sampel

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel

berikut ini:
30

Table 3.3 Bahan dan kegunaan pembuatan masker gel peel off rumput
laut Caulerpa racemosa (Nurhayanah, 2021)
Bahan Kegunaan
Caulerpa racemosa Zat Aktif
Polivinil Alkohol Basis Gel
Carbomer 940 Pembuatan hidrogel
Gliserin Humektan
Trietanolamin (TEA) Pengemulsi dan alkalizing agent
Pengawet Menghambat timbulnya
mikroorganisme
Parfum Pewangi
Aquades Pelarut

D. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian masker gel peel off Caulerpa

racemosa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

E. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) merupakan

teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang

sama kepada populasi untuk dijadikan sampel (Sugiono, 2012).

Pengambilan sampel secara acak terhadap produk masker gel

peel off rumput laut Caulerpa racemosa dengan cara memilih

langsung secara acak dari populasi atau sampel masker gel peel off

Caulerpa racemosa yaitu pengambilan sampel produk masker gel

peel off Caulerpa racemosa dengan masing-masing isi kemasan yaitu

100 ml.
31

F. Objek Penelitian

Objek penelitian masker gel peel off Caulerpa racemosa adalah

analisis stabilitas fisik yaitu viskositas dan organoleptik, pengujian

kimia yaitu nilai pH. Pengujian mikrobiologi yaitu ALT (Angka Lempeng

Total).

Analisis mikrobiologi dan stabilitas masker peel off. Stabilitas

masker peel off meliputi:

1. Stabilitas

Adapun analisis stabilitas masker gel peel off Caulerpa

racemosa sebagai berikut:

a. Uji viskositas

Pengujian viskositas dengan menggunakan viskometer VT-04E

dilakukan dengan menempatkan sejumlah sampel dalam

viskometer. Ukuran spindle dan kecepatan putaran yang akan

digunakan diatur, dan selanjutnya alat dinyalakan, dan

viskositas dari masker gel peel off akan terbaca. Nilai viskositas

sediaan gel yang baik yaitu 2000- 4000 centipoins (Garg, et al.,

2002).

b. Uji pH (Derajat keasaman)

Uji pH menggunakan kertas pH, dengan ditimbang 1 gram

sediaan yang telah ditambahkan aquadest, dicelupkan kertas

pH kedalam sediaan, kemudian ditunggu hasil yang didapat

disesuaikan dengan angka pH. Hasil pembacaan yang stabil

merupakan pH gel tersebut, yang diharapkan sama dengan pH


32

kulit yaitu 4,5-6,5 (Depkes RI, 1979).

c. Organoleptik

Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, mencium bau,

dan tekstur dari gel alami yang dibuat (Ansel, 1989). Dilakukan

dengan 3 orang relawan (Depkes RI, 1979).

2. Mikrobiologi

Adapun analisis mikrobiologi masker gel peel off Caulerpa

racemosa sebagai berikut:

a. Uji Mikrobiologi (ALT)

Menurut SNI 7388 tahun 2009, yang dimaksud dengan ALT

adalah jumlah mikroba aerob mesofilik yang ditemukan dalam

per gram atau per milliliter contoh yang ditentukan melalui

metode standar.7 Mikroba yang dimaksud termasuk bakteri,

kapang, dan ragi.13 Metode standar yang disarankan merujuk

pada metode berdasarkan FDA. ALT dapat dipergunakan

sebagai indikator proses higine sanitasi produk, analisis mikroba

lingkungan pada produk jadi, indikator proses pengawasan, dan

digunakan sebagai dasar kecurigaan dapat atau tidak

diterimanya suatu produk berdasarkan kualitas mikrobiologinya.

Alat dan tempat lainnya disemprotkan alkohol karena

pengujiannya dikerjakan secara steril. Dinyalakan lampu

bunsen. Disiapkan 2 buah cawan petri dan masing-masing

diberi label 10- 2 sampai 10- 3. Pada tabung reaksi 10-2

dihomogenkan lalu dipijarkan dan dipipet 0,5 ml dengan


33

menggunakan mikropipet kemudian cawan petri dipijarkan

dengan lampu bunsen kemudian pengenceran 10- 2 tersebut

dimasukkan dalam cawan petri dan diberi label 10 -2. Tabung

reaksi 10-3 dipijarkan dilampu Bunsen dan dipipet 0,5 ml

dengan mikropipet dan dimasukkan kedalam cawan petri yang

sudah dipijarkan pada lampu bunsen dan diberi label 10 -


3. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati sehingga tercampur

merata dan memadat. Masukkan semua cawan petri dalam

keadaan posisi terbalik kedalam incubator pada suhu 35-370c

selama 48 jam. Amati dan hitung jumlah koloni yang tumbuh.

Setelah itu cawan petri dibungkus kembali dengan kertas dan

dimasukkan dalam autoklaf dengan suhu 120C selama 15 menit

(Sundari, 2019).

Perhitungan jumlah koloni Angka Lempeng Total

mikroorganisme dipilih dari cawan petri yang jumlah koloninya

antara 30-300. Pada penentuan angka lempeng total ini

digunakan metode agar tuang (pourplate), jumlah koloni bakteri

yang tumbuh pada media agar dihitung setelah diinkubasi pada

suhu 370C selama 24 jam. Setelah inkubasi 4 x 24 jam

dilakukan perhitungan koloni. Dapat dianggap bahwa tiap koloni

berasal dari sebuah sel, maka jumlah koloni dapat mewakili

jumlah sel yang diperhitungkan dalam bahaya dianalisis

(Sundari, 2019).
34

G. Analisa Data

Untuk mengetahui perbandingan jumlah koloni pada masker Gel

Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa pada dua kemasan berbeda

yaitu kemasan alumunium foil dan kemasan tube. Digunakan uji t dengan

model independent sampel. Sebagai alat bantu untuk mengolah data

digunakan program SPSS versi 21.


35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun pengujian stabilitas dan mikrobiologi, dimana pengujian

untuk stabilitas meliputi Viskositas, pH, dan Organoleptik. Sedangkan

untuk mikrobiologi yaitu Angka Lempeng Total (ALT).

A. Viskositas

Viskositas berkaitan dengan konsistensi. Viskositas harus dapat

membuat sediaan mudah dioleskan dan dapat menempel pada kulit.

Sediaan dengan konsistensi yang lebih tinggi akan berpengaruh pada

aplikasi penggunaannya. Nilai viskositas sediaan gel pada umumnya

berkisar 12.000-20.000 cPs (Zulkarnain, et al., 2013). Pengukuran

viskositas dilakukan dengan menempatkan 50 mL sampel dalam

viskometer Brookfield DV-E hingga spindel terendam. Viskometer

Brookfield DV-E dijalankan kemudian viskositas dari sediaan masker gel

peeloff akan terbaca. Nilai viskositas dalam centipoise (cps) diperoleh dari

hasil perkalian dialreding dengan faktor koreksi khusus untuk masing-

masing spindel, dan hasil disesuaikan dengan SNI 16-6070-1999 untuk

viskositas masker (Septiani, et al., 2011). Pengujian viskositas pada

sediaan masker gel peel off bertujuan untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi rumput laut Caulerpa racemosa pada sediaan. Viskositas

sediaan perlu dijamin untuk menghasilkan gel yang optimal. Gel dengan

viskositas terlalu rendah menyebabkan waktu kontak dengan kulit tidak

cukup lama sehingga aktivitas bahan aktif tidak optimal, viskositas yang
36

besar meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi juga

menurunkan daya sebar (Garg, et al., 2002).

Tabel 4.1 hasil uji viskositas masker gel peel off rumput laut Caulerpa
racemosa
Jenis Kemasan
Kode Sampel
Tube Alumunium foil

1 14,04 11,56

2 10,70 10,70

3 9,87 10,42

16

14

12

10
Hasil uji

0
1 2 3
Pengulangan

Alumunium foil Tube

Gambar 4.1 Hasil uji viskositas masker gel peel off rumput laut Caulerpa
racemosa
Dari gambar 4.1 di atas di dapatkan hasil pada kemasan tube

didapatkan nilai rata-rata 11.53 cps dengan tiga kali pengulangan,

sedangkan untuk kemasan alumunium foil di dapatkan nilai rata-rata 10.89

cps dengan tiga kali pengulangan, hasil ini telah sesuai dengan hasil
37

viskositas produk masker menurut (Astri, 2018) yaitu, 7.100-83.144 cps.

Nilai viskositas dalam centipoise (cps) diperoleh dari hasil perkalian

dialreading dengan faktor koreksi khusus untuk masing-masing spindel,

dan hasil disesuaikan dengan SNI 16-4399-1999. Dari hasil pengujian

viskositas menunjukkan bahwa semakin waktu penyimpanan dapat

mempengaruhi viskositas (Puspita, 2014). Selanjutnya dilakukan uji t

diperoleh nilai sig. 0,002 < 0,05, maka terdapat perbedaan yang bermakna

pada dua kemasan berbeda. Viskositas yang terlalu tinggi tidak diharapkan

karena dapat menyebabkan masalah penuangan suspensi dari wadah dan

sulitnya sediaan. Viskositas masker memilki hubungan dengan daya sebar,

semakin kental suatu sediaan akan mamilki daya sebar yang lebih kecil.

Nilai viskositas yang diinginkan untuk sediaan adalah 6000-24000 cps,

dilakukan uji viskositas untuk mampu menggambarkan tahan dari suatu

sediaan untuk mengalir. Semakin besar tahanannya maka semakin besar

viskositanya. Semakin tinggi suatu bahan, maka bahan tersebut akan

memilki kecenderungan semakin baik karena pergerakan partikel akan

menjadi sulit dengan makin kentalnya suatu bahan (Ameliawati, 2012). Gel

dengan viskositas terlalu rendah menyebabkan waktu kontak dengan kulit

tidak cukup lama sehingga aktivitas bahan aktif tidak optimal, viskositas

yang besar meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi juga

menurunkan daya sebar (Garg, et al., 2002)

B. Uji pH (derajat keasaman)

Derajat keasaman (pH) merupakan nilai pengukuran konsentrasi

ion hidrogen dalam larutan dan menunjukkan keseimbangan antara asam


38

dan basa. Derajat keasaman (pH) adalah kondisi kimia air yang berperan

dalam pertumbuhan dan perkembangan (Handayani, 2013).

Pengukuran pH sediaan dilakukan untuk mengetahui pH adalah

parameter fisikokimia yang dikerjakan dengan pengujian bahan topikal,

mempunyai tujuan untuk mengetahui kualitas sediaan saat digunakan

hingga tidak terjadi iritasi kulit wajah. Bahan topikal seharusnya

mempunyai pH yang setara dengan pH Balance kulit yaitu 4,5-8,0 Jika

nilai pH dibawah standar dari 4 dan melebihi 8. Mampu mengiritasi kulit

(Karmilah dan Nirwatirusli, 2018).

Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pertama

elektroda dikalibrasikan terlebih dahulu dengan untuk mendapatkan

standar yaitu pH 4 dan pH 7. Selanjutnya elektroda lalu dicelupkan

kedalam masker gel dan nilai pH kan muncul di layar. Nilai pH yang

muncul pada pH meter kemudian di catat. Masing masing dari formula

harus memenuhi rentang pH dengan kisaran sesuai dengan pH kulit yaitu

4,5-6,5. Menurut SNI 164399–1996 pH untuk produk yang di aplikasikan

pada kulit berkisar 4,5–8,0. Jika sediaan terlalu asam maka akan memicu

terjadinya iritasi pada kulit, sedangkan jika sedian terlalu basah dapat

mengakibatkan kulit kering dan bersisik (Karmilah dan Nirwatirusli 2018).

Pengujian pH (derajat keasaman) pada Masker Gel Peel Off

Rumput Laut Caulerpa racemosa.


39

5.85

5.8

5.75

5.7

5.65
Nilai ukur

5.6

5.55

5.5

5.45

5.4
H-0 H-7 H-14 H-28
Lama Penyimpanan

Alumunium foil Tube

Gambar 4.2. Hasil ukur pH pada masker gel peel off rumput laut
Caulerpa racemosa
Keterangan
H-0 : Hari pertama
H-07 : Hari ketujuh
H-14 : Hari keempat belas
H-28 : Hari keduapuluh delapan

Pada gambar 4.2 menunjukkan hasil ukur nilai pH pada sediaan

Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa didapatkan nilai pH

yang berbeda di setiap pekan, pengamatan terhadap nilai pH pada

sediaan masker terlihat bahwa kedua kemasan pada setiap pekan

cenderung berubah-ubah, yakni terjadi penurunan dan kenaikan pH

secara bervariasi, dimana pada hari ke 0 hasil ukur pH pada kemasan

Tube memilki nilai 5.68 dan untuk kemasan alumunium foil hasil ukurnya

memiliki nilai 5.83 dapat dikatakan pH pada masker di hari ke 0 masih

aman digunakan. Di hari ke tujuh hasil ukur pH pada kemasan tube


40

memilki nilai 5.67 sedangkan untuk kemasan alumunium foil hasil ukurnya

mendapatkan nilai ukur 5.57 yang dapat dikatakan bahwa pH pada

masker di hari ke tujuh masih aman digunakan untuk kulit. Memasuki hari

ke empat belas hasil ukur pH pada kemasan tube memiliki nilai ukur 5.64

sedangkan untuk hasil ukur pada kemasan alumunium foil nilainya yaitu

5.62. Untuk hasil ukur di hari dua puluh delapan yaitu pada kemasan

tubenya memilki nilai 5.58 sedangkan untuk hasil ukur pH kemasan

alumunium foil di minggu terakhir yaitu bernilai 5.59 yang artinya sama

dengan pH kulit wajah yaitu 4,5-6,5 dapat disimpulkan bahwa pH masker

di dua kemasan berbeda baik digunakan karena masih memenuhi syarat

pH pada kulit. Perubahan nilai pH dapat menandakan adanya reaksi atau

kerusakan komponen penyusunan di dalam sediaan tersebut sehingga

dapat menaik-turunkan nilai pH pada masker (Troy, Beringer. 2006).

Terjadinya penurunan dan kenaikan pH pada dua kemasan tersebut

di setiap minggunya, disebabkan karena pengaruh suhu ruangan dan

pengadukan yang tidak konstan. Penurunan pH disebabkan masuknya

karbondioksida kedalam wadah pada saat pengukuran dilakukan. Adanya

karbondioksida yang bereaksi dengan air menyebabkan pH menjadi

asam. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pH dari sediaan tidak stabil

selama penyimpanan yang kurang baik (Handayani, 2013).

SNI 164399-1996 pH produk yang diaplikasikan pada kulit berkisar

4,5-8,0. Jika sediaan terlalu asam dapat memicu terjadinya iritasi pada

kulit, sedangkan jika sediaan terlalu basa dapat memicu atau

menyebabkan kulit menjadi kering atau bersisik. Dalam rentang waktu


41

satu bulan dilakukannya pemeriksaan pH dan nilai pH tidak mengalami

perubahan yang tidak terlalu jauh. Nilai pH masker gel peel off yang

dihasilkan berada dalam rentang pH kulit sehingga sediaan tidak

menimbulkan iritasi pada kulit, maka dapat disimpulkan bahwa basis yang

sudah digunakan cocok. Hasil pengujian pH masker gel peel off rumput

laut Caulerpa racemosa menggunakan pH meter mencapai syarat pH kulit

menurut SNI.

C. Organoleptik

Uji organoleptik merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat

beberapa karakteristik berupa perubahan warna, bentuk dan bau dari

Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa berdasarkan SNI

01-2346-2006.
42

Tabel 4.2. Uji organoleptik masker gel peel off rumput laut Caulerpa
racemosa pada panelis pertama.
Hari ke-
No. Kemasan Organoleptik
0 7 14 28

Bentuk K K SK SK

Alumunium foil Warna HM HM HT HK

Bau BK BK BK BK
1.
Bentuk K K SK SK

Tube Warna HM HM HT HC

Bau BK BK BM BM

2. Bentuk K K SK SK

Alumunium foil Warna HM HM HB HC

Bau BK BK BK BM

Bentuk K K SK SK

Tube Warna HM HM HT HC

Bau BK BK BM BM

3. Bentuk K K SK SK

Alumunium foil Warna HM HM HT HK

Bau BK BK BM BM

Bentuk K K SK SK

Tube Warna HM HM HT HC

Bau BK BK BM BM
43

Keterangan:

K : Kental
SK : Sangat Kental
HM : Hijau Muda
HT : Hijau Tua
HB : Hijau Bening
HK : Hijau Kekuningan
HC : Hijau Kecoklatan
BK : Bau Khas
BM : Bau Menyengat

Pemeriksaan organoleptik sediaan masker gel peel off rumput

laut Caulerpa racemosa dilakukan selama 4 pekan, tujuannya adalah

untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan (bentuk, bau dan warna).

Pengamatan yang dilakukan terhadap H-0 yaitu bentuknya setengah

padat dikarenakan adanya PVA yang bertindak sebagai gelling agent,

baunya yaitu berbau khas, dan warnanya hijau muda dikarenakan ada

penambahan rumput laut Caulerpa racemosa 10 g sehingga basis

berwarna hijau muda.

Secara organoleptik, keseluruhan sediaan masker peel off pada

evaluasi awal masih berwarna hijau muda dan sedikit pudar yang

disebakan karena terdapat gelembung udara pada masker, bentuknya

setengah padat dikarenakan adanya PVA yang bertindak sebagai gelling

agent, baunya yaitu bau khas, karena adanya penambahan pewangi atau

parfum sebanyak 0,01 ml dan warnanya hijau muda dikarenakan adanya

penambahan ekstrak sebanyak 10 gram. lalu perlahan-lahan setelah

dilakukan pengamatan pada dua kemasan berbeda perubahan warna

sediaan menjadi hijau kecoklatan bening. Hal ini sesuai dengan


44

pernyataan yang dikemukakan oleh Tridiyani (2012), apabila suhu

penyimpanan semakin tinggi dan semakin lama penyimpanan, warna

pada produk akan mengalami perubahan menjadi coklat akibat laju

oksidasi semakin meningkat. Perubahan warna sediaan menjadi hijau

kecoklatan diakibatkan karena secara perlahan-lahan gelembung udara

mulai menghilang. Pada masker yang berada dalam dua kemasan

berbeda secara perlahan-lahan mulai dari memilki bau yang khas

sehingga sediaan menjadi berbau sedikit menyengat yang diakibatkan

dari rumput laut itu sendiri yang mengeluarkan aroma laut. Menurut

Tridiyani (2012), perubahan bau pada produk disebabkan dari

meningkatnya suhu atau lama penyimpanan menyebabkan terjadinya

reaksi oksidasi dalam bahan sehingga mengakibatkan bau menyengat.

Perbedaan yang terlihat jelas pada kedua sediaan selama masa

penyimpanan selama 4 minggu adalah warna sediaan yang menjadi jernih

serta gelembung udara yang semakin berkurang. Pada saat pengujian

awal, terdapat banyak gelembung udara pada sediaan dan berwarna

sedikit keruh. Gelembung yang sangat banyak ini disebabkan karena

pada proses pengadukan selama proses pembuatan sediaan pengadukan

yang dilakukan menyebabkan udara merangkap disekitar sediaan yang

bergerak melingkar. Tetapi gelembung tersebut perlahan berkurang

selama penyimpanan baik pada kemasan alumunium foil maupun pada

kemasan tube. Hal ini disebabkan karena seiring dengan lamanya

penyimpanan maka udara di dalam gelembung yang membentuk buih

menekan dinding gelembung dengan kuat sehingga gelembung tersebut


45

pecah dan perlahan berkurang (Padmadisastra, et al., 2003).

D. Angka Lempeng Total (ALT)

Angka Lempeng Total adalah angka yang menunjukkan jumlah

bakteri mesofilik pada setiap 1 ml atau 1 gram sampel yang diuji. Prinsip

ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri mesofilik aerob

setelah sampel makanan dituang ke piring substrat yang sesuai dan

kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C. Uji angka

lempeng total merupakan metode yang biasa digunakan untuk

menghitung keberadaan bakteri dalam suatu sediaan uji. Uji angka

lempeng total dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu

teknik spill plate dan teknik scatter plate. Pada dasarnya pengenceran

sediaan uji dilakukan untuk menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada

media pengenceran sampel. Tujuan pengenceran adalah untuk

mengurangi total populasi mikroorganisme. Koloni yang tumbuh tanpa

pengenceran menumpuk, sehingga sulit dihitung jumlah koloninya.

Perhitungan dilakukan dalam cawan Petri dengan jumlah koloni bakteri

bervariasi dari 30 sampai 300. Jumlah total cawan dinyatakan sebagai

jumlah koloni bakteri dikalikan dengan faktor pengenceran. Ketika sel

mikroorganisme hidup ditumbuhkan pada media agar, sel mikroorganisme

tersebut berkembang biak menjadi koloni yang langsung terlihat dan dapat

dihitung dengan mata tanpa mikroskop (Djide. 2003). Kontaminasi produk

dengan mikroorganisme sangat dihindari karena kualitas produk dapat

dengan mudah dikompromikan. Berdasarkan SNI 01-2897-1992, jumlah

cawan petri hanya dihitung untuk cawan petri yang mengandung 25-250
46

koloni bakteri. Metode hitungan cawan merupakan metode yang paling

sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme karena beberapa

alasan, yaitu:

a. Hanya sel hidup yang dapat dihitung.

b. Beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung sekaligus.

c. Hal ini dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi

mikroorganisme karena koloni yang terbentuk dapat berupa

mikroorganisme yang ada pada pertumbuhan tertentu (Joko, 1989).

Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada standarisasi awal bahan

didapat hasil sebagai berikut.

Tabel 4.3. Total koloni masker gel peel off rumput laut Caulerpa racemosa

H-0 H-7 H-17 H-28


Standar

Alfol Tube Alfol Tube Alfol Tube Alfol Tube Maksimal 10²
Kol/g.
1,9X10 1,6X10 2,4X10 2,1X10 3,6X10 2,7X10 3,9X10 3,0X10
SNI 2332.3:2015
²cfu/g ²cfu/g ²cfu/g ²cfu/g ²cfu/g ²cfu/g ²cfu/g ²cfu/g
47

Alumunium foil Tube

450

400

350

300
Hasil uji

250

200

150

100

50

0
H-0 H-7 H-14 H-28
Lama penyimpanan

Gambar 4.3. Hasil uji Angka Lempeng Total (ALT)

Keterangan
H-0 : Hari pertama
H-07 : Hari ketujuh
H-14 : Hari keempat belas
H-28 : Hari keduapuluh delapan

Berdasarkan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa bahwa sampel pada

Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa pada kemasan tube

memilki jumlah bakteri paling rendah dibandingkan dengan kemasan

alumunium foil setiap minggunya. Pada pekan pertama terdapat pada

kemasan Almunium foil terdapat 190 jumlah bakteri dengan 2 kali

pengenceran, sedangkan pada kemasan Tube terdapat 160 jumlah

bakteri dengan 2 kali pengenceran. Untuk di pekan ke dua, pada kemasan

Alumunium foil terdapat 240 jumlah bakteri dengan 2 kali pengenceran

dan untuk kemasan Tube terdapat 210 jumlah koloni dengan 2 kali
48

pengenceran. Pada pekan ke tiga terdapat 360 jumlah bakteri pada

kemasan Alumunium foil sedangkan untuk kemasan Tube terdapat 270

jumlah bakteri. Di pekan ke empat, untuk kemasan Alumunium foil

terdapat 390 jumlah bakteri dengan 2 kali pengenceran sedangkan untuk

kemasan Tube terdapat 300 jumlah bakteri dengan 2 kali pengenceran.

Hal ini menunjukkan tingginya jumlah bakteri pada kemasan

Alumunium foil yang mengalami peningkatan sebesar 10% setiap

minggunya, berbeda dengan kemasan Tube yang mengalami peningkatan

jumlah bakteri sebesar 5%. Pada Pekan ke empat jumlah bakteri kertas

meningkat lebih tinggi, sehingga diperoleh jumlah nilai ALT pada kemasan

plastik berada di bawah maksimal ALT, pada H-0 sampai H-28 dari

standar SNI ALT (5,0 x 10⁴ koloni/g), dengan kode SNI 2332.3:2015

dalam hal ini kemasan Tube masih direkomendasikan untuk dijadikan

kemasan. Menurut Budiyanto (2012), hal ini dipengaruhi oleh kerapatan

dan kemampuan dari masing-masing kemasan. Kemasan yang memiliki

kerapatan yang tinggi menandakan bahwa kemasan tersebut memilki

struktur yang tertutup, artinya tidak mudah ditembus oleh fluida dan gas

(Bierley, et al., 1989) dalam (Budiyanto, 2012).

Yanti, et al., (2008) bahwa hasil metabolisme bakteri antara lain

adalah air yang dapat meningkatkan kadar air pada produk. Oleh karena

itu, semakin banyak bakteri yang tumbuh, maka jumlah air yang dihasilkan

juga semakin tinggi.

Hasil uji t menunjukkan bahwa pengujian pengujian masker gel peel

off dalam kemasan Tube dan Alumunium foil berbeda nyata, ini
49

dimungkinkan karena proses pengolahan, pengemasan transportasi dan

kondisi penyimpanan yang menjadi penyebab tingginya jumlah mikroba

pada masker gel peel off dalam kemasan alumunium foil. Hal ini juga

dipertegas oleh Nunoo dan Kombat (2013) yang menyebutkan bahwa

pada proses pengolahan, pengemasan, transportasi dan kondisi

penyimpanan yang kurang baik menjadi penyebab tingginya jumlah

mikroba.

Pada saat baru di produksi, mutu sediaan dianggap dalam keadaan

baik dan akan menurun sejalan dengan lamanya penyimpanan. Selama

penyimpanan sediaan akan mengalami kehilangan bobot, nilai sediaan,

mutu, nilai uang, daya tumbuh, dan kepercayaan (Rahayu et al. 2003).

Perubahan produk selama penyimpanan terutama disebabkan oleh

aktivitas enzim dan mikroorganisme sehingga menjadi kurang layak

digunakan. Aktivitas selama penyimpanan sangat dipengaruhi antara lain

oleh suhu dan kandungan oksigen (Rahayu et al. 2003).

Faktor fase pertumbuhan bakteri juga diduga menjadi faktor

penyebab meningkatnya jumlah mikrobiologi ALT seiring dengan lama

penyimpanan. Semakin lama disimpan, jumlah bakteri semakin

meningkat. Jumlah mikrobiologi semakin meningkat. Jumlah mikrobiologi

ALT pada penyimpanan pekan keempat jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan pekan pertama. Hal ini diduga disebabkan karena pada

penyimpanan pekan kedua dan ketiga merupakan waktu yang masih

dalam fase pertumbuhan bakteri sehingga terjadi peningkatan jumlah

mikrobiologi ALT. Menurut Sedjati dan Agustini (2007) pada lama


50

penyimpanan empat pekan masih terjadi fase pertumbuhan bakteri.

Secara keseluruhan grafik hasil perhitungan jumlah bakteri pada

masker gel peel off Rumput Laut Caulerpa racemosa dengan dua

kemasan berbeda yaitu kemasan Alumunium foil dan kemasan Tube

dengan 2 kali pengenceran masuk kedalam tidak layak untuk di pakai

karena tidak memenuhi standar SNI (16-6070-1999) dengan persyaratan

negatif atau tidak memiliki bakteri dalam masker. Nur (2009) menyatakan

ketahanan kemasan Tube terhadap uap air yang lebih baik dibandingkan

dengan kemasan Alumunium yang mempunyai sifat kadap air, karena

pertumbuhan mikroba dapat ditekan karena ketersediaan oksigen yang

sangat minim dalam kemasan Tube. Pertumbuhan mikroba yang tinggi

disebabkan karena terjadinya oksigen, air bebas dan udara optimal untuk

mendukung pertumbuhan mikroba (Tshinkantwa, et al., 2018).

Semakin lama penyimpanan kekentalan sediaan maka semakin

menurun hal ini disebabkan viskositas yang menurun karena sediaan

yang bersifat higroskopik dapat menyerap kelembaban udara sehingga

menambah volume air dalam sediaan. Kandungan kadar air dalam

sediaan sangat mempengaruhi konsistensi mutu dan keawetan bahan

pangan. Kadar air akan mempengaruhi sifat-sifat fisik dan sifat kimia dari

produk dan kerusakan produk oleh mikroorganisme serta kerusakan

enzimatis lainnya. Kenaikan kadar air pada sediaan dalam kemasan

dipengaruhi oleh permeabilitas uap air, sifat penyerapan uap air bahan

pangan dan kelembabaan relatif lingkungan sekitar kemasan.

Kelembaban relatif lingkungan juga sangat berpengaruh untuk umur


51

simpan pada produk, pada kelembaban relatif lingkungan yang tinggi

maka akan mengandung lebih banyak uap air sehingga akan

menyebabkan terjadinya penyerapan uap air ke dalam produk. Semakin

banyak uap air yang diserap oleh produk maka akan mempercepat

kerusakan yang menyebabkan umur simpan pada produk menjadi lebih

singkat (Rahayu, 2007). Menurut Hafriyani, et al., (2008), yang

menyatakan bahwa kelembaban udara pada ruang penyimpanan yang

tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses penyerapan uap air dari

udara ke bahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air.

Heldman dan Singh dalam Syafina (2007) menyatakan bahwa

kenaikan kadar air disebabkan pula oleh adanya perbedaan tekanan luar

dan tekanan dalam kemasan yang akan menyebabkan adanya mobilisasi

air. Bila tekanan luar lebih besar lebih besar dari tekanan dalam kemasan

maka uap air akan berpindah dari luar dalam kemasan, sehingga lambat

laur kadar air produk akan meningkat. Semakin besar tekanan luar dan

dalam kemasan, semakin singkat umur simpan produk tersebut karena

mobilisasi uap air terjadi semakin cepat. Selain itu penyimpanan dalam

suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan pemuaian kemasan sehingga

pori-pori kemasan akan membesar dengan peristiwa dan adanya

perbedaan tekanan dalam dan tekanan luar kemasan serta perbedaan

kelembaban maka penyerapan uap air akan lebih cepat terjadi.


52

Amir (2015) menyatakan kondisi lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan dan penggandaan bakteri bakteri adalah sebagai berikut:

1. Waktu

Dalam selang waktu sel bakteri dapat membelah diiri paling tidak

selama 10-12 menit, sehingga dalam waktu 24 jam jutaan bakteri

dapat muncul dari satu sel tersebut. Namun, ketika lingkungan sel

berubah, maka laju pertumbuhan sel tidak dapat bertahan dalam

jangka waktu yang lama. Ini karena sumber nutrisi yang tersedia dan

produk limbah yang dihasilkan dapat mencemari lingkungan

intraseluler.

2. Nutrisi

Semua organisme hidup memerlukan sumber makanan sebagai

sumber bahan kimia, yang merupakan penyusun dasar sitoplasma sel,

dan sebagai sumber energi.

3. Air

Semua kehidupan membutuhkan air untuk mempertahankan

hidup. Ketika air mengkristal dalam bentuk es atau kimia terikat dalam

larutan garam atau gula yang kuat, itu tidak digunakan oleh bakteri.

4. Suhu

Setiap bakteri memilki sejumlah suhu yang khas baginya, yaitu

optimum (suhu tertnggi yang pertumbuhannya tidak akan terjadi) dan

minimum (suhu rendah yang pertumbuhannya tidak akan terjadi).

5. pH

pH adalah istilah ilmiah untuk keasaman atau salinitas suatu


53

cairan. Bakteri dapat tumbuh dan berkembang hanya dalam kisaran

pH tertentu. Kebanyakan bakteri lebih suka hidup di lingkungan yang

netral.

6. Oksigen

Semua mikroorganisme bernafas. Dengan kata lain, mereka

mendapatkan energi dengan memecah bahan kimia tertentu di dalam

sel, biasanya gula. Kemampuan bakteri untuk membutuhkan oksigen

dalam jumlah yang bervariasi untuk bernafas dapat dikelompokkan

sebagai berikut: aerob (membutuhkan oksigen untuk bernafas),

anaerob (dapat bernafas tanpa oksigen), fakultatif (dapat bernafas

dengan atau tanpa oksigen) dan mikroaerofilik (membutuhkan sedikit

oksigen untuk bernafas).


54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa,

untuk uji ALT di dapatkan hasil dimana pada kemasan Alumunium foil

lebih tinggi jumlah bakterinya di bandingkan pada kemasan Tube.

Sedangkan sediaan masker gel peel off Rumput Laut Caulerpa

racemosa memiliki stabilitas fisik yang memenuhi syarat dilihat dari uji

organoleptis, dan uji pH.

B. Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan kemasan

lain seperti kemasan pot untuk sediaan Masker Gel Peel Off Rumput

Laut Caulerpa acemosa sehingga menjadi sediaan yang sangat baik

khususnya dalam bentuk sediaan kosmetik


55

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standar Nasional. 1999. SNI 16-6070-1999. Sediaan


Masker. Jakarta: Badan Standar Nasional.

[BSN] Badan Standar Nasional. 2015. SNI 2332-3-2015. Persyaratan


Standar Koloni. Badan Standar Nasional. 2015.

[BSN] Badan Standar Nasional. 1992. SNI 01-2897-1992. Cara uji


cemaran atau mikroba: Badan Standar Nasional. Jakarta.

[BSN] Badan Standar Nasional. 164399.1996. Sediaan tabir surya.


Jakarta. Badan Standar Nasional.

Ameliawati. (2012). Prediksi komposisi optimum film agent polivinil alkohol


dan humectan gliserin dalam formula gel masker peel-off antiacne
ekstrak etanol daun siri (Piper betle L)- Aplikasi Desain Faktorial.
(Skripsi) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Andini, Y., Yusriadi, Y., & Yuliet, Y. (2017). Optimasi pembentukan film
polivinil alkohol dan humektan propilen glikol pada formula masker
gel peel off sari buah labu kuning (Cucurbita moschata duchesne)
sebagai antioksidan. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Jurnal of
Pharmacy)(e-jurnal). 3(2), 165-173.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta : Depkes RI

Ansel, C, Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi


Keempat, Jakarta Universitas Indonesia Pres, 162-163; 390-391;
605-608.

Arita S., Agustina T. E., Patrica D dan Rahmawati L. 2009. Pemanfaatan


Gliserin Sebagai Produk Samping dari Biodiesel menjadi Sabun
Transparan. Jurnal Kimia, Vol 4. Hal. 16.

Astri, S., & Chaerunisaa, A. Y. (2018). Formulasi Masker Gel Peel Off
Untuk Perawatan Kulit Wajah. Farmaka, 14(3), 17–26.
56

Azriani, Y. 2006. Pengaruh Jenis Kemasan Plastik dan Kondisi


Pengemasan Terhadap Kualitas Mi Sagu Selama Penyimpanan.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Beringhs, A.O., M.R. Julia, K.S. Hellen, M.B. Rosane, and S. Diva. 2013.
Green clay and aloe vera peel-off facial masks: response surface
methodology applied to the formulation design. AAPS Pharm Sci
Tech. 14 (1): 445-455.

Budiyanto, M.P. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan Kondisi


Penyimpanan Terhadap Mutu dan Umur Simpan Produk Keju
Lunak Rendah Lemak. Skripsi. Fakultas. Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Chakraborty S., Vadakekkara A., George N., Bhaghiyasree T., Marry L.


2017. Aplication And Stability Evalution Of Polimer Blands In
Cosmetic. International Journal For Research In Applied Science
And Enginering Tecnology. 5(9) 849-861.

Chew, Y. L.,Luin, Y.Y., Omar, M., K.S. Khoo. 2007. Antioxsidan Activity of
Edible Seaweeds from Two Areas in South East Asia. LWT 41,
1067- 1072.

Chuansin, S., S. Vearasilp, S. Srichuwong, E.Pawelzik. 2006.Selection of


packaging materials for soybean seed storage.(Online) Available
http://www. tropentag.de/2006/abstract/full/229.pdf(26 November
2007).

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta, 378; 353; 596.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakrata; Departemen


Kesehatan RI. 1995
57

Djide N. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar (ID):


Universitas Hasanuddin

Dwihandita. 2009. Perubahan Kandungan Antioksidan Anggur Laut


(Caulerpa racemosa) Akibat Pengolahan.Institut Pertanian Bogor.

Evrilia, Sri Rahayu. Nopia, Hana., dan Yannika, Sri. 2014. Pemanfaatan
Limbah Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) dalam
Sediaan Masker Gel Peel Off sebagai Antioksidan. Bandung :
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Fimela.com, “Tube, Solusi Terbaik untuk Kemasan Kosmetik” 04 Maret


2015” (https://m.fimela.com/amp/3511336/tube-solusi-terbaik-untuk-
kemasan-kosmetik) [Diakses, 15 Mei 2022]

Fithriani D. 2009. Potensi Antioksidan Caulerpa racemosa Diperairan


Teluk Harun Lampung. Thesis. Program Pasca sarjana. Institut
Pertanian Bogor.

Garg. A., D. Aggarwal, S. Garg, dan A. K. Sigla. 2002. Spreading of


Semisolid Formulation. USA : Pharmaceutical Technology, 84-104
Grace, X.F., C, D., K V, S., Afker, A., dan S, S. 2015. Preparation and
Evaluation of Herbal Dentifrice. International Research Journal of
Fharmacy. 6(8) : 509-511.
Haerani A. Chaerunnisa Y. A, dan Subarnas A. 2018. Antioksidan Untuk
Kulit. Vol 16. Hal 2.

Hafriyani, Hidayati Dan Elfawati. 2008. Kualitas Daging Sapi dengan


Kemasan Plastik PE (Polyethylen) dan Plastik PP (Polypropylen) Di
Pasar Arengka Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. Vol. 5. No. 1.

Handayani, R. J. (2013). Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Xanthan


Gum sebagai Gelling Agent Terhadap Stabilitas Fisik Gel Masker
Peel Off Ekstrak Etanol 96% Buah Stroberi (Fragaria x ananassa
58

(Weston Duchesne)). Jakarta: Fakultas Farmasi dan Sains


Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka.

Harry, Ralph G. 1973. Harry’s Cosmetology. Edisi Keenam. New York :


Chemical Publishing Co, Inc.

Hary, R. G., Wilkonson, J. B., and Moore, R. J., 1982, Harry’s


Cosmetology, 7 th ed, Chemical Publising Company, New York

Izzati, Myra Kharisma. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan


Sediaan Masker Gel Peel Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Karmilah dan Nirwatirusli, 2018 Formulasi dan uji efektifitas masker peeloff
pati jagung (Zea Mays ) Sebagai perawatan kulit wajah. Jurnal
ilmiah manuntung 4(1),59-66.

Kibbe, A. H., 2004, Handbook of Pharmaceutical Exipients, Third Edition.


Pharmaceutikal Press, London

Lisdawati V, Broto. 2006. Aktivitas Antioksidan Dari Berbagai Fraksi


Ekstrak Daging Buah Dan Kulit Biji Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpo). Artikel Media Litbang Kesehatan. 16(4)

Lu, S. 2007 . Effect of packaging on shelf-life minimally processed bok


choy (Brassica chinensis L.). www.aseanfood.info.com.pdf.30
November 2007.

Luthfiyana N, Nurhikma, Hidayat T. 2019. Karakteristik Masker Gel peel


Off dari sediaan bubur rumput laut (Eucheuma Cottoni).Jurnal
Pengolahan 2.

Maslukah, L., Rudiana, E., Pringgenies, D. 2004. Kajian tentang


kandungan iodium pada ekstrak beberapa jenis rumput laut di
59

perairan Jepara dan sekitarnya. Abstrak. Universitas Diponegoro.


Semarang. 1 Hlm.

Maulida R. 2007. Aktivitas Antioksidan Rumpul Laut Caulerpa lentillifera.


SKRIPSI. Universitas Institut Pertanian Bogor.

Melayanti PC, Dwiyanti S. 2017. Pengaruh Presentase umpi rumput teki


dan tepung beras terhadap kulit wajah hiperpigmentasi. e-Journal.
6(1):89-98.

Metrouh-Amir, H., Duarte, C. M., & Maize, F. (2015). Solvet effect on total
phenolic contents, antioxidant, and antibacterial activities of
matricaria pubescens. Industrial crops and products, 67, 249-256.

Morris, K., 1993, Depilatories Mark Scubs and Bleaching Preparation,


Paucher,s Perfumes Cosmetics and Soaps Hieda Butler, Chapman
and Hall, London

Nunoo, F. K., & Kombat, E. O. (2013). Analysis of the microbiological


quality of processed Engraulis encrasicolus and Sardinrlla auerita
obtained from processing houses and retail markets in Accra and
Tema, Ghana. World Journal of Fish and Marine Sciences, 5(6),
686-692.

Nur M. 2009. Pengaruh Cara Pengemasan, Jenis Bahan Pengemas, dan


Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi, dan
Organoleptik Sate Bandeng (Chanos chanos). Jurnal Teknologi dan
Industri Hasil Pertanian. 14 (2): 1-11.

Nurhayanah, 2021. Perubahan Formulasi Sediaan Masker Gel Peel Off


Menggunakan Anggur Laut (Caulerpa racemosa). Skripsi.
Teknologi Hasil Perikanan. Institut Teknologi Dan Bisnis Maritim
Balik Diwa Makassar
60

Nurjannah, Jacoeb M, Hidayat dan Chrystiawan. 2018. Perubahan


Komponen Serat Rumput Laut Caulerpa sp. (Dari Tual, Maluku)
Akibat Proses Perebusan.Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Tropis.

Padmadisastra, Yudi., Sidik, dan Ajizah, Sumi. 2003. Formulasi Sediaan


Cair Gel Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) sebagai Minuman
Kesehatan. Bandung : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.

Poncomulyo, T. Maryani, H. dan Kristiani, L., 2006. Budidaya dan


Pengolahan Rumput Laut. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Pong-Masak, P.A., Mansyur, A., Rachmansyah. 2007. Rumput laut jenis


Caulerpa dan peluang budidayanya di Sulawesi Selatan. Media
Akuakultur, 2 (2) : 80-85 Hlm.

Puspita, A. (2014). Optimasi Penggunaan Polivinil Alkohol Sebagai Gelling


Agent pada Masker Gel Peel Off Sari Daging Kulit Buah Semangka
(Citrullus vulgaria (Thumb) Maksum dan Nakai). Jakarta: Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka.

Putri. 2019. Pengaruh Proporsi Tepung Biji Nangka Dan Daun Sirih
(Piperis Folium) Terhadap Sifat Fisik Dan Masa Simpan Masker
Wajah Tradisional. e-Journal.Vol 08.

Rahayu, E.S. (2003). Lactic acid bacteria in fermented foods of indonesian


origin. Agritech, 23(2), 75-84

Rahayu, S. (2007). Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit


yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian,
26(2), 2007.

Raniello, R. (2004). Photosynthetic plasticity of an invasive variety of


Caulerpa racemosa: light harvesting capacity and seasonal
acclimation. Mar. Ecol. Prog. Ser., 271, 113-120.
61

Rowe. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.


Washintong: Pharmaceutical Press And American Pharmacistis
Association.

Sedjati, S., Agustini, T. W., & Surti, T. (2007). Studi Penggunaan Khitosan
Sebagai Anti Bakteri Pada Ikan Teri (Stolephorus Heterolobus) Asin
Kering Selama Penyimpanan Suhu Kamar The Effect Of Chitosan
Concentration On Quality Of Dried-Salted Anchovy (Stolephorus
Heterolobus) During Room Temperature Storage. Jurnal Pasir Laut,
2(2), 54-60.

Septiani, S, N. Wathoni, dan S.R. Mita, 2011, Formulasi Sediaan Masker


Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum Gnemon
Linn), Jurnal Unpad I (I) 4-24

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, hal 56.

Sundari S. Fadhliani. 2019. Uji Angka Lempeng Total (ALT) Pada Sediaan
Kosmetik Lotion X Di BBPOM Medan.

Suresh Kumar.k., Canusan.K., Subba Rai. P.V (2008). Antioxidant


potential of solvent extract of Kappaphycus alvarezii (doty) doty-an
edible seaweed. Food Chemistry 107, 289-295.

Syafina, M. (2007). Pendugaan Umur Simpan Permen Jahe dengan


Menggunakan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT)
dengan Pendekatan Model Kadar Air Kritis.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan


Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan
Gizi, IPB.
Syarifah, R. S., Muliyanti, D., dan Gadri, A. 2015. Formulasi Masker Gel
Peel Off Ekstrak Daun Papaya (Caricia papaya L.) Sebagai Anti
Jerawat dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri Propionibacterium
Acnes. Prosiding Penelitian Spesia Unisba 662-670. 662-670.
62

Tri Dewanti. W. (2006). Pagan Fungsional Makanan Untuk Kesehatan.


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Bwawijaya. Malang.

Tridiyani., A. 2012. Perubahan Mutu Abon Ikan Marlin (Istiophorus sp.)


Kemasan Vakum dan Non Vakum Pada Berbagai Suhu
Penyimpanan dan Pendugaan Umur Simpannya. Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Troy, D.B. & Beringer, P., 2006. Remington : The Science and Practice of
Pharmacy, 21st edition. USA: Lippicont William and Wilkins.

Tshinkantwa TS, Ullah Mw, He F, Yang G. 2018. Current trends and


potential applications of microbial interaction for human welfare.
Frontiers in Microbiology. 9, 1156. doi:10.3389/fmicb.2018.01156.

Vadas, E. (2010). Stability of Pharmaceutical Products. The Science and


Practice of Pharmacy, 1, 988 – 989’

Vieira, R.P, 2009, Physical and Physicochemical Stability Evaluation of


Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract Fermented by
Bifidobacterium animalis, Brazilian Journal of Pharmaceutical
Sciences, 45(3): 515-525

Wijayanti, N. P. A. D., et al. "Profil Stabilitas Fisika Kimia Masker Gel Peel-
Off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)." Jurnal
Farmasi Udayana 4.1 (2015): 279692.

Wikipedia.com, “Tabung (wadah)” 18 April 2022 (https://en-m-wikipedia-


org.translate.goog/wiki/Tube_(container)) [Diakses, 29 juni 2022]

Yanti, H., Hidayati, H., & Elfawati, E. (2008). Kualitas daging sapi dengan
kemasan plastik PE (polyethylen) dan plastik PP (polypropylen) Di
pasar arengka kota pekanbaru. Jurnal Peternakan, 5(1).
63

Yudasmara. 2014. Budidaya Anggur Laut (Caulerpa racemosa)Melalui


Media Tanaman Rigid Quadrant Nets Berbahan Bambu. ISSN:
2303-3142.

Zague, V., M.R. Velasco, and A.R. Baby, 2008, Mascaras faciais, Sao
Paulo: Livraria Santa Isabel

Zulkarnain, A. K., Susanti, M., & Lathifa, A. N. (2013). Stabilitas fisik


sediaan lotion o/w dan w/o ekstrak buah mahkota dewa sebagai
tabir surya dan uji iritasi primer pada kelinci. Traditional Medicine
Journal, 18(3),141-150.
64

LAMPIRAN
65

Lampiran 1. Surat keterangan permohonan izin penelitian


66
67

Lampiran 2. Hasil uji sampel


68
1

Lampiran 3. Hasil uji statistik Angka lempeng total

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

4 295.0000 95.39392 47.69696


Alumunium foil

ALT
4 235.0000 62.44998 31.22499
Tube

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means


Variances

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error 95% Confidence Interval of the
Difference Difference

Lower Upper

Equal variances assumed 3.176 .125 1.052 6 .333 60.00000 57.00877 -79.49544 199.49544
ALT
Equal variances not assumed 1.052 5.172 .339 60.00000 57.00877 -85.08858 205.08858
2

Lampiran 4. Hasil uji statistik viskositas

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

3 11.537 2.2073 1.2744


Alfol

Viskositas
3 10.893 .5941 .3430
Tube

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means


Variances

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Error 95% Confidence Interval of the
Difference Difference Difference

Lower Upper

Equal variances assumed 5.988 .071 .487 4 .651 .6433 1.3197 -3.0209 4.3075
Viskositas
Equal variances not assumed .487 2.288 .669 .6433 1.3197 -4.4018 5.6885

Anda mungkin juga menyukai